• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyusun. : Rochmat Basuki Muhammad Ulil Albab Bayu Aji Ramadhan Sulthan Muhammad Shabri Maria Paulina Warwe Lusiane Noorlin Nussy Dedi S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Penyusun. : Rochmat Basuki Muhammad Ulil Albab Bayu Aji Ramadhan Sulthan Muhammad Shabri Maria Paulina Warwe Lusiane Noorlin Nussy Dedi S."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Penanggung Jawab : Burhani A.S.

Ketua Tim : M. Arief Barata

Anggota : Rochmat Basuki │ Muhammad Ulil Albab │ Bayu Aji Ramadhan │ Sulthan Muhammad Shabri │ Maria Paulina Warwe │ Lusiane Noorlin Nussy │ Dedi S.

Desain Grafis : Bayu Aji Ramadhan Penyusun

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha kuasa atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Papua dapat menyusun dan menyelesaikan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Papua Triwulan III Tahun 2021 dengan baik dan tepat waktu. Kajian ini disusun dalam rangka pelaksanaan tugas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memiliki fungsi pembinaan, koordinasi, dan supervisi serta berperan sebagai Regional Chief Economist (RCE).

Kajian Fiskal Regional ini disusun untuk memberikan informasi dan gambaran mengenai kondisi fiskal dan makro ekonomi di Provinsi Papua meliputi perkembangan ekonomi regional, perkembangan fiskal regional, peran fiskal untuk kesejahteraan petani dan nelayan, dan analisis peluang investasi daerah. Kajian ini diharapkan dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan dalam rangka pencapaian tujuan kebijakan fiskal dan makro ekonomi.

Penyusunan Kajian Fiskal Regional ini dapat kami selesaikan berkat bantuan banyak pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Papua Triwulan III Tahun 2021 ini.

Kami menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, tentu Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk peningkatan kualitas Kajian ini. Semoga informasi yang tertuang dalam kajian ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan.

Jayapura, November 2021 Kepala Kantor

Burhani A.S.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GRAFIK vi

DAFTAR GAMBAR vii

RINGKASAN EKSEKUTIF viii

DASHBOARD MAKRO FISKAL x

DAFTAR ISTILAH xii

BAB I ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi 1

1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1

a. Menurut Pengeluaran 1

b. Menurut Sektoral/Lapangan Usaha 1

1.1.2. Inflasi 2

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 3

1.2.1. Kemiskinan 3

1.2.2. Pengangguran 4

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan 5

1.2.4. Nilai Tukar Petani 6

1.2.5. Nilai Tukar Nelayan 6

BAB II ANALISIS FISKAL REGIONAL 7

2.1. Pelaksanaan APBN 7

2.1.1. Pendapatan Negara 8

2.1.2. Belanja Negara 8

2.1.3. Surplus/Defisit 9

2.1.4. Prognosis Realisasi APBN Hingga Akhir Tahun 2021 9 2.1.5. Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik 10

2.2. Pelaksanaan APBD 14

2.2.1. Pendapatan Daerah 15

2.2.2. Belanja Daerah 17

2.2.3. Surplus/Defisit 17

2.2.4. Prognosis Realisasi APBD Hingga Akhir Tahun 2021 17

(6)

2.3. Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 18

2.3.1. Pendapatan Konsolidasian 19

2.3.2. Belanja Konsolidasian 20

2.3.3. Surplus/Defisit Konsolidasian 20

BAB III ANALISIS TEMATIK 21

3.1. Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan: Analisis NTP dan NTN

21 3.1.1. Reviu program pemerintah untuk petani dan nelayan 24 a. Belanja K/L Sektor Pertanian di Kementerian Pertanian 24 b. Belanja K/L Sektor Perikanan di Kementerian Kelautan dan

Perikanan

28 c. Belanja K/L Sektor Pertanian di Kementerian PUPR 29

d. Kredit Usaha Rakyat 30

e. DAK Fisik 32

3.1.2. Analisis Perbandingan Tren Antara Pengeluaran Pemerintah dengan NTP dan NTN

33

3.1.3. Rekomendasi Kebijakan 33

3.2. Analisis Peluang Investasi Daerah 33

3.2.1. Identifikasi peluang investasi di daerah 34

3.2.2. Informasi Pasar 38

3.2.3. Analisis Kelayakan 40

3.2.4. Faktor yang berpengaruh terhadap investasi 41

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 43

4.1. Kesimpulan 43

4.2. Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 7 Tabel 2.2 Prognosis Realisasi APBN Papua s.d. Akhir Tahun 2021 10 Tabel 2.3 Realisasi Capaian Output Layanan Dasar Publik Provinsi Papua Triwulan III 2021 10 Tabel 2.4 Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda (Provinsi/Kota/Kab) di Provinsi Papua

s.d. Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 14

Tabel 2.5 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Papua s.d.

Triwulan III Tahun 2021 19

Tabel 2.6 Pertumbuhan Pendapatan dan PDRB 19

Tabel 3.1 Realisasi Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian Pertanian

s.d. Triwulan III Tahun 2021 24

Tabel 3.2 Realisasi Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian Kelautan dan

Perikanan s.d. Triwulan III Tahun 2021 28

Tabel 3.3 Realisasi Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian PUPR s.d.

Triwulan III Tahun 2021 29

Tabel 3.4 Realisasi Pembiayaan KUR Sektor Pertanian dan Perikanan s.d. Triwulan III

Tahun 2021 31

Tabel 3.5 Realisasi DAK Fisik Bidang Pertanian dan Perikanan s.d. Triwulan III Tahun 2021 32 Tabel 3.6 Rincian Perkiraan Biaya Investasi Industri Pengolahan Kopi Arabika Wamena 38 Tabel 3.7 Prediksi Ekspor Kopi Untuk Amerika, Jepang, dan Malaysia 39 Tabel 3.8 Skenario Finansial Atas Proyek Pembangunan Industri Kopi Arabika Wamena 41

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB 1

Grafik 1.2 Pertumbuhan PDRB 2018-2021 (y-on-y) 2

Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi, September 2021 2

Grafik 1.4 Persentase Penduduk Miskin, Maret 2018-Maret 2021 3 Grafik 1.5 Perbandingan TPT Nasional dengan Regional Papua 4 Grafik 1.6 Perkembangan Gini Ratio, Maret 2015-Maret 2018 5 Grafik 1.7 Perkembangan NTP Papua menurut Subsektor Agustus -

September 2021

6

Grafik 2.1 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode Decomposition Untuk Realisasi Pendapatan dan Belanja APBN Tahun 2021

9

Grafik 2.2 Realisasi PAD Lingkup Papua s.d. Triwulan III Tahun 2021 16 Grafik 2.3 Komposisi Realisasi Pendapatan Transfer di Papua s.d.

Triwulan III Tahun 2021

16

Grafik 2.4 Hasil Perhitungan Menggunakan Metode Decomposition Untuk Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Tahun 2021

18

Grafik 2.5 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah 20 Grafik 3.1 Perkembangan Luas Panen Padi di Provinsi Papua 2021-2021 22 Grafik 3.2 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua 2021-2021 23 Grafik 3.3 Tren Negara Tujuan Ekspor Kopi 2011 s.d. 2015 38

Grafik 3.4 Sebaran Pasar Kopi Nasional 38

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Pembentukan NTP dan NTN 21

Gambar 3.2 Lokasi Rencana Pembangunan Industri Pengolahan Kopi di Papua

35

Gambar 3.3 Siteplan Industri Kopi Arabika Wamena di Distrik Kemtuk Papua

36

Gambar 3.4 Desain Blockplan Industri Kopi Arabika Wamena di Distrik Kemtuk Papua

37

Gambar 3.5 Struktur Biaya Investasi Pembangunan Industri Kopi Arabika Wamena

37

(10)
(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perekonomian Papua Triwulan III Tahun 2021 tumbuh sebesar 14,54 persen (y-o-y) atau 13,99 persen (c-to-c) dengan pertumbuhan terbesar dari sisi produksi berasal dari kategori pertambangan dan penggalian sebesar 43,09 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negeri sebesar 189,43 persen.

Perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2021 secara umum menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Papua di 3 kota, pada September 2021 terjadi deflasi sebesar 0,41 persen, atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,64 pada Agustus 2021 menjadi 104,22 pada September 2021. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2021 sebesar -0,61 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2021 terhadap September 2020) sebesar -0,40 persen.

Dalam pelaksanaan APBN, realisasi pendapatan negara di Papua mencapai 7,34 triliun atau 81,6 persen dari target, mengalami kenaikan sebesar 25,3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dengan pendapatan tertinggi berasal dari Pendapatan Perpajakan khususnya dari PPh Pasal 21. Sedangkan untuk realisasi belanja Negara Sampai dengan triwulan III tahun 2021 mencapai Rp35,76 triliun atau 60,7 persen dari alokasi pagu. Tren penyerapan belanja pemerintah pusat hingga akhir triwulan III masih relatif stabil, kecuali belanja modal. Lonjakan belanja modal pada bulan Juli hingga September didorong oleh dimulainya Kembali pembangunan serta dalam rangka persiapan atas diselenggarakannya PON XX Papua pada bulan Oktober 2021.

Hingga akhir triwulan III tahun 2021, 3 (tiga) sektor capaian output strategis telah direalisasikan. Untuk sektor Kesehatan, realisasi terbesar terdapat pada kelompok output Faskes yang terpenuhi ketersediaan Alat/Obat Kontrasepsi (Alokon) yaitu sebesar Rp3,01 miliar atau sebesar 95,52% dari pagu Rp3,14 miliar. Sementara untuk sektor Pendidikan, realisasi terbesar terdapat pada kelompok output Mahasiswa Penerima KIP Kuliah sebesar Rp4,01 miliar dari pagu Rp5,19 miliar. Sektor Infrastruktur yang mempunyai banyak kelompok output mengirimkan pembangunan Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP) sebagai kelompok output dengan realisasi terbesar, hal ini tidak lepas dari pagu yang besar pula yang telah dianggarkan untuk kelompok output tersebut, pembangunan Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP) telah terealisasi sebesar Rp517,92 miliar dari pagu Rp1,50 triliun atau sebesar 34,51%.

(12)

Dalam pelaksanaan APBD, realisasi pendapatan daerah di Papua adalah sebesar Rp25,11 triliun atau 49,10 persen dari target, sedangkan realisasi Belanja Daerah baru mencapai Rp20,66 triiun atau 48,60 persen, naik 8,74 persen dibandingkan dengan persentase realisasi pada triwulan III tahun 2020. Sementara itu, realisasi pendapatan konsolidasian sampai dengan triwulan III tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 369,73 persen (y-o-y) yaitu Rp38,71 triliun, terutama disebabkan oleh kenaikan komponen penerimaan perpajakan dan pendapatan transfer. Sementara itu, realisasi belanja konsolidasian turun sebesar 27,79 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp29,22 triliun.

Pada bulan September 2021, NTP di Provinsi Papua turun 0,42 persen dibandingkan dengan Agustus 2021 dengan indeks NTP sebesar 102,04, lebih rendah dari NTP Nasional sebesar 105,68. Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,41 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,0023 persen. Sementara itu, NTN di Provinsi Papua pada bulan September 2021 mengalami penurunan angka indeks sebesar 0,99 persen dibandingkan dengan Agustus 2021 menjadi sebesar 107,77.

Salah satu peluang investasi daerah di Papua adalah “Pembangunan Industri Pengolahan Kopi di Provinsi Papua”. Komoditas kopi di Papua berpeluang untuk dikembangakan lebih lanjut dengan label “Kopi Specialty Roasted Bean Arabica Wamena” dengan mengambil bahan baku dari kolompok tani kopi arabika Wamena atau kelompok tani arabika dan robusta di wilayah Papua. Industri pengolahan kopi tersebut dapat dibangun di kawasan industri bonggrang di Distrik Kemtuk, Kabupaten Jayapura, yang memiliki luas kawasan sebesar ±98,8 Ha, dengan kebutuhan luas industri sebesar

±5 ha yang memiliki kapasitas produksi sebesar 3,9 ton.

(13)
(14)
(15)

DAFTAR ISTILAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Bea adalah pungutan yang dikenakan atas keluar masuknya barang/

komoditas yang berkaitan yang masuk dan keluar wilayah pabean. Pungutan bea ini bersifat wajib dan dikenakan pada produk hasil ekspor dan impor.

Bea yang dikenakan atas barang impor disebut bea masuk, dan bea yang dikenakan atas barang keluar disebut bea keluar.

Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang

disusun oleh Pengguna Anggaran/

Kuasa Pengguna Anggaran yang disahkan oleh Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

Ekspor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident).

Impor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

Indeks Harga konsumen (IHK) adalah Indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus.

Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara lain.

(16)

Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan unit mata uang negara lain.

Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) dinyatakan dalam persentase. Secara konsepsional, NTN pengukur kemampuan tukar produk perikanan tangkap yang dihasilkan nelayan dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan dan keperluan mereka dalam menghasilkan produk perikanan tangkap.

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator proxy kesejahteraan petani sebagai perbandingan antara Indeks harga yg diterima petani (It) dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah kepada produsen untuk menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan dalam setiap

proses produksi maupun

distribusi/pungutan terhadap konsumsi Barang Kena Pajak/Jasa Kena pajak di dalam daerah Daerah Pabean.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L, atau diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.

Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga

(17)

yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi.

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut.

Rasio gini (gini ratio) yang merupakan salah satu alat yang mengukur tingkat kesenjangan pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu wilayah.

Rasio pajak (tax ratio) adalah perbandingan atau persentase penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) dimana hal itu juga merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja penerimaan pajak.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran RPJMD, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk satu tahun, mengacu pada RKPD.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur terpilih yang menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan dalam lima tahun pemerintahan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah penjabaran dari visi, misi dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJPN, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencangkup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah)

(18)

adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (disingkat RPJP Nasional) adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

(19)
(20)
(21)
(22)

1

BAB I

ANALISIS EKONOMI REGIONAL

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi 1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

a. Berdasarkan Pengeluaran

Sumber: BPS (2021), diolah

Ekonomi Papua pada triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 (y-on-y) tumbuh sebesar 14,54 persen. Semua komponen mengalami pertumbuhan kecuali Komponen PK-P yang terkontraksi sebesar -3,86 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor yang tumbuh sebesar 149,86 persen. Pertumbuhan ini diikuti oleh Komponen PMTB sebesar 43,55 persen; Komponen PK-LNPRT sebesar 7,44 persen;

dan Komponen PK-RT sebesar 1,39 persen. Sementara itu, Komponen Impor Luar Negeri selaku faktor pengurang tumbuh sebesar 117,49 persen. Pertumbuhan di komponen-komponen PDRB Pengeluaran juga disebabkan oleh kenaikan ekspor komoditas Bijih Kerak Abu Logam yang mendominasi ekspor Papua. Sementara, kenaikan PMTB dan Impor Luar Negeri diakibatkan oleh peningkatan impor barang modal dengan kenaikan terbesar pada impor mesin listrik.

b. Berdasarkan Sektor Lapangan Usaha

Perekonomian Papua berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2021 mencapai Rp 59,05 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 40,33 triliun.

Ekonomi Papua dengan Pertambangan dan Penggalian triwulan III-2021 dibanding triwulan III-2020 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 14,54 persen, sedangkan tanpa Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 2,42 persen. Pertumbuhan terjadi

1,39 7,44

-3,86

43,55

149,86

117,49

-50 0 50 100 150 200

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah

PMTB Ekspor Impor

Grafik 1.1 Pertumbuhan PDRB

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah PMTB Ekspor Impor

(23)

2 pada hampir semua lapangan usaha, kecuali Industri Pengolahan (-0,10%), Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib (-3,98%) dan Jasa Pendidikan (- 5,82). Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain Pertambangan dan Penggalian (37,56%), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (9,30%) dan Pengadaan Listrik dan Gas (9,29%). Pertumbuhan Pertambangan dan Penggalian didorong oleh peningkatan produksi emas dan tembaga PT Freeport Indonesia pada triwulan III 2021 dibandingkan triwulan III tahun 2020, pertumbuhan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dan Pengadaan Listrik dan Gas didorong oleh aktivitas persiapan pelaksanaan PON XX Papua.

Sumber: BPS (2021), diolah 1.1.2. Inflasi

Sumber: BPS (2021), diolah

Perkembangan harga berbagai komoditas pada September 2021 secara umum menunjukkan adanya penurunan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Papua di 3 kota, pada September 2021 terjadi deflasi sebesar 0,41 persen, atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,64 pada Agustus 2021 menjadi 104,22 pada September 2021. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–September) 2021 sebesar -0,61 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2021 terhadap September 2020) sebesar -0,40 persen.

-1,19 -0,79 0,22

0,79

-0,27

0,53 0,66

-0,41 -0,38 -0,08 0,19

-0,42 -0,41

-2 -1 0 1

Sep-20 Okt Nov Des Jan-21 Feb Maret Apr Mei Jun Jul Agt Sep Grafik 1.3 Perkembangan Inflasi, September 2021

-18 -18,67

-23,94 -15,11 -3,76

1,36 4,06 -2,79

6,92

14,27 13,14 14,54 4,59 6,27 5,68 4,75 3,43

2,76 -5,09 -4,36 -6,83 -3,77

2,81 2,42

-30 -20 -10 0 10 20

IV-2018 I-2019 II-2019 III-2019 IV-2019 I-2020 II-2020 III-2020 IV-2020 I-2021 II-2021 III-2021 Grafik 1.2 Pertumbuhan PDRB 2018-2021 (y-on-y)

Dengan Tambang Tanpa Tambang

(24)

3 Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks kelompok pengeluaran pada: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,32 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga pada September 2021, antara lain: cabai rawit, ikan ekor kuning, tomat, kangkung, ikan cakalang/ikan sisik. Sementara komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain: buah pinang, ikan kembung, daging ayam ras, tarif angkutan udara, dan ikan kawalina. Pada September 2021 dari 11 kelompok pengeluaran, 3 kelompok memberikan andil/sumbangan deflasi dan 8 kelompok memberikan andil/sumbangan inflasi terhadap inflasi gabungan 3 kota di Papua. Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/ sumbangan deflasi, yaitu:

kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -0,49 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar -0,001 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,0004 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi terhadap inflasi gabungan 3 kota di Papua, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,005 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,01 persen; kelompok transportasi sebesar 0,04 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,0004 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,001 persen;

kelompok pendidikan sebesar 0,004 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,002 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen.

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 1.2.1. Kemiskinan

Secara umum, pada periode Maret 2018 - Maret 2021 tingkat kemiskinan mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentase. Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut turun

sebesar 4,25 persen poin, yaitu dari 31,11 persen atau berjumlah 920,52 ribu jiwa pada Maret 2012 menjadi 26,86 persen atau 920,44 ribu jiwa pada Maret 2021. Persentase

27,74

27,43 27,53

26,55 26,64 26,8 26,86

25 26 27 28

Mar 18 Sep 18 Mar 19 Sep 19 Mar 20 Sep 20 Mar 21 Grafik 1.4 Persentase Penduduk Miskin,

Maret 2018-Maret 2021

Sumber: BPS (2021), diolah

(25)

4 penduduk miskin di Papua selama enam bulan terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 0,06 persen poin yaitu dari 26,80 persen pada September 2020 menjadi 26,86 persen pada Maret 2021. Begitu pula jika dibandingkan dengan Maret 2020, terjadi peningkatan 0,22 persen poin (26,64 pada Maret 2020).

Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan, dimana pada Maret 2021 terdapat 872,08 ribu jiwa atau 35,71 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan, sedangkan di perkotaan hanya sebesar 48,36 ribu jiwa atau 4,91 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelumnya (September 2020), terdapat peningkatan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 0,32 persen poin dan untuk daerah perdesaan persentase penduduk miskin naik sebesar 0,02 persen poin.

Bila dibandingkan dengan nasional, kemiskinan di Provinsi Papua masih tertinggal jauh.

Pada Maret 2021 tingkat kemiskinan Provinsi Bengkulu sebesar 26,86%, lebih tinggi dari tingkat nasional sebesar 10,14%. Persentase angka kemiskinan di Provinsi Papua memang sejak bulan September 2019 terus mengalami peningkatan, termasuk dari sisi jumlah penduduk miskin. Salah satu faktor yang mendorong naiknya tingkat kemiskinan di Provinsi Papua yakni terus meningkatnya kasus penyebaran COVID-19 di Provinsi Papua sehingga diterapkan kebijakan berbagai pembatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19 antara lain pembatasan kegiatan yang mengumpulkan massa dalam jumlah banyak seperti kegiatan peribadatan tatap muka yang dibatasi hanya 50 persen. Selain itu perayaan hari raya keagamaan seperti Imlek, Hari Raya Injil masuk di Tanah Papua, dan Nyepi juga dibatasi sehingga berdampak pada menurunnya konsumsi masyarakat.

1.2.2. Pengangguran

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia turun dari 7,07 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,27 persen pada Februari 2021. Provinsi Papua pun menunjukkan tren serupa.

Pada Februari 2021, TPT Provinsi Papua adalah sebesar 3,77 persen, turun 0,51 persen

dibandingkan kondisi Agustus 2020. Meskipun belum merata, hal ini menjadi salah satu

4,98 5,23 4,94

7,07 6,26

3,42 3,65 3,42 4,28 3,77

0 2 4 6 8

Februari 2019

Agustus 2019

Februari 2020

Agustus 2020

Februari 2021 Grafik 1.5 Perbandingan TPT Nasional

dengan Regional Papua

Persentase TPT Nasional Persentase TPT Papua

Sumber: BPS (2021), diolah

(26)

5 tanda mulai pulihnya sektor ketenagakerjaan dan perekonomian yang sempat terdampak oleh pandemi Covid-19.

Pada Februari 2021, penduduk usia kerja yang masih menjadi pengangguran karena Covid-19 ada sekitar 1.694 orang, sedangkan yang bukan angkatan kerja karena Covid- 19 sebanyak 1.695 orang. Sebanyak 631 orang masih sementara tidak bekerja, dan 114.181 orang mengalami pengurangan jam kerja. DIlihat dari jenis kelaminnya, penduduk laki-laki lebih banyak yang merasakan dampak pandemi Covid-19 terhadap status ketenagakerjaannya dibandingkan perempuan. Sementara itu, dampak Covid-19 lebih banyak dirasakan penduduk yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan daripada perdesaan. Apabila dilihat berdasarkan distribusi kelompok umur, mayoritas penduduk usia kerja yang merasakan dampak Covid-19 pada semua komponen berada pada kelompok usia dewasa (25-59 tahun), yaitu sebesar 90,31 persen.

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan

Secara umum, nilai Gini Ratio Provinsi Papua selama periode Maret 2015 hingga Maret 2018 mengalami trend series yang menurun. Namun pada September 2018 mengalami kenaikan yang cukup besar dan cenderung stagnan hingga kondisi akhir Maret 2021.

Pada Maret 2021, gini ratio Provinsi Papua mencapai 0,397. Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2021 adalah sebesar 0,301 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yakni 0,010 poin dibandingkan September 2020 yang sebesar 0,291 dan menurun juga meningkat 0,005 poin dari Maret 2020 yang sebesar 0,296. Untuk daerah perdesaan, Gini Ratio pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,422, naik 0,006 poin dibandingkan dengan kondisi September 2020 yang sebesar 0,416 dan naik sebesar 0,008 poin dari Maret 2020 yang sebesar 0,414.

Sumber: BPS (2021), diolah 0,339 0,347

0,312 0,318 0,322

0,302 0,312

0,294 0,297 0,288 0,296 0,291 0,301 0,38 0,387 0,383 0,392 0,395

0,407 0,384

0,416 0,409 0,41 0,414 0,416 0,422 0,421

0,392 0,39 0,399 0,397 0,398

0,384 0,398 0,394 0,391 0,392 0,395 0,397

0,27 0,29 0,31 0,33 0,35 0,37 0,39 0,41 0,43

Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18 Mar-19 Sep-19 Mar-20 Sep-20 Mar-21 Grafik 1.6 Perkembangan Gini Ratio, Maret 2015-Maret 2018

Kota Desa Kota+Desa

(27)

6 1.2.4. Nilai Tukar Petani

Sumber: BPS (2021), diolah

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga diterima petani (It) terhadap indeks harga dibayar petani (Ib) (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif, semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. NTP Papua September 2021 tercatat turun 0,42 persen menjadi 102,04 dibandingkan NTP Agustus. Berdasarkan pemantauan harga pedesaan di beberapa daerah di Papua, perubahan indeks NTP disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,41 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,0023 persen.

1.2.5. Nilai Tukar Nelayan

NTN September 2021 mengalami penurunan angka indeks sebesar 0,99 persen menjadi 107,77. Hal ini disebabkan oleh penurunan It sebesar 1,04 persen lebih rendah daripada penurunan Ib sebesar 0,05 persen. Penurunan It sebesar 1,04 persen dipicu oleh turunnya indeks penangkapan laut sebesar 1,25 persen sedangkan indeks penangkapan perairan umum tidak mengalami perubahan. Penurunan Ib sebesar 0,05 persen disebabkan oleh turunnya IKRT sebesar 0,02 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,12 persen.

102,46

101,63

98,8

104,96

108,17 108,5 108,85

102,58 102,04

101,28

97,28

104,52

108,74

107,47 107,77

102,49

90 95 100 105 110

Papua Tanaman Pangan

Hortikultura Tanaman Perkebunan

Rakyat

Peternakan Perikanan (Perikanan Tangkap)

(Perikanan Budidaya) Grafik 1.7 Perkembangan NTP Papua menurut Subsektor

Agustus - September 2021

Juli Agustus

(28)
(29)
(30)

7

BAB II

ANALISIS FISKAL REGIONAL

2.1. Pelaksanaan APBN

Realisasi APBN Papua sampai dengan Triwulan III-2021 dari sisi pendapatan mengalami sedikit peningkatan. Sebaliknya, di sisi belanja negara mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2020 dan 2021

Uraian TW III 2020 TW III 2021 %

2021 Pagu Realisasi Pagu Realisasi

A. PENDAPATAN NEGARA 7.907,35 5.862,26 8.997,50 7.344,08 81,6%

I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 7.907,35 5.862,26 8.997,50 7.344,08 81,6%

1. Penerimaan Perpajakan 7.342,25 5.380,98 8.613,94 6.993,45 81,2%

a. Pajak Dalam Negeri 6.758,99 4.525,97 7.625,33 4.686,98 61,5%

b. Pajak Perdagangan Internasional 583,27 855,01 988,61 2.306,47 233,3%

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 565,09 481,28 383,56 350,63 91,4%

II. HIBAH 0,00 0,00 00,00 0,00 0,0%

B. BELANJA NEGARA 56.035,92 42.580,98 58.913,88 35.757,20 60,7%

I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 13.622,55 8.006,05 15.743,33 9.407,46 59,8%

1. Belanja Pegawai 4.091,32 2.854,17 4.194,83 2.994,05 71,4%

2. Belanja Barang 4.789,12 2.576,85 5.295,79 3.147,47 59,4%

3. Belanja Modal 4.618,31 2.501,51 6.119,33 3.186,26 52,1%

4. Belanja Bantuan Sosial 23,41 11,61 14,58 10,53 72,2%

5. Belanja Lain-lain 100,38 61,91 109,80 69,15 63,0%

II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 43.002,02 34.639,89 43.179,56 26.349,74 61,0%

1. Transfer ke Daerah 37.651,63 30.758,79 37.745,49 23.451,41 62,1%

a. Dana Perimbangan 29.472,36 24.586,00 29.703,96 20.989,06 70,7%

1) Dana Alokasi Umum 20.870,26 17.424,80 20.494,06 15.783,62 77,0%

2) Dana Bagi Hasil 2.053,55 2.448,80 2.946,22 2.575,03 87,4%

3) DAK Fisik 3.607,20 3.278,40 3.610,01 951,45 26,4%

4) DAK Nonfisik 1.941,31 1.434,00 2.653,67 1.678,96 63,3%

b. Dana Otonomi Khusus 7.999,97 5.998,98 7.911,83 2.373,55 30,0%

c. Dana Insentif Daerah 179,30 172,81 129,70 88,80 68,5%

2. Dana Desa 5.350,39 3.881,10 5.434,06 2.898,33 53,3%

C. SURPLUS DEFISIT -48.146,57 -36.718,72 -49.916,38 -28.413,12 56,9%

Sumber: MEBE dan OMSPAN (2021), diolah

(31)

8 2.1.1. Pendapatan Negara

Dari sisi pendapatan APBN, pada triwulan III di Provinsi Papua baik secara persentase maupun nominal mengalami kenaikan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan pada pajak dalam negeri maupun pajak perdagangan internasional. Realisasi pendapatan negara sampai dengan akhir triwulan III 2021 adalah sebesar Rp7,34 triliun atau 81,6% dari target yang ditentukan, lebih tinggi jika dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada tahun 2020 di triwulan yang sama yaitu sebesar Rp5,86 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 25,3% dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Selain pendapatan perpajakan yang mengalami peningkatan, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) juga mengalami kenaikan secara persentase yaitu sebesar 7,3% dan mencapai Rp350,63 miliar hingga akhir triwulan III tahun 2021.

2.1.2. Belanja Negara

Realisasi belanja pemerintah pusat sampai dengan triwulan III 2021 baru mencapai Rp9,41 triliun atau 59,8 persen dari pagu sebesar Rp15,73 triliun. Meski demikian, realisasi tersebut sedikit lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 58,8 persen. Realisasi belanja sampai dengan triwulan III-2021 masih didominasi oleh belanja modal yang mencapai Rp3,19 triliun.

Tingginya realisasi belanja modal tersebut dikarenakan kegiatan aktivitas perekonomian dan pembangunan yang kembali normal setelah relaksasi atas pembatasan kegiatan masyarakat serta program vaksinasi yang dilaksanakan secara masif.

Tren penyerapan belanja pemerintah pusat hingga akhir triwulan III masih relatif stabil, kecuali belanja modal. Lonjakan belanja modal pada bulan Juli hingga September didorong oleh dimulainya Kembali pembangunan serta dalam rangka persiapan atas diselenggarakannya PON XX Papua pada bulan Oktober 2021.

Penyaluran TKDD hingga triwulan III-2021 belum menunjukkan capaian yang optimal.

Secara kumulatif, realisasi TKDD baru mencapai Rp26,35 triliun atau 61,0 persen dari pagu Rp43,18 triliun. Realisasi tersebut turun cukup signifikan sebesar 23,9 % atau sekitar Rp8,29 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Hingga akhir triwulan III tahun 2021, semua jenis TKDD telah disalurkan ke Pemda Papua dengan persentase yang bervariasi. Realisasi penyaluran DAU sebesar Rp15,78 triliun (77,0%) dari pagu Rp20,49 triliun, DBH sebesar Rp2,57 triliun (87,4%) dari pagu Rp2,94 triliun, DAK Nonfisik sebesar Rp1,68 triliun (63,3%) dari pagu Rp2,65 triliun,

(32)

9 Dana Otsus sebesar Rp2,37 triliun (30,0%) dari pagu Rp7,91 triliun, DID sebesar Rp88,80 Miliar (68,5%) dari pagu Rp129,70 miliar, Dana Desa sebesar Rp2,89 triliun (53,3%) dari pagu Rp5,43 triliun, dan DAK Fisik, sebesar Rp951,45 miliar (26,4%) dari pagu Rp3,61 triliun.

Selain DAK Fisik dan Dana Desa, mulai tahun 2020 KPPN Jayapura sebagai KPPN yang berlokasi di ibukota provinsi juga menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sampai dengan akhir Triwulan III-2021, realisasi penyaluran Dana BOS sebesar Rp819,19 Miliar atau 65,4 persen dari pagu Rp1,25 triliun. Dana BOS tersebut disalurkan untuk 6.665 sekolah yang tersebar di seluruh wilayah Papua.

2.1.3. Surplus/Defisit

Berdasarkan realisasi pendapatan negara dan belanja negara di Provinsi Papua, defisit anggaran sampai dengan akhir triwulan III 2021 adalah sebesar Rp28,41 triliun atau 56,9% dari yang ditargetkan. Defisit ini lebih rendah sebesar 22,6% disbanding periode yang sama tahun sebelumnya (Rp36,72 triliun). Hal ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya pendapatan negara dan menurunnya belanja negara dibandingkan dengan triwulan III pada tahun 2020.

2.1.4. Prognosis Realisasi APBN Hingga Akhir Tahun 2021

Sumber: Hasil perhitungan dengan metode Decomposition

Dengan menggunakan metode Decomposition, diperoleh prognosis penerimaan negara sampai akhir tahun 2021 mencapai Rp9.65 triliun atau sebesar 107,28% dari pagu, prognosis penerimaan pada triwulan IV mencapai lebih dari 100% disebabkan oleh tren realisasi pendapatan pada 2 periode triwulan IV yaitu pada tahun 2018 dan 2020 yang

Grafik 2.1. Hasil Perhitungan Menggunakan Metode Decomposition Untuk Realisasi Pendapatan dan Belanja APBN Tahun 2021

Triwulan IV 2021: 107,28% Triwulan IV 2021: 96,70%

(33)

10 realisasinya lebih dari 100%, selain itu realisasi penerimaan pada sektor bea keluar yang telah melebihi 100% juga turut mempengaruhi prognosis penerimaan negara. Hasil prognosis pendapatan dengan metode Decomposition menghasilkan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE) sebesar 15, artinya nilai peramalan yang dihasilkan sudah baik untuk digunakan.

Tabel 2.2: Prognosis Realisasi APBN Papua s.d. Akhir Tahun 2021 (dalam miliar rupiah)

Uraian Pagu

Realisasi s.d.

Triwulan III

Perkiraan Realisasi s.d.

Akhir Tahun

Rp % Rp %

Pendapatan Negara 8.997,50 7.344,08 81,6% 9.652,52 104,3%

Belanja Negara 58.913,88 35.757,20 60,7% 56.969,72 97,9%

Surplus/Defisit -49.916,38 -28.413,12 56,9% (47.317,20) 94,8%

Sumber: Omspan 2021, diolah

Sementara itu, prognosis belanja negara akan mencapai Rp56,97 triliun atau sebesar 96,70% dari pagu sampai akhir tahun anggaran 2021. Prognosis belanja negara menggunkan metode Decomposition menghasilkan nilai MAPE sebesar 9, artinya hasil peramalan yang dihasilkan sudah baik untuk digunakan.

2.1.5. Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik

Tabel 2.3: Realisasi Capaian Output Layanan Dasar Publik Provinsi Papua Triwulan III 2021 (dalam miliar rupiah)

Sektor Kelompok Output

Belanja Kinerja (rincian output)

Pagu Realisasi Persentase Satuan

Capaian Output (NVRO)

Persentase

Kesehatan

Faskes yang terpenuhi ketersediaan Alat/Obat

Kontrasepsi (Alokon)

3,15 3,01 95,52% Faskes 44 93,62%

Desa Pangan Aman 0,62 0,37 58,94% Desa 7 87,50%

Sampel Makanan yang Diperiksa oleh BB/BPOM

0,42 0,28 66,29% Persen 251 51,65%

(34)

11

Sektor Kelompok Output

Belanja Kinerja (rincian output)

Pagu Realisasi Persentase Satuan

Capaian Output (NVRO)

Persentase

Sampel Makanan yang Diperiksa oleh Loka POM I

0,01 0,01 64,61% Persen 47 85,45%

Sampel Makanan yang Diperiksa oleh Loka POM II

0,01 0,01 73,99% Persen 36 72,00%

Sarana Distribusi Obat, Obat Tradisional,

Kosmetik, Suplemen Kesehatan dan Makanan yang Diperiksa oleh BB/BPOM

0,99 0,72 72,76% Persen 762 98,20%

Sarana Distribusi Obat, Obat Tradisional,

Kosmetik, Suplemen Kesehatan dan Makanan yang Diperiksa oleh Loka POM I

0,20 0,11 58,42% Persen 222 74,00%

Sarana Distribusi Obat, Obat Tradisional,

Kosmetik, Suplemen Kesehatan dan Makanan yang Diperiksa oleh Loka POM II

0,18 0,14 76,12% Persen 82 55,41%

Pasar aman dari

bahan berbahaya 0,42 0,33 79,22% Pasar 6 75,00%

perkara di bidang penyidikan obat dan makanan di bbpom jayapura

0,80 0,46 58,14% Persen 3 100,00%

perkara di bidang

penyidikan obat dan 0,13 0,05 36,97% Persen 1 100,00%

(35)

12

Sektor Kelompok Output

Belanja Kinerja (rincian output)

Pagu Realisasi Persentase Satuan

Capaian Output (NVRO)

Persentase

makanan di loka pom kab merauke perkara di bidang penyidikan obat dan makanan di loka pom kabupaten mimika

0,09 0,08 89,60% Persen 3 150,00%

Sekolah dengan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) aman

0,63 0,27 42,66% Sekolah 24 60,00%

Pendidikan

Siswa SMTK/SMAK

Penerima BOS 2,48 1,25 50,49% Orang 54 3,19%

Siswa MTs

Penerima BOS 1,14 0,52 45,64% Orang 49 7,81%

Siswa MA Penerima

BOS 0,75 0,35 47,37% Orang 113 51,13%

Mahasiswa

Penerima KIP Kuliah 5,19 4,01 77,14% Orang 371 70,53%

Mahasiswa

Penerima KIP Kuliah 2,64 1,89 71,75% Orang 145 58,00%

Guru Non PNS Penerima Tunjangan Khusus (3T)

1,44 0,72 50,00% Orang 0 0,00%

Tunjangan Profesi

Guru PAI Non PNS 2,05 1,16 56,54% Orang 79 4,72%

Guru Non-PNS penerima Tunjangan Profesi

3,05 1,51 49,42% Orang 254 13,07%

Infra- struktur

Bandar Udara 267,71 148,40 55,43% Paket 19 61,29%

Bandar Udara 190,92 123,89 64,89% Paket 1 33,33%

Bandara Wamena

(Major Project) 50,00 9,90 19,80% Paket 0 0,00%

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Berbasis Masyarakat di Perkotaan

9,33 8,29 88,83% Hektar 1 100,00%

(36)

13

Sektor Kelompok Output

Belanja Kinerja (rincian output)

Pagu Realisasi Persentase Satuan

Capaian Output (NVRO)

Persentase

Kapal Laut 15,83 9,94 62,78% Layanan 5 55,56%

Fasilitas Pelabuhan

Laut 4,34 1,89 43,66% Layanan 1 100,00%

Fasilitas Pelabuhan

Laut 23,72 18,86 79,50% Layanan 2 66,67%

Bandar Udara Baru 378,49 227,93 60,22% Paket 11 100,00%

Pembangunan Jalan 187,69 30,99 16,51% km 7 29,17%

Pembangunan Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP)

497,34 189,41 38,08% km 25 43,86%

Pembangunan Jembatan Trans Papua Merauke- Sorong (MP)

283,48 114,86 40,52% m 292 60,46%

Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP)

1.500,9

0 517,92 34,51% km 128 54,47%

Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP)

247,35 118,57 47,94% m 955 55,20%

Prasarana irigasi

yang dibangun 52,01 43,07 82,80% unit 0 0,00%

Irigasi yang dioperasi dan dipelihara

28,63 17,92 62,59% Km 7 9,86%

Pembangunan

Jembatan 228,91 140,92 61,56% m 3.680 38,55%

Rumah Susun Asrama Pendidikan Tinggi

28,81 22,54 78,25% Unit 0 0,00%

Rumah Susun Hunian

ASN/TNI/POLRI

25,88 10,47 40,45% Unit 0 0,00%

Rumah Susun

Hunian MBR/Pekerja 23,48 17,50 74,55% Unit 0 0,00%

Hingga akhir triwulan III tahun 2021, 3 (tiga) sektor capaian output strategis telah direalisasikan. Untuk sektor Kesehatan, realisasi terbesar terdapat pada kelompok

(37)

14 output Faskes yang terpenuhi ketersediaan Alat/Obat Kontrasepsi (Alokon) yaitu sebesar Rp3,01 miliar atau sebesar 95,52% dari pagu Rp3,14 miliar. Sementara untuk sektor Pendidikan, realisasi terbesar terdapat pada kelompok output Mahasiswa Penerima KIP Kuliah sebesar Rp4,01 miliar dari pagu Rp5,19 miliar. Sektor Infrastruktur yang mempunyai banyak kelompok output mengirimkan pembangunan Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP) sebagai kelompok output dengan realisasi terbesar, hal ini tidak lepas dari pagu yang besar pula yang telah dianggarkan untuk kelompok output tersebut, pembangunan Jalan Trans Papua Merauke-Sorong (MP) telah terealisasi sebesar Rp517,92 miliar dari pagu Rp1,50 triliun atau sebesar 34,51%.

2.2. Pelaksanaan APBD

Tabel 2.4. Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda (Provinsi/Kota/Kab) di Provinsi Papua s.d. Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 (miliar rupiah)

Uraian 2020 2021

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN 54.337,93 38.471,76 51.135,76 25.105,49

PAD 3.069,10 1.791,82 3.634,86 3.142,19

Pajak Daerah 1.680,19 1.015,62 2.055,92 1.373,71

Retribusi Daerah 172,82 84,00 175,73 73,72

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan 165,43 86,77 361,81 99,65

Lain-Lain PAD yang Sah 1.050,67 605,42 1.041,41 1.595,11 Pendapatan Transfer 46.755,46 35.959,00 46.970,74 21.409,02

Transfer Pemerintah Pusat - Dana

Perimbangan 34.263,06 24.585,97 30.643,29 20.867,87

Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya 5.278,82 9.988,78 14.908,40 3.343,56 Transfer Pemerintah Provinsi 654,59 1.262,78 673,91 541,15 Transfer Bantuan Keuangan 6.558,99 121,47 745,14 309,86 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 4.513,36 720,95 530,16 554,28

Pendapatan Hibah 503,20 455,82 165,19 21,68

Pendapatan Dana Darurat - - - -

Pendapatan Lainnya 4.010,17 265,13 364,97 532,60

JUMLAH PENDAPATAN 54.337,93 38.471,76 51.135,76 25.105,39

BELANJA 45.564,18 19.002,39 42.504,35 20.656,56

Belanja Pegawai 15.175,36 7.226,05 14.432,07 7.382,39

Belanja Barang 14.068,78 6.571,29 15.029,84 6.089,86

Belanja Bunga 92,55 41,20 69,78 46,40

Belanja Subsidi 78,47 37,41 54,51 21,30

Belanja Hibah 5.460,35 1.626,52 3.935,04 2.259,21

Gambar

Tabel 2.1: Pagu dan Realisasi APBN s.d. Akhir Triwulan III Tahun 2020 dan 2021
Grafik 2.1. Hasil Perhitungan Menggunakan Metode Decomposition Untuk Realisasi  Pendapatan dan Belanja APBN Tahun 2021
Tabel 2.3: Realisasi Capaian Output Layanan Dasar Publik Provinsi Papua Triwulan III  2021 (dalam miliar rupiah)
Tabel 2.4. Pagu dan Realisasi APBD Seluruh Pemda (Provinsi/Kota/Kab) di Provinsi  Papua s.d
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wacana iklan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasar diatas adalah merupakan tindak tutur ilokusi. Tindak tutur di atas merupakan tindak ilokusi yaitu memberikan semangat

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa, variabel realisasi belanja pemerintah sektor

pada huruf a, perlu diatur Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171-06, Standar Pembuatan Buku Manual Operasi Penyelenggara

Tujuan jangka panjang dari penelitian yang dilakukan adalah menemukan metode yang tepat untuk mengisoalsi gelatin dari kulit kaki ayam Broiler agar dihasilkan

Laba atau rugi yang dihasilkan dari transaksi “hilir” dan “hulu” antara suatu investor (termasuk entitas anak yang dikonsolidasikan) dan suatu entitas asosiasi diakui dalam

Pengujian Parameter Regresi Logistik Multinomial Pada pengujian parameter regresi logistik secara serentak antara tingkat keparahan korban kecelakaan lalu lintas dengan jenis

Sementara belanja realisasi belanja pemerintah konsolidasi sampai dengan Triwulan III TA 2018 adalah sebesar Rp13,6 Triliun, mengalami kenaikan sebesar

Dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Provinsi Lampung, pendapatan negara sampai dengan triwulan III 2018 telah mencapai Rp5,25 triliun