• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

1. Hasil Belajar Ranah Kognitif

Berdasarkan data tes akhir yang diperoleh pada bagian deskriptif data dan analisis data di atas, bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol tanpa mengunakan model CTL berbasis kontekstual. Hal ini buktikan pada nilai skor tertinggi, skor terendah, dan rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1:

Gambar 4.1 Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi dan Nilai Terendah Kelas Sampel

Dari Gambar 4.1, terlihat bahwasannya skor tertinggi kelas ekspe-rimen adalah 95 dan skor terendahnya adalah 45 dengan rata-rata yang di-peroleh adalah 71. Sedangkan skor tertinggi pada kelas kontrol adalah 85 dan skor terendah 35 dan rata-rata yang diperoleh 60,46. Hasil ini menunjukkan nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar kelas kontrol. Adapun faktor yang mungkin menyebabkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas kontrol terdapat pada model yang digunakan. Pada kelas ek-sperimen digunakan model pembelajaran CTL dimana langkah-langkah CTL ini yang membuat pembelajaran lebih bermakna, siswa lebih aktif, dan pada model CTL siswa lebih banyak melakukan dengan sendiri tidak hanya terfokus ke rumus saja namun siswa juga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, selain itu juga siswa akan belajar dengan baik jika apa yang di pelajari terkait dengan apa yang di ketahui, dengan adanya peristiwa atau kegiatan yang terjadi di sekelilingnya.

Sistem CTL menurut Johnson dapat menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dalam konteks kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka (Tukiran Dkk, 2012: 49). Didukung oleh teori yang dinya-takan Riyanto (2009:169) bahwa manusia harus mengkonstruksi penge-tahuan itu dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Disebabkan pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memeca-hkan suatu permasalahan, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide dan siswa harus mampu membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar.

Selain itu, pemberian LKS berbasis kontekstual dapat memotivasi siswa dalam melakukan suatu kegiatan praktikum dalam menyelesaikan permasalahan yang telah dihadapi peserta didik dan terlibat aktif dalam proses belajar. Hal ini didukung oleh data persentase ketuntasan siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana pada kelas eksperimen, hampir setengah dari siswa mendapatkan nilai yang lebih baik sehingga banyak dari mereka yang mencapai batas nilai ketuntasan minimum (KKM) pada materi Fluida Statis. Sedangkan pada kelas control ke-banyakan dari mereka tidak mampu mencapai batas nilai ( KKM ), sehing-ga banyak dari mereka yang tidak tuntas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2:

Gambar 4.2 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada ranah kognitif a.pada kelas eksperimen, b. kelas kontrol

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen memiliki presentase ketuntasan yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol, dimana pada kelas eksperimen siswa yang tuntas pada materi Fluida Statis mencapai 58 % sedangkan yang tidak tuntas juga mencapai 42 %. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir setenggah dari siswa pada kelas eksperimen tuntas pada materi Fluida Statis. Untuk kelas kontrol presentase ketuntasan siswa hanya 24,24 %, sedangkan yang tidak tuntas yaitu 75,76 %. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelas kontrol hanya sebagian kecil siswa yang tuntas pada materi Fluida Statis, artinya nilai hasil belajar siswa pada kelas ekperimen dengan penggunaan model CTL lebih baik dari pada hasil belajar siswa pada kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan melihat hasil posttes pada kelas kontrol dengan hasil posttes pada kelas ekpserimen. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan terdapat pengaruh model CTL terhadap hasil belajar siswa.

2. Hasil Belajar Ranah Afektif

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa hasil belajar pada ranah afektif untuk kelas eksperimen lebih baik dibandingkan pada kelas control. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan gambar 4.3.

Gambar 4.3 Grafik pada setiap aspek penilaian ranah afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Dari grafik diatas hal-hal yang dapat dilihat dalam proses pembelajaran terdapat 5 aspek-aspek dalam penilaian ranah afektif yaitu percaya diri, toleransi, kerjasama, displin dan bertanggung jawab. Dilihat dari gambar 4.3 setelah dibandingkan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol setiap indikator penilaian ranah afektif, didapatkan kelas eksperimen lebih tinggi nilai rata-rata pada setiap aspek penilaian. Dari 5 aspek tersebut dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan. Pertama, pada aspek percaya diri didapatkan peningkatan 20%, hal ini disebabkan hasil belajar afektif siswa pada kelas kontrol dapat diketahui bahwa pada saat proses belajar siswa menunjukkan suasana kelas kurang kondusif, siswa masih tampak enggan dan malu untuk aktif dalam diskusi dan percaya diri siswa kurang terbentuk baik dalam diskusi kelompok maupun dalam prose belajar, sedangkan pada kelas eksperimen pada proses belajar kelas eksperimen lebih aktif dikarenakan dengan pemberian LKS berbasis kontekstual dapat membantu siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Kedua, pada aspek toleransi didapatkan peningkatan antara kelas ekperimen dan kontrol sebesar 15%, hal ini disebabkan pada kelas kontrol rasa toleransi antara siswa belum terbentuk, dimulai dari saling hormat

menghormati dan ketika salah satu siswa mengatakan suatu pendapat siswa lainnya ketika mengetahui hal itu salah mereka menertawakannya, sedangkan pada kelas eksperimen, siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah terbentuk rasa toleransinya, dikarenakan siswa pada kelas eksperimen lebih mampu menghargai pendapat dalam proses pembelajaran. Ketiga, pada aspek kerja sama di didapatkan peningkatan antara kelas ekperimen dan kontrol sebesar 14%. Hal ini disebabkan karena pada kelas eksperimen dengan menerapkan model CTL berbantuan LKS berbasis kontekstual membuat siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan kerja sama siswa. Sedangkan pada kelas kontrol, tidak memberikan LKS sehingga siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri.

Keempat, aspek disiplin memiliki peningkatan sebesar 13%. Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen, siswa sudah mampu menerapkan kedisiplinan seperti datang tepat waktu dan sudah mematuhi peraturan yang diberikan guru, selain itu siswa saat mengerjakan LKS sudah sesuai dengan waktu yang diberikan guru. Sedangkan pada kelas kontrol, kedisiplinan sebagian siswa belum terbentuk karena siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti makan di waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, sering permisi diwaktu belajar dan datang tidak tepat waktu.

Namun, pada aspek bertanggung jawab dalam kegiatan proses belajar karena pada kelas kontrol, siswa saat melakukan persentase masih dengan keraguan tanpa mempertahankan jawaban yang telah didiskusikan. Selain itu, beberapa siswa saja yang melakukan proses kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dalam tanya jawab siswa pada kelas kontrol hanya beberapa orang saja yang terlibat aktif. Pada kelas kontrol, siswa jika diberikan soal-soal untuk dikerjakan. Siswa cenderung mencontoh hasil jawaban temannya sendiri tanpa membuat sendiri jawaban. Sedangkan, pada kelas eksperimen dengan diberikan LKS yang telah disediakan, siswa pada kelas eksperimen juga mempunyai sumber lainnya sehingga pada saat persentase siswa lebih aktif dan selalu

mempertahankan jawaban yang telah didiskusikan bersama anggota kelompok, selain itu untuk menjawab pertanyaan yang telah ada di LKS siswa cenderung bertanggung jawab secara bersama dan melakukan sendiri-sendiri pertanyaan yang telah ada di LKS tersebut.

Diperkuat dari penjelasan skripsi (dalam Vitri ardila, 2014:68) menyatakan bahwa nilai rata-rata yang didapatkan dari indikator bertanggung jawab pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai pada kelas kontrol, disebabkan pada kelas eksperimen peserta didik memiliki tugas masing-masing dalam kelompok diskusi sehingga mereka merasa bertanggung jawab dengan pemberian tugas tersebut, sedangkan pada kelas kontrol peserta didik memiliki tugas yang sama sehingga menimbulkan kebiasaan menyontek hasil pekerjaan temannya.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat perbedaan antara kelas eksper-imen dan kelas kontrol selama penelitian. Sehingga menyebabkan kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai pada tiap-tiap aspek yang diamati lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, meskipun selisih antara nilai yang didapatkan pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak terlalu jauh rentang nilainya. Karena kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata tiap indikator lebih tinggi dari pada kelas kontrol, sehingga hal itu juga berpengaruh terhadap nilai rata-rata total yang didapatkan oleh kelas ek-sperimen, dimana nilai rata-rata total pada kelas eksperimen untuk hasil belajar ranah afektif lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga nilai rata-rata hasil belajar ranah afektif pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, yaitu pada kelas eksperimen nilai rata-rata total semua aspek adalah 51 dan nilai rata-rata-rata-rata total semua aspek pada kelas kontrol adalah 44. Berdasarkan analisis data hasil observasi ranah afektif pada kelas eksperimen dapat terlihat bahwa penerapan model pem-belajaran CTL terbukti lebih baik dari pada kelas kontrol yang tidak men-erapkan model pembelajaran CTL. Meskipun selisih nilai rata-rata yang didapatkan oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terlalu jauh.

3. Hasil Belajar Ranah Psikomotor

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, menunjukan bahwa hasil belajar pada ranah psikomotor untuk kelas eksperimen lebih baik dibandingkan pada kelas kontrol. Adapun aspek-aspek pada ranah psikomotor dalam buku (Abdul Majid, 2014:52) dimana Bloom berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui kemampuan keterampilan atau skill seseorang, salah satu aspek yang dapat mencapai kemampuan keterampilan pelaksanaan praktikum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4:

Gambar 4.4 Grafik Ranah Psikomotor pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dari grafik diatas ada 4 aspek-aspek penilaian pada ranah psikomotor yaitu menyiapkan, mencoba, mengolah dan menyajikan. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada aspek mencoba karena nilai rata-rata yang di peroleh tidak terlalu besar selisih nilai yag didapatkan. Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran CTL, siswa sudah di-latih untuk belajar mandiri, menemukan sendiri, siswa mampu melakukan sendiri kegiatan percobaan serta antusias dalam melakukan kegiatan

sehingga panduan yang telah diberikan pada kelas eksperimen sudah mengerti dan pengolahan data pada kelas eksperimen didapatkan selama proses pembelajaran lebih tepat karena sumber-sumber yang digunakan tidak hanya LKS yang telah di berikan peneliti melainkan juga bahan ajar yang sudah ada dimiliki siswa. Sedangakan pada kelas kontrol, dalam kegiatan praktikum hanya mengandalkan buku paket saat kegiatan praktikum berlangsung.

Namun pada aspek-aspek penilaian psikomotor menyiapkan, mengolah dan menyajikan pada kelas eksperimen nilai rata-rata yang diperoleh dari ketiga aspek ini memperoleh nilai rata-rata pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rat pada kelas kontrol sehingga terdapatnya pengaruh yang signifikan. Dilihat dari persentase pada ketiga aspek ini, pada aspek menyiapkan terdapat mengalami peningkatan 11% mengolah terdapat peningkatan 12% dan menyajikan terdapat peningkatan 18%. Adapun hal yang menyebabkan kelas eksperimen mengalami peningkatan pada tiap aspek dari pada kelas kontrol pada aspek ini yaitu jika dilihat pada sintak model pembelajaran CTL pada refleksi keterampilan siswa akan terlihat. Dimana pada tahap ini siswa dalam kelompoknya memikirkan kembali, mendalami dan mengali informasi lebih dalam lagi melalui belajar kelompok, salah satu yang dapat di lakukan kegiatan ini dalam kegiatan presentasi. Dimulai dari aspek menyiapkan, dimana aspek ini berkaitan dengan kemampuan mengenali dan menyiapkan alat yang digunakan sesuai dengan pedoman yang diberikan. Pada kelas eksperimen pedoman yang diberikan berupa LKS berbasis kontekstual sehingga membuat siswa pada kelas eksperimen sudah terbiasa menyiapkan alat yang digunakan pada saat praktikum, sedangkan pada kelas kontrol, siswa hanya mengandalkan teman yang tau dengan alat yang digunakan dan ketika persentasi sebagian siswa hanya mengandalkan kesimpulan dari kegiatan belajar.

Kemudian pada aspek mengolah, (dalam Akmal, 2016:73) menyatakan bahwa pada aspek ini berhubungan dengan kegiatan mampu

mengolah suatu materi, yang sesuai dengan teori yang tepat sesuai dengan pertanyaan yang telah ada di LKS. Berhubungan dengan aspek mengolah, pada kelas eksperimen dalam pengolahan data dapat dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sedangkan pada kelas kontrol waktu yang digunakan terlalu lama dan saat mengolah data siswa sering bermain, hanya beberapa orang saja saat melakukan kegiatan pembelajaran saat menjawab soal-soal yang diberikan. Pada aspek menyajikan, menyatakan bahwa aspek ini berhubungan presentasi. Dimana pada kelas eksperimen saat mempresentasikan hasil diskusi mereka sudah diberikan LKS, maka dari LKS berbasis kontekstual tersebut dapat membantu siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dalam suatu kegiatan pembelajaran, sedangkan pada kelas kontrol tidak menggunakan LKS yang berbasis kontekstual.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat perbedaan antara kelas eksper-imen dan kelas kontrol selama penelitian. Sehingga menyebabkan kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai pada tiap-tiap aspek yang diamati lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, meskipun selisih antara nilai yang didapatkan pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak terlalu jauh rentang nilainya. Karena kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata tiap indikator lebih tinggi dari pada kelas kontrol, sehingga hal itu juga berpengaruh terhadap nilai rata-rata total yang didapatkan oleh kelas ek-sperimen, dimana nilai rata-rata total pada kelas eksperimen untuk hasil belajar ranah psikomotor lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.5:

Gambar 4.5 Nilai rata-rata hasil belajar ranah psikomotor kelas sampel Dari gambar 4.5, dapat dilihat nilai rata-rata hasil belajar ranah psikomotor pada kelas eksperimen lebih tinggi darMIPAda kelas kontrol yaitu masing-masingnya secara berturut-turut 77 dan 71. Pada nilai rata-rata diperoleh kegiatan praktikum yang dilakukan kelas eksperimen lebih antusias dan aktif dalam melakukan kegiatan praktikum dan pada kelas kontrol hanya beberapa saja terlibat melakukan praktikum. Berdasarkan analisis data hasil pengamatan ranah psikomotor, terlihat bahwa hasil belajar ranah psikomotor kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran CTL pada pembelajaran fisika lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang tidakmenerapkan model pembelajaran CTL.

Dokumen terkait