• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang berhasil di suatu bangsa merupakan keberhasilan bangsa tersebut dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Maka upaya yang dilakukan adalah melalui pendidikan guna mencetak sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan kecerdasan intelektual dan berbudaya. Sumber daya manusia telah menjadi sorotan utama dalam sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) yang sesungguhnya merupakan suatu mata rantai dari upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas nasional dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1988 disebutkan bahwa:

Pengembangan sumber daya manusia ditunjukan untuk mewujudkan manusia pembangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil, mandiri dan memiliki rasa kesetiawanan, bekerja keras, produktif, kreatif, inovatif, berdisiplin serta berorintasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan lebih baik.

Proses pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik pendidikan sekolah maupun luar sekolah. pendidikan secara oprasional merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua sebagai pelaksana informal, masyarakat sebagai pelaksana non formal, serta pemerintah dan sekolah sebagai pelaksana formal.

Ketiga unsur penanggung jawab pelaksana pendidikan di atas dikenal dengan

nama tri pusat pendidikan.

(2)

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah merupakan tanggung jawab antara kepala sekolah, guru dan masyarakat. Diperlukan adanya lembaga formal yaitu sekolah. sebagaimana yang dikemukakan oleh Cece Wijaya dan A.

Tabani Rusyan (1991:2) bahwa :

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk terus mendidik siswanya. Untuk itu sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar sebagai realisasi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Sekolah merupakan suatu komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, komponen tesebut adalah kepala sekolah, guru, kurikulum, siswa, fasilitas dan keuangan. Sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan layanan pendidikan berupa belajar dan output atau lulusan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah, oleh karena itu peran administrasi sekolah mempunyai andil besar dalam aktivitas semua personal sekolah.

Setiap lembaga sekolah memiliki program dalam peningkatan mutu dan

layanan pendidikan atau kualitas pendidikan yang ditawarkan pada setiap sekolah,

namun layanan yang berkualitas pada saat ini masih dirasa sangat kurang. Dalam

peningkatan mutu layanan yang berkualitas segala upaya akan dilakukan guna

pencapaian mutu tersebut hingga mencapai standarisasi. Semua ini membutuhkan

adanya manajemen sekolah secara efektif dan efisien, yang didalamnya didukung

oleh komponen-komponen pendukung penyelenggaraan mutu layanan

pendidikan. Jika tidak adanya manajemen pendidikan atau administrasi

pendidikan maka kualitas layanan pendidikan di sekolah dapat dipertanyakan

(3)

tingkat keberhasilannya, dalam hal ini dikemukakan oleh Biro Perencanaan Depdikbud (1993:4) :

Manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, mencerdasarkan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan.

Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Bagian yang integral dari manajemen sekolah yaitu manajemen kesiswaan

atau pengelolaan peserta didik, Manajemen peserta didik, adalah kegiatan yang

bermaksud untuk mengatur bagaimana agar tuntutan dua macam layanan tersebut

dapat dipenuhi di sekolah. Baik layanan yang traksentuasi pada kesamaan

maupun pada perbedaan peserta didik, sama-sama diarahkan agar peserta didik

berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

(4)

Tujuan utama pengelolaan peserta didik adalah untuk meningkatkan prosedur dan instruksional agar memberikan produk belajar yang maksimal pada diri siswa. Disinilah peran kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk mengelola dan melayani kebutuhan siswa, yang disebut juga dengan manajemen kesiswaan.

T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa:

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.

Kekurangan layanan yang diberikan kepada siswa akan mempunyai

pengaruh terhadap keunggulan kemampuan, keterampilan minat, dan bakat yang

dikarenakan sistem pendidikan yang dilaksanakan di sekolah masih kurang

optimal. Pelayanan yang kurang optimal berpengaruh pula kepada potensi peserta

(5)

didik, oleh karena itu dibutuhkannya tenaga-tenaga yang terampil yang mempunyai kemampuan secara profesional dalam manajemen peserta didik.

Layanan kesiswaan dapat dikategorikan kedalam layan intrakulikuler dan ekstrakulikuler, kedua ada dalam suatu sistem pendidikan yang dilaksanakan di persekolahan.

Manajemen kesiswaan adalah upaya dalam kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan yang profesional dari proses perencanaan hingga akhir dari proses evaluasi, agar urusuan kesiswaan berjalan secara lancar dan terprogram dengan baik, upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung disekolah diarahkan untuk mengubah siswa kearah yang lebih positif sebagaimana tujuan dari sistem pendidikan pada suatu sekolah.

Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”

Selain itu pula dikemukakan menurut Baharudin (1990:65) mengatakan bahwa :

Prestasi belajar siswa behubungan dengan tingkat/hasil yang dicapai siswa

dalam mengetahui, memahami, menyikapi atau menguasai suatu pengetahuan

dalam materi tertentu menurut ukuran yang ditetapkan, baik ukuran yang bersifat

kongkrit berupa perolehan nilai prestasi belajar maupun yang bersifat abstrak

berupa perilaku yang ditampilan oleh siswa.

(6)

Prestasi belajar yang dicapai secara optimal dilakukan dengan adanya manajemen kesiswaan secara optimal pula, maka siswa akan mendapatkan hasil interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhi satu sama lain agar mempermudah atau membantu siswa untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

M. Ngalim Purwanto (1998:106) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu :

1. faktor yang ada pada diri organisasi itu sendiri yang disebut faktor individual antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan pribadi.

2. faktor yang ada diluar individu yang biasa disebut faktor sosial, antara lain faktor keluarga, atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Berdasarkan pemaparan hal tersebut, selanjutnya tertarik untuk dikaji dan diteliti dalam bentuk penelitian, sehingga judul penelitian yang ditetapkan adalah : “Kontribusi Manajemen Kesiswaan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri Se-Kota Cilegon”.

B. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas ruang lingkupnya

dan terarah pada tujuan yang ingin dicapai, maka permasalahan tersebut

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

(7)

1. Bagaimanakah kontribusi manajemen kesiswaan di SMK Negari Se-Kota Cilegon?

2. Bagaimanakah prestasi belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Cilegon ? 3. Bagaimana kontribusi manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa

di SMK Negeri Se-Kota Cilegon?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh secara jelas mengenai kontribusi manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa.

Adapun tujuan khusus penelitian ini, yaitu :

1. Untuk memperoleh gambaran secara aktual dan faktual mengenai manajemen kesiswaan di SMK Negeri Se-Kota Cilegon.

2. Untuk memperoleh gambaran yang aktual dan faktual mengenai perstasi belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Cilegon.

3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Cilegon.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi SMK Negeri Se-Kota Cilegon, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi manajemen kesiswaan dan prestasi belajar siswa di SMK Negeri Se-kota Cilegon.

2. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi keilmuan dalam rangka mengembangkan disiplin ilmu

Administrasi Pendidikan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian

(8)

lebih lanjut untuk memperoleh konsep baru mengenai kontribusi manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa.

3. Bagi peneliti, hasil dapat memberikan kepuasan tersendiri, karena dapat menajawab rasa keingintahuan dan keterkaitan penelitian mengenai kontribusi manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi

Asumsi merupakan kebenaran yang tidak diragukan lagi atau tidak perlu diuji lagi. Asumsi digunakan sebagai dasar berpijak pada masalah yang sedang diteliti serta akan memberikan arah, bentuk dan hakikat dalam penyelidikan penganalisaan data baik teoritis maupun praktis.

Menurut Winarno Surakhmad (1994:58) :

Asumsi adalah sesuatu yang dianggap kostan. Asumsi menetapkan faktor- faktor yang diawasi, asumsi dapat berhubungan dengan syarat-syarat, kondisi- kondisi dan tujuan. Asumsi dapat memberikan hakikat-hakikat, bentuk dan arah argumentasi.

Berdasarkan pengertian diatas maka asumsi yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manajemen kesiswaan merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang

dalam pelaksanannya dilimpahkan dan dibantu personil lain. (Sutisna,

1993: 77-78).

(9)

2. Prestasi belajar siswa berhubungan dengan tingkat/hasil yang dicapai siswa dalam mengetahui, memahami, menyikapi atau menguasai suatu pengetahuan dalam materi tertentu menurut ukuran yang ditetapkan, baik ukuran yang bersifat kongkrit berupa perolehan nilai prestasi belajar maupun yang bersifat abstrak berupa perilaku yang ditampilan oleh siswa. (Baharudin 1990:65)

3. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Ngalim Purwanto, 1998:106). Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi dan menentukan kualitas prestasi belajar siswa adalah manajemen sekolah yang mempunyai pengaruh dalam memberikan layanan yang mengoptimalkan prestasi siswa.

4. Kontribusi manajemen kesiswaan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002:62) bahwa : “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat semetara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”

Berdasarkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, maka

dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Terdapat kontribusi

(10)

positif dan signifikan dari manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Cilegon”.

F. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan alur berpikir atau alur penelitian yang dijadikan pola atau landasan berpikir peneliti dalam melakukan penelitian terhadap objek yang dituju. Paradigma berpikir ini penting sekali untuk mengarahkan konsep berpikir peneliti dalam melakukan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Adapun paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1

Hubungan Antara Variable X Terhadap Y Keterangan :

Variabel X = Manajemen Kesiswaan Variabel Y = Prestasi Belajar Siswa

= Pengaruh yang timbul oleh variable X terhadap Y

Dalam gambar diatas, variable X merupakan salah satu fungsi kemunculan variable Y atau keberadaan variabel Y salah satunya dipengaruhi oleh variable X.

melalui penelitian ini akan dilakukan uji statistik sehingga diperoleh skor yang dapat menjelaskan tingkat keberartian hubungan kedua variabel tersebut.

Manajemen Kesiswaan (variable X)

Prestasi Belajar Siswa

(Variable Y)

(11)

Adapun indikator-indikator yang menghendaki kedua variabel penelitian tersebut, yaitu :

1. Variable X (Manajemen Kesiswaan), meliputi : a. Layanan seleksi penerimaan peserta didik baru b. Pengumuman dan daftar ulang peserta didik c. Orientasi siswa

d. Penempatan peserta didik e. Layanan belajar mengajar f. Layanan bimbingan konseling g. Keterampilan dasar

h. Karya ilmiah

i. Lomba kebebakatan/prestasi j. Seminar, lokakarya, dan pameran

2. Variable Y ( Prestasi Belajar Siswa), meliputi : a. Aspek kongnitif

b. Aspek afektif c. Aspek psikomotor G. Definisi Oprasional

Dalam penelitian ini agar tidak terjadi salah pengertian atau kekeliruan

terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian, maka dipandang

perlu untuk menjabarkan istilah variabel tersebut. Definisi operasional variabel

penelitian merupakan batasan pengertian yang dibuat oleh peneliti terhadap

(12)

variabel penelitian sehingga diharapkan terdapat sesuatu kejelasan pemahaman terdapat makna variabel yang dimaksud dalam penelitian. Apapun definisi operasional ini akan diuraikan sebagai berikut :

1. Kontribusi

Menurut Kamus Besar Indonesia Kontribusi adalah sumbangan.

Kontribusi adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu yang berkuasa atau berkekuatan. (Poerwadaminta, 1984:731). Pengaruh dalam hal ini adalah kontribusi manajemen kesiswaan terhadap prestasi belajar siswa di SMK Negeri Se-Kota Cilegon.

2. Manajemen Kesiswaan

Manajemen Kesiswaan adalah pengembangan suatu seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa melalui proses pendidikan di sekolah, baik dalam segi pembelajaran dan pengembangan minat dan bakat siswa yang mengacu pada pelayanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan siswa sebagai pelanggan primer pendidikan. Manajemen Kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan belajar-mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar siswa berhubungan dengan tingkat/hasil yang dicapai

siswa dalam mengetahui, memahami, menyikapi atau menguasai suatu

pengetahuan dalam materi tertentu menurut ukuran yang ditetapkan, baik

(13)

ukuran yang bersifat konkrit berupa perolehan nilai prestasi belajar maupun yang bersifat abstrak berupa perilaku yang ditampilkan oleh siswa.

H. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena metode penelitian adalah cara kerja untuk mengumpulkan data dan kemudian mengolah data sehingga menghasilkan data yang dapat memecahkan masalah.Winarno Surakhmad (1998:131) mengemukakan bahwa :

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk mengkaji serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyeledikan.

Berdasarkan permasalahan penelitian, maka metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dan untuk mendukung serta mempertajam pemecahan masalah, juga dibantu dengan studi bibliografis (studi keputakaan).

2. Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2002:1970) mengemukakan bahwa :

Pengumpulan data meruapakan sebuah prosedur untuk memperoleh

data dalam usaha memecahkan permasalahan dengan menggunakan teknik-

(14)

teknik tertentu sehingga benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik komunikasi tidak langsung yaitu dengan menggunakan angket atau koesioner. Selain itu peneliti juga menggunakan observasi untuk melengkapi dan menunjang data angket.

I. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat pelaksanaan penelitian tersebut dilakukan. Lokasi penelitian ini adalah di SMK Negeri Se-Kota Cilegon, yaitu terdiri dari SMK Negeri 1, 2, dan 3.

2. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang menjadi pusat perhatian penelitian. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda, kejadian, gejala, kasus, waktu, tempat. Populasi dapat berstatus sebagai objek penelitian jika populasi tersebut sebagai substansi yang diteliti. Populasi penelitian dapat berstatus sebagai sumber informasi. Dalam penelitian survey, orang atau sekelompok orang biasanya berfungsi sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya atau fenomena yang berkaitan dengan dirinya. (Ibnu, Mukhadis dan Dasna: 2003).

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi

populasi adalah seluruh guru yang terdapat di SMK Negeri Se-Kota Cilegon.

(15)

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, sesuai dengan pendapat Sugiono (2004:91) yaitu : “sampel adalah sebagaian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Sampel (sampling) dibedakan menjadi dua yaitu random sampling dan non-random sampling. Dalam random (acak) sampling, setiap individu anggota populasi mempunayi kesempatan (probabilitas) yang sama untuk menjadi sampel. Dalam non-random sampling, kesempatan setiap individu anggota populasi menjadi sampel tidak sama. Berikut ini yang termasuk random sampling adalah simpel random sampling (acak sederahana), sistematik random sampling, stratified random sampling (acak stratifiasi atau bertingkat), cluster random sampling (acak rumpun atau kelompok) dan multistage random sampling (acak gabungan berbagai cara). Yang termasuk non-random sampling adalah sampling seenaknya, purposif sampling (sampling bertujuan), quota sampling.

Atas dasar tersebut, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik total smpling atau penelitian ini adalah seluruh siswa

kelas 2 di SMK Negeri Se-Kota Cilegon.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mem- bandingkan kualitas sifat fi sik ransum komplit bentuk wafer yang dibuat pada berbagai komponen hijauan dengan lama penyimpanan yang

Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong menolong dan kita harus bisa menerima

Tahap validasi kedua adalah validasi pengguna dengan aspek yang dinilai meliputi kesesuaian modul dengan KI dan KD, kemampuan modul sebagai alat bantu

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

Tuban, Juli 2013 PENGGUNA ANGGARAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN TUBAN. ttd

Menurut Roberfroid (2005) terjadinya peningkatan penyerapan Ca dan Mg setelah mengkonsumsi inulin tipe fruktan, mekanisme hipotesis yang terjadi adalah: (i) kadar air yang tinggi

Penelitian ini adalah studi kasus pada Konsumen Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Pengumpulan data d iambil dari 100 responden dengan cara menyebarkan kuesioner. Teknik

Di dalam penelitian ini, telah berhasil dilakukan pengkopian/ mentransfer/ menulis ulang program perhitungan COBRA IV-I yang terdiri dari program utama (main program )