ANALYSIS OF EFFECT OF THE GOVERNMENT PURCHASE PRICE POLICY ON DEMAND OF RICE IN THE DISTRICT / CITY PROVINCE LAMPUNG 2009-2013.
By
MEGA MARISKA
ABSTRACT
One role of government in the economy is stabilizing role, is the main food stabilization. One of the interventions made by the government to seek the stability of food prices (rice) is to issue a policy Government Purchasing Price (HPP). But the fact the field showed that the average price of rice in the province of Lampung sealalu has increased every year. Price stability is also affected by factors that affect demand for rice itself. Therefore, this study aimed to determine the effect on demand for rice HPP policy and to determine the effectiveness of HPP policy in maintaining price stability in the province of Lampung.The data used in this study is a data panel on the District / City Lampung 2009-2014.
This study uses a panel regression method to determine the factors that influence the demand for rice and Cusum test to determine the effectiveness of the policy of Government Purchasing Price (GPP). Based on the results of panel regression analysis showed that the government purchase price, the retail price of rice while the negative effect of population, per capita income significant positive effect on demand for rice in the Regency / City Lampung Province in 2009-2013. Based Cusum test results indicate that the government purchase price effectively maintain stability of the retail price of rice in the Regency / City Lampung Province.
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
LAMPUNG TAHUN 2009-2013 Oleh
MEGA MARISKA
ABSTRAK
Salah satu peran pemerintah dalam perekonomian yaitu peran stabilisasi, utamanya adalah stabilisasi pangan. Salah satu intervensi yang dilakukan pemerintah untuk mengupayakan stabilitas harga pangan (beras) adalah dengan mengeluarkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Namun fakta di lapangan
menunjukkan bahwa rata-rata harga beras di Provinsi Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Stabilitas harga beras juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan HPP terhadap permintaan beras dan untuk mengetahui efektivitas kebijakan HPP dalam menjaga stabilitas harga beras di Provinsi Lampung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel pada Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2014. Penelitian ini menggunakan metode Regresi Panel untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras dan uji Cusumuntuk mengetahui efektivitas kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Berdasarkan hasil analisis Regresi Panel menunjukkan bahwa harga pembelian pemerintah, harga eceran beras berpengaruh negatif signifikan sementara jumlah penduduk, pendapatan perkapita berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013. Berdasarkan hasil uji Cusummenunjukkan bahwa harga pembelian pemerintah efektif menjaga stabilitas harga eceran beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung.
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013
Oleh Mega Mariska
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI
pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN HARGA PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2009-2013
Skripsi
Oleh Mega Mariska
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ... 14
2. Kebijakan Harga Minimum atau Harga rendah ... 21
3. Menaikkan Pendapatan dengan Memberi Subsidi ... 22
4. Kebijakan Harga Maksimum ... 23
5. Kurva Permintaan... 25
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang dan Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat penelitian ... 12
E. Kerangka Pemikiran ... 12
F. Hipotesis ... 13
G. SistematikaPenulisan ... 15
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 16
A. Peran Pemerintah ... 16
a. Peran Stabilisasi... 16
b. Peran Alokasi ... 17
c. Peran Distribusi ... 18
B. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian... 19
C. Kebijakan Harga... 19
D. Permintaan (Demand) ... 24
a. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 26
1. Harga Barang lain ... 26
2. Pendapatan Para Pembeli... 26
3. Distribusi Pendapatan ... 26
4. Cita Rasa Masyarakat ... 27
5. Jumlah Penduduk... 28
ii
E. Hubungan Antara Harga dan Permintaan ... 28
F. Penelitian Terdahulu ... 30
III. METODE PENELITIAN ... 32
A. Jenis dan Sumber Data... 32
1. Jenis Data... 32
2. Sumber Data ... 32
B. Batasan Variabel ... 32
C. Alat Analisis... 33
1. Regresi Data Panel... 33
a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel... 37
b. Model Persamaan... 39
2. Pengujian Kriteria Statistik... 40
a. Uji t-statistik... 40
b. Uji F-statistik ... 41
c. Penafsiran Koefisien Determinan (R2)... 42
D. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Analisis Pemilihan Model Estimasi Regresi Panel ... 45
1. Uji Chow... 45
2. Uji hausman ... 46
B. Estimasi Hasil Regresi Panel dengan PendekatanFixed Effect... 47
C. Pengujian Hipotesis ... 49
1. Uji Parsial t-statistik ... 49
2. Uji F-Statistik ... 51
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
V. SIMPULAN DAN SARAN... A. Simpulan... 58
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil uji hausman dan PendekatanFixed Effect ... 63
2. Hasil Uji Cusum Terhadap 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
Tahun 2009-2013 ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah ... 2
2. Perkembangan Produksi Beras ... 4
3. Perkembangan Harga Eceran Jagung ... 6
4. Perkembangan Jumlah penduduk ... 7
5. Perkembangan Pendapatan Perkapita Penduduk ... 9
6. Ringkasan Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 30
7. Uji Hausman ... 46
8. Hasil Estimasi Data Panel dengan PendekatanFixed Effect ... 47
9. Hasil Uji t-Statistik ... 49
MOTO
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Ar-Ra’d ayat 11)
Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Albaqarah ayat 153)
Impian adalah masa depan, untuk meraihnya maka jalani hari ini dengan sebaik-baiknya.
(Mega Mariska)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Saya persembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho
serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.
Alhamdulillahirabbil’alamiin
Untuk Ayah dan Ibu, terimakasih atas doa yang selama ini diberikan untuk
kelancaran skripsi ini sampai dengan tahap akhir.
Kakak-kakak dan adikku yang luar biasa, Arif Widianto, Mahlisa Nadina,S.H,
Maya Masita,S.E, Mirtha Meira Yasifa, terimakasih atas doa dan dukungannya.
Serta Keponakanku tercinta M.Davan Attarifco dan Nauval Artha Serhan.
Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan,
dukungan, juga doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.
Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tangerang pada tanggal 6 Oktober 1993, sebagai anak ke tiga dari
empat bersaudara. Buah hati dari pasangan Bapak Syahren Sitorus,S.E. dan Ibu
Farihayati Mahdur,S.H.
Penulis memulai pendidikan formal di TK Aisyiah Denpasar Bali pada Tahun
1997, dilanjutkan Sekolah Dasar (SD) Muhammadiah 1 Denpasar Bali pada
Tahun 1999. Kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Denpasar
Bali diselesaikan pada Tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Muhammadiah 2 Bandar lampung diselesaikan pada Tahun 2011.
Pada Tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung Jurusan Ekonomi Pembangunan. Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah mengikuti organisasi Pers Mahasiswa PILAR pada
Tahun 2011-2014. Dan selama berorganisasi penulis pernah menjabat sebagai
reporter, sirkulasi dan pemasaran, pelaksana usaha, dan sebagai pemimpin usaha.
Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapang (KKL) pada Tahun 2013.Pada
Januari 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tritungal
Mulyo,Kecamatan Adiluwih, Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung selama 40
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “AnalisisPengaruh Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah
Terhadap Permintaan Beras di Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun
2009-2013” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dengan tulus kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Nairobi, S.E, M.Si. dan Emi Maimunah,S.E., M.Si. sebagai Ketua
dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung.
3. Ibu Marselina Muchtar,S.E, M.P.M selaku dosen pembimbing. Terimakasih
atas bimbingan, saran, serta motivasi luar biasa sehingga skripsi ini dapat
4. Ibu Emi Maimunah, S.E, M.Si. Selaku dosen penguji. Terimakasih atas
bimbingan, saran, kritik dan arahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Asrian Hendicaya, S.E sebagai Pembimbing Akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di
Universitas Lampung.
7. Keluargaku tercinta, ayah yang tiada hentinya mendukung, ibu yang tak pernah
lelah mendoakan. Kak Arif, Codang Lisa, Cikngah Maya dan Adek Mirtha
yang selalu memberikan senyuman penyemangat, motivasi dan doa yang tulus
dan ikhlas.
8. Kesayangan Bucik yang imut-imut, M Davan Attarifco dan Nauval Artha
Serhan. Terimakasih selalu suka masakan Bucik, hal itu yang membuat bahagia
dan tambah semangat.
9. Keluarga besar, incik Ida, Incik Tari, Incik akbari, Ngah Hanum, Incik Ita,
Tuan Sidiq, Tuan Abbas, Tuan Nadar, incik-incik dan tuan-tuan yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu, Terimakasih atas doa dan dukungannya.
10. Staff dan karyawan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ibu Hudaiyah,
Bang Fery, Ibu Yati, mas Usman, Pakde, mpok serta pegawai lainnya yang
telah banyak membantu kelancaran proses penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat tercinta, teman susah, senang dan segalanya, Suci Yunita Futri,
Faradina, Duwi Setiana, Ade Ayu Winanda, Cyntia Putri Aulia, Yeni
gusmawati, pemberi semangat, doa dan warna di kehidupan saya.
12. Para pejantan tangguh yang jauh disana, Diki Ardiansyah, Kak Ardan cibi, Kak
Danichan, meskipun jarang bertemu terimakasih selalu menyempatkan diri
13. Keluarga kedua ku, kakak dan adik-adik PILAR, Hendy, Rizki, Ayyu, Inne,
Fitra, Een, Yuni,Wira, Sepriadi, Septi W, Septi O, Ando, Agung, Mila, yang
selalu penuh dengan semangat dan kekompakan, trimakasih telah memberi
warna dalam kehidupan di kampus.
14. Teman satu bimbingan yang saling mendukung dan membantu, Suci Yunita
Futri, M.Rafiq, M.Syahid, Buero, Anggi, Richard.
15. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 dan teman-teman konsentrasi
Ekonomi Publik, Dina, Tingut, Suci, Duwi, Nanda, Yeni, Defti, Trimul, Dian
Ayu, Irma, Ari Bejo, Zahara, Gino, Tria, Wiwit, Rosi, Desi, Mba Dewi, Asih,
Nizon, Rafiq, Asdi, Royif, Gile, Dianita, Enny, Aming, Feby, Gella,Windy,
Ayuni, Caca, Cella, Yoga, Syahid, Mustakim, Tari, dan masih banyak lagi
yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
16. Teman-teman KKN Desa Tritunggal Mulyo Pringsewu Januari 2014 kak icel,
Mezrin, Lina, vivi, Tria, mbk Yesi, Melda, kak Nico, kak Ferdi, Kak Agung,
yang telah memberikan pengalaman yang sangat luar biasa.
17. Dan almamaterku tercinta,Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan, dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bandarlampung, 4 Januari 2016 Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu peran pemerintah dalam perekonomian yaitu peran stabilisasi,
utamanya adalah stabilisasi harga pangan. Telah banyak kebijakan publik yang
dikeluarkan pemerintah tentang stabilisasi harga pangan termasuk perberasaan
nasional, mulai dari kebijakan harga dasar yang membawa bangsa Indonesia pada
revolusi hijau yang mendorong peningkatan produksi pangan utama tahun
1960-an d1960-an berbagai kebijak1960-an lainnya (Projogo, 2011). Salah satu intervensi y1960-ang
dilakukan pemerintah untuk mengupayakan stabilisasi harga pangan adalah
dengan mengeluarkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), yang
dimulai pada Tahun 2005 dan hingga saat ini kebijakan tersebut masih
dilaksanakan.
Kebijakan HPP bertujuan untuk melindungi produsen beras (petani) dari
kejatuhan harga terutama pada saat panen raya. Selain itu kebijakan HPP juga
bertujuan untuk menstabilkan harga beras. Stabilitas harga beras adalah
pemeliharaan tingkat harga beras dari waktu ke waktu untuk menghindari
2
Seperti yang dituangkan dalam Inpres No.3 Tahun 2012 dalam rangka menjaga
stabilisasi ekonomi nasional, melindungi tingkat pendapatan petani, stabilitas
harga beras, pengamanan cadangan beras pemerintah dan penyaluran beras untuk
keperluan yang ditetapkan oleh pemerintah, pemerintah melaksanakan kebijakan
pengadaan gabah/beras melalui HPP Kebijakan tersebut tidak hanya menarik
untuk diteliti melainkan juga penting, karena hal tersebut menyangkut pangan
pokok masyarakat Indonesia.
Tabel 1. Perkembangan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Tahun 2009-2013.
Tahun HPP Beras (Rupiah)
2009 4.600
2010 5.060
2011 5.060
2012 6.600
2013 6.600
Sumber : (Bulog),2013
Tabel 1. menunjukkan perkembangan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Tahun
2009-2013. Pada Tahun 2009 melalui Inpres No.8 Tahun 2008, pemerintah
menentukan HPP sebesar 4.600 rupiah per kilogram. Kemudian pada Tahun 2010
melalui Inpres No. 7 Tahun 2009, pemerintah menentukan HPP sebesar 5.060
rupiah per kilogram. Harga tersebut bertahan hingga Tahun 2011. Kemudian pada
Tahun 2012 melalui Inpres No.3 Tahun 2012, pemerintah menentukan HPP
sebesar 6.600 per kilogram. Harga tersebut tidak mengalami perubahan hingga
tahun 2013. Karena HPP di tetapkan sesuai dengan Inpres, maka tidak setiap
tahun kebijakan tersebut mengalami perubahan. Selain itu kebijakan tersebut
3
Kusumaningrum (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan kenaikkan harga
dasar pembelian pemerintah akan meningkatkan harga gabah tingkat petani dan
akan meningkatkan pendapatan usaha tani padi per hektar. Namun, juga akan
berdampak pada peningkatan harga beras eceran sehingga permintaan beras untuk
konsumsi akan berkurang.
Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu
barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya adalah suatu
hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka
makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi
harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut
(Sukirno,2006).
Pangan di Indonesia sering diidentikkan dengan suatu jenis hasil tanaman yaitu
padi, karena pangan jenis ini merupakan makanan yang dijadikan bahan makanan
pokok utama. Beras dijadikan hampir seluruh penduduk Indonesia sebagai
pemenuhan kebutuhan kalori harian. Seperti yang dituangkan dalam UU No.18
tahun (2012), pangan pokok adalah yang diperuntukkan sebagai makanan utama
sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal.
Beras adalah komoditi pangan yang dihasilkan dari tanaman padi. Beras
mempunyai peran yang strategis dalam memantapkan ketahanan pangan,
ketahanan ekonomi, dan ketahanan/stabilitas politik nasional. Sebagian besar
penduduk Indonesia masih tetap menghendaki adanya pasokan /penyediaan dan
harga beras yang stabil, serta sepanjang waktu, terdistribusi secara merata dan
4
menjadi komoditas strategis secara politis ( Suryana, 2001 dalam
Kusumaningrum). Begitu pentingnya peranan beras bagi bangsa Indonesia
menuntut pemerintah untuk mengupayakan stabilitas harga beras.
Menurut direktur utama Bulog Sutarto Alimoeso dalam laman KOMPAS.com
mengemukakan sepuluh provinsi penghasil beras tertinggi di Indonesia pada
Tahun 2013 adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan,
NTB, DKI Jakarta dan Banten, Lampung, Sumatra Selatan, DIY Yogyakarta, dan
Aceh. Kontribusi sektor terbesar dalam PDRB Lampung pada tahun 2009-2013
adalah sektor pertanian. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) kontribusi
sektor pertanian terhadap PDRB pada tahun 2009 sebesar 41,55%, kemudian pada
Tahun 2010 sebesar 38,68 %. Kemudian pada tahun 2011 hingga 2013 sebesar
36,71%, 36,63% , 36,50 %.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Beras Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada Tahun 2009-2013 (Ton)
No Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013
1 L. Barat 79.754 170.457 165.342 177.810 116.607 2. Tanggamus 221.770 214.445 201.067 212.317 226.628 3. L. Selatan 356.593 339.622 395.437 399.900 441.113 4. L.Timur 340.692 449.662 443.552 492.315 509.949 5. L. Tengah 608.294 623.779 654.545 656.886 673.564 6. L. Utara 139.377 153.289 131.155 139.319 150.339 7. Way Kanan 159.897 144.421 145.477 137.161 151.674 8. Pesawaran 123.801 191.700 146.317 151.960 153.472 9. T.Bawang 336.343 191.770 186.728 187.044 186.781 10. B. Lampung 9.220 9.536 8.631 6.826 9.220 11. Metro 23.130 23.443 24.988 22.555 27.027
5
Pada Tabel 2. menunjukkan perkembangan produksi beras di kabupaten kota di
Provinsi Lampung pada tahun 2009-2013. Pada tabel di atas produksi beras
terendah terdapat di Kota Bandar Lampung yaitu pada tahun 2009 produksi beras
berjumlah 9.220 ton, tahun 2010 produksi beras meningkat berjumlah 9.536 ton,
kemudian pada tahun 2011 dan 2012 produksi menurun menjadi 8.631 ton dan
6.826 ton, tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 9.220 ton. Rendahnya
produksi beras di Bandar Lampung disebabkan karena Bandar Lampung sebagai
ibu kota Provinsi Lampung yang menjadi pusat Pemerintahan dan perekonomian
Lampung. Sehingga banyak pembangunan perumahan, perkantoran,pusat
perbelanjaan,perguruan tinggi dan lain-lain yang menggeser lahan pertanian
produktif terutama lahan sawah.
Sedangkan produksi beras tertinggi terdapat pada Kabupaten Lampung Tengah,
dari tahun 2009 hingga 2013 produksi beras terus mengalami kenaikan, dimana
pada tahun 2010 produksi beras berjumlah 608.294 ton, sampai pada tahun 2013
produksi beras berjumlah 673.564 ton. Produksi beras di setiap daerah tidak selalu
mengalami kenaikan di setiap tahunnya, ada beberapa daerah yang mengalami
fluktuasi produksi beras. Dari 14 Kabupaten Kota di Provinsi Lampung Pada
tahun 2009 hingga 2013 hanya 2 kabupaten yang selalu mengalami kenaikan
produksi beras setiap tahunnya yakni Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten
Pringsewu. Selain kabupaten tersebut tingkat produksi beras selalu mengalami
fluktuasi.
Sukirno (2006) mengemukakan hukum permintaan utamanya memperhatikan sifat
hubungan antara harga sesuatu barang dengan jumlah barang yang diminta.
6
barang juga ditentukan oleh banyak faktor lain. Salah satunya adalah harga barang
lain.
Harga barang lain dalam penelitian ini adalah harga jagung pipilan. Jagung pipilan
dikategorikan sebagai barang pengganti dari beras. Sukirno (2006) dalam bukunya
mengemukakan suatu barang dinamakan barang penganti kepada barang lain
apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. harga barang pengganti
dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantikannya. Sekiranya
harga barang penganti lebih murah maka barang yang digantikannya akan
megalami pengurangan dalam permintaan.
Tabel 3. Perkembangan Rata-Rata Harga Eceran Jagung Pipilan di
Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 (Rupiah/Kg)
No. Tahun 2009 2010 2011 2012 2013
1 L. Barat 2.527 2.430 2.930 4.430 4.960 2. Tanggamus 2.358 2.761 3.308 3.297 4.069 3. L. Selatan 2.427 2.473 3.173 3,910 4.304 4. L.Timur 1.990 2.481 2.733 3.162 3.358 5. L. Tengah 2.067 2.152 2.100 2.576 2.895 6. L. Utara 1.784 2.033 2.958 3.712 4.150 7. Way Kanan 2.200 2.179 3.944 3.817 4.227 8. Pesawaran 2.032 2.463 2.686 3.070 3.367 9. T.Bawang 2.154 2.310 3.350 3.820 4.390 10. B. Lampung 2.750 3.000 3.918 4.504 5.000 11. Metro 1.864 2.202 3.000 3.725 4.264
Sumber:Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Tabel 3. menunjukkan perkembangan rata-rata harga eceran jagung pipilan di
Provinsi Lampung tahun 2009-2013. Harga eceran jagung terendah terdapat pada
kabupaten lampung Tengah yaitu sejumlah Rp.2.067 pada tahun 2009, kemudian
meningkat sebesar 2.152 pada tahun 2010, dan selalu mengalami peningkatan
7
Rp.2.895. Harga eceran jagung tertinggi terdapat pada Kota Bandar Lampung,
yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 2.750. dan setiap tahunnya mengaami kenaikan
harga, hingga pada tahun 2013 harga eceran jagung di Bandar Lampung sebesar
Rp.5.000.
Kusumaningrum (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa permintaan
beras untuk konsumsi Indonesia dipengaruhi oleh harga beras eceran, harga
jagung (sebagai barang pengganti), jumlah penduduk Indonesia, pendapatan
penduduk Indonesia, dan permintaan beras tahun sebelumnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang adalah jumlah
penduduk. Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan
pertambahan permintaan. pendapatan akan menambah daya beli dalam
masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan
(Sukirno,2006).
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 (jiwa)
No Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013
8
Pada Tabel 4. menunjukkan perkembangan jumlah penduduk di kabupaten kota di
Provinsi Lampung pada tahun 2009-2013. Pada Tabel 3. jumlah penduduk
terendah terdapat pada kota Metro yaitu sejumlah 142.988 jiwa pada tahun 2009,
kemudian meningkat pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 145.471 jiwa dan
166.452 jiwa. Hingga pada tahun 2012 dan 2013 menurun sebesar 160.962 jiwa
dan 153.517 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tertinggi terdapat pada Kabupaten
Lampung Tengah. pada tabel tersebut menunjukkan rata-rata jumlah penduduk di
setiap kebupaten Provinsi Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Kaitan antara jumlah penduduk dan permintaan beras diteliti oleh Nurhayati
(2005) bahwa peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 persen dalam jangka
pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar 0,93 persen. Pengaruh
peningkatan jumlah penduduk terhadap permintaan beras lebih tinggi
dibandingkan pengaruh peningkatan pendapatan perkapita. Hal ini dapat
disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk itu sendiri sekaligus akan
meningkatkan konsumsi beras perkapita, sehingga secara agregat berpengaruh
besar terhadap peningkatan permintaan beras.
Sebelumnya pada Tabel.1 menunjukkan tingkat produksi padi di kabupaten kota
Provinsi Lampung tidak selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya atau
berfluktuasi, sebaliknya pada Tabel.4 rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk
selalu mengalami kenaikan setiap tahun. Hal ini dapat mempengaruhi stabilisasi
harga beras di pasaran karena dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang selalu
meningkat akan mempengaruhi jumlah permintaan beras di pasaran sedangkan
peningkatan jumlah permintaan tidak didukung dengan peningkatan produksi
9
Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan
selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. Berbagai
barang dapat dibedakan menjadi empat golongan: barang inferior, barang esensial,
barang normal dan barang mewah. Barang esensial adalah barang yang sangat
penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Biasanya barang itu
terdiri dari kebutuhan pokok masyarakat seperti makanan (beras,kopi,dan gula)
dan pakaian yang utama. Perbelanjaan seperti ini tidak berubah walaupun
pendapatan meningkat (Sukirno,2006).
Tabel 5. Perkembangan Pendapatan Perkapita Penduduk di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
No Kab/ Kota 2009 2010 2011 2012 2013
1 L. Barat 6,15 6,72 8,00 8,94 9,85
2. Tanggamus 7,88 8,94 10,21 11,85 10,21 3. L. Selatan 9,88 11,16 12,54 14,75 16,45 4. L.Timur 9,48 10,95 12,26 13,69 15,08 5. L. Tengah 11,75 14,18 16,29 18,60 20,60 6. L. Utara 11,40 13,91 17,16 21,20 24,06 7. Way Kanan 6,32 7,40 8,46 9,68 10,81 8. Pesawaran 10,45 12,61 14,53 16,52 18,47 9. T.Bawang 12,23 14,22 16,03 18,74 21,84 10. B. Lampung 19,63 22,04 25,03 28,28 32,12
11. Metro 7,16 6,19 6,96 7,87 8,88
Sumber :BPS (Badan Pusat Stasistik)
Pada Tabel 5. menunjukkan perkembangan pendapatan perkapita kabupaten kota
Provinsi Lampung Tahun 2009-2013. Pendapatan perkapita pada tabel diatas
berdasarkan PDRB harga berlaku. Tabel 5. tersebut menunjukkan tingkat
10
tahun 2009 sebesar 19,63 juta rupiah. Kemudian pada tahun 2010 meningkat
sebesar 22,04 juta rupiah, hingga pada tahun 2013 mencapai 32,12 juta rupiah.
Sedangkan tingkat pendapatan perkapita terendah terdapat di daerah kota Metro,
dimana pada tahun 2009 pendapatan perkapita kota metro sebesar 6,19 juta
rupiah. Kemudian pada tahun 2010 meningkat sebesar 6,96 juta rupiah, hingga
pada tahun 2013 pendapatan perkapitanya mencapai 8,88 juta rupiah. Kota Metro
merupakan kota baru hasil pemekaran di Provinsi Lampung, dimana tingkat
pendapatan perkapitanya masih rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota
lainnya yang ada di Provinsi Lampung. Pada tabel di atas menunjukkan
pendapatan perkapita di setiap kabupaten/kota di Provinsi Lampung selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Terkait antara pendapatan dan permintaan beras Nuryanti (2005) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa kenaikan pendapatan perkapita sebesar 1
persen dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar 0,01
persen. Sedangkan dalam jangka panjang pendapatan perkapita sebesar 1 persen
tidak mengakibatkan perubahan permintaan.
B. Rumusan Masalah
Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) bertujuan untuk melindungi petani
dari rendahnya harga jual,selain itu HPP juga bertujuan untuk menstabilkan harga
beras. Namun rata-rata harga beras di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2013
selalu mengalami kenaikan di setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS pada Tahun
2009 rata-rata harga beras sebesar 5.948 rupiah, kemudian 2010 harga beras
11
Tahun 2011. Sedangkan pada Tahun 2012 peningkatan harga beras meningkat
cukup tinggi yakni sebesar 8.240 rupiah dengan selisih harga hingga 1.349 rupiah
dari tahun sebelumnya. Harga beras terus meningkat hingga pada Tahun 2013
sebesar 9.171. Data tersebut menunjukkan fakta di lapangan bahwa rata-rata harga
beras selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya setelah HPP di tetapkan.
Stabilitas harga beras juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang mepengaruhi
permintaan beras itu sendiri, seperti harga eceran beras, harga eceran jagung,
jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita. Berdasarkan latar belakang di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh kebijakan
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) terhadap permintaan beras, dan faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan beras seperti harga eceran beras, harga eceran
jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita di Provinsi Lampung Tahun
2009-2013? Apakah tujuan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
menjaga stabilitas harga beras telah efektif menstabilkan harga beras di Provinsi
Lampung?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP),
harga eceran beras, harga eceran jagung, jumlah penduduk, dan pendapatan
perkapita terhadap permintaan beras di Provinsi Lampung Tahun 2009-2013.
2. Untuk menganalisis efektivitas kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
12
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini merupakan salah satu syarat penulis dalam memperoleh gelar
sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta pertimbangan bagi
pemerintah dalam pengambilan kebijakan stabilisasi harga beras.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kebijakan
Harga Pembelian Pemerintah
4. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
E. Kerangka Pemikiran
Kebijakan publik mengenai perberasan nasional dituangkan dalam Inpres tahun
2005 yaitu kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan secara
nasional sehingga nilai kebijakan harga yang dikeluarkan nilainya sama di setiap
Provinsi diseluruh Indonesia. Dengan dikeluarkannya kebijakan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) ini diharapkan dapat menstabilkan harga beras Indonesia.
Selain itu kebijakan ini diharapkan dapat membantu petani keluar dari masalah
rendahnya harga jual beras pada saat panen raya dimana saat itu kuantitas yang
dihasilkan meningkat sehingga menurunkan harga jual.
Adanya intervensi yang dilakukan pemerintah melalui kebijakan harga pembelian
pemerintah akan mempengaruhi tingkat harga beras. Seperti yang dikemukakan
13
positif dan sangat signifikan terhadap harga produsen. Harga produsen
mempunyai pengaruh positif sangat nyata terhadap harga beras ditingkat
konsumen. Oleh karena harga produsen sangat dipengaruhi oleh harga dasar,
maka hal ini berarti bahwa harga beras di tingkat konsumen secara tidak langsung
juga sangat dipengaruhi oleh harga dasar.
Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama
dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh sebab itu dalam teori permintaan yang
terutama di analisis adalah hubungan anatara jumlah permintaan suatu barang
dengan harga barang tersebut. Hubungan tingkat harga dengan permintaan dapat
di jelaskan dengan hukum permintaan, dimana makin rendah harga suatu barang
maka maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut sebaliknya
semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap
barang tersebut (Sukirno,2006).
Selain tingkat harga, permintaan dapat dipengaruhi oleh harga barang lain, jumlah
penduduk dan pendapatan perkapita. Pertambahan penduduk akan mempengaruhi
jumlah beras yang dikonsumsi oleh masyarakat sehingga akan mengakibatkan
peningkatan permintaan beras. Peningkatan pendapatan masyarakat akan
14
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai
[image:32.595.112.502.148.428.2]berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
1. Diduga bahwa kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berpengaruh
negatif signifikan terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota
Provinsi Lampung.
2. Diduga bahwa harga eceran beras (HEB) berpengaruh negatif signifikan
terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung.
3. Diduga bahwa harga eceran jagung (HEJ) berpengaruh positif signifikan
terhadap permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung. Harga Pembelian Pemerintah
Permintaan Beras Harga Eceran Beras
Harga Eceran Jagung
Jumlah Penduduk
15
4. Diduga bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif signifikan terhadap
permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung.
5. Diduga bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif signifikan terhadap
Permintaan beras di seluruh kabupaten/kota Provinsi Lampung.
6. Diduga HPP,HEB,HEJ, Jumlah penduduk, dan Pendapatan Perkapita secara
bersama-sama berpengaruh tehadap permintaan beras di Kabupaten/Kota
Provinsi Lampung.
7. Diduga bahwa kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) efektif menjaga
stabilitas harga beras di Provinsi Lampung.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari: I Pendahuluan, II
Tinjauan Pustaka, III Metode Penelitian, IV Hasil dan Pembahasan, Serta V
Kesimpulan dan Saran.
I. Pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis dan sistematika penulisan.
II. Tinjauan pustaka yang menguraikan teori-teori yang melandasi dan
mendukung penelitian ini yang diperoleh dari literatur dan sumber lainnya.
II. Metode penelitian yang menguraikan bagaimana penelitian ini dilakukan
yang terdiri dari jenis dan sumber data, definisi variabel yang diteliti, alat
analisis, gambaran umum tempat penelitian.
III. Pembahasan, analisis hasil dan pengujian statistik yang telah digunakan.
IV. Penutup adalah bab yang menyajikan secara singkat kesimpulan yang
16
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Pemerintah
Prinsip kebebasan ekonomi dalam praktek menghadapi perbenturan kepentingan,
karena tidak adanya koordinasi yang menimbulkan harmonis dalam kepentingan
masing-masing individu, misalnya kepentingan pengusaha sering tidak sesuai
dengan dengan kepentingn karyawan bahkan sering terjadi kepentingan kedua
pihak saling bertentangan. Dalam hal ini pemerintah mempunyai peranan untuk
mengatur, memperbaiki atau mengarahkan aktivitas sektor swasta. Hal ini
disebabkan oleh karena sektor swasta tidak dapat mengatasi masalah
perekonomian, sehingga perekonomian tidak mungkin diserahkan sepenuhnya
kepada sektor swasta.
Menurut Mangkoesoebroto (1998) dalam perekonomian modern, peranan
pemerintah dapat diklasifikasi dalam 3 golongan besar, yaitu:
a. Peran Stabilisasi
Pemerintah mempunyai peranan utama sebagai alat stabilisasi perekonomian.
Perekonomian yang sepenuhnya diserahkan kepada sekor swasta akan sangat peka
terhadap goncangan keadaan yang akan menimbulkan pengangguran dan inflasi.
17
menyebabkan pengusaha mobil untuk mengurangi pegawai. Pegawai yang
menganggur akan memperkecil pengeluaran untuk barang-barang konsumsi
seperti sepatu, pakaian, yang seterusnya pengusaha sepatu , dan pakaian akan
mengurangi pegawai. Jadi gangguan di satu sektor akan mempengaruhi sektor
lain, yang tanpa adanya campur tangan pemerintah akan menimbulkan
pengangguran tenaga kerja yang akan mengganggu stabilisasi ekonomi.
b. Peran alokasi
Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor swasta.
Barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh sistem pasar ini disebutbarang
public, yaitu barang yang tidak dapat disediakan melalui transaksi antara penjual
dan pembeli. Adanya barang yang tidak dapat disediakan melalui sistem pasar ini
disebabkan karena adanya kegagalan sistem pasar(market failure).Sistem pasar
tidak dapat menyediakan barang/jasa tertentu oleh karena manfaat dari adanya
barang tersebut tidak hanya dirasakan secara pribadi akan tetapi dinikmati oleh
orang lain. Contoh dari barang/jasa yang tidak dapat disediakan melalui sistem
pasar, misalnya saja jalan, pembersihan udara, dan sebagainya. Dalam hal ini
tidak ada seorangpun yang mampu mengemukakan nilai kesukaannya terhadap
barang publik sehingga tidak ada seorang/pengusaha pun yang mau menyediakan
barang tersebut oleh karena itu barang-barang publik disediakan oleh pemerintah
karena sistem pasar gagal dalam menyediakan barang tersebut.
c. Peran Distribusi
Peran pemerintah dalam bidang alokasi adalah untuk mengusahakan agar alokasi
18
adalah sebagai alat distribusi pendapatan atau kekayaan. Distribusi pendapatan
dan kekayaan yang timbul oleh sistem pasar mungkin dianggap oleh masyarakan
sebagai tidal adil. Masalah keadilan dalam distribusi pendapatan merupakan
masalah yang rumit dalam ilmu ekonomi. ada sebagian ahli ekonomi yang
berpendapat bahwa masalah efisiensi harus dipisahkan dari masalah keadilan, atau
dengan arti kata lain, masalah keadilan adalah masalah efisiensi adalah
berkebalikan. Perubahan ekonomi ini dikatakan efisien apabila perubahan yang
dilakukan untuk memperbaiki keadaan suatu golongan dalam masyarakat
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak memperburuk keadaan golongan yang
lain.
Jadi masalah keadilan harus diserahkan kepada masyarakkat, yang melalui
wakil-wakil mereka dalam Dewan Perwakil-wakilan Rakyat merumuskan keadilan publik
yang mereka inginkan, dan selanjutnya pemerintah melalui kebijakan fiskal dan
moneter merubahah keadaan masyarakat sehingga sesuai dengan distribusi
pendapatann yang diinginkan oleh masyarakat. Pemerintah dapat merubah
distribusi pendapatan secaralangsungdengan pajak yangprogresif, yaiu relatif
beban pajak yang lebih besar bagi orang kaya dan relatif lebih ringan bagi orang
miskin, disertai dengan subsidi bagi golongan miskin. Pemerintah dapat juga
secaratidak langsungmempengaruhi distribusi pendapatan dengan kebijaksanaan
pengeuaran pemerintah misalnya: perumahan murah untuk golongan pendapatan
tertentu, subsidi pupuk untuk petani dan sebagainya.
B. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Pertanian
Kebijakan pemerintah adalah intervensi pemerintah untuk mengubah perilaku
19
produksi dan konsumsi dari berbagai komoditas yang dihasilkan oleh sebuah
sistem usaha tani dan peternakan. Dengan demikian, analisis kebijakan pertanian
dapat diartikan sebagai sebuah sistem logika untuk menganalisis kebijakan publik
yang mempengaruhi produsen, baik tanaman maupun ternak dan berbagai
olahannya. (Nurmala,2012)
C. Kebijakan Harga
Kebijakan harga merupakan wewenang pemerintah yang diturunkan dalam bentuk
peraturan dan keputusan pejabat berwenang, seperti surat keputusan menteri atau
pejabat yang diberi wewenang tentang itu. Kebijakan harga diambil dengan tujuan
untuk melindungi petani dan menstabilkan perekonomian (Moehar, 2004). Pada
tahun 2002, kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) diawali dengan konsep
Harga Dasar (HD) yang kemudian direformulasi menjadi Harga Dasar Pembelian
Pemerintah (HDPP). Perubahan Harga Dasar (HD) menjadi Harga Dasar
Pembelian Pemerintah (HDPP) tertuang dalam diktum ketiga Inpres No. 9/2001
tentang penetapan kebijakan perberasan dan berlaku sejak 1 Januari 2002. Konsep
HDPP adalah tingkat harga pembelian gabah/ beras oleh pemerintah yang
diharapkan menjadi harga acuan bagi harga beras domestik. Penentuan tingkat
HDPP mengacu pada tingkat harga beras yang layak, yaitu yang secara kuantitatif
menjamin keuntungan bagi usaha tani padi sekitar 30 persen di atas biaya
produksi dan juga HDPP ini menyebabkan harga beras terjangkau oleh sebagian
besar konsumen. Pada tahun 2005, istilah HDPP diganti menjadi harga pembelian
pemerintah (HPP). Biaya dalam konsep HPP ini relatif lebih murah dibandingkan
20
secukupnya, sesuai dengan kebutuhan penyaluran. Kebijakan semacam inii juga
semakin umum dipraktekkan dan negara produsen utama beras, seperti Thailand
dan Cina (Maulana, 2012)
Untuk menstabilkan harga dan pendapatan produsen hasil pertanian berbagai
negara melakukan campur tangan dalam menentukan produksi dan harga
(Sukirno,2006). Campur tangan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Diantaranya, yaitu:
1. Pembatasan (menentukan quota) tingkat produksi yang dapat dilakukan
tipa-tiap produsen.
2. Melakukan pembelian-pembelian barang yang ingin distabilkan harganya di
pasar bebas.
3. Memberikan subsidi kepada para produsen apabila harga pasar adalah lebih
rendah daripada harga yang dianggap sesuai oleh pemerintah.
Kebijakan yang lebih sering dilakukan oleh pemerintah adalah menetapkan harga
pada tingkat yang lebih tinggi dari pada yang ditentukan oleh pasar bebas.
Kebijakan harga yang demikian dikenal sebagai kebijakan harga minimum atau
21
[image:39.595.147.396.78.315.2]Sumber :Sadono Sukirno, 2006
Gambar 2.Kebijakan Harga Minimum atau Harga Terendah
Apabila didalam pasar tidak terdapat campur tangan pemerintah, keseimbangan
dicapai pada titik E–pada harga sebesar P dan jumlah barang yang diperjual
belikan adalah sebanyak Q. Jika pemerintah merasa harga P terlalu rendah,
kebijakan harga minimun akan dijalankan dan harga akan ditetapkan pada Pm.
Dengan kebijakan ini maka pemerintah telah mengubah permintaan dalam pasar
dari DD menjadi D1D1.Akibat kenaikan harga tersebut maka para pembeli akan
bersedia membeli sebanyak Q2sedangkan penjual menawarkan sebanyak Q1.
Maka dipasar akan terjadi kelebihan penawaran. Untuk menghindari terjadinya
kemerosotan harga pemerintah perlu membeli semua kelebihan penawaran yang
wujud tersebut pada harga Pm.
Satu masalah penting yang akan ditimbulkan dalam menjalankan kebijakan
penetapan harga di atas harga keseimbangan adalah masalah stok surplus produksi
yang terus menerus bertambah tinggi. Sekiranya setiap tahun pemerintah perlu Pm kelebihan penawaran
D1 D1
P
S
D
0 Q2 Q Q1
D S
22
membeli kelebihan penawaran maka dari tahun ke tahun stok surplus produksi
akan bertambah banyak. Cara yang dapat dilakukan agar harga tetap pada tingkat
yang ditentukan adalah dengan melakukan kebijakan membuang atau
menghancurkan kelebihan produksi yang dibeli pemerintah ataupun denganc ara
mengekspor kelebihan produksi itu ke luar negeri.
Masalah yang diterangkan di atas, yaitu stok kelebihan produksi yang terus
menerus bertambah akibat dari pembelian pemerintah di atas harga keseimbangan,
dapat dihindari dengan cara memberi subsidi pendapatan kepada para petani.
Dalam kebijakan ini, pemerintah tidak menentukan harga pasar tetapi menetapkan
harga jaminan yang akan diterima petani untuk setiap produksinya. Harga jaminan
adalah lebih tinggi dari harga keseimbangan yang dicapai dipasar. Jumlah subsidi
yang akan diberikan pemerintah untuk setiap unit produksi adalah sebesar
perbedaan antara harga jaminan dan harga keseimbangan.
[image:40.595.156.371.488.718.2]Sumber :Sadono Sukirno, 2006
Gambar 3.Menaikkan Pendapatan dengan Memberi Subsidi
D S1 S
P2 E2
P E
P1 E1
D
0 Q Q1
23
Akibat dari kebijakan memberi subsidi kepada pendapatan petani dan harga dapat
dilihat dalam Gambar 2.2. tanpa campur tangan pemerintah maka keseimbangan
akan dicapai pada titik E dan harga pasar adalah sebesar P. Karena harga ini
dianggap tidak memberi pendapatan yang memadai kepada para etani maka
pemerintah perlu menetapkan harga jaminan sebesar P2. Akibat kebijakan harga
jaminan yang lebih tinggi itu maka penawaran bertambah dari Q menjadi Q1dan
kurva penawaran berubah dari SS menjadi S1S1. Akibatkanya kedudukan
keseimbangan di pasar berubah dari E menjadi E1. Berarti harga pasar barang
tersebut menurun menjadi P1.
Keseimbangan baru ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan subsidi pendapatan
dapat menyebabkan penawaran bertambah banyak dan harga menurun. Tetapi
pendapatan yang diterima petani dari penjualannya ke pasar sangat sedikit sekali,
yaotu sebesar 0Q1E1P1dan oleh karena itu untuk mempertahankan pendapatan
mereka pada tingkat yang dikehendaki paka subsidi pemerintah diperlukan.
Dalam Gambar 2.2 besarnya subsidi pemerintah adalah P1E1E2P2dan dengan
demikian pendapatan yang diterima petani adalah 0Q1E2P2.
[image:41.595.137.432.535.731.2]Sumber :Sadono Sukirno, 2006
Gambar 4.Kebijakan Harga Maksimum
D S
E
Pm D1 A D1
S D
0 Q2 Q Q1
P1
24
Didalam masa perang atau ketidak stabilan politik dan kadang-kadang juga dalam
masa damai, ada kalanya timbul keadaan dimana penawaran adalah terbatas
sedangkan permintaan jauh lebih besar. Dalam pasar bebas, keadaan sepeti itu
akan menyebabkan harga harga keseimbangan mencapai tingkat yang jauh lebih
tinggi dari harganya yang wajar.Kebijakan harga maksimum bertujuan unuk mengendalikan harga pada tingkat yang lebih rendah dari pada harga
keseimbangan dalam pasar bebas.
Tanpa adanya campur tangan pemerintah keseimbangan akan tercapai pada E,
dimana harga dalam pasar bebas adalah sebesar P dan dan barang yang
diperjualbelikan sebanyak Q. Harga sebesar P dianggap pemerintah terlalu tinggi
dan mendorong pemerintah menjalankan kebijakan harga maksimum. Misalkan
harga maksimum tersebut ditetapkan pada Pmdan pada harga tersebut jumlah
yang ditawarkan para penjual adalah Q2sedangkan jumlah yang diminta para
pembeli adalah Q1. Dengan demikian kebijakan harga maksimum menimbulkan
kelebihan permintaan sebanyak Q2Q1(Sadono, 2006).
D. Permintaan (Demand)
Permintaan (demand) adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada
suatu pasar. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah
jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu
tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. (Moehar,2004)
Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta pada tingkat harga pada
25
yang diminta, sehingga korelasi antara tingkat harga dan jumlah barang yang
diminta ini dapat disajikan dalam kurva permintaan (Nurmala,2012)
Hukum permintaan pada hakikatnya adalah makin rendah harga dari suatu barang,
makin banyak permintaan akan barang tersebut. sebaliknya makin tinggi harga
suatu barang makin sedikit permintaan akan barang tersebut, dengan anggapan
faktor-faktor lain tidak berubah (ceteris paribus). (Moehar, 2004)
P
Q
[image:43.595.238.411.313.447.2]Sumber:Moehar,2004
Gambar 5. Kurva Permintaan
Kurva permintaan adalah kurva yang menunjukkan tempat titik-titik yang
menggambarkan maksimum pembelian pada harga tertentu dengan anggapan
cateris paribus(hal-hal lain dianggap tetap).
Gambar 2.4 memperlihatkan bahwa kurva permintaan tersebut menunjukkan
adanya hukum permintaan, dan lurusnya kurva permintaan menunjukkan adanya
anggapan bahwa yang berpengaruh terhadap jumlah permintaan hanyalah tingkat
harga, sedangkan hal-hal lain dianggap tetap(cateris paribus). Pertalian antar
26
konsekuensi bahwa apabila harga naik maka permintaan turun dan apabila harga
turun maka permintaan akan naik. Hubungan ini disebut hukum permintaan.
(Nurmala,2012)
a. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
selain pengaruh dari harga barang itu sendiri, permintaan suatu barang dapat juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (Sukirno, 2006).
1. Harga Barang- Barang Lain
Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis-jenis barang lainnya dapat
dibedakan dengan tiga golongan yaitu : barang lain itu merupakan pengganti,
barang lain itu merupakan pelengkap, kedua barang tiak mempunyai kaitan sama
sekali (barang netral).
2. Pendapatan Para Pembeli
Pendapatn para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu
menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang.berdasarkan
kepada sifat perubahan permintaan yang berlaku apabila pendapatan berubah,
berbagai barang dapat dibedakan menjadi empat golongan:Barang inferior,
barang esensial, barang normal dan barang mewah.
3. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap
27
akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila
pendapatan tersebut diubah corak distribusinya. Sekiranya pemerintah menaikkan
pajak terhadap orang-orang kaya dan kemudian menggunakan hasil pajak ini
untuk menaikkan pendapatan pekerja yang bergaji rendah maka corak permintaan
terhadap berbagai barang akan mengalami perubahan. Barang-barang yang
digunakan orang-orang kaya akan berubah permintaannya, tetapi sebalikknya
barang-barang yang digunakan orang yang pendapatan rendah yang mengalami
kenaikan pendapatan akan bertambah permintaannya. Misalnya, permintaan
terhadap mobil mewah akan bekurang tetapi permintaan terhadap rumah harga
murah akan bertambah.
4. Cita Rasa Masyarakat
Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat
untuk membeli barang-barang. Pada tahun 1960-an sedikit sekali orang yang suka
menggunakan mobil buatan jepang, tetapi semenjak tahun 1970-an suasananya
sudah sangat berubah. Di berbagai negara di dunia didapati mobil buatan jepang
semakin populer dan banyak digunakan orang. Akibatnya, permintaan terhadap
mobil-mobil buatan Amerika dan eropa sangat merosot. Contoh ini
menggambarkan bagaimana perubahan cita rasa masyarakat apat mempengaruhi
permintaan berbagai jenis barang.
5. Jumlah Penduduk
Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan
permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan
28
pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertumbuhan daya
beli ini akan menambah permintaan.
6. Ekspektasi Tentang Masa depan
Perubahan- perubahan yang diramalkan mengenai kedaaan pada masa yang akan
datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa
harga-harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka
untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada
masa yag akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan
bertambah sukar diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi, akan
mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi
29
E. Hubungan Antara Harga dan Permintaan
[image:47.595.120.443.132.390.2]Sumber:Moehar,2004
Gambar 6.Hubungan antara harga dengan permintaan
Katakann lah pada saat harga kedelai Rp. 1.000/Kg, permintaan konsumen
tercatat 1.000 Kg/ minggu (waktu), tetapi saat harga turun menjadi Rp 900/kg,
permintaan meningkat, yaitu menjadi 1.200 Kg. Demikian setrusnya gejala yang
terjadi sampai pada saat harga Rp.600/Kg permintaan menjadi 1.900 kg. Gejala
ini mengakibatkan kurva permintaan (demand curve) bergeser dari atas ke kanan
bawah. Sebaliknya, kita mulai dari harga terendah (Rp600/kg) sampai harga
tertinggi (Rp1.000/kg), kurvanya akan bergerak dari bawah ke kiri atas (Moehar,
2004).
Harga (Rp/kg)
1.000
900
800
700
600
1.000 1.200 1.400 1.600 1.900 0
30
F. Penelitian Terdahulu
No Nama dan tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Kesimpulan 1 Ria Kusumaningr um,dkk 2010 Dampak Kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah Terhadap Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia
Variabel
terikat:Permintaan Beras Indonesia Variabel terikat: Harga beras eceran, harga jagung, margin pemasaran beras, pendapatan usaha tani, harga gabah tingkat petani, HDPP, penggunaan pupuk urea, jml penggunaan TPS, jumlah
pemakaian pestisida, pengeluaran
pemerintah dan devisa
kombinasi kebijakan menaikkan HDPP akan berdampak pada peningkatan produksi padi Indonesia, tetapi jumlah permintaan beras akan menurun
disebabkan oleh peningkatan harga beras eceran.
2 Sri Nuryati 2005
Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia
Variabel terikat: permintaan beras. Variabel Bebas: permintaan beras tahun t-1, harga gabah tahun t, pendapatan perkapita tahun t, jumlah penduduk tahun t
Pegaruh peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka pendek akan
meningkatkan permintaan beras, dan dalam jangka panjang tidak merubah permintaan dan harga beras. Sedangkan peningkatan jumlah penduduk dalam jangka pendek dan pajang akan meningkatkan
permintaan dan harga beras.
3 Prajogo U.Hadi 2011
Dampak Kebijakan Harga Dasar pada Harga Produsen, Harga Konsumen dan Luas Tanaman Padi: Belajar dari Pengalaman Masa Lalu. Variabel Terikat: Harga produsen gabah Variabel Bebas: Harga dasar gabah
Harga dasar GKG mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga produsen. Harga produsen mempunyai pengaruh positifsangat nyata terhadap harga beras di tingkat konsumen. Oleh karena harga produsen sangat dipengaruhi oleh harga harga dasar, maka hal ini berarti bahwa harga beras di tingkat konsumen secara tidak langsung juga sangat
dipengaruhi oleh harga dasar. 4 Erizal
Jamal, dkk
Analisis Kebijakan Penentu Harga
Variabel terikat : Harga Beras, harga
31
2006 Pembelian gabah Gabah Kering Panen (GKP)
Variabel bebas : Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
terhadap Gabah Kering Panen (GKP). Akan tetapi dalam kuun waktu tertentu stabilitas harganya kurang baik.
5 Mohamad maulana 2012 Prospek Implementasi Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Multikualitas Gabah dan Beras di
Indonesia
metode analisis deskriptif dengan menggunakan data Provitabilitas usaha tani, kriteria penentu kualitas gabah.
32
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang memiliki
sifat runtut waktu(time series)atau data tahunan dan data antar ruang(cross
section)atau yang sering disebut data panel. Dalam penelitian ini menggunakan
data sekunder kabupaten/kota Provinsi Lampung dengan runtut waktu tahunan
dari tahun 2009-2013.
2. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari Bulog (Badan Urusan
Logistik) Provinsi Lampung, BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Lampung,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, dan instasi
lain yang terkait serta berbagai sumber lain seperti jurnal, buku, internet, dan
karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
B. Batasan Variabel
Untuk mempermudah penelitian ini, masalah yang akan dibahas adalah hanya
33
harga beras, pendapatan perkapita, jumlah penduduk dengan permintaan beras di
Provinsi Lampung.
Variabel yang menjadi batasan peubah dalam penulisan ini adalah :
1. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) ditetapkan oleh pemerintah melalui
Instruksi Presiden dan kebijakan HPP ini berlaku secara nasional, dari
Tahun 2009-2013 (rupiah/kg). Data diperoleh dari Badan Urusan Logistik
Lampung (Bulog Lampung).
2. Permintaan terhadap beras adalah jumlah barang yang diminta oleh
masyarakat tercermin dari konsumsi beras dari Tahun 2009-2013 di
Provinsi Lampung (ton). Data diperoleh dari Bulog Lampung
3. Harga eceran beras dalam penelitian ini adalah rata-rata harga beras di
kabupaten/kota Provinsi Lampung dari Tahun 2009-2013 (rupiah/kg).
Data diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Lampung.
4. Harga eceran jagung pipilan dalam penelitian ini adalah rata-rata harga
eceran jagung di kabupaten/kota Povinsi Lampung dari Tahun 2009-2013
(rupiah/kg). Data diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Lampung.
5. Jumlah penduduk yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
penduduk seluruh daerah kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada Tahun
2009-2013 (jiwa). Data diperoleh dari BPS Lampung.
6. Pendapatan perkapita dalam penelitian ini berdasarkan pada PDRB harga
berlaku dari Tahun 2009-2013 kabupaten/kota di Provinsi Lampung(juta
34
C. Alat Analisis 1. Regresi Data Panel
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Harga Pembelian Pemerintah
(HPP) terhadap permintaan beras dengan menggunakan data panel. Periode
pengamatan adalah Tahun 2009-2013, sedangkan silang tempat mencangkup 11
Kabupatan/Kota di Provinsi lampung.
Alasan pemilihan data panel(pooled data)dalam penelitian ini berkaitan dengan
beberapa keunggulan data panel, yaitu: (Gujarati,2012)
1. Data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, provinsi,
dan lain-lain selama beberapa waktu dengan batasan heterogenetitas dalam
setiap unitnya. Teknik estimasi data panel dapat mengambil
heterogenetitas tersebut secara eksplisit ke dalam perhitungan dengan
mengizinkan variabel-variabel individunya.
2. Mengombinasikan data berkala dan data tampang lintang, data panel
memberikan data yang lebih informatif, lebih variatif, kurang korelasi
antar variabelnya, lebih banyak derajat kebebasannya, dan lebih efisien.
3. Mempelajari kombinasi observasi cross-section yang berulang-ulang, data
panel paling cocok untuk mempelajari dinamika perubahan.
4. Data panel paling baik untuk memdeteksi dan mengukur dampak yang
secara sederhana tidak bisa dilihat pada data cross-section murni atau time
series murni.
5. Data panel memudahkan untuk mempelajari model perilaku yang rumit.
35
lebih tepat dipelajari menggunakan data panel daripada data cross-section
murni atau data time-series murni.
6. Dengan membuat data menjadi berjumlah beberapa ribu unit, data panel
dapat meminimumkan bias yang terjadi bila kita mengagregasikan
individu-individu atau perusahaan-perusahaan ke dalam agregasi besar.
Beragamnya daerah dan wilayah serta kondisi sosial negara kita tentu saja
masalah yang timbul akan beragam pula. Masalah yang timbul di daerah sentra
produksi, misalnya Aceh, sudah pasti tidak akan sama dengan masalah yang
muncul di Jawa atau Sulawesi. Begitu pula sebaliknya, beberapa masalah yang
berkaitan dengan kebijaksanaan harga memang beragam sekali, baik secara
nasional maupun secara regional (Moehar, 2004).
Untuk itu dalam penelitian ini menggunakan data silang tempat 11 Kabupaten
Kota yang ada di Provinsi Lampung
Beberapa hal yang akan kita hadapi saat menggunakan data panel adalah koefisien
Slopedan intersepsi yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap periode
waktu. Oleh karena itu, asumsi intersepsi,slope, danerror-nya perlu dipahami
karena ada beberapa kemungkinan yang akan muncul, beberapa kemungkinan
tersebut menunjukkan bahwa semakin kompleks estimasi parameternya sehingga
diperlukan beberapa metode untuk melakukan estimasi parameternya, seperti
36
Ketiga pendekatan yang dilakukan dalam analisis data panel dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. PendekatanCommon Effect
Teknik yang paling sederhana untuk mengesimasi data panel adalah hanya
dengan mengkombinasikan datatime series dancross section.Dengan hanya
menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan
individu maka bisa menggunakan metode OLS untuk megestimasi data panel.
Metode ini dikenal dengan estimasiCommon Effect.
2. PendekatanFixed Effect
Teknik modelFixed Effectadalah teknik mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep.
PengertianFixed Effectini didasarkan adanya perbedaan intersep antara
perusahaan namun intersepnya sama antar waktu (time invarinant).Disamping
itu, model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope)tetap antar
perusahaan dan antar waktu.
3. PendekatanRandom Effect
Dimasukkannya variabel dummy di dalam model Fixed Effect bertujuan
untuk mewakili ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namun,
ini juga membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of
freedom), yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Masalah ini
bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan (error terms)
37
a. Pemilihan Teknik Estimasi Regresi Data Panel
Dalam pembahasan teknik estimasi data panel, ada tiga teknik yang bisa
digunakan yaitu dengan metodecommon, metodeFixed Effectdan metode
Random Effect. Pertanyaan yang muncul adalah teknik mana yang sebaiknya
dipilih untuk regresi data panel. Tiga uji yang digunakan dalam menentukan
teknik yang paling tepat untuk mengestimasi regresi data panel. Pertama uji
statistik F (uji Chow) digunakan untuk memilih antara metodecommonataufixed
effect.Kedua, ujiLagrange Multiplier(LM) digunakan untuk memilih antara
commonataurandom effect. Terakhir, untuk memilih antarafixed effectatau
Random effect digunakan uji yang dikemukakan oleh Hausman.
(Widarjono, 2013).
1. Uji Chow
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan metodeFixed Effectlebih baik dari modelCommon Effect. Hipotesis nol pada uji ini adalah bahwa intersep sama, atau dengan kata lain model yang tepat untuk regresi data panel adalahCommon Effect, dan hipotesis alternatifnya adalah intersep tidak sama atau model yang tepat untuk regresi data panel adalahFixed Effect.
Apabila nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis nol ditolak
yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model
Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F tabel
maka hipotesis nol diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi
38
2. Uji Hausman
Uji secara formal dikembangkan oleh Hausman. Hausman telah
mengembangkan suatu uji statistik untuk memilih apakah menggunakan
modelFixed EffectatauRandom Effect. Statistik uji Hausman ini
mengikuti distribusi statistikChi Squaredengandegree of freedom
sebanyakkdimanakadalah jumlah variabel independen. Jika hipotesis nol
ditolak yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai tabelnya
maka model yang tepat adalah modelFixed Effectsedangkan sebaliknya
bila gagal menolak hipotesis nol yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih
kecil dari nilai kritiknya maka model yang tepat adalah modelRandom
Effect.
3. Uji LM
Untuk mengetahui apakah modelRandom Effectlebih baik dari model
Common EffectdigunakanLagrange Multiplier(LM). Uji Signifikansi
Random Effectini dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian
didasarkan pada nilai residual dari metodeCommon Effect.
Uji LM ini didasarkan pada distribusiChi-Squaresdengan derajat
kebebasan (df) 1. Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis
statistikChi-Squaresmaka hipotesis nol ditolak yang artinya model yang
tepat untuk regresi data panel adalah modelRandom Effect.Sebaliknya,
apabila nilai LM hitung lebih kecil dari nilai kritis statistikChi-Squares
maka hipotesis nol diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi
39
b. Model Persamaan
Dalam penelitian ini menggunakan data berkala selama lima tahun terakhir dan
data kerat lintang sebanyak 11 data mewakili Kabupaten Kota di Provinsi
Lampung. Model persamaannya yaitu:
Permintaanit= 0+ 1HPPit+ 2HEBit+ 3HEJit+ 4JPit+ 5Yit+ eit
Dimana:
Permintaanit: Permintaan beras Kab/Kota i dan tahun t (Ton)
HPPit : Harga Pembelian Pemerintah Kab/Kota i dan tahun t (rupiah)
HEBit : Harga Eceran Beras Kab/Kota i dan tahun t (rupiah)
HEJit : Harga Eceran Jagung Kab/Kota i dan tahun t (rupiah)
JPit : Jumlah Penduduk Kab/Kota i dan tahun t (jiwa)
Yit : Pendapatan perkapita Kab/Kota i dan tahun t (rupiah)
: konstanta
eit :Error Variabel (tingkat kesalahan)
i : 1,2,...,11 (data kerat lintang kabupaten/kota di Lampung)
t : 1,2,...,5 ( data berkala, tahun 2009-2013)
2. Cusum Test
Uji Cusum adalah uji stabilitas parameter yang dikembangkan oleh Durbin dan
Evan. Uji stabilitas parameter adalah sebuah prosedur untuk mengetahui apakah
parameter model adalah bersifat stabil dalam periode penelitian. Bagian kendali
Cusum secara langsung menyatukan semua informasi dari deret nilai sampel
degan memplot jumlah kumulatif dari deviasi nilai sample terhadap nilai target.
40
dibentuk dari plot nilai Ci= ( )terhadap nilai sampel i, dengan xj
adalah rata-rata sampel ke-j dan adalah target dari mean proses.
Cusum digunakan untuk memonitor rataan proses maupun variasi dari proses
dengan mengakumulasi selisis dari yang berada di atas target dengan ststistik
C+dan mengakumulasikan selisih dari yang berada di bawah target dengan
statistik C−. Kedua statistik tersebut, C+ dan C−, masing-masing disebut cusum
sisi atas dan sisi bawah. Keduanya dihitung sebagai berikut:
= max(0, ( + ) + )
= max(0, ( ) + )
Pada persamaan diatas, K biasa disebut sebagai nilai rekomendasi atau nilai
toleransi, dan sering kali dipilih sekitar setengah antara nilai target dan nilai di
luar kendali dengan rataan yang menarik untuk dideteksi secepatnya.
Uji Cusum ini didasarkan pada nilai kumulatif dari jumlah recrusive-residual.
Nilai kumulatif recrusive residual. Jika nilai kumulatif recrusive residual ini
berada di dalambandmaka mengindikasikan adanya kestabilan parameter
estimasi di dalam periode penelitian. Sebaliknya jika nilai kumulatif recrusive
residual berada di luarbandberarti menunjukkan adanya ketidakstabilan
parameter di dalam periode penelitian (Widarjono,2013). Untuk menganalisis
harapan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah(HPP) dalam menjaga stabilitas
harga beras diukur dengan uji Cusum. Pengukuran stabilitas harga dalam
penelitian ini menggunakan data bulanan pada periode terakhir penelitian, yaitu
41
3. Pengujian Kriteria Statistik: a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji parsial merupakan uji yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) dengan menganggap
variabel lainnya tetap (ceteris paribus). Uji t statistik dapat diestimasi dengan
membandingkan antara nilai t-statistik dengan t-tabel. Dimana t-statistik diperoleh
dari hasil estimasi dari eviews. Dan t-tabel di dapat dari tabel t dengan
menggunakan df (degree of freedom) serta tingkat keyakinan 95%.(Gujarati,2013)
Pernyataan hipotesis:
1. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel HPP terhadap permintaan beras.
Ha : βi< 0 variabel HPP berpengaruh negatif terhadap permintaan beras
2. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel harga eceran beras
terhadap permintaan beras.
Ha : βi< 0 variabel harga beras berpengaruh negatif terhadap permintaanberas
3. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel harga eceran jagung
terhadap permintaan beras.
Ha : βi> 0 variabel harga eceran jagung berpengaruh positif terhadap permintaan
beras
4. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel jumlah penduduk terhadap
permintaan beras.
Ha : βi> 0 variabel jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras
5. Ho : βi=0 Tidak terdapat pengaruh antara variabel pendapatan perkapita
terhadap permintaan beras.
42
Kriteria pengambilan keputusan :
a. Jika t-hitung positif dimana t-hitung > t-tabel