93
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH ASURANSI PADA PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI
PT ASURANSI RELIANCE INDONESIA Oleh:
Dr. Putu Sekarwangi Saraswati, SH, MH I Wayan Wisadnya, SH, MH
Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar, Jalan kamboja Nomor 11A Denpasar, Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta, Jalan Ken Arok Nomor 12,
Denpasar ( Email. [email protected], [email protected])
Abstract, This study aims to determine the legal protection of insurance customers in the
health insurance agreement at PT Asuransi Reliance Indonesia and the legal consequences if the insurance company defaults on the health insurance agreement made in the health insurance agreement at PT Asuransi Reliance Indonesia between the company and the insurance customer. Legal protection for insurance customers in the health insurance agreement at PT Asuransi Reliance Indonesia is based on the rights of the insured as stipulated in the insurance agreement to provide compensation to the insured, if the insurance company defaults, the judiciary can provide legal protection in the form of a fair decision for the insured who harmed by the insurance company if proven in court. The legal consequences if the insurance company defaults on the health insurance agreement made, there will be sanctions for non-compliance with registration obligations, providing compensation to insurance customers, the imposition of administrative sanctions is carried out after a written warning is given, given a maximum of 2 (two) times each. for a maximum period of 10 (ten) working days, returning the rights of the insured to the premium that has been deposited, criminal sanctions, based on the provisions of Article 55 of Law Number 24 of 2011, Companies that do not carry out their obligations as referred to in Article 19 of Law Number 24 of 2011 paragraphs 1 and 2, shall be sentenced to a maximum imprisonment of 8 (eight) years or a maximum fine of Rp. 1,000,000,000, - (One Billion Rupiah).
Keywords: Legal Protection, Health Insurance Agreement.
Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia sertaakibat hukum apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi atas perjanjian asuransi kesehatan yang dibuatdalam perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia antara perusahaan dengan nasabah asuransi. Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia yaitu berdasarkan pada hak-hak tertanggung yang diatur dalam perjanjian asuransi memberikan penggantian kepada tertanggung, jika perusahaan asuransi melakukan wanprestasi maka badan peradilan dapat memberi perlindungan hukum berupa putusan yamg adil bagi tertanggung yang dirugikan oleh perusahaan asuransi jika terbukti dipengadilan. Akibat hukum apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi atas perjanjian asuransi kesehatan yang dibuat maka timbulnya sanksi atas ketidak patuhan dalam kewajiban pendaftaran, memberikan ganti rugi kepada nasabah asuransi, pengenaan sanksi administratif dilakukan setelah dilaksanakan teguran tertulis, diberikan paling banyak 2 (dua) kali masing – masing untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja, mengembalikan hak-hak tertanggung atas premi yang sudah disetorkan, sanksi pidana, berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011, Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 19 Undang-Undang
94
Nomor 24 Tahun 2011 ayat 1 dan 2, dipidana dengan penjara paling lama 8 (delapan) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Perjanjian Asuransi Kesehatan.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Kehadiran institusi hukum akan membawa masyarakat dalam suatu keteraturan yang mantap bagi usaha manusia untuk memperoleh keadilan ekonomi, sosial, politik dan lain-lain. Dengan adanya norma hukum itulah, yang akan menuntut para anggota masyarakat untuk bertingkah laku yang baik dalam hubungan hidup bermasyarakat, ketertiban dan ketentraman yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, berarti para anggota masyarakat dapat memahami kehadiran hukum di tengah masyarakat.
Fungsi hukum secara konkrit harus dapat mengendalikan pertentangan kepentingan hidup manusia agar menjadi teratur dan lancar, hal ini perlu dipertahankan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Di dalam masyarakat yang maju dan kebutuhan hidupnya yang semakin kompleks, maka fungsi hukum dari aspek operasionalnya akan menjadi sarana untuk mengarahkan pengaturan masyarakat (Social
Engineering) atau tata hidup bermasyarakat. Fungsi hukum berkaitan dengan suatu perjanjian.
Perjanjian diartikan sebagai suatu perbuatan hukum mengenai harga benda kekayaan antara dua belah pihak,dimana satu pihak berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain menurut pelaksanaan janji itu. 1
Perlindungan hukum bagi tertanggung dalam perjanjian asuransi, dalam hal ini menimbulkan hubungan dimana orang yang satu berhak dan yang lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti mengambil
1Wirjono Prodjodikoro, 2011, Hukum
Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan Tertentu, Sumur Bandung. h. 6.
inisiatif untuk menganalisa lebih dalam terkait Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Pada Perjanjian Asuransi Kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraiian latar belakang permasalah diatas dalam hal ini dapat dikemukakan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia?
2. Bagaimanakah akibat hukum apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi atas perjanjian asuransi kesehatan yang dibuat dalam perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia antara perusahaan dengan nasabah asuransi?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam ruang lingkup masalah ini akan diuraikan pokok-pokok permasalahan secara garis besarnya yang menggambarkan materi pembahasan dari skripsi ini. Dengan adanya penegasan mengenai ruang lingkup masalah ini diharapkan dapat mencegah pembahasan yang terlalu luas serta dapat memberikan pedoman dalam pembahasan atau pokok permasalahan. Terhadap permasalahan yang pertama akan penulis bahas tentang perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan di PT.Asuransi Reliance Indonesia. Dan yang kedua akibat hukum apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi atas perjanjian asuransi kesehatan yang dibuat dalam perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi
95 Reliance Indonesia antara perusahaan dengan nasabah asuransi.
1.4 Tujuan Penelitian
Ada 2 tujuan dalam penelitian ini :
1.4.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umumnya adalah :
a. Untuk memperoleh gelar sarjana hukum.
b. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pada bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa.
c. Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum. 1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusunya adalah :
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia.
b. Untuk mengetahui akibat hukum apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi atas perjanjian asuransi kesehatan yang dibuat di PT Asuransi Reliance Indonesia.
1.5 Kerangka Teoristis dan Hipotesis 1.5.1 Teori Negara Hukum
Negara berdasarkan atas hukum ditandai oleh beberapa unsur antara lain semua perbuatan atau tindakan pemerintah atau negara harus didasarkan pada ketentuan hukum yang sudah ada sebelum perbuatan atau tindakan itu dilakukan.2 Negara Indonesia adalah
negara hukum (Rechtstaat), hal ini sebagaimana disebutkan di dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3)
2Sugiyanto dan Bambang Giyanto,
2008, Hukum Administrasi Negara, Lembaga Administrasi Negara-Republik Indonesia, Jakarta, h. 11.
3Ahmad ali, 2012, Menguak teori hukum
dan teori peradilan, Kharisma Putra Utama, h. 40.
4Md Dharma Weda, 2008, Teori
Konstitusi dan Negara Hukum, Program Pasca
Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI 1945).
Para pakar ilmu sosial yang mempunyai suatu minat berprofesional terhadap kata hukum tersebut mendapati kesukaran untuk menangkap esensi hukum dalam suatu bahasa yang sederhana. Menurut Emanuel Kant bahwa tidak ada seorang yuris pun mampu membuat suatu definisi hukum yang tepat.3
Pada konstitusi suatu negara memnggambarkan secara jelas dalam isi konstitusi itu menurut MR. JG Steenbeek, bahwa isi konstitusi itu pada dasarnya adalah :
a. Adanya jaminan terhadap hak-hak suatu manusia dan warga negaranya. b. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat fundamental. c. Adanya pembagian dan pembatasan
tugas ketatanegaraan yang juga bersifat fundamental.4
Negara Hukum adalah negara yang berlandaskan hukum dan menjamin keadilan bagi warganya. Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat perlengkapan negara atau penguasa semata-mata berdasarkan hukum atau dengan kata lain diatur oleh hukum. Hal yang demiikian akan mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup warganya.5
Perlindungan hukum terhadap tertanggung dalam suatu perjanjian asuransi merupakan suatu hal yang patut. Kepatutan perusahaan asuransi dalam meberikan perlindungan merupakan hal yang wajib. Perlindungan hukum bagi tertanggung dalam perjanjian asuransi, dalam hal ini menimbulkan hubungan dimana orang yang satu berhak dan yang lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Sebagai pihak dalam suatu perjanjian maka kedudukan tertanggung
Sarjana, Universitas Mahendradatta, Denpasar, h. 11
5Abu Daud Busro dan Abu Bakar Busro,
1993, Asas-asas Hukum Tata Negara, Ghoila Indonesia,
96 dan penanggung dalam perjanjian asuransi harus memiliki posisi yang setara. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), juga diatur hak dan kewajiban dari pelaku usaha, dalam hal ini adalah penanggung dalam asuransi, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 6, yaitu hak pelaku usaha adalah:
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Demikian halnya dalam perlindungan hukum bagi tertanggung dalam perjanjian asuransi, dalam hal ini hak-hak tertanggung yang diatur dalam perjanjian asuransi ditinjau dari undang-undang tentang asuransi yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Maka dasar hukum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHper), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dapat dijadikan landasan yuridis dalam memberikan perlindungan’\hukum bagi tertanggung dalam perjanjian asuransi dan memberi sanksi bagi yang melakukan wanprestasi. 1.5.2. Teori Perlindungan Hukum
6Satjipto Raharjo,2000, Ilmu Hukum,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.53.
7Dyah Ochtorina Susanti, 2011, Teori
Perlindungan Hukum, Bahan ajar mata kuliah
Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum yaitu bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat.6
Hukum harus diciptakan dengan tujuan melindungi kepentingan masyarakat, dengan cara
mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan tersebut. Hukum melindungi hak-hak masyarakat dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepada mereka untuk bertindak, misalnya tindakan hukum untuk menuntut melalui institusi hukum, agar hak mereka terpenuhi.7
Hukum sebagai perlindungan kepentingan manusia berbeda dengan norma-norma yang lain. Karena hukum itu berisi perintah dan atau larangan, serta membagi hak dan kewajiban. Sudikno Mertokusumo mengemukakan tidak hanya tentang tujuan hukum, tetapi juga tentang fungsi hukum dan perlindungan hukum. Ia berpendapat bahwa: “dalam fungsinya sebagai perlindungan kepentingan manusia hukum mempunyai tujuan. Hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan kepentingan manusia akan terlindung. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas membagi hak dan kewajiban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara memecahkan masalah
Teori Hukum,disampaikan di Program Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Kadiri (UNISKA), Kediri, h. 4.
97 hukum serta memelihara kepastian hukum.”8
Roscoe Pound dikutip oleh Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa hukum adalah lembaga terpenting dalam melaksanakan kontrol sosial dan atau rekayasa sosial. Pound pun mengakui bahwa fungsi lain dari hukum adalah sebagai sarana untuk melakukan rekayasa sosial (social engineering). Ia mengatakan bahwa sistem hukum mencapai tujuan ketertiban hukum dengan mengakui kepentingan-kepentingan itu,dengan menentukan batasan-batasan pengakuan atas kepentingan-kepentingan tersebut dan aturan hukum yang dikembangkan serta diterapkan oleh proses peradilan memiliki dampak positif serta dilaksanakan melalui prosedur yang berwibawa, juga berusaha menghormati berbagai kepentingan sesuai dengan batas-batas yang diakui dan ditetapkan.9
Perlindungan hukum merupakan tindakan Negara untuk melakukan sesuatu dengan (memberlakukan hukum negara secara esklusif) tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak-hak seseorang atau kelompok orang.10 Dalam
perspektif Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Pada Perjanjian Asuransi Kesehatan jika perusahaan asuransi melakukan wanprestasi maka peran dan atau tindakan Negara yakni pemerintah melalui badan peradilan dapat memberi perlindungan hukum berupa putusan yamg adil bagi tertanggung yang dirugikan oleh perusahaan asuransi jika terbukti dipengadilan.
2. METODE PENELITIAN 2.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempergunakan jenis penelitian hukum normatif dan didukung dengan penelitian
8Sudikno Mertokusumo,1999,
Mengenal hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, h. 71.
9Lili Rasjidi & Ira Thania Rasjidi,2002,
Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, h. 74.
10Satjipto Raharja, 2002, Ilmu Hukum,
PT Citra Aditia Bakti, Bandung, h. 54.
hukum empiris. Menurut Soerjono Soekanto, metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses, prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. Penelitian hukum secara normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan baku utama, menelah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data skunder, diantaranya norma, kaidah dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.11
2.2 Jenis Pendekatan
Secara garis besar dalam penyusunan penelitian ini tidak lepas dari jenis pendekatan, ada 2 jenis pendekatan yang digunakan diantaranya:
1. Pendekatan Perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan secara yuridis yang maksdunya adalah pendekatan terhadap materinya didasarkan atas hal-hal yang telah 11Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar
Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, h. 6.
22Soerjono Soekanto, 1997,Tata Cara
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bi
d
ang Hukum, Galia Indonesia, Jakarta, h. 7.98 diatur dalam norma-norma hukum atau perundang-undangan.
2. Pendekatan Konsep adalah bahwa setiap perjanjian yang dibuat harus ada dua pihak atau lebih diawali dengan adanya kata sepakat dari para pihak. Kesepakatan adalah syarat utama adanya perjanjian disamping syarat yang lainnya ada subyek (para pihak) ada obyek atau bendabarang yang diperjanjikan, lama waktu dan kesepakatan besarnya uang dan kecakapan bertindak dalam hukum atau sudah dewasa.22
2.3 Sumber Bahan Hukum
Dalam penyusunan penelitian ini, bahan hukum yang digunakan terbagi menjadi 3 yaitu bahan hukum primer, bahan hukum skunder, bahan hukum tersier.
a) Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang-undangan. Bahan hukum yang penulis gunakan sepertiUndang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen sebagai landasan hukum dari penelitian ini.
b) Bahan Hukum Skunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kemana peneliti akan mengarah. Penulis disini menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan perjanjian asuransi seperti buku Pengantar Penelitian Hukum, Hukum Asuransi Indonesia, Managemen Asuransi, Kedudukan Hukum, Dasar-Dasar Asuransi, jurnal hukum dan internet
23Peter Mahmud Marzuki Op.Cit.
,
h.93.
yang merupakan landasan teori dari penelitian ini.
c) Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan skunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya.23 Bahan hukum yang
penulis gunakan dalam penelitian ini yakni Kamus Hukum dan wawancara langsung dengan pihak asuransi di PT Asuransi Reliance Indonesia yang merupakan data pelengkap dari data primer dan skunder penelitian ini.12
2.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Untuk memperoleh bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik dan alat pengumpulan bahan hukum yakni Studi pustaka dan dokumentasi, dalam studi ini
dilakukan pengumpulan,
menginventarisir dan mempelajari bahan hukum baik bahan hukum skunder maupun primer dan tersier atau bahan-bahan non hukum atau bahan-bahan-bahan-bahan dokumen penting yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yakni perlindungan hukum perjanjian asuransi pada tertanggung jika perusahaan asuransi melakukan wanprestasi.
2.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif yakni pendekatan pengolahan bahan hukum melalui metode statistik yang terkumpul dari data skunder. Sedangkan metode kualitatif yaitu pengolahan bahan hukum secara mendalam melalui pengamatan,wawancara, dan literatur. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Berdasarkan Perjanjian Asuransi Kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia
99 Perlindungan terhadap nasabah asuransi berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menempatkan tertanggung dalam posisi tawar yang cukup kuat dan dalam Pasal 4 undang-undang ini memberikan hak-hak tertanggung sebagai berikut:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
c. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
d. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
e. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
f. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; g. Hak untuk didengar pendapat dan
keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
Sedangkan kewajiban tertanggung menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen adalah :
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Dasar hukum dan perlindungan hukum bagi nasabah asuransi adalah dengan melihat bentuk dari perjanjian asuransi yang merupakan perjanjian
konsesnsual. Perjanjian konsensual adalah suatu perjanjian yang sudah terbentuk sejak adanya katasepakat. Asas konsenseualisme ini dalam hukum perjanjian dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sifat konsensual dari perjanjian konsensual dalam perjanjian asuransi terdapat dalam Pasal 257 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang menentukan bahwa “perjanjian pertanggungan diterbitkan seketika setelah ia ditutup; hak-hak dan kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari penanggung dan tertanggung mulai berlaku semenjak saat itu, bahkan sebelum polisnya ditandatangani”. Sebagai pihak dalam suatu perjanjian maka kedudukan tertanggung dan penanggung dalam perjanjian asuransi harus memiliki posisi yang setara.
3.2 Akibat Hukum Perusahaan Asuransi Melakukan Wanprestasi Menurut Perjanjian Asuransi Kesehatan Di PT Asuransi Reliance Indonesia.
Pada dasarnya perjanjian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) dalam pasal 1233 menegaskan bahwa setiap perjanjian dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang ditegaskan bahwa setiap kewajiban perdata dapatterjadi karena dikehendaki oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian yang secara sengaja dibuat oleh mereka, ataupun karena ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari penegasan tersebut dapat dianalisis bahwa perjanjian terdiri dari dua pihak yakni pihak pertama dan pihak kedua.
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus dijadikan sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, sebagaimana salah satu asas dalam perjanjian ada yang disebut dengan asas Fakta Sunt Servanda, adalah janji itu mengikat, bahwa suatu perjanjian dibuat secara sah oleh para pihak mengikat para pihak tersebut secara penuh sesuai isi perjanjian
100 tersebut. Termasuk juga perjanjian yang dikaji dalam penelitian ini yakni Perjanjian Asuransi Kesehatan Di PT Asuransi Reliance Indonesia.
Perjanjian asuransi kesehatan merupakan perjanjian yang mengikat pihak pertama dan pihak kedua yakni pihak perusahaan asuransi dan nasabah. Adapun hak dan kewajiban masing-masing dalam perjanjian asuransi kesehatan di PT Asuransi Reliance Indonesia berdasarkan perjanjian nomor 01174181100144700 adalah sebagai berikut :
1. Hak Nasabah
a. Mendapatkan kartu identitas peserta sebagai identitas peserta Asuransi Reliance untuk memperoleh pelayanan kesehatan.
b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Asuransi Reliance Kesehatan.
d. Menyampaikan pengaduan, kritik dan saran secara lisan maupun tertulis kepada Asuransi Reliance Kesehatan.
2. Kewajiban Nasabah
a. Mendaftarkan diri sebagai peserta Asuransi RelianceKesehatan kepada
Asuransi Reliance Indonesia. b. Membayar iuran secara rutin setiap bulan sebelum tanggal 10 (sepuluh).
a. Memberikan data dirinya dan anggota keluarganya secara lengkap dan benar.
b. Melaporkan perubahan data dirinya dan anggota keluarganya, antara lain perubahan golongan, pangkat atau besaran gaji, pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat/domisili dan pindah fasilitas kesehatan tingkat pertama serta perubahan alamat email dan nomor handphone
c. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak.
d. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.
1. Hak Perusahaan
a. Menerima premi asuransi
b. Menerima data lengkap dan benar dari nasabah
2. Kewajiban Perusahaan
a. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah asuransi.
b. Mendaftarkan calon
nasabahasuransi sebagai Peserta Jaminan Kesehatan kepada PT Asuransi Reliance Indonesia. c. Menandatangani dan memberikan
polis kepada pihak tertanggung. d. Menghitung dan memungut iuran
dari nasabah.
e. Memberikan ganti rugi kepada tertanggung apabila peristiwa diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapat hal yang dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut. Apabila dari pihak tertanggung melakukan sebuah kelalaian, seperti lupa membayar premi, hal ini dapat menyebabkan batalnya polis tersebut. Sehingga penanggung asuransi bebas dari tanggungjawab menanggung ganti rugi, apabila pada saat itu juga tertanggung mengalami kerugian.
Kadang kala dalam pemenuhan hak dan kewajiban sebagaimana yang dibuat di awal tidak selalu berjalan lancar dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban sebagaimana perjanjian asuransi kesehatan yang dibuat. Pada saat tidak dipenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak, inilah yang disebut wanprestasi. Setiap wanprestasi yang dilakukan tentu menimbulkan akibat hukum.
Berdasarkan hasil penelitian dalam perjanjian asuransi kesehatan nomor 01174181100144700 adapun akibat hukum perusahaan melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut : 1. Sanksi atas ketidakpatuhan dalam
Kewajiban Pendaftaran.
2. Memberikan ganti rugi kepada nasabah asuransi
101 3. Pengenaan sanksi administratif
dilakukan setelah dilaksanakan teguran tertulis, diberikan paling banyak 2 (dua) kali masing – masing untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja.
4. Mengembalikan hak-hak tertanggung atas premi yang sudah disetorkan 3. Sanksi Pidana, berdasarkan ketentuan
Pasal 55 Undang – Undang nomor 24 Tahun 2011, Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 19 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 ayat 1 dan 2, dipidana dengan penjara paling lama 8 (delapan) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).
PENUTUP Kesimpulan
1. Perlindungan mengandung makna adanya perlindungan seperangkat hak terkait perlindungan nasabah asuransi dalam perjanjian asuransi kesehatan antara perusahaan dan nasabah di PT Asuransi Reliance Indonesia. Adapun perlindungan terhadap nasabah adalah sebagai berikut hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut, hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen, hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif, hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tsb sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan, hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan. Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan di PTAsuransi Reliance Indonesia yaitu berdasarkan pada hak-hak tertanggung yang diatur dalam
perjanjian asuransi memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian , kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukumkepada pihak ketiga yang mungkin dideritatertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti dan memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasrkan pada hasil pengelolaan dana. Perlindungan hukum merupakan tindakan negara untuk melakukan sesuatu dengan memberlakukan hukum negara secara esklusif tujuan untuk memberikan jaminan kepastian hak-hak seseorang atau kelompok orang.Pada perspektif perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi pada perjanjian asuransi kesehatan jika perusahaan asuransi melakukan wanprestasi maka peran dan atau tindakan negara yakni pemerintah melalui badan peradilan dapat memberi perlindungan hukum berupa putusan yamg adil bagi tertanggung yang dirugikan oleh perusahaan asuransi jika terbukti dipengadilan.
2. Akibat hukum apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi atas perjanjian asuransi kesehatan yang dibuat di PT Asuransi Reliance Indonesia adalah sebagai berikut : sanksi atas ketidakpatuhan dalam kewajiban pendaftaran, memberikan ganti rugi kepada nasabah asuransi, pengenaan sanksi administratif dilakukan setelah dilaksanakan teguran tertulis, diberikan paling banyak 2 (dua) kali masing – masing untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja, mengembalikan hak-hak tertanggung atas premi yang sudah disetorkan, sanksi pidana, berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011, Perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana pasal 19 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 ayat 1 dan 2, dipidana dengan penjara
102 paling lama 8 (delapan) tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah).
Saran
1. Disarankan pelaksanaan perjanjian oleh para pihak harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa yang dirasa baik atau sesuai dengan yang patut dalam masyarakat yakni adanya itikad baik. Hak-hak tertanggung yang diatur dalam perjanjian asuransi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, dalam hal ini sebaiknya diterapkan secara efektif atas peran pemerintah sebagai pihak pengontrol dan pihak swasta dan masyarakat sebagai pelaku usaha asuransi.
2. Disarankan masing-masing pihak dalam suatu perjanjian asuransi yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan atau memenuhi kewajiban sesuai dengan isi perjanjian tersebut, pihak yang mempunyai hak-hak untuk menuntut sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Peran aparat penegak hukum sangat penting dalam memberi perlindungan hukum bagi tertanggung apabila perusahaan asuransi melakukan wanprestasi, adanya control dan pengawasanan kerjasama antara pemerintah dan aparat penegak hukum.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku
Abdulkadir,Muhammad, 1980, Hukum
Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung.
Budiarto,Agus, 2002, Kedudukan Hukum, Tanggung Jawab Pendiri Perseroan
Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Cammack,Mehr, 2001, Dasar-Dasar
Asuransi, disadur oleh A. Hasymi, Cet.
I, Balai Aksara.
Daud Busrodan,Abu, 1993, Asas-asas
Hukum Tata Negara, Ghoila
Indonesia, Jakarta.
Dharma,WedaMd, 2008, Teori Konstitusidan Negara Hukum,
Program Pasca Sarjana, Universitas Mahendradatta, Denpasar.
Hadisoeprapto,Haryono,1984, Pokok-Pokok Hukum Perikatan Dan Hukum Jaminan, Seri Hukum
Perdata, Cet. I, Liberty, Yogyakarta.
Ichsan,Achmad, 2009,Hukum Perdata
IB, Cetakan II, Penerbit Pembimbing Masa, Jakarta. Kartini,Muljadi, 2003, Perikatan Yang
Lahir dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo
Persada, Cetakan Pertama, Jakarta.
Kasil, C.S.T.,2007, Pengantar Ilmu
Hukum dan Tata Hukum
Indonesia, Cetakan V,N, Balai
ustaka, Jakarta.
Marzuki, PeterMahmud, 2011,
Penelitian hukum, Prenada Media,
Jakarta.
Murtika, I Ketut, 2007, Hukum Asuransi
Indonesia, Cetakan I, PT. Bina Aksara,
Jakarta.
Purwosutjipto, 2006, Pengertian Hukum
Dagang Indonesia, Pokok
Pertanggungan, Jilid Vi, Cet. II, Jambatan,Surabaya.
Prodjodikoro,Wirjono, 2001, Hukum
Asuransi Di Indonesia, Cet. IV, PT.
Intermasa, Jakarta.
Setiawan, R,2007, Pokok-Pokok Hukum
Perikatan, Penerbit Binacipta, Bandung.
Subekti, 1996, Hukum Perjanjian.
Intermasa, Cetakan Keenambelas. Jakarta.
103 Sudarma,SumadiPutu, 2007, Rancangan
Undang-Undang Tentang
Peraturan Hukum Perjanjian,
Penerbit Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar.
Widjaya,Rai, 2002, Merancang Suatu
Kontrak Teori dan Praktek, Kesain
Blance.
Jakarta.
Yahya,HarahapM, 2012, Segi-segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni
Bandung.
B. PeraturanPerundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 (UUD NRI 1945) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang PerlindunganKonsumen,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 337 Tahun 2014, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5618.
Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992TentangPenyelenggaraan Usaha
Perasuransian C. Sumberlainnya
Wawancara dengan I Putu Gede Harta Bawa, SE, Finance Manager Asuransi
di PT Asuransi Reliance Indonesia, Tanggal 2 Mei 2020
Wawancara dengan Firman Soleh, S.I.Kom, HRD Manager Asuransi
di PT Asuransi Reliance Indonesia, Tanggal 7Mei 2020
Wawancara dengan Pandu Prasetyo, General Affair Manager Asuransi
di PT Asuransi Reliance Indonesia, Tanggal 7 Mei 2020