• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL JAWA TENGAH UNTUK PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Iin Chaelani1, Yudha Febrianta2, Arifin Muslim3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

iinchaelani@yahoo.co.id yudhafebrianta@ump.ac.id

arifinmuslim@ump.ac.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keadaan awal di lapangan terkait perlunya pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah.

Metode penelitian ini merupakan penelitian awal yang termasuk di dalam tahap yang pertama yaitu penelitian dan pengumpulan data dalam prosedur penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini hanya terbatas pada analisis kebutuhan yang bersumber dari hasil wawancara dan angket peserta didik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen analisis kebutuhan yaitu wawancara untuk guru dan angket untuk peserta didik.

Hasil analisis kebutuhan menunjukan bahwa guru dan peserta didik membutuhkan pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk pembelajaran matematika dan untuk mengembangkan karakter kerjasama pada peserta didik di kelas II Sekolah Dasar.

Kata kunci: Analisis kebutuhan, permainan tradisional Jawa Tengah, kerjasama

PENDAHULUAN

Pada zaman modern ini manusia semakin dihadapkan pada tantangan-tantangan global, dimana tidak ada lagi batas jarak dan waktu.

Setiap individu harus selalu siap siaga menghadapi persaingan dalam segala bidang kehidupan, untuk menghadapi hal tersebut perlu dilakukannya suatu upaya yang terstruktur, terpadu dan berkesinambungan yakni melalui pemenuhan pendidikan bagi setiap individu. Selain itu pendidikan juga berfungsi sebagai sarana manusia untuk mengembangkan potensi

dirinya. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 1 (Salahudin, 2013: 11) menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan,

(2)

156 mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Sholeh (2018: 26) mata pelajaran matematika yang diberikan di pendidikan dasar dan menengah adalah hal yang dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.

Kemampuan tersebut, merupakan kompetensi yang diperlukan oleh peserta didik agar memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Sesuai dengan tujuan mata pelajaran matematika yang diberikan di pendidikan dasar dan menengah yaitu salah satunya agar peserta didik memiliki kemampuan bekerjasama.

Menurut Rukiyati (Yulianti, 2016:

35) karakter kerjasama merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, karena karakter tersebut mampu melatih peserta didik dalam memahami, merasakan, dan melaksanakan aktivitas kerja sama guna mencapai tujuan bersama, oleh karena itu pentingnya kerjasama pada peserta didik, sudah menjadi tugas guru untuk dapat membangun karakter kerjasama pada peserta didik agar peserta didik memperoleh keberhasilan di Sekolah.

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang masuk dalam ujian nasional baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun di Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pada Sekolah Dasar tidak sedikit

peserta didik yang merasa kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran ini. Menurut Muslimin (2012: 100) konsep- konsep matematika merupakan konsep yang abstrak, Bild (2016: 51) menjelaskan pembelajaran matematika sejauh ini lebih menekankan kepada capaian kognitif peserta didik, dimana peserta didik dikenalkan rumus-rumus dan sebatas penerapan pada konsep abstrak.

Sementara pola pikir peserta didik di SD menurut Jean Piaget (Marsigit, 2018: 2) pada usia 7 -12 tahun merupakan tahap operasional kongkret, dimana pada tahap ini anak masih terikat pada pengalaman pribadi, pengalaman kongkret dan belum formal, maka peserta didik perlu diupayakan untuk memahami matematika sesuai dengan tingkat perkembangan mentalnya, guru juga diharapkan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar peserta didik tertarik mengikuti pembelajaran matematika.

Usia peserta didik di sekolah dasar merupakan usia dimana peserta didik masih senang bermain dengan teman seusianya. Menurut Pitadjeng (Rukiah, 2018: 10) menjelaskan bahwa anak dan permainan merupakan dua pengertian yang hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain, oleh karena itu dalam pembelajaran guru dapat memanfaatkan permainan, dengan bermain sambil belajar diharapkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan tuntutan taraf perkembangannya dan proses belajar pun menjadi menyenangkan. Ketika sedang bermain, peserta didik juga juga mendapatkan pembelajaran.

(3)

Terdapat klasifikasi permainan yang dapat digunakan dalam kepentingan pembelajaran.

Menurut Montolalu, dkk (Suherman,

2017: 221) permainan

diklasifikasikan menjadi enam kelompok berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang akan dikembangkan peserta didik, yaitu (1) permainan untuk pengembangan kemampuan kognitif, (2) permainan untuk latihan koordinasi gerakan motorik (fisik), (3) permainan konstruktif untuk pengembangan kemampuan kognitif dan keterampilan motorik halus, (4) permainan drama untuk latihan pengembangan bahasa, (5) permainan untuk pengembangan kemampuan seni, dan (6) permainan untuk penumbuhan aspek moral dan nilai-nilai kehidupan.

Berdasarkan klasifikasi kelompok permainan tersebut salah satu permainan yang dapat digunakan pembelajaran yaitu dengan menggunakan permainan tradisional. Menurut Febriani (2017:

35) salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai agar mudah diterima oleh peserta didik adalah melalui permainan tradisional, karena secara langsung para peserta didik akan belajar nilai-nilai yang terdapat dalam permainan tradisional, tanpa disadari peserta didik akan lebih mudah menyerap nilai-nilai karakter yang terdapat yang terdapat dalam permainan tradisional, sehingga permainan tradisional perlu di lestarikan sebagai cara untuk mempertahankan nilai- nilai yang ada di dalamnya, contohnya dalam proses pembentukan nilai, moral, dan karakter, disamping menstimulasi

aspek motorik, kognitif, emosi, sosial dalam permainan tradisional.

Permainan tradisional merupakan permainan turun temurun yang dimainkan oleh generasi sebelumnya dan dimainkan lagi oleh generasi setelahnya. Menurut Ni’am (2017: 323) permainan tradisional sudah dikenalkan sejak nenek moyang pada zaman dahulu, permainan tradisional yang ada di daerah-daerah di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan adat istiadat dan tata krama dari pandangan hidup manusia.

Ki Hajar Dewantoro Suherman (2017: 223) menjelaskan bahwa permainan kanak-kanak adalah kesenian kanak-kanak, yang sesungguhnya amat sederhana bentuk dan isinya, namun memenuhi syarat-syarat etis dan estetis, dengan semboyan dari “natur ke arah kultur”, sebagai wahana pengajaran anak- anak, oleh karena itu model Permainan tradisional Jawa Tengah yang efektif guru dapat memanfaatkan dan mengembangkan permainan tradisional yang ada di berbagai daerah di Indonesia khususnya daerah Jawa Tengah, serta digunakan sebagai media pendidikan di SD, dan dapat digunakan sebagai wahana pengajaran di Sekolah Dasar, dan dapat digunakan sebagai wahana pengajaran di Sekolah Dasar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berinsiatif untuk melakukan analisis kebutuhan terhadap pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah, dengan tujuan untuk mengetahui perlunya pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah.

METODE PENELITIAN

(4)

158 Metode Penelitian ini merupakan penelitian awal yang termasuk di dalam tahap yang pertama yaitu penelitian dan pengumpulan data dalam prosedur penelitian dan pengembangan (R &

D) oleh Borg dan Gall (Sukmadinata, 2010: 169-170). Penelitian ini hanya terbatas pada analisis analisis kebutuhan yang bersumber dari hasil wawancara dan angket peserta didik.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen analisis kebutuhan yaitu wawancara untuk guru dan angket untuk peserta didik, untuk mengetahui keadaan awal di lapangan terkait perlunya pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah.

Peneliti melakukan wawancara dengan guru serta penyebaran angket di kelas II di Sekolah Dasar Negeri Locondong, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2019. Sampel penelitian atau responden dilakukan wawancara dengan guru kelas II untuk memberikan informasi mengenai penggunaan permainan tradisional dalam proses pembelajaran matematika di kelas II, serta kondisi dan kendala dalam proses pembelajaran di Sekolah. Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan angket peserta didik, penyebaran angket peserta didik dilakukan oleh peserta didik kelas II sejumlah 33 peserta didik.

Penyebaran angket dilakukan untuk memberikan informasi tentang perlunya pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk pembelajaran matematika.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil anaslisis kebutuhan menggunakan wawancara dengan guru kelas II di Sekolah Dasar Negeri Locondong, telah diperoleh informasi bahwa (1) guru belum pernah menggunakan permainan tradisional Jawa Tengah sebagai sarana pembelajaran matematika, (2) guru mengeluhkan bahwa peserta didik kurang tertarik dengan pembelajaran matematika, dan masih ada beberapa peserta didik yang masih kesulitan belajar matematika, (3) peserta didik terkena dampak permainan modern yang berdampak pada karakter kerjasama pada peserta didik,(4) keterbatasan pengetahuan guru untuk memilih strategi mengajar yang tepat yang sesuai dengan karakteristik peserta didik serta peserta didik lebih tertarik dengan pembelajaran matematika, (4) belum adanya pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk pembelajaran matematika agar pembelajaran lebih menarik dan peserta didik mudah

memahami pembelajaran

matematika serta dapat mengembangkan karakter peserta didik terutama karakter kerjasama, (5) keterbatasan pengetahuan guru dalam memberikan pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah, (6) guru membutuhkan pengembangan permainan tradisional untuk pembelajaran matematika.

Hasil penyebaran angket 33 peserta didik di SD Negeri Locondong adalah sebagai berikut:

(5)

PEMBAHASAN

Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak itu sendiri. Widodo, (2017: 184) berpendapat bermain (play) adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang

ditimbulkannya, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir.

Bermain pada hakikatnya merupakan salah satu kebutuhan hidup bagi anak. Dalam kehidupan anak, bermain merupakan latihan-latihan yang dilakukan agar anak menjadi manusia dewasa yang lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk melatih potensi - potensi yang ada pada dirinya, oleh karena itu bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak itu sendiri,

Mengingat betapa krusilnya pendidikan bagi anak serta betapa penting dan fondumentalnya rangsangan-rangsangan yang dibutuhkan anak untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki, maka bermain menjadi kegiatan yang sangat penting dan merupakan sentral dan segala kegiatan karena aktivitas bermain merupakan kebutuhan bagi anak dan appropriate dengan perkembangan yang dimiliki oleh anak. Dekdikbud, (Kurniati, 2016:4) menjelaskan perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat berikutnya, oleh karena itu dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, waktu dan tempat, serta teman bermain.

Banyak macam - macam permainan yang mendukung anak- anak dalam tumbuh kembang anak salah satu contohnya adalah permainan tradisional. Berdasarkan angket peserta didik 75,76% peserta didik mengenal permainan tradisional, hal ini menunjukan bahwa peserta didik masih mengenal permainan tradisional khususnya di daerah setempat di Jawa Tengah.

Tetapi hanya 21,21% peserta didik sering bermain permainan tradisional di rumah maupun di Sekolah. Hal ini menunjukan bahwa permainan tradisional pada saat ini sudah jarang dimainkan peserta didik, menurut Yudiwinata dan Handoyo (2014:2)

(6)

160 menyatakan pada zaman sekarang anak-anak sudah jarang mengenal permainan tradisional, permainan tradisional sudah jarang ditemui karena tidak adanya sosialisasi dari orang tua ke anak ataupun dari guru ke peserta didik akan terus hilang ditambah dengan adanya permainan modern yang lebih dikenal dengan istilah game bagi anak-anak. Anak- anak yang sudah individualis akan lebih menjadi pribadi yang tertutup karena permainan ini tidak mengajarkan kerjasama dan hal-hal positif lainnya. Hal tersebut juga sejalan dengan pendapat guru berdasarkan hasil wawancara guru menyatakan bahwa peserta didik sudah jarang yang memainkan permainan tradisional di rumah dan di sekolah, di rumah anak-anak lebih sering bermain game, yang menyebabkan anak menjadi bersifati individualis dan tertutup.

Dengan melihat keadaaan permaianan tradisional pada saat ini, diperlukan pemanfaatan permainan tradisional yang mempunyai nilai- nilai yang bermanfaat bagi perkembangan anak, menurut Direktorat Budaya (Kurniati, 2016:3) setiap permainan tradisional mengandung nilai-nilai yang dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan anak-anak. Permainan tradisional selain dapat memupuk kesatuan dan persatuan juga dapat memupuk nilai-nilai karakter seperti kerjasama, kebersamaan, kedisiplinan, dan kejujuran.

Berdasarkan angket peserta didik, menunjukan presentase 100% bahwa peserta didik saat bermain dengan tim peserta didik bekerjasama dengan tim akan lebih mudah memenangkan permainan, menurut

Nurrahmah dan Rita Ningsih, (2018:

44) yang menjelaskan bahwa permainan tradisional dapat membuat anak menjadi lebih kreatif dan bekerjasama untuk menjadi pemenang. Karena di dalam permainan tradisional yang berbentuk tim akan membuat peserta didik bekerjasama kreatif membuat strategi dengan teman sekelompok untuk memenangkan permainan, dalam permainan tradisional yang berbentuk tim juga akan mengajarkan peserta didik untuk dapat menghargai temannya yaitu ditunjukan dengan sikap pengakuan kemenangan lawan, hal tersebut sejalan dengan hasil angket peserta didik menunjukan presentase 78,79% peserta didik saat bermain permainan tradisional peserta didik mengakui kemenangan lawan apabila timnya kalah dalam permainan.

Melalui permainan tradisional contohnya permainan tradisional anak-anak di Jawa, dikatakan mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal- hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka di tengah masyarakat, seperti misalnya melatih cakap hitung menghitung, melatih kecakapan berfikir, melatih bandel (tidak cengeng), melatih keberanian, melatih bersikap jujur dan sportif dan sebagainya. berdasarkan wawancara dengan guru kelas II, guru mengeluhkan terdapat beberapa peserta didik yang masih kesulitan dalam berhitung, peserta didik kurang tertarik denga pembelajaran matematika dan sulit dikondisikan ketika guru mengajarkan matematika, menurut Yeni (2015:11) hal tersebut ini disebabkan karena

(7)

matematika merupakan pelajaran yang menjadi momok menakutkan bagi peserta didik, matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami karena matematika bersifat abstrak. Oleh karena itu diperlukan strategi guru dalam mengajarkan matematika agar peserta didik tertarik dengan pembelajaran matematika.

Berdasarkan hasil angket peserta didik menunjukan bahwa 100% peserta didik bersemangat dan suka belajar matematika apabila menggunakan permainan tradisional, hal tersebut dikarenakan pada anak seusianya peserta didik masih senang dengan hal bermain. Terdapat dua cara yang dapat di tempuh guru dalam mengimplementasikan bermain menurut Solehuddin (Kurniati, 2016: 4) yaitu:

1) Secara langsung, dalam hal ini bermain sebagai metode pembelajaran bagi anak. Guru menyajikan permainan kepada anak yang bertujuan mengembangkan perilaku tertentu yang diharapkan dan yang ditetapkan sebelumnya.

2) Secara tidak langsung, yaitu dengan melengkapi ruang bermain (Play center) dengan alat-alat permainan pendidikan.

Anak diberi keleluasaan untuk melakukan kegiatan bermain sesuai dengan alat-alat permainan yang dirancang guru.

Dengan

mengimplementasikan permainan dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan model permainan tradisional yang ada di daerah setempat di Jawa Tengah yang memiliki sifat edukatif, dan terdapat nilai-nilai karakter didalamnya, yang

dapat membantu peserta didik memahami materi matematika dan dapat membuat peserta didik tertarik terhadap pembelajaran matematika.

Dengan metode pembelajaran yang tepat, pembelajaran akan lebih efektif dan efisien karena sesuai dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik. Tetapi berdasarkan wawancara guru menyatakan bahwa guru belum pernah menggunakan permainan tradisional sebelumnya dalam pembelajaran matematika, guru juga belum pernah mengembangkan model permainan tradisional sebelumnya untuk pembelajaran matematika Oleh karena itu, diperlukan permanfaatan permainan tradisional kembali dengan mengembangkan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk pembelajaran matematika. Hasil wawancara dan angket peserta didik juga menunjukan dengan presentase 100% peserta didik dan guru membutuhkan pengembangan permainan tradisional Jawa Tengah.

KESIMPULAN

Hasil analisis kebutuhan berdasarkan wawancara dan angket peserta didik dapat disimpulkan bahwa guru dan peserta didik membutuhkan pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk pembelajaran matematika di kelas II Sekolah Dasar.

SARAN

Dengan adanya analisis kebutuhan dapat membantu guru dan peneliti untuk mengembangkan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk pembelajaran matematika. Guru dan peneliti lain dapat menganalisis kebutuhan

(8)

162 pengembangan model permainan tradisional Jawa Tengah untuk mata pelajaran yang lain, agar proses pembelajaran di Sekolah lebih efektif dan menarik.

DAFTAR PUSTAKA

Bild, W. (2016) Pendidikan Karakter Terencana Melalui Pembelajaran Matematika. Journal of Mathematics Education. 2(1) :46- 53.

Febriani, N.S, Dian Budiana.(2017).

Upaya Mengembangkan Nilai–

Nilai Kerjasama Melalui Penerapan Permainan tradisional Bakiak dan Gatrik. Journal of Teaching Physical Education In Elementary School. 1(1):33-41.

Salahudin, A, irwanto Alkreinciechie.

(2013).Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis Agama Dan Budaya Bangsa. Bandung:Cv Pustaka ceria.

Sholeh, M. Anisa Fatwa Sari.

(2018).Proses Metakognisi Tahap Evaluation Siswa Smp dalam Menyelesaikan Soal Pisa. Jurnal

Kajian Pembelajaran

Matematika. 2 (1): 26-30.

Kurniati,E.(2016). Permainan tradisional dan Peranannya

Dalam Mengembangkan

Keterampilan Sosial

Anak.Jakarta:Prenademedia Group.

Marsigit.2018. Matematika Untuk Sekolah Dasar. Yogyakarta:

Matematika

Muslimin,dkk. (2012). Desain Pembelajaran Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Permainan tradisional Congklak Berbasis Pendidikan Matematika Realistik

Indonesia di Kelas IV Sekolah

Dasar.Jurnal Kreano. 3 (2): 100- 112.

Ni’am, L. S. K . (2017). Pengaruh Pemberian Permainan tradisional Terhadap Kerjasama Peserta Didik dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

5 (2): 321 – 328.

Nurrahmah, A. dan Rita Ningsih.

(2018). Penerapan Permainan tradisional

Berbasis Matematika.Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2 (2) : 43-50.

Rukiah. (2018). Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Siswa pada Pembelajaran

Matematika dengan

Menggunakan Permainan Kartu di Kelas II SDN Habau Tahun Pelajaran 2016/2017. Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan. 4 (2): 9-19

Suherman, W.S, dkk. (2017) Pengembangan “Majeda”

Untuk Mengoptimalkan Tumbuhkembang Peserta didik Taman Kanak-Kanak. Jurnal Cakrawala Penidikan. (2) : 220- 230

Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Widodo, P, Ria Lumintuarso. (2017).

Pengembangan Model Permainan tradisional untuk Membangun Karakter pada Peserta didik SD Kelas Atas. Jurnal Keolahragaan.

5 (2): 183-193.

Yeni, E.M. (2015). Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar.

Jupendas. 2 (2): 1-10

Yudiwinata, H.P. dan Handoyo. P.

(2014). Permainan Tradisional

(9)

dalam Budaya dan Perkembangan Anak. Paradigma. 2 (3): 1-5.

Yulianti, S.D. dkk. (2016).

Pendidikan Karakter Kerjasama dalam Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar pada Kurikulum 2013.Jurnal Teori dan Praksis PembelajaranIPS. 1(1): 33-38.

Referensi

Dokumen terkait

LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL AZZHIM…….1000X YA ALLAH YA KHODIM…….1000X YA LATIF YA KHOBIR…….1000X YA

Ovum istri disenyawakan dengan sperma laki-laki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan isteri ada

Permasalahan dalam skripsi ini adalah, Apakah formulasi dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam Perkara Pidana Nomor: 868/Pid.B/2010/PN.Bwi telah sesuai dengan tindakan terdakwa,

Ungkapan Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan limpahan kuasa yang diberikanNya sehingga dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “Model

Kemudian terdapat antarmuka isi data yang dapat dilihat pada gambar 8 bagian 2, dimana antarmuka tersebut menampilkan informasi penerbangan, data pemesan, data

Prema specifikaciji proizvođača, matične ćelije alpske ruže u liposomima (PhytoCellTec™ Alp Rose) povećavaju otpornost humanih matičnih ćelija kože, štite ih od

Alde batetik Oiassoren titularitatea Udalarena da eta gestioa bi talderen bidez gestionatzen da, batetik museoen gestioan lan egiten duen enpresa bat, K6 Kulturala eta ,

Sistem pendukung keputusan ini dapat membantu pihak instalasi farmasi rumah sakit umum daerah Arifin Achmad Pekanbaru terkait untuk segera mengambil