• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TENTANG DETERMINAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TENTANG DETERMINAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TENTANG DETERMINAN KEMISKINAN DI JAWA BARAT

Apip Supriadi

1

, Gusti Tia Ardiani

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze the conditions of poverty in West Java and analyze the determinants of poverty level in West Java.

The method used is descriptive analysis and the data used are secondary data.

By using multiple regression analysis study concluded that the factors affecting poverty in West Java is the per capita income significantly while the effect is not significant labor.

Keywords :: Per Capita Income, Labor, Poverty

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi kemiskinan di Jawa Barat dan Menganalisis determinan tingkat kemiskinan di Jawa Barat.

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis dan data yang digunakan adalah data sekunder.

Dengan menggunakan analisis regresi berganda kesimpulan penelitian bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Barat adalah pendapatan perkapita signifikan sementara tenaga kerja pengaruhnya tidak signifikan .

Kata Kunci : :Pendapatan Perkapita, Tenaga Kerja, Kemiskinan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan kebutuhan konsumsi dasar dan kualitas hidupnya. Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang sering

1

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi

dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Menurut Rintuh (2003),.

Ada dua macam ukuran kemiskinan

yaitu kemiskinan absolut dan

kemiskinan relatif. Kemiskinan

absolut adalah ketidakmampuan

(2)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

430

seseorang melampaui garis kemiskinan yang ditetapkan.

Sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan perbedaan tingkat pendapatan suatu golongan dibandingkan dengan golongan lainnya.

Secara statistik kemiskinan di perkotaan tidak sebesar yang terjadi di pedesaan, akan tetapi fenomena ini bukan berarti masalah kemiskinan di perkotaan tidak perlu ditanggulangi.

Kehidupan kota tidak terlepas dengan para migran. Ketika kondisi ekonomi sudah tidak dapat memberikan harapan namun masih banyak migran yang berupaya untuk tetap hidup di kota dengan pekerjaan yang tidak layak dan penghasilan yang rendah. Inilah salah satu yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perkotaan.

Berdasarkan data dari BPS Jawa Barat, jumlah penduduk miskin tahun 2010 sebesar 4716 ribu jiwa.

Adapun penduduk miskin tertinggi berada di Kabupaten bogor yaitu 477 ribu jiwa atau 10,12 persen, dan terendah di Kota Banjar sebesar 14,80 ribu jiwa atau 0,31 persen.

Persentase penduduk miskin di Jawa Barat sebesar 10,93 persen, tertinggi ada di Kota Tasikmalaya, yaitu sebesar 20,71 persen, disusul oleh Kabupaten Cirebon sebesar 16,12

persen, terendah ada di Kota Depok 2,84 persen.

Garis kemiskinan di Jawa Barat tahun 2010 sebesar Rp.

230.445 per kapita per bulan.

Tertinggi ada di Kota Bekasi sebesar Rp. 332.849 per kapita/bulan dan terendah ada di Kota Banjar yaitu Rp.

193.305 per kapita per bulan.

Masih tingginya angka kemiskinan menunjukkan bahwa penanganan yang dilaksanakan pemerintah untuk masyarakat miskin belum mampu untuk menjangkaunya, sehingga untuk menanggulangi kemiskinan perlu dikaji faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Barat.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kondisi kemiskinan di Jawa Barat ?

2. Menganalisis determinan tingkat kemiskinan di Jawa Barat ? KERANGKA PEMIKIRAN

Kemiskinan di Pulau Jawa lebih

meluas bila dibandingkan dengan

pulaupulau lainnya di Indonesia.

(3)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

431 Sebagai alasan dapat dihubungkan

dengan penduduknya yang lebih padat dibandingkan dengan pulau- pulau lainnya. Pertumbuhan yang cepat menghendaki pemenuhan hidup yang meningkat pula. Tingkat pertumbuhan kesempatan kerja akan meningkat seiring dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam keadaan terbatasnya lapangan pekerjaan, maka akan sulit bagi sebagian angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tingkat pengangguran yang dapat menyebabkan kemiskinan.

Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 4716 ribu jiwa pada tahun 2010,. Daerah dengan kepadatan penduduk terbesar berada di dekat Jakarta serta Bandung yang merupakan ibukota provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia. Kepadatan penduduk ini disebabkan oleh meningkatnya migrasi penduduk yang umumnya tidak memiliki ketrampilan memadai sehingga mereka bekerja secara tidak layak dan memperoleh penghasilan yang rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidup di kota yang relatif lebih mahal dibandingkan di pedesaan. Keadaan

ini akan meningkatkan jumlah penduduk miskin.

OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian

Objek penelitian yang akan dianalisis adalah mengenai kemiskinan, pendapatan perkapita, dan jumlah tenaga kerja di Jawa Barat.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang menjelaskan penelitian dengan mendasarkan pada hasil data dilapangan dan hasil pengolahan data.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari Badan Statistik, dokumen-dokumen perusahaan atau organisasi, surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data kemiskinan, data pendapatan, dan tenaga kerja, diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat.

Metode Analisis

(4)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

432

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model ekonometrika dengan model analisis regresi berganda. Model penelitian yang digunakan adalah :

K= k

0

+ k

1

Y

kap

+ k

2

TK + E

0

dimana :

K : Jumlah penduduk Miskin di Jawa Barat

Y

kap

: Pendapatan perkapita (miliar Rp) TK: Jumlah tenaga kerja di Jawa Barat (orang)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Kemiskinan di Jawa Barat

Masalah kemiskinan merupakan masalah pembangunan

yang setiap tahun menjadi sorotan setiap pemerintah daerah, karena untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan salah satu indikatornya adalah jumlah pengangguran yang terjadi di daerah tersebut. Semakin sedikit jumlah penduduk yang menganggur

mengindikasikan program pembangunan suatu daerah berhasil dan tepat sasaran, karena banyak dari penduduk yang memasuki pasar kerja atau dengan kata lain penduduk daerah tersebut bekerja dan mendapatkan penghasilan.

Sebagai gambaran jumlah

penduduk miskin di Jawa Barat

Tahun 2007 – 2012 dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

(5)
(6)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

433 Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat Tahun 2007 – 2012

Sumber : Jawa Barat Dalam Angka (beberapa terbitan), diolah

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Jawa Barat dari tahun 2007 – 2012, kecenderungannya menurun.

Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat Tahun 2007 sebesar 5.457.900 orang menjadi sebesar 4.393.684 orang pada Tahun 2012.

Sementara itu jumlah penduduk miskin di Jawa Barat Tahun 2012

berdasarkan Kabupaten/Kota dapat dilihat sebagai berikut, jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kabupaten Bandung sebanyak 745.416 orang, Kabupaten Bogor sebanyak 607.749 orang, sementara jumlah penduduk miskin nya sedikit adalah terdapat di Kota Sukabumi, Kota Cimahi dan Kota Banjar.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

5,457,900 5,249,600

4,852,520 4,716,000 4,540,179 4,393,684

1 2 3 4 5 6

Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat Tahun 2007 - 2012

(7)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

434

607,749

257,078 386,684

745,416

263,801 218,015

134,926 100,347

146,127 118,003 124,674

174,355 211,564 141,255

252,306 306,843

198,313

71,456 3,432

101,153 (1,705)

104,099 47,433

12,572 56,787

9,355 (100,000)

- 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000

Jumlah Penduduk Miskin Kab/Kota di Jawa Barat Tahun 2012

Gambar 2. Jumlah Penduduk Miskin Kab/Kota di Jawa Barat Tahun 2012 Sumber : Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2012, diolah.

Apabila dilihat, sebenarnya jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota di Jawa Barat adalah tidak merata, dimana di Kab/Kota yang merupakan daerah tujuan untuk

usaha/mencari pekerjaan, maka jumlah penduduk miskin lebih banyak dibandingkan dengan Kab/Kota yang bukan pusat pertumbuhan

Determinan Kemiskinan di Jawa Barat

Berbicara determinasi kemiskinan berdasarkan teori sangatlah banyak, baik dilihat dari sisi ekonomi maupun dari sisi non ekonomi. Khusus pada penelitian ini determinasi yang akan di analisis adalsh pendapatan perkapita dan jumlah tenaga kerja yang bekerja. Sebelum menganalisis lebih jauh, pembahasan determinasi ini akan diawali dengan penjelasan tentang pendapatan perkapita dan jumlah tenaga kerja yang bekerja di Jawa Barat, sebagai berikut:

Pendapatan perkapita diperoleh dari hasil bagi PDRB dengan penduduk pertengshan tahun. Pendapatan perkapita dapat juga dijadikan indicator pembangunan, dimana semakin tinggi pendapatan perkapita menunjukkan daya beli masyarakat semakin meningkat, artinya tingkat kesejahteraan masyarakatpun meningkat.

Gambaran pendapatan perkapita di

Jawa Barat dapat dijelaskan sebagai

beikut. Pendapatan perkapita Jawa Barat dari

Tahun 2007 sampai dengan tahun 2011,

(8)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

435 menunjukkan trend yang meningkat, kondisi ini

sejalan dengan semakin baiknya perekonomian di Jawa barat, yang ditunjang oleh peningkatan 9 sektor ekonomi yang menunjukkan dampak positif terhadap

perekonomian Jawa Barat. Akan tetapi memasuki Tahun 2012, pendapatan perkapitanya menunjukkan peningkatan yang relatif kecil dari Tahun 2011.

6,636,908.84

6,892,754.31

7,072,170.80

7,484,225.00

7,828,804.00 7,828,805.05

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pendapatan Perkapita Jawa Barat

Gambar 3. Pendapatan Perkapita Jawa Barat

Sumber : Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2012 (beberapa terbitan), diolah

Selanjutnya, determinasi kemiskinan yang lainnya adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja, maksudnya adalah semakin banyak penduduk yang bekerja berarti penduduk tersebut memiliki pendapatan dan daya beli masyarakatpun meningkat. Dengan meningkatnya daya beli mengindikasikan

bahwa masyarakat mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tingkat kesejahteraannyapun relatif meningkat.

Kondisi jumlah tenaga kerja yang

bekerja di Jawa Barat dapat digambarkan

sebagai berikut:

(9)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

436

Gambar 4 Jumlah Tenaga Kerja di Jawa Barat Tahun 2007 – 2012 Sumber : Jawa Barat Dalam Angka (beberapa terbitan), diolah

Jumlah tenaga kerja di Jawa Barat dari Tahun 2007 – 2012, perkembangannya fluktuatif. Dari Tahun 2007 ke Tahun 2008 jumlah tanaga kerja yang bekerja menurun, yaitu dari 14.801.844 orang menjadi 9.168.082 orang, memasuki Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 jumlah tenaga kerja yang bekerja di Jawa Barat menunjukkan trend yang meningkat. Hal

ini ditunjang semakin terbukanya kesempatan kerja disamping kualitas sumber daya manusia yang semakin meningkat, dengan program pendidikan di Jawa Barat.

Sementara apabila dilihat sebaran jumlah tenaga kerja di Jawa Barat berdasarkan Kabupaten/Kota dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

2007 2008 2009 2010 2011 2012

14,801,844.00

9,168,082.00 9,402,124.00

16,942,444.00 17,454,781.00 18,321,108.00

1 2 3 4 5 6

Jumlah Tenaga Kerja di Jawa Barat Tahun 2007 - 2012

(10)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

437 Gambar 5. Jumlah Tenaga Kerja Kab/Kota di Jawa Barat Tahun 2012

Sumber : Jawa Barat Dalam Angka Tahun 2012

Dengan memperhatikan determinasi di atas, maka untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita dan jumlah tenaga kerja terhadap kemiskinan di Jawa Barat,

dianalisis dengan menggunakan pengolahan data regresi sederhana (multiple regression).

1,995,032.00 958,955.00

899,502.00

1,323,166.00 936,552.00

811,323.00 748,629.00 453,382.00

762,065.00 557,086.00 487,639.00

732,279.00 693,303.00 375,959.00

917,556.00 1,107,002.00 583,954.00

383,111.00 109,249.00

1,064,167.00 116,605.00

977,043.00 750,820.00 225,763.00 274,314.00 76,652.00

- 500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00 2,500,000.00 Bogor

Sukabumi Cianjur Bandung G a r u t Tasikmalaya C i a m i s Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang B e k a s i Bandung Barat Kota B o g o r Kota Sukabumi Kota Bandung Kota Cirebon Kota Bekasi Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya Kota Banjar

Jumlah Tenaga Kerja Kab/Kota di Jawa Barat Tahun 2012

(11)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

438

Pengujian model regresi sederhana dilakukan untuk menganalisis model yang akan digunakan tersebut terbebas dari penyakit, maksudnya sebelum dilakukan analisis lebih jauh mengenai pengaruh pendapatan perkapita dan jumlah tenaga kerja

terhadap penduduk miskin di Jawa Barat.

Berikut ini akan disajikan beberapa pengujian yang biasa dilakukan pada model regresi sederhana, yaitu uji normalitas, uji multkolinieritas dan uji serial korelasi.

Uji Normalitas (JB prob > 0.05 normal)

Untuk mengetahui residualnya berdistribusi normal adalah dengan membandingkan nilai Jarque-Bera (J-B) dengan nilai tabel Chi- Square (χ

2

) atau dengan melihat nilai probabilitas J-B > 0.05. Pada pengujian ini nilai

Jarque-Bera sebesar 0.439266 dan nilai probabilitasnya 0.8028 lebih besar dari 5%

yang berarti memenuhi asumsi normalitas (data yang digunakan berdistribusi normal).

Uji Multikolinieritas

0 1 2 3

-100000 0 100000

Series: Residuals Sample 2007 2012 Observations 6

Mean -1.33e-09

Median -15601.91

Maximum 116776.5

Minimum -123205.6

Std. Dev. 93079.87

Skewness 0.125328

Kurtosis 1.698371

Jarque-Bera 0.439266

Probability 0.802813

(12)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

439 Date: 04/05/14 Time: 02:19

Sample: 2007 2012 Included observations: 6

Autocorrelation Partial Correlation AC PAC Q-Stat Prob

. ****| .| . ****| .| 1 -0.479 -0.479 2.2036 0.138 . **| .| .*****| .| 2 -0.297 -0.684 3.2654 0.195 . |*** .| . **| .| 3 0.450 -0.288 6.5022 0.090 . *| .| . ***| .| 4 -0.182 -0.375 7.2993 0.121 . | .| . | .| 5 0.009 -0.013 7.3032 0.199

Multikolinieritas menunjukan gejala adanya hubungan linier atau hubungan yang pasti diantara variabel bebas dalam model regresi. Untuk mengetahui atau tidak adanya multikolinieritas dalam model regresi maka dapat menganalisis multikollinearity test dengan melihat Correlogram of Residuals. Hal ini bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC) tidak lebih dari 0,5.

Berdasarkan analisis Correlogram of Residuals maka dapat disimpulkan bahwa model yang dipakai tidak terdapat multikolinieritas dalam model regresi. Hal ini bisa dilihat dengan nilai Autocorrelation (AC) tiap variabel yang tidak lebih dari 0,5.

Uji Serial Korelasi ( AUTOKORELASI GOODFREY)

Prob chi square terbebas dari serial korelasi

(13)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

440

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.665073 Prob. F(2,1) 0.4806

Obs*R-squared 4.614366 Prob. Chi-Square(2) 0.0995

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 04/05/14 Time: 02:14 Sample: 2007 2012

Included observations: 6

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 138244.4 821835.4 0.168214 0.8939

SER02 -0.002580 0.133374 -0.019341 0.9877

SER03 -0.008024 0.016665 -0.481502 0.7143

RESID(-1) -1.002244 0.610690 -1.641167 0.3484 RESID(-2) -0.971148 0.684244 -1.419301 0.3907

R-squared 0.769061 Mean dependent var -1.33E-09 Adjusted R-squared -0.154695 S.D. dependent var 93079.87 S.E. of regression 100020.6 Akaike info criterion 25.73905 Sum squared resid 1.00E+10 Schwarz criterion 25.56551 Log likelihood -72.21714 Hannan-Quinn criter. 25.04438 F-statistic 0.832537 Durbin-Watson stat 2.551023 Prob(F-statistic) 0.665352

Uji serial korelasi dalam model menunjukan adanya hubungan korelasi antara variabel gangguan (error term) dalam suatu model. Untuk mengetahui adanya serial korelasi dalam model maka dapat melihat Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, dengan melihat nilai Obs*R squared atau dengan melihat probabilitas Chi-Square. Jika nilai probabilitas Chi-Square > 0.05 maka tidak terjadi serial korelasi.

Berdasarkan analisis Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test maka dapat disimpulkan bahwa model yang dipakai tidak memiliki masalah serial korelasi. Hal ini bisa

dilihat dari nilai Prob. Chi-Square squared adalah 0,0995 lebih besar dari 0.05.

Setelah dilakukan pengujian

terhadap model regresi, langkah

berikutnya adalah menganalisis pengaruh

pendapatan perkapita dan jumlah tenaga

kerja terhadap penduduk miskin di Jawa

Barat. Hasil pengolahan data, dengan

menggunakan software Eview’s 6

diperoleh hasil berikut ini

(14)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

441 Dependent Variable: Pddk Miskin

Method: Least Squares Date: 04/05/14 Time: 02:06 Sample: 2007 2012

Included observations: 6

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 11164971 932816.3 11.96910 0.0013 Ykap -0.899071 0.150458 -5.975582 0.0094 TK 0.017990 0.018391 0.978167 0.4001 R-squared 0.948999 Mean dependent var 4868314.

Adjusted R-squared 0.914999 S.D. dependent var 412161.6 S.E. of regression 120165.6 Akaike info criterion 26.53798 Sum squared resid 4.33E+10 Schwarz criterion 26.43386 Log likelihood -76.61395 Hannan-Quinn criter. 26.12118 F-statistic 27.91133 Durbin-Watson stat 2.867921 Prob(F-statistic) 0.011518

Berdasarkan data hasil estimasi model regresi untuk determinasi penduduk miskin di Jawa Barat, menunjukan bahwa pendapatan perkapita berpengaruh negatif terhadap penduduk miskin, artinya apabila pendapatan berkurang 1%, maka penduduk miskin akan meningkat sebanyak 0.89 orang sedangkan tingkat tenaga kerja berpengaruh positif terhadap penduduk miskin di Jawa Barat, artinya apabila jumlah penduduk yang bekerja meningkat maka penduduk miskin akan bertambah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ketika penduduk banyak yang bekerja, maka seharusnya jumlah penduduk miskin berkurang. Kondisi ini dapat saja terjadi ketika penduduk yang

bekerja memperoleh pendapatan hanya sebesar upah minimum regional, atau bekerja dengan standar gajih yang rendah. Dengan demikian pendapatan/gaji yang diperoleh belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Nilai dari probabilitas F-stat yang menunjukan nilai 0,011518 hal ini mengindikasikan bahwa secara bersama- sama variabel pendapatan perkapita dan tenaga kerja mempengaruhi variabel jumlah penduduk miskin secara signifikan di Provinsi Jawa Barat..

Bila kita lihat nilai dari tingkat R-

squared yang menunjukan angka 0,948999

(15)

Kajian Tentang Determinan Kemiskinan Di Jawa Barat

442

menunjukan bahwa variabel bebas yang dianalisis mampu menjelaskan 94,9% dari variabel peduduk miskin sedangkan sisanya sebesar 5,1% dijelaskan oleh variabel diluar model estimasi (error term)

KESIMPULAN

1. Perkembangan jumlah penduduk miskin di Jawa Barat dari tahun 2007 – 2012, kecenderungannya menurun.

Jumlah penduduk miskin di Jawa Barat Tahun 2007 sebesar 5.457.900 orang menjadi sebesar 4.393.684 orang pada Tahun 2012. Sementara itu jumlah penduduk miskin di Jawa

Barat Tahun 2012 berdasarkan Kabupaten/Kota dapat dilihat sebagai berikut, jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kabupaten Bandung sebanyak 745.416 orang, Kabupaten Bogor sebanyak 607.749 orang, sementara jumlah penduduk miskin nya sedikit adalah terdapat di Kota Sukabumi, Kota Cimahi dan Kota Banjar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Jawa Barat adalah pendapatan perkapita signifikan sementara tenaga kerja pengaruhnya tidak signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, 2000, Analisis Regresi : Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. . Jawa Tengah Dalam Angka Berbagai Tahun Terbitan.

Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Gujarati, Damodar, 2003, Basic Econometrics, Fourth Edition.

McGraw-Hill Companies, New York.

Hsiao, C, 2003, Analysis of Panel Data, Cambridge University Press, New York.

Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Undip: Semarang.

Mankiw, Gregory, 2006, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, Penerjemah : Chriswan Sungkono, Salemba Empat, Jakarta.

Marzuki, 2005, Metodologi Riset. Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Rintuh, C.. M,. 2003. Kelembagaan dan Ekonomi Rakyat. Dikti, Jakarta.

Rahmawati, Y. I. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskian Rumah Tangga di Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur [skripsi]. Program Studi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Sajogyo. 1977. Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan.

IPB, Bogor.

Suparlan, P. 1984. Kemiskinan di Perkotaan: Bacaan untuk Antropologi Perkotaan. Sinar Harapan, Jakarta.

Sadono Sukirno, 1999, Makroekonomi

Modern. Penerbit Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

(16)

Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 3, no 1, Januari – Juni 2013 Apip Supriadi, Gusti Tia Ardiani

443 Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga.

Penerjemah: Haris Munandar.

Erlangga: Jakarta.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith.

2004. Pembangunan Ekonomi di

Dunia Ketiga, Edisi kedelapan.

Erlangga: Jakarta.

Todaro, M. 1998. Pembangunan Ekonomi.

Haris Munandar [penerjemah].

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien determinasi pada model spasial otoregresif sebesar 64.1% menunjukkan keragaman persentase penduduk miskin di Pulau Jawa dapat dijelaskan dalam

Berdasarkan hasil analisis Regresi Panel menunjukkan bahwa harga pembelian pemerintah, harga eceran beras berpengaruh negatif signifikan sementara jumlah penduduk, pendapatan

Berdasarkan hasil estimasi model persamaan simultan terlihat faktor-faktor yang memengaruhi PDRB Jawa Barat adalah modal pemerintah yang terdiri dari Pendapatan Asli

Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga cenderung

Sedangkan variabel Tingkat Pengangguran dan Dummy (Kawasan andalan dan bukan andalan) berpengaruh negatif serta tidak signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa

Pada kasus kemiskinan di Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah indikator- indikator yang berpengaruh terhadap presentase penduduk miskin di Kabupaten dan Kota di Jawa

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh model regresi spasial eror ensemble untuk persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah dengan faktor yang mempengaruhi adalah

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh model regresi spasial eror ensemble untuk persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah dengan faktor yang mempengaruhi adalah rumah