• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Oleh: WARDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. Oleh: WARDA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

i ANALISIS KEMIRINGAN LERENG DARI CITRA SATELIT RADAR UNTUK KESESUAIAN PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Havea brasiliensis ) DI DESA HARAPAN, KECAMATAN TANETE RIAJA,

KABUPATEN BARRU

TUGAS AKHIR

Oleh:

WARDA 1722040061

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP 2020

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv PERYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir/skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang perna ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 30 Mei 2020 Yang Menyatakan,

Warda

(5)

v KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan hidayahNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “ANALISIS

KEMIRINGAN LERENG DARI CITRA SATELIT RADAR UNTUK KESESUAIAN PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Havea brasiliensis) DI DESA HARAPAN, KECAMATAN TANETE RIAJA, KABUPATEN BARRU”.

Penulisan Tugas Akhir ini untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

program studi Diploma III Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan di Universitas Politeknik Pertaniaan Negeri Pangkep.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:

1) Kedua Orang Tua yang selalu memberikan kebaikan, keikhlasan, serta pengorbanan baik material maupun non material selama menempuh pendidikan kepada penulis.

2) Bapak Abdul Muthalib, S.P., M.P. sebagai dosen pembimbing pertama dan selaku ketua jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, yang telah bersedia untuk meluankan waktu untuk membimbing, memberiksa, serta memberi petunjuk-petunjuk serta saran dalam penyusunan laporan ini.

(6)

vi 3) Ibu Dr. Nurmiaty, S.P., M.P. sebagai dosen pembimbing kedua yang telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa, serta memberikan petunjuk-petunjuk dalam penyusunan laporan.

4) Bapak Dr. Ir. Darmawan, M. P. sebagai Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

5) Seluruh Dosen dan Teknisi yang telah membimbing serta memberikan materi perkuliahan kepada penulis.

6) Serta kepada sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang ingin memberikan saran positif bagi penulis yang dapat membangun. Dan semoga tulisan ini dapat memberikan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pangkep, 30 Mei 2020

WARDA

(7)

vii DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PERYATAAN... iv

KATA PENGATAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krakteristik Lahan ... 3

2.2 Kelas Kemampuan Lahan ... 4

2.3 Kemiringan Lereng ... 10

2.4 Digital Elevation Modal (DEM)... 11

2.5 Syarat Tumbuh Tanaman Karet ... 13

BAB III. MOTODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 15

3.2 Pelaksanaan Analisis Percobaan ... 15

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil... 18

4.2 Pembahasan ... 24

(8)

viii BAB V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 29

RIWAYAT HIDUP ... 35

(9)

ix DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1. Syarat Tumbuh Tanamaan Karet ... 14 Tabel 4.1. Luas Wilayah Kabupaten Barru berdasarkan Kecamatan... 19 Tabel 4.2. Kelas Kemiringan Lereng Desa Harapan... 24

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 4.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Barru ... 19

Gambar 4.2. Peta Data DEM yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) ... 20

Gambar 4.3. Peta DEM Desa Harapan... 21

Gambar 4.4. Peta Kontur Desa Harapan dengan Interval 2 Meter... 22

Gambar 4.5. Peta Lereng Desa Harapan ... 23

(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Barru ... 30

Lampiran 2. Peta Data DEM yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG) ... 31

Lampiran 3. Peta DEM Desa Harapan ... 32

Lampiran 4. Peta Kontur Desa Harapan dengan Interval 2 Meter ... 33

Lampiran 4. Peta Lereng Desa Harapan ... 34

(12)

xii RINGKASAN

WARDA. 1722040061. Analisis Kemiringan Lereng dari Citra Satelit Radar Untuk Kesesuaian Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea brasiliensis) di Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Dibimbinng oleh Abdul Muthalib dan Nurmiaty.

Percobaan ini berlokasi di Desa Harapan, KecamatanTanete Riaja, Kabupaten Barru Sulawesi Selatan, berlangsung pada bulan Februari sampai April 2020. Percobaan ini bertujuan untuk menganalisis Kemiringan Lereng dari Citra Satelit Radar untuk Kesesuaian Pertumbuhan Tanaman Karet (Havea brasiliensis) di Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Pengumpulan data karakteristik lahan melalui pengambilan data dari DEMNAS. Hasil percobaan menunjukkan bahwa lahan di Desa Harapan dari aspek kemiringan lereng yang berpotensi untuk pengembangan tanaman karet seluas 2.641,34 Ha.

Kata Kunci: Kemiringan lereng, Karet

(13)

1 BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet (havea brasiliensis) adalah tanaman tahunan dengan batang pohon yang lurus. Pohon karet pertama kali hanya terdapat di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah dilakukan percobaan berkali- kali akhirnya pohon karet ini berhasil dikembangkan di wilayah Asia Tenggara. Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting untuk Indonesia dan lingkup Internasional, sehingga tanaman karet memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan. Di Indonesia, karet merupakan salah satu hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar (Penebar Swadaya, 2008).

Produksi karet masih dikuasai oleh Indonesia, dan Thailand. Indonesia menduduki posisi kedua dengan produksi 3,16 juta ton setelah Thailand dengan produksi sebesar 4,48 juta ton pada tahun 2016. Permintaan dunia terhadap karet alam mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2000 mencapai 7,4 juta ton dan meningkat pada 2013 sebesar 12,57 juta ton (FAO, 2018). Meningkatnya nilai produksi karet tidak terlepas dari luas lahan yang tersedia untuk perkebunan karet.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas produksi karet dengan memperhatikan aspek budidaya tanaman karet itu sendiri. Salah satunya kondisi topografi lahan untuk budidaya tanaman karet, mengingat salah satu faktor syarat tumbuh tanaman karet dan sifat lahan yang beragam.

(14)

2 Topografi adalah keadaan yang menggambarkan kemiringan lahan, semakin besar kontur lahan berarti lahan tersebut memiliki kemiringan lereng yang besar. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan bujur, secara vertical yaitu ketinggian (M Suparno dan Marlina Endy, 2005:139)

Hambatan dalam pengembangan areal lahan tanaman karet di Indonesia adalah belum adanya informasi sumberdaya lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman karet. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan analisis lahan untuk menemukan lahan yang tepat untuk pengembangan tanaman karet.

1.2. Tujuan dan Keguaan

Tujuan diadakan percobaan ini adalah untuk menganalisis kemiringan lereng dari Citra Satelit untuk kesesuaian pertumbuhan tanaman karet di Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegunaan dari percobaan ini adalah sebagai tambahan informasi bagi masyarakat tentang kemiringan lereng di Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.

(15)

3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur atau diestimasi, misalnya tekstur, struktur dan kemiringan lereng. Satuan parameter lahan dalam analisis sumberdaya lahan pada umumnya disertai deskripsi karakteristtik lahan.

2.1.1. Tekstur

Tekstur tanah adalah perbandinggan antara fraksi-fraksi atau partikel- partikel liat, debu dan pasir dalam massa suatu tanah. Sifat-sifat teksrtur tanah adalah tidak dapat diubah, tekstur pasir sangat mudah dilalui air dan udara, mudah ditembus oleh akar tanaman, tetapi kemampuan menyimpan air yang kurang kuat, tekstur liat sangat sulit dilalui oleh air tetapi sangat kuat menyimpan air dan tekstur debu mudah dilalui oleh air tetapi tidak mampu menyimpan air. Di lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijat tanah basah di antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan adanya butir-butir pasir, liat dan debu.

2.1.2. Struktur

Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat pimer tanah secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang yang disebut agregat. Gumpalan struktur ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang berdeda-beda.

(16)

4 2.2. Kelas Kemampuan Lahan

Menurut Sitanala Arsyad (2006) Klasifikasi kemampuan lahan adalah lahan yang dilakukan dengan metode penghambat. Dengan metode ini setiap kualitas lahan atau sifat-sifat lahan diurutkan dari yang terbaik sampai yang terburuk atau dari yang paling kecil hambatan atau ancamanya sampai terbesar.

Kemudian disusun tabel kreteria untuk setiap kelas; penghambat yang terkecil untukkelas yang terbaik dan berurutan semakin besar hambatan semakin rendah kelasnya. Pengelompokan kelas didasarkan atas intensias fakor penghambat. Jadi kelas kemampuan adalah kelompok unit lahan yang memiliki tingkat pembatas atau penghambat yang sama jika digunakan untuk pertanian umum.Tanah dikelompokan dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII.

Tanah pada kelas I sampai IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan setahun), rumput untuk pakan ternak, padang rumput atau hutan. Tanah pada Kelas V, VI, dan VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon-pohonan atau vegetasi alami. Dalam beberap hal tanah Kelas V dan VI dapat menghasilkan dan menguntungkan untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti buah-buahan, tanaman hias atau bunga- bungaan dan bahkan jenis sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan tindakan konservasi tanah dan air yang baik. Tanah dalam lahan Kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami.

(17)

5 2.3.1. Kelas Kemampuan I

Lahan kelas I mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya. Lahan kelas I sesuai untuk berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman pertanian pada umunya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi, dan cagar alam. Tanah-tanah dalam kelas kemampuan I mempunyai salah satu atau kombinasi sifat dan kualitas sebagai berikut: (1) terleetak pada topografi datar (kemiringan lereng < 3%), (2) kepekaan erosi sangat rendah sampai rendah, (3) tidak mengalami erosi, (4) mempunyai kedalaman efektif yang dalam, (5) umumnya berdrainase baik, (6) mudah diolah, (7) kapasitas menahan air baik, (8) subur atau responsif terhadap pemupukan, (9) tiidak terancam banjir, (10) di bawah iklim setempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman umumnya.

2.3.2. Kelas Kemampuan II

Tanah-tanah dalam kelas II memiliki beberapa hambatan atau ancamaan kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan konservasi yang sedang. Lahan kelas II memerlukan pengelolaan yang hati-hati, termasuk di dalamnya tindakan-tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan atau memperbaiki hubungan air dan udara jika tanah diusahakan untuk pertanian tanaman semusim. Hambatan pada lahan kelas II sedikit, dan tindakan yang diperlukan mudah diterapkan. Tanah-tanah ini sesuai untuk penggunaan tanaman semusim, tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi dan cagar alam.

(18)

6 Hambatan atau ancaman kerusakan pada lahan kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari faktor berikut: (1) lereng yang landai atau berombak ( > 3% - 8%), (2) kepekaaan erosi atau tingkat erosi sedang (3) kedalaman efektif sedang, (4) struktur tanah dan daya olah kurang baik, (5) salinitas sedikit sampai sedang atau terdapat garam Natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi besar kemungkinan timbul kembali, (6) kadang-kadang terkena banjir yang merusak, (7) kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase, akan tetapi tetap ada sebagai pembatas yang sedang tingkatannya, atau (8) keadaan iklim agak kurang sesuai bagi tanamaan atau pengelolannya.

2.3.3. Kelas Kemampuan III

Tanah-tanah dalam III mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya.

Tanah-tanah kelas III mempunyai pembatas yang lebih berat dari tanah-tanah kelas II dan jika digunakan bagi tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tindakan konsevasi yang diperlukan biasanyaa lebih sulit diterapkan dan dipelihara. Lahan kelas III dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman yang memerlukan pengolahan tanah, tanaman rumput, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka marga satwa.

Hambatan yang terdapat pada tanah dalam lahan kelas membatasi lama penggunaannya bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi pembatas-pembatas tersebut. Hambatan atau ancaman kerusaakan mungkin disebabkan oleh salah satu atau beberapa hal berikut: (1) lereng yang agak miring atau bergelombang ( > 8% - 15%), (2) kepekaan erosi agak tinggi

(19)

7 sampai tinggi atau telah menggalami erosi sedang, (3) selama satu bulan setiap tahun dilanda banjir selama waktu lebih dari 24 jam, (4) lapisan bawah tanah yang permeabilitasnya agak cepat, (5) kedalamaan dangkal terhadap batuan, lapisan padas keras (hardpan), lapisan padas rapuh (fragipan) atau lapisan liat padat (claypan) yang membatasi perakaran dan kapasitas simpanan air, (6) terlalu basah atau masih terus jenuh air setelah didrainase, (7) kapasitas menahan air rendah, (8) salinitass atau kandungan natrium sedang, (9) kerikil dan batuan di permukaan sedang, atau (10) hambatan iklim yang agak besar.

2.3.4. Kelas Kemampuan IV

Hambatan dan ancaman kerusakan pada tanah-tanah di dalam lahan kelas IV lebih besar dari pada tanah-tanah di dalam kelas III, dan pilihan tanaman juga lebih terbatas. Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan pengelolaan yang lebih hati-hati dan tindakan konservasi yang lebih sulit di terapkan dan dipelihara, seperti teras 8 bangku, saluran bervegetasi dan dam penghambat, disamping tindakan yang dilakukan untuk memelihara kesuburan dan kondisi fisik tanah. Tanah di dalam kelas IV dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada umumnya, tanaman rumput, hutan poduksi, padang penggembalaan, hutan lindung dan cagar alam.

Hambatan atau ancaman kerusakan tanah-tanah di dalam kelas IV disebabkan oleh salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) lereng yang miring atau berbukit ( >15% - 30%), (2) kepekaan erosi yang sangat tinggi, (3) pengaruh bekas erosi yang agak berat yang telah terjadi, (4) tanahnya dangkal, (5) kapasitas menahan air yang rendah, (6) selama 2 sampai 5 bulan dalam setahun

(20)

8 dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam, (7) kelebihan air bebas dan ancaman penjenuhan atau penggenangan terus terjadi setelah drainase (drainase buruk), (8) terdapat banyak kerikil atau batuan di permukaan tanah, (9) salinitas atau kandungan Natrium yang tinggi (pengaruhnya hebat), dan (10) keadaan iklim yang kurang menguntungka.

2.3.5. Kelas Kemampuan V

Tanah-tanah di dalam lahan kelas V tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau hutan lindung dan cagar alam. Tanah-tanah di dalam kelas V mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman, dan menghambat pengolahan tanah bagi tanaman semusim. Tanah-tanah ini terletak pada topografi datar tetapi tergenang air, selalu terlanda banjir, atau berbatu-batu (lebih dari 90% permukaan tanah tertutup kerikil atau batuan) atau iklim yang kurang sesuai, atau mempunyai kombinasi hambatan tersebut.

Contoh tanah kelas V adalah: (1) tanah-tanah yang sering dilanda banjir sehingga sulit digunakan untuk penanaman tanaman semusim secara normal, (2) tanah-tanah datar yang berada di bawah iklim yang tidak memungkinkan produksi tanaman secara normal, (3) tanah datar atau hampir datar yang >90%

permukaannya tertutup batuan atau kerikil, dan atau (4) tanah-tanahh yang tergenang yang tidak layak didrainase untuk tanaman semusim, tetapi dapat ditumbuhi rumput atau pohon-pohonan.

(21)

9 2.3.6. Kelas Kemampuan VI

Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak sesuai untuk pengunaan pertanian.

Penggunaannya terbatas untuk tanaman rumput atau padang pengembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar alam. Tanah-tanah dalam lahan kelas VI mempunyai pembatas atau ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan, berupa salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: (1) terledak pada lereng agak curram (>30% - 45%), (2) telah tererosi berat, (3) kedalaman tanah sangat dangkal, (4) mengandung garam laut atau Natrium (berpengaruh hebat), (5) daerah perakaran sangat dangkal , atau (6) iklim yang tidak sesuai.

Tanah-tanah kelas VI yang terletak pada lereng agak curam jika digunakan untuk pengembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa tanah di dalam lahan kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi terletak pada lereng agak curam dapat digunakan untuk pengembalaan dan hutan produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi. Beberapa tanah di dalam lahan kelas VI yang daerah perakarannya dalam, tetapi terletak pada lereng agak curam dapat diguanakan untuk tanaman semusim dengan tindakaan konservasi yang berat seeperti, pembuatan teras bangku yang baik.

2.3.7. Kelas Kemampuan VII

Lahan kelas VII tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencengahan erosi yang berat. Tanah-tanah dalam lahan kelas VII yang dalam

(22)

10 dan tidak peka erosi jika dinakan untuk tanamn pertanian harus dibuat teras bangku yang ditunjang dengan cara-cara vegetatif untuk konservasi tanah, disamping tindakan pemupukan. Tanah-tanah kelas VII mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yangt berat dan tidak dapat dihilangkan seperti (1) terletak pada lereng yang curam (> 45% - 65%) dan (2) telah tererosi sangat berat berupa erosi parit yang sulit diperbaiki.

2.3.8. Kelas Kemampuan VIII Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk budidaya pertaniann, tetapi lebih

sesuai untuk dibiarkan dalam keedaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam. Pembatas atau ancaman kerusakan pada lahan kelas VIII dapat berupa: (1) terletak pada lereng yang sangat curam (>

65%), (2) berbatu kerikil (lebih dari 90% volume tanah terdiri dari batu atau kerikil atau lebih dari 90% permukaan lahan tertutup batuan), dan (3) kapasitas menahan air sangat rendah. Contoh lahan kelas VIII adalah puncak gunung, tanah mati, batu terungkap dan pantai pasir.

2.3. Kemiringan Lereng

Lereng merupakan sebuah profil tanah alami maupun buatan yang memiliki kemiringan tertentu terhadap bidang horizontal. Jika ada sebuah keadaan tanah yang miring maka secara otomatis massa yang berada di puncak lereng akan cenderung bergerak kebawah lereng sesuai dengan arah gravitasi. Gerakan tanah tersebut akan terjadi apabila massa yang membebani lereng terlalu besar sehingga melampaui besarnya gaya endapan. Gaya penahan umumnyaa dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sehingga gaya pendorong dipengaruhi

(23)

11 oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah dan batuan (Anonim, 2008).

Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng. Kemiringan lereng terdiri dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung (voncave), dan kaki lereng (lower slope). Daerah puncak merupakan daerah gerusan erosi yang paling tinggi dibandingkan daerah bawahnya, demikian pula lereng tengah yang kadang cekung atau cembung mendapat gerusan aliran permukaan relief lebih besar dari puncaknya sendiri, sedangkan kaki lereng merupakan daerah endapan (Sahara, 2014).

Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan terhadap bidang datar yang dinyatakan dalam satuan persen atau derajad. Kemiringan lereng dapat disebabkan oleh gaya-gaya endogen dan oksigen bumi sehingga menyebabkan perbedaan titik ketinggian di bumi (Kartasapoertra, 1986). Kemiringan lereng dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8%), landai (8-15%), agak curam (15-25%), curam (25-45%), dan sangat curam ( >45%) (Sitanala Arsyad, 1989).

2.4. Digital Elevation Modal (DEM) 4.1.1. Definisi DEM

DEM merupakan bentuk penyajian ketinggian permukaan bumi secara digital. Diliat dari distribusi titik yang mewakili bentuk permukaan bumi dapat dibedakan dalam bentuk teratur, semi teratur, dan acak. Sedangkan teknik pengumpulan datanya dapat dibedakan dalam pengukuran secara langsung pada objek (terestri), pengukuran pada model objek (fotogrametris), dan dari sumberdata peta analog (digitasi).

(24)

12 DEM terbentuk dari titik-titik yang memiliki nilai koordinat 3D (X,Y,Z).

Permukaan tanah dimodelkan dengan memecah area menjadi bidang-bidang yang terhubung satu sama lain dimana bidang-bidang tersebut terbentuk oleh titik-titik pembentuk DEM. Titik-titik tersebut apat berupa titik sampel permukaan tanah atau titik hasil interporasi titik-titik sample.

Titik-titik sample merupakan titi-titik yang didapat dari hasil sampling permukaan bumi, yaitu pekerjaan pengukuran atau pengambilan data ketingian titik-titik yang dianggap dapat mewakili relief permukaan tanah. Data sampling titik-titik tersebut kemudian diolah hingga di dapat koordinat titik-titik sample.

2.4.2. Kualitas DEM

Kualitas suatu DEM dapat dilihat pada akurasi dan presisi dari DEM tersebut. Akurasi adalah nilai ketinggian titik (Z) yang diberikan oleh DEM, berbanding dengan nilai sebenarnya yang dianggap benar. Sedangkan presisi adalah banyaknya informasi yang dapat diberikan oleh DEM. Presisi tergantug pada jumlah dan sebar titik--titik sample dan ketelitian titik sample sebagai masukan/input bagi pembentukan DEM dan yang metode interpolasi untuk mendapatkan ketinggian titi-titik pembentuk DEM. Titik-titik sample yang dipilih untuk digunakan harus dapat mewakili bentuk terrain secara keseluruan sesuai dengan kebutuhan aplikasi penggunaannya.

2.4.3. Data DEM

Data DEM dapat diperoleh dari ekstraksi data citra satelit. Peggunaan citra satelit beresolusi tinggi menjadi salah satu alternatif untuk mendapatan produk peta skala besar dalam waktu singkat. Dengan kapasitas kemampuan yang

(25)

13 dimiliki oleh Satelit Pleiades kemudian menjadi salah satu alternatif pilihan yang dapat dipertimbangkan. Adapun Tujuannya adalah untuk mengkaji prosedur dalam pembuatan DEM secara otomatis sehingga dapat menghasilkan DEM yang mempunyai error paling kecil.

Digital Elevation Modal (DEM) dapat digunakan dalam berbagai macam aplikasi, misalnya telekomunikasi, navigasi, manajemen bencana, perencanaa sipil, orthorektifikasi citra satelit dan airbone. DEM dapat diperoleh melalui berbagai macam teknik seperti stereo fotogrametri dari survai foto udara, LIDAR, IFSAR,dan survai pemetaan. Metode lain yang dapat digunakan dalam pembuatan DEM misalnya RTK-GPS, blok ajustment dari citra satelit dan peta topografi.

(Wan Mohd, 2014). Seiring berkembangnya teknologi satelit, ekstraksi DEM dapat dilakukan langsung dengan menggunakan citra satelit. Proses ekstraksi dapat dilakukan secara otomatis ataupun manual.

2.5. Syarat Tunbuh Tanaman Karet

Persyaratan tumbuh tanaman karet berdasarkan Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian yang diterbitkan oleh Kementerian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

(26)

14 Tabel 4.1. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Persyarata pengunaan/

karakteristik lahan

Kelas kemampuan lahan

S1 S2 S3 N

(Sangat Sesui) ( Cukup Sesuai) (Sesuai Marginal) (Tidak Sesuai)

Temperatur (tc)

Temperatur rerata (℃) 26 - 30 30 - 34 - > 34

24 - 26 22 - 24 < 22

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2.500 - 3.000 2.000 - 2.500 1.500 - 2.000 < 1.5000

3.000 - 3.500 3.500 - 4.000 > 4.000

Lamanya masa kering 1 - 2 2 - 3 3 - 4 > 4

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik sedang

agak terhambat, terhambat, agak cepat

sangat terhambat,

cepat Media perakaran (rc)

Tekstur halus, agak

halus, sedang - agak kasar Kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 60 > 60

Kedalaman tanah (cm) < 100 75 - 100 50 - 75 < 50

Gambut :

Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200

Ketebalan (cm),jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400

sisipan bahan mineral/

Pengkayaan

Kematangan saprik⁺ saprik, hemik+ hemik, fibrik+ Fibrik+

Retensi hara (nr)

KTK liat (cmol) - - - -

Kejenuhan basa (%) > 35 35 - 50 > 50

pH H₂O 5,5 - 6, 5 6,0- 6,5 < 6,5

4,5 - 5,0 > 4,5

C-organik (%) > 0,8 ≤ 0,8

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) < 0,5 0,5 - 1 1 - 2 > 2

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) - - - -

Bahaya sulfidik (xs)

kedalaman sulfidik (cm) > 175 125 - 175 75 - 125 < 75

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30

16 - 45 > 45

Bahaya erosi sangat rendah rendah - sedang berat sangat

berat Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 - F1 > F1

Penyiapan lahan (lp) Batuan di

permukaan(%) < 5 5 - 15 15 - 40 > 40

Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25

Sumber : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, 2011

(27)

15 BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2020 yang berlokasi di Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Pelaksanaan Analisis Percobaan

3.2.1. Persiapan percobaan

Persiapan ini meliputi beberapa kegiatan yaitu, pengumpulan peta administrasi dan data citra satelit dari DEMNAS untuk Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

3.2.2. Tahapan Percobaan

Pelaksanaan kegiatan percobaan ini melalui beberapa tahapan, yaitu:

1. Pengumpulan data sekunder:

a. Peta administrasi Kabupaten Barru dari Bappeda Kabupaten Barru

b. Peta wilayah Desa Harapan Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dari Bappeda Kabupaten Barru.

c. Data digital DEM Nasional yang dibangun dari berbagai citra satelit,diunduh melalui link http://tides.big.go.id/DEMNAS/ yang disediakan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).

(28)

16 2. Pengolahan data:

a. Data digital DEM Nasional diubah menjadi data digital kontur, dengan interval 10 meter dengan menggunakan perangkat pengolah GIS.

b. Dengan menggunakan perangkat pengolah Arc-GIS, data digital kontur dipotong dengan peta administrasi Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, sehingga diperoleh data digital kontur untuk wilayah Desa Harapan.

c. Selanjutnya, data digital kontur untuk wilayah Desa Harapan diperbaiki sistem koordinatnya dan diubah menjadi raster (topo to raster) dengan resolusi yang sesuai.

d. Dengan menggunakan perangkat yang sama, data digital kontur yang sudah dalam bentuk raster dengan resolusi dan sistem koordinat yang sesuai, diubah menjadi data digital lereng dalam bentuk persen.

e. Selanjutnya data digital lereng yang kontinyu, dibuat pengkelasan (reclass) menjadi 7 (tujuh) kelas lereng.

f. Data digital lereng yang sudah dikelaskan, kemudian diubah menjadi poligon, sehingga dihasilkan data digital lereng Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

g. Data digital lereng tersebut kemudian di lay out menjadi peta kemiringan lereng Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

(29)

17 3. Analisis lereng untuk kesesuaian tanaman karet

a. Mencocokkan kesesuaian kemiringan lereng Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru dengan persyaratan tumbuh tanaman karet berdasarkan kriteria Puslitbangtan Kementerian Pertanian.

b. Data kesesuaian kemiringan lereng Desa Harapan, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru untuk pertumbuhan tanaman karet.

Referensi

Dokumen terkait

penduduk pada sistem perlindungan sosial sangat bermanfaat (Yohandarwati, dkk : 2003), antara lain: (1) elemen-elemen data pada biodata dapat secara langsung mendeteksi jati

Jika seseorang bertanya, “Yang manakah lebih utama; sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan atau sepuluh hari awal Dzulhijjah?” Pendapat sebahagian ‘ulama ialah bahawa hari-hari

Anggota-anggota ini juga diikat loyalitasnya pada Kanindo Syariah juga dikarenakan saat awal pengajuan merasa begitu dimudahkan dengan tidak dibebankan berbagai macam persyaratan

Dari hasil analisa, pembahasan dan melihat kondisi operasional pelayanan angkutan umum pada trayek Terminal Oebobo-Terminal Kupang PP dan trayek Terminal Kupang-Terminal Noelbaki

Sebelum diadakan analisis data lebih lanjut, terlebih dahulu penulis menentukan awal analisis ini dengan menyajikan data kuantitatif yaitu menentukan nilai mean (rata -

Da ri has il pengo la ha n da ta denga n menggunakan software LISREL 8.5 untuk model pengukuran pengaruh variabe l komunikasi organisasi dan komunikasi pemasaran

merasakan snack dimana keinginan ini muncul setelah melihat kemasan yang menarik perhatian mereka sehingga mendorong keingintahuan akan produk, tercipta emosi yang positf

Semoga Pameran Karya Pilihan Koleksi Galeri Nasional Indonesia “Balik Bandung” ini dapat menjadi sajian yang tak hanya bernilai artistik secara visual, namun juga sebagai