• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perancangan Visual 2.1.1. Definisi Desain Grafis

Menurut Landa (2011), desain grafis merupakan bentuk dari komunikasi visual untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Suatu desain grafis akan kuat apabila dapat menyampaikan pesan dengan makna yang besar.

Selain itu, desain grafis harus dapat menginformasi, memotivasi, juga membujuk audience untuk melakukan suatu hal (hal. 2).

Sedangkan menurut Arntson (2011), secara tradisional, desain grafis diartikan sebagai pemecahan masalah komunikasi visual pada permukaan dua dimensi. Namun, saat ini bidang desain grafis meluas dengan adanya pengaplikasian New Media (hal.4). Jadi, dapat disimpulkan bahwa desain grafis merupakan bentuk pemecahan masalah dan penyampaian informasi terkait komunikasi visual.

2.1.2. Elemen-elemen Desain

Menurut Landa (2011), elemen-elemen dalam desain mencakup:

1. Garis

Garis merupakan susunan dari titik yang memanjang. Garis terdiri dari garis

lurus, garis lengkung, dan garis yang membentuk sudut.

(2)

6 2. Bentuk

Bentuk merupakan bidang datar dua dimensi. Bentuk pada umumnya dapat diukur tinggi dan lebarnya. Bentuk dasar meliputi segitiga, lingkaran, persegi.

3. Figure/Ground

Figure/Ground dikenal sebagai ruang positif dan ruang negatif. Figure merupakan ruang positif dan Ground dikenal sebagai ruang negatif. Figure pada umumnya lebih mudah terlihat secara langsung dibanding Ground yang tidak langsung terdeteksi mata.

Gambar 2.1. Figure/Ground (Landa, 2011)

Figure pada Gambar 2.1 merupakan dua anak yang sedang

berpegangan tangan. Hal tersebut karena dua anak berpegang tangan lebih

mudah terlihat. Sedangkan Ground merupakan seekor burung.

(3)

7 4. Warna

Warna dikenal sebagai hasil dari pantulan cahaya atau warna yang dipantulkan sehingga menghasilkan warna subtraktif. Sedangkan cahaya yang terlihat pada layar komputer disebut sebagai warna digital.

5. Nomenklatur Warna

Elemen dari warna terbagi menjadi hue, value, dan saturation. Hue adalah warna seperti hijau, biru, merah dan sebagainya. Value merupakan tingkat keterangan atau kegelapan pada warna, contohnya merah muda, biru tua, dan lainnya. Sedangkan saturation merupakan tingkat kecerahan atau keburaman suatu warna seperti merah terang.

6. Warna Primer

Warna primer merupakan warna dasar yang terdiri dari red (merah), green (hijau), dan blue (biru). Jika ketiga warna tersebut dicampur, akan menghasilkan warna putih.

7. Pertimbangan Teknis

Merupakan bentuk dari ketelitian dalam penggunaan warna secara digital

menjadi cetak. Perlu adanya pengetahuan mengenai sistem warna CMYK

(Cyan Magenta Yellow Key) untuk proses cetak. Selain CMYK, penggunaan

jenis warna Pantone juga digunakan untuk mendapatkan warna yang lebih

akurat saat proses cetak.

(4)

8 8. Tekstur

Merupakan bentuk kualitas sentuhan yang dapat dirasakan secara langsung maupun hanya sebatas visual. Tekstur terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

Tekstur tactile (dapat dirasakan oleh indra peraba secara langsung) dan tekstur visual (hanya bisa dilihat, namun audience dapat merasakan tekstur secara tidak langsung) (hal.16-23).

2.1.3. Prinsip-prinsip Desain

Menurut Landa (2011), desainer menggunakan prinsip-prinsip sebagai dasar dari desain yang dirancang. Prinsip-prinsip tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Prinsip-prinsip tersebut terbagi menjadi:

1. Format

Format merupakan perimeter yang telah ditentukan serta ukuran bidang dari sebuah desain. Format umumnya telah ditentukan sebelum proses mendesain berjalan. Beberapa jenis format memiliki ukuran standar masing-masing.

2. Balance

Keseimbangan dalam desain diciptakan oleh bobot visual yang sama antar elemen penyusun. Desain yang seimbang akan menimbulkan kesan harmoni untuk audience.

3. Visual Hierarchy

Prinsip hirarki visual merupakan kunci utama untuk menjalankan fungsi

desain dalam mengkomunikasikan informasi. Prinsip ini mengatur

penempatan informasi yang terkandung dalam suatu desain sehingga

informasi dapat tersampaikan dengan baik. Pada dasarnya desainer

(5)

9 menentukan elemen grafis mana atau informasi apa yang akan dilihat audiens pertama kali, kedua, ketiga, dan seterusnya.

4. Emphasis

Setiap desain terdapat elemen yang perlu lebih ditonjolkan dibanding elemen desain lain. Untuk membantu menjalankan hirarki visual, diperlukan bantuan dari emphasis (penekanan) pada elemen visual tertentu hingga audiens bisa mengerti alur suatu informasi.

5. Rhythm

Ritme merupakan susunan dari pengulangan dan variasi elemen-elemen visual pada interval yang ditentukan. Terdapat beberapa faktor pendukung terbentuknya ritme dalam desain yang terdiri dari: warna, tekstur, angka, penekanan, dan keseimbangan.

6. Unity

Merupakan tata letak elemen-elemen visual yang saling berkesinambungan,

sehingga audiens dapat melihat keseluruhan elemen-elemen visual dalam

suatu desain sebagai kesatuan yang utuh. Desain dengan prinsip Unity

cenderung lebih menarik perhatian bagi audiens. Hal ini terkait hukum

Prägnanz yang menyatakan bahwa manusia cenderung melihat sesuatu hal

secara keseluruhan dalam keteraturan dan kesederhanaan.

(6)

10 7. Laws of Perceptual Organization

Gambar 2.2. Laws of Perceptual Organization (Landa, 2011)

Prinsip ini mencakup:

a. Similarity

Elemen-elemen yang memiliki kesamaan karakteristik dikelompokkan bersama. Karakterisik tersebut terdiri dari bentuk, tekstur, warna, dan arah.

b. Proximity

Elemen-elemen yang berdekatan dikelompokkan bersama.

c. Continuity

Elemen berkelanjutan dari elemen sebelumnya dikelompokkan bersama.

d. Closure

Elemen-elemen visual yang tersusun menjadi suatu bentuk baru yang teratur, dikelompokkan bersama.

e. Common Fate

Elemen-elemen yang memiliki arah yang sama dikelompokkan bersama.

(7)

11 f. Continuing line

Susunan garis-garis yang terputus dikelompokkan bersama. Saat sebuah garis terputus, audiens akan melihat secara keseluruhan garis dibanding melihat dua bagian yang terpisah (hal. 24-31).

2.2. Promosi

2.2.1. Definisi Promosi

Menurut Minahan & Ogden-Barnes (2015), Promosi adalah cara untuk memaksimalkan konsumsi dan memberikan manfaat tertentu. Dalam hal ini, perancang harus mempertimbangkan tingkat kerumitan dalam pemahaman, penafsiran, dan respon dari target. Perancang harus mengetahui sangat detail dalam perencanaan dan eksekusi untuk menjadi gerakan yang berhasil. (hal.18)

Hal ini didukung dengan pernyataan Mullin (2010) bahwa promosi dapat membantu perubahan dalam kebiasaan. Teknik persuasi dalam mencoba memberikan kesempatan untuk mengalami sebuah produk atau jasa tertentu dapat meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan pengulangan (hal. 19).

2.2.2. Tujuan Promosi

Menurut Mullin (2010), tujuan utama promosi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan volume

Promosi digunakan untuk meningkatkan volume barang dalam pasar. Promosi

yang memperlihatkan insentif dinilai lebih dapat meningkatkan volume barang

dalam pasar (hal. 45).

(8)

12 2. Meningkatkan keinginan mencoba

Target potensial mungkin belum pernah mengenal produk atau jasa tertentu sebelumnya atau telah tidak menggunakan dalam jangka waktu yang lama.

Promosi difokuskan dengan memberi alasan logis untuk mencoba suatu hal.

Konsumen yang sebelumnya belum mengenal sebuah produk atau jasa akan bersedia mengonsumsi ulang saat mereka merasa puas (hal. 46).

3. Meningkatkan konsumsi berulang

Saat konsumen telah menyukai suatu produk atau jasa, konsumen tersebut akan terus mengonsumsi secara berkala. Bahkan diharapkan konsumen akan menunggu produk atau jasa baru yang diterbitkan oleh produsen (hal.47).

4. Meningkatkan loyalitas

Loyalitas bersifat lebih subjektif dan personal dibandingkan konsumsi berulang. Loyalitas akan berpengaruh pada hasrat konsumen untuk mengonsumsi walaupun ada pembandingnya (hal.47).

5. Pelebaran penggunaan

Seringkali sebuah produk atau jasa digunakan untuk fungsi-fungsi yang bukan menjadi fungsi utamanya. Taktik yang baik dalam promosi akan mendorong konsumen untuk mencoba cara baru dalam mengonsumsi barang atau jasa.

Dengan cara tersebut, penggunaan barang atau jasa akan menjadi konsumsi berulang (hal.48).

6. Menciptakan ketertarikan

Menciptakan ketertarikan memiliki arti mempertahankan minat konsumen

terhadap produk atau jasa produsen. Hal ini membutuhkan perubahan dengan

(9)

13 menciptakan sesuatu yang baru untuk menjaga antusias konsumen terhadap suatu produk atau jasa. Contohnya adalah menjadi yang pertama dalam memperkenalkan sebuah produk, bekerjasama dengan figur tertentu, menemukan cara berbeda dalam melakukan sesuatu agar lebih menyenangkan bagi konsumen (hal.49).

7. Meningkatkan awareness (kepedulian)

Saat mengenalkan sesuatu yang baru atau meluncurkan ulang, membangun kesadaran atau kepedulian adalah kuncinya. Hal ini merupakan tantangan untuk mengontrol minat konsumer agar tetap mengenali sebuah produk atau jasa (hal.50).

8. Mengalihkan perhatian

Sebuah promosi juga harus menjadi pengalihan terhadap beberapa hal seperti harga. Hal ini harus difokuskan dengan membahas kualitas, performa, brand identity, dan loyalitas. Dengan hal-hal tersebut, konsumer akan dapat bersaing lebih efektif dan mendapatkan margin yang menarik (hal.51).

9. Mendapatkan dukungan perantara

Salah satu tujuan dari promosi merupakan mendapatkan dukungan dari

konsumer yang puas atau menyukai suatu produk atau jasa. Hal ini akan

memberi perkembangan melalui satu konsumer kepada calon konsumer

lainnya (hal.51).

(10)

14 2.2.3. Jenis-jenis Promosi

Menurut Mullin (2010), terdapat empat kategori jenis promosi:

1. Advertising

Jenis ini akan menggunakan media berbayar melalui broadcast, media cetak, dan new media. Selain itu, periklanan outdoor seperti ambient media atau poster juga termasuk pada jenis ini (hal.30).

2. Publicity (PR)

Informasi dan opini dikenalkan oleh pihak ketiga. Hal ini akan menjadi sangat kuat dengan memanfaatkan figur-figur tertentu dalam mengenalkan produk atau jasa (hal.30).

3. Direct marketing

Hal ini menggunakan metode promosi secara langsung. New media bisa dijadikan media pendukung (hal.30).

4. Sales promotion

Insentif dan tawaran akan mendorong konsumer untuk mengonsumsi produk atau jasa tertentu (hal.30).

2.2.4. Media Promosi

Menurut Ardhi (2013), media dalam promosi dapat menyampaikan informasi

mengenai produk atau jasa kepada konsumen (hal.2). Jenis media promosi dapat

terbagi menjadi:

(11)

15 1. Media Cetak Konvensional

Jenis media ini merupakan media dengan mobilitas tinggi karena cenderung mudah ditemukan dimana-mana dan mudah dibawa kemana saja. Contoh media cetak merupakan: flyer, pamflet, dan lain sebagainya.

2. Media Luar Ruang

Merupakan jenis media yang biasa ditempatkan diluar ruang (outdoor). Media ini cenderung memperhatikan geografis agar mendapatkan audience yang tepat sasaran. Berikut merupakan contoh dari media luar ruang:

a. Poster

Merupakan media yang paling sering digunakan dalam memasarkan produk atau jasa. Media ini digunakan dengan visual yang menarik akan lebih efektif dan persuasif.

b. Spanduk

Media ini memiliki momen yang singkat untuk dilihat audience karna letaknya yang ada di sepanjang jalan.

c. Billboard

Media ini dapat dilihat dari kejauhan karena ukurannya yang besar dan juga memiliki segmentasi yang luas.

d. Banner

Merupakan media dengan ukuran setinggi tubuh manusia. Media ini

mudah dipasang dan juga dipindah tempat.

(12)

16 3. Media Online

Merupakan teknologi media promosi yang bisa dijangkau dengan penggunaan internet. Media ini memungkinkan penyampaian informasi tanpa harus bertemu langsung. Berikut merupakan contoh media promosi online:

a. Website

Media ini memiliki kapasitas yang besar dalam memuat gambar, teks, maupun video. Sehingga memungkinkan untuk memuat informasi lengkap dalam satu halaman.

b. Web Banner

Media yang digunakan untuk mempromosikan website tertentu dalam website lainnya.

c. Media Sosial

Merupakan jenis media yang paling sering digunakan karna memiliki target yang luas serta dapat menunjukkan interaksi dengan audience.

4. Merchandise

Merupakan media pelengkap yang digunakan sebagai pengaplikasian

promosi. Media ini biasa memuat logo atau ciri khas dari produk atau jasa

yang dipasarkan. Contoh dari media ini merupakan: kaos, mug, kalender, jam

dinding, dan lain sebagainya.

(13)

17 2.2.5. ATL (Above The Line), BTL (Below The Line), TTL (Through The

Line)

Menurut Arora (2018), aktivitas marketing dibagi menjadi 3 bagian yaitu ATL (Above the Line), BTL (Below the Line), TTL (Through the Line ) (hal.13).

Pengertiannya sebagai berikut:

1. ATL (Above The Line)

Pada jenis ini, aktivitas marketing dilakukan dengan jangkauan yang lebih luas. Jenis ini digunakan untuk membangun dan mengenalkan merek. Contoh dari ATL merupakan televisi, radio, media cetak (koran, majalah, dan lainnya), billboard, dan lain sebagainya.

2. BTL (Below The Line)

Pada jenis ini, target audiens lebih spesifik, mudah diingat, dan menyasar langsung kepada audiens. Jenis ini berfokus pada program penjualan dibanding membangun citra sebuah merek. Contoh dari BTL merupakan event, sponsorship, dan lain sebagainya.

3. TTL (Through the Line )

Jenis ini merupakan gabungan strategi marketing antara ATL dan BTL.

Contoh dari TTL merupakan social media, event, dan lain sebagainya.

2.3. Iklan

2.3.1. Pengertian Iklan

Menurut Landa (2004), Iklan merupakan pesan spesifik yang digunakan untuk

menginformasi, mempersuasi, mempromosikan, serta memotivasi konsumen

terhadap sebuah merek atau tujuan sosial (hal. 34). Iklan tidak hanya diartikan

(14)

18 persuasi secara komersial namun saat ini pengertian iklan diperluas untuk menyelesaikan masalah sosial.

2.3.2. Tujuan Iklan

Menurut Baack & Clow (2015), salah satu tujuan iklan merupakan mempersuasi masyarakat. Persuasi merupakan teknik untuk meyakinkan konsumer terhadap sebuah merek atau tujuan sosial juga mengubah sikap dari konsumer tersebut.

Iklan persuasi lebih menargetkan pola konsumen (hal. 158).

2.3.3. Jenis-jenis Iklan

Menurut Landa (2004), jenis-jenis iklan merupakan sebagai berikut (hal.41):

1. Komersial

Iklan jenis ini menjual merek dengan menginformasikan audiens terhadap merek tersebut, menyampaikan keunggulan, mempromosikan, dan membangun citra merek.

2. Iklan layanan publik atau iklan sosial

Merupakan iklan yang melayani kepentingan publik. Objektif dari jenis iklan ini merupakan untuk mengedukasi dan meningkatkan kepedulian terhadap isu yang berkembang pada masyarakat sehingga dapat mempengaruhi perubahan sikap serta kebiasaan dari masyarakat tersebut.

3. Cause Advertising

Merupakan jenis yang menyerupai iklan layanan publik. Namun jenis ini

digunakan untuk menggalang dana untuk organisasi non-profit. Jenis ini

biasanya diafiliasi oleh korporasi.

(15)

19 4. Guerilla Advertising

Merupakan jenis media yang ditempatkan pada media yang tidak berbayar.

Jenis ini biasa ditemukan di ruang public yang seharusnya bukan tempat untuk beriklan seperti trotoar atau dinding.

2.3.4. Teori Persuasi

Menurut Andeerson dalam Putri (2016), komunikasi persuasif merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mengubah perilaku, keyakinan dan juga sikap dari individu atau kelompok tertentu melalui pesan (hal.4). Komunikasi ini bersifat mempengaruhi audiens untuk melakukan hal sesuai dengan yang diharapkan komunikator. Menurut Burgon dan Huffner dalam Putri, pendekatan komunikasi persuasif merupakan sebagai berikut (hal.5):

1. Pendekatan berdasarkan bukti

Pendekatan ini mengangkat data atau fakta yang terjadi sehingga akan menampilkan argumentasi yang valid dan terkesan memiliki ajakan yang kuat.

2. Pendekatan berdasarkan ketakutan

Pendekatan ini mengangkat fenomena yang menakutkan bagi audiens dengan tujuan mengajak audiens untuk menuruti hal yang komunikator sampaikan.

3. Pendekatan berdasarkan humor

Pendekatan ini menggunakan pendekatan humor atau fantasi dengan harapan

audiens akan mengingat pesan tersebut karena mempengaruhi emosi positif

pada audiens.

(16)

20 4. Pendekatan berdasarkan diksi

Pendekatan ini mengutamakan penggunaan pilihan kata yang mudah diingat oleh audiens sehingga akan mempegaruhi perubahan sikap audiens.

2.3.5. Strategi Iklan

Menurut Sugiyama dan Andree (2011) berdasarkan perubahan perilaku konsumen terhadap informasi diperlukan model konsumen baru yang dinamakan AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share) (hal 78). Dengan adanya AISAS mekanisme desain akan menarik perhatian konsumen sehingga menimbulkan keinginan untuk membeli atau menggunakan produk dan membangun engagement dengan konsumen. Sugiyama dan Andree (2011) mengungkapkan bahwa cara kerja AISAS diawali dengan konsumen memerhatikan sebuah produk, layanan, atau iklan (attention) dan menimbulkan ketertarikan (interest) untuk mencari informasi lebih lanjut (searches). Selanjutnya jika tahap tersebut berhasil, konsumen akan memiliki keinginan untuk membeli (action) dan akan membagikan pengalaman pada lingkungannya (sharing) (hal.79-80).

2.3.6. Layout Iklan

Menurut Drewniany & Jewler (2008), layout dasar yang dapat diaplikasikan pada

iklan adalah frame, circus, grid, color field, silhouette, copyheavy, type specimen,

picture window,band, axial, dan mondrian. Konsep iklan akan mempengaruhi

pemilihan desain (hal.199).

(17)

21

Gambar 2.3. Jenis-jenis Layout Iklan

(Drewniany & Jewler, 2008)

Menurut Drewniany & Jewler (2008), Color Field merupakan layout yang digunakan dengan warna dasar berwarna dan kontras. Figur elemen desain ditampilkan dengan proporsi lebih besar dibanding teks. Headline pada desain menggunakan alignment center.

2.3.7. Grid

Menurut Tondreau (2019) Grid digunakan sebagai pengatur ruang dan letak

informasi dalam sebuah desain kepada audience. Grid akan membantu

membentuk alur informasi pada media. Jenis grid terdiri dari:

(18)

22

Gambar 2.4. Single-column Grid

(Tondreau, 2019)

1. Single-column Grid: Grid jenis ini sering digunakan pada media dengan teks yang banyak. Fitur utama dari jenis ini merupakan blok teks. Oleh karena itu jenis grid ini biasa digunakan pada esai, laporan dan buku.

Gambar 2.5. Two-column Grid (Tondreau, 2019)

2. Two-column Grid: Grid jenis ini digunakan untuk mengatur teks yang banyak

atau untuk menyajikan informasi dalam kolom terpisah. Grid jenis ini dapat

terdiri dari kolom-kolom yang berukuran sama atau dengan ukuran berbeda.

(19)

23 Dalam proporsi ideal, kolom yang berukuran lebih luas memiliki ukuran dua kali lebih besar dari kolom yang berukuran lebih sempit.

Gambar 2.6. Multi-column Grids (Tondreau, 2019)

3. Multi-column Grid: Grid jenis ini lebih flexible dibanding Single-column Grid atau Two-column Grid. Jumlah kolom dari jenis ini berjumlah lebih dari dua kolom. Jenis ini biasa digunakan untuk majalah dan website.

Gambar 2.7. Modular Grids (Tondreau, 2019)

4. Modular Grid: Grid jenis ini digunakan untuk media dengan informasi yang

lebih kompleks. Jenis ini biasa digunakan pada koran, kalender, tabel, dan lain

sebagainya. Grid ini menggabungkan kolom vertikal dan horizontal menjadi

kolom yang lebih kecil.

(20)

24

Gambar 2.8. Hierarchical Grids

(Tondreau, 2019)

5. Hierarchical Grid: Jenis ini terbagi menjadi beberapa zona hirarki.

Komposisi dari jenis ini tersusun terdiri dari kolom horizontal. Contoh penggunaan dari jenis grid ini merupakan media dengan banyak melibatkan elemen diskrit seperti penggunaan huruf Jepang.

2.3.8. Copywriting

Menurut Bartlett (2015) Copywriting dalam periklanan berguna untuk meyakinkan target audiens terhadap sebuah produk (hal.149). Penyampaian informasi dalam copywriting berguna untuk mengedukasi audiens dengan menggunakan teknik persuasi sehingga audiens dapat merasakan manfaat dari produk yang dipasarkan. Berikut merupakan syarat dalam menyusun copywriting yang baik (hal. 150):

1. Mengenali manfaat dari produk yang berguna untuk target audiens

2. Memerhatikan penawaran pesaing dan membandingkan dengan produk yang ingin dipasarkan

3. Medium tempat produk dipasarkan

4. Batasan waktu dan kendala yang harus dihadapi copywriter

5. Sektor publik yang menjadi target sebuah iklan

(21)

25 2.3.9. Illustrasi

Menurut Mahon (2010), ilustrasi merupakan penyampaian pesan yang mungkin lebih sulit untuk berkomunikasi jika menggunakan fotografi. Penggunaan gaya ilustrasi dalam iklan dapat menciptakan visual yang kuat untuk membangun identitas merek. Ilustrasi dapat menyampaikan aspek-aspek yang tidak bisa dijelaskan melalui fotografi (hal 101).

2.3.9.1 Flat Design Illustration

Menurut Pratas (2014), flat design merupakan gaya sederhana dalam menyajikan konten pada audiens sehingga informasi tersampaikan lebih cepat dan mudah.

Ilustrasi dirancang lebih ringkas dan simple dengan menghilangkan beberapa aspek seperti detail serta efek seperti drop shadows dan gradient (hal. 18-21).

Oleh karena itu, dengan adanya flat design illustration, audiens akan lebih mudah menangkap informasi dari sebuah media.

2.3.10. Motion Graphic

Menurut Landa (2011) penggunaan media berbasis animasi seperti motion

graphic memegang peranan penting dalam komunikasi visual. Ilusi yang dimiliki

motion graphic dinilai lebih efektif mempersuasi suatu hal dibanding dengan

internet, perangkat seluler dan lainnya karena terdapat aspek yang perlu

dipertimbangkan seperti konsep, fungsi, bentuk, estetika, arti dan cara

komunikasi. (hlm. 225).

(22)

26 2.3.11. Tipografi

Menurut Mahon (2010), pemilihan jenis huruf dalam proses mendesain iklan bermanfaat untuk membangun ekspresi visual. Pemilihan tipografi yang kuat dalam iklan akan memperkuat pesan yang terkandung dalam iklan. Menurut Drewniany & Jewler (2008), jenis-jenis tipografi dibagi menjadi:

Gambar 2.9. Jenis-jenis Tipografi (Drewniany & Jewler, 2008)

1. Serif

Huruf dalam font serif memiliki goresan horizontal pada bagian ujung atas dan bawah tiap huruf. Jenis font yang paling umum dari jenis ini adalah Palatino, Goudi, Bookman, Caslon, Bodoni, dan Garamond.

2. Sans serif

Huruf jenis ini tidak memiliki serif. Jenis ini memberikan kesan modern dan geometris. Jenis font yang paling umum dari jenis ini merupakan Helvetica, Futura, Gilli Sans, dan lainnya.

3. Script

Jenis font ini menyerupai tulisan tangan. Font ini pada umumnya

menyambung antar huruf. Jenis font yang paling umum adalah Zapf Chancery

dan Freestyle Script.

(23)

27 4. Cursive

Cursive font memiliki tampilan yang menyerupai script namun jenis ini tidak menyambung antar huruf. Jenis font yang paling umum adalah Reporter No. 2.

5. Text letter

Jenis ini biasa dikenal sebagai Black Letter Font. Jenis ini cukup sulit untuk dibaca dan hanya digunakan pada situasi tertentu seperti judul koran. Jenis font yang paling umum merupakan Old English.

6. Novelty

Jenis ini tidak bisa masuk dalam kategori sebelumnya karena bentuk yang lebih beragam dan tidak biasa. Jenis ini baik digunakan sebagai headline atau dalam penggunaan logo tertentu untuk menunjukan ekspresi tertentu.

2.4. Anak

2.4.1. Perkembangan Anak

Perkembangan anak secara kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi. Perkembangan ini juga meliputi perkembangan intelektual. Menurut Piaget dalam Marliani (2016), perkembangan kognitif dibagi menjadi:

1. Sensori motor (usia 0-2 tahun)

Tahap ini meliputi perkembangan terhadap pancaindra (sensori). Hal yang dilakukan merupakan keinginan untuk mengetahui reaksi dari yang diperbuat.

Pada usia ini anak belum mengenal motivasi untuk melakukan suatu hal,

semata-mata hanya ingin mencari sebab akibat dari perbuatannya.

(24)

28 2. Pra operasional (usia 2-7 tahun)

Anak cenderung mengalami egosentris karena belum bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Pada usia ini anak meniru perbuatan orang yang ada di sekitarnya. Pada usia ini anak mulai mengenal motivasi walau belum bisa memikirkan hal yang rumit.

3. Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)

Pada usia ini anak mulai meninggalkan sifat egosentris yang ada pada tahap sebelumnya. Anak mulai berpikir sistematis dan dapat dimotivasi. Anak cenderung bisa berpikir logis dan menentukan pilihan sendiri.

4. Operasional Formal (usia 11 tahun keatas)

Pada tahapan usia ini, anak telah dapat berpikir secara analitis secara konkret ataupun abstrak. Pada tahapan ini anak mulai bisa memecahkan masalah secara teoritis.

2.5 Lagu Anak

2.5.1 Pengertian Lagu Anak

Pengertian Lagu menurut Tavini (2018) merupakan bentuk musik yang disajikan

dengan lirik lagu sebagai penyampai pesan didalamnya. Pendengar lebih mudah

mendapatkan pesan melalui musik termasuk anak-anak. Karena itu, lagu anak

dapat dikategorikan sebagai sarana media pembelajaran untuk anak-anak. (hal.4)

(25)

29 2.5.2 Manfaat Lagu Anak

Tavini (2018) menyatakan bahwa manfaat lagu anak merupakan media yang tepat dalam pembentukan karakter, intelegensi, kecerdasan serta pertumbuhan moral anak. Dengan musik bermuatan positif dan edukatif, anak sebagai pendengar akan terpengaruh secara psikologis dan moralitas. (hal.5)

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Djohan dalam Alimuddin (2015) yang menyimpulkan bahwa lagu anak merupakan sarana edukatif. Mendengarkan lagu anak dapat menjadi pengembangan memori dan konsentrasi. Selain itu, lagu anak bermanfaat dalam melatih artikulasi dan bahasa saat dinyanyikan. (hal.112)

2.5.3 Visualisasi dalam Lagu

Menurut Whitney (1980) manusia cenderung akan lebih menikmati musik dengan bantuan visual karena pada saat yang bersamaan kedua indera (telinga dan mata) saling merasakan kebahagiaan (hlm. 14). Visual menambah daya tarik dan dapat membantu imajinasi untuk mengerti makna atau edukasi dalam sebuah lagu.

Dengan adanya visual, audience lebih mudah mencerna pesan yang terkandung

dalam sebuah lagu.

Gambar

Gambar 2.1. Figure/Ground   (Landa, 2011)
Gambar 2.2. Laws of Perceptual Organization    (Landa, 2011)
Gambar 2.5. Two-column Grid   (Tondreau, 2019)
Gambar 2.6. Multi-column Grids   (Tondreau, 2019)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melalui metode demonstrasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dari yang sekedar memberikan pengetahuan yang sudah diterima begitu saja oleh peserta didik,

Hubungan ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai rantai yaitu setelah pakan dari lambung masuk ke usus selanjutnya diikuti dengan produksi enzim protease dan pada

- Struktur gedung beraturan dapat direncakan terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam arah masing- masing sumbu utama denah struktur

Ayam bekisar, kampung, bangkok, kate, dan G.varius memiliki waveform yang terdiri atas 2 elemen yaitu suara depan (I st waveform) dan suara belakang (2 nd waveform) yang

Adapun kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita meliputi rang- kaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni: (1) salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa

Sumber: Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngawi Source: Cooperative, Industrial and Trade Services of Ngawi Regency. Tabel/Table 7.2.1 Number of New

Hasil penelitian ini juga diperlukan adanya perhatian dari Kepala Kantor Pentanahan Kabupaten Pangandaran dalam memberikan motivasi kepada para pegawai dengan

PROSEDUR IDENTIFIKASI REKENING KEUANGAN BARU Mengumpulkan dan Memvalidasi dokumen • Memperoleh pernyataan diri dan Mengonfirmasi kewajaran dari pernyataan diri tersebut dengan