SKRIPSI
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RASIO AKTIVITAS, LEVERAGE DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2017
OLEH
PUTRI MAY HANDAYANI HASIBUAN 150503039
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
Telah Diuji Pada Tanggal 12 April 2019
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua Penguji : Drs. Abikusno Dharsuky, MM, Ak
Penguji : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak
Pembanding : Dra. Nurzaimah, MM, Ak
ABSTRAK
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RASIO AKTIVITAS, LEVERAGE DAN LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA
PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2013-2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan likuiditas baik secara simultan maupun parsial terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.
Populasi penelitian ini sebanyak 48 perusahaan property dan real estate.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk mendapatkan sampel, sehingga diperoleh 40 perusahaan sampel untuk 5 tahun pengamatan (2013-2017) dengan 200 observasi (pengamatan). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan secara parsial ukuran perusahaan dan rasio aktivitas berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan leverage dan likuiditas berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Rasio Aktivitas
Leverage, Likuiditas, Property dan Real EstateABSTRACT
THE EFFECT OF FIRM SIZE, ACTIVITY RATIO, LEVERAGE AND LIQUIDITY ON FINANCIAL PERFORMANCE IN PROPERTY
AND REAL ESTATE COMPANIES LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
PERIOD 2013-2017
This study aims to determine the effect of firm size, activity ratio, leverage and liquidity either simultaneously or partially to financial performance in property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange for period of 2013-2017.
The population of this research are 48 property and real estate companies. Sample selection of this research use purposive sampling method, so that 40 sample companies were obtained for 5 years observation (2013-2017) with 200 observations. Data analysis technique use dare descriptive statistical analysis and multiple linear regression analysis.
The results of this research showed that firm size, activity ratio, leverage and liquidity simultaneously affected on financial performance, while partially firm size and activity ratio have posithive effect on financial performance. Meanwhile leverage and liquidity have negathive effect on financial performance in property and real estate companies listed in Indonesia Stock Exchange Period 2013-2017.
Keywords: Financial Performance, Firm Size, Activity Ratio, Leverage, Liquidity, Property and Real Estate.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Rasio Aktivitas, Leverage dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017” ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak, khususnya dari kedua orang tua tercinta Ayahanda Irwan Hasibuan, S.H. dan Ibunda Nurasiah Lubis serta adik penulis Rahmad Dani Bintang yang selalu melimpahkan kasih sayangnya dan memberikan dukungan moral dan materiil serta doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA. selaku
Ketua Departemen/Program Studi S1 Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, MM., Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. dan Ibu Dra.
Nurzaimah, MM., Ak. selaku Dosen Penguji dan Pembanding yang telah memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.
4. Sahabat penulis, yaitu Nana, Juli, Leo, Vista, Novri d a n t e m a n s e p e r j u a n ga n yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi.
5. Teman-teman S1 Akuntansi khususnya stambuk 2015 yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penyajian skripsi ini. Demi kesempurnaan skripsi ini diharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Medan, 2019 Penulis
Putri May Handayani Hasibuan
NIM 150503039
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... .. ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Signalling Theory ... 12
2.1.1.1 Informasi dalam Signalling Theory ... 13
2.1.2 Teori Keagenan... 15
2.1.3 Trade of Theory ... 17
2.1.4 Kinerja Keuangan ... 18
2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan ... 18
2.1.4.2 Pengukuran Kinerja Keuangan ... 19
2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 20
2.1.5.1 Pengertian Ukuran Perusahaan ... 20
2.1.5.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan ... 21
2.1.6 Rasio Aktivitas ... 22
2.1.7 Leverage ... 24
2.1.8 Likuiditas ... 25
2.2 Penelitian Terdahulu ... 26
2.3 Kerangka Konseptual ... 29
2.3 Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2Tempat dan Waktu Penelitian... 33
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 33
3.3.1 Variabel Dependen ... 33
3.3.2 Variabel Independen ... 34
3.4 Skala Pengukuran Variabel ... 36
3.5 Populasi dan Sampel ... 37
3.7 MetodePengumpulan Data ... 39
3.8Teknik Analisis Data ... 39
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 39
3.8.2 Metode Regresi Linear Berganda... 39
3.8.3 Uji Asumsi Klasik ... 40
3.8.3.1 Uji Normalitas ... 40
3.8.3.2 Uji Multikolinearitas ... 42
3.8.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 42
3.8.3.4 Uji Autokorelasi ... 43
3.8.4. Uji Hipotesis... 43
3.8.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)... 43
3.8.4.2 Uji Signifikan Simultan (Uji-F) ... 44
3.8.4.3 Koefisien Determinasi (R
2) ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 46
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 46
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 48
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 48
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 50
4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 51
4.2.3 Uji Analisis Regresi Linear Berganda... 52
4.2.4 Uji Hipotesis... 54
4.2.4.1 Uji Koefisien Determinasi... 54
4.2.4.2 Uji Simultan (Uji F) ... 55
4.2.4.3 Uji Parsial (Uji t) ... 55
4.3 Pembahasan ... 57
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan 57 4.3.2 Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Kinerja Keuangan ... 57
4.3.3 Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Keuangan ... 58
4.3.4 Pengaruh Likuiditas terhadap Kinerja Keuangan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 60
5.3 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
LAMPIRAN... ... 64
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Rata-rata Rasio Keuangan ... 6
1.2 Reseach Gap ... 7
2.2. PenelitianTerdahulu ... 26
3.1. Definisi Operasional Variabel ... 36
4.1 Statistik Deskriptif ... 47
4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 49
4.3 Uji Multikolinearitas ... 50
4.4 Uji Autororelasi ... 51
4.5 Hasil Analisis Regresi ... 52
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 54
4.7 Hasil Uji F ... 55
4.8 Hasil Uji t ... 55
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1 Grafik Return On Assets... 5
2.1 Kerangka Konseptual ... 29
4.1 Grafik Histogram ... 48
4.2 Grafik Normal Plot ... 49
4.3. Grafik Scatterplot ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1. Daftar Populasi dan Sampel ... 64
2. Data Variabel Penelitian ... 66
3. Uji Statistik Deskriptif ... 71
4. Uji Asumsi Klasik ... 71
5. Uji Analisis Regresi Linear Berganda... 75
6. Uji Hipotesis... 75
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha yang sangat pesat saat ini ditandai dengan banyak bermunculan usaha-usaha baru sehingga timbul persaingan yang kompetitif dan semakin tajam disertai eliminasi bagi perusahaan yang tidak mampu bertahan. Era globalisasi mengharuskan perusahaan untuk dapat menampilkan dirinya menjadi yang terbaik. Dalam perkembangannya perusahaan dalam jangka panjang diharapkan untuk dapat mempertahankan keuntungan atau profit sehingga perusahaan akan dapat menjamin kelangsungan hidupnya.
Persaingan antar perusahaan maupun antar negara berlangsung secara bebas dan ketat karena banyak bermunculan perusahaan asing di dalam negeri yang disebabkan oleh semakin tipisnya batas antar negara. Kondisi seperti ini menyebabkan perusahaan harus mampu meningkatkan kinerjanya. Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat tergantung pada bagaimana manajemen mengelola keuangan dan melaksanakan aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu pihak manajemen dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya agar mampu mencapai tujuan-tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Setiap perusahaan mempunyai kemampuan untuk bersaing sangat ditentukan
pada kinerja keuangan perusahaan itu sendiri. Menurut Almajali et al. (2012)
kinerja perusahaan adalah pengukuran prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan
prestasi tersebut adalah untuk mendapat informasi yang berguna terkait dengan aliran dana, penggunaan dana, efektivitas, dan efesiensi..
Salah satu indikator kinerja suatu perusahaan adalah laba atau profit.
Pertumbuhan laba yang terus menerus meningkat dari tahun ke tahun dapat memberikan sinyal positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan Return On Assets (ROA) sebagai variabel yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan gambaran seberapa efisien perusahaan dapat menggunakan aset- asetnya untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan melihat tingkat Return On Assets (ROA) maka dapat diukur kinerja keuangan suatu perusahaan dalam menghasilkan profit perusahaan, yang juga menjadi dasar dalam pengambilan keputusan.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Apabila hasil atau pencapaian sesuai dengan apa yang direncanakan, maka dapat dikatakan bahwa kinerja yang dilakukan telah terlasana dengan baik.
Ukuran perusahaan merupakan skala yang menjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi menjadi 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan kecil (small firm) yang biasanya dapat dilihat dari total aset perusahaan.
Dengan kata lain, semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula aset
yang dimiliki. Jika aset perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien maka laba perusahaan akan meningkat.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi atau efektivitas pemanfaatan sumber daya perusahaan. Fixed Asset Turnover (FATO) merupakan salah satu jenis rasio aktivitas dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva tetap.
Pentingnya rasio aktivitas bagi kinerja keuangan adalah rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi laba karena berkaitan dengan memanfaatkan sumber daya perusahaan yang ada untuk menghasilkan penjualan. Semakin cepat rasio aktivitas maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat. Adanya kenaikan laba bersih bagi perusahaan tentunya akan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset
perusahaan dibiayai dengan utang. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) merupakan
rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva. Apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan
utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh
tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang
dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin
kecil perusahaan dibiayai dengan utang.
Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio merupakan rasio yang digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Dengan mengetahui besarnya current ratio suatu perusahaan akan dapat terlihat seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.
Perusahaan sektor property dan real estate adalah perusahaan yang disamping memliki kepemilikan juga melakukan penjualan atau pemasaran atas kepemilikannya, dalam arti menjual atau menyewakan. Bidang perusahaan properti Indonesia sudah bangkit kembali sesudah sedemikian lama terpuruk akibat krisis ekonomi di akhir tahun 1997. Kembalinya arus investasi di bagian real estate ini bisa dipandang dan dilihat perkembangannya. Penilaian mengenai kebangkitan sektor ini memang tidak keliru. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya aneka produk properti baik yang dijual maupun disewakan. Selain itu banyaknya permintaan pasar yang didominasi oleh pasokan ruang perkantoran.
Fenomena saat ini menggambarkan bahwa sektor property dan real estate
merupakan sektor bisnis yang cukup berkembang dan diharapkan menjadi suatu
kesempatan untuk mengundang para investor asing maupun domestik untuk dapat
berinvestasi dalam negeri, sehingga dana akan mengalir ke Indonesia melalui
penanaman modal asing maupun dalam negeri sehingga dapat memberikan profit
untuk membantu pertumbuhan bisnis real estate di Indonesia. .
Sumber : Olahan Peneliti (2018)
Gambar 1.1
Grafik Return On Assets Perusahaan Property dan Real Estate Tahun 2013-2017
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata ROA pada perusahaan property dan real estate mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai tahun 2017.
Pada tahun 2013 nilai rata-rata ROA perusahaan property dan real estate sebesar 6,75 dan mengalami penurunan menjadi 6,53 pada tahun 2014. Nilai rata-rata semakin menurun di tahun-tahun berikutnya dimana nilai rata-rata ROA yaitu sebesar 5,36 pada tahun 2015 dan sebesar 4.99 pada tahun 2016 serta pada tahun 2017 sebesar 3.64. Penurunan ini terjadi karena nilai ROA pada tahun-tahun berikutnya semakin kecil yang disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian dalam jumlah yang cukup besar.
Penurunan ROA tersebut tidak diikuti oleh beberapa variabel bebas, seperti di bawah ini:
6.76
6.53
5.36
4.99
3.64
0 1 2 3 4 5 6 7 8
2013 2014 2015 2016 2017
ROA
ROA
Tabel 1.1
Rata-Rata Rasio Keuangan Perusahaan Property dan Real Estate
Variabel Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Ukuran Perusahaan 28.68 28.80 28.93 29.03 29.13
Rasio Aktiivitas 0.55 0.52 0.48 0.45 0.37
Leverage 38.39 38.28 36.87 34.04 36.15
Likuiditas 2.48 2.74 3.02 3.90 3.73
Sumber: Olahan Peneliti (2018)
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan mengalami kenaikan setiap tahunnya mulai dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Tahun 2013 sebesar 28.68, tahun 2014 sebesar 28.80, tahun 2015 sebesar 28.93, tahun 2016 sebesar 29.03 dan tahun 2017 sebesar 29.13. Hal ini berbeda dengan variabel rasio aktivitas yang mengalami penurunan. Tahun 2013 sebesar 0.55, tahun 2014-2015 mengalami penurunan 0.52 menjadi 0.48, kemudian tahun 2016-2017 menurun dari 0.45 menjadi 0.37.
Variabel Leverage mengalami penurunan dari tahun 2013-2016 namun mengalami kenaikan pada tahun 2017. Tahun 2013 sebesar 38.39, tahun 2014 sebesar 38.28, kemudian tahun 2015 sebesar 36.87 dan tahun 2016 sebesar 34.04.
Tahun 2017 meningkat menjadi 36.15. Variabel likuiditas mengalami kenaikan dari
tahun 2013 sampai 2016 namun mengalami penurunan pada tahun 2017. Tahun
2013 sebesar 2.48, tahun 2014 sebesar 2.74, tahun 2015 sebesar 3.02, dan tahun
2016 sebesar 3.90. Pada tahun 2017 likuiditas mengalami penurunan menjadi 3.73.
Tabel 1.2 Research Gap
No Variabel Peneliti Hasil
1. Ukuran Perusahaan
Almajali, Alamro dan Al- Soub(2012)
Berpengaruh Positif Matar dan Eneizan (2018) Berpengaruh
Negatif 2. Rasio Aktivitas
Warrad dan Al-Omari (2015) Berpengaruh Positif
Al Ani (2014) Tidak Berpengaruh
3. Leverage
Nirajini dan Priya (2013) Berpengaruh Positif
Isbanah (2015) Berpengaruh
Negatif
4. Likuiditas
Yuliana (2015) Berpengaruh
Positif Supardi, Suratno dan Suyanto
(2016)
Tidak Berpengaruh Sumber: Google Schoolar
Pada penelitian yang dilakukan oleh Warrad dan Al-Omari (2015) menunjukkan bahwa total assets turnover dan fixed Assets turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Al Ani (2014) menunjukkan hasil yang berbeda bahwa total assets turnover, fixed Assets turnover, dan current assets turnover tidak memiliki pengaruh terhadap return on assets.
Pada penelitian Almajali et al. (2012) yang berjudul Factors Affecting the
Financial Performanceof Jordanian Insurance Companies Listed at Amman Stock
Exchangei menunjukkan bahwa leverage, likuiditas, ukuran perusahaan dan indeks
kompetensi manajemen mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan asuransi di Yordania.
Hasil penelitian berbeda ditunjukkan oleh Matar dan Eneizan (2018).
Penelitian berjudul Determinants of Financial Performance in the Industrial Firms: Evidence from Jordan1 menyatakan bahwa debt ratio dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return on assets (ROA). Likuiditas, profitabilitas dan revenue berpengaruh negatif terhadap return on assets (ROA).
Pada penelitian Nirajini dan Priya (2013) mengatakan bahwa debt asset ratio, debt equity ratio, dan long term debt berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diprosikan dengan GPM, ROCE, ROA dan ROE pada level yang signifikan.
Pada penelitian Isbanah (2015) mengatakan bahwa secara simultan variable ESOP, leverage, serta ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA dan NPM. Secara parsial ESOP tidak mempunyai pengaruh terhadap ROE. Sedangkan secara parsial leverage serta ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap ROA. ESOP, leverage, serta ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE. ESOP dan leverage secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROE. Ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif terhadap ROE. ESOP dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap NPM. Leverage berpengaruh secara negatif terhadap NPM.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2015) mengatakan bahwa rasio likuiditas dan rasio solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Rasio aktivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan dan inflasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Secara simultan, rasio likuiditas,
solvabilitas, rasio aktivitas dan inflasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Supardi, Suratno dan Suyanto (2016) menunjukkan bahwa variabel current ratio dan inflasi tidak berpengaruh terhadap return on assets, sedangkan variabel debt to asset ratio dan total asset turnover memiliki pengaruh terhadap return on assets. Secara simultan current ratio, debt to asset ratio, total asset turnover dan inflasi berpengaruh terhadap return on asset.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut diketahui bahwa adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian berkaitan dengan ukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan likuiditas yang dihubungkan dengan kinerja keuangan yang diukur dengan return on assets (ROA), maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai variabel tersebut. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya terletak pada objek dan waktu penelitian, dimana peneliti menggunakan perusahaan property dan real estate sebagai objek penelitian selama tahun 2013-2017.
Dari latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini diberi judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Rasio Aktivitas, Leverage dan Likuiditas Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017”.
1.1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2013-
2017?
2. apakah rasio aktivitas berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2013- 2017?
3. apakah leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?
4. apakah likuiditas berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?
5. apakah ukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan likuiditas berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI periode 2013-2017?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruhterhadap kinerja keuangan (ROA),
2. mengetahui apakah rasio aktivitas berpengaruhterhadap kinerja keuangan (ROA),
3. mengetahui apakahleverage berpengaruhterhadap kinerja keuangan (ROA), 4. mengetahui apakahlikuiditas berpengaruhterhadap kinerja keuangan (ROA), 5. mengetahui apakahukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan
likuiditas berpengaruh secara simultanterhadap kinerja keuangan (ROA).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai akuntansi keuangan yang berkaitan dengan ukuran perusahaan, rasio aktivitas, solvabilitas dan likuiditas serta implikasinya terhadap kinerja keuangan (ROA) dalam perusahaan.
2. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat memberikan kontribusi masukan bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitas maupun dalam mengambil sebuah keputusan manajemen di masa yang akan datang.
3. Bagi Investor, diharapkan dapat memberikan pandangan kepada investor dalam pengambilan keputusan apabila ingin menanamkan modalnya pada perusahaan property dan real estate di Indonesia.
4. Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menjadi referensi dalam
melakukan penelitian dengan subjek yang sama khususnya variabel dalam
penelitian ini yaitu pengaruh ukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan
likuiditas terhadap kinerja keuangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Signalling Theory
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapatnya informasi yang asimetri antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan memiliki lebih banyak informasi serta mengetahui prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain.
Laporan keuangan yang mencerminkan kinerja yang baik merupakan signal bahwa perusahaan telah beroperasi dengan baik. Sehingga signal baik tersebut akan direspon dengan baik pula oleh pihak luar. Misalnya saja investor akan menginvestasikan modalnya jika menilai bahwa perusahaan mampu memberikan nilai tambah atas modal yang diinvestasikannya itu lebih besar dibandingkan jika berinvestasi di tempat lain.
Secara umum teori sinyal berkaitan dengan pemahaman tentang bagaimana
suatu sinyal sangat bernilai atau bermanfaat sementara sinyal yang lain tidak
berguna (Gumanti, 2009). Teori sinyal mencermati bagaimana sinyal berkaitan
dengan kualitas yang dicerminkan di dalamnya dan elemen-elemen apa saja dari
sinyal atau komunitas sekitarnya yang membuat sinyal tersebut tetap meyakinkan
dan menarik.
Dalam literatur ekonomi dan keuangan, teori sinyal dimaksudkan untuk secara eksplisit mengungkapkan bukti bahwa pihak-pihak di dalam lingkungan perusahaan umumnya memiliki informasi yang lebih bagus tentang kondisi perusahaan dan prospek masa depan dibandingkan dengan pihak luar (Gumanti, 2009). Pemegang saham atau investor harus menggunakan segala pemahaman yang dimiliki untuk menduga kemungkinan sinyal-sinyal yang diisyaratkan oleh manajer.
Manajer perusahaan memiliki keinginan untuk meyakinkan investor bahwa perusahaan mereka lebih bagus sehingga tentunya pasar akan beranggapan kalau perusahaan tersebut memang dinilai lebih bagus.
2.1.1.1 Informasi dalam Signalling Theory
2.1.1.1.1 Kualitas Informasi dalam Signalling Theory
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil
keputusan investasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman
akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengemumuman tersebut diterima oleh pasar.
2.1.1.1.2 Efek Sinyal
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar.
Informasi yang kurang bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Cara yang digunakan untuk mengurasi informasi yang asimetri adalah dengan memberikan sinyal kepada pihak luar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang, sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham.
2.1.1.1.3 Hubungan Signalling Theory dengan Rasio Keuangan
Signalling theory erat kaitannya dengan ketersediaan infornasi. Laporan
keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi para investor karena
laporan keuangan merupakan bagian terpenting dari analisis fundamental
perusahaan. Pemeringkatan perusahaan yang telah go public lazimnya didasarkan
pada analisis rasio keuangan. Analisis ini dilakukan untuk mempermudah interpretasi terhadap laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajemen.
Penggunakan Signalling theory, informasi berupa ROA atau tingkat pengembalian terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat dari aset yang digunakan, dengan demikan jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal yang baik bagi para investor, karena dengan ROA yang tinggi menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tersebut baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya yang berupa surat berharga atau saham. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.
2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan mengungkapkan adanya hubungan kepentingan antara principal dengan agen (Kirana, 2016). Principal merupakan pemilik perusahaan yang berwenang untuk memberikan perintah kepada agen, sedangkan agen merupakan manajer yang menerima perintah dari principal untuk mengelola perusahaan yang dilandasi oleh adanya pengendalian perusahaan, pemisahan penanggung resiko, pemisahaan kepemilikan dan pengendalian perusahaan serta pembuatan keputusan dan pengendalian fungsi-fungsi.
Pelaporan pertanggungjawaban mengenai informasi segala aktivitas dari
perusahaan kepada pihak principal sangat penting dilakukan, karena dengan adanya
laporan mengenai aktivitas perusahaan ini diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar evaluasi dari kinerja perusahaan. Pihak principal dapat menggunakan
pengungkapan informasi perusahaan khususnya mengenai lingkungan dapat
digunakan sebagai dasar mengukur seberapa jauh perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu manajer harus mengungkapkan laporan mengenai aktivitas perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak principal dan masyarakat luas.
Pengungkapan informasi mengenai lingkungan merupakan suatu bentuk laporan yang masih sukarela. Dalam menyelesaikan permasalahan tentang minimnya pengungkapan infornasi mengenai lingkungan salah satunya dengan faktor kepemilikan manajerial. Manajemen yang memiliki kepemilikan yang tinggi didalam suatu perusahaan akan berupaya terus secara produktif untuk meningkatkan nilai perusahaan agar dapat meningkatkan citra dan image perusahaan demi kesejahteraan para pemegang saham serta keberlangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Hal tersebut membuat manajer termotivasi untuk terus memperluas pengungkapan informasi lingkungan kepada stakeholder untuk membentuk citra dan image yang baik bagi perusahaan terhadap masyarakat.
Teori keagenan menjelaskan tentang hubungan keagenan yang terjadi
ketika pihak principal memberi kuasa pada pihak agen, untuk melakukan beberapa
jasa untuk kepentingannya yang melibatkan pendelegasian beberapa otoritas
pembuatan keputusan kepada agen, yang nantinya keputusan yang dilakukan agen
ini dapat meningkatkan kemakmuran principal sebagai pemberi kuasa. Hubungan
keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta
memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal
(Efendi dan Wibowo, 2016).
Teori keagenan menjelaskan tentang hubungan kinerja keuangan perusahaan terhadap pengungkapan informasi lingkungan. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik tentu akan meningkatkan laba perusahaan yang akan berpengaruh pada luasnya pengungkapan informasi keuangan sehingga dapat mengurangi biaya keagenan. Besarnya laba yang dimiliki oleh perusahaan akan membuat manajemen termotivasi dalam memperluas pengungkapan informasi perusahaan karena biaya pengungkapan yang dapat dipenuhi. Pengungkapan infornasi yang luas suatu perusahaan akan membuat principal terpenuhi dalam informasi yang dibutuhkan.
2.1.3 Trade Off Theory
Teori Trade off merupakan gagasan bahwa perusahaan memilih berapa banyak pembiayaan hutang dan berapa banyak dana ekuitas yang digunakan dengan menyeimbangkan biaya dan manfaat (Efendi dan Wibowo, 2016). Tujuan penting dari teori ini adalah untuk menjelaskan fakta bahwa perusahaan biasanya dibiayai sebagian dengan hutang dan sebagian lagi dengan ekuitas. Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunakan utang terhadap terhadap biaya kebangkrutan.
Teori trade off merupakan penyeimbang manfaat dan pengorbanan yang
timbul sebagai akibat penggunaan utang. Jika manfaat yang dihasilkan lebih besar,
porsi utang dapat ditambah. Berdasarkan teori ini, perusahaan berusaha
mempertahankan struktur modal yang ditargetkan dengan tujuan memaksimumkan
nilai pasar. Dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang tidak
menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk. Keputusan yang terbaik adalah yang moderat dengan mempertimbangkan kedua intrumen pembiayaan.
Esensi trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan utang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan sudah lebih besar, maka tambahan utang sudah tidak diperbolehkan. Kenyataannya, semakin banyak utang semakin tinggi beban yang harus ditanggung perusahaan, seperti biaya kebangkrutan, biaya keagenan, beban bunga yang semakin besar dan sebagainya.
2.1.4. Kinerja Keuangan
2.1.4.1. Pengertian Kinerja Keuangan
Secara garis besar pengertian kinerja keuangan adalah hasil kerja perusahaan yang bisa dilihat pada kondisi keuangan perusahaan periode tertentu.
Kinerja sering dihubungkan dengan kondisi keuangan perusahaan yang berujung pada besarnya laba yang diperoleh perusahaan tersebut. Ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerja perusahaannya baik, dan begitu juga sebaliknya.
Pengertian kinerja keuangan menurut Jumingan (2011:239) adalah
gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu berupa alat analisis. Alat analisis tersebut dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan sedangkan sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan dan yang lebih penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.
Kinerja keuangan merupakan gambaran tentang keberhasilan suatu perusahaan berupa hasil yang telah dicapai berkat berbagai aktivitas yang telah dilakukan serta merupakan suatu analisis untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan aktivitas sesuai aturan-aturan pelaksanaan keuangan.
2.1.4.2. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan sesuai jenis-jenis akuntansi keuangan. pengukuran kinerja (performing measurement) mencakup kualifikasi, efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Pengukuran kinerja diperlukan untuk perbaikan kegiatan operasional agar mampu bersaing dengan perusahaan lain.
Tujuan pengukuran kinerja keuangan menurut Munawir (2012:31) yaitu:
1. mengetahui tingkat likuiditas yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih,
2. mengetahui tingkat solvabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek dan jangka panjang jika
3. mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu, 4. mengetahui tingkat stabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan stabil yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang dan beban bunga atas utang tepat pada waktunya.
Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan Return On Assets.
(ROA) dengan rumus sebagai berikut:
Return On Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan mengahasilkan laba bersih sesudah pajak berdasarkan tingkat aset dengan cara membandingkan laba bersih sesudah pajak dengan total aset. ROA memberikan dasar yang berguna untuk menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset baik modal sendiri maupun modal pinjaman, sehingga investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola aset perusahaan.
2.1.5. Ukuran Perusahaan
2.1.5.1. Pengertian Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai suatu skala yang mengklasifikasikan besar atau kecilnya suatu perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aset, total penjualan, dan lain-lain. Ukuran perusahaan menunjukkan peningkatan aset pada masing-masing perusahaan.
Menurut Prasetyantoko dan Parmono (2008) dalam Yunita et al (2013), ukuran ROA =
x 100%
perusahaan yang diukur dengan natural logarithm dari total aset berpengaruh positif terhadap ROA.
Menurut Setiawan (2009) dilihat dari sisi kemampuan memperoleh dana untuk ekspansi bisnis, perusahaan besar mempunyai akses yang besar ke sumber- sumber dana baik ke pasar modal maupun perbankan, untuk membiayai investasinya dalam rangka meningkatkan labanya.
Perusahaan yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri.
Ukuran perusahaan = Ln (Total Aset)
Firm size dapat diukur dengan mentransformasikan total aset yang dimiliki perusahaan ke dalam bentuk logaritma natural. Ukuran perusahaan diproksikan dengan menggunakan log natural total aset dengan tujuan agar mengurangi fluktuasi data yang berlebih. Dengan menggunakan log natural, jumlah aset dengan nilai ratusan miliar bahkan triliun akan disederhanakan tanpa mengubah proporsi dari jumlah aset yang sesungguhnya.
2.1.5.2. Klasifikasi Ukuran Perusahaan
UU No. 20 Tahun 2008 mendefinisikan usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar sebagai berikut:
1. usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini
2. usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dala undang-undang ini
3. usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
4. usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia
2.1.6. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa efeisien perusahaan menggunakan sumber dayanya. Menurut Kasmir (2012:114) rasio aktivitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya.
Perputaran aset tetap atau fixed asset turnover merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur apakah perusahaan sudah sepenuhnya atau belum
menggunakan kapasitas aset tetap yang dimiliki perusahaan serta berapa kali dana
yang diinvestasikan dalam aset tetap berputar dalam satu periode. Rasio perputaran
aset tetap digunakan oleh manajemen perusahaan untuk mengukur efisiensi
penggunaan aset tetap dalam menunjang kegiatan penjualan perusahaan.
Pada dasarnya di setiap perusahaan aset tetap memiliki makna dan arti yang sama, meskipun banyak cara orang yang mengungkapkan aset tetap dengan istilah yang berbeda. Perusahaan yang memiliki rasio perputaran aset tetap yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu untuk mengelola aset tetapnya secara efisien dan efektif.
Pengertian fixed asset turnover menurut Kasmir (2012:184) ialah “Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum”.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perputaran aset tetap atau fixed asset turnover adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aset tetap yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi rasio perputaran aset tetap berarti semakin efektif penggunaan aset tersebut. Sebaliknya, rasio perputaran aset tetap yang rendah menunjukkan perusahaan tidak menggunakan asetnya secara efektif dan efisien. Aset tetap yang digunakan dalam perhitungan adalah ending assets atau aset akhir tahun yang terdapat di dalam laporan keuangan.
Rumus untuk mencari fixed asset turnoverdapat digunakan sebagai berikut:
(Kasmir, 2012:184)
FATO =
x 100%
DAR=
x 100%
2.1.7. Leverage
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya (Kasmir, 2012:113). Debt ratio atau debt to total assets ratio adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aset yang dimiliki perusahaan.
Pengertian debt to total assets ratio menurut Kasmir (2012:156) “Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aset tidak
berubah maka utang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total utang yang
semakin besar berarti kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman
semakin tinggi. Sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka utang yang
dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti kegagalan perusahaan
mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
2.1.8. Likuiditas
Likuiditas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo.
Menurut Kasmir (2012:130) kewajiban yang sudah jatuh tempo baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
Menurut Fahmi (2012:58) rasio likuiditas adalah penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai dimanakah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat kredit itu kira-kira akan mampu ataupun tidak untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditur.
Menurut Estirahayu et.al. (2014) Current ratio merupakan salah satu rasio likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila tingkat likuiditas baik, perusahaan akan efektif dalam menghasilkan laba dan para investor percaya untuk berinvestasi pada perusahaan. Yaitu perusahaan dapat memanfaatkan aktiva lancarnya sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan perusahaan sehingga tidak banyak dana yang menganggur.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
CR =
x 100%
Dengan mengetahui besarnya current ratio suatu perusahaan akan dapat terlihat seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. Current assets merupakan pos-pos yang berumur tidak lebih dari satu tahun. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut berada dalam liquid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan unliquid. Menurut Almajali, et al. (2012), current ratio berpengaruh positif terhadap return on assets, current ratio yang tinggi akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
2.2. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu ini akan dijadikan bahan acuan agar dapat membandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Rincian mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Almajali, Alamro
dan Al-Soub (2012)
Variabel Independen -Leverage
-Liquiditas -Umur Perusahaan -Size
-Index Kompetensi Manajemen
Variabel Dependen -Kinerja Keuangan
Leverage, liquiditas, size, dan index kompetensi manajemen mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Sumber : Data yang diolah penulis, 2018 2. Arisadi, Djumahir,
dan Djazuli (2013)
Variabel Independen -Ukuran Perusahaan -Umur Perusahaan -Current Ratio -Debt to Equity Ratio -Fixed Asset to Total Asset
Variabel Dependen Kinerja Keuangan
Ukuran Perusahaan, Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Fixed Asset to Total Asset Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
3. Warrad dan Al Omari (2015)
Variabel Independen -Total assets turnover -Fixed Assets turnover Variabel Dependen Financial Performance
Total assets turnover dan Fixed Assets turn over memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
4. Isbanah (2015) Variabel Independen -ESOP
-Leverage
-Ukuran Perusahaan Variabel Dependen Kinerja Keuangan
Secara parsial, ESOP dan leverage tidak
berpengaruh terhadap ROE, namun leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ROA. ESOP dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap NPM. Leverage berpengaruh negatif terhadap NPM.
5. Petra, Lapian dan Tumewu
(2017)
Variabel Independen:
-DER -DAR
Variabel Dependen Kinerja Keuangan
DAR berpengaruh negatif siginfikan terhadap ROA.
DER berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap ROA.
6. Matar dan Eneizan (2018)
Variabel Independen -Leverage
-Likuiditas
-Ukuran Perusahaan -Revenue
-Profitabilitas Variabel Dependen Financial Performance
likuiditas, profitabilitas, dan revenue berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA).
Sedangkan variabel leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (ROA).
.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almajali et.al (2012) menunjukkan bahwa Leverage, likuiditas, size, dan index kompetensi manajemenmempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Arisadi et.al (2013) menyimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan, Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan Fixed Asset to Total Asset Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Warrad dan Al Omari (2015) menunjukkan hasil bahwa Total assets turnover dan Fixed Assets turn over memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Isbanah (2015) yang menyimpulkan bahwa secara parsial, ESOP dan leverage tidak berpengaruh terhadap ROE, namun leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ROA. ESOP dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap NPM. Leverage berpengaruh negatif terhadap NPM.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian-penelitian tersebut adalah setiap
variabel memiliki pengaruh baik secara positif maupun secara negatif terhadap
return on assets (ROA). Variabel-variabel yang berpengaruh positif terhadap return
on assets (ROA) terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Almajali et al (2012)
Hasil penelitian oleh Petra et.al (2017) menunjukkan bahwa DAR
berpengaruh negatif siginfikan terhadap ROA. DER berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Matar dan Eneizan (2018)
menyimpulkan bahwa likuiditas, profitabilitas, dan revenue berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA). Sedangkan variabel leverage dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan (ROA).
yaitu leverage, likuiditasdan size. Variabel-variabel yang berpengaruh negatif terhadap return on assets (ROA) terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Isbanah (2015) yaitu leverage dan ukuran perusahaan. Sehingga dari kesimpulan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali untuk melihat bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, rasio aktivitas, leverage dan likuiditas terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan return on assets (ROA).
2.3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dirancang untuk memberikan gambaran penelitian yang akan dilaksanakan, yaitu mengenaiukuran perusahaan, rasio aktivitas, solvabilitas dan likuiditas terhadap kinerja keuangan pada perusahaan property dan real estate periode 2013-2017. Berikut kerangka konseptual penelitian dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1
Kinerja Keuangan (Y)
Ukuran Perusahaan(X1)
Rasio Aktivitas (X2)
Leverage (X3)
Likuiditas (X4)
H1
H2
H3
H4
H5