• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh para investor.

Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal (Husnan,2001:303)

Saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan saham dari perusahaan yang telah go public. Penjualan saham perusahaan dilakukan untuk mencari dana melalui pasar modal dan mengenalkan perusahaan tersebut pada publik.

Dalam rangka mencari dana melalui pasar modal dan go public perusahaan harus melakukan beberapa tahap kegiatan yang merupakan prosedur yang harus dipenuhi untuk memenuhi ketentuan atau peraturan mengadakan investasi di Indonesia.

Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu

(2)

kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan.

Sebuah perusahaan harus memiliki kinerja dan prestasi yang baik agar dapat listing di Bursa Efek Indonesia karena jika sebuah perusahaan yang telah listing mempunyai kinerja dan prestasi yang kurang baik tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut akan delist dari Bursa Efek Indonesia. Penambahan modal akan lebih memperluas operasional perusahaan, memperbesar kapasitas perusahaan dalam menanggung resiko polis sendiri dan secara langsung mengurangi ketergantungan perusahaan asuransi khususnya terhadap perusahaan reasuransi luar negeri.

Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasio keuangan Early Warning System yang khusus dipakai dalam menganalisis rasio keuangan perusahaan asuransi sedangkan dalam jasa keuangan lainnya khususnya pada industri perbankan ukuran yang lazim yang dipakai dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio finansial bank menggunakan rasio CAMEL yaitu adalah rasio yang menggambarkan kondisi Capital (permodalan), Asset quality (kualitas aktiva produktif), Management (manajemen), Earning(rentabilitas) dan Liquidity (likuiditas )yang dikenal dengan rasio CAMEL.

Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan seperti: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi (Satria,1994:710). Early Warning System adalah tolak ukur perhitungan dalam

Universitas Sumatera Utara

(3)

mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh para investor.

Perhitungan sistem Early Warning System digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Satria,1994:5). Salah satu alat yang digunakan oleh lembaga pengawas federal di Amerika Serikat dan negara-negara lain adalah Early Warning Systems yang berupaya untuk memprediksi permasalahan potensial yang berhubungan dengan bank dan lembaga simpanan lainnya. Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal perusahaan.

Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang dapat dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan tersebut.

Perbedaan mendasar antara perusahaan asuransi dengan perusahaan laiinya terletak pada adanya fungsi underwriting (pengelolaan risiko) dan fungsi penanganan klaim. Perusahaan lain biasanya dapat menghitung biaya secara tepat sebelum menentukan harga produknya, maka tidak demikian halnya dengan perusahaan asuransi.

Pada saat menetapkan tingkat premi (yang berlaku sebagai harga pokok penjualan) untuk suatu penutupan pertanggungan, perusahaan asuransi belum dapat mengetahui secara pasti berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk penutupan tersebut. Oleh karena itu perusahaan asuransi harus mendasarkan pada penetapan

(4)

premi pada perkiraan biaya yang paling mendekati kenyataan. Metode penetapan harga pokok atau premi yang berbeda inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi harus mengukur kemungkinan terjadinya risiko (risk profile) dan memproyeksikan hasil investasi.

Tabel 1.1

Harga Saham Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2009

(dalam rupiah)

No. Nama Perusahaan KODE

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 1 PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ABDA 280 220 220 190 300 2 PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk AHAP 135 90 225 86 114 3 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk AMAG 105 85 83 50 95 4 PT Asuransi Bintang Tbk ASBI 470 500 315 360 290 5 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk ASDM 240 175 290 125 240 6 PT Asuransi Jasa Tania Tbk ASJT 450 400 420 420 420 7 PT Asuransi Ramayana Tbk ASRM 1000 1000 1060 610 990 8 PT Lippo General Insurance Tbk LPGI 380 340 540 370 570 9 PT Maskapai Reasuransi Tbk MREI 165 150 225 174 285 10 PT Panin Insurance Tbk PNIN 265 280 330 149 255

11 PT Panin Life Tbk PNLF 135 165 195 83 140

Sumber:www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat adanya kecenderungan peningkatan maupun penurunan harga saham yang ada dipasar modal. PT Asuransi Ramayana Tbk mempunyai harga saham tertinggi dibandingkan dengan harga saham perusahaan asuransi lainnya dengan rata rata harga saham sebesar Rp 932 dan rata rata harga saham terendah pada PT Asuransi Multi Artha Guna sebesar Rp 83,6.

Tabel 1.2

Harga Saham, Beban Klaim, Pendapatan Premi, Jumlah Kewajiban dan Total Ekuitas Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dalam ribuan (Rp 000)

Sumber:www.idx.co.id (data diolah) Nama Perusahaan

Tahun Kode Harga Saham

Beban Klaim

Pendapatan Premi

Jumlah Kewajiban

Total Ekuitas PT Asuransi Ramayana Tbk 2005 ASRM 1000 44.649.562 146.433.486 108.236.579 95.224.077 PT Asuransi Ramayana Tbk 2006 ASRM 1000 59.700.618 182.529.805 139.321.081 92.725.497 PT Asuransi Ramayana Tbk 2007 ASRM 1060 75.569.752 215.941.642 142.893.003 101.814.689 PT Asuransi Ramayana Tbk 2008 ASRM 610 92.673.139 226.944.448 203.101.930 112.261.538 PT Asuransi Ramayana Tbk 2009 ASRM 990 79.058.347 234.117.189 237.190.392 126.808.899 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk 2005 AMAG 105 81.204.086 161.570.671 134.506.342 154.571.455 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk 2006 AMAG 85 92.015.198 180.087.056 140.445.158 176.980.076 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk 2007 AMAG 83 93.149.760 213.838.285 168.902.242 196.322.799 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk 2008 AMAG 50 111.728.751 238.719.697 215.482.254 221.857.983 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk 2009 AMAG 95 106.623.085 244.674.572 234.513.120 271.811.213

Universitas Sumatera Utara

(5)

Secara teori apabila tingkat rasio keuangan tertentu mengalami kenaikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan tersebut bagus, sehingga apabila kinerja perusahaan tersebut dinilai bagus, seharusnya investor berani menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi bahwa apabila permintaan terhadap pasar naik maka harga juga akan mengalami kenaikan diluar faktor-faktor eksternal yang lain.

Tingkat beban klaim yang tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif besar akan mengancam kondisi keuangan perusahaan sehingga meningkatkan risiko bagi perusahaan. Berkurangnya kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan akan mengurangi minat investor dalam membeli saham asuransi. Berdasarkan teori dan fenomena diatas maka perlu dianalisis pengaruh rasio keuangan Early Warning System terhadap harga saham yang bergerak dalam bidang asuransi dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka judul dalam penelitian ini adalah:

“Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti merumuskan masalah ”Apakah terdapat pengaruh rasio keuangan Early Warning System yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’t Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

(6)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan tentang variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap harga saham perusahaan asuransi. Variabel independen yang merupakan faktor internal dan diduga memiliki pengaruh terhadap harga saham terdiri dari Rasio Beban Klaim (X1), yang mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya, kedua adalah Rasio Likuiditas (X2) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yaitu kemampuan dalam menghadapi terjadinya klaim asuransi, dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi solven atau tidak, ketiga adalah Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3), untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan asset yang seringkali tidak bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung, dan keempat adalah Rasio Pertumbuhan Premi (X4), untuk mengukur tingkat kestabilan kegiatan operasi perusahaan, yaitu perubahan volume premi netto yang dimiliki perusahaan.

Indikator kemampuan perusahaan dalam menutup premi dalam Rasio Beban Klaim (X1), kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan indikator Rasio Likuiditas (X2), kondisi solvabilitas perusahaan dengan indikator Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3) dan perkembangan perusahaan dengan indicator Rasio Pertumbuhan Premi (X4) merupakan beberapa faktor yang akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi.

Kondisi tersebut akan mendorong adanya pilihan kepercayaan dari investor sehingga apabila kepercayaan semakin baik akan meningkatkan harga saham dan begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian diatas maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

(7)

Gambar 1.1:Kerangka Konseptual Sumber: Satria (1994:70)

D. Hipotesis

Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka pemikiran terhadap rumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa diduga rasio keuangan Early Warning System yang terdiri dari: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh signifikan terhadap harga saham”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS) yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 – 2009.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi Perusahaan

Perusahaan dapat mengetahui kondisi rasio kinerja keuangannya dan juga mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaannya sehingga bisa diambil langkah-langkah dalam menyusun kebijakan selanjutnya. Dengan adanya laporan keuangan dalam perusahaan dapat memberikan peringatan dini terhadap keuangan perusahaan serta bahan informasi

Rasio Beban Klaim (X1) Rasio Likuiditas (X2)

Ratio Agent’s Balance to Surplus (X3)

Rasio Pertumbuhan Premi ( X4 )

Harga Saham (Y)

(8)

yang diperlukan sebagai bahan pemikiran objektif untuk menentukan kebijakan dalam rangka pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

11. Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan tentang bagaimana menganalisis rasio keuangan suatu perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio keuangan khususnya di bidang analisis rasio Keuangan Early Warning System (EWS).

12. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan referensi atau informasi yang diperlukan dan perbandingan bagi penelitian dimasa yang akan datang, yang berkaitan dengan masalah rasio keuangan khususnya dengan yang menggunakan rasio Early Warning System.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan periode penelitian yang diamati adalah tahun 2005 – 2009. Penelitian ini hanya melihat rasio Early Warning System yang meliputi rasio Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel independen (bebas)

Menurut Salustra Satria (1994:63) salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan asuransi dan mengolahnya menjadi informasi yang berguna adalah Early Warning System (EWS). EWS yang digunakan adalah modifikasi dari EWS yang dibuat oleh National Association of Insurance Commissioners (NAIC) yang berada di Amerika Serikat dengan tugas mengawasi kegiatan perasuransian di wilayah negara Amerika Serikat.

Sistem ini menghasilkan rasio-rasio dari perusahaan asuransi kerugian yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang dikirimkan kepada dewan pengawas industri asuransi. Tujuan dari pembuatan rasio-rasio ini

Universitas Sumatera Utara

(9)

adalah untuk memudahkan lembaga pengawas asuransi melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan industri asuransi. Rasio-rasio tersebut dijadikan suatu sistem pengawasan yang dinamakan Early Warning System (EWS ).

Adapun variabel independen dalam rasio-rasio yang dipergunakan dari Early Warning System tersebut adalah sebagai berikut :

1. Rasio Beban Klaim ( Incurred Loss Ratio )

Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya. Rasio Beban Klaim dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:70):

Rasio Beban Klaim =

Pendapatan Premi Beban Klaim

2. Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Assets Ratio)

Rasio Likuiditas atau Liabilities to Liquid Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah kondisi keuangannya solven atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:71):

Rasio Likuiditas =

Total Kekayaan Yang Diperkenankan Jumlah Kewajiban

3. Rasio Agents’ Balance To Surplus

Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset yang seringkali tidak bisa diwujudkan ( dicairkan ) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung. Rasio Agent’s Balance To Surplus dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:72):

(10)

Rasio Agent’s Balance to Surplus Ratio =

Total Modal + Cadangan Khusus +Laba Tagihan Premi Langsung

4. Rasio Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio)

Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha operasi perusahaan. Rasio Pertumbuhan Premi dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:73):

Rasio Pertumbuhan Premi =

Premi Netto Tahun Sebelumnya Kenaikan/Penurunan Premi Netto

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham (closing price) pada akhir tahun pada periode 2005 – 2009 yang terdapat dalam laporan keuangan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan juga di www.idx.co.id.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah sektor asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia sebanyak 11 perusahaan.

b. Sampel

Universitas Sumatera Utara

(11)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:73). Adapun kriteria yang digunakan dalam sampel ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Asuransi yang tetap listing secara terus menerus di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 – 2009.

2. Perusahaan Asuransi yang telah menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009.

Adapun sampel penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3 Sampel Penelitian

No Kode Emiten

Nama Emiten

1 ABDA PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 2 AHAP PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 3 AMAG PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 4 ASBI PT. Asuransi Bintang Tbk 5 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 6 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 7 ASRM PT. Asuransi Ramayana Tbk 8 LPGI PT. Lippo General Insurance Tbk 9 MREI PT. Maskapai Reasuransi Tbk 10 PNIN PT. Panin Insurance Tbk 11 PNLF PT. Panin Life Tbk

Sumber:www.idx.co.id (September 2010, diolah)

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data dari Bursa Efek Indonesia dan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan di situs www.idx.co.id, sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2010 –

September 2010.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumber datanya berasal dari Indonesian Capital Market Director (ICMD) 2008 dan

(12)

situs resmi Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan pada periode 2005 sampai dengan 2009.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu pengumpulan data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, laporan – laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang akan diteliti.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut :

a. Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang ada dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

b. Metode Analisis Statistik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 15.00 for windows. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov- Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2009:56).

b. Uji Heteroskedastisitas

Universitas Sumatera Utara

(13)

Tujuan uji heteroskestisitas adalah ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varian yang sama di antara grup tersebut. Jika varian sama, dan ini yang harus terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas sedangkan jika varian tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang, 2009:73).

c. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan The Run Test.

d. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable independen

(14)

lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah Tolerance>0,1 atau nilai VIF<5 maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, 2009:104)

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression) bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas yaitu faktor fundamental terhadap variabel terikat yaitu harga saham, dengan rumus :

Y= β0β1X1β2X23X3β4X4e

Dimana:

Y = Harga Saham β0= Konstanta

X1 = Rasio Beban Klaim X2 = Rasio Likuiditas

X3 = Rasio Agent’s Balance to Surplus X4 = Rasio Pertumbuhan Premi

β= Koefisien regresi dari setiap variabel independen e = Variabel residual

Pengujian model regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh positif atau negatif dari masing-masing variabel bebas X1, X2, X3 , X4 , terhadap variabel terikat Y.

2. Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) akan menunjukkan besarnya presentase sumbangan variabel independen terhadap variasi naik turunnya tingkat harga saham, dimana 0 < R2 < 1, nilai R yang semakin mendekati 1 berarti semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Universitas Sumatera Utara

(15)

3. Uji Statistik a. Uji – f

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio Early Warning System secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham, bentuk pengujian : H0 = X1, X2, X3, X4 =0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari analisis rasio Early Warning Sytem terhadap harga saham.

Ha = X1, X2, X3, X

4

¿¿¿¿ ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari rasio Early Warning Sytem terhadap harga saham.

Nilai fhitung nantinya akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi (alpha) 5% dengan derajat kebebasan df = (n – k) dan (k – 1) dengan kriteria sebagai berikut :

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak b. Uji – t

Pengujian ini dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y), bentuk pengujian : Ho : Ha = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : Ha ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

(16)

Selanjutnya akan dilakukan uji signifikan dengan membandingkan tingkat signifikan (alpha) 5 % dan derajat kebebasan (n-k) dengan thitung yang diperoleh dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak

Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 1.1:Kerangka Konseptual  Sumber: Satria (1994:70)
Tabel 1.3  Sampel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin sejak konsepsi sampai pada permulaan persalinan yaitu 280 hari

Anggota KSSK, sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, dan pejabat atau pegawai Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin

(2) Apabila Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, atau Walikota dan Wakil Walikota yang telah ditetapkan sebagai anggota Tim Kampanye dan/atau

2.1 2.1 Menghayati Menghayati pentingnya pentingnya kerjasama kerjasama sebagai hasil sebagai hasil pembelajara pembelajara n sablon n sablon (screen (screen printing) printing)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa instrumen penilaian HOTS siswa SMA pada materi gerak lurus dinyatakan sangat layak dan dapat digunakan untuk melatih

Lio Sudarto sebagai Direktur PT Total Bangun Persada Tbk sampai dengan 4 (tahun) sesuai dengan Anggaran Dasar Perseroan, kecuali Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan lain.

Dalam rangka meningkatkan kapasitas Fasilitator Senior dan Fasilitator Masyarakat agar mampu melaksanakan kegiatan Program Pamsimas dan mendukung keberlanjutannya,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian antara ukuran kursi dengan anthropometri tenaga kerja wanita bagian mesin cucuk di PT Iskandar Indah Printing Textile