• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM,"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM,

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang

Masa Persidangan Rapat ke

Sifat

Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir

lzin Acara

I. PENDAHULUAN

: 2009:..2010 : 111

: Terbuka : Rapat Kerja

: Kamis, 22 April 2010 : Pukul 19.30 - 20.45 WIB

: Ruang Rapat Komisi Ill DPR RI.

: Fachri Hamzah, SE I Wakil Ketua Komisi Ill DPR RI.

: 18. Rudyanto, SH, MH I Kepala Bagian Set.Komisi Ill DPR-RI.

: 35 orang Anggota dari 55 Anggota Komisi Ill DPR-RI.

: 5 orang Anggota.

1. Penjelasan Presiden terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi

2. Pandangan fraksi-fraksi terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi

3. Pembentukan DIM (Daftar lnventarisasi Masalah) KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Rapat Kerja dibuka pukul 19.30 WIB oleh Wakil Ketua Komisi Ill DPR RI Fachri Hamzah, SE dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas.

II. POKOK-POKOK PEMBICARAAN

1. Penjelasan Presiden terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi disampaikan oleh Menteri Hukum dan HAM, sebagai berikut:

KETERANGAN PRESIDEN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENT ANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI

C:\DPR RI PERIODE 2009 - 2014\Laporan Singkat\MS III 2009 - 2010\Lapsing Raker Menhukham 22 April JO (RUU tentang perubahan I

Grasi).doc

ARSIP

DPR

RI

(2)

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat, Hadirin sidang yang berbahagia,

Assalamu'alaikum Wr.Wb.,

Salam sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena pada hari ini kita dapat hadir dalam Rapat Kerja antara Anggota Dewan dan Pemerintah dalam rangka penyampaian Keterangan Presiden atas Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Sebagaimana diketahui bahwa Rancangan Undang-Undang (RUU) ini telah disampaikan Presiden kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) melalui surat nomor : R.1O/Pres/2/2010 tanggal 8 Februari 2010. Dalam surat tersebut, Presiden menugaskan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mewakili Presiden dalam pembahasan RUU tersebut di DPR-RI.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat,

Penyusunan RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi didasarkan atas kemendesakan penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi. Permasalahan utama yang sedang dihadapi tersebut diantaranya masih adanya permohonan grasi yang belum dapat diselesaikan Pemerintah dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, yakni 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 diundangkan yang berakhir pada tanggal 22 Oktober 2004. Dalam kenyataannya, dengan berakhirnya jangka waktu tersebut masih terdapat permohonan grasi yang belum dapat diselesaikan yang jumlahnya mencapai 2.106 (dua ribu seratus enam) kasus. Tunggakan permohonan grasi tersebut merupakan warisan dari permohonan grasi yang diajukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950.

Untuk menghindari adanya kekosongan hukum bagi penyelesaian pemberian grasi yang diajukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Permohonan Grasi tersebut, batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi perlu diperpanjang sampai dengan tanggal 22 Oktober 2011.

Beberapa faktor yang menyebabkan tidak terselesaikannya permohonan grasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002, yakni sebagai berikut:

1. Tidak terakomodirnya ketentuan mengenai batas waktu pengajuan permohonan grasi bagi terpidana mati, baik dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 maupun dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002. Hal tersebut menyebabkan adanya ketidakpastian dalam pelaksanaan eksekusi pidana mati menjadi tertunda sampai dengan jangka waktu yang tidak terbatas.

C:\DPR RI PERIODE 2009 - 2014\Laporan Singkat\MS III 2009 - 2010\Lapsing Raker Menhukham 22 April 10 (RUU tentang perubahan 2

Grasi).doc

ARSIP

DPR

RI

(3)

2. Mekanisme permohonan dan penyelesaian permohonan grasi yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Permohonan Grasi melibatkan beberapa instansi yang terkait dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system) sehingga menyebabkan birokrasi yang panjang. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tidak mengenal pembatasan putusan pengadilan yang dapat diajukan grasi serta tidak mengatur adanya penundaan pelaksanaan putusan pengadilan dalam hal terpidana mengajukan permohonan grasi.

Perlu kami informasikan kepada Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat bahwa mekanisme permohonan dan penyelesaian grasi menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, mekanismenya diatur secara lebih sederhana karena hanya mewajibkan penyampaian permohonan grasi kepada Presiden dan tembusannya kepada pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama untuk diteruskan kepada Mahkamah Agung.

Namun demikian, mekanisme pengaturan yang lebih sederhana tersebut tetap dilaksanakan dalam koridor kehati-hatian dan ketelitian.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat,

Berangkat dari permasalahan sebagaimana tergambar dalam uraian di atas, mendorong Pemerintah untuk menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Ada pun sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan Rancangan Undang- Undang ini diantaranya adalah:

1. menjamin kepastian hukum dalam menyelesaikan permohonan grasi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi;

2. meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah dalam menyelesaikan permohonan grasi;

3. sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia; dan

4. memperkuat penegakan supremasi hukum.

Untuk mendapat gambaran yang lebih lengkap mengenai hal-hal yang bersifat esensial dari RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, perkenankan kami menyampaikan beberapa hal baru yang diatur dalam RUU ini, antara lain:

1. Pengajuan permohonan grasi dipertegas yakni hanya dapat diajukan 1 (satu) kali. Hal ini, dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengajuan permohonan grasi dan menghindari pengaturan diskriminatif, serta dimaksudkan pula untuk mengurangi beban dalam penyelesaian permohonan grasi dan sekaligus mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam permohonan grasi.

2. Pemberian hak pengajuan permohonan grasi kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan ketua pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama, merupakan langkah antisipasi dari kemunginan terpidana mati atau kuasa hukumnya atau keluarga terpidana mati tidak mengajukan grasi. Hal ini sebagai upaya negara dalam pemenuhan hak terpidana yang secara kodrati diakui sekalipun telah dijatuhi hukuman mati.

C:\DPR RI PERIODE 2009- 2014\Laporan Singkat\MS III 2009 - 2010\Lapsing Raker Menhukham 22 April 10 (RUU tentang perubahan 3

Grasi).doc

ARSIP

DPR

RI

(4)

3. Permohonan grasi dapat diajukan sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan tidak dibatasi oleh tenggang waktu tertentu, kecuali terpidana dijatuhi pidana mati, batas waktu pengajuan permohonan grasi adalah satu tahun terhitung sejak putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan yang Terhormat,

Demikian penyampaian Keterangan Presiden atas RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, dengan harapan Anggota Dewan yang terhormat dapat mengagendakan pembahasan RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Akhir kata, kami atas nama Presiden mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas perhatian Anggota Dewan yang terhormat yang dengan kesabarannya mendengarkan penyampaian Keterangan Presiden ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi usaha kita bersama. Amin Ya Rabbal'alamin.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 22 April 2010

ATAS NAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

PATRIALIS AKBAR

2. Pandangan fraksi-fraksi terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, sebagai berikut:

1) F.PD di bacakan oleh Yth. Didi lrawadi Syamsuddin, SH.,LL.M.

F.PD secara umum, menyetujui RUU ini untuk diteruskan dan agar dilakukan pembahasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pandangan F-PD secara tertulis disampaikan kepada Pimpinan Komisi Ill dan Menteri Hukum dan HAM).

2) F.PG di bacakan oleh Yth. H. Nudirman Munir, SH.

- Fraksi Golkar sependapat dengan Presiden, bahwa UU Nomor 22 Tahun 2002 tidak ada batasan waktu dalam pengajuan grasi, sehingga tidak ada kepastian hukum.

- Fraksi Golkar menyetujui dan sepakat agar segera dilaksanakan pembahasan RUU Tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

C:\DPR RI PERIODE 2009 - 2014\Laporan Singkat\MS III 2009 - 2010\Lapsing Raker Menhukham 22 April 10 (RUU tentang perubahan 4

Grasi).doc

ARSIP

DPR

RI

(5)

Oalam penyampaian pandangannya, juru bicara dari F-PG menyampaikan langsung secara lisan dan tidak menyertakan pandangan fraksinya secara tertulis kepada Pimpinan Komisi Ill dan Menteri Hukum dan HAM, namun pandangan F-PG secara tertulis akan segera disampaikan, ses~atnya~ "(!

3) F.PDI PERJUANGAN di bacakan oleh Yth. Ors. H. Setia Permana.

F.POIP berpendapat mengingat RUU Tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi tidak ada perubahan yang krusial, maka Fraksi POI Perjuangan sepakat dan mendorong untuk melakukan perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi. (Pandangan F-POI Perjuangan secara tertulis disampaikan kepada Pimpinan Komisi Ill dan Menteri Hukum dan HAM).

4) F.PKS di bacakan oleh Yth. H.M. Nasir Ojamil, S. Ag.

- Fraksi PKS mengapresiasi positif penjelasan Presiden perihal perubahan RUU tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

Grasi merupakari hak prerogatif presiden sebagai kepala negara.

Fraksi PKS mengharapkan agar RUU ini memberikan kepastian hukum, khususnya bagi para terpidana mati.

Fraksi PKS bersedia melanjutkan pembahasan RUU tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi sesuai mekanisme perundang- undangan yang berlaku.

5) F.PAN di bacakan oleh Yth. H. Andi Azhar Cakra Wijaya, SH.

- Fraksi PAN menyetujui pembahasan atas RUU tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi.

6) F.PPP di bacakan oleh Yth. Ors. H. Ahmad Kurdi Moekri.

- Fraksi PPP menyetujui untuk membahas lebih lanjut RUU tentang Perubahan UU Nomot 22 Tahun 2002 Tentang Grasi.

7) F.PKB di bacakan oleh Yth. H. Bachrudin Nasori, S.Si, MM.

- Fraksi PKB menyetujui pembahasan RUU tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi.

8) F.PARTAI GERINDRA di bacakan oleh Yth. Marthin Hutabarat.

- Fraksi Gerindra mengikuti dengan seksama penjelasan Presiden atas RUU tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, dan memahami isi dari penjelasan tersebut.

Fraksi Gerindra mendukung adanya batasan waktu dalam mengajukan grasi.

Fraksi Gerindra mendukung diadakannya pembahasan RUU tentang Perubahan UU Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi, dalam rangka mewujudkan kepastian hukum dan keadilan.

9) Perwakilan dari F .P Hanura, tidak dapat menghadiri rapat kerja dengan Menteri Hukum dan HAM namun dari F.Hanura telah menyerahkan pendapat/pandangannya secara tertulis.

3. Berdasarkan pandangan dari fraksi-fraksi di Komisi Ill OPR RI menyetujui untuk segera dilanjutkan pembahasannya sesuai dengan mekanisme pembahasan rancangan undang-undangan sebagaimana mestinya. (Pandangan fraksi-fraksi sebagaimana terlampir)

C:\DPR RI PERIODE 2009 - 2014\Laporan Singkat\MS III 2009 - 2010\Lapsing Raker Menhukham 22 April JO (RUU tentang perubahan 5

Grasi).doc

ARSIP

DPR

RI

(6)

..

4. Fraksi-fraksi segera menyusun DIM (Daftar lnventarisasi Masalah) terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi dan paling lama 1 (satu) minggu dari hari ini, DIM tersebut sudah dapat disampaikan kepada Sekretariat Komisi Ill DPR RI untuk segera dikompilasi.

Rapat ditutup pukul 20.45 WIB

PIMPINAN KOMISI Ill DPR RI WAKIL KETUA,

FACHRI HAMZAH. SE,i--

C:\DPR RI PERIODE 2009 - 2014\Laporan Singkat\MS III 2009 -2010\Lapsing Raker Menhukham 22 April 10 (RUU tentang perubahan 6

Grasi).doc

ARSIP

DPR

RI

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pendapat tentang tujuan membaca maka dapat ditegaskan bahwa tujuan membaca adalah untuk meningkatkan pengetahuan, serta mempersiapkan kemampuan anak dalam

Setelah pembuatan dan pengujian produk, kemudian masing-masing kelompok melakukan pemasaran produk melalui media promosi yang telah ditentukan oleh masing-masing

Antuk sih Ida Shang Hyang Widi Wasa, Sekadi daging Pamidabdab semeton dadia sane sampun praside cumpu kayune sareng sami, Angganing Manggala Dadia lan Prawantaka Yadnya Pemerajan

Contoh tanaman.perkebunan besar yang tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 200 m di atas per- mukaah air laut, adalah

Segala puji bagi Allah SWT berkat Rahmat dan Ridho-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat meyelesaikan dan menyusun Tugas Akhir ini dengan judul “SISTEM

8. Hasil pengindraan jauh berupa foto udara dihasilkan oleh … a. Wahana penginderaan jauh yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 km dpal pada saat perekaman

Kelompok produsen mengalokasikan premi UTZ untuk membayar: biaya manajemen kelompok (mis. audit-audit); berbagai produk dan jasa yang dimanfaatkan oleh kelompok (mis. pelatihan);

Pemisahaan komponen biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel sangat penting untuk dapat melakukan analisis hubungan biaya volume dan laba (BVL) yang selanjutnya