• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat. tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat. tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Konsep dan Definisi Tabungan Masyarakat

Sumber dana dari dalam negeri dapat diperoleh dari tabungan swasta dan tabungan pemerintah (Ahmad, 2006). Menurut UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Bagian penghasilan yang tidak habis untuk konsumsi disebut tabungan (Gilarso, 1994: 75). Tabungan rumah tangga keluarga dan tabungan perusahaan (termasuk tabungan institusional) bersama-sama disebut tabungan masyarakat (sektor swasta). Lebih lanjut Hadinoto (2008: 43) menjelaskan tabungan masyarakat itu dapat berbentuk 2 macam :

a. Tabungan masyarakat yang berasal dari keuntungan perusahaan- perusahaan yang langsung ditanamkan kembali di dalam usaha-usaha produktif, hal ini mengakibatkan jumlah modal masyarakat menjadi besar sehingga produksi terus meningkat.

b. Tabungan masyarakat yang berasal dari pendapatan perseorangan, keluarga-keluarga, serta dari perusahaan-perusahaan yang tidak dikonsumtifkan melainkan disimpan.

Tabungan swasta (private saving) merupakan pengertian yang sama dari tabungan masyarakat adalah sisa jumlah penghasilan yang dimiliki oleh rumah

(2)

tangga setelah membayar pajaknya dan membayar konsumsinya. Secara khusus, karena rumah tangga menerima penghasilan sebesar Y, membayar pajak sebesar T, dan membelanjakan sebesar C untuk konsumsi, tabungan swasta adalah Y–T–C (Mankiw, 2006: 78-79).

Kuncoro (1997) memiliki pengertian yang lebih menjelaskan sumber- sumber dana yang diperoleh oleh lembaga perbankan dari masyarakat. Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha yang diperoleh bank dengan menggunakan instrumen produk simpanan yang dimiliki bank. Dana masyarakat merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank dan sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari pihak-pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat. Dana masyarakat tersebut dihimpun oleh bank dengan produk-produk: Giro (demand deposits), Deposito (time deposits), dan Tabungan (saving).

2.1.2. Teori Konsumsi

Tabungan adalah bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan, sehingga sangat erat kaitannya dengan perilaku konsumsi individu. Selain itu, keputusan konsumsi sangat penting untuk analisa jangka pendek karena peranannya dalam menentukan permintaan agregat. Konsumsi adalah dua pertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB), sehingga fluktuasi dalam konsumsi adalah elemen penting dari booming dan resesi ekonomi (Mankiw, 2003:424).

2.1.2.1. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)

Keynes merupakan orang pertama yang memperkenalkan teori bahwa tabungan ditentukan oleh faktor pendapatan. Keynes mengatakan bahwa tabungan

(3)

merupakan hasil dari faktor pendapatan dikurangi faktor pengeluaran atau konsumsi. Berubahnya pola konsumsi tidak secepat perubahan pada pola pendapatan maka tabungan akan meningkat sejalan dengan naiknya pendapatan.

Dapat dibuat hipotesa konsumsi sama dengan fungsi pendapatan, C = f(Y), sehingga fungsi tabungan bisa diturunkan dari fungsi konsumsi (Hanifeliza, 2004).

Sumber : Dillard dalam Hanifeliza, 2004 Gambar 2.1

Fungsi Tabungan menurut Keynes Keterangan gambar 2.1 :

1. Pada saat pendapatan nol, untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya, seseorang akan melakukan dissaving (0-S2)

(4)

2. Fungsi konsumsi menunjukkan bahwa pada saat pendapatan Y0, seluruh pendapatan dibelanjakan untuk konsumsi sehingga tabungan pada tingkat ini adalah nol.

3. Pada tingkat pendapatan Y1 (fungsi konsumsi terletak di bawah garis pendapatan C = Y), konsumsi lebih sedikit daripada pendapatan sehingga ada sisa untuk ditabung sebesar (0-S1).

Secara matematika teori Keynes dapat ditulis sebagai berikut :

S = Y – C ... (2.1) Dimana :

S = Saving (Tabungan) C = Konsumsi

Y = Pendapatan

Teori yang menjelaskan hubungan antara pendapatan dan tabungan yaitu teori absolute income hypothesis. Teori ini menjelaskan tentang hubungan antara pendapatan dengan konsumsi dan tabungan. Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan, maka menurut Keynes tabungan merupakan fungsi dari pendapatan. Pendapatan yang digunakan dalam hipotesis tersebut merupakan pendapatan absolut.

Pendapatan absolut didefinisikan sebagai pendapatan nasional yang terjadi atau current income, bukannya pendapatan yang terjadi sebelumnya (Yt-1), bukan pula pendapatan yang diramalkan terjadi di masa datang (Yt+1). Pendapatan itu sendiri dapat berupa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau juga pendapatan domestik bruto perkapita (Arwansyah, 2003).

(5)

Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan adalah fungsi konsumsi Keynesian, yaitu :

C = f (Y) ... (2.2) Atau

C = f (Y-T) ... (2.3) Persamaan ini menyatakan bahwa konsumsi adalah fungsi dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut consumption function (Mankiw, 2003).

2.1.2.2. Hipotesis Siklus Hidup terhadap Konsumsi (Life Cycle Hypothesis of Consumption)

Hipotesis Siklus Hidup terhadap Konsumsi (Life Cycle Hyphothesis of Consumption, disingkat LCH) dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, dan Richard Brumberg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposabel. Hanya saja, model siklus hidup ini mencoba menggali lebih dalam untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya pendapatan disposabel. Ternyata, tingkat pendapatan disposabel berkaitan erat dengan usia seseorang selama siklus hidupnya. Model siklus hidup ini membagi perjalanan hidup manusia menjadi tiga periode (Rahardja dan Manurung, 2001: 64-68).

(6)

1. Periode Belum Produktif

Periode ini berlangsung dari sejak manusia lahir, bersekolah, hingga pertama kali bekerja, biasanya berkisar antara usia nol hingga dua puluh tahun.

Pada periode ini umumnya manusia belum menghasilkan pendapatan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, mereka harus dibantu oleh anggota keluarga lain yang telah berpenghasilan.

2. Periode Produktif

Periode ini umumnya berlangsung dari usia sekitar dua puluhan tahun, hingga usia enam puluhan tahun. Selama periode ini, tingkat penghasilan meningkat. Awalnya meningkat cepat dan mencapai puncaknya pada usia sekitar lima puluhan tahun. Setelah itu tingkat pendapatan disposabel menurun, sampai akhirnya tidak mempunyai penghasilan lagi.

3. Periode Tidak Produktif Lagi

Periode ini berlangsung setelah usia manusia melebihi enam puluh tahun.

Ketuaan yang datang tidak memungkinkan mereka bekerja untuk mendapatkan penghasilan.

Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang (alasannya karena adanya masa pensiun) dan tabungan membuat konsumen dapat mengalihkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah (Mankiw, 2007).

Modigliani memasukkan unsur kekayaan (assets) sebagai penentu tingkah laku konsumsi. Konsumsi akan meningkat apabila terjadi kenaikan kekayaan.

(7)

C

Y P

P B

Y Co

0 Usia

t

b

Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama (Suparmoko, 1994).

Pola konsumsi manusia berkaitan dengan periode hidupnya. Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposabelnya. Ada saatnya mereka harus berutang/mendapat tunjangan, ada saatnya harus menabung sebanyak-banyaknya, dan akhirnya ada pula saat dia harus hidup dengan menggunakan uang tabungannya. Andaikan tingkat konsumsi tahunan sepanjang hayat dianggap sama besar, maka perilaku manusia atau rumah tangga dapat digambarkan berikut ini (Rahardja dan Manurung, 2001:66-67).

Sumber: Rahardja dan Manurung (2001:67) Gambar 2.2

Fungsi konsumsi menurut Life Cycle Hypothesis

Begitu seseorang lahir, ia sudah mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup yang menuntut untuk dipenuhi, meskipun jelas usia tersebut ia sama sekali belum dapat berpartisipasi dalam pembentukan produk nasional. Ini berarti pendapatan sebesar nol dan jumlah pengeluaran konsumsinya positif, memaksa orang tersebut

C,Y

(8)

dapat memperoleh pendapatan dan pada usia B baru lagi terjadi dissaving kemudian pendapatan tersebut meningkat sehingga terjadi saving sampai dengan umur P. Bila umurnya masih panjang, maka kembali terjadi dissaving (Mulyadi, 2009).

Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat menggerakkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah. Interpretasi perilaku konsumsi ini mendasari hipotesis daur-hidup (life-cycle hypothesis). Satu alasan penting bahwa pendapatan bervariasi selama kehidupan seseorang sampai pada masa pensiun.

Kebanyakan orang merencanakan akan berhenti bekerja pada usia kira-kira 65 tahun, dan mereka berekspektasi bahwa penghasilan mereka akan turun ketika pensiun. Tetapi mereka tidak ingin standar kehidupannya mengalami penurunan besar, sebagaimana diukur dengan konsumsi mereka. Untuk mempertahankan konsumsi setelah berhenti bekerja, orang-orang harus menabung selama masa- masa kerja mereka (Mankiw, 2003: 439).

Hipotesis siklus hidup berasumsi bahwa orang menabung untuk memuluskan konsumsi mereka selama hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Oleh karena itu, orang cenderung menabung sementara bekerja sehingga dapat menambah simpanan untuk pensiun dan kemudian membelanjakan tabungan mereka yang terkumpul pada masa tua mereka. Satu implikasi dari hipotesis siklus hidup adalah bahwa suatu program seperti jaminan sosial, yang memberikan tambahan pendapatan

(9)

untuk masa pensiun, akan mengurangi tabungan dari para pekerja setengah baya karena mereka tidak lagi perlu menabung sebanyak untuk masa pensiun (Samuelson dan Nordhaus, 2004:135).

2.1.2.3. Teori Pendapatan Permanen

Milton Friedman dalam teori pendapatan permanen menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat adalah pendapatan permanen yaitu pendapatan rata-rata yang diharapkan diterima oleh seseorang selama hidupnya yang berasal dari upah dan kepemilikan asset. Menurut Friedman pengeluaran konsumsi masyarakat mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen yang diformulasikan sebagai berikut :

C = k Yp ... (2.4) Dimana :

C : Konsumsi masyarakat Yp : Pendapatan permanen

k : Proporsionalitas yang menunjukkan proporsi dari Yp yang dikonsumsi Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen.

Kadang-kadang pendapatan saat ini lebih besar daripada pendapatan permanen, kadang-kadang sebaliknya. Hal yang menyebabkan adalah adanya pendapatan tidak permanen, yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income).

Yd = Yp + Yt ... (2.5) Dimana :

Yd = pendapatan disposabel saat ini

(10)

Yp = pendapatan permanen Yt = pendapatan transitory

Dari persamaan di atas terlihat bila Yt bernilai positif, pendapatan disposabel saat ini meningkat. Hanya saja, seperti yang telah dikemukakan di awal pembahasan tentang teori pendapatan permanen, faktor yang paling berpengaruh terhadap konsumsi bukanlah pendapatan diposabel saat ini, melainkan pendapatan permanen. Pendapatan transitory berpengaruh terhadap konsumsi, tetapi sangat kecil. Sebab, rumah tangga menggunakan pendapatan permanen sebagai pertimbangan utama dalam mengambil keputusan mengkonsumsi barang dan jasa (Ekawarna dan Fachruddiansyah, 2010:176-177).

Pendapatan permanen merupakan tingkat kecenderungan pendapatan, yakni pendapatan setelah menghilangkan pengaruh-pengaruh temporer atau sementara karena cuaca atau perolehan yang tak disangka-sangka atau kerugian.

Menurut teori pendapatan permanen, konsumsi terutama merespon pendapatan permanen. Pendekatan ini mengimplikasikan bahwa para konsumen tidak merespon secara sama kepada semua kejutan pendapatan. Jika perubahan di dalam pendapatan nampaknya permanen (seperti dipromosikan untuk pekerjaan yang aman dan bergaji tinggi), orang mungkin mengkonsumsi bagian yang besar dari peningkatan dalam pendapatan. Di sisi lain, jika perubahan pendapatan jelas bersifat sementara (misalnya, jika pendapatan meningkat dari bonus satu kali atau hasil panen yang bagus), suatu bagian yang signifikan dari pendapatan tambahan mungkin ditabung (Samuelson dan Nordhaus, 2004: 135).

(11)

Menggunakan asumsi bahwa konsumen bersikap rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama hidupnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki pola-pola konsumsi yang kurang lebih merata dari waktu kewaktu. Milton Friedman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen seseorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan yang positif dan proporsional dengan pendapatannya (Mulyadi, 2009).

Hipotesis pendapatan permanen Friedman menekankan bahwa individu mengalami fluktuasi pada pendapatan permanen dan pendapatan transitoris.

Konsumen dapat menabung dan meminjam dan karena mereka ingin meratakan konsumsi, maka konsumsi tidak merespon banyak terhadap pendapatan transitoris. Konsumsi terutama bergantung pada pendapatan permanen (Mankiw, 2006:443-444).

2.1.2.4. Teori Pendapatan Relatif

Teori konsumsi James Dussenberry dikenal dengan teori pendapatan relatif. Dussenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, terpaksa mengurangi besarnya tabungan. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi mereka juga akan bertambah, tetapi bertambahnya tidak terlalu besar. Sementara itu, tabungan akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai kembali. Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka

(12)

tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain pihak bertambahnya tabungan tidak begitu cepat (Reksoprayitno, 2000).

Sumber : Ekawarna dan Fachruddiansyah (2010:178) Gambar 2.3

Model Konsumsi Pendapatan Relatif

Kurva CL adalah kurva konsumsi jangka panjang, sedangkan CS0 dan CS1

adalah kurva konsumsi jangka pendek. Sudut kemiringan kurva konsumsi jangka pendek lebih landai dibanding kurva konsumsi jangka panjang. Maknanya adalah dampak perubahan pendapatan disposabel terhadap konsumsi lebih terasa/terlihat dalam tenggang waktu yang lebih panjang. Atau dengan kata lain, dalam jangka pendek pengaruh perubahan pendapatan disposabel terhadap perubahan konsumsi lebih kecil dibanding dalam jangka panjang.

Misalkan, Y0 adalah tingkat pendapatan disposabel tertinggi yang pernah dicapai oleh rumah tangga. Dengan demikian tingkat konsumsi menurut fungsi

C

CS0

CS1

Y

d f e

b

c a

Y1 Y0

0 Y2

CL

(13)

jangka pendek dan jangka panjang adalah di titik a. Tiba-tiba karena kelesuhan ekonomi, terjadilah penurunan pendapatan disposabel dari Y0 ke Y2. Menurut Relative Income Hypothesis, konsumsi tidak akan menurun ke titik b sesuai dengan jalur CL, melainkan ke titik c yang berada di jalur CS0. Sebab, secara psikologis rumah tangga tidak ingin bila konsumsinya menurun drastis. Untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi sesuai dengan titik c, bila perlu rumah tangga mengorek tabungannya (sharply reduced saving) atau menjual asset-aset yang dimilikinya.

Jika kemudian keadaan ekonomi pulih lagi, bahkan mungkin karena begitu baiknya pemulihan, pendapatan disposabel bergerak ke titik Y1. Konsumsi tidak bergerak ke titik d yang berada dalam jalur CS0, melainkan ke titik e (jalur CL dan CS1), di mana pertambahan konsumsi dan tabungan adalah proporsional.

Seandainya resesi terulang lagi dan pendapatan disposabel menurun dari Y1 ke Y0, maka konsumsi menurun ke titik f (jalur CS1) dan bukan ke titik a (jalur CL).

Penjelasan yang sama seperti pada penjelasan resesi yang pertama, dimana pendapatan disposabel menurun dari Y0 ke Y2.

Jadi menurut Relative Income Hypothesis, tingkat konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan disposabel di masa yang lalu, terutama tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai, karena pola konsumsi saat ini masih dipengaruhi pola konsumsi yang lalu (pada saat pendapatannya tinggi) (Ekawarna dan Fachruddiansyah, 2010:178-180).

(14)

2.1.3. Inflasi

McEachern (2000:133-134) menyatakan bahwa inflasi merupakan kenaikan terus menerus dalam tingkat harga suatu perekonomian akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat. Inflasi yang timbul akibat kenaikan permintaan agregat disebut dengan demand-pull inflation.

Sementera itu, inflasi yang terjadi akibat penurunan penawaran agregat disebut dengan cost-push inflation.

Secara umum, besaran inflasi dapat dihitung dengan menggunakan indeks harga yang diukur dari Consumer Price Index (CPI), Producer Price Index (PPI), atau PDB Deflator (Miller, 2001:154). Nilai CPI diperoleh dari perbandingan antara biaya seperangkat barang dan jasa pada tahun tertentu dengan biaya seperangkat barang dan jasa pada tahun dasar (Frank, 2004:140). PPI merupakan penghitungan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi dan dijual oleh suatu perusahaan. PDB deflator menunjukkan perubahan tingkat harga pada semua barang dan jasa baru yang diproduksi dalam perekonomian. PDB deflator dapat diperoleh dari perbandingan antara PDB nominal dengan PDB riil pada harga konstan (Nopirin, 1992:4).

2.1.4. Suku Bunga

Tingkat bunga merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih bentuk kekayaan yang ingin dimilikinya, apakah dalam bentuk uang, financial assets, atau benda-benda riil seperti tanah, rumah, mesin, dan barang dagangan (Pohan, 2008: 7). Dalam pembahasan tentang suku bunga, ada dua jenis suku bunga yang mempengaruhi inflasi terhadap biaya

(15)

peminjaman. Pertama, tingkat suku bunga nominal yang menurut Hubbard (2002:

76) adalah “interest rate and rates of return were not adjusted for changes on purchasing power”. Kedua, tingkat bunga riil (real interest rate) adalah perbedaan diantara suku bunga nominal dan tingkat inflasi (Mankiw, 2003:86).

Menurut Mishkin (2009: 115), suku bunga riil yaitu suku bunga yang disesuaikan dengan mengurangi perubahan yang diharapkan dalam tingkat harga (inflasi) sehingga lebih akurat untuk mencerminkan biaya peminjaman yang sesungguhnya.

Suku bunga riil didefinisikan melalui persamaan Fisher, menyatakan bahwa suku bunga nominal ( ) sama dengan suku bunga riil ( ) ditambah dengan tingkat inflasi yang diharapkan ( ), yaitu:

... (2.6) Menyusun ulang persamaan di atas, bahwa suku bunga riil sama dengan suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi yang diharapkan, maka:

... (2.7) Bila suku bunga riil rendah, terdapat insentif yang lebih besar untuk meminjam dan lebih sedikit insentif untuk memberi pinjaman.

2.1.5. Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa (Mankiw, 2006: 16). PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga semakin tinggi PDB sebuah negara, dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja ekonomi di negara tersebut.

(16)

Terdapat dua cara untuk menghitung PDB. Pertama, adalah dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian.

Kedua, untuk melihat PDB sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa di dalam perekonomian. Dari kedua sudut pandang tersebut, terlihat bahwa PDB merupakan cerminan dari kinerja ekonomi, karena PDB mengukur pendapatan serta output barang dan jasa di dalam suatu perekonomian.

Mankiw (2006: 22-23) membedakan PDB menjadi dua, yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal menilai barang dan jasa pada harga berlaku.

PDB riil menunjukkan produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga tetap.

PDB riil memberikan ukuran kemakmuran yang lebih baik daripada PDB nominal.

Dari PDB nominal dan PDB riil kita bisa menghitung statistik ketiga:

deflator PDB. Deflator PDB juga disebut dengan deflator harga implisit untuk PDB, didefinisikan sebagai rasio PDB nominal terhadap PDB riil. Persamaan deflator PDB dapat dirumuskan sebagai berikut:

Deflator PDB = ... (2.8) Deflator PDB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian. Definisi deflator PDB memungkinkan kita memisahkan PDB nominal menjadi dua bagian: satu bagian mengukur jumlah (PDB riil) dan yang lain mengukur harga (deflator PDB). Besarnya PDB nominal dapat dirumuskan sebagai berikut:

PDB nominal = PDB riil x Deflator PDB ... (2.9)

(17)

PDB nominal mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian. PDB riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan.

Deflator PDB mengukur harga output relatif terhadap harga pada tahun dasar.

Besarnya jumlah PDB riil dapat dirumuskan sebagai berikut:

PDB riil = x 100 ... (2.10) Menurut teori Keynes, PDB terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor neto (NX). Keempat faktor tersebut kembali dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tingkat pendapatan, tingkat harga, suku bunga, tingkat inflasi, money supply, nilai tukar.

2.1.6. Rasio Ketergantungan Penduduk dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat

Kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai kelompok penduduk belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-64 tahun sebagai kelompok produktif, dan kelompok penduduk umur 65 tahun keatas sebagai kelompok penduduk yang tidak lagi produktif (Mantra, 2003: 73). Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun (Adioetomo, 2005).

Hipotesis siklus hidup menyoroti pentingnya struktur populasi penduduk.

Jika proporsi tertinggi dari populasi adalah penduduk usia bekerja, terutama jika

(18)

pada puncak mendapat gaji tahunan, maka seharusnya kondisi ekonomi juga memperlihatkan tingkat tabungan masyarakat yang tinggi. Hal ini disebabkan para pekerja harus mempersiapkan diri bila mereka pensiun. Sebaliknya, ketika para pekerja ini mencapai umur yang tidak produktif lagi atau pensiun maka akan terjadi apa yang disebut dissaving (sedikitnya mengkonsumsi jumlah yang lebih besar dari pendapatannya), kemudian tingkat tabungan secara agregat akan mengalami kemerosotan (Sukirno dalam Mulyadi, 2009).

Sumber : Bloom, et al., 2003. The Demographic Dividend. RAND

Gambar 2.4

Life Cycle Income and Consumption

Lebih lanjut Bloom, et al (2003:21) menjelaskan bahwa, setiap kelompok usia dalam populasi berperilaku berbeda dan dengan konsekuensi ekonomi yang berbeda. Kelompok penduduk usia muda (0-14 tahun) memerlukan investasi yang intensif di bidang kesehatan dan pendidikan, kelompok penduduk usia dewasa

(19)

(14-64 tahun) merupakan pasokan tenaga kerja dan tabungan, dan kelompok penduduk lanjut usia (di atas 65 tahun) memerlukan perawatan kesehatan dan pendapatan pensiun. Lansia dianggap sebagai penduduk yang tidak produktif lagi dan hidupnya perlu ditopang oleh generasi yang lebih muda. Bagi penduduk lansia yang masih memiliki pekerjaan, produktivitasnya sudah menurun dan pendapatannya lebih rendah dibandingkan usia produktif. Namun, tidak semua penduduk yang termasuk dalam kelompok umur lansia ini tidak memiliki kualitas dan produktivitas. Hal tersebut menunjukkan walaupun rasio ketergantungan penduduk usia muda dan usia tua dikategorikan sebagai penghambat tingkat tabungan, namun keduanya memiliki dampak yang berbeda.

2.1.7. Pendapatan Per Kapita dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat

Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan penghitungannya adalah pendapatan per kapita, yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Nasional Bruto (PNB) suatu tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut (Sukirno, 2010:

424).

Hubungan antara tabungan dan pendapatan pada dasarnya mengikuti hipotesis Keynesian yang menyatakan bahwa tabungan merupakan fungsi dari pendapatan (Listyoadi, 2005). Pendapat tersebut dikemukakan oleh Keynes dalam teorinya mengenai kecenderungan untuk mengkonsumsi (propensity to consume) yang secara eksplisit menghubungkan antara tabungan dan pendapatan. Keynes

(20)

menyatakan suatu fungsi konsumsi modern yang didasari oleh perilaku psikologis modern, yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan riil, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi, tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung (Mulyadi, 2009).

Tingkat pendapatan masyarakat akan sangat mempengaruhi besarnya tingkat tabungan masyarakat. Masyarakat akan menabung dalam jumlah yang besar jika pendapatannya dalam jumlah yang besar juga atau semakin meningkat.

Sementara bagi masyarakat yang pendapatannya kecil, mereka lebih cenderung menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga tingkat tabungan masyarakat yang berpenghasilan kecil juga akan rendah atau bahkan tidak mempunyai tabungan sama sekali (Hanifeliza, 2004).

2.1.8. Tingkat Inflasi dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan dijumpai di hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.

Penjelasan mengenai bagaimana tingkat harga ditentukan dan mengapa hal tersebut mungkin berubah sepanjang waktu disebut teori jumlah uang (quantity theory of money). Menurut teori ini, jumlah uang yang tersedia pada perekonomian menentukan nilai uang dan pertumbuhan jumlah uang merupakan penyebab utama terjadinya inflasi (Mankiw, 2006: 199).

(21)

Dalam kenyataannya, individu ataupun rumah tangga pasti mempunyai harapan rasional terhadap pendapatan riil yang akan datang, yang di prediksi dengan ada tidaknya perubahan harga, dalam hal ini diproksi dengan inflasi. Studi mengenai pengaruh inflasi terhadap tabungan oleh Lakshmi dan Arvind (1990), Moradaglu dan Taskin (1996), Mansoer dan Suyanto (1998), Kray (2000) dalam Loayza dan Shankar (2000) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga.

Inflasi memiliki sejumlah dampak, menurut Sukirno (2010) inflasi akan menimbulkan efek buruk kepada individu dan masyarakat salah satunya yaitu, inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Nilai riil dari uang akan menurun apabila inflasi meningkat. Pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk membeli asset riil seperti tanah, rumah, dan bangunan. Selain itu, pengaruh inflasi terhadap tabungan masyarakat yaitu inflasi menyebabkan orang kurang tertarik untuk menabung karena nilai riil uang menurun. Tujuan sebagian orang menabung yaitu mengharapkan bunga (return), namun jika tingkat inflasi lebih tinggi dari bunga yang ditawarkan maka nilai riil uang tetap saja turun.

Teori kuantitas yang dikemukakan oleh David Hume menyatakan bahwa tingkat harga umum akan selalu berubah mengikuti jumlah uang beredar, dimana pertambahan jumlah uang beredar menyebabkan inflasi. Adanya tambahan jumlah uang beredar, uang akan dibelanjakan semua tanpa dipikirkan kemungkinan untuk ditabung (Ferdinandus, 2005).

(22)

2.1.9. Tingkat Suku Bunga dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat

Menurut ekonom klasik seperti Adam Smith, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga merupakan pembayaran dari tidak dilakukannya konsumsi, imbalan dari kesediaan untuk menunggu dan tidak dilakukannya konsumsi dan pembayaran atas penggunaan dana. Oleh karena itu, jika tingkat bunga naik, jumlah tabungan juga akan meningkat. Tingkat bunga ditentukan dari titik keseimbangan antara tabungan dan investasi. Menurut klasik, tabungan dipengaruhi secara positif oleh tingkat bunga dan pendapatan serta dipengaruhi secara negatif oleh tingkat konsumsi (Boediono dalam Mulyadi, 2009).

Hal sebaliknya diungkapkan dalam teori Keynesian, bahwa tabungan sendiri tidaklah ditentukan oleh tingkat bunga, namun lebih ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan oleh sektor rumah tangga (Vanieris, 1977) dan (Barro, 1993) dalam Listyoadi (2005).

Suku Bunga (interest rate) adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai persentase per tahun). Pada sejumlah tingkat, suku bunga menjadi penting. Pada tingkatan individu, suku bunga yang tinggi membuat individu menunda dari membeli sebuah rumah atau mobil karena biaya untuk mendanainya akan tinggi.

Sebaliknya, suku bunga yang tinggi dapat mendorong untuk menabung karena dapat memperoleh pendapatan bunga yang lebih banyak dengan menempatkan

(23)

sebagian dari pendapatan sebagai tabungan. Pada tingkat yang lebih umum, suku bunga mempunyai dampak pada kesehatan perekonomian secara keseluruhan karena suku bunga tidak hanya dapat mempengaruhi kesediaan konsumen untuk mengkonsumsi atau menabung, tetapi keputusan-keputusan investasi usaha.

Tingginya suku bunga menyebabkan perusahaan menunda pembangunan pabrik baru yang bisa menyediakan lebih banyak lapangan kerja. (Mishkin, 2008: 4-5).

Salah satu teori lama yang membahas masalah tingkat bunga adalah teori tingkat bunga klasik oleh Irving Fisher. Teori tingkat bunga klasik ini berpendapat bahwa tingkat bunga dihasilkan oleh dua kekuatan yaitu penawaran tabungan terutama yang dihasilkan dari rumah tangga dan permintaan modal investasi terutama yang datang dari sektor bisnis (Rose, 2003:114).

2.1.10. Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Bank dan Pengaruhnya Terhadap Tabungan Masyarakat

Pertumbuhan jumlah kantor cabang bank umum di suatu wilayah dinyatakan dalam unit. Variabel ini dianggap penting karena dengan bertambahnya jumlah kantor cabang bank umum, bank semakin dekat dengan nasabah/calon nasabah sehingga diperkirakan akan dapat membantu meningkatkan tabungan masyarakat di perbankan (Syafri, 2009).

Kemampuan bank menghimpun dana dari masyarakat, juga ditentukan oleh lokasi kantor pusat, kantor cabang, dan kantor cabang pembantu mereka.

Semakin banyak kantor cabang dan kantor cabang pembantu dibanyak tempat yang strategis, semakin besar harapan bank dikunjungi banyak nasabah. Di samping lokasi strategis, bank harus mempunyai banyak staf yang ramah, cekatan

(24)

serta mampu melayani beraneka ragam nasabah dengan baik. Dengan demikian banyak deposan merasa puas atas layanan bank dimana uang mereka disimpan (Siswanto, 2001: 374-378).

Menurut Sukirno (1999) dalam Syafri (2009), besarnya tabungan yang sebenarnya diciptakan oleh suatu masyarakat atau tingkat tabungan riil suatu masyarakat ditentukan oleh kemauan untuk menabung (willingness to save).

Kemauan untuk menabung ditentukan oleh tingkat perkembangan badan-badan keuangan yang ada, tingkat bunga yang dibayar oleh badan keuangan, dan sikap masyarakat terhadap kegiatan menabung.

Menurut Way (1973), tabungan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan kesempatan (opportunity).

Jumlah bank dapat diproksi dari kesempatan (Hanifeliza, 2004). Jumlah kantor bank merupakan indikator financial widening. Financial widening dapat diartikan sebagai peningkatan skala sektor keuangan. Indikator financial widening yang biasa digunakan antara lain jumlah kantor cabang bank umum. Peningkatan jumlah kantor bank bermakna semakin mudah dan murah mendapatkan pelayanan keuangan karena lembaga keuangan seperti bank umum semakin dekat dengan masyarakat. Lokasi bank umum yang semakin dekat dengan masyarakat akan mampu meningkatkan jumlah tabungan (Ismail, 1994).

2.2. Penelitian Sebelumnya 2.2.1. Athukorala dan Sen (2003)

Athukorala dan Sen (2003) dalam penelitiannya berjudul “The Determinants of Private Saving in India”, bertujuan untuk menguji determinan

(25)

dari tabungan swasta pada negara berkembang dengan studi kasus di Negara India selama tahun 1954-1998. Kerangka dari analisis penelitian ini diperoleh dari the life cycle model (LCM).

Dalam penelitiannya ditemukan bahwa untuk tingkat pendapatan, pertumbuhan pendapatan, tingkat suku bunga, inflasi, dan fasilitas perbankan memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap tingkat tabungan di India.

Terms of trade memberikan efek negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat.

Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa negara-negara pada tahap awal pembangunan, tingkat pendapatan merupakan faktor penting untuk meningkatkan tabungan.

2.2.2. Nwachukwu dan Egwaikhide (2007)

Penelitian dengan judul “An Error-Correction Model (ECM) of the Determinants of Private Saving in Nigeria”, mengunakan tiga model konvensional : Partial-Adjustment, Growth Rate, and Static Models. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi determinan tabungan swasta di Nigeria periode tahun 1970-20005 dengan metode ECM. Variabel terikat yang digunakan yaitu tabungan swasta, variabel bebas yang digunakan yaitu pendapatan per kapita riil Gross National Disposable Income (GNDI), pertumbuhan tingkat pendapatan per kapita riil GNDI, tingkat inflasi, tingkat tabungan pemerintah, external debt service ratio, terms of trade, dan degree of financial depth.

Hasil estimasi dari Error Correction Model (ECM), tingkat pendapatan per kapita, perubahan terms of trade, tingkat tabungan pemerintah, rasio external debt service, dan tingkat inflasi secara statistik berpengaruh positif terhadap

(26)

tabungan domestik. Tingkat suku bunga riil dan tingkat pertumbuhan pendapatan menunjukkan dampak negatif terhadap tingkat tabungan.

2.2.3. Matur dkk (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Eser Pirgan Matur, Ali Sabuncu, dan Sema Bahceci berjudul: “Determinants of Private Savings and Interaction Between Public and Private Savings in Turkey”, bertujuan untuk mengetahui determinan dari tabungan swasta dan mengetahui hubungan antara variabel-variabel fiskal dan tabungan swasta.

Periode penelitian tahun 1980 sampai dengan tahun 2008 di Turki dengan menggunakan teknik estimasi Error Correction Model (ECM). Variabel-variabel yang digunakan yaitu tabungan swasta sebagai variabel dependen dan tingkat tabungan pemerintah, pendapatan riil per kapita, tingkat pertumbuhan pendapatan riil per kapita, inflasi, tingkat nilai tukar, rasio dari kredit perbankan terhadap sektor swasta dari GDP, rasio broad monetary base terhadap GDP, tingkat suku bunga riil, rasio ketergantungan penduduk usia tua, rasio ketergantungan penduduk usia muda, tingkat urbanisasi, tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sebagai variabel independen.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, tingkat tabungan pemerintah berdampak negatif terhadap tabungan swasta, peningkatan tabungan pemerintah secara parsial berdampak pada penurunan tabungan swasta.

Pendapatan riil per kapita memiliki dampak positif dan secara signifikan berhubungan dengan tabungan swasta. Pertumbuhan pendapatan per kapita riil berdampak negatif dengan ekspektasi dari hipotesis pendapatan permanen dan

(27)

teori konsumsi. Inflasi, yang menunjukkan ketidakpastian dalam model, berdampak positif terhadap tabungan karena motif tabungan dari mencegah atau berhati-hati. Peningkatan dari kredit perbankan terhadap sektor swasta menunjukkan batasan likuiditas dari individu dan oleh karena itu berdampak negatif terhadap tabungan. Tingkat suku bunga berdampak positif terhadap tabungan swasta. Rasio ketergantungan penduduk usia tua berdampak negatif terhadap tabungan.

2.2.4. Syafri (2009)

Tujuan dari penelitian yang dilakukan Syafri (2009) dengan judul

“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan masyarakat pada bank umum”, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan masyarakat pada bank-bank umum di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kointegrasi dan Error Correction Model (ECM), dengan menggunakan data kuartalan time series dari 2002:2-2008:3 diperoleh bahwa tabungan riil masyarakat di perbankan dipengaruhi oleh pendapatan riil, tingkat bunga riil, nilai tukar riil, dan jumlah kantor cabang bank umum. Semua variabel penjelas berpengaruh signifikan terhadap tabungan riil masyarakat di perbankan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat bunga riil, nilai tukar riil, dan jumlah kantor cabang bank umum berdampak positif terhadap tabungan masyarakat pada jangka pendek maupun jangka panjang. Pendapatan riil mempunyai efek positif pada tabungan masyarakat pada jangka panjang dan berdampak negatif pada tabungan masyarakat pada jangka pendek.

(28)

2.2.5. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah, sebagai berikut :

1. Athukorala dan Sen (2003) , perbedaan dengan penelitian ini adalah adalah tidak dimasukkan variabel terms of trade. Perbedaan lainya terdapat pada daerah yang menjadi objek penelitian dan periode tahun yang diteliti.

2. Nwachukwu dan Egwaikhide (2007), perbedaan dengan penelitian ini adalah adalah tidak dimasukkan variabel tingkat tabungan pemerintah, external debt service ratio, terms of trade, dan degree of financial depth. Perbedaan lainya terdapat pada daerah yang menjadi objek penelitian dan periode tahun yang diteliti.

3. Matur, dkk (2012) , perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak dimasukkan variabel tabungan pemerintah, nilai tukar, tingkat urbanisasi, dan tingkat partisipasi angkatan kerja wanita. Perbedaan lainya terdapat pada daerah yang menjadi objek penelitian dan periode tahun yang diteliti.

4. Syafri (2009), perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak dimasukkan variabel tingkat nilai tukar. Perbedaan lainya terdapat pada periode tahun yang diteliti.

(29)

2.3. Hipotesis dan Model Analisis 2.3.1. Hipotesis

Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta landasan teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berkut :

1. Diduga dalam jangka panjang, variabel pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, dan perkembangan jumlah kantor cabang bank berpengaruh positif, sedangkan rasio ketergantungan penduduk tua, rasio ketergantungan penduduk muda, dan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat di Indonesia periode 1981–2010.

2. Diduga dalam jangka pendek, variabel pendapatan per kapita, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan perkembangan jumlah kantor cabang bank berpengaruh positif, sedangkan rasio ketergantungan penduduk tua dan rasio ketergantungan penduduk muda berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan masyarakat di Indonesia periode 1981–2010.

2.3.2. Model Analisis

Untuk menjawab permasalahan dan membuktikan hipotesis yang telah disusun sebelumnya maka diperlukan sebuah model analisis. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). ECM adalah model yang digunakan untuk mengoreksi persamaan regresi antara variabel-variabel yang secara individual tidak stasioner agar kembali ke nilai ekulibriumnya dalam jangka panjang, dengan syarat utama berupa keberadaan hubungan kointegrasi diantara variabel-variabel penyusunnya. Kelebihan Error

(30)

Correction Model (ECM) adalah mampu meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonometrika. Selain itu, ECM juga dapat mencari pemecahan terhadap variabel runtut waktu yang tidak stasioner dan spurious regression dalam analisis ekonometrika (Gujarati dalam Insukindro, 1999: 2).

Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya, tabungan masyarakat dipengaruhi oleh rasio ketergantungan penduduk muda (drm) , rasio ketergantungan penduduk tua (drt), tingkat suku bunga (r), inflasi (i), pendapatan per kapita (ykp), dan pertumbuhan jumlah kantor cabang bank (b). Menggunakan model analisis Error Correction Model (ECM), maka persamaan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni persamaan dalam jangka panjang dan jangka pendek. Secara spesifik, persamaan yang digunakan dalam jangka panjang adalah sebagai berikut :

s = α0 + α 1(drm)+ α2(drt)+ α 3(ykp) + α 4(i)+ α 5(r) + α 6(b) + u ... (2.11) Sedangkan persamaan dalam jangka pendek, yakni :

s = β0 + β1 Δ(drm)+ β2 Δ(drt)+ β3 Δ(ykp) + β4 Δ(i)+ β5 Δ(r) + β6 Δ(b) +

β7 U(-1) + v ... (2.12) Keterangan :

s : Tingkat tabungan masyarakat

drm : Rasio ketergantungan penduduk muda drt : Rasio ketergantungan penduduk tua ykp : Pendapatan per kapita

(31)

i : Tingkat inflasi r : Tingkat suku bunga

b : Jumlah kantor cabang bank

2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam rangka mendorong, mempertahankan, dan memelihara kelangsungan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan kestabilan moneter, upaya memobilisasi dana masyarakat semaksimal mungkin semakin penting mengingat terbatasnya dana pemerintah untuk membiayai pembangunan ekonomi (Aulia Pohan, 2008:144). Agar kebijaksanaan mobilisasi tabungan masyarakat, sebagai salah satu sumber untuk membiayai pembangunan dapat efektif maka harus diketahui perilaku tabungan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari kondisi sosial dan ekonomi (Listyoadi, 2005).

Teori klasik berpandangan bahwa tabungan ditentukan oleh tingkat bunga.

Keynes menyatakan tabungan ditentukan oleh pendapatan saat ini (current income), sedangkan Life Cycle Hypothesis (Hipotesis Siklus Hidup) didasarkan pada masa kehidupan manusia, menyoroti pentingnya struktur umur penduduk yang dapat diketahui dari rasio ketergantungan penduduknya. Menurut U Tun Way (1973), tabungan masyarakat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan (ability), kemauan (willingness), dan kesempatan (opportunity). Kesempatan (opportunity) dapat diproksi dari jumlah kantor cabang bank. Berdasarkan teori-teori tersebut, perilaku tabungan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari variabel ekonomi maupun variabel non ekonomi.

(32)

43Gambar 2.5

Bagan Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Tabungan Masyarakat

Faktor Ekonomi Faktor Non-Ekonomi

Teori Klasik

Tingkat Suku Bunga

Teori U Tun Way

Teori pendapatan Relatif dan Permanen

Teori Kuantitas

Perkembangan Jumlah Kantor Cabang Bank

Pendapatan

Per Kapita Tingkat

Inflasi

Variabel Demografi

Life Cycle Hypothesis

Rasio Ketergantungan

Usia Muda Rasio

Ketergantungan Usia Tua

Tabungan Masyarakat

(33)

METODE

BAB III

PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan analisa pressure buildup test dengan metode Horner untuk mendapatkan nilai tekanan reservoir awal, skin dan effisiensi aliran sumur SGC-X untuk

Dari hasil pembahasan tersebut peneliti menyimbulkan bahwa cara-cara yang dilakukan orang tua dalam mendidik anak tuna grahita di Nanga Bulik sudah mencakup

Di Lampung terdapat Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dengan tugas melakukan upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

dihafal pengunjung, meskipun hal seperti yang dibahas seperti informasi desain itu penting dalam penerapannya. Wawancara dilakukan dengan pengunjung di Stasiun

Penciptaan Karya Seni dengan judul DESTRUKSI TERHADAP ALAM DALAM SENI LUKIS dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Sarjana Strata 1

Pengenalan terhadap siswa dalam interaksi belajar mengajar, merupakan faktor yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan oleh setiap guru agar proses

Dalam pengujian baik online maupun offline menunjukkan hasil pengenalan suara burung dengan spektrum frekuensi lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan cepstrum

[r]