IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota Padang. Provinsi ini terletak antara 0
o54’ Lintang Utara - 3
o30’ Lintang Selatan serta 98
o36’-101
o53’ Bujur Timur.
Dengan luas wilayah mencapai 42.297,30 km
2(2,21 persen dari luas wilayah Republik Indonesia). Provinsi Sumatera Barat secara administratif terdiri dari 12 kabupaten dan tujuh kota. Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki wilayah terluas, yaitu 6,01 ribu Km
2atau sekitar 14,21 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang Panjang memiliki luas daerah terkecil, yakni 23 Km
2(0,05 persen).
Sumber: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 2009
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Sumatera Barat
Batas wilayah administrasi untuk Provinsi Sumatera Barat, yaitu:
• Sebelah Utara : Provinsi Sumatera Utara
• Sebelah Selatan : Provinsi Jambi
• Sebelah Barat : Samudera Hindia (Indonesia)
• Sebelah Timur : Provinsi Riau
Kondisi iklim Sumatera Barat secara umum dapat digambarkan dari curah hujan dan suhu wilayahnya. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.980 sampai lebih dari 5.000 mm/tahun dengan kecenderungan daerah bagian barat lebih basah bila dibandingkan dengan bagian timur.
Karakteristik iklim Provinsi Sumatera Barat termasuk iklim tropika basah.
Adapun klasifikasi iklim berdasarkan sistem Schmidt-Fergusson daerah ini dapat dibagi menjadi tiga tipe iklim, yaitu tipe A, B dan C. Daerah sepanjang pantai barat tergolong kepada tipe A dengan luas wilayah cakupannya mencapai 2.672.000 Ha. Adapun daerah lereng timur Bukit Barisan yang merupakan daerah bayangan hujan menerima curah hujan lebih kecil tergolong kepada tipe B dengan luas wilayah cakupan mencapai 265.700 dan tipe C dengan luas wilayah cakupannya 100.800 Ha terdapat di lereng timur Gunung Merapi, yaitu sekitar Danau Singkarak di Kabupaten Tanah Datar dan di selatan Gunung Talang meliputi Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.
Penggunaan lahan di Provinsi Sumatera Barat secara umum meliputi
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung dibedakan menjadi
kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya dan kawasan
perlindungan setempat. Sedangkan kawasan budidaya diantaranya berupa
kawasan permukiman, kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan perkebunan,
kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan pertambangan, kawasan perikanan dan kelautan dan kawasan hutan.
Kawasan perkebunan yang meliputi kabupaten-kabupaten Sijunjung, Dharmas Raya, Solok Selatan, dan Pasaman Barat. Produk utama daerah ini adalah karet, kelapa sawit dan teh yang merupakan komoditi ekspor utama Sumatera Barat. Sampai tahun 2010, tanaman kelapa sawit menujukkan luas lahan terbesar, yaitu mencapai sekitar 353.300 Ha dan menunjukkan pertambahan dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena perluasan pembangunan kawasan perkebunan yang dilakukan oleh perkebunan besar negara maupun perusahaan swasta cukup besar dalam sepuluh tahun terakhir.
4.2. Perkembangan Penduduk dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat berjumlah sebesar 4,85 juta jiwa, dengan rasio jenis kelamin sebesar 98,44 artinya untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 atau 99 penduduk laki- laki. Tingkat kepadatan penduduk Provinsi Sumatera Barat tahun 2010 adalah sebanyak 114,59 jiwa per Km
2.
Dilihat menurut kabupaten/kota, jumlah penduduk Kota Padang merupakan yang terbesar jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya, yaitu sebesar 833.562 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 1.199 jiwa per km
2. Kota Bukittinggi mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yaitu sebesar 4.410 jiwa per Km
2. Sedangkan Kepulauan Mentawai merupakan wilayah yang paling jarang penduduknya dengan kepadatan sebesar 12 jiwa per Km
2.
Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010 terhadap jumlah rumah tangga di
Provinsi Sumatera Barat berdasarkan kabupaten dan kota tercatat sebesar
1.152.504 rumah tangga dengan rata-rata besarnya anggota rumah tangga sebesar 4,19. Kota Padang memiliki jumlah rumah tangga terbanyak, yaitu sebesar 194.294 (Sensus Penduduk 2010) dengan rata-rata besarnya anggota rumah tangga sebesar 4,28. Sedangkan Kota Padang Panjang memiliki jumlah rumah tangga paling kecil, yaitu sebesar 10.967 (Sensus Penduduk 2010) dengan rata- rata besarnya anggota rumah tangga sebesar 4,17.
Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2010
Lapangan Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Pertanian,Kehutanan,
Perburuan dan Perikanan
900.306 44,10
2. Pertambangan 24.738 1,21
3. Industri Pengolahan 138.312 6,78
4. Listrik, Gas dan Air 3.662 0,18
5. Bangunan 104.218 5,11
6. Perdagangan
Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel
406.197 19,90
7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi
101.674 4,98
8. Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan
22.918 1,12
9. Jasa Kemasyarakatan 339.429 16,63
Total 2.041.454 100,00
Sumber: BPS, Hasil Sakernas, 2010
Angkatan kerja Sumatera Barat tahun 2010 mencapai 66,36 persen atau sekitar 2,19 juta jiwa dari seluruh penduduk Sumatera Barat umur 15 tahun ke atas, dengan persentase 93,15 persen diantaranya adalah bekerja dan 6,85 persen merupakan pengangguran.
Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja, yaitu sektor pertanian
sebesar 44,10 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Sektor lain yang
menyerap tenaga kerja cukup tinggi adalah sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebesar 19,90 persen dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 16,63 persen. Dari persentase hasil dapat dijelaskan bahwa sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama untuk sebagian besar penduduk Sumatera Barat.
4.3. Perekonomian Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Sumatera Barat mempunyai komoditi unggulan di sektor pertanian, pertambangan dan jasa. Komoditi sektor pertanian yang diunggulkan adalah subsektor tanaman perkebunan dengan komoditi gambir, jarak dan nilam.
Subsektor perikanan dengan komoditi yang diunggulkan yaitu perikanan tangkap.
Sementara komoditi penunjang untuk sektor pertanian yaitu subsektor tanaman perkebunan dengan komoditi kakao, kelapa dan karet. subsektor perikanan meliputi budidaya tambak, budidaya kolam dan budidaya keramba. Sementara untuk sektor pertambangan komoditi yang diunggulkan adalah semen. Sedangkan sektor jasa komoditi yang diunggulkan yaitu bidang pariwisata dengan salah satu obyek wisata yang terkenal adalah wilayah Bukittinggi.
Selama periode 2007-2010 sektor pertanian telah memberikan sumbangan
yang cukup besar dalam pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat, tetapi
perkembangan kontribusinya telah mengalami penurunan. Tahun 2007 sektor
pertanian memberikan kontribusi sebesar 24,68 persen terhadap nilai PDRB dan
telah menurun menjadi 23,75 persen tahun 2009. Penurunan kontribusi sektor
pertanian terhadap pembentukan nilai PDRB pada harga berlaku ini diiringi oleh
semakin meningkatnya kontribusi sektor industri pengolahan dari 12,01 persen
pada tahun 2007 menjadi 12,05 persen tahun 2009.
Tabel 4.2 Nilai dan Persentase Kontribusi Sektor Ekonomi dalam Pembentukan Nilai PDRB Sumatera Barat Periode 2006-2010 Atas Dasar Harga Berlaku
*) Angka Sementara
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran tahun 2007 berkontribusi sebesar 17,34 persen dan terus mengalami kenaikan tahun 2009 menjadi 17,99 persen. Sehingga dari sisi harga berlaku ini, terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian masih dominan, tetapi perlahan digantikan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa sektor bangunan memiliki pertumbuhan rata- rata terbesar, yaitu 4,32 persen. Hal ini dikarenakan pada waktu itu Sumatera Barat mengalami bencana gempa bumi pada tahun 2009, sehingga pemerintah daerah berusaha untuk membangun kembali bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa bumi.
No Sektor
Ekonomi
2007 2008 2009 2010*
Pertum- buhan Rp
Milyar % Rp % Rp % Rp % %/tahun
1 Pertanian 14.744 24,68 17.273 24,46 18.120 23,75 20.792 23,84 -1,15
2
Pertambangan dan
Penggalian 2.060 3,44 2.351 3,33 2.545 3,34 2.764 3,17 -2,79 3
Industri
Pengolahan 7.179 12,01 8.554 12,11 9.195 12,05 10.197 11,69 -0,91 4
Listrik, Gas
dan Air bersih 822 1,37 863 1,22 899 1,18 925 1,06 -9,00
5 Bangunan 3.290 5,50 3.905 5,54 4.314 5,65 5.499 6,31 4,32
6
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 10.368 17,34 12.529 17,74 13.727 17,99 15.475 17,74 0,74
7
Pengangkutan dan
Komunikasi 9.009 15,07 10.603 15,02 11.543 15,13 13.439 15,41 0,74
8
Keuangan, sewa dan jasa
perusahaan 2.963 4,95 3.463 4,90 3.783 4,96 4.145 4,75 -1,41 9 Jasa-jasa 9.352 15,64 11.073 15,68 12.171 15,95 13.985 16,03 0,82 PDRB 59.799 100,00 70.614 100,00 76.295 100,00 87.221 100,00
Selain melalui PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, maka keberhasilan pembangunan perekonomian suatu wilayah dapat pula dilihat melalui perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan. Seiring dengan peningkatan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan perekonomian Sumatera Barat juga mengalami peningkatan.
Tabel 4.3 Nilai dan Persentase Kontribusi Sektor Ekonomi dalam Pembentukan Nilai PDRB Sumatera Barat Periode 2006-2010 Atas Dasar Harga Konstan
*) Angka Sementara
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Pada periode 2007-2010 sektor pertanian juga telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat, tetapi perkembangan kontribusinya telah mengalami penurunan. Tahun 2007
No Sektor Ekonomi
2007 2008 2009 2010*
Pertum- buhan Rp
Milyar % Rp % Rp % Rp % %/tahun
1 Pertanian 8.039 24,43 8.437 24,10 8.761 24,03 9.094 23,40 -1,45
2
Pertambangan dan
Penggalian 1.029 3,13 1.081 3,09 1.125 3,08 1.204 3,10 -0,32 3
Industri
Pengolahan 4.209 12,79 4.464 12,75 4.586 12,58 4.788 12,32 -1,26 4
Listrik, Gas
dan Air bersih 394 1,20 408 1,17 431 1,18 441 1,13 -2,04
5 Bangunan 1.627 4,94 1.739 4,97 1.814 4,97 2.074 5,34 2,51
6
Perdagangan, Hotel dan
Restoran 6.057 18,40 6.463 18,46 6.673 18,30 6.941 17,86 -1,00
7
Pengangkutan dan
Komunikasi 4.527 13,75 4.916 14,04 5.206 14,28 5.778 14,87 2,57
8
Keuangan, sewa dan jasa
perusahaan 1.693 5,14 1.811 5,17 1.895 5,20 2.011 5,17 0,19 9 Jasa-jasa 5.339 16,22 5.688 16,25 5.972 16,38 6.531 16,81 1,18 PDRB 32.912 100,00 35.008 100,00 36.465 100,00 38.860 100,00
sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 24,43 persen terhadap nilai PDRB dan tahun 2010 telah menurun menjadi 23,40 persen (angka sementara).
Penurunan kontribusi sektor pertanian ini diiringi oleh kenaikan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, tahun 2007 sektor ini berkontribusi sebesar Rp 6.057 milyar dan mengalami peningkatan menjadi Rp 6.673 milyar pada tahun 2009. Sementara itu, industri pengolahan justru kontribusinya semakin menurun, tahun 2007 kontribusi sektor ini sebesar 12,79 persen dan mengalami penurunan menjadi 12,58 persen pada tahun 2009.
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Ekspor Sumatera Barat Menurut Negara Tujuan Tahun 2006-2009 (Dalam US$)
No Negara Tujuan
Tahun Pertumbuhan
2006 2007 2008 2009 (%)
1
Amerika
Serikat 406.296 325.104 609.739 158.972 -26,9
2 India 204.069 160.943 674.432 489.744 33,9
3 Singapura 87.065 583.334 355.591 179.406 27,3
4 Belanda 150.031 69.736 177.753 17.321 -51,3
5 Cina 107.582 27.265 180.124 187.564 20,4
6 Malaysia 17.049 28.977 54.819 55.933 48,6
7 Italia 15.559 1.081 10.368 17.652 4,3
8 Pakistan 13.383 7.035 59.312 7.278 -18,4
9
Negara
Lainnya 141.955 230.470 262.451 262.451 22,7
Jumlah 1.074.134 1.512.799 2.384.568 1.273.717 4,4
Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka (beberapa terbitan) dalam Rencana Pembangunan JangkaMenengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Hal ini berimplikasi bahwa perkembangan perekonomian Sumatera Barat
telah mengalami perubahan dari dominan sektor pertanian perlahan-lahan ke
dominan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sehingga perekonomian
Sumatera Barat menjadi lebih berorientasi ke luar (ekspor), sedangkan seharusnya
keberhasilan sektor pertanian diikuti oleh sektor industri pengolahan yang
mengolah produk pertanian menjadi produk setengah jadi dan barang jadi, sehingga nilai ekspor akan lebih memberikan nilai tambah yang lebih besar lagi.
Tabel 4.5 Perkembangan Nilai Ekspor Sumatera Barat Menurut Kelompok Komoditi Tahun 2006-2009 (Dalam 000 US$)
No Kelompok Komoditi
Tahun Pertumbuhan
2006 2007 2008 2009 (%)
A Hasil Pertanian 15.914 24.900 53.118 64.378 41,8
1 Biji Coklat 3.040 13.205 34.878 51.095 57,0
2 Kulit Manis 6.104 7.588 8.712 5.005 -4,8
3 Biji Lainnya 146 356 4.731 5.403 100,4
4 Buah-buahan 2.107 2.291 2.076 1.010 -16,8
5
Hasil Pertanian
Lainnya 4.517 1.460 2.721 1.865 -19,8
B Hasil Industri 1.053.083 1.460.754 2.244.993 1.241.896 -4,2 1
Minyak Kelapa
Sawit 0 717.805 1.276.769 791.867 5,0
2 Crumb-rubber 496.361 560.497 651.341 263.628 -14,6 3
Minyak Biji
Sawit 0 107.193 204.066 123.210 3,5
4
Hasil Industri
Lainnya 556.722 75.259 112.817 63.191 -42,0
C Hasil Tambang 5.137 27.145 86.457 37.983 64,9
1 Batubara 4.219 26.758 83.783 30.147 63,5
2
Hasil Tambang
Lainnya 918 387 2.674 7.836 70,9
Jumlah 1.074.134 1.512.799 2.384.568 1.273.717 4,4 Sumber: Sumatera Barat Dalam Angka (beberapa terbitan) dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Bila dilihat dari perkembangan nilai ekspor Provinsi Sumatera Barat
menurut kelompok komoditi pada tahun 2009, laju pertumbuhan nilai ekspor hasil
pertanian ternyata cukup tinggi yaitu mencapai 41,8 persen rata-rata setiap
tahunnya untuk periode 2006-2009. Berdasarkan Tabel 4.5, ekspor pertanian
terbesar adalah ekspor biji coklat (cocoa beans) yang merupakan komoditi utama
daerah dengan kontribusi mencapai 79,4 persen, sedangkan komditi lainnya
mempunyai kontribusi yang relatif kecil.
Dalam kelompok komoditi hasil industri, komoditi minyak kelapa sawit merupakan komoditi ekspor utama dengan kontribusi sekitar 63,8 persen dan disusul oleh Crumb-rubber dengan kontribusi sebesar 21,2 persen. Untuk komoditi ekspor lainnya mempunyai kontribusi yang sangat kecil terhadap nilai ekspor Provinsi Sumatera Barat.
4.4. Perkembangan Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Barat 4.4.1. Peranan Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Barat
Secara umum peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Sumatera Barat tahun 2006-2010 terlihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.6 Peranan Pertanian dalam Pembangunan di Sumatera Barat 2006-2010
No Aspek 2006 2007 2008 2009 2010
1
Angkatan kerja yang bekerja pada lapangan pekerjaan pertanian (%)
45,46 47,93 47,25 46,50 44,10
2
Kontribusi pertanian dalam PDRB (%)
25,26 24,67 24,46 23,92 23,40 Tanaman pangan dan
hortikultura (%)
13,11 12,52 12,56 12,36 12,42
Perkebunan (%) 5,61 5,61 5,45 5,03 5,18
Peternakan (%) 2,03 2,02 1,97 1,97 1,97
Kehutanan (%) 1,50 1,56 1,56 1,50 1,43
Perikanan (%) 3,01 2,96 2,94 2,98 2,81
3
Nilai tukar petani 74,21 75,19 105,09 103,73 105,60
4Produktivitas tenaga kerja
pertanian (Juta Rp)
9,32 8,88 9,13 9,66 -
Sumber: SKPD terkait dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
Dalam sektor pertanian, yang memberikan sumbangan besar terhadap
pembentukan nilai PDRB Sumatera Barat diantaranya adalah sub sektor tanaman
pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Keempat sub sektor ini perlu dikembangkan ke arah peningkatan nilai tambah produknya dengan mendorongnya melangkah ke agroprosesing dan agroindustri.
Pengembangan industri unggulan berbasis produk pertanian rakyat untuk peningkatan kualitas perekonomian Sumatera Barat, juga merupakan upaya peningkatan kesejahteraan petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan dan nelayan.
Komoditas tanaman pangan dan hortikultura merupakan komoditas prospektif untuk dikembangkan mengingat potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, ketersediaan teknologi serta potensi serapan pasar ekspor yang terus meningkat. Produk hortikultura juga merupakan komoditas andalan karena produk ini tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga memenuhi kebutuhan provinsi tetangga.
4.4.2. Peranan Subsektor Perkebunan Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat memiliki potensi yang cukup besar di bidang perkebunan,
karena didukung oleh lahan yang cukup luas dan iklim yang sesuai. Komoditi
unggulan perkebunan Sumatera Barat adalah karet, pala, kelapa sawit, kopi dan
kakao. Usaha di bidang perkebunan cukup kompleks, karena diusahakan oleh
petani kecil (perkebunan rakyat), pengusaha besar swasta dan perkebunan negara
(perkebunan besar). Perkebunan rakyat diusahakan di lahan usaha dengan status
hak milik petani atau kaum ulayat dan umumnya diusahakan oleh pemilik beserta
keluarganya. Rata-rata luas kepemilikan kecil dan tidak merata, sehingga tidak
memenuhi skala ekonomi (economic of scale). Luas tanaman perkebunan di
Sumatera Barat tahun 2008 seluas 728.535 Ha, tahun 2009 menjadi 782.815 Ha
dengan kenaikan seluas 54.280 Ha (7,45 persen). Perkembangan luas dan produksi komoditi utama perkebunan dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Perkembangan Luas dan Produksi Komoditi Utama Perkebunan Tahun 2008-2010 Provinsi Sumatera Barat
No Komoditi Luas (Ha) Produksi (Ton)
2008 2009 2010 2008 2009 2010 1
Kelapa
Sawit 271.903 276.357 290.722 794.167 833.476 962.782 2
Kelapa
Dalam 91.272 91.767 91.672 82.595 85.715 86.459 3 Kopi 22.883 22.986 47.764 33.339 37.991 37.621 4
Kayu
Manis 38.566 38.741 38.701 36.648 19.827 19.782 5 Cengkeh 6.954 6.987 6.997 1.741 1.749 1.717 6 Gambir 19.663 18.335 18.910 13.930 13.932 13.919 7 Kakao 61.464 84.254 101.014 32.359 40.250 49.769 8 Karet 151.032 166.719 175.985 103.880 133.816 134.401 9 Pinang 9.035 9.007 9.077 4.655 4.834 4.845
10 Nilam 2.976 2.997 3.880 396 397 416
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015
4.4.3. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Sumatera Barat
Pada tahun 1979 status pengusahaan perkebunan kelapa sawit terbentuk menjadi tiga, yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Berdasarkan data PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Persero, perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat dimulai pada tahun 1982 dengan luas tanah 1.210 Ha yang kemudian tanah tersebut dibuat untuk persiapan pembibitan pada tahun 2005.
Luas perkebunan kelapa sawit Provinsi Sumatera Barat berkembang dari
271.903 Ha (2008) menjadi 290.722 Ha (2010). Perkembangan luas areal yang
dimiliki oleh masing-masing pengusahaan, yaitu Perkebunan Rakyat (PR) dari
121.965 ha menjadi 128.332 ha, Perkebunan Besar Negara dari 5.671 ha menjadi
6.685 ha dan Perkebunan Besar Swasta dari 144.267 ha menjadi 155.705 ha.
Perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera Barat tahun 2006- 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Barat Tahun 2008-2012 (Ha)
Tahun PR PBN PBS Jumlah
2008 121.965 5.671 144.267 271.903
2009 126.845 5.695 144.817 276.357
2010 128.332 6.685 155.705 290.722
2011* 136.032 6.692 169.454 312.178
2012** 136.304 6.698 175.613 318.615
Pertumbuhan (%) 2,72 3,86 4,75 3,86
Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Statistik Perkebunan Kelapa Sawit 2008, 2009-2011, 2010-2012
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun 2008 sampai tahun 2010 baik untuk perkebunan rakyat, perkebunan besar negara maupun perkebunan besar swasta.
Peningkatan luas areal masing-masing perkebunan mulai tahun 2008-2010 adalah sebesar 2,59 persen untuk perkebunan rakyat, 8,9 persen untuk perkebunan besar negara dan 3,95 persen untuk perkebunan besar swasta. Perubahan peningkatan luas areal perkebunan terbesar adalah perkebunan besar negara dan total pertumbuhan luas perkebunan kelapa sawit secara keseluruhan adalah sebesar 3,42 persen.
Tabel 4.8 juga menjelaskan bahwa perkebunan besar swasta memiliki
pertumbuhan rata-rata per tahun tertinggi, yaitu sebesar 4,75 persen. Hal ini
dikarenakan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan swasta baik yang
menanamkan modalnya untuk perkebunan kelapa sawit maupun perusahaan- perusahaan swasta yang memperluas lahan perkebunannya dengan membeli lahan perkebunan miliki rakyat atau petani kecil.
4.4.4. Keadaan Tanaman, Produksi dan Penyerapan Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Barat
Berdasarkan Tabel 4.9, dapat dijelaskan bahwa jumlah luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perubahan yang cukup besar yakni dari 327.653 Ha pada tahun 2008 menjadi 389.577 Ha pada tahun 2012 (angka estimasi) yang berarti luas areal perkebunan kelapa sawit Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 61.924 mulai tahun 2008 sampai tahun 2012. Hal ini berpengaruh terhadap produksi dan produktivitas kelapa sawit yang masing- masing memiliki peningkatan nilai sebesar 245.095 ton dan 341 kg/Ha selama empat tahun. Perkebunan kelapa sawit juga berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja (petani) pada sektor ini yakni mengalami perubahan peningkatan sebesar 77.292 orang.
Tabel 4.9 juga menjelaskan bahwa dari jenis tanamannya, tanaman belum
menghasilkan (TBM) mempunyai pertumbuhan rata-rata per tahun tertinggi, yaitu
sebesar 5,45 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan kelapa sawit
baik perkebunan rakyat, perkebunan negara maupun perkebunan swasta ingin
meningkatkan produksi kelapa sawit dengan memperluas areal perkebunan yang
kemudian ditanami bibit kelapa sawit. Selain itu, perkebunan kelapa sawit
Sumatera Barat juga mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun yang cukup
tinggi terhadap produksi kelapa sawit dan penyerapan tenaga kerja dengan nilai
masing-masing sebesar 6,41 persen dan 9,11 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa sektor kelapa sawit berpotensi menjadi komoditas yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan dapat menjadi lapangan pekerjaan atau usaha di Provinsi Sumatera Barat.
Tabel 4.9 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Rakyat, Negara dan Swasta serta Jumlah Tenaga Kerja Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Barat Tahun 2008-2012
Keterangan: TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TTM = Tanaman Tidak Menghasilkan 2011*) = Angka Sementara
2012**) = Angka Sangat Sementara
Sumber: Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Tahun 2008, 2009-2011 dan 2010-2012
4.5. Kebijakan Pembangunan Ekonomi dalam Pengembangan Pertanian dan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Sumatera Barat
4.5.1. Kebijakan Pengembangan Pertanian Provinsi Sumatera Barat
Kebijakan umum Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat dalam pengembangan pertanian berbasis kawasan dan komoditi unggulan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan adalah dengan meningkatkan penerapan teknologi dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, merevitalisasi sistem kelembagaan penyuluhan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia petani, membangun sarana dan prasarana pendukung pengembangan wilayah produksi dan cluster agroindustri perdesaan,
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi
(Ton)
Produktivitas (Kg/ Ha)
Jumlah Petani
(TK)
TBM TM TTM Jumlah
2008 55,750 271,903 0 327,653 794,167 2,921 154,484 2009 66,995 277,537 0 344,352 833,476 3,005 206,823 2010 62,633 290,722 57 353,412 962,782 3,312 212,993 2011*) 66,945 312,177 63 379,185 987,251 3,162 227,884 2012**) 70,894 318,616 67 389,577 1,039,262 3,262 231,776 Pertumbuhan
(%) 5,45 3,87 3,87 4,24 6,41 2,60 9,11