• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh: YOKA NIM : Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Oleh: YOKA NIM : Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Fisika"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ING AND LEARNING) BERBANTUAN LKS BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI FLUIDA STATIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

SISWA KELAS XI MIPA SMAN 1 PARIANGAN

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh:

YOKA NIM : 14 107 050

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)

BATUSANGKAR 2019

(2)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) BERBANTUAN LKS BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI FLUIDA STATIS TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 1 PARIANGAN”. Selanjutnya shalawat beserta salam dimohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjungan umat, pelita di kala malam pelipur lara di kala duka, yaitu Nabi Muhammad SAW, Allahumma Shali ‘Ala Muhammad Wa’ala Ali Muhammad.

Skripsi ini ditulis untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

Dalam membahas dan menyelesaikan skripsi ini penulis menemui berbagai bentuk kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak baik bantuan moril maupun materil, sehingga semua kendala dan kesulitan yaang penulis temui dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga terutama kedua orang tua tercinta Ayahanda Sutikno dan Ibunda Nelita. Peneliti juga menghaturkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Batusangkar Bapak Dr. Kasmuri, M.A, yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini,

2. Ketua Fakultas Tarbiyah Bapak Dr. Sirajul Munir, M. Pd,

3. Ketua jurusan Tadris Fisika ibunda Venny Haris M.Si, sekaligus penasehat akademik penulis yang telah memberikan masukan dan meluangkan waktu mengarahkan serta menasehati penulis.

4. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc sebagai Pembimbing I dan Ibunda Novia Lizelwati, M.Pfis sebagai Pembimbing II, yang telah menuntun dan mengarahkan peneliti dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini,

5. Ibunda Sri Maiyena, M.Sc dan Ibunda Venny Haris, M. Si selaku penguji 6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika; Bapak Dr. Marjoni Imamora,

M.Sc, Bapak Frans Rizal Agustiyanto, M.Si, Ibu Venny Haris M.Si, Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis, Ibu Sri Maiyena, M.Sc, Ibu Artha Nesa Chandra, M.Pd, Ibu Hadiyati Idrus, M.Sc, yang tidak bosan-bosannya berbagi ilmu pengetahuan kepada kami dan memberikan dorongan serta motivasi kepada kami serta kepada Bapak/Ibu Dosen Luar Biasa; yang rela

(3)

ii

jauh-jauh datang ke IAIN Batusangkar untuk berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman, serta motivasi kepada kami.

7. Teristimewa kepada keluarga, Ayahanda sutikno, Ibunda Nelita dan keluarga lainnya serta adik-adik yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, moril maupun materil, serta do‟a beliau yang membuat penulis bisa seperti sekarang ini, dan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

8. Bapak Syafrizal, M.Pd dan Ibu Ulfa Sari, M.Pd selaku Validator

9. Ibuk Ulfa Sari M.Pd selaku guru fisika SMAN 1 Pariangan dan Kepada bapak Kepala Sekolah SMAN 1 Pariangan Drs. Edison, MM beserta jajaran yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 10. Siswa dan siswi SMAN 1 Pariangan yang telah membantu kelancaran

penelitian.

11. Rekan – rekan Mahasiswa-mahasiswi Jurusan Tadris Fisika IAIN Batusangkar yang telah memberikan berbagai bantuan.

12. Teman-teman senasib dan seperjuangan Fisika’14 B yang selalu memberikan motivasi dan dukungan

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal di sisi Allah SWT. Aminn. Batusangkar, Februari 2019 Penulis YOKA NIM. 14 107 050

(4)

iii ABSTRAK

Yoka, NIM. 14 107 050, Judul Skripsi “Penerapan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Berbantuan LKS pada Materi Fluida Statis terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan”, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Tadris Fisika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2018.

Hasil belajar fisika siswa khususnya kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan masih tergolong rendah, rendahnya hasil belajar fisika siswa disebabkan proses pembelajaran masih berpusat pada guru, tidak adanya kesempatan peserta didik untuk berpendapat secara terbuka, akibatnya peserta didik hanya menerima saja yang disampaikan oleh guru dan peserta didik terbiasa dalam pemahaman materi bersifat penghafalan rumus. Berdasarkan masalah di atas peneliti memberikan so-lusi untuk menyikapi masalah tersebut, yaitu dengan penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) berbantuan LKS di kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan. Model pembelajaran CTL ini untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan rancangan penelitian the posttes only control group design yang digunakan adalah total sampling yang menghasilkan dua kelas sampel yaitu kelas XI MIPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar fisika siswa yang menerapkan model pembelajaran CTL berbantuan LKS dalam proses pembelajaran. Pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar ranah kognitif berupa tes pilihan ganda kemudian data ranah kognitif dianalisis secara statistik dengan uji-t. Data ranah afektif dan ranah psikomotor siswa menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Dari hasil tes akhir yang dilakukan dalam penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Rata-rata nilai akhir siswa untuk ranah kognitif pada kelas eksperimen yaitu 70,757 dengan persentase ketuntasan 54%, sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 60,45 dengan persentase ketuntasan 24.24%. Sedangkan rata-rata nilai akhir siswa untuk ranah afektif pada kelas eksperimen adalah 75,73 dan kelas kontrol 65,79. Sedangkan untuk ranah psikomotor pada kelas eksperi-men 79,94 dan kelas control 72,57. Uji hipotesis dilakukan dengan uji-t untuk ketiga ranah. Pada ranah kognitif diperoleh thitung= 2,98, pada ranah afektif di-peroleh thitung= 3,176 dan ranah psikomotor diperoleh thitung= 2,12, sedangkan

ttabel= 1,645, pada taraf nyata α = 0,05. Berarti thitung>ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa “Hasil belajar fisika peserta didik yang menerapkan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual lebih baik dari pada hasil belajar fisika siswa yang tidak menggunakan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual di kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran CTL, LKS berbasis kontekstual, Hasil Belajar Fisika Siswa.

(5)

iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ... i ABSTRAK ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Pembatasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Manfaat Penelitian ... 7 G. Defenisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Landasan Teori ... 10

1. Pembelajaran Fisika ... 10

2. Model Pembelajaran ... 11

3. Model Pembelajaran CTL ... 12

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Kontekstual ... 14

5. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar d an Materi Pokok / Materi Pembelajaran ... 17

6. Hasil Belajar ... 17

7. Pembelajaran Konvensional ... 21

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 22

(6)

v

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Rancangan Penelitian ... 25

C. Variabel dan Data ... 26

D. Populasi dan Sampel ... 27

E. Prosedur Penelitian ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Deskripsi Data ... 53

B. Analisis Data ... 58

C. Pembahasan ... 64

D. Kendala yang dihadapi dalam penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 Lampiran

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Siswa Kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan...3

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Materi Pembelajaran...17

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian...24

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas Populasi SMAN 1 Pariangan...26

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan...28

Tabel 3.4 Daftar Analisis Variansi...30

Tabel 3.5 Analisis Variansi Satu Arah...31

Tabel 3.6 Jadwal Penelitian SMAN 1 Pariangan...38

Tabel 3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran...39

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda...40

Tabel 3.9 Klasifikasi reabilitas soal...41

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Afektif...43

Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Psikomotor...44

Tabel 3.12 Kriteria Penskoran Afektif dan Psikomotor...45

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kedua Kelas Sampel...50

Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata, Nilai Terendah dan Nilai Tertinggi Kelas Sampel...51

Tabel 4.3 Frekuensi nilai ranah afektif...51

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Rata-rata pada ranah afektif...52

Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah...52

Tabel 4.6 Frekuensi Nilai Ranah Psikomotor...52

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Rata-rata Tiap-tiap Indikator psikomotor...53

Tabel 4.8 Nilai Rata-rata, Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah... 54

Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Sampel Ranah Kognitif...55

Tabel 4.10 Uji Homogenitas pada ranah afektif...55

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis pada ranah kognitif ...55

Tabel 4.12 Hasil uji normalitas sampel ranah afektif ...56

Tabel 4.13 Uji Homogenitas...56

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis...57

(8)

vii

Tabel 4.16 Uji Homogenitas...57 Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis...58

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir...25 Gambar 4.1 Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Kelas Sampel..59 Gambar 4.2 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada ranah kognitif...61 Gambar 4.3 Nilai rata-rata hasil belajar ranah afektif kelas sampel...64 Gambar 4.4 Nilai rata-rata hasil belajar ranah psikomotor kelas sampel...67

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Ulangan Harian...79

Lampiran II Uji Normalitas...81

Lampiran III Homogenitas...85

Lampiran IV Kesamaan Rata-rata...87

Lampiran V RPP Eksperimen pertemuan I...97

Lampiran VI RPP Eksperimen pertemuan II. ...105

Lampiran VII RPP Eksperimen pertemuan III. ...110

Lampiran VIII RPP Eksperimen pertemuan IV. ...116

Lampiran IX RPP Eksperimen pertemuan V...127

Lampiran X RPP Kontrol pertemuan I ...137

Lampiran XI RPP Kontrol pertemuan II...150

Lampiran XII RPP Kontrol pertemuan III...157

Lampiran XIII RPP Kontrol pertemuan IV...168

Lampiran XIV RPP Kontrol pertemuan V...183

Lampiran XV Lembar Validasi Eksperimen...227

Lampiran XVI LKS Berbasis Kontekstual...247

Lampiran XVII Kisi-kisi Soal...257

Lampiran XVIII Lembar Validasi Soal...269

Lampiran XIX Soal Tes...273

Lampiran XX Rekapitulasi Nilai Uji Soal...274

Lampiran XXI Indeks Kesukaran...277

Lampiran XXII Klasifikasi Soal...278

(11)

x

Lampiran XXIV Reliabilitas...293

Lampiran XXV Klasifikasi Daya Beda Soal...295

Lampiran XXVI Rekapitulasi Nilai Kognitif ...296

Lampiran XXVII Rekapitulasi Nilai Afektif ...300

Lampiran XXVIII Rekapitulasi Nilai Psikomotor...304

Lampiran XXIX Uji Normalitas Kognitif,Afektif dan Psikomotor...320

Lampiran XXX Uji Homogenitas (f) Kognitif, Afektif dan Psikomotor...323

Lampiran XXXI Uji Hipotesis (t)Kognitif, Afektif dan Psikomotor...326

Lampiran XXXII Surat Dinas Pendidikan ...334

Lampiran XXXIII Surat Keterangan Penelitian ...335

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan seperti: meningkatkan kualitas peserta didik, hal ini tentu saja akan berkaitan dengan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Pendidikan juga menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, Diantara usaha tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan di Indonesia sering mengalami pergantian kurikulum, mulai dari kurikulum 1994, KBK, KTSP dan terakhir kurikulum 2013 (Wina Sanjaya, 2006:2).

Kurikulum 2013 ini menyatakan bahwa pembelajaran yang berkembang harusnya berpusat pada siswa dengan pola pembelajaran aktif mencari (diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains) dan juga pembelajaran kritis (Permendiknas no. 69 tahun 2013). Berdasarkan Permendiknas tersebut dapat dipahami bahwa pola pembelajaran yang ditekankan sekarang ini menuntut pembelajaran yang mengedepankan kemampuan berpikir kritis siswa. Pola pembelajaran aktif dan kritis ini harus diterapkan pada semua mata pelajaran, salah satunya fisika.

Penerapan kurikulum 2013 pada mata pelajaran fisika diharapkan mampu mengubah mind set siswa dan masyarakat dari pembelajaran yang paling sulit menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan yang di peroleh melalui observasi yang dilakukan pada hari Senin tanggal 6 Agustus 2018 di kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan. Pembelajaran fisika di kelas XI MIPA telah menerapkan pendekatan saintifik yang merupakan tuntutan dari kurikulum 2013. Pendekatan saintifik

(13)

merupakan pendekatan yang mengharapkan siswa dapat aktif dan kreatif dengan melibatkan keterampilan proses yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (student centered). Akan tetapi, dalam pelaksanaannya di kelas cenderung kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dan menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan siswa bosan dan tidak dapat mengeksplorasi kemampuannya untuk melakukan proses ilmiah, selain itu guru belum ada menggunakan bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif seperti modul, LKS dan lain-lain, umumnya bahan ajar yang digunakan guru ini belum sesuai dengan karakteristik, kebutuhan maupun penerapan kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa nilai siswa kelas X1 MIPA menunjukkan berada dibawah KKM (75) seperti dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Nilai rata-rata Ulangan Harian kelas X1 MIPA SMAN 1 Pariangan pada Fluida Statis Tahun ajaran 2017/2018

(Sumber : Guru mata pelajaran Fisika SMAN 1 Pariangan)

Dari tabel 1.1 kita dapat lihat persentase ketuntasan belajar siswa kelas X1 sangat rendah dibandingkan yang tidak tuntas. Dari tabel 1.1 di dapatkan persentase ketuntasan siswa 28%. Sedangkan persentase ketidaktuntasan Sesuai dengan hasil wawancara dengan guru fisika di SMAN 01 Pariangan bahwa selama ini guru hanya menggunakan satu bahan ajar yaitu buku cetak dari pustaka, dimana bahasa buku tersebut susah dipahami siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik mempelajarinya. Selain itu, guru juga jarang menggunakan pendamping bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pembelajaran di kelas.

No Kelas Jumlah siswa Nilai rata – rata Persentase ketuntasan Tuntas % Tidak tuntas

% 1 XI MIPA 1 33 orang 65 21,42 78,58 2 XI MIPA 2 33 orang 60 19,42 80,58

(14)

Permasalahan di atas harus segera diatasi, jika tidak maka minat siswa terhadap fisika akan semakin rendah dan akan menyebabkan mata pelajaran fisika menjadi tetap yang paling ditakuti serta juga berdampak pada hasil belajar siswa.

Kemudian, bahwasanya hasil belajar fisika siswa masih tergolong rendah, disebabkan oleh gejala-gejala sebagai berikut: 1) kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga kebanyakan dari siswa tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan serta kurangnya penguasaan konsep dasar. 2) Jika diberikan tugas, sebagian besar siswa tidak bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan padahal soal yang diberikan tersebut telah dijelaskan sebelumnya hanya saja angka yang digunakan berbeda. 3) Sebagian siswa cenderung menghafal rumus bukan memahami konsep, sehingga mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan.

Guru merupakan salah satu penentu yang berpengaruh dalam proses pembelajaran, karena guru mempunyai peran penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru dapat menentukan segala sesuatu yang dianggap tepat untuk diaplikasikan dalam pelaksanaan pembelajaran karena guru lebih memahami keadaan murid-muridnya, sehingga guru mampu mengelola kelas dengan kemampuan yang dimilikinya seperti menggunakan model pembelajaran yang akan diaplikasikan, merancang media pembelajaran, mempersiapkan tugas-tugas, memberikan latihan (evaluasi) dan guru adalah seorang yang memegang suatu kelas dalam pembelajaran (Hamalik, 2015: 45).

Berdasarkan hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang salah satunya berupa penerapan model pembelajaran yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan menjadikan siswa itu aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan bersifat student center. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapa

(15)

tujuan belajar. Memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, kemampuan guru, kemampuan siswa dan fasilitas yang tersedia, oleh karena itu seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung baik, efektif dan efisien (Ridwan, 2014:89).

Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa itu aktif, belajar mandiri serta siswa dapat menemukan sendiri konsep, fakta, prinsip yang terkait dalam materi yang dipelajari. Adapun model yang menjadikan siswa itu aktif, belajar mandiri dan menemukan konsep secara mandiri seperti model pembelajaran inqkuiri, PBL (problem based learning), discovery based learniang, PJBL (project based learning), CTL (contextual teaching learning) dan banyak model lainnya. Namun peneliti tertarik mengunakan model pembelajaran CTL, karena model CTL merupakan model pembelaja-ran yang mengkaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa akan mengetahui manfaat ataupun makna mempelajari materi yang dipelajari tersebut serta model CTL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan itu terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nurhi-dayah dan kawan-kawan yang dipublikasikan dalam bentuk jurnal tentang penerapan model CTL (contextual teaching learnng) terhadap hasil belajar fisika siswa Kelas XII SMA Handayani Sungguminasa Kabupaten Gowa, menyatakan bahwa model pembelajaran CTL dapat meningkatkan hasil bela-jar siswa yang dilihat dari hasil penelitian menunjukan bahwa pada pre test siswa memperoleh skor rata-rata hasil belajar sebesar 8,60. Sedangkan pada post test diperoleh skor rata-rata sebesar 13,33 dan skor rata-rata uji gain ternormalisasi sebesar 0,31. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa Kelas XI SMA Handayani Sungguminasa meningkat setelah diterapkan model pembelajaran CTL (Nurhidayah Dkk, 2016:45).

Menurut Depdiknas 2003 pembelajaran CTL (contextual tearching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan

(16)

men-dorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikin-ya dengan penerapanndimilikin-ya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan meli-batkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarn-ya (authentic assessmengts). Sistem CTL menurut Johnson (2007: 67) meru-pakan proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara mengubungkan subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, social dan budaya mereka (Sanjaya, 2005:118).

Selain menggunakan model pembelajaran CTL yang menekankan pada aktivitas siswa, guru juga dapat memberikan bantuan kepada peserta didik berupa bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran berlang-sung. Adapun bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Menurut Depdiknas (2008) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang disertai petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang memiliki kompetensi dasar yang akan dicapai. Fungsi dari LKS sebagai bahan ajar yang bisa men-imimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik serta mempermudahkan peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. LKS yang digunakan alangkah baiknya berkaitan dengan model yang dit-erapkan, agar lebih membantu dalam mencapai tujuan yang dinginkan, maka penulis menggunakan LKS berbasis Kontekstual pada materi fluida yang dikembangkan oleh Nia Armelia. LKS yang dikembangkan oleh Nia Ar-melia, jika dilihat dari uji validitas diperoleh nilai rata-rata validitas LKS ada-lah 78,57 % berkategori sangat valid. Selanjutnya, Hasil uji coba yang dil-akukan di MAN Padang Panjang diperoleh nilai kepraktisan yaitu 84,62 %. Pada penelitin kali ini penulis memilih materi fluida karena berdasarkan keadaan dilapangan, bahwasanya materi fluida ini bisa dikatakan sulit,

(17)

disebabkan oleh konsep-konsep yang ada pada materi fluida tersebut. Sehingga siswa sulit memahami konsep yang telah diberrikan, hal ini dikarenakan siswa cenderung menghafal rumus.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learn-ing) berbantuan LKS berbasis kontekstual pada materi fluida statis terhadap hasil belajar Fisika siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ditemukan dalam pembelajaran fisika, yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan guru ialah model pembelajaran lang-sung sehingga proses pembelajaran masih bersifat teacher centered. 2. Sebagian dari siswa tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik

se-hingga menyebabkan kurangnya penguasaan konsep dasar siswa . 3. Masih rendahnya hasil belajar siswa.

4. Bahan ajar yang digunakan susah dipahami siswa. C. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terarah, maka penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu hasil belajar siswa baik berupa kognitif, afektif, maupun psikomotor dalam pembelajaran fiska kelas X1 MIPA SMAN 1 Pariangan pada materi fluida statis menggunakan LKS berbasis kontekstual.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah adalah “Bagaimanakah penerapan model pembelajaran CTL berbantuan LKS ber-basis kontekstual pada materi fluida statis terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan?

(18)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual pada materi fluida statis terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI MIPA di SMAN 1 Pariangan.

F. Manfaat Penelitian

Secara umum hasil yang diperoleh dari penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak yang terkait, yakni:

1. Untuk bagi pendidik

Dapat memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa.

2. Untuk bagi peserta didik

Dapat memberikan pengalaman langsung mengenai adanya kebebasan berpendapat sehingga hasil belajar dalam belajar fisika secara aktif dan menyenangkan melalui kegiatan yang sesuai dengan perkembangan berpikirnya.

3. Untuk bagi Penulis

Dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami melalui penggunaan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

4. Untuk Stakeholder

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengoptimalkan dunia pendidikan.

(19)

G. Defenisi Operasional

Agar pemahaman tentang persoalan yang diangkat dalam penelitian dapat dipahami oleh pembaca, maka pada bagian ini diuraikan beberapa defenisi operasional sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran

Menurut pendapat peneliti model pembelajaran merupakan seluruh penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang telah dilakukan seorang guru dan segala aktifitas yang terkait baik secara langsung maupun tidak secara langsung dalam proses belajar mengajar.

2. Model Pembelajarn CTL

Model pembelajaran CTL merupakan suatu model yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar untuk peserta didik menjadi aktif yang terkait dengan dunia nyata kehidupan peserta didik sehingga akan terasa manfaat dari materi yang disajikan, dunia pikiran peserta didik akan lebih konkret dan suasana belajar yang menjadi kondusif menyenangkan, 3. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) metupakan suatu panduan yang dapat digunakan untuk melakukan suatu penyelidikan atau pemecahan masalah dengan pemberian tugas yang harus dikerjakan peserta didik yang biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) fisika berbasis kontekstual

LKS berbasis Kontekstual adalah lembar kerja siswa yang dikembangkan dengan berorientasi pada mengaitkan antara materi pembelajaran fisika dengan mengedepankan permasalahan sehari-hari yang dekat dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubunngan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam setiap penyajian materi yang ada didalam LKS dengan memfokuskan ketujuh komponen utama dari pembelajaran kontekstual. Adapun LKS berbasis

(20)

kontekstual yang penulis gunakan disini ialah LKS yang dikembangkan oleh Nia Armelia.

5. Hasil belajar

Hasil Belajar merupakan suatu kompetensi yang dapat menunjukkan apakah seseorang dapat bekerja dengan baik atau tidak dalam ukuran atau tidak dalam ukuran atau standar tertentu. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah tergolong pada hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

6. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berorientasi pada guru dimana siswa hanya menerima saja apa yang dikatakan guru tanpa berusaha sendiri atau mandiri. Dimana pembelajaran konvensional yang penulis maksud adalah model pembelajarn cooperative learning yang diterapkan di SMAN 01 Pariangan.

(21)

10 A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Fisika

Menurut Nana Sudjana (2005:28), Pembelajaran merupakan poses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Sedangkan menurut Corey Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Mata pelajaran fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:160) :

a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrument percobaan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. d. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis

induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan

(22)

menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

e. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan tujuan dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran fisika di atas, diperlukan kualitas pembelajaran yang kondusif saat pembelajaran fisika. Kualitas pembelajaran yang kondusif mampu diciptakan oleh guru yang benar-benar kreatif, salah satunya kreatif dalam memilih strategi dan metode pembelajaran. Guru harus memperhatikan kesesuaian antara tujuan, materi pelajaran, kondisi siswa dan model pembelajaran yang digunakan saat proses pembelajaran fisika.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya model pembelajaran siswa akan lebih memahami materi. Model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Guru dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini (Trianto, 2009:53).

Model pembelajaran memiliki peran sebagai berikut:

a. Berdasarkan teori belajar dari para ahli tertentu, sebagai contoh model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teory John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis.

(23)

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir induktif.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Memiliki komponen-komponen model pembelajaran diantaranya: urutan langkah-langkah pembelajaran, adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem sosial, dan sistem pendukung.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, yang meliputi: dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur), dampak pengiring (hasil belajar jangka panjang).

f. Membuat kesiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih (Rusman, 2013:136).

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh.

3. Model Pembelajaran CTL

a. Pengertian CTL

Pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam ke-hidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama

(24)

pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian sebenarnya (Riyanto, 2009:163). Sedangkan menurut Trianto mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupannya setiap hari (Trianto, 2009:104).

Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL adalah model pembelajaran yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dan dapat mendorong siswa agar dapat menemukan sendiri materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.

b. Komponen Model Pembelajaran CTL

Menurut Wina sanjaya (2005, p.115) “terdapat 7 komponen model pembelajaran CTL, yaitu: 1) Konstruktivisme (Constructivism), 2) Bertanya (Questioning), 3) Masyarakat Belajar (Learning Commu-nity), 4) Menemukan (Inquiry), 5) Pemodelan (Modeling), 6) Refleksi, 7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessments).

Dari paparan tersebut, dilihat dari sintak atau komponen dapat digunakan dalam proses belajar mengajar karena dengan langkah-langkah dari model pembelajaran CTL dapat melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pertama dilihat dari komponen konstruktivisme (Constructivism), dimana siswa proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasar pengalaman, pengetahuan terbentuk bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subyek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Kedua bertanya ( Ques-tioning), merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.

(25)

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegaitan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Ketiga masyarakat belajar (Learning Community), dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar agar dapat berkomunikasi dua arah untuk memberikan infomasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informa-si yang diperlukan dari teman belajarnya. Keempat menemukan ( In-quiry), pengetahuan dari keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya. Kelima pemodelan (Modeling), pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa, karena melalui modeling siswa dapat terhindar dari pengetahuan yang bersifat teoritis-abstrak. keenam refleksi, dimana siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman dan interaksi yang mereka alami secara langsung dengan mempresentasikan hasil belajar kepada teman satu kelas. Ketujuh penilaian sebenarnya ( Au-thentic Assessments), penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak. Penilaian ini berguna untuk mengetahui apakah pengalaman belajar mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan siswa baik intelektual, mental maupun psikomotorik.Selain itu, langkah CTL dapat mengaitkan materi dengan dunia nyata, dimana waktu guru menjelaskan tentang fluida, siswa di minta untuk mencari contoh-contoh fluida dalam hidup real mereka, di rumah, di lingkungan sekitar dan dimana saja.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Kontekstual

Sebagaimana diungkap dalam pedoman umum pengembangan ba-han ajar (Diknas, 2004), lembar kegiatan siswa (student work sheet) ada-lah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

(26)

didik. Lembaran kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dan tugas tersebut harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Sementera, menurut pandangan lain, LKS bukan merupakan singkatan dari lembar kerja siswa, akan tetapi lembar kerja siswa yaitu materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga pe-serta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara man-diri. Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi (Prastowo, 2012: 204).

Dari penjelasan dapat kita simpulkan bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Sedangkan LKS berbasis kontekstual adalah LKS yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran CTL yang menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau ditransfer dari suatu permasalahan yang satu ke permasalahan yang lain dan dari konteks satu ke konteks yang lain. LKS berbasis Kontekstual ini sangat cocok digunakan dalam pembelajaran fisika, karena pembelajaran fisika sangat berhungan sekali dengan ke-hidupan sehari-hari. Banyak ilmu fisika yang diterapkan dalam keke-hidupan sehari-hari, baik itu dalam bidang kesehatan, teknologi dan bidang lainnya (Rahma, 2014:20).

Dari uraian dapat disimpulkan bahwa lembar kerja siswa (LKS) berbasis kontekstual adalah lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan dan kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk menggali pemahamannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk untuk melakukan suatu tugas dan dikemas dengan menggunakan suatu model pembelajaran CTL. LKS berbasis kontekstual yang penulis gunakan dalam penelitian ini ada-lah LKS yang dikembangkan oleh Nia Armelia. LKS yang dikembangkan oleh Nia Armelia, jika dilihat dari uji validitas diperoleh nilai rata-rata

(27)

va-liditas LKS adalah 78,57 % berkategori sangat valid . Selanjutnya, Hasil uji coba yang dilakukan di MAN Padang Panjang diperoleh nilai keprakti-san yaitu 84,62 %.

“LKS memiliki setidaknya empat fungsi, adapun fungsi LKS ialah sebagai berikut: a) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan peserta didik, b) se-bagai bahan ajar yang mempermudahkan peserta didik untuk me-mahami materi yang diberikan, c) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, d) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik (Prastowo, 2012: 204).”

Seperti yang disebutkan, fungsi dari LKS sangat perlu untuk diperhatikan agar lembar kerja siswa tidak sembarangan digunakan, sehingga dapat diterapkan sesuai dengan fungsi yang telah diketahui karena dengan adanya fungsi dapat membantu guru dan siswa menggunakan LKS secara tepat dan mudah pada pelaksanaan penerapan LKS dalam pembelajaran.

“Selain dari fungsi juga terdapat tujuan dari LKS, ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: a) menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, b) menyajikan tugas-tugas yang meningkat-kan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberimeningkat-kan, c) melatih kemandirian belajar peserta didik, d) memudahkan pen-didik dalam memberikan tugas kepada peserta pen-didik (Prastowo, 2012, p.204).”

Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama, meliputi judul, pe-tunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja dan penilaian. Sedangkan jika dilihat dari formatnya, LKS memuat paling tidak delapan unsur, yaitu judul, kompe-tensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaikan, peralatan/bahan yang diperlukan untuk penyelesaikan tugas, infromasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan dan laporan yang harus dikerjakan (Prastowo, 2012:208).

(28)

5. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar d an Materi Pokok / Materi Pembelajaran

Tabel 2.1 Standar kompetensi, kompotensi dasar dan materi Pokok/ materi pembelajaran

Standar Kompetensi (SK)

Kompetensi Dasar (KD) Materi Pokok / Materi

Pembelajaran 2. Menerapkan

kon-sep dan prinsip

mekanika klasik

system kontinu da-lam menyelesaikan masalah

2.1 Menganalisis hokum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik serta

penerapanya dalam

ke-hidupan sehari-hari Fluida statik:  Hukum utama hidrostatis  Tekanan Hidrostatis  Hukum Pascali  Hukum Archimedes  Gejala kapilaritas  Viskositas dan Hukum Stokes (Sumber: Silabus guru SMAN 1 Pariangan)

6. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam proses pembelajaran, hasil belajar merupakan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat diketahui melalui evaluasi. Menurut Wina Sanjaya hasil belajar adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Sehingga, untuk men-capai hasil yang diharapkan, guru dituntut untuk merancang skenario pembelajaran yang bervariasi, menarik dan bermakna (Sanjaya, 2006:27).

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:

a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam dari manusia, faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua lagi yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan. Sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

(29)

b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, faktor ini diklas-ifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik (Sanjaya, 2006:131).

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Ketiga ranah hasil belajar ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif (Pengetahuan)

Ranah kognitif merupakan tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan, menggabungkan ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

Domain kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

1) Pengetahuan (Knowledge)

2) Pemahaman (comprehension)

3) Penerapan (application)

4) Analisis (analysis)

5) Sintesis (synthesis)

6) Evaluasi (evaluation) (Sanjaya, 2006:130).

Jadi, dapat disimpulkan kemampuan kognitif yaitu kemampuan daya fikir seseorang tentang hal yang dipelajarinya yang dimulai dari enam tingkatkan yang dikemukakan oleh Bloom dan kawan-kawan. b. Ranah Afektif (Sikap)

Ranah berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,

(30)

dan nilai. Ranah ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari ranah kognitif. Menurut Krathwohl dan kawan-kawan, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain,

ranah afektif memiliki lima tingkatan yaitu:

“Penerimaan (receiving) kepekaan seseorang dalam menerima ransangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain,2) Respons

(responding) kemampuan dimiliki oleh seseorang untuk

mengikut-sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara, 3) Menghargai (valuing) memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap sebuah kegiatan atau obyek, 4) Mengorganisasi / mengatur diri (organization) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum. 5) Karakterisasi nilai atau pola hidup (characterization by a value or value complex) keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya (Sanjaya: 2006, p.132).”

Jadi dapat disimpulkan kemampuan afektif yaitu yang berhubungan dengan sikap atau tingkah laku seseorang. Seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek jika sudah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi

c. Ranah Psikomotor (Keterampilan)

Berkaitan dengan psikomotor, Bloom berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Dave dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu (Majid, 2014:52):

1) Imitasi, adalah kemampuan melakukan kegaitan-kegiatan

sederhana dan sama persis dengan dilihat atau diperhatikan sebelumnya.

(31)

2) Manipulasi, kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.

3) Presisi, adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu menghasilkan prosuk kerja.

4) Artikulasi, adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. 5) Naturalisasi, adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflex,

yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektifitas kerja tinggi.

Dari uraian di atas tentang ranah psikomotor, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan keterampilan seseorang yang menggunakan gerakan, dimana kemamupuan ini memiliki lima tingkatan yang telah dipaparkan diatas. Pada penelitian ini, aspek-aspek yang akan dinilai untuk ranah psikomotor yaitu:

1) Menyiapkan, berkaitan dengan kemampuan mengenali dan menyiapkan alat yang digunakan sesuai dengan pedoman yang disediakan serta penentuan variabel pengamatan juga tepat.

2) Mencoba, berkaitan dengan kemampuan melakukan percobaan berdasarkan prosedur dengan teliti.

3) Mengolah, berhubungan dengan kemampu untuk mengolah suatu data sesuai dengan teori yang tepat dan dilakukan sebanyak tabel yang ada.

4) Menyajikan, berkaitan dengan mampu mempresentasi hasil kegiatan yang dilakukan dengan maksimal dan penyajian data dilampirkan secara lengkap (Majid, 2014:52).

(32)

7. Pembelajaran Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensionil yang artinya menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Menurut Ibrahim dan Nana Syaodih bahwa pembelajaran konvensional merupakan:

”Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasik, siswa yang berjumlah kurang lebih 40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama. Umumnya kegiatan ini diberikan dalam bentuk ceramah. Dalam mengikuti kegiatan belajar ini, murid-murid diuntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk di tempat masing-masing mengikuti uraian guru. Belajar secara klasik cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar upaya mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui penggunaan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan lain-lain (Syaodih: 2003, p.40).”

Pembelajaran konvensional yang penulis maksud adalah pembelajaran yang biasa digunakan guru yakni pembelajaran dengan model pembelajaran langsung yaitu lebih kepada model cooperative learning. Pada tahap inilah yang peneliti lakukan pada kelas kontrol. B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Peneliti tidak menemukan hasil penelitian yang sama persis dengan yang penulis teliti. Akan tetapi peneliti dapat menemukan penelitian yang menjadi tolak ukur bagi penelitian ini antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Vitri Ardila yang berjudul “pengaruh model pembelajaran PDEODE (predict, discuss, explain, observe, discuss II, explain II) berbantuan LKPD terhadap ahsil belajar fisika peserta didik pada materi gelombang bunyi dan cahaya di kelas XI IPA MAN 1 Padang Panjang”, dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan nilai rata-rata peserta didik untuk ranah kognitif pada kelas eksperimen yaitu 71,56 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 59,76. Selain itu untuk uji t didapatkan harga thitung yaitu 2,065 sedangkan untuk ttabel 1,677. Dapat dilihat t-hitung>ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

(33)

2. Selain Itu, penelitian yang dilakukan oleh Evi Nurhidayati, “Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning (Ctl) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Suhu Dan Kalor Kelas X Di Sma Negeri 5 Banda Aceh”, dimana berdasarkan hasil penelitian, pengaruh hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan penggunaan model CTL memperoleh nilai rata-rata 75,1 sedangkan pada kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 62,6, hasil uji hipotesis diketahui bahwa th𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 34,25 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 1,67 artinya nilai hasil belajar siswa pada kelas ekperimen dengan penggunaan model CTL lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil posttes pada kelas kontrol dengan hasil posttes pada kelas ekpserimen. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan terdapat pengaruh model CTL terhadap hasil belajar siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nia Armelia yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) bergambar Fisika Berbasis Kontekstual Pada Materi fluida Di MAN Padang Panjang” Hasil dari penelitian yang didapatkan bahwasanya dengan mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis kontekstual dapat membantu dalam proses pembelajaran fisika. Pembelajaran yang dilakukan juga menarik minat siswa tersebut dan menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga terjadinya meningkatkan hasil belajar fisika itu sendiri, karena di dalam LKS yang di kembangkan oleh saudari Nia Amelia sudah memenuhi kurikulum 2013, dimana kegiatan praktikum dapat di lakukan dalam proses pembelajaran. Untuk itu peneliti terarik dalam melakukan penerapan pada LKS berbasis kontekstual dan menggunakan model pembelajaran CTL tersebut kararena dapat membantu siswa dalam proses belajar.

C. Kerangka Berpikir

Untuk terciptanya suasana pembelajaran yang baik, perlu adanya kesiapan dari pendidik dan juga siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kualitas pengajaran yang

(34)

dilakukan saat proses pembelajaran oleh guru. Setiap strategi dan metode pembelajaran memiliki tujuan yang berbeda guna mengatasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini akan diterapkan penggunaan LKS berbasis kontekstual. Dalam proses belajar mengajar guru dapat memilih berbagai macam model, salah satunya adalah dengan menggunakan LKS berbasis kontekstual, dimana LKS berbasis kontekstual menggunakan media cetak yang di dalamnya sudah terdapat petunjuk-petunjuk dalam pelaksanaan Praktikum, dengan adanya LKS ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran yang di inginkan dapat tercapai dengan baik dalam meaplikasikan LKS ini.

Disamping itu dengan adanya LKS ini hasil belajar yang baik akan tercapai, karena hasil belajar merupakan cerminan dari kemampuan akademik yang dimiliki oleh siswa.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Guru PBM SISWA

kelas eksperimen Kelas kontrol

Hasil belajar

Di Bandingkan

Penggunaan pembelajaran konvensional Penggunaan Model CTL berbantual LKS

(35)

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir, maka hipotesis penulis ini adalah hasil belajar fisika siswa yang menerapkan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual lebih baik dari pada hasil belajar fisika yang menerapkan model pembelajaran konvensional pada kelas XI MIPA SMAN 01 Pariangan.

(36)

25 A. Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen semu adalah penelitian yang tidak memungkinkan untuk memanipulasi atau mengontrol variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib, ketat, karena sangat sulit dilakukan (Lufri, 2007: 62). Penelitian ini dilakukan dengan memberikan perlakuan penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) berbantukan LKS berbasis kontekstual pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest Only

Control Group. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing

dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol (Sugiyono, 2007:112). Perlakuan yang peneliti berikan pada kelas eksperimen adalah penerapanmodel pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learn-ing) berbantukan LKS berbasis kontekstual, sedangkan pada kelas kontrol penerapan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1 (Moh. Nazir, 2011:233).

Tabel 3. 1 Rancangan Penelitan

Kelompok Perlakuan Test

kelompok eksperimen X T

kelompok kontrol - T

keterangan :

X : Perlakuan dengan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis Kontekstual.

(37)

26

- : Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran Cooperative Learning

T : Tes akhir C. Variabel dan Data

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel bebas (variabel independen)

Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen atau variable terikat (Sugiyono, 2013:39). Variable bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan pembelajaran fisika dengan mengunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) berbantuan LKS berbasis kontekstual.

b. Variabel terikat (variabel dependen)

Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:39). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah hasil belajar fisika siswa. 2. Data

a. Jenis Data

Data hasil percatatan penulis, baik yang berupa fakta ataupun angka (Moh Nazir, 2011:123). Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

1) Data primer adalah data yang lansung diambil dari sampel yang akan diteliti yaitu hasil belajar.

2) Data sekunder berupa nilai MIPA Kelas XI SMAN 1 Pariangan. b. Sumber Data

1) Sumber data primer merupakan sumber data yang peneliti himpun sendiri dalam penelitian ini, yaitu kelas yang ditunjuk berdasarkan pertimbangan sebagai tempat peneliti melakukan penelitian.

(38)

2) Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh dari orang lain. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah guru bidang studi MIPA Kelas XI SMAN 1 Pariangan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:80). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI MIPA SMAN 1 Pariangan.

Tabel 2. 2 Jumlah siswa kelas XI MIPA di SMAN 1 Pariangan Tahun ajaran 2018/2019

No Kelas Jumlah Siswa

1 XI MIPA 1 33

2 XI MIPA 2 33

Total 66

(Sumber: Guru bidang studi fisika kelas XI SMAN 1 Pariangan)

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, maka dibutuhkan dua kelas untuk sampel yaitu kelas ekperimen dan kelas Kontrol. Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena di sekolah tempat penelitian ini kelas XI MIPA hanya terdapat dua kelas saja. Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel kelas XI MIPA 1 dan kelas XI MIPA 2.

(39)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan nilai Ulangan Harian (UH) Fisika siswa Kelas XI SMAN 1 Pariangan Tahun Pelajaran 2017/2018, setelah itu dihitung rata-rata dan simpangan bakunya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Lampiran I.

b. Melakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors. Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang diajukan adalah:

0

H : Populasi berdistribusi normal.

1

H : Populasi tidak berdistribusi normal.

Adapun Langkah-langkah dalam menentukan uji normalitas ini yaitu:

1) Menyusun skor hasil belajar siswa dalam suatu table skor, disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar.

2) Data , , . . . , yang diperoleh dari data yang terkecil ke yang terbesar.

3) Data , , . . . . , dijadikan bilangan baku , , . . . , dengan rumus berikut : s x x zii  Keterangan : s = Simpangan Baku  x Skor rata-rata

xi = Skor dari tiap siswa

4) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang :

5) Dengan menggunakan proporsi yang lebih kecil atau sama dengan , jika proporsi ini dinyatakan dengan S( ) maka :

(40)

6) Menghitung selisih F(Zi)-S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya

7) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang disebut dengan Lo.

0

L

= Maks F( ) –S( )

8) Membandingkan nilai Lo dengan LTabel dengan taraf nyata α = 0,05 jika Lo< LTabel maka data berdistribusi normal.

Kriteria Pengujiannya:

a) Jika Lo< LTabel berarti data tabel berdistribusi normal.

b) Jika Lo> LTabel berarti data sampel tidak berdistribusi normal. (Sudjana, 2005: 466) .

Setelah dilakukan uji normalitas populasi, diperoleh hasil bahwa seluruh populasi berdistribusi normal dengan taraf nyata α = 0,05. Hasil uji normalitas kelas populasi dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Kelas XI MIPA SMAN 1

Pariangan

No Kelas L0 Ltabel Hasil Keterangan 1 XI MIPA 1 0,12128 0,157 L0 < Ltabel Berdistribusi normal 2 XI MIPA 2 0,11044 0,157 L0 < Ltabel Berdistribusi normal Dilihat dari tabel di atas bahwa kedua kelas berdistribusi normal. Hasil uji normalitas ini dapat dilihat pada Lampiran II

c. Melakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji Barlett (Sudjana, 2005:261). Uji ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

(41)

1

H : Paling kurang ada satu pasang variansi yang tidak sama

Menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa langkah:

1) Hitung k buah ragam contoh s1,s2,...,skdari contoh-contoh berukuran n1,n2,...,nkdengan:

  k i i n N 1

2) Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan gabungan:

k N i s n s k i i p   

 2 1 2 1

3) Dugaan gabungan di tentukan nilai peubah acak yang mempunyai sebaran Bartlett:

2 1 1 2 1 2 2 1 2 ) ...( ) .( ) ( 2 p k N n k n n i s s s s b k i    

k

k n n n b b ; 1, 2...

N n b n n b n n b n n n n b k k k k k k k ; ... ; . ; ... , ; 1 1 2 2 2 1       

Kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika b ≥ bk ( ;n1,n2...nk), H0diterimaberarti data homogen

Jika b < bk (( ;n1,n2...nk), H0ditolak berarti data tidak homogen.

Berdasarkan uji homogenitas variansi yang telah dilakukan dengan menggunakan uji bartlett, dari kedua kelas populasi diperoleh hasil analisis bahwa b=0,9969 lebih besar dari bk 0,9513oleh sebab itu didapatkan kesimpulan bahwa b ≥ bk ( ;n1,n2...nk), maka hipotesis nolnya diterima. Jadi, populasi bersifat homogen. Untuk lebih jelasnya hasil uji bartlett ini dapat dilihat pada Lampiran III.

(42)

d. Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan teknik Anava Satu Arah digunakan rumus sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 304): 1) Menghitung kuadrat rata-rata dengan rumus:

Ry = J2 / ni dengan J = J1 + J2 + ….= Jk

2) Menghitung kuadrat antar kelompok, dengan rumus: Ay =  ( Ji2

/ ni ) - Ry

3) Menghitung jumlah kuadrat dari semua nilai, dengan rumus: Y2 = Ji2

4) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok, dengan rumus: Dy = Y2

– Ry – Ay

5) Menyusun hasil perhitungan langkah di atas kedalam Tabel analisis variansi, seperti pada tabel 3.4 :

Tabel 3.4 Daftar Analisis Variansi untuk Menguji H0 : 1 = 22

= 3 = ….= k (Sudjana, 2005: 304) Sumber Variansi Dk Jk Kt F Rata-rata Antar Kelompok Dalamkelompok 1 k – 1  (ni -1) Ry Ay Dy R = Ry / 1 A = Ay / (k -1) D = Dy /  (ni-1) A / D Total ni Y2 - -

6) Membandingkan nilai Fhitung dan nilai FTabel dengan dk pembilang = k – 1 dan dk penyebut =  (ni -1) sedangkan untuk taraf nyata kita tolak hipotesis H0 : 12 = 22 = …= k2 jika Fhitung> F(1-  ) (v1,v2), dimana F(1-  ) (v1,v2), di dapat dari daftar distribusi F.

Berdasarkan uji kesamaan rata – rata dengan dengan teknik Anava Satu Arah, didapatkan bahwa dua rata – rata populasi tersebut adalah sama dan itu bisa dilihat pada tabel 3.5:

(43)

Tabel 3. 5 Analisis Variansi Satu Arah SumberVa riansi D k Jk Kt = Jk/Dk F = A/D Rata-rata 1 R = 0,0014685 = 0,00147 Antar Kelompok 1 A =301,2272 Dalam Kelompok 64 D = 205117,7 Total 66 - - -

Kriteria pengujian adalah tolak jika dari daftar distribusi F dimana dan terima

Ho jika F< dari daftar distribusi F dimana

. Sehingga keputusannya diterima

Ho karena 3,99). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa dua rata-rata populasi tersebut adalah sama. Untuk lebih jelasnya hasil uji bartlett ini dapat dilihat pada Lampiran IV.

E. Prosedur Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, perlu disusun prosedur yang sistematis. Secara umum, prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan penelitian ini meliputi: a. Meninjau sekolah tempat penelitian

b. Konsultasi dengan guru fisika yang bersangkutan

c. Merancang dan memfalidasi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang akan divalidasi oleh guru atau dosen dapat dilihat pada Lampiran V – Lampiran XV.

(44)

d. Menetapkan jadwal penelitian yang akan dilakukan, adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3. 6 Jadwal Penelitian di SMAN 1 Pariangan.

No Hari / Tanggal Kelas

Eksperimen Kontrol 1 Senin/ 17–Sept– 2018   2 Jumat /21–Sept –2018  - 3 Sabtu/22 –Sept – 2018 -  4 Senin / 24– Sept – 2018   5 Jumat /28–Sept –2018  - 6 Sabtu – Sabtu ( ujian mid) - - 7 Senin/ 8–Okt– 2018   8 Jumat /12–Okt –2018 (Tes Akhir)  - 9 Sabtu /13 –Okt – 2018 (Tes Akhir) - 

e. Menyelesaikan segala administrasi penelitian seperti surat izin penelitian dan lain-lain dapat dilihat pada.

(45)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah sbb: Kegiatan

Pembela jaran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Alokasi Waktu

Pendahu luan

Mengucapkan salam Mengucapkan salam

10 menit Membaca Do‟a Membaca Do‟a

Absensi peserta didik Absensi peserta didik Apersepsi

Guru membuka

pelajaran dengan menggali kemampuan awal siswa tentang konsep fluida yang mereka ketahui.

Apersepsi

Guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertan-yaan terkait materi yang dipelajari Motivasi Guru memberikan gambaran tentang pembelajaran (Modeling) Motivasi Guru memberikan gambaran tentang pembelajaran. Tujuan Pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Tujuan

Pembelajaran Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (Membarikan in-formasi dan tujuan pembelajaran) Kegiatan Inti (Menga mati) a. Guru memberikan penjelasan dengan memperagakan alat didepan kelas b. Guru memberikan LKS guna untuk menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan (Kontruktivisme) Guru menjelaskan materi pembelajran, dan menjelaskan secara rinci konsep

terkait 70

Gambar

Tabel 2.1 Standar kompetensi, kompotensi dasar dan materi Pokok/
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Tabel 3. 1 Rancangan Penelitan
Tabel 2. 2 Jumlah siswa kelas XI MIPA di SMAN 1 Pariangan Tahun  ajaran 2018/2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu hikmat utama Rasul diutus, untuk menyempurnakan akhlak tentulah tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap pendidik maupun peserta didik, terutamanya kepada

The research on kemenyan durame (Styrax benzoin Dryander) seed morphology, breaking dormancy and seed germination was carried out in order to solve the problem

Yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan soal. Aktivitas siswa dalam memecahkan soal yang diberikan guru merupakan aktivitas yang penting ditekankan karena dalam

Ritonga (2008) melakukan penelitian dengan menyebarkan 107 kuisioner untuk memperoleh data dari persepsi-persepsi manajer yang terlibat dalam penyusunan anggaran

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat daun wungu (Graptophyllum pictum (Linn) Griff) dengan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan dan

Karena berkat rahmat, taufiq, dan hidayah, serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul : Pengaruh Inklusi

DHARMA KUSUMAH NO.. PLERED