• Tidak ada hasil yang ditemukan

REALISASI BELANJA PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN DAN PENDIDIKAN, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IPM KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REALISASI BELANJA PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN DAN PENDIDIKAN, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IPM KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

REALISASI BELANJA PEMERINTAH SEKTOR KESEHATAN DAN

PENDIDIKAN, SERTA PENGARUHNYA TERHADAP IPM

KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

Yuli Novitasari

Program Studi Akuntansi, Institut Manajemen Wiyata Indonesia

yuli.novitasari@imwi.ac.id

Dila Hapitri

Program Studi Akuntansi, Institut Manjemen Wiyata Indonesia

Dilahapitri1204@gmail.com

Abstract

This study aims to find out the evidence about the influence of health sector government spending and the education sector on the Human Development Index (HDI) of Districts and Cities in West Java Province. The type of data used is secondary data obtained from the realization of expenditures based on health and education functions in West Java Province. The analytical method used in this study is multiple linear regression analysis using simple least squares method (OLS). Data used is the data period of 2011-2016. The results of this analysis indicate that health sector government expenditure realization variables have a significant positive effect on the District and City Human Development Index (HDI) in West Java Province, while the results of the analysis for the realization variable of government expenditure in the education sector have no effect and are not significant to the Human Development Index (HDI) of the District and City in West Java Province. Taken together the realization variables of government spending in the health sector and education sector have a significant and significant impact on the Human Development Index (HDI) of Districts and Cities in West Java Province.

Keywords : Human Development Index (HDI), Realization of government spending in the health sector, and realization of government spending in education.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti tentang pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari realisasi belanja berdasarkan fungsi kesehatan dan pendidikan di Provinsi Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda menggunakan metode kuadrat terkecil sederhana atau Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data periode tahun 2011-2016. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa variabel realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat, sedangkan hasil analisis untuk variabel realisasi belanja pemerintah sektor pendidikan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Secara bersama-sama variabel realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan berpengaruh dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Kata Kunci : Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Realisasi belanja pemerintah di bidang kesehatan, dan realisasi belanja pemerintah di bidang pendidikan

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia saat ini tengah dalam kondisi mulai memasuki era penting untuk memperkuat eksistensinya di tingkat regional dan Internasional. Pengembangan kualitas pembangunan manusia menjadi langkah utama yang diambil oleh pemerintah agar Indonesia dapat meningkatkan eksistensinya di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Pembangunan manusia memiliki tujuan utama yaitu menitik beratkan pada pembangunan manusia seutuhnya dan seluruhnya, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia menjadi fokus utama dalam pembangunan nasional. Untuk memaksimalkan pembangunan, Indonesia membutuhkan masyarakat yang unggul dari segi kuantitas maupun kualitasnya (Badan Pusat Statistik, 2016). Kpolovie (2017) berpendapat bahwa dalam mengukur capaian pembangunan manusia, UNDP telah menentukan komponen dasar untuk mengukur kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, pembangunan manusia memiliki tiga indikator atau dimensi utama yaitu umur panjang yang sehat, akses terhadap pengetahuan / pendidikan yang berkualitas dan standar hidup yang layak. Ketiga indikator tersebut merupakan hal yang mendasari pentingnya pembangunan manusia.

Astianti Rahmadian (2016) menyebutkan bahwa di Indonesia pembangunan manusia identik dengan pengurangan kemiskinan, maka pengembangan dibidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi sumber daya manusia di Indonesia terutama para penduduk dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Penanggulangan kemiskinan yang dijadikan sebagai fokus utama dalam pembangunan manusia pada dasarnya harus dilakukan pembangunan yang menyeluruh meliputi dimensi pendidikan dan kesehatan. Contohnya jika melakukan pembangunan di bidang kesehatan maka dapat dilakukan pembangunan dan

perbaikan infrastruktur kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, memberikan jaminan kesehatan nasional dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat, sedangkan di bidang pendidikan dapat dilakukan pembangunan infrastruktur terutama di daerah-daerah yang terpencil dan tertinggal serta meningkatkan program pendidikan formal maupun non formal, adapun beberapa program pendidikan yang berlaku saat ini seperti wajib belajar sembilan tahun dan kartu Indonesia pintar yang dicetuskan oleh presiden kita bapak Joko Widodo. Agar terlaksana dengan baik, proses ini harus melibatkan seluruh pihak terkait seperti pemerintahan daerah, organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat itu sendiri sehingga tujuan pembangunan tersebut dapat terwujud.

Seperti yang diungkapkan dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh Kplovie, P.J. Dkk (2017), Adi Widodo Dkk (2011), Merang Kahang Dkk (2016), dan Rahmadian (2016) sekurangnya ada dua sektor yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia di suatu daerah yaitu sektor pendidikan dan kesehatan, dengan meningkatnya alokasi pengeluaran pemerintahan pada dua sektor tersebut akan meningkatkan produktifitas penduduk yang selanjutnya akan meningkatkan indeks pembangunan manusia dan mengurangi tingkat kemiskinan pada suatu daerah.

Provinsi Jawa Barat dalam rangka mewujudkan pembangunan perekonomian pada arah yang lebih baik, pemerintah harus mampu merealisasikan belanja daerah pada pengeluaran dana untuk sektor-sektor yang memiliki andil penting dalam indeks pembangunan manusianya seperti untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat. Pemerintah

(3)

melakukan berbagai macam upaya untuk mempercepat peningkatan SDM seperti Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) serta program wajib belajar 6 tahun dan 9 tahun yang nantinya pemerintah berharap agar kualitas SDM mengalami peningkatan dan siap bersaing di era globalisasi. Sedangkan pada bidang kesehatan, pemerintah memiliki target agar setiap lapisan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah, merata dan mudah didapat, maka pembangunan untuk bidang kesehatan terutama dalam

meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan harus terus dilakukan agar nantinya mampu mengimbangi jumlah penduduk yang terus bertambah.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan jika realisasi belanja pemerintah untuk sektor kesehatan dan sektor pendidikan cukup besar dan meningkat tidak menjamin dampak peningkatan indeks pembangunan manusia yang besar pula seperti halnya terjadi di kabupaten yang ditunjukkan tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Realisasi Belanja Pemerintah Sektor Kesehatan dan Pendidikan serta Perkembangan IPM di Kabupaten Sukabumi Tahun 2010-2012

2010 2011 2012

K P IPM K P IPM K P IPM

(Dalam Jutaan) (Dalam Jutaan) (Dalam Jutaan) (Dalam Jutaan) (Dalam Jutaan) (Dalam Jutaan) Rp. 196.983 Rp. 666.811 70,66 Rp. 224.821 Rp. 904.321 71,06 Rp. 291.562 Rp. 916.725 71,50 Sumber :Realisasi APBD DJPK dan BPS Kab. Sukabumi, olahan

Seharusnya jika realisasi belanja pemerintah terus naik dapat diikuti dengan peningkatan indeks pembangunan manusia. Maka dari itu untuk mengetahui alasan kenapa realisasi belanja pemerintah di sektor kesehatan dan sektor pendidikan tidak begitu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap angka indeks pembangunan manusiaseperti kasus di kabupaten sukabumi tahun 2010-2012 pada tabel di atas serta mengetahui bagaimana pengaruh realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan dan pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap pengaruh realisasi belanja pemerintah di kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat. TINJAUAN PUSTAKA

Teori merupakan suatu rangkaian konsep yang memiliki hubungan satu dengan yang lainnya atau

suatu rangkaian dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dan fenomena (Sukadinata, 1999). Pembangunan Manusia

Menurut Badan Pusat Statistik (2016) pembangunan manusia merupakan proses perluasan yang dipilih oleh masyarakat. Pada level pembangunan terdapat tiga pilihan yang paling mendasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, memperoleh pendidikan dan hidup layak. Ketika ketiga hal mendasar tersebut tidak dapat terpenuhi, maka pilihan lain tidak dapat diakses. Human Development Report (1996) berpendapat bahwa pembangunan manusia pada dasarnya memiliki beberapa dimensi diantaranya :

a. Pemberdayaan yang dipengaruhi oleh kapabilitas, setiap orang bebas untuk melakukan sesuatu tetapi jika tidak memiliki

(4)

kapabilitas maka tidak akan menikmati kebebasan tersebut. b. Dengan bekerja sama maka

akan tercipta perluasan pilihan

seseorang sehingga

pembangunan manusia tidak hanya terfoku pada individual melainkan pada kehidupan sosialnya.

c. Kesetaraan yang berarti kesamaan peluang.

d. Keberlanjutan yang berarti kesamaan peluang antar generasi.

e. Keamanan dari berbagai aspek baik ancaman dari bencana maupun lainnya.

Indeks Pembangunan Manusia

Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik (2012) Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) merupakan suatu alat ukur untuk mengukur capaian pembangunan manusia dengan komponen dasar kualitas hidup. IPM diukur dengan menggunakan pendekatan tiga komponen dasar yang terdiri dari angka harapan hidup (AHH) yang digunakan untuk mengukur komponen kesehatan, angka melek huruf dan dan rata-rata lama sekolah untuk mengukur komponen pendidikan, dan kemampuan daya beli untuk mengukur dimensi hidup layak. Adapun metode perhitungan indeks pembangunan manusia menurut Merang (2016) sebagai berikut:

IPM = 1/3 (X(1) + X(2) Dimana :

X(1) : Indeks harapan hidup

X(2) : indeks pendidikan yang terdiri dari 2/3 indeks melek huruf dan 1/3 indeks rata-rata pendidikan.

Model Analisis dan Hipotesis

Gambar 1. Model Analisis Berdasarkan model analisis

penelitian di atas, terdapat beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :

- H1 : realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM).

- H2 : realisasi belanja pemeirntah sektor pendidikan berpengaruh positif signifikan

terhadap indeks pembangunan manusia (IPM).

- H3 : realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan berpengaruh secara simultan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). METODE PENELITIAN

Penelitian ini membahas bagaimana realisasi belanja pemerintah

H1 H3 H2 RBPSK (X1) RBPSP (X2) IPM (Y)

(5)

sektor kesehatan dan sektor pendidikan dapat mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia pada suatu daerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan metode penelitian kuantitatif.

Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Sugiyono (2016) Populasi penelitian merupakan suatu data yang terdiri dari obyek dan subyek yang mengandung kualitas dan karakteristik yang sudah ditetapkan oleh sang peneliti untuk diteliti dan diambil kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan realisasi anggaran berdasarkan fungsi periode 2011-2016 pada 18 kabupaten dan 9 kota yang ada di provinsi Jawa Barat.

Sugiyono (2016) berpendapat Sampel penelitian merupakan sebagian kecil dari populasi yang dapat dijadikan sebagai wakil dari populasi dengan prosedur dan kriteria yang telah peneliti pilih dalam penelitiannya. Sampel penelitian ini diperoleh dari laporan realisasi berdasarkan fungsi yang diterbitkan langsung oleh Direktorat Jederal Perimbangan Keuangan (DJPK) dan data IPM yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Operasional Variabel

a. Variabel independent atau variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

- RBPSK (X1) : Realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan pada 11 kabupaten dan 6 kota yang ada di provinsi Jawa Barat periode tahun 2011-2016. - RBPSP (X2) : Realisasi

belanja pemerintah sektor pendidikan pada 11 kabupaten dan 6 kota yang ada di provinsi

Jawa Barat periode tahun 2011-2016. b. Variabel dependent atau

variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

IPM (Y) : Indeks pembangunan manusia pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat 2011-2016. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode non participant observation yang berarti bahwa peneliti tidak ikut secara langsung dalam proses yang sedang diamati. Peneliti mengumpulkan data yang telah diolah dan dipublikasikan oleh pihak-pihak terkait. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari website resmi pemerintah berupa laporan realisasi belanja pemerintah periode 2011-2016 yang diperoleh dari website resmi Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dengan website-nya www.djpk.go.id, dan data sekunder berupa angka indeks pembangunan manusia (IPM) diperoleh dari laporan yang diterbitkan oleh BPS dan informasi angka IPM tiap-tiap wilayah di Indonesia yang didapat dari website www.bps.go.id dan ipm.bps.go.id. Analisis Data

Kurtner (2004) berpendapat bahwa analisis regresi linear berganda merupakan salah satu teknik analisis data dalam statistik yang sering digunakan dalam penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel. Berikut merupakan beberapa pengujian asumsi klasik yang biasa digunakan pada analisis regresi linear berganda:

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji Kolmogrov Smirnov Test. Data dapat

(6)

dikatan berdistribusi normal apabila nilai profitabilitas signifikansinya lebih dari 0,05 (sig > 0,05) (Sutanto, 2007). 2. Uji Multikolinearitas

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam analisis regresi linear berganda, maka dapat digunakan nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerence (TOL) dengan syarat jika nilai VIF lebih dari 10 maka telah terjadi multikolinieritas dalam model analisis, sedangkan jika nilai TOL lebih dari 0.1 maka tidak terjadi multikolinieritas dalam model analisis (Singgih, 2012).

3. Uji Heteroskedastisitas

Widarjono (2007) berpendapat bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui variansi dari error model regresi tidak konstan atau variansi antar error satu dan error lainnya. Jika heteroskedastisitas terdapat dalam model analisis, maka akan memberikan dampak pada estimator OLS memiliki linearitas dan tidak bias namun tidak memiliki variansi minimum lagi yang akan menyebabkan perhitungan standar error sehingga metode OLS tidak dapat dipercaya kebenarannya termasuk pengujian hipotesis yang berdasar pada pendistribusian t maupun F untuk evaluasi hasil regresi.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya korelasi antara satu variabel error dengan variabel error lainnya. Autokorelasi sering seringkali terjadi pada data time series dan cross section (Widarjono, 2007).

Adapun statistik uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan berdasarkan pada pendapat Singgih (2012) seperti berikut ini:

a. Bila D-W < -2 maka

terdapat masalah

autokorelasi positif.

b. Bila D-W -2 < d < 2 maka tidak terdapat masalah autokorelasi.

c. Bila D-W > 2 maka terdapat masalah autokorelasi positif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif

Nilai standar deviasi variabel IPM yang diuji dalam penelitian ini memiliki nilai sebesar 5,42 dan nilai rata-ratanya sebesar 68,60 yang berarti variabel ini memiliki variansi data yang kecil karena besar nilai standar deviasinya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-ratanya (5,42 < 68,60). Pada variabel Kesehatan, dapat diketahui bahwa nilai standar deviasinya sebesar Rp.49.475.879.580 dan rata-ratanya sebesar Rp.57.626.112.359 yang berarti variabel ini memiliki variansi data yang kecil karena besar nilai standar deviasinya lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-ratanya (Rp.49.475.879.580 < Rp.57.626.112.359), selain itu keseluruhan kenaikan terendah sektor kesehatan sebesar Rp.2.417.506.609 pada tahun 2012 di Kabupaten Majalengka dan kenaikan tertinggi realisasi belanja sektor kesehatan sebesar Rp.224.575.018.698 pada tahun 2014 di Kabupaten Purwakarta. Sedangkan pada variabel pendidikan dapat diketahui bahwa nilai standar deviasinya sebesar Rp.177.784.131.298 dan rata-ratanya sebesar Rp.154.543.941.344 yang berarti variabel ini memiliki variansi yang besar atau berarti sebaran datanya tidak stabil karena nilai standar deviasinya lebih

(7)

besar dari nilai rata-ratanya (Rp.177.784.131.298 > Rp.154.543.941.344), selain itu keseluruhan kenaikan terendah sektor pendidikan sebesar Rp.2.263.625.077 pada tahun 2012 di Kabupaten Cianjur dan kenaikan tertingginya sebesar Rp.1.218.271.349.777 terjadi pada Kota Bandung pada tahun 2011.

Uji Asumsi Klasik

Pengujian – pengujian yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik terhadap penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji Kolmogrov Smirnov Test. Sutanto (2007) berpendapat bahwa data dapat dikatan berdistribusi normal apabila nilai profitabilitas signifikansinya lebih dari 0,05 (sig > 0,05). Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan perhitungan SPSS Statistics 20, berikut hasil uji normalitas :

Hasil uji normalitas kolmogrov-smirnov pada penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai kolmogorov-smirnov sebesar 0,995 dan nilai pengujian normalitasnya sebesar 0,275 artinya probabilitas signifikansinya lebih besar dari nilai acuan sebesar 0,05 (0,275 > 0,05) hasil tersebut dapat katakan bahwa distribusi data sudah berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam analisis regresi

linear berganda dapat menggunakan nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerence (TOL) dengan syarat jika nilai VIF lebih dari 10 maka telah terjadi multikolinieritas dalam model analisis, sedangkan jika nilai TOL lebih dari 0.1 maka tidak terjadi multikolinieritas dalam model analisis (Ghozali, 2013). Berikut ini merupakan hasil uji multikolinearitas pada penelitian ini :

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan bahwa variabel bebas memiliki nilai lebih dari 0,1 yang terdiri dari variabel kesehatan sebesar 0,897 dan pendidikan sebesar 0,897 yang berarti tidak terdapat korelasi pada tiap-tiap variabel bebas. Nilai VIF dalam penelitian ini juga tidak terdapat nilai VIF yang melebihi batasan nilai 10 yang telah ditetapkan dimana pada masing-masing variabel bebasnya memiliki nilai 1,115 untuk variabel kesehatan dan 1,115 untuk variabel pendidikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi ini.

Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2013) berpendapat bahwa untuk mengatahui adanya masalah heteroskedastisitas atau tidak pada antar varibel, kita dapat melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan nilai residualnya SRESID. Masalah heteroskedastisitas tidak terjadi apabila titik-titik pada chart dibawah ini menyebar di atas angka 0 dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk suatu pola yang jelas. Di bawah ini merupakan output dari uji heteroskedastisitas :

(8)

Gambar 4.2.

Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data sekunder yang telah diolah Berdasarkan chart di atas dapat

diketahui bahwa titik-titik tersebut tidak membentuk suatu pola yang jelas serta tidak berkumpul di satu tempat melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini tidak terjadi masalah heteroskedistisitas.

Uji Autokorelasi

Singgih (2012) berpendapat bahwa untuk mengetahui adanya gejala autokorelasi peneliti menggunakan uji Durbin-Watson (D-W) yang nantinya akan didapat output dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Bila D-W < -2 maka terdapat masalah autokorelasi positif. b. Bila D-W -2 < d < 2 maka tidak

terdapat masalah autokorelasi.

c. Bila D-W > 2 maka terdapat masalah autokorelasi positif. Hasil pengujian Durbin-Watson pada penelitian ini dengan bantuan program SPSS Statistics 20 diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 0,273 yang dapat dikatakan bahwa nilai (-2<0,273<2) atau dapat dikatakan angka tersebut lebih besar dari angka -2 dan lebih kecil dari angka 2. Angka yang didapat dari pengujian Durbin-Watson ini telah sesuai dengan ketentuan pengujian autokorelasi yang berarti bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah autokorelasi.

Uji Hipotesis

Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang digunakan pada penelitian ini dengan menghitung

(9)

seberapa besar variabel bebas memiliki hubungan dengan variabel terikat. Selain itu perhitungan uji F dan uji t juga dilakukan pada penelitian ini. Perhitungan statistik dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS Statistics 20, berikut adalah hasil analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini.

Uji Analisis Regresi Linear Berganda Model regresi yang didapat dari analisis regresi linear berganda ini adalah sebagai berikut :

Y = 66,625 + 3,063 X1 + 1,390 X2

Berdasarkan model regresi linear di atas dapat diketahui bahwa nilai konstanta tersebut senilai 66,625 yang berarti bahwa saat realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan, maka indeks pembangunan manusia tersebut sebesar 66,625. Koefisien beta variabel bebas pertama (X1) yang didapat adalah sebesar 3,063 yang berarti bahwa jika realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan bertambah sebesar satu satuan, maka nilai indeks pembangunan manusia (Y) juga akan bertambah sebesar 3,063. Koefisien beta variabel bebas kedua (X2) yang didapat adalah sebesar 1,390 yang berarti bahwa jika realisasi belanja pemerintah sektor pendidikan bertambah satu satuan, maka nilai indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel Y juga akan bertambah sebesar 1,390.

Uji F

Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk pengaruh x1 dan x2 secara simultan terhadap y adalah sebesar 0,036 < 0,05 dan nilai f hitung 3,494 > f tabel 3,12 sehingga dapat dikatakan bahwa H3 dapat diterima, artinya terdapat pengaruh dari varibel x1 dan x2 secara simultan terhadap variabel y.

Uji t

Hasil uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Pengujian hipotesis pertama : Realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Berdasarkan hasil uji t dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai sig untuk pengaruh x1 terhadap y adalah sebesar 0,021 < 0,05 dan nilai t hitung 2,354 > t tabel 1,993. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan terdapat pengaruh variabel x1 terhadap y.

2. Pengujian hipotesis kedua : Realisasi belanja pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM). Berdasarkan hasil uji t dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai sig untuk pengaruh x2 terhadap y adalah sebesar 0,702 > 0,05 dan nilai t hitung 0,384 > t tabel 1,993. Hal ini menunjukkan bahwa H2 tidak dapat diterima karena variabel x2 tidak berpengaruh serta tidak signifikan terhadap y. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R sebesar 0,297 sedangkan nilai R2 sebesar 0,088 maka koefisien

determinasi pada model regresi ini adalah sebesar 0,088 atau R2 x 100%

sehingga didapat angka sebesar 8,8%. Hal ini berarti bahwa realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan dan pendidikan berpengaruh secara bersamaan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) di Indonesia sebesar 8,8% dan sisanya 91,2% di pengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar variabel-variabel dari penelitian ini.

(10)

Pembahasan Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan dan sektor pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia (IPM) pada kabupaten dan kota di provinsi Jawa Barat tahun 2011-2016 dapat dijadikan interprestasi sebagai berikut :

Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Sektor Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa, variabel realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sugiarto A Santoso beserta kawan-kawan (2013) yang menyebutkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan investasi di bidang kesehatan yang dilakukan pemerintah harus mampu membangun pelayanan dan sistem pendidikan yang baik. Pengalokasian anggaran pemerintah untuk meningkatakan pelayanan kesehatan merupakan tindak lanjut dari upaya untuk meningkatkan produktivitas masyarakat.

Besaran pengeluaran pemerintah untuk sektor kesehatan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 adalah minimal sebesar 5% dari APBN diluar belanja gaji pegawai yang dianggarkan oleh pemerintah pusat, sedangkan untuk besaran alokasi dana yang dianggarkan pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota

sekurang-kurangnya harus dialokasikan sebesar 10% dari APBD di luar belanja gaji pegawai. Walaupun alokasi anggaran untuk bidang kesehatan terbilang lebih kecil jika dibandingkan dengan bidang pendidikan, pembangunan sektor kesehatan ini dapat dikatakan cukup berhasil mengingat tiga pilar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat untuk tiap-tiap daerah Provinsi, pemerintah Kabupaten dan Kota sangat membantu dalam merealisasikan pembagunan pada bidang kesehatan diantaranya pilar pertama adalah untuk melakukan revolusi mental masyarakat agar memiliki paradigma sehat, pilar kedua adalah untuk penguatan layanan kesehatan mulai dari pinggiran di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan dengan melakukan terobosan pemerataan tenaga kesehatan dan pilar ketiga adalah untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Pelaksanaan pada pilar pertama telah menunjukkan pencapaian diantaranya angka kematian ibu dari 5.019 orang pada tahun 2013 telah mengalami penurunan menjadi 4.340 orang pada tahun 2016, selain itu angka kematian bayi juga berhasil diturunkan dari 23.703 bayi pada tahun 2013 menjadi 17.037 bayi pada tahun 2016, serta angka balita yang mengalami stunting atau yang kita kenal sebagai gejala gizi buruk juga turun menjadi 27.5% pada tahun 2016 dari 37.2% di tahun 2013.

Realisasi pada pilar keduapun telah berhasil mendapatkan capaian yang membantu meningkatkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sektor kesehatan diantaranya seperti sebanyak 1.769 orang telah ditugaskan untuk menempati 311 puskesmas di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan. Kementerian kesehatan menargetkan hingga tahun 2019 nanti telah terbentuk 14 rumah sakit rujukan nasional, rumah sakit rujukan provinsi

(11)

sebanyak 20 rumah sakit, dan 110 rumah sakit rujukan regional. Sebanyak 777 rumah sakit dan 1.465 puskesmas sampai akhir tahun 2016 telah berhasil terakreditasi.

Target utama dari pilar ketiga adalah bertambahya jumlah orang yang terdaftar sebagai perserta JKN, hingga Agustus 2017 sebanyak 179.474.296 juta jiwa telah terdaftar sebagai peserta JKN. Selain itu, sebanyak 26.860 fasilitas kesehatan yang terdiri dari Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit, dokter dan dokter gigi praktik perorangan, apotek, optik dan laboratorium telah bekerja sama dengan Badan Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dalam melayani peserta JKN.

Ketiga pilar tersebut merupakan upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan pemerintah daerah termasuk pemerintah Provinsi Jawa Barat beserta seluruh Kabupaten dan Kota yang ada di dalamnya untuk meningkatkan nilai Indeks Pembanguna Manusia (IPM). Pemerintah Provinsi Jawa Barat sendiri dalam melaksanakan ketiga pilar tersebut lebih mengutamakan peningkatan dari segi pelayanan, fasilitas dan sarana kesehatan. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas SDM yang cemerlang, perhatian khusus telah pemerintah berikan sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah bayi yang sehat dan menurunkan angka gizi buruk di Provinsi Jawa Barat, maka dari itu pemerintah mulai membuat program-program terobosan untuk memperbaiki asupan gizi bayi dan balita yang berasal dari keluarga tidak mampu.

Pengaruh Realisasi Belanja Pemerintah Sektor Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.

Upaya pembangunan di bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kurun waktu dua di bawah kepeminpinan Presiden Joko Widodo

dan Wakil Presiden Jusuf Kalla telah berhasil memberikan kontribusi terhadap angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 0,75 poin dari 68,80 di tahun 2014 menjadi 69,55 pada tahun 2015. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat dari bertambahnya lama rata-rata lama sekolah penduduk di atas 25 tahun dari 7,73 tahun menjadi 7,83 tahun serta peningkatan harapan lama sekolah menjadi 12,55 tahun dari 12,39 tahun. Saat ini pemerintah sedang berfokus pada upaya peningkatan kemudahan akses layanan pendidikan, menguatkan pendidikan vokasi sebagai bentuk langkah yang strategis dalam menghadapi persaingan, dan menjadikan kebudayaan sebagai hal yang menaungi pendidikan nasional dalam menguatkan karakter bangsa.

Penyediaan dan perbaikan infrastruktur fisik ruang kelas dan gedung sekolah merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam memberikan kemudahan dalam mengakses pelayanan di bidang pendidikan. Sampai dengan tahun 2015 tercatat sebanyak 13.403 ruang belajar yang telah direhabilitasi, 698 unit sekolah baru, dan 12.385 ruang kelas baru. Selain itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan juga dilakukan dengan cara melakukan revolusi karakter bangsa dimulai dari pendidikan dasar yaitu tingkat SD dan SMP di 542 sekolah yang terletak di 34 provinsi.

Kemendikbud telah melakukan terobosan pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dengan cara melakukan uji coba penggunaan Kartu Indonesia Pintar (KIP) plus atau Kartu Indonesia Pintar (KIP) elektronik yang dapat digunakan sebagai alat transaksi agar memenuhi prinsip akuntabilitas dengan tujuan meningkatkan literatur keuangan dan perbaikan penyaluran dana bantuan pendidikan sehingga tak salah sasaran.

Provinsi Jawa Barat sendiri pada tanggal 07 September 2017 telah tercatat sebanyak 170.000 siswa lulusan SMP

(12)

dan sederjat tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA/SMK di Provinsi Jawa Barat. Kurangnya ruang kelas yang dapat menampung para siswa sebagai penunjang kegiatan belajar dan mengajar menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Minimalnya harus dibangun sebanyak 5.000 ruang kelas baru dan unit sekolah baru untuk mengatai hal tersebut, sehingga jika pembangunan 5.000 ruang kelas baru dapat direalisasikan, fasilitas itu data menampung hingga 150.000 siswa lulusan SMP dan sederajat.

Selain upaya pembangunan ruang kelas baru dan dan unit sekolah baru, pemerintah Provinsi Jawa Barat juga akan mengembangkan program pendidikan SMA terbuka yang dapat menampung sedikitnya 100.000 peserta didik khusus yang berusia di atas 18 tahun. Sekolah terbuka dapat menjadi solusi untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah menengah yang baru mencapai 76.62%. Angka Partisi Kasar (APK) di Provinsi Jawa Barat ini pada tahun 2017 masih berada di tingkat kedua paling bawah setelah Papua. Apabila program pendidikan SMA terbuka ini dapat berjalan lancar dan semua dapat mendapatkan hak untuk menempuh pendidikan hingga 12 tahun, maka Angka Partisipasi Kasar (APK) sekolah menengah di Provinsi Jawa Barat akan ikut meningkat.

Upaya-upaya pemerintah tersebut masih berfokus pada pembangunan infrastruktur fisik pada tiap-tiap Kabupaten dan Kota yang tersebar di Provinsi Jawa Barat sehingga untuk mewujudkan meningkatnya pembangunan pendidikan yang baik pasti memerlukan biaya dan waktu yang cukup lama sehingga fokus pemerintah dari pengembangan tingkat pembangunan pendidikan dari segi membentuk karakter, dan pemberian kualitas pendidikan yang baik akan terhambat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari beberapa pengujian pada data di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:

1. Hasil pengujian secara parsial pada variabel realisasi belanja pemerintah sektor kesehatan menunjukkan bahwa variabel kesehatan tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,354 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1,993 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,021 yang lebih kecil dari 0,05. 2. Hasil pengujian secara parsial

pada variabel realisasi belanja pemerintah sektor pendidikan menunjukkan bahwa variabel pendidikan tersebut tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 0,384 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 1,993 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,702 yang lebih besar dari 0,05.

3. Hasil pengujian secara simultan atau bersamaan pada varibel kesehatan (X1) dan pendidikan (X2) menunjukkan bahwa kedua variabel bebas tersebut berpengaruh secara bersamaan dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Hal ini ditunjukkan dengan besarnya hasil F hitung sebesar 3,494 lebih besar dari F tabel yang hanya sebesar 3,120 dan nilai signifikansinya sebesar

(13)

0,36 lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan di atas, terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan dengan harapan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, antara lain :

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah diharapkan mampu merealisasikan anggaran untuk sektor kesehatan dan sektor pendidikan agar nantinya dapat berdampak pada terealisasinya kualitas kesehatan dan pendidikan yang baik mengingat sumber daya manusia merupakan indikator utama dalam indeks pembangunan manusia.

2. Bagi Penulis

Penulis harus mempunyai daya nalar dan pengetahuan serta mampu memahami teori-teori yang telah dipelajari lalu mengaplikasikanya terhadap kejadian yang terjadi di lapangan.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dan sebagai tambahan informasi dalam menilai realisasi belanja pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Augustine, Yvonne dan Kritaung, Robert. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntasi. Jakarta : Dian Rakyat.

Ayunanda dan Ismaini. 2013. Analisis Statistika Faktor Yang

Mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Panel. Jurnal Sains dan

Seni Pomits. 2 (2). ISSN 2301-928X (print).

Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2016. Provinsi Jawa Barat dalam Angka – Jawa Barat Province in Figures 2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. 2012. Indeks

Pembangunan Manusia. Diakses dari

https://jabar.bps.go.id.quickMap .html. (03 Agustus 2018). Badan Pusat Statistik. 2016. Indeks

Pembangunan Manusia 2015. Jakarta : Badan Pusat Statistik. ---. 2012. Indeks

Pembangunan Manusia 2010-2011. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

---. 2015. Indeks Pembangunan Manusia 2014. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ketujuh. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Gunawan, Ce. 2018. Mahir Menguasai SPSS (Mudah Mengelola Data Dengan IBM SPSS Statistic 25). Yogyakarta : Deepublish. Gurajati. 2004. Basic Econometrics.

New York : McGraw-Hill Companies.

Hartono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok : Universitas Indonesia.

Human Development. 1996. Human Development Report 1996. New York : Oxford University. Ilhami, Syahril. 2014. Analisis Pengaruh

Anggaran Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Tesis Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor,

Kahang, Merang. et. al. 2016. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks pembangunan

(14)

Manusia di Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi. 18 (2). ISSN 1411-1712 (print) & 2528-150X (online).

Kpolovie, P. et. al. 2017. Continental Comparison of Human Development Index (HDI). International Journal of Humanities Social Sciences and Education (IJHSSE). 4(1). ISSN 2349-0373 (print) & 2349-0381 (online).

Kurtner. et. al. 2004. Applied Linear Regression Models. New York : McGraw-Hill Companies Inc. Pengelola web Kemendikbud. 2016.

Kemendikbud Terus Tingkatkan Pencapaian Program Prioritas Pemerintah. Diakses dari https://kemdikbud.go.id.id (05 Agustus 2018).

Portal Kesmas Indonesia. 2014. 3 Pilar Program Kemenkes Untuk Wujudkan Indonesia Sehat.

Diakses dari

https://www.kesmas-id.com. (05 Agustus 2018).

Preston, Samuel. et. al. 2004. Demography : Measuring and Modelling Population Process. USA : Blackwell.

Rahmadian, Astianti. 2016. Analisis Pengaruh PDRB, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 35 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014, Universitas Diponogoro Semarang.

RMOLJabar. 2017. Sekolah Terbuka dan Peningkatan Angka Partisipasi Sekolah Menengah.

Diakses dari

https://rmoljabar.com. (06 Agustus 2018).

Rochmawaty, Vera. 2013. Pengaruh Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Pusat

Koperasi Polisi Daerah Jawa

Barat (PUKOPPOLDA).

Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Santoso, Singgih, 2012. Panduan lengkap SPSS versi 20. Jakarta : IKPI.

Soran. 2015. Pengertian Populasi dan Sampel Serta Teknik Sampling.

Diakses dari

https://www.pengertianku.net. (03 januari 2018).

Sugiarto. et. al. 2013. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota Sektor Kesehatan dan Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Banda Aceh. Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana. Universitas Syiah Kuala. 1 (4). ISSN 2302-0172. Tibun News. 2016. Delapan prioritas

Pembangunan Jawa Barat di

2019. Diakses dari

https://m.tribunnews.com. (05 Agustus 2018).

Ulwan, M Nashihun. 2014. Teknik Pengambilan Sampel dengan Metode Purposive Judgment Sampling. Diakses dari https://www.portal-statistik.com. (11 Maret 2018).

Widarjono. 2007. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yoyakarta : Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Widodo, Adi. et. al. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran di Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengentasan

Kemiskinan Melalui

Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan. 1 (1). Wijanarko, Yusuf. 2017. Di Jabar

170.000 Siswa Tak Bisa Sekolah. Diakses dari

(15)

https://www.pikiran-rakyat.com. (06 Agustus 2018).

Yuli A, Mochammad. et. al. 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Jawa Timur 2006-2013. Universitas Jember

Gambar

Gambar 1. Model Analisis  Berdasarkan  model  analisis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan dari hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti menyimulkan bahwa terdapat perubahan atau transformasi yang terjadi dalam musik Gambang

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menyajikan hasil perawatan ortodontik dengan teknik Begg pada kasus maloklusi Angle klas III dengan hubungan skeletal klas III

Penelitian ini menggunakan data sekunder dimana variabel inputnya adalah data realisasi anggaran belanja pendidikan dan kesehatan per Kabupaten/Kota di Jawa

Hasil penelitian perancangan sistem pendukung keputusan (SPK) dengan penerapan metode SAW dapat bersifat dinamis dan memberi kemudahan kepada perusahaan dalam proses

Berdasarkan tweet-tweet yang telah diolah di software Gephi dan menampilkan model graph , hal yang bisa direkomendasikan kepada penyedia jasa telekomunikasi yaitu

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa (LKS) berbasis kontekstual adalah lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan dan kegiatan yang harus

Pebi Pebriadi, MM / Erna Haerani, ST Acep Irham G, M.Eng Melisa Winda P Cecep MS, ST /Nena Nurdiana Rohmat Gunawan, ST / Sovi Solihah Agi Nurhidayah, S.Si / Leti S Husni Mubarok,

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi dengan judul “Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten