TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SAMUEL JUNATAL SIMANJUNTAK
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI NIM: 110200174
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL INDONESIA
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH:
NIM: 110200174
SAMUEL JUNATAL SIMANJUNTAK
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
Disetujui Oleh:
Ketua Departemen Hukum Ekonomi
NIP. 197501122005012002 Windha S.H., M.Hum.
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H.
NIP. 195603291986011001 NIP. 197302202002121001 Dr. Mahmul Siregar S.H., M.Hum.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Setelah melewati berbagai tantangan dan rintangan, akhirnya oleh karena
berkat pertolongan Tuhan Yesus Kristus, penulis telah berhasil menyelesaikan
pengerjaan skripsi ini. Maka dari itu, sudah sepatutnya penulis memanjatkan puji
dan syukur kepada Tuhan Allah atas nikmat karunia yang telah diberikan-Nya
kepada penulis selama pengerjaan tersebut. Pada kesempatan ini, penulis dengan
rendah hati mempersembahkan skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab
Perusahaan Publik Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia” kepada dunia
pendidikan, guna menumbuhkembangkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
pengetahuan hukum.
Adapun salah satu tujuan dari disusunnya skripsi ini adalah untuk
melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas
Sumatera Utara. Skripsi ini menguraikan berbagai seluk beluk tanggung jawab
perusahaan publik, khususnya mengenai tanggung jawab keterbukaan lingkungan
hidup (environmental disclosure liabilities), perizinan di bidang lingkungan hidup, tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility), dan tanggung jawab lingkungan lainnya secara umum sebagai implementasi dari good corporate governance.
Tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan pengetahuan mengenai
hukum pasar modal yang berkaitan dengan hukum perseroan terbatas dan hukum
lingkungan agar dapat dipelajari oleh Mahasiswa, kalangan pelaku pasar modal,
maupun masyarakat umum, serta bertujuan agar perusahaan yang melaksanakan
kegiatan usaha dapat mengetahui hak dan kewajiban terhadap perlindungan dan
pengelolaan hidup dalam perspektif hukum pasar modal Indonesia yang telah
diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Ir. Johansen Simanjuntak dan Ibu St.
Marlis Lorentina Hutabarat, yang merupakan sumber mata air harapan, doa,
dan semangat penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dan rintangan
dalam proses penyelesaian skripsi;
2. Saudara-saudara penulis, yaitu Agiva Tisia Sintha Uli Simanjuntak, S.E.,
c.M.Ak. (Kakak Kandung penulis), Wila Neta Maranatha Simanjuntak
c.S.E. (Kakak Kandung penulis), dan Marvel Partogi Simanjuntak (Adik
Kandung penulis) yang juga merupakan teman setia dalam menggapai
cita-cita untuk menjadi orang yang berguna pada masa kini maupun masa yang
akan datang ;
3. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara;
4. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
5. Bapak Syafruddin, S.H., M.H., DFM., selaku Pembantu Dekan II Fakultas
6. Bapak Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara;
7. Ibu Windha, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
8. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
9. Bapak Berlin Nainggolan, S.H. M.Hum (†) dan Ibu Alm. Syamsiar Yulia,
S.H., CN., Selaku mantan Dosen Penasihat Akademik, serta Ibu Aflah, S.H.,
M.Hum., selaku Dosen Penasihat akademik selama penulis mengenyam
bangku pendidikan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
10.Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Dosen Hukum
Ekonomi dan Dosen Pembimbing I. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya
atas segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat
bagi penyelesaian skripsi ini. Terima kasih juga atas buku-buku yang Bapak
sumbangkan kepada Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL). Semoga
kepercayaan Bapak untuk menyumbangkan buku-buku tersebut dapat kami
gunakan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
hukum;
11.Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Hukum Ekonomi
dan Dosen Pembimbing II. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya atas
segala bantuan dan dukungannya yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
12.Ibu Rafiqoh Lubis, S.H., M.Hum., yang penuh tanggung jawab menjalankan
tugas membimbing kami dalam mengikuti MCC (Moot Court Competition) Fakultas Hukum Universitas Udayana di Bali, sehingga meninggalkan kesan
yang mendalam untuk Tim Delegasi;
13.Seluruh Dosen pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
baik yang masih mengabdikan diri ataupun yang sudah pensiun;
14.Seluruh staff dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; 15.Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) termasuk pembina yaitu Dr. Edy
Ikhsan, S.H., M.A., yang menjadi wadah aspirasi bagi penulis dan menjadi
titik awal perubahan penulis menjadi Mahasiswa yang Berintegritas dan
Berjiwa Sosial. Tetaplah jaya GEMBEL-ku, tegakkan kepala, kuatkan
pendirian dan kepakkan sayap dalam membawa perubahan yang positif di
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara secara khusus dan di Indonesia
secara umum. Tetaplah menjadi berkat bagi sesama;
16.Sahabat-sahabat penulis angkatan 2011, yaitu Eko Pahala Nainggolan, Tulus
Pardamean Nababan, Poltak Sahat Martua Sijabat, Jaka Juris Hasintongan
Lumbanraja, Sapta Agung Prasetya L. Tobing, John Perdana Purba, Edberg
Bobby Hutagalung, Masslon Ambarita, Hary Tama Simanjuntak, Dian
Ekawati, Erick Kaban, Alex Sandro Simanjuntak, Thresya Nova Situmorang
dan masih banyak lagi, yang telah menjadi sahabat seperjuangan penulis
dalam mengembangkan dan berkembang bersama Perkumpulan Gemar
orang-orang seperti kalian sahabat. Semoga kita menjadi orang-orang yang dapat berguna
bagi bangsa, negara, dan dunia.
17.Abang dan Kakak penulis di Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) pada
angkatan 2007, 2008, 2009, dan 2010 yaitu Johannes Tare Pangaribuan,
Riswendang Purba, Ristama Situmorang, Yusty Riana Purba, Melda
Theresia Sihombing, Esteria Maya Rita Lingga, Dedy Ronald Gultom, Esra
Stephani Purba, Sastro Sibarani, Sahat Berkat Marbun, Yudha Bastian
Pandiangan, Kastro Sitorus, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut
satu persatu, yang telah menjadi inspirator-inspirator bagi penulis dengan
mengenalkan GEMBEL kepada penulis dan terima kasih untuk setiap hal
yang boleh penulis dapatkan sehingga bisa membentuk penulis menjadi
pribadi yang sekarang ini;
18.Adik-adik penulis di Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) pada
angkatan 2012, 2013, dan 2014 yaitu Dora Virgolin Tambunan, Paskah
Mentari Pasaribu, Rumondang Siagian, Indah Trivana Saragih, Raphita
Ivonne Claudia Lumbantoruan, Hendra Siahaan, Dian Prawiro Napitupulu,
Wita Pandiangan, Alex Munandar Manalu, Elviana Ambarita, Tioneni
Sigiro, Iwan Siregar, Yunita Octavia Siagian, Elisabeth Aurora Silalahi,
David Saruksuk, Delvina Sigalingging dan masih banyak lagi yang tidak
bisa disebut satu persatu, yang telah menjadi sahabat terbaik dalam
menghabiskan waktu bersama di dalam wadah ini, dengan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dengan tujuan yang positif. Bangga bisa mengenal kalian
yang lebih indah lagi dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan
nantinya. Berikan kemampuanmu yang terbaik dalam setiap kegiatan yang
sudah direncanakan dalam perkumpulan ini, karena dengan itu maka
dampak positif yang akan diterima bukan hanya sekedar untuk
meningkatkan eksistensi GEMBEL di lingkungan FH USU, bahkan lebih
tinggi lagi perkumpulan ini dapat bertumbuh dan dipakai untuk dapat
memberikan hal-hal yang berguna bagi sesama, serta menciptakan
generasi-generasi penerus selanjutnya yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan bagi bangsa, negara, dan dunia;
19.Seluruh anggota Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL), tanpa terkecuali;
20.Komunitas Peradilan Semu Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
(KPS FH USU) yang menjadi wadah aspirasi bagi penulis untuk belajar
memahami mooting yang baik dan benar serta tempat bagi penulis untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajari dengan mengikuti kompetisi. Dan
juga rekan-rekan yang selalu bersama-sama meningkatkan eksistensi KPS di
lingkungan FH USU yaitu, andreas lifra simangunsong, nida syafwani
nasution dan masih banyak lagi;
21.Rekan-rekan seperjuangan yang tergabung dalam TIM DELEGASI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM
MENGIKUTI KOMPETISI PERADILAN SEMU PIDANA TINGKAT
NASIONAL PIALA TJOKORDA RAKA DHERANA II, DENPASAR,
Purnomo Purba, Sari Mariska Siregar, Rudy Voiler Sembiring, Dessy Saida
Simbolon, Meirita Pakpahan, Giovanny Purba, Ruth Sonya Siahaan, Togi
Robson Sirait, Yusuf Ridha, Eko Pahala Nainggolan, Tulus Pardamean
Nababan, dan M. Hadyan Yunhas Purba;
22.KMK UP FH USU, PKK penulis, yaitu Esra Stephani Purba dan Lusiana
Theresia Pangaribuan, dan sahabat-sahabat KK Eklesia, yaitu Jaka
Lumbanraja, Emma Yosephine Sinaga, Imelda Rosari Sinurat, Intan
Elisabeth Pasaribu, Putri Arbitheresya Nadapdap, Pir Silaban, dan Franky
Hutagalung;
23.Seluruh anggota Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI) Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan rekan-rekan angkatan 2011,
terkhusus Yessica Tri Angeline Situmorang yang telah meluangkan waktu di
tengah jadwal kerja yang padat dengan memberikan saran kepada penulis
mengenai penulisan skripsi yang baik. Tetap semangat dan sukses selalu
buat kita semua;
24.Sahabat-sahabat grup D angkatan 2011, yaitu Gennady Yoannes Siahaan,
David Mangara Pasaribu, Ribka Elisabeth Silalahi, Elly Selvianti Purba, Bill
Clinton Pasaribu dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Mari
kita berjuang untuk dapat menjadi menggapai cita-cita yang kita inginkan.
25.Seluruh rekan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang
26.Para penulis buku-buku dan artikel-artikel yang penulis jadikan referensi
data guna pengerjaan skripsi ini;
27.Seluruh orang yang penulis kenal dan mengenal penulis.
Penulis berharap kiranya skripsi ini tidak hanya berakhir sebagai setumpuk
kertas yang tidak berguna, tapi dapat dipakai oleh setiap orang yang
membutuhkan pengembangan pengetahuan mengenai tanggung jawab perusahaan
publik, khususnya keterbukaan mengenai masalah perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang ditentukan dalam hukum pasar modal Indonesia dan
tanggung jawab lingkungan lainnya sebagai implementasi dari good corporate governance. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif terhadap skripsi ini. Atas segala perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih.
Medan, 28 Maret 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ix
ABSTRAKSI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 16
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 17
D. Keaslian Penulisan ... 18
E. Tinjauan Kepustakaan ... 19
F. Metode Penulisan ... 29
G. Sistematika Penulisan ... 33
BAB II : PENGATURAN KEWAJIBAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PASAR MODAL INDONESIA ... 36
A. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal ... 36
B. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ... 42
C. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ... 43
D. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ... 52
E. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara ... 55
F. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ... 64
G. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan ... 66
H. Menurut Beberapa Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (Peraturan BAPEPAM/Otoritas Jasa
Keuangan) ... 67
I. Menurut Beberapa Peraturan Menteri Lingkungan Hidup ... 70
BAB III : TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN INGKUNGAN
HIDUP DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA .... 73
A. Keterbukaan dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Sebagai Pelaksanaan Tanggung Jawab
B. Problematika dalam Melaksanakan Perlindungan Terhadap
Lingkungan Hidup ... 104
BAB IV : PENGAWASAN TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA ... 110
A. Pihak-pihak Yang Melakukan Pengawasan Atas Pelaksanaan Tanggung Jawab Perlindungan Terhadap Lingkungan Hidup Oleh Perusahaan Publik dalam Hukum Pasal Modal Indonesia ... 110
B. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Publik Berkaitan Dengan Kewajiban Melaksanakan Perlindungan Terhadap Lingkungan Hidup ... 126
BAB V : PENUTUP ... 144
A. Kesimpulan ... 144
B. Saran ... 147
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL INDONESIA
Samuel Junatal Simanjuntak* Bismar Nasution** Mahmul Siregar***
Perusahaan publik harus memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai hukum pasar modal Indonesia, yaitu penerapan prinsip keterbukaan termasuk tanggung jawab keterbukaan mengenai masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (environmental disclosure liabilities). Dengan keterbukaan informasi mengenai lingkungan hidup ini kepada publik terkhusus investor, maka ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Adapun permasalahan dalam penelitian ini antara lain: bagaimana pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan publik dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal Indonesia, bagaimana tanggung jawab perusahaan publik dan pengawasan yang dilakukan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia.
Penulisan ini menggunakan metode studi hukum normatif dengan pendekatan komparatif, yang akan membandingkan pengaturan mengenai tanggung jawab keterbukaan lingkungan hidup bagi perusahaan publik dalam hukum pasar modal yang ada di Indonesia dengan Amerika Serikat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif.
Pengaturan mengenai kewajiban perlindungan lingkungan hidup bagi perusahaan publik telah diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, salah satunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perusahaan publik memiliki tanggung jawab dalam menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), khususnya keterbukaan lingkungan hidup, perizinan di bidang lingkungan hidup, tetapi masih terdapat berbagai problematika di dalamnya, salah satunya adalah pelanggaran terhadap prinsip full and fair disclosure. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dari berbagai pihak, dengan menerapkan sistem preventif maupun represif.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perusahaan Publik, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Pasar Modal Indonesia Setelah Berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan ... 114
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kewajiban Bagi Perusahaan di Bidang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 45
ABSTRAK
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PUBLIK DALAM PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DALAM PERSPEKTIF HUKUM PASAR MODAL INDONESIA
Samuel Junatal Simanjuntak* Bismar Nasution** Mahmul Siregar***
Perusahaan publik harus memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai hukum pasar modal Indonesia, yaitu penerapan prinsip keterbukaan termasuk tanggung jawab keterbukaan mengenai masalah perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (environmental disclosure liabilities). Dengan keterbukaan informasi mengenai lingkungan hidup ini kepada publik terkhusus investor, maka ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Adapun permasalahan dalam penelitian ini antara lain: bagaimana pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan publik dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal Indonesia, bagaimana tanggung jawab perusahaan publik dan pengawasan yang dilakukan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia.
Penulisan ini menggunakan metode studi hukum normatif dengan pendekatan komparatif, yang akan membandingkan pengaturan mengenai tanggung jawab keterbukaan lingkungan hidup bagi perusahaan publik dalam hukum pasar modal yang ada di Indonesia dengan Amerika Serikat. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif.
Pengaturan mengenai kewajiban perlindungan lingkungan hidup bagi perusahaan publik telah diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, salah satunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Perusahaan publik memiliki tanggung jawab dalam menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), khususnya keterbukaan lingkungan hidup, perizinan di bidang lingkungan hidup, tetapi masih terdapat berbagai problematika di dalamnya, salah satunya adalah pelanggaran terhadap prinsip full and fair disclosure. Oleh karena itu diperlukan pengawasan dari berbagai pihak, dengan menerapkan sistem preventif maupun represif.
Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perusahaan Publik, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini menuntut adanya perkembangan dunia usaha
sehingga dituntut untuk berkembang semakin pesat, baik pada lingkup global
maupun lingkup nasional terkhusus Indonesia. Hal inilah yang mengakibatkan
munculnya badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha pada berbagai bidang.
Salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional, khususnya yang berskala
besar adalah badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas1 yang mempunyai tujuan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tujuan utama adalah profit oriented.2
Setiap usaha investasi dan kegiatan pembangunan memiliki kemampuan
potensial untuk menimbulkan dampak lingkungan.3
1
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa: “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa: Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang”.
2
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha.
Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Lihat Martono Anggusti, Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, (Bandung: Books Terrace & Library, 2010), hlm. 11-12.
3
Emil Salim, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Mutiara Jakarta, 1983), hlm. 179.
Dalam pelaksanaan kegiatan
usahanya, perusahaan sering tidak memperhatikan segala aktivitasnya, seperti dari
segi proses, produksi, dan produk yang dihasilkan sehingga mengakibatkan
degradasi lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan
hidup yang terjadi sekarang ini, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia.
Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah,
dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab,
tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab
utama dari kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.4 Berita tentang
kerusakan lingkungan di media massa cukup membludak. Kasus-kasus
pencemaran tanah, air dan udara oleh perusahaan-perusahaan terjadi di
mana-mana.5 Salah satu isu yang menonjol selama pembangunan di Indonesia adalah
berkurangnya luas kawasan hutan. Keadaan kian memburuk dengan isu
pemasanan global dan perubahan iklim, konversi hutan untuk industri kehutanan,
kawasan budidaya dan ditambah lagi dengan kebakaran hutan.6
Belakangan ini dunia sangat disibukkan dengan masalah global warming
yang mengancam kehidupan manusia. Dalam masalah ini, salah satu pihak yang
disalahkan adalah perusahaan. Aktivitas industri perusahaan dituding sebagai
penyebab utama terjadinya global warming.7
4
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 1-2. 5
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 369.
6
Akhmad Fauzi dkk, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012, (Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup, 2012), hlm. 3.
7
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, Risiko Hukum & Bisnis Perusahaan Tanpa CSR, (Jakarta: ForumSahabat, 2008), hlm. 46.
Misalnya, perusahaan yang
membuang limbahnya ke tepi pantai tanpa dilakukan pengelolaan limbah terlebih
ditetapkan berdasarkan ketentuan mengenai Amdal8, maka akan terjadi penurunan
kualitas lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan kehidupan manusia
dan makhluk lainnya. Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan
pabrik tekstil yang masuk pada badan air tentu akan menimbulkan perubahan,
sekecil apapun jumlah limbah tersebut. Perubahan ini dapat membuat air menjadi
keruh, berwarna, berbau, dan sebagainya atau sebaliknya tidak menimbulkan
pengaruh yang berarti.9 Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri atau sejenisnya dalam
menjalankan suatu usaha ekonomi serta sikap penguasa maupun pengusaha yang
tidak menjalankan atau melalaikan kewajiban-kewajibannya dalam pengelolaan
lingkungan hidup.10
Hal ini sejalan dengan pendapat dari Fritjof Capra yang menyatakan
bahwa bisnis yang dilakukan pengusaha mengambil sumber daya alam,
mengubahnya menjadi produk sekaligus juga limbah, lalu kemudian menjual
produk tadi pada konsumen, yang membuang lebih banyak lagi limbah ketika
mereka mengonsumsi produk tadi.11
8
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa: “Analisa mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan”.
9
Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan
Teoritis dan Praktis, (Bogor: IPB Press, 2013), hlm. 5.
10
Alvi Syahrin, Beberapa Isu Hukum Lingkungan Kepidanaan, (Jakarta: Sofmedia, 2009), hlm. 3.
11
A. Sonny Keraf, Filsafat Lingkungan Hidup: Alam Sebagai Sebuah Sistem Kehidupan
Bersama Fritjo Capra, (Yogyakarta: Kanisius, 2014), hlm. 134.
Pada umumnya, setiap agama manapun
mengajarkan ramah terhadap lingkungan sebagai kehidupan manusia dan manusia
saat ini. Jika terdapat kegiatan usaha yang mengakibatkan pencemaran dan
kerusakan lingkungan, maka investasi yang ditanamkan tidak mampu
menyelamatkan kita dan apalagi tidak memberikan return tinggi pada perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan menurut Daud Silalahi, bisa saja menganggap
lingkungan hidup sebagai benda bebas yang dapat digunakan sepenuhnya untuk
memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, masyarakat sebagai
keseluruhan akan melihat lingkungan hidup sebagai bagian dari kekayaan nyata
yang tidak dapat lagi diperlakukan sebagai suatu benda bebas (rex nullius).12 Hal ini sesuai dengan konsep sumber milik bersama (common property resources) oleh Hardin dikenal dengan apa yang disebut sebagai “tragedy of pie commons” yang digunakan untuk menjelaskan mengapa aktivitas ekonomi dapat mengarah
kepada kerusakan lingkungan hidup. Berjuta-juta pemilik mempunyai hak yang
sama untuk memanfaatkan sumber milik bersama, seperti samudera, udara, ikan
di laut, air tanah, hutan, dan lain-lainnya.13
Dalam kaitannya dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi jalan usaha
atau kelangsungan hidup perusahaan, tidak dapat dihindari bila suatu perusahaan
diketahui telah melakukan tindakan pencemaran lingkungan hidup yang amat
merugikan, perusahaan tersebut terancam akan ditutup atau mendapat ancaman
ganti rugi. Tentu saja hal ini akan mengancam kelangsungan hidup dari
12
Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 75. 13
Surna Tjahja Djajadiningrat, Yeni Hendriani, dan Melia Famiola, Green Economy
perusahaan tersebut.14 Terlebih lagi apabila perusahaan tersebut telah
menawarkan sahamnya kepada publik, maka kepercayaan publik terhadap saham
perusahaan tersebut akan semakin rendah yang mengakibatkan harga saham akan
turun. Hal ini tentu merugikan investor.15
Unsur “kepercayaan” merupakan unsur yang sangat penting bagi
berkembangnya suatu pasar modal, seperti tersimpul dalam ungkapan your word is your bonds.
16
Selanjutnya Samuelson dan Nordhaus menjelaskan bahwa karena
pasar modal efisien, maka harga saham segera cepat bereaksi terhadap
berita-berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannya pun tidak bisa diduga.
Sepanjang sesuatu kejadian bisa diduga, kejadian itu sudah tercermin pada harga
pasar.17 Oleh karena itu, kepercayaan yang dapat diberikan kepada investor di
pasar modal yaitu dengan memberikan informasi, karena harga saham pada setiap
saat (detik demi detik) secara cepat merefleksikan sepenuhnya informasi yang
tersedia dan dicerna tanpa bias.18
Pada umumnya, informasi yang terdapat di pasar modal terbagi atas dua
bentuk yaitu informasi yang baik (good news) dan informasi yang buruk (bad news). Apabila terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab perlindungan lingkugan hidup mengakibatkan harga saham dari
14
Heriyanti, Tesis: Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik dalam
Perlindungan Lingkungan Hidup di Pasar Modal Indonesia, (Medan: Magister Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004), hlm. 1. 15
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia: Program Pascasarjana, 2001), hlm. 95.
16
Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) Buku Kedua, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 4.
17
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 83.
18
perusahaan-perusahaan tersebut bergerak ke bawah19, begitu juga sebaliknya.
Salah satu contoh informasi jelek seperti yang dijelaskan sebelumnya seperti
kasus bocornya sumur minyak bawah laut yang mengakibatkan pencemaran
lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British Petroleum di Amerika Serikat dimana nilai sahamnya mengalami penurunan hingga 40 % pada beberapa akhir
pekan kedua juni 2010 di bursa saham Amerika Serikat.20
Padahal seyogianya, gugatan-gugatan yang berkaitan dengan tanggung
jawab lingkungan seharusnya tidak terjadi, mengingat harga saham perusahaan
dalam suatu pasar yang berkembang merefleksikan internalisasi biaya kerusakan
lingkungan kepada masyarakat, yang disebabkan oleh perusahaan pada waktu
produksi dan dalam rangka mengejar keuntungan.21 Problem utama tiap
masyarakat modern bukan menginginkan perusahaan besar, melainkan apa yang
dapat diharapkan terhadap perusahaan besar tersebut guna melayani kepentingan
masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita masyarakat sejahtera.22
19
Ibid., hlm. 188.
20
Diambil dari liputan 6,
mengakibatkan kehancuran lingkungan dan kerugian luar biasa bagi perusahaan. Sejak peristiwa ledakan sumur itu, British Petroleum telah mengalami penurunan nilai pasar hingga 40 persen atau senilai lebih dari 100 miliar dolar AS. Bahkan Presiden Barrack Obama telah memerintah British
Petroleum agar menanggung ganti rugi akibat kerusakan yang terjadi. Kerusakan ini disebut
sebagai kerusakan lingkungan yang paling parah sepanjang sejarah. 21
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 185. Sebagaimana dikutip dari Perry E. Wallace, Disclosure of Environmental Liabilities Under The Securities Laws:
The Potential of Securities-Market Based Incentives for Pollution Control, Washington and Lee
Law Review, (Vol. 50, 1993), hlm. 1132. Dikatakan bahwa “disclosure alerts the EPA, as well as
public interest groups, increasing the prospect of environmental litigation and, possibly, associated liabilities. And any event, the prices of securities in develop public markets reflect the internalized costs of environmental damage to society caused by the company in the course of
production and in pursuit of profit”.
22
Namun juga terdapat permasalahan lainnya dimana secara hierarki
perusahaan publik sebagai perusahaan pencemar dimulai dari pemberi dana. Jadi
dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan usaha tersebut dibantu dengan
dukungan dana yang diterima dari para investor melalui pasar modal yang
merupakan pihak yang membiayai perusahaan dengan membeli saham-saham
perusahaan tersebut di bursa efek.
Perusahaan publik harus mematuhi ketentuan yang berlaku mengenai
hukum pasar modal Indonesia. Prinsip keterbukaan23 (disclosure principle) menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus menjadi jiwa pasar modal itu
sendiri.24
Pada mulanya perhatian lingkungan hidup tidak dianggap sebagai bagian
proses due diligence dan keterbukaan. Keterbukaan umum telah menjadi bagian Secara yuridis, prinsip keterbukaan secara tegas diatur dalam
peraturan-peraturan pasar modal seperti menyangkut kewajiban untuk menyampaikan
informasi material, kewajiban pelaporan keuangan, dan kewajiban-kewajiban
lainnya yang dirasakan perlu dan dapat mempengaruhi jalan usaha perseroan.
Aspek keterbukaan atau transparansi merupakan salah satu dari prinsip good corporate governance yang harus dilaksanakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap saham yang diperdagangkan dan
menjaga integritas dari pasar modal itu sendiri.
23
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25 menyebutkan bahwa: “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material memgenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut”.
24
dari Undang-Undang pasar modal untuk beberapa tahun lamanya, yang secara
khusus lebih memperhatikan risiko-risiko keuangan dan pasar dari pada potensi
pertanggungjawaban perlindungan lingkungan hidup (environmental liabilities).25 Disamping itu terdapat pendapat bahwa:26
Keterbukaan mengenai masalah lingkungan berbeda dengan keterbukaan
masalah tradisional pada umumnya berupa masalah keuangan karena potensi
dampak yang terjadi akan dirasakan oleh masyarakat. Kerusakan lingkungan dan
polusi yang dihasilkan secara langsung akan membahayakan masyarakat berupa
bahaya fisik pada penduduknya
“The dramatic growth of environmental regulation has been one of the important recent developments in modern law. And of those most affected by this impressive growth, the business community ranks at or near the top of the list. In fact, this expanding environmental regulatory sphere is now a constant and imposing presence in the economic, managerial and political lives on many business”.
27
dan juga bagi perusahaan itu sendiri.28
Seharusnya keterbukaan informasi mengenai lingkungan hidup harus diketahui
oleh publik terkhusus investor agar dapat mengetahui apakah perusahaan tempat
mereka menanamkan sahamnya telah melakukan prosedur perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup atau tidak. Sehingga keberadaan prinsip
keterbukaan ini juga, investor memiliki bahan pertimbangan sehingga ia secara
rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan
saham.29
25
Ibid., hlm. 94. 26
Perry E. Wallace, Loc.Cit., hlm. 1093. 27
Risa Vetri Ferman, Environmental Disclosures and SEC Reporting Requirements,
Delaware Journal of Corporate Law, (Vol. 17, 1992), hlm. 483-484.
28
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 95. 29
Masalah lingkungan hidup yang menimbulkan bahaya tersebut terbukti
dengan banyaknya kematian manusia dalam “tragedy Bhopal”30 pada bulan
Desember 1984, yang oleh Praful Bidwai dikatakan: “if there ever was wretchedly undignified hideously helpless form of mega-death after Hiroshima and Nagasaki, this it”.31 Oleh karena itu, ketika perusahaan telah merusak lingkungan, maka potensi kerusakan akan lebih luas dan serius. Kerusakan lingkungan yang terjadi
dari pembangunan industri tersebut seperti kasus di atas menimbulkan dampak
pada berbagai bidang kegiatan lain, seperti kegiatan pertanian, perikanan,
kesehatan, pendidikan, pemukiman, dan lain-lain.32
Sehubungan mengenai hal ini, maka perusahaan memiliki tanggung jawab
bisnis yang harus dilaksanakan terhadap perizinan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, peraturan terhadap karyawan, tanggung jawab
etika dan moral berupa tanggung jawab sosial pada lingkungan dan masyarakat
sekitar. Secara ideal, tanggung jawab perusahaan menjadi bagian penting yang
tidak bisa dipisahkan dari perusahaan.33
30
Tragedi Bhopal merupakan insiden industri terburuk dalam sejarah yang telah menjadi
securities fraud class action berdasarkan kasus In Re Union Carbide Class Action Securities, 684
F. Supp. 1322 (S.D.N.Y. 1986), yaitu kebocoran gas pada instalasi pabrik Union Carbide India
Limited’s (UCIL) di Bhopal, India. Selama dua hari yaitu 2-3 Desember 1984 terjadi kebocoran
methyl isocyanate (MIC), yaitu bahan kimia beracun yang digunakan di dalam produksi pestisida
sehingga kecelakaan ini langsung menewaskan lebih dari 3.000 orang. Para aktivis mengatakan 25.000 orang lain meninggal setelah bencana itu, dan banyak lainnya yang terus menderita secara fisik maupun mental sebagai dampak dari keracunan gas itu, diambil dari VOA Indonesia Prinsip responsibilitas juga mencakup
hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai
tanggal 29 Januari 2015. 31
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 96. 32
Emil Salim, Op.Cit., hlm. 179. 33
bagian dari masyarakat.34 Selanjutnya, prinsip responsibilitas ini juga menuntut
perusahaan di dalam menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab
terhadap masalah sosial dan lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd,
perusahaan adalah kuasi entitas publik yang tidak hanya punya kewajiban dan
tanggung jawab pada satu kelompok tapi juga kepada banyak pihak.35
Di dalam perkembangan dunia pasar modal yang tentunya juga harus
mengikuti dinamika perkembangan zaman, masalah mengenai perlindungan
lingkungan hidup merupakan hal vital yang perlu diperhatikan.
Implementasi mengenai penerapan good corporate governance dapat dilaksanakan, salah satunya adalah tanggung jawab sosial atau lebih sering
dikenal dengan corporate social responsibility.
36
Akan tetapi,
peraturan pelaksanaan prinsip-prinsip keterbukaan di Indonesia belum mengatur
secara menyeluruh dan cukup berkenan dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, khususnya masalah lingkungan hidup berupa pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan.37
Apabila peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal
Indonesia dibandingkan dengan peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan pasar
modal Amerika Serikat berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup,
maka peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan masalah perlindungan
34
Christopher Iskandar, Skripsi: Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar
Modal, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011), hlm. 14.
35
Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholders Perusahaan, disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 Oktober 2008 di Sei Karang, Sumatera Utara, hlm. 4.
36
Syprianus Aristeus, Penegakan Hukum Terhadap Insider Trading di Pasar Modal dan
Upaya Perlindungan Terhadap Investor, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2011), hlm. 62. 37
lingkungan hidup di pasar modal Indonesia belum cukup untuk mengatasi
masalah perlindungan lingkungan hidup. Di pasar modal Indonesia belum
mengatur secara detail peraturan mengenai kewajiban dan tanggung jawab
perlindungan lingkungan hidup perusahaan, sebagaimana yang berlaku di pasar
modal Amerika Serikat.38
Investor dan publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi
mengenai perlindungan lingkungan hidup karena hak ini dijamin oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu dalam rumusan Pasal
28H ayat (1) yang menentukan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.39
Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, masalah berkenaan dengan
pemberian informasi kepada masyarakat terdiri dari, pemastian penerimaan
informasi, informasi tepat waktu (timely information), informasi lengkap (comprehensive information), informasi yang dipahami (comprehensible information) dan informasi lintas batas (transfrontier information).
Oleh karena itu, setiap orang
mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai lingkungan
hidup yang baik.
40
38
Ibid., hlm. 180. 39
Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 174.
40
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan Edisi Kedelapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), hlm. 109-111.
Maka
perusahaan publik atau emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah
boleh melakukan misrepresentation atau omission dan menyesatkan investor berkaitan dengan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup.41
Contoh kasus konkret yang pernah terjadi di Indonesia seperti kasus
pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Inti Indorayon Utama, sekarang
berganti nama dengan PT. Toba Pulp Lestari di Sumatera Utara dan PT Freeport
Indonesia (Freeport) di Papua, yang sesungguhnya disebabkan oleh perilaku
perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap lingkungan
hidup.42
PT. Inti Indorayon Utama yang go public pada saat itu melalui pasar modal dan listing di NYSE (New York Stock Exchange) Wall Street sejak tahun 1995, mempunyai bidang usaha pabrik bubur kertas (pulp) dan rayon di Desa Sosorladang/Silosung, Kecamatan Porsea, Tapanuli Utara, Sumatera Utara
digugat oleh WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berdasarkan
Undang-Undang No. 4 Tahun 198243
41
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 182. 42
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Op.Cit., hlm. 2. 43
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasarkan Pasal 51 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lalu Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi berdasarkan Pasal 125 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jadi, yang menjadi hukum positif di bidang lingkungan hidup adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Lingkungan Hidup melalui gugatan class action. Hal ini disebabkan kolam penampung limbahnya bocor menyusul meledaknya pipa gas klorin dan diduga
menjadi penyebab dari rusaknya lingkungan hidup di sekitar Danau Toba,
pemerintah melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup menghentikan operasi PT.
Inti Indorayon Utama untuk dilakukan audit lingkungan.44
Kasus lingkungan lainnya yaitu terjadi pada PT. Freeport Indonesia yang
digugat oleh WALHI berkaitan dengan informasi pengelolaan lingkungan hidup
yang menyesatkan.45
Mengenai kasus PT. Freeport Indonesia, gugatan yang muncul dalam
masalah perlindungan lingkungan hidup, masalahnya berpusat pada tuntutan
terhadap pelanggaran perizinan dan memberikan informasi pengelolaan
lingkungan hidup yang menyesatkan dalam rangka pelaksanaan prinsip
keterbukaan.
Dari kasus ini, maka didapat bahwa kasus ini menyangkut
hubungan antara hukum lingkungan dan hukum pasar modal. Kaitannya dengan
PT. Inti Indorayon Utama adalah pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan
dari kegiatan usaha tersebut, tidak men-disclose fakta material secara penuh dan
fair atas masalah lingkungan yang terjadi, sehingga mengakibatkan kerugian bukan hanya kepada investor, tetapi seluruh stakeholder perusahaan dan masyarakat sekitar.
46
Informasi penting lainnya yang dapat dipahami dari perkembangan
peraturan pasar modal di negara maju, adalah bahwa penegakan hukum prinsip
keterbukaan itu harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal, dan
penegakannya juga harus sesuai dengan hukum lain di luar hukum pasar modal.
Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang
44
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 182-184. 45
Ibid., hlm. 184. 46
mengatur masalah-masalah klausula sosial (social clause), antara lain masalah perlindungan tenaga kerja, perlindungan konsumen, perlindungan lingkungan
hidup dan masalah status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting
dan relevan bagi perusahaan.47
Misalnya di Amerika Serikat, masalah klausula perlindungan lingkungan
hidup secara tegas diterapkan. Perusahaan atau emiten harus memuat masalah
klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan hukum, walaupun
hukum tersebut bukan hukum pasar modal. Misalnya ketentuan mengenai
kewajiban dan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan keterbukaan yang
berkaitan dengan perlindungan lingkungan (environmental disclosure).48
Awalnya, keterbukaan mengenai masalah-masalah lingkungan hidup di
Amerika Serikat adalah salah satu kebijaksanaan yang terdapat pada National Environmental Policy Act49 yang mensyaratkan lembaga-lembaga pemerintahan untuk mempertimbangkan dan mengintegrasikan kesadaran perlindungan
lingkungan hidup dalam operasi mereka. Lembaga pemerintahan tersebut
termasuk SEC (Securities Exchange Commission)50
47
Ibid., hlm. 94. 48
Ibid.
, yang pada akhirnya membuat
peraturan yang mensyaratkan keterbukaan dengan menambahkan ketentuan
49
National Environmental Policy Act of 1969, yang biasa disebut National Environmental
Policy Act merupakan hukum lingkungan Amerika Serikat yang berlaku pada 1 Januari 1970.
Dijelaskan bahwa “NEPA is one of the most emulated statutes in the world and it is often referred
to as the modern-day-environmental Magna Charta”, diambil dari Wikipedia,
2015. 50
U.S Securities and Exchange Commission merupakan lembaga pemerintahan Amerika
Serikat yang memiliki tugas dan wewenang seperti Otoritas Jasa Keuangan yang terdapat di Indonesia berkaitan dengan penegakan hukum pasar modal, diambil dari
mengenai informasi atau fakta material masalah perlindungan lingkungan hidup
menyesuaikan dengan hukum lingkungan bagi emiten.51
Di Indonesia juga terdapat payung hukum yang mengatur tentang
lingkungan hidup yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang tersebut telah
menetapkan bahwa pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup dilaksanakan secara terpadu termasuk pemerintah.52 Berarti berdasarkan
penjelasan di atas, maka Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang baru
dibentuk secara hukum memiliki tanggung jawab untuk mensyaratkan
keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup bagi perusahaan
publik/emiten secara tegas dan menyeluruh.53
51
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 180. 52
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 13 ayat (3) menyebutkan bahwa “Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing”.
53
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 181.
Berdasarkan hal di atas, demi meningkatkan integritas pasar modal
Indonesia untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan
stabil, maka ketentuan hukum yang berlaku saat ini memberikan sejumlah
kewenangan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia untuk
mengatur, mengawasi, dan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang terbukti
melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi terkhusus
mengenai masalah lingkungan hidup. Hal ini bertujuan untuk memberikan
Keterbukaan merupakan salah satu prinsip good corporate governance
yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan, termasuk perusahaan
publik/emiten. Pelaksanaan dari tanggung jawab khususnya pada bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut dapat dilakukan dengan
diterapkannya prinsip keterbukaan, perizinan, tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu skripsi yang
berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Publik Dalam Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa hal
yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan
yang akan dibahas, antara lain:
1. Bagaimana pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup bagi perusahaan publik dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal Indonesia?
2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan publik dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia?
3. Bagaimana pengawasan tanggung jawab perusahaan publik dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
skripsi ini, antara lain:
1. Mengetahui pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup bagi perusahaan publik dalam peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal Indonesia.
2. Mengetahui tanggung jawab perusahaan publik dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia.
3. Mengetahui pengawasan tanggung jawab perusahaan publik dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal
Indonesia.
Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Secara teoritis, kiranya melalui penulisan skripsi ini mampu mengisi
ruang-ruang kosong dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi
penulisan skripsi ini, hingga pada akhirnya skripsi ini memberikan
sumbangsih berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada hukum pasar
modal Indonesia, hukum perseroan terbatas, dan hukum lingkungan,
khususnya terhadap tanggung jawab perusahaan publik/emiten mengenai
keterbukaan lingkungan hidup (environmental disclosure), perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) sebagai implementasi dari good corporate governance. Kiranya skripsi ini juga mampu memenuhi hasrat keingintahuan para pihak
modal Indonesia yang berkaitan dengan hukum perseroan terbatas dan
hukum lingkungan, baik itu Mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat
luas.
2. Secara praktis, manfaat dari skripsi ini adalah supaya pemegang saham dan
calon pemegang saham, stakeholders perusahaan, serta perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha dapat mengetahui hak dan kewajiban terhadap
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam perspektif hukum
pasar modal Indonesia yang telah diatur berdasarkan ketentuan yang
berlaku saat ini.
D. Keaslian Penulisan
Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan
skripsi berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Publik dalam Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hukum Pasar Modal
Indonesia”, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai
judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara melalui surat tertanggal 09 Oktober 2014 yang menyatakan
bahwa “tidak ada judul yang sama
Surat dari Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Ramli Siregar S.H.,
diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai
berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan Perpustakaan
Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media
internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain
yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah diluar
sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi
dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil
pemikiran Penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan
aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media
elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya
asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi ini berkisar tentang Tanggung Jawab Perusahaan Publik
dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hukum
Pasar Modal Indonesia. Adapun tinjauan kepustakaan tentang skripsi ini, adalah
sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya).54 Konsep kewajiban
awalnya adalah suatu konsep moral yang spesifik dan merupakan pengertian
norma moral dalam hubungannya dengan individu yang tindakannya
diperintahkan atau dilarang.55 Konsep kewajiban (obligation or duty) di sini adalah dalam makna hukum positif yang harus dibedakan dengan konsep
kewajiban dalam bahasa Jerman Pflicht yang oleh etika Kantian dijadikan sebagai konsep nilai moral absolut, yaitu bahwa setiap orang harus memenuhi
kewajibannya.56
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kewajiban adalah
sesuatu yang diwajibkan, sesuatu yang harus dilaksanakan, dan keharusan.57
Eksistensi kewajiban hukum adalah semata-mata validitas suatu norma hukum
yang membuat sanksi tergantung kepada tindakan sebaliknya dari kewajiban
hukum. Kewajiban hukum tidak berarti tanpa norma hukum. Kewajiban hukum
adalah kewajiban untuk tidak melakukan delik, atau kewajiban subyek untuk
memenuhi norma hukum.58 Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan
konsep hak. Terma hak yang dimaksud di sini adalah hak hukum (legal right). Penggunaan linguistik membuat dua pembedaan antara hak atas suatu perbuatan
sendiri dan hak atas perbuatan orang lain.59
54
Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
tanggal 1 Februari 2015. 55
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), hlm. 50.
56 Ibid. 57
Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
tanggal 1 Februari 2015. 58
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Op.Cit.,hlm. 51. 59
Hal ini sesuai dengan konsep dari tanggung jawab hukum. Suatu konsep
terkait dengan kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum
(liability). Seseorang dikatakan secara hukum bertanggungjawab untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus
perbuatan yang berlawanan.60
Pada saat kewajiban tersebut dilaksanakan, maka akan terdapat hak-hak
yang dicapai. Hak tersebut dapat diterima baik dari perusahaan publik, investor,
masyarakat dan lingkungan hidup. Hak tersebut dapat berupa perlindungan
hukum. Perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan
terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi
hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa kewajiban yang
harus dipenuhi berkaitan dengan judul skripsi di atas oleh perusahaan publik
seperti kewajiban keterbukaan (mandatory disclosure), kewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan kewajiban
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility), terkhusus mengenai kewajiban keterbukaan berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup. Kewajiban ini merupakan satu kesatuan dalam
menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
60
ketertiban, kepastian, kemanfaatan, kedamaian, ketentraman bagi segala
kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat.61
Penegakan hukum yang konsisten terhadap perusahaan publik atau
emiten yang melakukan pelanggaran peraturan diharapkan menjadi pendorong
bagi perusahaan publik atau emiten untuk selalu mematuhi ketentuan dan
mempertimbangkan kehati-hatian dalam melaksanakan usahanya. Hal ini juga
diharapkan akan meningkatkan kredibilitas pasar modal di mata investor
sekaligus merupakan tanggung jawab emiten sebagai perusahaan publik62
2. Perusahaan Publik
dalam
melaksanakan perlindungan dan lingkungan hidup. Jika kewajiban tersebut
tidak dipenuhi, yang bersangkutan dapat dijatuhi sanksi seperti sanksi
administratif, sanksi perdata, bahkan sanksi pidana.
Sebelum membahas pengertian perusahaan publik, kiranya perlu ditinjau
terlebih dahulu mengenai perseroan terbatas pada umumnya. Perseroan Terbatas
dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk yaitu Perseroan Tertutup (PT Tertutup) dan
Perseroan Terbuka (PT Terbuka).63
61
Gading Satria Nainggolan, Skripsi: Perlindungan Hukum Terhadap Investor dalam Reksa
Dana Berbentuk Perseroan, (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm.
10. 62
M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 279.
Berkembangnya konsep perusahaan tertutup
63
dan perusahaan terbuka ini lebih banyak dipengaruhi konsep closed corporation
dan publicly held corporation (Perusahaan Tertutup dan Perusahaan Publik) yang berkembang khususnya di negara-negara yang menganut sistem common law.64
Untuk memahami konsep tersebut, Black’s Law Dictionary memberikan pengertian closed corporation yang mengemukakan bahwa “Closed Corporation is a corporation whose shares, or at least voting share, are held by a single shareholder or closely-knit group of shareholders. Generally, there are no public investors and its shareholders are active in the conduct of business”.
65
Sedangkan pengertian perusahaan publik menurut Black’s Law Dictionary mengemukakan bahwa “Publicly Held Corporation is commonly
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diterjemahkan bahwa perusahaan
tertutup adalah sebuah perusahaan yang saham-sahamnya atau
sekurang-kurangnya saham yang mempunyai hak suara, dikuasai oleh satu orang
pemegang saham atau beberapa orang pemegang saham yang mempunyai
hubungan erat satu sama lain. Secara umum, tidak terdapat investor publik dan
pemegang sahamnya terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan.
masalah perusahaan terbuka, termasuk tentang keterbukaan informasi ini secara sangat detail. Dalam Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 51.
64
Yoserwan, Tesis: Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Minoritas dalam
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perusahaan Publik, (Semarang: Magister Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2001), hlm. 33. 65
used to distinguished a corporation whose stock is owned and traded by the public from a corporation with closedly held share”.66
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diterjemahkan bahwa
perusahaan publik biasanya digunakan untuk membedakan sebuah perusahaan
yang sahamnya dimiliki dan diperdagangkan oleh masyarakat luas dengan
perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki secara tertutup. Secara yuridis,
perseroan terbuka dapat berupa Emiten dan Perusahaan Publik.67
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa “Perseroan
Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran
umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal”.
68
66
Ibid., hlm. 309. 67
Pasal 1 angka 6 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa Emiten adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. Sedangkan Pasal 1 angka 22 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Yang dimaksud dengan Emiten adalah suatu perusahaan terbuka dimana proses menjadi perusahaan terbuka dilakukan dengan jalan melakukan penawaran saham-sahamnya kepada publik lewat suatu penawaran umum. Sedangkan yang dimaksud dengan Perusahaan Publik adalah suatu perusahaan yang menjadi perusahaan terbuka tanpa lewat proses penawaran umum, tetapi dengan sendirinya perusahaan tertutup kemudian memiliki pemegang sahamnya yang banyak, misalnya dengan warisan saham, jual beli atau hibah saham kepada banyak orang. Kepada perusahaan publik ini juga berlaku banyak persyaratan yang sama dengan emiten, seperti kewajiban keterbukaan informasi, kewajiban pendaftaran ke BAPEPAM (sekarang OJK), atau kewajiban pencatatan saham. Dalam Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Op.Cit., hlm. 52.
68
Jadi yang dimaksud dengan Perseroan Tbk menurut Pasal 1 angka 7
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, adalah:69
a. Perseroan Publik yang telah memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 22
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yakni
pemegang saham sekurangnya 300 (tiga ratus) orang, dan modal disetor
(gestort capital, paid up capital) sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah);
b. Perseroan yang melakukan penawaran umum (public offering) saham di Bursa Efek. Maksudnya Perseroan tersebut, menawarkan atau menjual
saham atau efeknya kepada masyarakat luas.
Sedikit perbedaan antara emiten dengan perusahaan publik adalah kalau
emiten sudah pasti perusahaan publik karena telah memenuhi persyaratan
sebagai perusahaan publik dilihat dari jumlah pemegang saham dan modal
minimal yang harus disetor. Sedangkan perusahaan publik belum tentu dapat
dikategorikan sebagai emiten karena perusahaan publik belum tentu melakukan
penawaran umum atau listing di bursa.70
Dengan kata lain, perusahaan publik dapat menjelma menjadi emiten
pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum dinyatakan
efektif karena sudah diterima dan disetujui oleh BAPEPAM (Sekarang OJK).
Namun sebagai perusahaan publik, kendati tidak melakukan penawaran umum,
perusahaan wajib menyampaikan pernyataan pendaftaran.
71
69
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 41. 70
M. Irsan Nasarudin, dkk, Op.Cit., hlm. 155. 71
3. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sebelum membahas mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, sebaiknya diketahui terlebih dahulu tentang pengertian lingkungan hidup.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengertian “Lingkungan
Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain”.:72
Selanjutnya pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan
“Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan,
dan penegakan hukum”.73
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur secara komprehensif business process
dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
72
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
penegakan hukum.74 Berdasarkan penjelasan di atas, maka perusahaan
publik75
4. Hukum Pasar Modal Indonesia
harus melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan berwawasan lingkungan. Ketentuan yang berlaku telah menetapkan kewajiban perusahaan
publik yang harus dilaksanakan seperti Amdal, perizinan di bidang lingkungan
hidup, analisis risiko lingkungan hidup, audit lingkungan hidup dan pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah bahan berbahaya dan beracun
(limbah B3) sebagai upaya preventif. Sedangkan tindakan reprefif adalah
penegakan hukum hukum yang efektif, konsekuen, dan konsisten terhadap
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Khususnya kewajiban perusahaan
publik yang berkaitan dengan prinsip keterbukaan dalam pasar modal adalah
memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Dewasa ini, aliran modal dapat keluar masuk dengan mudah dan cepat
dari satu negara ke negara lain yang lebih menguntungkan, efisien, dan aman.
Untuk meningkatkan peran investor domestik dan menarik lebih banyak lagi
investor asing di pasar modal Indonesia diperlukan upaya-upaya yang
terintegrasi dalam mewujudkan iklim yang kondusif di pasar modal. Salah satu
74
Raynaldo Sembiring, dkk, Anotasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Edisi Pertama), (Jakarta: Indonesian Center
for Environmental Law (ICEL), 2014), hlm. 24.
75
faktor penting dalam rangka mewujudkan pasar modal yang kondusif adalah
peningkatan kepastian hukum.76
Sejak November Tahun 1995, pasar modal Indonesia mengalami
perubahan fundamental yang ditandai oleh pengesahan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan berlaku efektif pada awal 1996. Dengan
lahirnya Undang-Undang Pasar Modal ini diharapkan perlindungan terhadap
investor dapat ditingkatkan, dan dengan sendirinya akan menciptakan
kepercayaan masyarakat.77
Tanpa mengabaikan faktor penting lainnya, harus diakui bahwa
peningkatan kepastian hukum akan meningkatkan kredibilitas pasar modal
Indonesia di mata investor dan masyarakat. Hukum pasar modal juga banyak
sekali mempengaruhi hukum perseroan karena setelah sebuah perusahaan
menjadi perusahaan publik, perseroan terbatas tidak hanya tunduk kepada
Undang tentang Perseroan Terbatas tetapi juga tuntuk kepada
Undang-Undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
Selain itu juga terdapat peraturan pelaksana dari
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 sebagai sumber hukum yang menjadi
landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri pasar modal.
78
Namun terdapat perbedaan antara perkembangan peraturan pasar modal
di negara maju seperti Amerika Serikat dengan peraturan pasar modal
Indonesia. Penegakan hukum prinsip keterbukaan di Amerika Serikat
76
Diambil dari BAPEPAM, Master Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009, hlm. 49,
77
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan SAD Satria Bhakti, 2000), hlm. 91.
78