• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tatalaksana Skrining HIV Di PMI Kota Bandung Tahun 2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Tatalaksana Skrining HIV Di PMI Kota Bandung Tahun 2007."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007

Francine Anne Yosi, 2007; Pembimbing I: Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing II: July Ivone, dr.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala yang menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh penderita akibat infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Salah satu cara seseorang terinfeksi HIV yaitu melalui transfusi produk darah, tetapi dengan peningkatan skrining tes, transmisi semacam ini telah diminimalisir.

Diagnosis infeksi HIV ditegakan bedasarkan adanya antibodi terhadap HIV. WHO/UNAIDS merekomendasikan ELISA dan S/R tes sebagai tes standar bagi negara-negara berkembang karena sangat efisien dan mudah diterapkan di laboratorium.

Tujuan penelitiaan ini adalah untuk mengetahui efektivitas tes HIV yang diterapkan di PMI Kota Bandung pada tahun 2007 dibandingkan dengan standar yang direkomendasikan WHO/UNAIDS.

Penelitian ini adalah penelitian terhadap tatalaksana skrining HIV di PMI kota Bandung yang bersifat deskriptif observasional dengan desain studi kasus tunggal. Penelitian dilaksanakan di PMI kota Bandung jalan Aceh No. 79 pada bulan April 2007 - Juli 2007.

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tata laksana skrining HIV di PMI kota Bandung pada tahun 2007 sudah memenuhi standar tata laksana skrining HIV WHO/UNAIDS.

(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

Study About HIV test

that applied in PMI Kota Bandung at 2007

Francine Anne Yosi, 2007; Tutor I: Freddy Tumewu Andries, dr., M S Tutor II: July Ivone, dr.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) is a syndrome caused by

HIV(Human Immunodeficiency Virus) infection that decreases host immune system. People can be infected by blood-product transfusions, but improved screening tests have reduced such transmission.

The diagnosis of HIV infection is usually made on the basis of the detection of antibodies to HIV.WHO recommends to use ELISA and Single/Rapid assay as standard test for developing countries because these testare very efficient and easy to use in the laboratories.

The aim of this research is to know the effectiveness of HIV test that applies in PMI Kota Bandung at 2007 and to compare it with WHO/UNAIDS standard. This research is a descriptive observational study about the effectiveness of HIV test that applied in PMI Kota Bandung at 2007. The research was taken place in PMI Kota Bandung Jl. Aceh No. 79, from April 2007 – July 2007.

From this study, we can conclude that the effectiveness of HIV test that applied in PMI Kota Bandung at 2007 fullfils WHO/UNAIDS standard.

(3)

DAFTAR ISI

1.4Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ... 3

(4)

Universitas Kristen Maranatha

2.8 Struktur Virus HIV... 14

2.9 Pathofisiologi HIV ... 17

2.10 Deplesi sel limfosit CD4+ ... 22

2.11 Gejala klinik ... 25

2.11.1 infeksi akut Human Immunodeficiency Virus (HIV) ... 27

2.11.2 Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala... 28

2.11.3 Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap... 28

2.12 Respon Imun Terhadap virus HIV ... 28

2.13 Diagnosis Klinis Laboratorium HIV Menurut WHO ... 31

2.13.1 Pemeriksaan rapid test HIV ... 31

2.13.2 Pemeriksaan uji saring HIV dengan ELISA ... 33

2.14 Alur Pemeriksaan HIV... 34

2.15 Pengobatan ... 36

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian ... 38

3.2 Metode Penelitian ... 38

3.3 Penyajian Hasil Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 39

4.2 Pembahasan... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Organisasi dari virion HIV-1... 14

Gambar 2.2 HIV dengan CD4 limfosit ... 14

Gambar 2.3 Struktur HIV (Human Immunodeficiency Virus) ... 16

Gambar 2.4 Siklus hidup HIV didalam limfosit T... 18

Gambar 2.5 binding dan fusion dengan CD4 limfosit T... 19

Gambar 2.6 Enzim Reverse Transkriptase... 19

Gambar 2.7 DNA virus tergabung dengan DNA host ... 20

Gambar 2.8 Transcription, pembuatan copy dari genom HIV... 21

Gambar 2.9 Assembly... 21

Gambar 2.10 “Budding” tunas-tunas baru HIV ... 22

Gambar 2.11 Respon imun CD4 sel T terhadap HIV ... 29

Gambar 2.12 Prinsip reaksi antibody capture assay pada uji anti HIV ... 32

Gambar 2.13 Interpretasi hasil rapid test anti HIV ... 33

(6)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jumlah dan persentase cara penularan AIDS... 11 Tabel 2.2 Hasil skrining pendonor darah di PMI Kota Bandung periode

2005-2006 ... 12

Tabel 2.3 Klasifikasi klinis CD4 pasien remaja dan dewasa menurut

(7)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 2.1 Perbandingan Cara Penularan HIV/AIDS antara Pria

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GRAFIK

Halaman

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus pertama infeksi HIV/AIDS ditemukan di San Fransisco, Amerika

Serikat tahun 1981 pada seorang gay. Menurut UNAIDS (Badan PBB untuk

penanggulangan AIDS) sampai akhir 1995, jumlah orang yang terinfeksi HIV

(Human Immuno-deficiency Virus) di dunia telah mencapai 28 juta. Setiap hari

terjadi infeksi baru sebanyak 8500 orang. (Adi Sasongko, 2004)

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) telah menjadi penyebab

kematian utama di Amerika Serikat, Afrika Sub-sahara dan Thailand. Sejak tahun

1989 sampai Maret 2006 tercatat ada 322 kasus AIDS dan 397 kasus HIV positif

di kota Bandung. Sedangkan pada periode yang sama, di Jawa Barat sudah ada

1.735 kasus yang terdiri dari 466 kasus AIDS dan 1.289 kasus HIV positif. (Adi

Sasongko, 2004)

Sewaktu transfusi darah menjadi bagian yang rutin dari tindakan medis,

permintaan darah juga meningkat. Di beberapa negara seperti AS, orang yang

menyumbangkan darahnya dibayar, termasuk pengguna narkoba suntikan. Darah

yang diperoleh kemudian dikirim ke seluruh dunia. Pada akhir 1960-an penderita

hemofilia mulai memanfaatkan pembeku darah yang disebut Factor VIII. (Adi

Sasongko, 2004)

Untuk memproduksi zat pembeku itu, darah dari ribuan donor dikumpulkan

yang meningkatkan kemungkinan produk ini tercemar HIV. Karena Factor VIII

disebarkan ke seluruh dunia, ada kemungkinan banyak penderita hemofilia

terpajan infeksi baru. (Adi Sasongko, 2004)

Resipien darah atau produk darah antara tahun 1978 sampai 1985 beresiko

tinggi terinfeksi HIV karena pada saat itu belum dilaksanakan skrining HIV pada

darah yang didonorkan. Pada tahun 1982 penerima transfusi darah HIV pertama

diketahui di AS. Pada tahun 1985, Food and Drug Administration (FDA) di AS

(10)

Universitas Kristen Maranatha blot, setelah itu tes darah untuk menemukan antibodi terhadap virus mulai

dilaksanakan. Pada saat itu satu-satunya cara seseorang terinfeksi HIV adalah

melalui transfusi produk darah, sedangkan pada orang dewasa, cara tersering

seseorang terinfeksi HIV adalah melalui keterlibatannya dalam perilaku berisiko

tinggi, seperti hubungan seksual yang tidak aman, hubungan seks pada

homoseksual, dan injecting drug user (IDU). (Adi Sasongko, 2004)

Di Indonesia tes skrining HIV di PMI mulai diberlakukan pada tahun 1992,

namun kurang dari 2,5% orang yang diperkirakan terinfeksi HIV di Indonesia

menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi karena konseling dan tes sukarela (VCT)

praktisnya tidak tersedia, selain itu jumlah kasus yang diketahui melalui

surveilans dan skrining donor darah adalah tinggi dan cepat meningkat..

Contohnya, di Unit Transfusi Darah (UTD) Biak, dilaporkan empat donor

HIV-positif pada 2001, delapan pada 2002. Walaupun begitu, di beberapa daerah masih

ada darah yang ditransfusi tanpa diskrining. (Adi Sasongko, 2004)

Dengan memahami pentingnya skrining tes untuk mengurangi penyebaran

infeksi HIV melalui produk darah melalui transfusi maka penulis ingin melakukan

penelitian mengenai tata laksana skrining HIV yang dilaksanakan oleh PMI di

kota Bandung pada tahun 2007 untuk mengetahui keefektivan tes HIV yang

diterapkan di PMI Kota Bandung pada tahun 2007 dibandingkan dengan standar

WHO/UNAIDS. (Adi Sasongko, 2004)

1.2 Identifikasi masalah

Bagaimana tata laksana skrining HIV di PMI kota Bandung dibandingkan dengan

tata laksana skrining HIV UNAIDS.

1.3 Maksud dan tujuan

Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui kinerja tata

(11)

Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui efektifitas

tatalaksana skrining HIV di PMI kota Bandung dibandingkan dengan standar tata

laksana skrining HIV/UNAIDS.

1.4 Manfaat penulisan karya tulis ilmiah

Manfaat akademis penulisan karya tulis ini adalah untuk menambah wawasan

mahasiswa kedokteran tentang tata laksana skrining HIV di PMI kota Bandung.

Manfaat praktis penulisan karya tulis ini adalah untuk memberi informasi dan

masukan bagi masyarakat tentang efektifitas tatalaksana skrining HIV di PMI

kota Bandung dibandingkan dengan tata laksana skrining HIV/UNAIDS.

1.5 Kerangka pemikiran

Standar tata laksana skrining HIV yang direkomendasikan oleh UNAIDS

adalah kombinasi ELISA dan S/R tes ( single/rapid tests ). Tes ELISA sering

digunakan untuk skrining karena memiliki sensitivitas tinggi terhadap antibodi

HIV. Tetapi tes ELISA kadang dapat memberikan hasil positif palsu. Pada negara

berkembang disarankan untuk menggunakan S/R tes karena tes ini mudah

dilakukan, cepat, dan tidak memerlukan ketrampilan khusus. (WHO, 2005)

Di Indonesia, tes skrining HIV terhadap darah yang didonorkan melalui PMI

sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1992, namun sampai saat ini masih ada

daerah yang belum melaksanakan skrining tes terhadap darah yang didonorkan,

hal ini terjadi karena terbatasnya dana yang tersedia. Oleh karena itu, penulis

ingin meneliti apakah skrining HIV yang dilakukan di PMI sesuai dengan standar

tatalaksana skrining HIV yang direkomendasikan oleh UNAIDS dan bagaimana

efektifitas skrining HIV tersebut jika dibandingkan dengan standar tes yang

(12)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Metodologi

Penelitian ini adalah penelitian terhadap tatalaksana skrining HIV di PMI kota

Bandung yang bersifat deskriptif observasional. Data diambil dengan melakukan

observasi terhadap tatalaksana skrining dan wawancara kepada petugas skrining

mengenai tatalaksana skrining.

1.7 Lokasi dan waktu

Lokasi :Penelitian dilaksanakan di PMI kota Bandung Jl. Aceh No. 79

(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tata laksana skrining

HIV di PMI kota Bandung pada tahun 2007 sudah memenuhi standar tata laksana

skrining HIV WHO/UNAIDS.

5.2 Saran

Dengan tersedianya alat skrining yang baik, akan meminimalkan penyebaran

HIV melalui transfusi darah, oleh karena itu diharapkan tersedianya alat skrining

“architec” di lebih banyak kota bahkan sampai ke cabang-cabang PMI yang

terkecil.

Selain itu diharapkan juga tersedianya alat skrining “architec” ini di rumah

sakit besar supaya dapat dilakukan skrining terhadap pasien yang mempunyai

resiko tinggi terinfeksi HIV.

Pemerintah diharapkan dapat menyediakan dana khusus untuk pengadaan alat

skrining ini mengingat adanya peningkatan penderita HIV/AIDS, terutama

penderita HIV yang tidak menunjukan gejala yang merupakan sumber utama

penyebaran HIV ini.

Sosialisasi kepada kalangan medis bahwa skrining tes untuk HIV pada darah

yang didonorkan di PMI sudah jauh lebih baik sehingga setidaknya darah

sekarang sudah lebih aman.

Diadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS

(14)

Universitas Kristen Maranatha Diagram 2.1 Perbandingan Cara Penularan HIV/AIDS antara Pria dan Wanita

(Glynn M, Rhodes P, 2003)

(15)

Gambar 2.2 HIV dengan CD4 limfosit . (Nielsen, 2005)

(16)
(17)

Gambar 2.5 binding dan fusion dengan CD4 limfosit T

Gambar 2.6 Enzim Reverse Transkriptase

(18)

Universitas Kristen Maranatha Gambar 2.7 DNA virus tergabung dengan DNA host

(19)

Gambar 2.9 Assembly

(20)
(21)

Gambar 2.12 Prinsip reaksi antibody capture assay pada uji anti HIV (Stanley,

2002)

Gambar 2.13 Interpretasi hasil rapid test anti HIV

(22)

Universitas Kristen Maranatha Alur Donor Darah

Pengisian Formulir Donor dan Penimbangan Berat Badan

Ruang Tunggu Donor

(23)

Cuci Tangan

Labu Darah

(24)

Universitas Kristen Maranatha Pengambilan kartu dan Istirahat Donor

Golongan Darah Diperiksa Ulang

(25)

Darah disentrifugasi

Pemisahan Komponen Darah

(26)

Universitas Kristen Maranatha Darah Kemudian Dihomogenisasi

Darah Disimpan Di Freezer

(27)

Pemeriksaan Serologis (Tes Skrining)

Sampel Darah yang Akan Diskrining

Darah Disentrifugasi

(28)

Universitas Kristen Maranatha Data Sampel Di input ke Komputer

Tray Dimasukkan Ketempatnya

(29)

Proses Skrining Selesai

(30)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Adi Sasongko, MA . Jakarta : Yayasan Kusuma Buana, 2004 . http://www.petra.ac.id/science/aids/aids6a.htm (Adi Sasongko, 2004)

Admin Kesehatan, kerjasama Politeknik Samarinda & buroqNET.Baby 2006. Tantangan HIV/AIDS di Negara Berkembang. Laporan dari 9th Conference

on Retroviruses and Opportunistic Infections oleh Brian Boyle, Seattle, USA: 4 Maret 2 0 0 2.

BKKBN. 2006. Grand Final Lomba RAP HIV/AIDS Dalam Rangka Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2006.

Branson, B.M. 2005. Rapid HIV Testing 2005 Update. Associate Director for Laboratory Diagnostics Division of HIV/AIDS Prevention.Diposkan tanggal 04 Nov 2006 (Admin Kes 2006)

Elly S. 2004. Measurement of CD4 By Flowcytometry in HIV infection. Dalam: Marzuki Suryaatmadja, Editor: Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2004.Departemen Patologi Klinik FKUI – Perjan RSCM, Jakarta: 89-96.

Farida, A. 2002. Survey penyakit Sifilis dan infeksi HIV pada pekerja seks komersial resosialisasi Argorejo kelurahan Kalibanteng Kulon kecamatan Semarang Barat Kota Semarang tahu n 2 0 0 2.

Fauci, A.S. and Lane, H.C. 2005. Human Immunodeficiency virus disease: AIDS and related disorders. In: Kasper, D.L. ; Fauci, A.S.; Longo, D.L.; Braunwald, E.; Hauser, S.L. and Jameson, J.L. eds. Harrison's Principals of Internal Medicine, 16th ed. vol 1. USA: McGraw-Hill: 1076-1138

Frye RE, Rivera-Hernandez DM, Human Immunodeficiency Virus Infection 2005.

Glynn M, Rhodes P. Estimated HIV prevalence in the United States at the end of 2003 HIV Prevention Conference; A Glance at the HIV/AIDS, National Epidemic HIV/AIDS DIAGNOSES 2006 ; Atlanta. (Glynn M, Rhodes P, 2006)

Hardjoeno H., Hilmiyah A. R., Ruland D. N., 2003. Tes Acquired

(31)

Hope, T.J. and Trono D. 2000. Structure, Expression, and Regulation of the HIV Genome.

http://gibk26.bse.kyutech.ac.jp/jouhou/image/dna-protein/enzyme/enzyme.html. 27 April 2007.

http://hivinsite.ucsf.edu/InSite?page=kb-02-01-02#S2.1.6X. 24th November 2006.

Indro Handojo. 2004. Imunoasai untuk Infeksi HIV. Dalam: Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Airlangga University Press, Surabaya: 153-162.

http://www.babyjimaditya.com/berita/berita-terkini/berita_terkini_003.php. 2 4 November 2006.

http://www.bkkbn.go.id/ditfor/program_detail.php?prgid=26. 20 Agustus 2006.

http://www.cdc.gov/hiv/rapid_testing. 12 September 2006. Depkes RI. 2006.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

494/Menkes/SK/VII/2006 tentang Penerapan Rumah Sakit dan Satelit Uji Coba Pelayanan Terapi Rumatan Metadon Serta Pedoman Program Terapi Rumatan Metadon.

http://www.Cells alive.com (Cells alive, 2006)

http://www.emedicine.com/Ped/InfectDis/HIVInfect (Frye RE, Rivera-Hernandez DM, 2005)

http://www.healthlrc.or.id/pdf/Penyakit%20Menular/Sifilis-HIV-FA01.pdf. 16 Oktober 2006. Firmansyah, H.I. 2006. Patogenesis HIV/AIDS. Makalah yang disajikan dalam Pelatihan “Konselor HIV/AIDS” yang diselenggarakan oleh Komite HIV Rumah Sakit Immanuel Bandung, di Ruang Agape Lt.IV RS Immanuel, Bandung: 10-12 Oktober 2006

http://www.sehatgroup.web.id (Sehat Group, 2006)

http://www.spiritia.or.id/li/LI613.php. 14 Agustus 2006. Yuzar, I. B. 2006. Situasi HIV Jawa Barat Maret 2006. Makalah yang disajikan dalam Pelatihan “Konselor HIV/AIDS” yang diselenggarakan oleh Komite HIV Rumah Sakit Immanuel Bandung, di Ruang Agape Lt.IV RS Immanuel , Bandung: 10-12 Oktober 2006.

July K. 2004. Reagensia Enzyme Immunoassay Generasi Keempat untuk

Pemeriksaan Human Immunodeficiency Virus. Dalam: Marzuki

Suryaatmadja, Editor: Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik 2004. Departemen Patologi Klinik FKUI – Perjan RSCM, Jakarta: 147-156

(32)

Universitas Kristen Maranatha

Museum of Science and Industry, Chicago & Avert.org.:Human

Immunodeficiency Virus.msi@msichicago.org. 2006.(Museum of

Science, 2006)

Nielsen MH, Pedersen FS and Kjems J. “Molecular strategies to inhibit HIV-1 replication", Retrovirology 2005; 2:10 (Nielsen, 2005)

Sarwo Handayani. Deplesi Sel Limfosit CD4+ pada Infeksi HIV. Pusat

Penelitian dan Pemberantasan Penyakit, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta 2006

(Sarwo Handayani, 2006)

Stanley, J. 2002. Retroviral Infections. In: Essentials of Immunology and Serology. St George’s University School of Medicine, Grenada, West Indies: 364-369.

Wahyu Wardhana Bachtiar: Therapi Anti Retrovirus 2006 Yayasan Spirita, The AIDS Infonet (Wahyu Wardhana Bachtiar, 2006) Yayasan Spiritia. 2005. Diagnosis HIV pada bayi.

www.depkes.go.id/downloads/Kepmenkes/Obat/KMK%20RS%20UJICOBA%20

rumatan%20metadon.doc. 12 September 2006. Direktorat Jenderal

Gambar

Gambar 2.1 : Organisasi dari virion HIV-1(Nielsen, 2005)
Gambar 2.2  HIV dengan CD4 limfosit . (Nielsen, 2005)
Gambar 2.4  Siklus hidup HIV didalam limfosit T (Cells alive, 2006)
Gambar 2.5 binding dan fusion dengan CD4 limfosit T
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dengan melihat besarnya kepentingan monitoring dan evaluasi bagi penjaminan kualitas dan akuntabilitas publik terhadap kegiatan penelitian dan

Menteri apabila lokasi penambangan, lokasi pengolahan dan pemurnian, serta pelabuhan berada di dalam wilayah provinsi yang berbeda setelah mendapatkan rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode praktikum pembuatan nata de pina dapat diterapkan pada materi bioteknologi yang

Hubungan Antara Kepatuhan Pasien dalam Mengkonsumsi Tablet Fe terhadap Kadar Hemoglobin (Hb) pada Ibu Hamil di Puskesmas Eks-Kotatif Purwokerto.. Di bawah

Seorang anak berusia 7 tahun dibawa oleh ibunya dengan keluhan nyeri telinga sebelah kanan sejak 3 hari yang lalu?. Sebelumnya pasien mengeluh batuk dan pilek selama 1 minggu

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek atau teleran” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga

Naskah Kerjasama Antar Daerah yang telah disepakati dan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 adalah Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kabupaten Purworejo

Dalam hal ini permasalahan dinyatakan sebagai graf bipartit khususnya graf bipartit lengkap berbobot yang menerapkan konsep matching, yaitu pencarian matching sempurna dengan