5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perancangan Visual 2.1.1. Definisi Desain Grafis
Menurut Landa (2011), desain grafis merupakan bentuk dari komunikasi visual untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Suatu desain grafis akan kuat apabila dapat menyampaikan pesan dengan makna yang besar.
Selain itu, desain grafis harus dapat menginformasi, memotivasi, juga membujuk audience untuk melakukan suatu hal (hal. 2).
Sedangkan menurut Arntson (2011), secara tradisional, desain grafis diartikan sebagai pemecahan masalah komunikasi visual pada permukaan dua dimensi. Namun, saat ini bidang desain grafis meluas dengan adanya pengaplikasian New Media (hal.4). Jadi, dapat disimpulkan bahwa desain grafis merupakan bentuk pemecahan masalah dan penyampaian informasi terkait komunikasi visual.
2.1.2. Elemen-elemen Desain
Menurut Landa (2011), elemen-elemen dalam desain mencakup:
1. Garis
Garis merupakan susunan dari titik yang memanjang. Garis terdiri dari garis
lurus, garis lengkung, dan garis yang membentuk sudut.
6 2. Bentuk
Bentuk merupakan bidang datar dua dimensi. Bentuk pada umumnya dapat diukur tinggi dan lebarnya. Bentuk dasar meliputi segitiga, lingkaran, persegi.
3. Figure/Ground
Figure/Ground dikenal sebagai ruang positif dan ruang negatif. Figure merupakan ruang positif dan Ground dikenal sebagai ruang negatif. Figure pada umumnya lebih mudah terlihat secara langsung dibanding Ground yang tidak langsung terdeteksi mata.
Gambar 2.1. Figure/Ground (Landa, 2011)
Figure pada Gambar 2.1 merupakan dua anak yang sedang
berpegangan tangan. Hal tersebut karena dua anak berpegang tangan lebih
mudah terlihat. Sedangkan Ground merupakan seekor burung.
7 4. Warna
Warna dikenal sebagai hasil dari pantulan cahaya atau warna yang dipantulkan sehingga menghasilkan warna subtraktif. Sedangkan cahaya yang terlihat pada layar komputer disebut sebagai warna digital.
5. Nomenklatur Warna
Elemen dari warna terbagi menjadi hue, value, dan saturation. Hue adalah warna seperti hijau, biru, merah dan sebagainya. Value merupakan tingkat keterangan atau kegelapan pada warna, contohnya merah muda, biru tua, dan lainnya. Sedangkan saturation merupakan tingkat kecerahan atau keburaman suatu warna seperti merah terang.
6. Warna Primer
Warna primer merupakan warna dasar yang terdiri dari red (merah), green (hijau), dan blue (biru). Jika ketiga warna tersebut dicampur, akan menghasilkan warna putih.
7. Pertimbangan Teknis
Merupakan bentuk dari ketelitian dalam penggunaan warna secara digital
menjadi cetak. Perlu adanya pengetahuan mengenai sistem warna CMYK
(Cyan Magenta Yellow Key) untuk proses cetak. Selain CMYK, penggunaan
jenis warna Pantone juga digunakan untuk mendapatkan warna yang lebih
akurat saat proses cetak.
8 8. Tekstur
Merupakan bentuk kualitas sentuhan yang dapat dirasakan secara langsung maupun hanya sebatas visual. Tekstur terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Tekstur tactile (dapat dirasakan oleh indra peraba secara langsung) dan tekstur visual (hanya bisa dilihat, namun audience dapat merasakan tekstur secara tidak langsung) (hal.16-23).
2.1.3. Prinsip-prinsip Desain
Menurut Landa (2011), desainer menggunakan prinsip-prinsip sebagai dasar dari desain yang dirancang. Prinsip-prinsip tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Prinsip-prinsip tersebut terbagi menjadi:
1. Format
Format merupakan perimeter yang telah ditentukan serta ukuran bidang dari sebuah desain. Format umumnya telah ditentukan sebelum proses mendesain berjalan. Beberapa jenis format memiliki ukuran standar masing-masing.
2. Balance
Keseimbangan dalam desain diciptakan oleh bobot visual yang sama antar elemen penyusun. Desain yang seimbang akan menimbulkan kesan harmoni untuk audience.
3. Visual Hierarchy
Prinsip hirarki visual merupakan kunci utama untuk menjalankan fungsi
desain dalam mengkomunikasikan informasi. Prinsip ini mengatur
penempatan informasi yang terkandung dalam suatu desain sehingga
informasi dapat tersampaikan dengan baik. Pada dasarnya desainer
9 menentukan elemen grafis mana atau informasi apa yang akan dilihat audiens pertama kali, kedua, ketiga, dan seterusnya.
4. Emphasis
Setiap desain terdapat elemen yang perlu lebih ditonjolkan dibanding elemen desain lain. Untuk membantu menjalankan hirarki visual, diperlukan bantuan dari emphasis (penekanan) pada elemen visual tertentu hingga audiens bisa mengerti alur suatu informasi.
5. Rhythm
Ritme merupakan susunan dari pengulangan dan variasi elemen-elemen visual pada interval yang ditentukan. Terdapat beberapa faktor pendukung terbentuknya ritme dalam desain yang terdiri dari: warna, tekstur, angka, penekanan, dan keseimbangan.
6. Unity
Merupakan tata letak elemen-elemen visual yang saling berkesinambungan,
sehingga audiens dapat melihat keseluruhan elemen-elemen visual dalam
suatu desain sebagai kesatuan yang utuh. Desain dengan prinsip Unity
cenderung lebih menarik perhatian bagi audiens. Hal ini terkait hukum
Prägnanz yang menyatakan bahwa manusia cenderung melihat sesuatu hal
secara keseluruhan dalam keteraturan dan kesederhanaan.
10 7. Laws of Perceptual Organization
Gambar 2.2. Laws of Perceptual Organization (Landa, 2011)
Prinsip ini mencakup:
a. Similarity
Elemen-elemen yang memiliki kesamaan karakteristik dikelompokkan bersama. Karakterisik tersebut terdiri dari bentuk, tekstur, warna, dan arah.
b. Proximity
Elemen-elemen yang berdekatan dikelompokkan bersama.
c. Continuity
Elemen berkelanjutan dari elemen sebelumnya dikelompokkan bersama.
d. Closure
Elemen-elemen visual yang tersusun menjadi suatu bentuk baru yang teratur, dikelompokkan bersama.
e. Common Fate
Elemen-elemen yang memiliki arah yang sama dikelompokkan bersama.
11 f. Continuing line
Susunan garis-garis yang terputus dikelompokkan bersama. Saat sebuah garis terputus, audiens akan melihat secara keseluruhan garis dibanding melihat dua bagian yang terpisah (hal. 24-31).
2.2. Promosi
2.2.1. Definisi Promosi
Menurut Minahan & Ogden-Barnes (2015), Promosi adalah cara untuk memaksimalkan konsumsi dan memberikan manfaat tertentu. Dalam hal ini, perancang harus mempertimbangkan tingkat kerumitan dalam pemahaman, penafsiran, dan respon dari target. Perancang harus mengetahui sangat detail dalam perencanaan dan eksekusi untuk menjadi gerakan yang berhasil. (hal.18)
Hal ini didukung dengan pernyataan Mullin (2010) bahwa promosi dapat membantu perubahan dalam kebiasaan. Teknik persuasi dalam mencoba memberikan kesempatan untuk mengalami sebuah produk atau jasa tertentu dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan pengulangan (hal. 19).
2.2.2. Tujuan Promosi
Menurut Mullin (2010), tujuan utama promosi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan volume
Promosi digunakan untuk meningkatkan volume barang dalam pasar. Promosi
yang memperlihatkan insentif dinilai lebih dapat meningkatkan volume barang
dalam pasar (hal. 45).
12 2. Meningkatkan keinginan mencoba
Target potensial mungkin belum pernah mengenal produk atau jasa tertentu sebelumnya atau telah tidak menggunakan dalam jangka waktu yang lama.
Promosi difokuskan dengan memberi alasan logis untuk mencoba suatu hal.
Konsumen yang sebelumnya belum mengenal sebuah produk atau jasa akan bersedia mengonsumsi ulang saat mereka merasa puas (hal. 46).
3. Meningkatkan konsumsi berulang
Saat konsumen telah menyukai suatu produk atau jasa, konsumen tersebut akan terus mengonsumsi secara berkala. Bahkan diharapkan konsumen akan menunggu produk atau jasa baru yang diterbitkan oleh produsen (hal.47).
4. Meningkatkan loyalitas
Loyalitas bersifat lebih subjektif dan personal dibandingkan konsumsi berulang. Loyalitas akan berpengaruh pada hasrat konsumen untuk mengonsumsi walaupun ada pembandingnya (hal.47).
5. Pelebaran penggunaan
Seringkali sebuah produk atau jasa digunakan untuk fungsi-fungsi yang bukan menjadi fungsi utamanya. Taktik yang baik dalam promosi akan mendorong konsumen untuk mencoba cara baru dalam mengonsumsi barang atau jasa.
Dengan cara tersebut, penggunaan barang atau jasa akan menjadi konsumsi berulang (hal.48).
6. Menciptakan ketertarikan
Menciptakan ketertarikan memiliki arti mempertahankan minat konsumen
terhadap produk atau jasa produsen. Hal ini membutuhkan perubahan dengan
13 menciptakan sesuatu yang baru untuk menjaga antusias konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Contohnya adalah menjadi yang pertama dalam memperkenalkan sebuah produk, bekerjasama dengan figur tertentu, menemukan cara berbeda dalam melakukan sesuatu agar lebih menyenangkan bagi konsumen (hal.49).
7. Meningkatkan awareness (kepedulian)
Saat mengenalkan sesuatu yang baru atau meluncurkan ulang, membangun kesadaran atau kepedulian adalah kuncinya. Hal ini merupakan tantangan untuk mengontrol minat konsumer agar tetap mengenali sebuah produk atau jasa (hal.50).
8. Mengalihkan perhatian
Sebuah promosi juga harus menjadi pengalihan terhadap beberapa hal seperti harga. Hal ini harus difokuskan dengan membahas kualitas, performa, brand identity, dan loyalitas. Dengan hal-hal tersebut, konsumer akan dapat bersaing lebih efektif dan mendapatkan margin yang menarik (hal.51).
9. Mendapatkan dukungan perantara
Salah satu tujuan dari promosi merupakan mendapatkan dukungan dari
konsumer yang puas atau menyukai suatu produk atau jasa. Hal ini akan
memberi perkembangan melalui satu konsumer kepada calon konsumer
lainnya (hal.51).
14 2.2.3. Jenis-jenis Promosi
Menurut Mullin (2010), terdapat empat kategori jenis promosi:
1. Advertising
Jenis ini akan menggunakan media berbayar melalui broadcast, media cetak, dan new media. Selain itu, periklanan outdoor seperti ambient media atau poster juga termasuk pada jenis ini (hal.30).
2. Publicity (PR)
Informasi dan opini dikenalkan oleh pihak ketiga. Hal ini akan menjadi sangat kuat dengan memanfaatkan figur-figur tertentu dalam mengenalkan produk atau jasa (hal.30).
3. Direct marketing
Hal ini menggunakan metode promosi secara langsung. New media bisa dijadikan media pendukung (hal.30).
4. Sales promotion
Insentif dan tawaran akan mendorong konsumer untuk mengonsumsi produk atau jasa tertentu (hal.30).
2.2.4. Media Promosi
Menurut Ardhi (2013), media dalam promosi dapat menyampaikan informasi
mengenai produk atau jasa kepada konsumen (hal.2). Jenis media promosi dapat
terbagi menjadi:
15 1. Media Cetak Konvensional
Jenis media ini merupakan media dengan mobilitas tinggi karena cenderung mudah ditemukan dimana-mana dan mudah dibawa kemana saja. Contoh media cetak merupakan: flyer, pamflet, dan lain sebagainya.
2. Media Luar Ruang
Merupakan jenis media yang biasa ditempatkan diluar ruang (outdoor). Media ini cenderung memperhatikan geografis agar mendapatkan audience yang tepat sasaran. Berikut merupakan contoh dari media luar ruang:
a. Poster
Merupakan media yang paling sering digunakan dalam memasarkan produk atau jasa. Media ini digunakan dengan visual yang menarik akan lebih efektif dan persuasif.
b. Spanduk
Media ini memiliki momen yang singkat untuk dilihat audience karna letaknya yang ada di sepanjang jalan.
c. Billboard
Media ini dapat dilihat dari kejauhan karena ukurannya yang besar dan juga memiliki segmentasi yang luas.
d. Banner
Merupakan media dengan ukuran setinggi tubuh manusia. Media ini
mudah dipasang dan juga dipindah tempat.
16 3. Media Online
Merupakan teknologi media promosi yang bisa dijangkau dengan penggunaan internet. Media ini memungkinkan penyampaian informasi tanpa harus bertemu langsung. Berikut merupakan contoh media promosi online:
a. Website
Media ini memiliki kapasitas yang besar dalam memuat gambar, teks, maupun video. Sehingga memungkinkan untuk memuat informasi lengkap dalam satu halaman.
b. Web Banner
Media yang digunakan untuk mempromosikan website tertentu dalam website lainnya.
c. Media Sosial
Merupakan jenis media yang paling sering digunakan karna memiliki target yang luas serta dapat menunjukkan interaksi dengan audience.
4. Merchandise
Merupakan media pelengkap yang digunakan sebagai pengaplikasian
promosi. Media ini biasa memuat logo atau ciri khas dari produk atau jasa
yang dipasarkan. Contoh dari media ini merupakan: kaos, mug, kalender, jam
dinding, dan lain sebagainya.
17 2.2.5. ATL (Above The Line), BTL (Below The Line), TTL (Through The
Line)
Menurut Arora (2018), aktivitas marketing dibagi menjadi 3 bagian yaitu ATL (Above the Line), BTL (Below the Line), TTL (Through the Line ) (hal.13).
Pengertiannya sebagai berikut:
1. ATL (Above The Line)
Pada jenis ini, aktivitas marketing dilakukan dengan jangkauan yang lebih luas. Jenis ini digunakan untuk membangun dan mengenalkan merek. Contoh dari ATL merupakan televisi, radio, media cetak (koran, majalah, dan lainnya), billboard, dan lain sebagainya.
2. BTL (Below The Line)
Pada jenis ini, target audiens lebih spesifik, mudah diingat, dan menyasar langsung kepada audiens. Jenis ini berfokus pada program penjualan dibanding membangun citra sebuah merek. Contoh dari BTL merupakan event, sponsorship, dan lain sebagainya.
3. TTL (Through the Line )
Jenis ini merupakan gabungan strategi marketing antara ATL dan BTL.
Contoh dari TTL merupakan social media, event, dan lain sebagainya.
2.3. Iklan
2.3.1. Pengertian Iklan
Menurut Landa (2004), Iklan merupakan pesan spesifik yang digunakan untuk
menginformasi, mempersuasi, mempromosikan, serta memotivasi konsumen
terhadap sebuah merek atau tujuan sosial (hal. 34). Iklan tidak hanya diartikan
18 persuasi secara komersial namun saat ini pengertian iklan diperluas untuk menyelesaikan masalah sosial.
2.3.2. Tujuan Iklan
Menurut Baack & Clow (2015), salah satu tujuan iklan merupakan mempersuasi masyarakat. Persuasi merupakan teknik untuk meyakinkan konsumer terhadap sebuah merek atau tujuan sosial juga mengubah sikap dari konsumer tersebut.
Iklan persuasi lebih menargetkan pola konsumen (hal. 158).
2.3.3. Jenis-jenis Iklan
Menurut Landa (2004), jenis-jenis iklan merupakan sebagai berikut (hal.41):
1. Komersial
Iklan jenis ini menjual merek dengan menginformasikan audiens terhadap merek tersebut, menyampaikan keunggulan, mempromosikan, dan membangun citra merek.
2. Iklan layanan publik atau iklan sosial
Merupakan iklan yang melayani kepentingan publik. Objektif dari jenis iklan ini merupakan untuk mengedukasi dan meningkatkan kepedulian terhadap isu yang berkembang pada masyarakat sehingga dapat mempengaruhi perubahan sikap serta kebiasaan dari masyarakat tersebut.
3. Cause Advertising
Merupakan jenis yang menyerupai iklan layanan publik. Namun jenis ini
digunakan untuk menggalang dana untuk organisasi non-profit. Jenis ini
biasanya diafiliasi oleh korporasi.
19 4. Guerilla Advertising
Merupakan jenis media yang ditempatkan pada media yang tidak berbayar.
Jenis ini biasa ditemukan di ruang public yang seharusnya bukan tempat untuk beriklan seperti trotoar atau dinding.
2.3.4. Teori Persuasi
Menurut Andeerson dalam Putri (2016), komunikasi persuasif merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mengubah perilaku, keyakinan dan juga sikap dari individu atau kelompok tertentu melalui pesan (hal.4). Komunikasi ini bersifat mempengaruhi audiens untuk melakukan hal sesuai dengan yang diharapkan komunikator. Menurut Burgon dan Huffner dalam Putri, pendekatan komunikasi persuasif merupakan sebagai berikut (hal.5):
1. Pendekatan berdasarkan bukti
Pendekatan ini mengangkat data atau fakta yang terjadi sehingga akan menampilkan argumentasi yang valid dan terkesan memiliki ajakan yang kuat.
2. Pendekatan berdasarkan ketakutan
Pendekatan ini mengangkat fenomena yang menakutkan bagi audiens dengan tujuan mengajak audiens untuk menuruti hal yang komunikator sampaikan.
3. Pendekatan berdasarkan humor
Pendekatan ini menggunakan pendekatan humor atau fantasi dengan harapan
audiens akan mengingat pesan tersebut karena mempengaruhi emosi positif
pada audiens.
20 4. Pendekatan berdasarkan diksi
Pendekatan ini mengutamakan penggunaan pilihan kata yang mudah diingat oleh audiens sehingga akan mempegaruhi perubahan sikap audiens.
2.3.5. Strategi Iklan
Menurut Sugiyama dan Andree (2011) berdasarkan perubahan perilaku konsumen terhadap informasi diperlukan model konsumen baru yang dinamakan AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share) (hal 78). Dengan adanya AISAS mekanisme desain akan menarik perhatian konsumen sehingga menimbulkan keinginan untuk membeli atau menggunakan produk dan membangun engagement dengan konsumen. Sugiyama dan Andree (2011) mengungkapkan bahwa cara kerja AISAS diawali dengan konsumen memerhatikan sebuah produk, layanan, atau iklan (attention) dan menimbulkan ketertarikan (interest) untuk mencari informasi lebih lanjut (searches). Selanjutnya jika tahap tersebut berhasil, konsumen akan memiliki keinginan untuk membeli (action) dan akan membagikan pengalaman pada lingkungannya (sharing) (hal.79-80).
2.3.6. Layout Iklan
Menurut Drewniany & Jewler (2008), layout dasar yang dapat diaplikasikan pada
iklan adalah frame, circus, grid, color field, silhouette, copyheavy, type specimen,
picture window,band, axial, dan mondrian. Konsep iklan akan mempengaruhi
pemilihan desain (hal.199).
21
Gambar 2.3. Jenis-jenis Layout Iklan(Drewniany & Jewler, 2008)
Menurut Drewniany & Jewler (2008), Color Field merupakan layout yang digunakan dengan warna dasar berwarna dan kontras. Figur elemen desain ditampilkan dengan proporsi lebih besar dibanding teks. Headline pada desain menggunakan alignment center.
2.3.7. Grid
Menurut Tondreau (2019) Grid digunakan sebagai pengatur ruang dan letak
informasi dalam sebuah desain kepada audience. Grid akan membantu
membentuk alur informasi pada media. Jenis grid terdiri dari:
22
Gambar 2.4. Single-column Grid(Tondreau, 2019)
1. Single-column Grid: Grid jenis ini sering digunakan pada media dengan teks yang banyak. Fitur utama dari jenis ini merupakan blok teks. Oleh karena itu jenis grid ini biasa digunakan pada esai, laporan dan buku.
Gambar 2.5. Two-column Grid (Tondreau, 2019)
2. Two-column Grid: Grid jenis ini digunakan untuk mengatur teks yang banyak
atau untuk menyajikan informasi dalam kolom terpisah. Grid jenis ini dapat
terdiri dari kolom-kolom yang berukuran sama atau dengan ukuran berbeda.
23 Dalam proporsi ideal, kolom yang berukuran lebih luas memiliki ukuran dua kali lebih besar dari kolom yang berukuran lebih sempit.
Gambar 2.6. Multi-column Grids (Tondreau, 2019)
3. Multi-column Grid: Grid jenis ini lebih flexible dibanding Single-column Grid atau Two-column Grid. Jumlah kolom dari jenis ini berjumlah lebih dari dua kolom. Jenis ini biasa digunakan untuk majalah dan website.
Gambar 2.7. Modular Grids (Tondreau, 2019)
4. Modular Grid: Grid jenis ini digunakan untuk media dengan informasi yang
lebih kompleks. Jenis ini biasa digunakan pada koran, kalender, tabel, dan lain
sebagainya. Grid ini menggabungkan kolom vertikal dan horizontal menjadi
kolom yang lebih kecil.
24
Gambar 2.8. Hierarchical Grids(Tondreau, 2019)
5. Hierarchical Grid: Jenis ini terbagi menjadi beberapa zona hirarki.
Komposisi dari jenis ini tersusun terdiri dari kolom horizontal. Contoh penggunaan dari jenis grid ini merupakan media dengan banyak melibatkan elemen diskrit seperti penggunaan huruf Jepang.
2.3.8. Copywriting
Menurut Bartlett (2015) Copywriting dalam periklanan berguna untuk meyakinkan target audiens terhadap sebuah produk (hal.149). Penyampaian informasi dalam copywriting berguna untuk mengedukasi audiens dengan menggunakan teknik persuasi sehingga audiens dapat merasakan manfaat dari produk yang dipasarkan. Berikut merupakan syarat dalam menyusun copywriting yang baik (hal. 150):
1. Mengenali manfaat dari produk yang berguna untuk target audiens
2. Memerhatikan penawaran pesaing dan membandingkan dengan produk yang ingin dipasarkan
3. Medium tempat produk dipasarkan
4. Batasan waktu dan kendala yang harus dihadapi copywriter
5. Sektor publik yang menjadi target sebuah iklan
25 2.3.9. Illustrasi
Menurut Mahon (2010), ilustrasi merupakan penyampaian pesan yang mungkin lebih sulit untuk berkomunikasi jika menggunakan fotografi. Penggunaan gaya ilustrasi dalam iklan dapat menciptakan visual yang kuat untuk membangun identitas merek. Ilustrasi dapat menyampaikan aspek-aspek yang tidak bisa dijelaskan melalui fotografi (hal 101).
2.3.9.1 Flat Design Illustration
Menurut Pratas (2014), flat design merupakan gaya sederhana dalam menyajikan konten pada audiens sehingga informasi tersampaikan lebih cepat dan mudah.
Ilustrasi dirancang lebih ringkas dan simple dengan menghilangkan beberapa aspek seperti detail serta efek seperti drop shadows dan gradient (hal. 18-21).
Oleh karena itu, dengan adanya flat design illustration, audiens akan lebih mudah menangkap informasi dari sebuah media.
2.3.10. Motion Graphic
Menurut Landa (2011) penggunaan media berbasis animasi seperti motion
graphic memegang peranan penting dalam komunikasi visual. Ilusi yang dimiliki
motion graphic dinilai lebih efektif mempersuasi suatu hal dibanding dengan
internet, perangkat seluler dan lainnya karena terdapat aspek yang perlu
dipertimbangkan seperti konsep, fungsi, bentuk, estetika, arti dan cara
komunikasi. (hlm. 225).
26 2.3.11. Tipografi
Menurut Mahon (2010), pemilihan jenis huruf dalam proses mendesain iklan bermanfaat untuk membangun ekspresi visual. Pemilihan tipografi yang kuat dalam iklan akan memperkuat pesan yang terkandung dalam iklan. Menurut Drewniany & Jewler (2008), jenis-jenis tipografi dibagi menjadi:
Gambar 2.9. Jenis-jenis Tipografi (Drewniany & Jewler, 2008)