SOPPENG M E L A L U I M O D E L PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)
IMPROVED LEARNING OUTCOMES OF INDONESIAN STUDENT CLASS V SDN 33 SOLIE SOPPENG THROUGH
LEARNING MODEL DIRECT ( DIRECT INTRUCTIONS )
TESIS
Oleh:
MULIAWAN
Nomor Induk Mahasiswa : 105.04.09.122.14
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MURID KELAS V SD NEGERI 33 SOLIE KABUPATEN SOPPENG
M E L A L U I M O D E L PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Pendidikan
Program Studi
Magister Bahasa dan Satra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh MULIAWAN
Nomor Induk Mahasiswa : 105.04.09.122.14
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
ii
TESIS
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MURID KELAS V SD NEGERI 33 SOLIE KABUPATEN SOPPENG M E L A L U I M O D E L
PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)
yang disusun dan diajukan oleh MULIAWAN
NIM : 105.04.09.122.14
Telah melakukan bimbingan dan dilakukan perbaikan untuk keperluan Ujian Tesis
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Kamaruddin, M.A Dr. H. AndiSukriSyamsuri, M.Hum
NBM NBM.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Direktur Program
Pascasarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar
Dr. Abd.Rahman Rahim, M. Hum. Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd.
NBM.922699 NBM. 988463
iii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
Judul : Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng Melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Nama : Muliawan
NIM : 105.04.09.122.14
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Konsentrasi : -
Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada tanggal 22 Juni 2016 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 22 Juli 2016 Tim Penguji
Prof. Dr. H. Kamaruddin, M.A (...) (Pembimbing I)
Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. (...) (Pembimbing II)
Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd. (...) (Penguji I)
Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. (...) (Penguji II)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muliawan
Nomor Pokok : 105.04.09.122.14
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 22 Juli 2016
Yang Menyatakan,
Muliawan
v ABSTRAK
Muliawan, 2016. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), dibimbing oleh Kamaruddin dan Andi Sukri Syamsuri.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan Penelitian ini untuk meningkatan hasil belajar bahasa Indonesia murid kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng melalui model pembelajaran langsung (Direct Instruction).
Penelitian ini dilaksanakan tiga Siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan terhadap tindakan (observing) dan refleksi terhadap tindakan (reflecting). Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng semester genap Tahun Ajaran 2015/2016, yang berjumlah 12 siswa terdiri atas 4 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Pengumpulan data melalui observasi dan tes. Hasil tes dianalisis secara kuantitatif deskriptif.
Hasil penelitian Siklus I menunjukkan bahwa ketuntasan belajar bahasa Indonesia 41,67% atau 5 murid, 58,33% atau 7 murid kategori tidak tuntas. Siklus II menunjukkan bahwa ketuntasan belajar bahasa Indonesia 66,67% atau 8 murid, dan 33,33% atau 4 murid kategori tidak tuntas. Siklus III menunjukkan bahwa ketuntasan belajar bahasa Indonesia 91,67% atau 11 murid, dan 8,33% atau 1 murid kategori tidak tuntas. Dapat dikatakan bahwa ketutasan belajar dari Siklus I ke Siklus III mengalami peningkatan 50,00%.
Dengan demikian disarankan ke pada pen did ik ag ar mengg unaka n Mod el Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) sesuai dengan perkembangan karakteristik peserta didik.
Kata kunci: model pembelajaran, direct instruction, hasil belajar.
vi ABSTRACT
Muliawan, 2016. Improved Learning Outcomes Indonesian Student Class V SD Negeri 33 Solie Soppeng Through Learning Model Direct (Direct Instruction), guided by Kamaruddin and Andi Sukri Syamsuri.
This research is a classroom action research (PTK). The purpose of this research is to improve Indonesian Student Learning Outcomes Class V SD Negeri 33 Solie Soppeng Through Learning Model Direct (Direct Instruction).
This study was conducted three cycles. Each cycle consists of four stages, namely planning actions (planning), action (acting), observations of the actions (observing) and reflection on action (reflecting). Subjects in the study of this class action is a fifth grade students of SD Negeri 33 Solie Soppeng second semester of the 2015/2016 academic year, which amounted to 12 students consisting of 4 boys and 8 girls. The collection of data through observation and tests. The test results were analyzed quantitatively descriptive.
Based on the results of the first cycle studies show that mastery learning Indonesian or 5 pupils 41.67%, 58.33% or 7 pupil category uncompleted. the second cycle showed that mastery learning Indonesian 66.67% or 8 students, and 33.33% or 4 student category are not complete.
the third cycle indicates that mastery learning Indonesian 91.67% or 11 students, and 8.33% or 1 pupil category uncompleted. It can be said that ketutasan learned from the first cycle to cycle III increased 50.00%. It is strongly advised to educators to use the Direct Learning Model (Direct Instruction) in accordance with the development of the characteristics of learners.
Keywords: model of learning, direct instruction, learning outcomes.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Swt., atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis penelitian dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng melalui Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penyusunan tesis ini tidak terlepas dari berbagai kendala dan hambatan, tetapi berkat rahmat Allah Swt. segala sesuatu dapat diatasi dengan baik. Semuanya tidak terlepas dari bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa syukur, terima kasih, serta penghargaan yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada, Prof. Dr. H. Kamaruddin, M.A. sebagai Pembimbing I, dan kepada Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. sebagai pembimbing II atas segala
viii
arahan dan bimbingannya, begitu pula ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said, DM., M.Pd. Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makasar, Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum., serta ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis juga sampaikan kepada Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, atas segala arahan yang diberikan sejak masa perkuliahan sampai pada proses penyelesaian tesis ini.
Terima kasih kepada seluruh keluarga dan kerabat yang telah membantu, khususnya kepada istri tercinta, yang tidak hentinya memberi motivasi, dan mendukung penulis selama menempuh pendidikan.
Penulis menyadari bahwa meskipun tesis ini telah dibuat dengan usaha yang maksimal, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini senantiasa penulis harapkan. Penulis mengharapkan tesis yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia. Amin.
Billahifisabililhaqfastabiqulkhairat
Makassar, Juli 2016
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... ... v
ABSTRACT ... .... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... ... xii
DAFTAR GAMBAR ... ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 14
F. Definisi Operasional ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17
A. Model Pembelajaran ... 17
x
B. Pengertian Pembelajaran Langsung ... 22
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia (BI) di SD ... 24
D. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa ... 30
E. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan ... 31
Pembelajaran F. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan ... 32
G. Penelitian tentang Keefektifan Guru ... 33
H. Pelaksanaan Pengajaran Langsung ... 34
I. Langkah-langkah Pembelajaran Model ... 39
Direct Instruction J. Cara Mengimplementasikan Model ... 48
Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) K. Strategi-Strategi Mengajar yang Penting ... 51
Diterapkan pada Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) L. Ciri-Ciri Pembelajaran Langsung ... 56
M. Keunggulan Pembelajaran Langsung ... 57
N. Kerangka Pikir ... 62
O. Hipotesis Tindakan ... 64
BAB III METODE PENELITIAN ... 65
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 65
B. Kehadiran dan Peranan Peneliti di Lapangan ... 66
C. Kancah Penelitian ... 66
D. Subjek Penelitian ... 66
xi
E. Data dan Sumber Data ... 67
F. Pengumpulan Data ... 68
G. Analisis Data, Evaluasi,dan Refleksi ... 69
H. Prosedur Penelitian ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73
A. Paparan Data dan Temuan Penelitian ... 73
1. Pengamatan Pendahuluan ... 73
2. Paparan Data ... 73
3. Temuan Penelitian ... 85
4. Evaluasi ... 86
5. Refleksi ... 88
6. Tindak Lanjut ... 88
B. Pembahasan ... 89
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 100
A. Simpulan ... 100
B. Implikasi dan Tindak Lanjut Penelitian ... 101
C. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
Lampiran ... 104 1. IZIN PENELITIAN
2. INSTRUMEN PENELITIAN
3. DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung ... 31 Tabel 3.1 Persentase Taraf Keberhasilan ... 70 Tabel 4.1 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar Bahasa... 74
Indonesia Pratindakan pada Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kab. Soppeng
Tahun Pelajaran 2015-2016.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa ... 74 Indonesia Pratindakan pada Murid Kelas V SD
Negeri 33 Solie Kab. Soppeng Tahun Pelajaran 2015-2016.
Tabel 4.3 Distribusi dan Persentase Skor Hasil Belajar ... 77 Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD
Negeri 33 Solie pada Siklus I.
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa ... 78 Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie
pada Siklus I.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil ... 80 Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V
SD Negeri 33 Solie pada Siklus II.
Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa ... 81 Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie
pada Siklus II.
xiii
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil ... 83 Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V
SD Negeri 33 Solie Siklus III.
Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa ... 84 Indonesia Murid Kelas V Negeri 33 Solie
pada Siklus III.
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 63 Gambar 3.1 Alur PTK dalam Model Kemmis dan McTaggart ... 71
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks Halaman
1. Permohonan Izin Penelitian ... 104
Cq. Kepala UPT P2T BKPMD Prov. Sul-Sel. 2. Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 105
Pratindakan 4. Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 105
Pratindakan 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... .. 106
6. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 109
7. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus I ... 110
6. Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus I ... 110
7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... . 111
8. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 114
9. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus II ... 115
10. Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus II ... 115
11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 116
12. Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus III ... 119
13. Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus III ... 120
14. Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus III ... 120
15. Rekapitulasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia ... 121
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, tetapi harus selalu berinteraksi dengan sesamanya. Interaksi antar manusia tersebut tercipta melalui komunikasi.
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi terbentuknya suatu kelompok sosial. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan alat komunikasi (bahasa) sebagai identitas suatu kelompok.
Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi antarsesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai fungsi utama yakni bahasa merupakan sarana komunikasi dalam penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain. Sebagai sebuah alat komunikasi, bahasa dapat digunakan sesuai dengan keperluannya dan dapat digunakan dalam berbagai jenis kegiatan. Kemahiran bahasa seseorang akan berimbas pada keterampilan dalam menjalini hubungan dengan orang lain dan segala aktivitas lainnya. Salah satu media pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia adalah melalui pengajaran bahasa Indonesia.
Untuk mencapai sarana tersebut diperlukan suatu pendekatan yang disebut pendidikan. Pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada orang lain secara sadar dan terencana untuk mewujudkan potensi sumber
1
daya manusia yang memiliki kekuatan kepribadian spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Oleh karena itu proses penyelenggaraan pendidikan pada institusi pendidikan di negara kita berupaya untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. Adanya upaya mewujudkan manusia sebagaimana tersebut di atas sebenarnya telah tertuang dalam UUD No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal III yang berbunyi :
Pendidikan nas ional berfungs i mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demakratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2005:7).
Semakin maju tingkat pendidikan seseorang, maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK) di masa depan. Perkembangan IPTEK pasti menuntut tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran di bidang pedidikan.
Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Sejak manusia tercipta di bumi pendidikan sudah muncul untuk mengajarkan manusia bagaimana menjalani kehidupan. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Karena berkat pendidikan seseorang dapat membaca, menulis, berhitung, dan memiliki segala
kemampuan dasar maupun kemampuan tingkat atas yang bisa menunjung keberlangsungan hidup manusia. Pendidikan telah mengalami perkembangan dari waktu ke waktu hingga sampai pada zaman modern ini, banyak teori pendidikan yang muncul baik teori baru maupun penyempurnaan dari teori yang sudah ada. Teori-teori tersebut dimunculkan guna mencapai tujuan pendidikan secara tepat dan menyeluruh.
Mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran kunci pengembangan ilmu pengetahuan memerlukan dukungan sikap positif semua penutur bahasa Indonesia terhadap bahasa Indonesia. Sikap merupakan peristiwa kejiwaan secara umum. Sikap bisa positif dan bisa juga negatif. Sikap dapat diamati melalui perilaku. Beberapa pengertian tentang sikap menunjukkan bahwa sikap dapat diartikan sebagai kesiapan beraksi terhadap sesuatu keadaan. Sikap juga dapat diartikan sebagai kesiapan mental dan syaraf dan hanya dapat diamati dengan cara mawas diri atau introspeksi.
Pembelajaran bahasa Indonesia secara prinsip kegiatan merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin alami dalam sikap, pengetahuan dan, keterampilan yang diperlukan untuk h idup da lam be rmas yarakat, be rbangs a, s erta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatanpe mbe la jaran bahas a Indones ia (B I) d ia rahkan untuk
memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.
Pembelajaran bahasa Indonesia senantiasa diharapkan untuk dapat memperbaiki kemahiran dan keterampilan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pada setiap satuan pelajaran dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat aspek keterampilan berbahasa yang patut dikuasai siswa, yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Dari penjelasan di atas bahas a memiliki pertautan dengan pengetahuan dan pikiran. Perolehan bahasa maupun proses berbahasa dianggap dapat memberikan pemahaman pada proses kognisi manusia.
Bahasa yang pada intinya memiliki kelengkapan fonem, fonetik, sintaks dan semantik dimiliki, dikuasai dan digunakan oleh manusia menjadi sebuah kemampuan yang rumit. Dengan berbahasa mencirikan bahwa manusia adalah mahluk sosial dan melalui bahasa itu manusia memiliki konsep-konsep yang abstrak, misalnya konsep yang berhubungan dengan pengetahuan, moral, agama, peradaban, keindahan, penghianatan dan cinta.
Bahasa Indonesia (BI) adalah mata pelajaran wajib yang diberikan dari jenjang sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus bahasa negara di Indonesia. (Oka, dalam Muslich, 2014: 108). Bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang
identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda- beda latar belakang, sosial, budaya dan bahasanya,serta (4) alat perhubungan antar budaya atau daerah.
Oka (dalam Muslich, 2014: 108) menyatakan bahwa “kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar resmi di dunia pendidikan, dan (3) bahasa resmi di dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta teknologi modern.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada saat ini lebih terfokus pada pembelajaran konseptual fungsional. Pendidikan akan pentingnya nilai- nilai bahasa Indonesia mulai banyak dilupakan. Pembelajaran bahasa Indonesia telah kehilangan “ruh” penyemangat yang mampu mendorong siswa untuk tetap bertahan dan gemar berbahasa Indonesia.
Untuk mewujudkan fungsi bahasa Indonesia seperti tersebut di atas, perlu diadakan pembinaan serta pengembangan bahasa Indonesia.
Melalui pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia diharapkan bahasa Indonesia bisa dikuasasi oleh setiap warga negara Indonesia.
Keberhasilan dan pengembangan bahasa Indonesia akan memberikan dampak yang positif bagi kemajuan pembangunan bangsa Indonesia secara umum dan kemajuan bidang komunikasi secara khusus.
Belajar bahasa Indonesia berarti juga belajar budaya Indonesia.
Karena itu, selain belajar menggunakan bahasa Indonesia, siswa juga belajar berkomunikasi secara santun menurut budaya Indonesia. Melalui pembelajaran bahasa, ditumbuhkan sikap bangga menggunakan bahasa Indonesia sehingga tumbuh penghargaan akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa Indonesia. (Muslich, 2010: vii).
Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia (BI) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajarannya disajikan dalam porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.
Bahan pembelajaran pemahaman diambil dari bahan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis yang meliputi kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, danperasaan yang disampaikan.
Dengandemikian penguasaan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia (BI) perlu pembinaan serta upaya peningkatan. Adapun pembinaan diantaranya dilakukan melalui pendidikan dasar. Dalam hal ini sekolah dasar merupakan pembinaan yang pertama untuk membekali anak didiknya dalam bidang penguasaan keterampilan berbahasa yang bermanfaat bagi anak didik sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara tulisan atau pun lisan. Sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP (2007: 73) di Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan bangsa Indonesia. Selanjutnya disebutkan pula bahwa ruang lingkup pembelajaran bahasa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mereka mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi.
Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pendidikan bahasa Indonesia (BI) di sekolah dasar merupakan alat untuk berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Kemampuan berkomunikasi secara utuh adalah kemampuan berwacana untuk memahami bahasa dalam bermasyarakat bermasyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran bahasa indonesia diarahkan untuk mengembangkan keterampilanketerampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Indonesia pada tingkat literasi tertentu.
Peranan bahasa Indonesia tingkat dasar (SD) sangat penting dalam kemajuan sumber daya manusia khususnya dalam hal kemampuan berkomonikasi dalam era informasi dan globalisasi. Hal ini sangat disadari pemerintah, sehingga perlu mengimplementesikan kebijakan pemerintah dengan menerbitkan peraturan pemerintah mengenai pengembangan sumber daya manusia. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia bidang pendidikan dalam bentuk pengembangan dan peningkatan kualitas kemampuan, keterampilan guru, murid, dan tenaga kependidikan lainnya.
Pada zaman sekarang ini pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena pendidikan berpengaruh terhadap kemajuan peradaban manusia. Bahkan, pendidikan juga memberikan dampak bagi kemajuan negara. Sebuah negara akan maju jika pendidikannya juga maju atau dengan kata lain jika sebuah negara mau memperhatikan pendidikannya maka negara tersebut akan maju. Pada zaman modern ini seseorang yang berpendidikan rendah atau bahkan
tidak pernah mengenyam bangku pendidikan akan tertinggal dengan manusia lainnya terlebih dengan kemajuan terknologi yang semakin pesat.
K eberhas ilan pendid ikan d itentukan oleh beberapa uns ur, di antaranya adalah peran institusi pendidikan yang aktor utamannya adalah seorang guru. Guru merupakan garda terdepan ataupun ujuk tombak dalam proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan banyak bergantung dari kiprah seorang guru. Seorang guru dituntut untuk menjadi seorang yang kompeten, kreatif dan inovatif dalam mengajarkan materi-materi pendidikan dalam sebuah institusi pendidikan. Guru dituntut untuk mempunyai rencana pembelajaran yang berisi model pembelajaran dan beberapa komponen terkait yang menarik dan sesuai dengan karakteristik peserta didik yang akan diaplikasikan dalam proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan.
Berdasarkan observasi awal terhadap hasil belajar bahasa Indonesia tanggal 19 November 2015 Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2015-2016 di SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng , peneliti menemukan proses belajar mengajar yang bersifat konvensional. Dalam proses belajar mengajar murid merasa jenuh, hal ini disebabkan karena penyampaian materi berpusat pada guru (teacher center) dengan kata lain tidak melibatkan peserta didik. Penyampaian materi ajar dilakukan secara berpusat diantaranya; menyampaikan materi ajar dengan cara mendikte atau menulis di papan tulis, setelah itu guru menyuruh murid membaca
materi tersebut dilanjutkan menjawab soal-soal latihan yang telah ditentukan.
Jumlah murid kelas V SD Negeri 33 Solie sebanyak 12 murid dengan rincian, murid laki-laki 4 orang, murid perempuan 8 orang, tingkat KKM bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng yang harus tercapai adalah 75%. Berdasarkan hasil analisis mata pelajaran bahasa Indonesia V SD Negeri 33 Solie nilai yang diperoleh murid adalah: kategori kurang 58,33% atau 7 murid, kategori sedang 16,67 % atau 2 murid, dan kategori baik 25,00% atau 3 murid. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar hanya 25,00% atau 3 murid, 75,00% atau 9 murid dengan kategori tidak tuntas.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pendidik harus memiliki keahlian memilih model pengajaran yang digunakan sehari-hari. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model pengajaran langsung (Direct instruction). Istilah lain yang sering di pergunakan ialah pengajaran aktif, Master Learning dan Explicit Instruction.
Adapun penelitian mengenai pembelajaran langsung (Direct instruction) yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi
Siswa Kelas IVA SD Kartina Surabaya. Dari penelitian tersebut ditunjukkan bahwa persentase hasil belajar menulis narasi dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada siklus I 63,6% dengan nilai ketercapaian rata-rata 72. Sedangkan persentase hasil belajar menulis narasi dengan menerapkan model pembelajaran langsung pada siklus II adalah 86,4% dengan nilai ketercapaian rata-rata 76,7. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung (Direct instruction) dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi Siswa Kelas IVA SDK Kartina Surabaya.
Peningkatan hasil belajar murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng diperlukan suatu upaya yang lebih serius dari guru diantaranya dengan menerapkan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. “Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur dengan baik dapat dipelajari selangkah demi selangkah” (Nur, 2000: 4-5).
Direct Instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru dalam mengajarkan materi-materi pelajaran yang harus disampaikan. Pada hakikatnya model pembelajaran ini aspek-aspeknya sudah kita kenal mulai kecil namun terkadang kita
tidak menyadari akan hal itu, seperti halnya ketika diajari cara menggosok gigi, berwudhu, naik sepeda dan lain-lain.
"Pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai lima langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000: 7).
Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teorietik dan empirik tertentu. Di antaranya adalah ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan sosial dan prilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya.
Secara historis, beberapa aspek dari model pengajaran langsung berasal dari prosedur pelatihan dalam industri (Nur, 2000: 9)
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menerapkan model Pembelajaran Direct Intructions dalam Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 33 Solie?
2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction dapat Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 33 Solie?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan Model Pembelajaran Direct instruction dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SD Negeri 33 Solie.
2. Untuk mengetahui Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 33 Solie melalui Model Pembelajaran Direct Instruction.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini secara teoretis digunakan sebagai:
a. Salah satu bahan acuan penelitian bidang pendidikan khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
b. Salah satu kajian untuk penulisan ilmiah yang berkenaan dengan upaya untuk mengatasi rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia.
c. Sebagai bahan pengembangan dalam menerapkan model pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan membawa manfaat praktis berupa:
a. Bagi siswa, dengan menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, siswa akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki segala kelemahan dan kesulitan belajar.
b. Bagi guru, untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengatasi permasalahan siswa dalam proses belajar.
c. Bagi sekolah, memberikan masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas dan hasil belajar siswa serta sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan kerjasama dan kreatifitas guru dan membantu siswa dalam proses mengajar.
d. Bagi peneliti, memberi gambaran dan masukan untuk melaksanakan dan mengimplementasikan di lapangan secara reel.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan arah mengenai informasi permasalahan inti yang ada dalam suatu penelitian:
1. Ruang Lingkup
Agar penelitian ini dapat terfokus pada permasalahan yang dirumus kanmaka penelitian ini dilaksanakan dengan lingkup penelitian yaitu:
a. Penelitian ini terfokus pada varibel pembelajaran langsung dan peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia.
b. Penelitian dilaksanakan untuk siswa kelas V SD Negeri 33 Solie yang berjumlah 12 siswa dengan rincian 4 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan semester genap tahun pelajaran 2015-2016.
2. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas V semester genap tahun tahun pelajaran 2015-2016.
b. Penelitian ini tidak membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan model pembelajaran langsung.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul tesis maka peneliti memberikan gambaran defenisi operasional yang dimaksud. Sesuai dengan judul penelitian "Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Murid Kelas V SD Negeri 33 Solie Kabupaten Soppeng melalui Model Pembelajaran Direct Instruction.”, maka definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu :
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
2. Hasil belajar
Hasil belajar adalah tingkat pencapaian maksimal siswa yang telah ditentukan setelah memahami materi, baik secara kelompok maupun individu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran.
”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan”. Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 2000 : 79).
Model pembelajaran adalah salah satu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pengembelajaran dan pengelolaan kelas.
Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (dalam Trianto, 2010: 51) bahwa “Each model guides us as we design instruction to help student achieve various objective”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap
model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Joyce dan Weil (dalam Trianto, 2010:51-52) menyatakan bahwa
“Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”. Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakan model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendaptkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2014: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Arend (dalam Trianto, 2010:52), menyatakan bahwa “The term teaching model refers to a particular approach to instrution that includes its
goals, syntax, enviroment, and management system.” Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya dan sistem pengelolaannya.
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
2. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sutau sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek pembelajaran dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien (Kokom Komalasari, 2010:3).
Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).
Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar Proses tersebut meliputi:
a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) beriktu penyiapan perangkat kelengkapan, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang akan disajikannya kepada siswa dan mengecek jumlah serta keberfungsian alat peraga yang digunakan.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pada pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih atau rirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi dan sikapnya terhadap siswa.
c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolahnya. Kegiatan pascapembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitas belajar.
3. Dasar pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan- pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilakan dengan domain kognitif, afektif dan psikomotor?
2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
3) Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
1) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik?
2) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi peserta didik?
3) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
d. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis
1) Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu nodel saja?
2) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu- satunya model yang dapat digunakan?
3) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?
B. Pengertian Pembelajaran Langsung
Secara bahasa Direct Instruction berasal dari dua suku kata bahasa Inggris Direct dan Instruction.Direct dalam bahasa Indonesia berarti langsung, sebenarnya dan instruction berarti instruksi, pengajaran, pelajaran. Sehingga secara bahasa Direct instruction dapat diartikan sebagai pengajaran langsung atau instruksi langsung.
Istilah “instruksi langsung” telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk merujuk pada suatu model pengajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa.
Penjelasan ini dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik di bawah bimbingan guru (praktik yang terkontrol, controlled practice), dan mendorong mereka meneruskan praktik di bawah bimbingan guru (praktik yang dibimbing, guided practice).
Arends (dalam Trianto, 2007: 29) Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengatahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Istilah lain model pengajaran langsung. Trianto (2007: 29) antara lain training model, active teaching model, mastery teaching, explicit instruction.
Pengajaran langsung merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan dan skill-skill dasar yang dibutuhkan siswa untuk pembelajaran berikutnya, dan efektivitas strategi ini dalam ruang kelas sudah banyak ditulis dalam bentuk penelitian- penelitian. Keterampilan-kete ramp ilan berhitung (matemat ika ) dan me mbac a merupakan dua contoh pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa, baik oleh siswa-siswa yang tengah mempelajari strategi-strategi menulis, siswa-siswa kimia yang tengah mempelajari untuk menyeimbangkan persamaan-persamaan, maupun oleh siswa- siswa geografi yang tengah menggunakan garis bujur dan garis lintang untuk menunjukkan suatu lokasi dengan tepat. Pengajaran langsung
sangat berguna, utamanya ketika ada skill-skill yang dapat dipetakan menjadi langkah-langkah spesifik. Apalagi, strategi ini sudah sejak dulu disadari sangat efektif untuk diterapkan pada siswa-siswa yang kurang cerdas dan memiliki keunikan-keunikan tertentu.
Direct instruction adalah sebuah model pembelajaran menggunakan pendekatan berpusat pada guru yang digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan secara langsung dan bertujuan untuk penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia (BI) di Sekolah Dasar
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan disemua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dasar khususnya sekolah dasar (SD) yaitu mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi karena bahasa Indonesia merupakan sarana berpikir untuk menumbuh kembangkan cara berpikir logis, sistematis, dan kritis.
Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah siswa terampil dalam menggunakan bahasa. Sekolah dasar mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Mata pelajaran bahasa
Indonesia bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut :
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tertulis.
2. Menghargai bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya s as tra untuk men ingkat kan wawasan.
Bahasa sebagai sarana yang sangat penting dalam berkomunikasi.
Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini disebabkan dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dengan penggunaan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulis. Bahkan ketika mimpi pun manusia selalu menggunakan bahasa.Pendidikan bahasa merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi manusia.
Dalam kehidupan manusia terutama dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai peranan yang sangat penting. Karena membaca merupakan suatu alat komunikasi yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan membaca merupakan salahsatu kunci keberhasilan dalam meraih kemajuan. Dengan jalan membaca kita dapat
memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan. Apalagi dimasa sekarang ini sebagian besar informasi tersebut disampaikan dalam bentuk tulisan.
Dengan kenyataan tersebut maka menuntut kita pada penguasaan ketrampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan aspek yang sangat penting terutama bagi orang yang sedang belajar. Karena dalam prosesnya kegiatan belajar itu tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca. Keberhasilan belajar itu sangat dipengaruhi oleh salah satunya ialah penguasaan keterampilan membaca. Membaca merupakan dasar pemahaman akan konsep-konsep ilmu pengetahuan yang termuat dalam suatu pembelajaran, sebab materi-materi maupun petunjuk tugas-tugas banyak disampaikan melalui tulisan.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Oleh ka rena itu pembe la jaran bahas a Indones ia (B I) d ia rahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi yang baik dan benar baik secara lisan maupun tulisan. Dalam pembelajarannya keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan dalam porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Bahan pembelajaran pemahaman diambil dari bahan mendengarkan, membaca, yang meliputi kemampuan untuk menyerap gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang dilisankan atau dituliskan.
Dengan demikian penguasaan keterampilan membaca perlu pembinaan serta upaya peningkatan. Adapun pembinaan diantaranya dilakukan melalui pendidikan dasar Dalam hal ini sekolah dasar
merupakan pembinaan yang pertama untuk membekali anak didiknya dalam bidang penguasaan ketrampilan membaca yang bermanfaat bagi anak didik sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia (BI) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara tulisan ataupun lisan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP Depdiknas (2007 : 73) di Sekolah Dasar, pembe la jaran bahas a Indones ia d ia rahkan untuk men ingkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Bangsa Indonesia. Selanjutnya disebutkan pula bahwa ruang lingkup pembelajaran bahasa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa yaitu:
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu ketrampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mereka mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi.
Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Pembelajaran bahasa Indonesia memberi bekal kepada siswa terutama mengenai keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan membaca. Membaca merupakan keterampilan dasar bagi siswa. Karena untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan penting lainnya tergantung pada membaca. Dengan membaca siswa akan memperoleh informasi, ilmu, dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru.
Melalui membaca, dapat diperoleh informasi dan pengetahuan yang berguna bagi kehidupan.
Dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kedua bagi sebagian besar anak di Indonesia. Bahasa Indonesia secara formal mulai dipelajari ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar. Di sekolah, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan dan tertulis, dan untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Indonesia.
Bagi guru, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan tersendiri, mengingat bahwa bahasa ini bagi sebagian besar sekolah di Indonesia merupakan bahasa pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu peserta didik mengemukakan
gagasan dan peras aan, berpart is ipas i d ala m mas ya rakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif (Depdiknas: 2007).
Sekolah perlu meningkatkan kesadaran peserta didik mengenai kekuatan pilihan kata dalam penafsiran berbagai makna dan beragam konteks sosial. Apa yang dikemukakan Schleppergrell ini pun relevan dengan tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Bahasa Indonesia (BI) merupakan alat untuk berkomunikasi baik itu secara lisan maupun tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi secara utuh adalah kemampuan berwacana yakni kemampuan memahami dan digunakan bermasyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran bahasa indonesia diarahkan untuk mengembangkan keterampilanketerampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Indonesia pada tingkat literasi tertentu.
Peranan bahasa Indonesia sangat penting dalam kemajuan Sumber Daya Manusia khususnya kita orang Indonesia, untuk memiliki kemampuan dalam berkomonikasi dalam era informasi dan globalisasi.
Hal ini sangat di sadari pemerintah, sehingga perlu mengimplementesikan kebijakan pemerintah dengan menerb itka n peraturan pe me rinta h mengena i pengembangan sumber daya manusia. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 yang berkaitan dengan pembangunan sumber
daya manusia bidang pendidikan dalam bentuk pengembangan dan peningkatan kualitas kemampuan serta keterampilan guru, murid, dan tenaga kependidikan lainnya.
D. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan dekralatif (dapat di ungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Suatu contoh pengetahuan dekralatif yaitu tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya (p =F/A).
pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan dekralatif di atas adalah bagaimana memperoleh rumus/persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika, kimia, matematika merupakan contoh pengetahuan dekralatif sederhana atau informasi faktual. Berbeda dengan informasi faktual, pengetahuan yang lebih Baik tingkatannya memerlukan penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua rangcangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain.
Seringkali penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan pengusaan pengetahuan prasyarat yang berupa pengetahuan dekralatif.
Para guru selalu menghendaki agar siswa-siswa memperoleh kedua macam penegtahuan tersebut, supaya mereka dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
E. Sintaks atau Pola Keseluruhan dan Alur Kegiatan Pembelajaran Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Pengajaran langsung, menurut Kardi (dalam Trianto, 2007:30) dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang distraspormasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang digunakan.
Sintaks Model Pengajaran langsung tersebut disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditujukkan Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Fase Peran guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersipakan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapakna siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemostrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberikan bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.
Sumber: Kardi & Nur (dalam Trianto, 2007: 31)
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu selalu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
F. Lingkungan Belajar dan Sistem Pengelolaan
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru. Agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detil keterampilan atau isi didefenisikan secara seksama dan demonstarasi serta jadwal pelatihan direncanakan dan dilaksanakan secara seksama. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007: 32).
Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007: 32), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh guru dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. Sistem pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa, terutama melalui memperhatikan,mendengarkan dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberikan harapan baik agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik.
G. Penelitian Tentang Keefektifan Guru
Landasan penelitian dari model pengajaran langsung dan berbagai komponennya, berasal dari bermacam-macam bidang. Meskipun demikian, data penunjang emperik yang paling jelas terhadap model pengajaran langsung berasal dari penelitian tentang keefektifan guru yang dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Penelitian Stelling dan Kaskowitz (dalam Trianto, 2007: 32) menujukkan pentingnya waktu yang dialokasikan pada tugas (time on task). Penelitian ini juga menyumbang dukungan empirik penggunaan pengajaran langsung beberapa orang guru menggubakan metode-metode yang sangat terstruktur dan formal, sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang informal, sedangkan guru-guru yang lain menggunakan metode-metode yang informal. Stalling dan koleganya ingin mengungkapkan, manakah diantara program-program itu yang dapat berfungsi baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Perilaku guru-guru
dalam 166 kelas diamati, siswa-siswa dites. Banyak hal yang dapat diungkapkan pada penelitian itu, namun ada dua hal yang sangat menonjol, yaitu alokasi waktu dan penggunaan tugas (kegiatan) yang menggunakan model pengajaran langsung lebih berhasil dan memperoleh tingkat keterlibatan yang Baik dari pada mereka yang menggunakan metode-metode informal dan berpusat pada siswa.
Beberapa penelitian tahun 1970, misalnya yang dilakukan oleh Stallings dan rekan-rekanya, menujukkan bahwa guru yang memiliki kelas yang terorganisasikan dengan baik menghasilkan rasio keterlibatan siswa (time-task-ratios) yang lebih Baik daripada guru yang menggunakan pendekatan yang kurang formal dan kurang terstruktur. Observasi terhadap guru-guru yang berhasil, menujukkan bahwa kebanyakan mereka menggunakan prosedur pangajaran langsung. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007: 33).
H. Pelaksanaan Pembelajaran Langsung
Sebagaimana halnya setiap megajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan- keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya.
Beberapa di antaratindakan-tindakan tersebut dan dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah atau tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung. Ciri utama unik yang
terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Tugas-tugas Perencanaan
Pengajaran langsung dapat diterapkan di bidang studi apa pun, namun model ini paling sesuai untuk mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik, dan endidikan jasmani. Di samping itu pengajaran langsung juga cocok untuk mengajarkan komponen-komponen keterampilan dari mata pelajaran sejarah dan sains.
a. Merumuskan Tujuan
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model Mager (dalam Trianto, 2007:34). Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus spesifik. Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga bagian.
1) Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis- jenis perilaku siswa yang diharapkan guru untuk dilakukan sebagai bukti bahwa tujuan itu telah dicapai.
2) Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau diharapkan terjadi.
3) Kreteria kinerja, diterapkan standar atau tinkat kinerja sebagai standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati.
Singkatnya, menurut Mager tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisievaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kreteria keberhasilan).
b. Memilih Isi
Kebanyakan guru pemula meskipun telah beberapa tahun mengajar, tidak dapat diharapkan akan menguasai sepenuhnya materi pelajaran yang diajarkan. Bagi mereka yang masih dalam proses mengusai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.
Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007: 34).
c. Melakukan Analisis Tugas
Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi dengan baik sebagai hakekat dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide yang melatarbelakangi analisis tugas ialah, bahwa informasi dan keterampilan yang kompleks tidak dapat dipelajari semuanya dalam kurung waktu tertentu. Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya pengusaan, keterampilan, dan pengertian kompleks itu lebih dulu harus dibagi menjadi komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007: 35).
d. Merencanakan Waktu dan Ruang
Pada suatu pengajaran langsung, merencanakan dan mengelola waktu merupakan kegiatan yang sangat penting ada dua hal perlu diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, dan (2) memotivasi siswa
agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. Mengenal dengan baik siswa-siswa yang akan diajar, sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi waktu pembelajaran.
Merencanakan dan mengelola ruang untuk pengajaran langsung juga sama pentingnya. Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2007: 35).
Menurut Nur (2000 : 57-59) tentang Model Direct Instruction dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Salah satu tujuan pembelajaran yang penting dari setiap mata pelajaran di sekolah ialah memperoleh informasi dan keterampilan- keterampilan dasar. Sebelum siswa mempelajari informasi dan keterampilan lanjut, mereka harus terlebih dahulu menguasai informasi dan keterampilan dasar.
2. Untuk tercapainya tujuan seperti yang tertulis pada butir (1), guru menggunakan Model Direct Instruction. Model pengajaran ini mempunyai landasan empirik dan teoritik dari anallisis sistem, teori pemodalan tingkah laku, dan penelitian tentang keberhasilan guru dalam mengajar.
3. Dampak instruksional dari model pengajaran langsung ialah mengembangkan penguasaan keterampilan sederhana dan komplek serta pengetahuan deklaratif yang dapat dirumuskan dengan jelas dan diajarkan tahap demi tahap.
4. Direct Instruction pada umumnya mempunyai Lima fase, menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa; mendemonstrasikan atau
menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh siswa; memberikan bimbingan praktek; mengecek pemahaman siswa dan memberikan balikan; dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih sendiri dan menerapkan hasil belajar.
5. Model Direct Instruction memerlukan lingkungan pembelajaran terstruktur dengan baik dan uraian guru yang jelas.
6. Pada tahap perencanaan perumusan tujuan dan analisis tugas, perlu mendapat perhatian yang seksama.
7. Dalam melaksanakan Direct Instruction, guru perlu memberikan uraian yang jelas, mendemonstrasikan dan memperagakan tingkah laku dengan benar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih.
8. Pelatihan perlu dilandasi oleh prinsip-prinsip sebagai berikut : berikan pelatihan singkat dan frekwensi yang tidak berlebihan; Siswa benar- benar menguasai keterampilan yang dilatihkan; Menggunakan pelatihan berkelanjutan atau pelatihan berselang.
9. Direct Instruction menuntut pengolaan kelas yang unik, menarik dan mempertahankan perhatian siswa dari awal sampai selesainya proses pembelajaran.
10. Pengolaan kelas yang juga perlu memperoleh perhatian ialah mengatur tempo pembelajaran, kelancaran alur pembelajaran, mempertahankan ketertiban dan pes erta s is wa, dan menangan i dengan c epat penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa.