• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KERANGKA TEORI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1

Penelitian Terdahulu

Peneliti menemukan empat penelitian terdahulu mengenai kepercayaan pada media dan berita, Berita bersponsor, dan informasi kesehatan media daring serta kegiatan tiap generasi dalam menggunakan media daring. Penelitian terdahulu ini digunakan sebagai landasan dalam menyusun dan memaparkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti.

1 Penelitian terdahulu pertama

Penelitian pertama dari Sagepub Journals oleh peneliti University of Bergen, Norway yakni Magnus Hoem Iversen & Erik Knudsen yang berjudul “When politicians go native: The consequences of political native advertising for citizens’ trust in news”,melakukan wawancara kepada warga Norwegia yang telah terdaftar secara resmi. Warga yang terpilih akan diberikan beberapa pertanyaan mengenai iklan menyerupai berita (native advertising) tentang politisi dan kepercayaan dalam berita (Iversen, 2017).

Iversen melakukan penarikan sampel secara acak pada warga Norwegia yang terdaftar secara resmi. Pada tahap ini mendapatkan 743 responden namun 10 orang tidak sesuai, terkumpul 733 responden yang resmi diwawancarai. Responden tersebut terdiri dari 58 persen merupakan orang berpendidikan tinggi, 49 persen adalah perempuan, dan rata-rata usia 46-55

(2)

tahun. Penelitian ini membagi seluruh responden dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Penelitian ini berjenis kuantitatif dengan metode eksperimen yang didasari oleh tiga hipotesis. Pertama, penelitian ini ingin melihat kecenderungan seseorang menganggap sebuah cerita yang menyatakan (secara eksplisit dan kurang eksplisit) sebagai sebuah iklan. Hal ini akan dibandingkan dengan sebuah cerita yang merupakan konten editorial. Kedua, ingin mengetahui kecenderungan seseorang dalam menganggap sebuah cerita yang menyatakan (secara eksplisit dan labeling sumber iklan) sebagai sebuah iklan. Hal ini akan dibandingkan dengan sebuah cerita yang hanya memberikan labeling „konten bersponsor‟ kurang eksplisit sebagai sebuah iklan. Ketiga, ingin mengetahui kepercayaan responden pada iklan asli (secara eksplisit dan labeling) mengenai politik, hal ini dibandingkan dengan konten editorial mengenai politik.

Iversen melakukan pengujian kedalam empat tahap sebagai berikut :

2.1.1 Tahap pertama

Iversen memilih beberapa berita dari situs Aftenposten.no, situs ini dianggap sebagai portal berita terpercaya di Norwegia. Artikel diberikan terbagi menjadi tiga bagian. Artikel pertama merupakan konten editorial tanpa diberikan labeling mengenai pemimpin partai politik, ini akan diberikan pada kelompok kontrol. Artikel kedua diberikan dengan labeling eksplisit, terdapat penjelasan “artikel ini adalah komersial untuk suatu partai politik”. Informasi yang

(3)

diberikan pada artikel kedua sama dengan artikel pertama. Artikel ketiga diberikan labeling yang kurang eksplisit, terdapat penjelasan “konten bersponsor”. Semua artikel yang diberikan merupakan hasil hipotesis dan telah disampaikan sebelum responden membacanya. Hal ini dilakukan agar tidak berkesan menipu peserta eksperimen.

2.1.2 Tahap kedua

Pada tahap ini Inversen memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan ketiga artikel di atas. Pertanyaan diberikan kepada responden untuk melihat seberapa besar dampak dari tiga labeling berbeda pada artikel yang diberikan. Beberapa pertanyaan ingin mengetahui cara responden membedakan artikel yang diberikan merupakan konten editorial atau native advertising.

2.1.3 Tahap ketiga

Pada tahap ini pemberian artikel mengenai pendapat politik dan konsekuensi dari prioritas kebijakan politik (APBN) di Norwegia. Artikel yang diberikan tanpa manipulasi terhadap responden pada eksperimen ini. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana respon mereka setelah melihat artikel mengenai politik tersebut. Artikel ini akan berkaitan dengan tahap keempat yang dilakukan terhadap responden pada penelitian ini.

2.1.4 Tahap keempat

Pada tahap terakhir adalah pemberian pertanyaan yang berkaitan dengan artikel mengenai politik yang diberikan sebelumnya.

(4)

Pertanyaan yang diberikan bertujuan untuk melihat bagaimana kepercayaan responden pada berita tersebut. Hal ini akan memberikan data mengenai tingkat kepercayaan pada berita yang diberikan tersebut.

Pengujian menjabarkan beberapa hasil setelah diberikan manipulasi dan tanpa manipulasi pada artikel mengenai politik. Hasil pengujian memperlihatkan beberapa perbedaan tingkat kepercayaan responden pada tiap artikel sebagai berikut :

1. Penelitian menunjukkan bahwa kelompok kontrol menilai artikel yang didapatkan bukan sebuah iklan melainkan sebuah konten advertorial. Kelompok yang diberikan artikel dengan labeling eksplisit dan kurang eksplisit mengetahui bahwa konten yang didapatkan adalah sebuah iklan. Hal ini menjelaskan bahwa manipulasi yang Inversen lakukan berhasil mempengaruhi responden pada eksperimen ini dan hipotesis pertama diterima. 2. Perbedaan yang signifikan tidak terlihat antara artikel cerita dengan

labeling secara eksplisit sebagai iklan dengan labeling yang kurang eksplisit. Hal ini menunjukkan dugaan Iversen bahwa responden menganggap cerita dengan labeling secara eksplisit lebih mudah terlihat sebagai iklan dibandingkan yang kurang eksplisit ditolak. 3. Penelitian ini juga menemukan hasil bahwa responden yang telah

menerima artikel dengan labeling iklan (secara eksplisit dan kurang eksplisit) memiliki kepercayaan yang kurang pada berita politik

(5)

umum. Responden justru memiliki kepercayaan lebih tinggi pada artikel politik dalam konten editorial.

Iversen menunjukkan melalui penelitian yang dilakukan bahwa responden dapat membedakan antara artikel editorial dengan iklan asli. Responden yang menerima artikel dengan unsur native advertising (labeling secara eksplisit dan kurang eksplisit) memiliki kepercayaan yang kurang pada berita umum mengenai politik. Artikel dalam bentuk konten editorial justru memiliki kepercayaan lebih tinggi dari responden.

Relevansi penelitian ini bagi peneliti adalah penggunaan metode eksperimen pada berita bersponsor (native advertising) terhadap kepercayaan khalayak. Penelitian ini memperlihatkan pada peneliti bahwa memberikan perlakuan khusus pada responden dapat memberikan perbedaan kepercayaan pada suatu artikel. Peneliti akan memberikan beberapa perlakuan terhadap responden pada penelitian yang akan dilakukan nanti.

Perbedaan penelitian Iversen hanya pada tema pemberitaan yang akan dilakukan pengujian serta responden yang diuji. Peneliti akan melakukan pengujian menggunakan metode eksperimen pada berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan pada Generasi Y. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana kepercayaan pada generasi tersebut terbentuk.

2. Penelitian terdahulu kedua

Penelitian kedua dari Journal of Interactive Advertising oleh Departemen Studi Komunikasi Universitas Antwerp Belgium yakni Simone Krouwer, Dr. Karolien Poels & Dr. Steve Paulussen yang berjudul “To disguise or to

(6)

disclose? The influence of disclosure recognition and brand presence on readers' responses towards native advertisements in daring news media”, melakukan wawancara kepada 344 pembaca media daring yang pernah membaca artikel dengan sponsor didalamnya (Paulussen et al., 2017).

Penelitian ini ingin membahas mengenai tiga kesenjangan pengetahuan mengenai iklan yang dirasakan Paulussen at all, yaitu :

2 Pertama : pengaruh kehadiran merek pada studi pengungkapan dalam iklan menyerupai konten / iklan asli (native advertising).

3 Kedua : hasil penelitian akan melihat cara pembaca menilai pengetahuan persuasif serta sebaliknya, pengetahuan persuasif menilai pembaca. 4 Ketiga : pengaruh iklan asli pada kredibilitas outlet berita.

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen terhadap para responden yang mereka pilih. Paulussen at all melakukan pengelompokkan pembaca menjadi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan manipulasi dan tanpa dimanipulasi dalam melihat artikel dengan iklan asli didalamnya . Manipulasi yang dilakukan dengan cara memberikan artikel dengan memiliki unsur iklan asli dan artikel dengan unsur iklan asli namun dengan menyisipkan suatu merek terkenal. Hal ini untuk menjawab ketiga hal yang ingin mereka teliti.

Hasil penelitian ini terbagi menjadi lima pembahasan, yaitu : 1. Pemeriksaan manipulasi: pengenalan pengungkapan.

Sebanyak dua puluh persen dari peserta mereka melihat adanya pengungkapan merek Samsung. Perbedaan terlihat saat mereka tidak

(7)

memperhatikan pengungkapan yang diletakan pada posisi awal, berbeda dengan responden yang pengungkapan diposisikan di tengah. 2. Kontrol variabel

Paulussen at all menganalisis responden ke dalam empat penilaian, yaitu tingkat pendidikan, gender, frekuensi kunjungan situs berita dan pengalaman mengunjungi suatu situs berita. Tidak dapat perbedaan yang signifikan dari empat penilain tersebut, hanya ada perbedaan usia yang dapat di uji variabel dengan menghubungkan terhadap pengetahuan persuasif

Terdapat perbedaan yang signifikan setelah pengungkapan merek Samsung diberikan terhadap konseptual pengetahuan persuasif. Perbedaan juga terlihat dan responden merasa dimanipulasi dengan kehadiran merek terkenal dibandingkan dengan merek yang kurang terkenal.

3. Sikap terhadap iklan

Responden menganggap kehadiran merek menunjukan pengaruh yang signifikan pada sikap terhadap iklan. Rendahnya kehadiran merek pada artikel menunjukkan sikap positif responden terhadap iklan dalam artikel tersebut, sedangkan semakin tinggi kehadiran merek membuat sikap pembaca menjadi negatif. Tingginya kehadiran merek juga meningkatkan pengetahuan persuasif pembaca.

(8)

Tingginya kehadiran merek memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatnya sikap pengetahuan persuasif, namun sikap terhadap merek menurun.

5. Kredibilitas situs berita

Kehadiran merek yang tinggi pada situs berita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kredibilitas situs berita. Hal ini juga dipengaruhi oleh sikap pengetahuan persuasif yang tinggi karena pengalaman pembaca dan frekuensi mengunjungi situs berita tersebut. Kesimpulan penelitian yang dilakukan Paulussen at all adalah terdapatnya perbedaan tanggapan pembaca terhadap iklan dan kehadiran merek pada suatu artikel. Perbedaan terjadi karena dipengaruhi oleh efek pengungkapan dan penempatan merek yang berbeda-beda dalam artikel tersebut. Khalayak lebih menganggap negatif iklan pada konten iklan asli saat kehadiran merek yang massif. Pengetahuan persuasif juga mempengaruhi kepekaan pembaca dalam memahami sebuah artikel adalah konten iklan asli. Pengetahuan tersebut meningkat seiring bertambahnya pengalaman mereka mengunjungi suatu situs yang mengandung unsur iklan.

Relevansi dengan penelitian ini adalah metode penelitian dan konsep yang dilakukan pengujian. Peneliti juga menggunakan metode eksperimen pada penelitian mengenai berita bersponsor. Paulussen memberikan peneliti gambaran bagaimana memberikan perlakuan pada khalayak saat menggunakan metode eksperimen pada sebuah penelitian. Kehadiran merek untuk mengetahui seberapa peka khalayak dalam menyikapi kehadiran iklan

(9)

dalam bentuk artikel menjadi bentuk perlakuan pada responden yang bisa peneliti lakukan juga.

Perbedaan pada penelitian ini hanya pada tujuan penelitian dan khalayak yang menjadi subjek pada penelitian dan topik artikel. Peneliti menggunakan responden Generasi Y dan topik kesehatan sebagai hal yang akan dilakukan pengujian.

3. Penelitian terdahulu ketiga

Penelitian ketiga dari Universitas Padjajaran oleh Ditha Prasanti (2017) yang berjudul “Potret Media Informasi Kesehatan Bagi Masyarakat Urban di Era Digital”, melakukan wawancara pengguna internet yang menggunakan media daring untuk mencari informasi kesehatan. Penelitian ini ingin melihat aktivitas khalayak dalam menggunakan internet untuk mencari informasi kesehatan. Tujuan lain untuk melihat seberapa dalam informasi kesehatan yang dicari oleh khalayak (Prasanti, 2017).

Penelitian ini berjenis kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Metode tersebut digunakan untuk meneliti dua dasar pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Melihat proses pencarian serta media (media massa, daring atau situs kredibel) yang digunakan untuk mengakses informasi kesehatan oleh khalayak.

2. Mencari hambatan yang didapat dalam mengakses informasi kesehatan, seperti ketakutan menemukan informasi yang bersifat hoax

(10)

atau kesulitan memahami penggunaan Bahasa ilmiah dalam informasi kesehatan.

Informasi kesehatan merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan ini, penyebaran mengenai dunia kesehatan perlahan beralih dalam bentuk digital. Khalayak tidak hanya dapat mencari informasi mengenai kesehatan di media elektronik, media cetak namun dapat melalui media baru secara daring. Penyebaran informasi yang beralih secara daring membuat berbagai hal mengenai kesehatan cepat dan beragam untuk dibaca oleh khalayak. Keberagaman informasi yang ada tidak bersamaan dengan akurasi mengenai kebenaran yang ada dalam informasi tersebut.

Prasanti ingin melihat potret media mengenai informasi kesehatan sekarang ini. Penelitian ini dibuat untuk melihat kebenaran mengenai kemudahan mengakses informasi kesehatan pada era kemajuan teknologi ini. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa daerah dengan perkembangan teknologi yang tinggi membuat kesadaran akan mengakses informasi kesehatan lebih tinggi. Oleh sebab itu penelitian ini juga akan membahas bagaimana hambatan dalam mengakses informasi kesehatan, serta bagaimana potret media yang digunakan dalam mencari informasi kesehatan.

Penelitian ini memaparkan beberapa hasil sebagai berikut :

1. Potret media informasi kesehatan yang digunakan masyarakat urban pada penelitian ini mengutamakan situs portal mengenai kesehatan sebagai sumber informasi. Khalayak yang diwawancarai pun tidak

(11)

memilih situs secara asal, mereka tetap memperhatikan kredibilitas penyedia informasi di situs tersebut.

2. Informasi pendukung mereka dapatkan melalui aplikasi pesan singkat ((Line, BBM, dan Whatsapp) yang berisi diskusi dengan orang yang mengerti kesehatan dan informasi tambahan dari orang terdekat.

3. Khalayak yang merupakan masyarakat urban memiliki dua hambatan selama mencari informasi mengenai kesehatan. Hambatan pertama adalah hambatan psikologis, khalayak masih merasa khawatir jika informasi yang mereka dapatkan merupakan hoax/informasi yang tidak sesuai fakta. Hambatan kedua adalah hambatan semantik, khalayak masih merasa sulit mengerti beberapa istilah medis yang ada di dalam informasi kesehatan.

Kesimpulan pada penelitian ini bahwa khalayak yang mencari informasi kesehatan menjadikan situs mengenai kesehatan sebagai sumber utama. Khalayak mengutamakan situs yang kredibel dalam mencari sumber informasi kesehatan yang diinginkan. Hambatan yang ditemui pada beberapa masyarakat urban dalam mengakses informasi kesehatan adalah ketakutan mendapatkan informasi hoax dan sulit memahami istilah medis. Prasanti mengatakan bahwa khalayak hanya perlu memiliki self control untuk menyaring informasi kesehatan dan melakukan cross check untuk terhindar dari hambatan tersebut.

Relevansi pada penelitian ini adalah mengenai pola mencari informasi kesehatan yang pada era digital ini. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa masyarakat urban menggunakan situs mengenai kesehatan sebagai

(12)

sumber utama mendapatkan informasi mengenai kesehatan. Peneliti melihat bahwa khalayak mempercayai informasi yang diberikan melalui beberapa situs mengenai kesehatan baik portal resmi maupun media mengenai kesehatan. Hal ini memperlihatkan bahwa internet berperan penting dalam pemenuhan informasi kesehatan bagi khalayak sekarang ini.

Perbedaan pada penelitian ini adalah metode penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan metode eksperimen kuantitatif namun penelitian ini menggunakan kualitatif dengan metode wawancara. Penelitian ini hanya membahas mengenai informasi kesehatan dan tidak menjelaskan mengenai fenomena berita bersponsor mengenai kesehatan. Hal inilah yang akan peneliti lakukan sebuah penelitian mengenai berita bersponsor mengenai kesehatan.

4. Penelitian terdahulu keempat

Penelitian terakhir dari Jurnal UIN Jakarta oleh Rizka Maulidina yang berjudul “Pola Perilaku Pengguna Internet Dalam Mengonsumsi Dan Menyebarluaskan Berita Dan Informasi Pada Generasi X, Y, dan Z”, melakukan survey kepada 116 orang generasi X, Y, dan Z. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pola perilaku tiap generasi ditengah banyaknya informasi yang bersifat advertorial bahkan hoax (Maulidina R. , 2020).

Rizka melakukan penelitian ini secara kuantitatif melalui metode survey yang didasari oleh pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah generasi X, Y, dan Z memiliki perbedaan dalam aktivitas mengonsumsi internet?

(13)

2. Apakah generasi X, Y, dan Z memiliki perbedaan dalam aktivitas menyebarkan berita dan informasi ?

3. Apakah generasi X, Y, dan Z memiliki perbedaan dalam memahami perbedaan berita dan informasi serta menganalisa berita asli dan hoaks?

Pertanyaan penelitian di atas mendapatkan hasil sebagai berikut : 1. Tidak adanya perbedaan tiap generasi dalam mengakses internet

2. Terdapat perbedaan tiap generasi dalam memahami berita asli dan berita hoaks

3. Tidak adanya perbedaan tiap generasi dalam membedakan berita dan informasi

Relevansi penelitian ini adalah pengaruh generasi dengan tingkat konsumsi media dan informasi di Internet. Penelitian ini memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana tiap generasi memaknai suatu informasi dalam internet.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil Penelitian Relevansi

1 When politicians go native: The consequences of political native advertising for citizens’ trust in news Oleh Magnus Hoem Iversen, Erik Knudsen

1. Responden dapat

membedakan artikel editorial dan native advertising

2. Responden beranggapan bahwa artikel dengan labeling (eksplisit dan kurang

eksplisit) sebagai sebuah iklan.

3. Responden dengan perlakuan mengenai native ads memiliki kepercayaan yang kurang pada berita politik umum dibandingkan dengan konten

1. Penelitian ini

menggunakan metode eksperimen pada berita bersponsor (native advertising).

2. Penelitian ini menguji kepercayaan khalayak pada berita bersponsor (native advertising).

(14)

editorial. 2 To Disguise or to Disclose? The Influence of Disclosure Recognition and Brand Presence on Readers' Responses Toward Native Advertisements in Online News Media Oleh Simone Krouwer, Karolien Poels & Steve Paulussen

Beberapa hal yang mempengaruhi kepekaan khalayak dalam

mengetahui kehadiran berita bersponsor (native advertising)

1. Kehadiran merek

2. Konsep pengungkapan dan pengetahuan persuasive kehadiran iklan.

3. Kehadiran merek yang massif

1. Penelitian ini

menggunakan metode eksperimen dalam menguji konsep yang diteliti

2. Konsep berita bersponsor (native advertising) menjadi objek penelitian. Pemberian labeling memberikan responden lebih peka terhadap kehadiran native advertising. 3 Potret Media Informasi Kesehatan Bagi Masyarakat Urban di Era Digital Oleh Ditha Prasanti

Potret media mengenai informasi kesehatan dan hambatan

khalayak :

1. Situs mengenai kesehatan merupakan sumber informasi utama.

2. Hambatan adalah ketakutan mendapatkan informasi hoax dan kurang memahami istilah medis yang ada.

Penelitian ini memperlihatkan potret media yang digunakan untuk mengakses informasi mengenai kesehatan oleh masyarakat urban sekarang.

4 Pola Perilaku Pengguna Internet Dalam Mengonsumsi Dan Menyebarluaskan Berita Dan Informasi Pada Generasi X, Y, dan Z Oleh Rizka Maulidina

1. Tidak adanya perbedaan tiap generasi dalam mengakses internet

2. Terdapat perbedaan tiap generasi dalam memahami berita asli dan berita hoaks 3. Tidak adanya perbedaan tiap

generasi dalam membedakan berita dan informasi

Relevansi penelitian ini adalah pengaruh generasi dengan tingkat konsumsi media dan informasi di Internet.

Penelitian ini memberikan gambaran kepada peneliti bagaimana tiap generasi memaknai suatu informasi dalam internet.

(15)

2.2

Teori dan Konsep

.

2.2.1 Teori S-O-R

Teori S-O-R merupakan kerangka yang diperkenalkan pada tahun 1930 dengan mengusulkan bahwa suatu lingkungan memiliki fitur-fitur yang dapat mempengaruhi keadaan kognitif dan emosinal individu, hal ini akan menimbulkan beberapa tanggapan perilaku (Robert, 1982, p. 36). Effendi mengatakan teori S-O-R singkatan dari Stimulus- Organism-Response merupakan teori klasik dalam komunikasi yang membahas mengenai efek media dengan pengaruh teori psikologi. Teori ini berasumsi bahwa perubahan perilaku atau sikap khalayak dipengaruhi oleh kualitas suatu rangsangan (stimulus) yang melakukan komunikasi dengan organisme (Effendy, 2003, p. 254).

Morrisan (Morissan A. C., 2010, p. 17) beranggapan bahwa proses komunikasi pada teori S-O-R ini cukup mudah, hal ini karena hanya melibatkan dua komponen yaitu khalayak sebagai penerima pesan dan media massa sebagai penyampai pesan. Effendy (Effendy, 2003, p. 255) menjelaskan bahwa teori S-O-R memiliki unsur-unsur sebagai berikut:

1. Stimulus (S), yakni sebuah rangsangan dalam bentuk pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

2. Organism (O), yakni keadaan atau situasi saat komunikan menerima pesan berupa informasi yang disampaikan

(16)

komunikator. Informasi dalam pesan tersebut akan diperhatikan lalu dipahami oleh komunikan.

3. Response (R), yakni efek atau dampak dari suatu pesan yang diberikan komunikator terhadap komunikan. Efek dan dampak ini dapat meliputi sebuah sikap afektif, kognitif serta behavioral atau konatif.

Menurut Hovla et al dalam (Effendy, 2003, p. 253) pesan (stimulus) yang diterima komunikan (organisme) dari komunikator dapat ditolak jika stimulus tidak efektif. Pesan yang efektif akan diterima lalu mengalami pengolahan pesan oleh komunikan (organisme) sehingga tercipta sebuah perubahan sikap sebagai respon.

Perubahan sikap terhadap sebuah pesan meliputi tiga hal sebagai berikut : (Azwar, 2010, pp. 23-28)

a. Afektif, yakni respon dalam bentuk perasaan yang berkaitan dengan aspek emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek.

b. Kognitif, yakni proses pembentukan kepercayaan dan

pemahaman khalayak dengan melihat, merasakan dan

mendengar suatu objek. Kepercayaan dan pemahaman yang khalayak miliki dapat memberikan sebuah pengetahuan dan informasi mengenai objek tersebut.

(17)

c. Behavioral atau konatif, yakni respon yang diberikan dalam bentuk perilaku dan sikap terhadap objek yang diterima atau dihadapi.

Teori S-O-R digunakan untuk menjelaskan media berperan penting sebagai komunikator untuk membentuk kepercayaan khalayak pada berita. Media melakukan proses pembentukan dan pengolahan pesan dalam berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan sebagai (S), khalayak menggunakan media daring dalam memenuhi kebutuhan informasi kesehatan (O), yang menunjukkan respon dari berita tersebut (R). Peneliti ingin berfokus pada tingkat kepercayaan khalayak Generasi Y terhadap dua jenis berita tersebut. Teori ini peneliti gunakan untuk dasar terbentuknya kepercayaan dipengaruhi oleh pesan yang media sampaikan.

2.2.2 Tingkat Kepercayaan Pada Berita

Kepercayaan didefinisikan sebagai kesadaran seseorang untuk menghadapi resiko pada masa depan, dan mengkompensasi resiko tersebut akibat memberikan kontrol terhadap orang lain (Kohring, 2007, p. 238). Kepercayaan merupakan hal yang penting dan bermanfaat, hal ini untuk membangun sebuah kepuasan yang merupakan hal yang harus dilakukan bersama (Meyva, 2019, p. 4). Jurnalisme menjadi perantara sebuah interaksi secara tidak langsung yang menimbulkan sebuah kepercayaan dan ketidakpercayaan

(18)

(Blobaum, 2014, p. 22). Untuk menciptakan kepercayaan dan ketidakpercayaan, penerimanya pertama-tama perlu mempercayai jurnalisme itu sendiri (Kohring, 2004, p. 104).

Kohring mengatakan bahwa kepercayaan audiens pada sebuah media didasari pada empat dimensi (Kohring, 2007, p. 239-240).

1. Percaya pada selektivitas topik (Trust in the Selectivity of Topics)

Dimensi pertama menjelaskan mengenai percaya pada selektivitas topik terhubung dengan melakukan seleksi topik berita. Media berita dipercaya oleh penerima pesan telah memenuhi kebutuhan mengonsumsi media mereka melalui fokus pada topik dan peristiwa yang relevan. Percaya pada selektivitas topik menjadi sebuah faktor yang menjelaskan kepercayaan pada peran media karena mampu mengelola topik tertentu sebagai subjek diskusi publik. Dimensi pertama ini terdiri dari empat indikator yang terkait dengan frekuensi dan kontinuitas topik yang dicakup serta penekanan yang sesuai dari masalah ini dibandingkan dengan yang lain.

2. Percaya pada selektivitas fakta (Trust in the Selectivity of Facts). Dimensi kedua ini sangat memperhatikan latar belakang dan fakta mengenai topik yang dipilih. Hal ini berkaitan dengan proses mengkontekstualisasikan sebuah peristiwa. Dimensi kedua ini terdiri dari empat indikator yang terkait dengan

(19)

kelengkapan, keragaman, serta penekanan informasi yang tersedia sesuai dengan topik yang telah dipilih.

3. Percaya pada penggambaran yang akurat (Trust in the Accuracy of Depictions)

Dimensi ketiga ini mencakup kepercayaan yang telah diverifikasi dan dapat menunjukkan sebuah fakta. Standarisasi perlu dilakukan meskipun pelaksanaan observasi cukup selektif dan pemilihan antara benar dan salah dilakukan secara objektif. Terdapat indicator verifikasi empiris informasi faktual pada faktor kepercayaan pada penggambaran yang akurat.

4. Percaya pada penilaian jurnalistik (Trust in Journalistic Assessment)

Dimensi keempat ini kepercayaan diberikan pada pemilihan informasi yang sudah menggambarkan evaluasi sebuah riset sesuai dengan penyampaian jurnalistik yang objektif. Terdapat empat indikator pada faktor kepercayaan pada penilaian jurnalistik. Keempat indikator berhubungan dengan kegunaan, kelengkapan dan kesesuaian penyampaian secara jurnalistik (tidak hanya berfokus pada format tampilan penyampaian). Penyampaian tersebut berkesempatan mengklasifikasi peristiwa yang informatif dan evaluatif.

Individu pada umumnya lebih menjelaskan kepercayaan pada jurnalisme dibandingkan dengan perbedaan nasional atau budaya (Tsfati, 2014, p. 769).

(20)

Kepercayaan pada media massa pun juga berlaku pada media daring, yang membedakan hanya karakteristik dan digitalisasi yang dimiliki khalayak (Katherine, 2016, p. 59). Katherine et al menjabarkan kepercayaan pada media daring dipengaruhi dan terbentuk oleh beberapa faktor sebagai berikut (Katherine M. G, 2016, p. 65) :

1. Kepercayaan pada media terbagi menjadi dua, yaitu kepercayaan pada sistem jurnalistik dan kepercayaan pada aksi.

2. Kepercayaan tersebut dibentuk oleh perbedaan demografis sosial, karakteristik pribadi dan aspek situasional. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa komentar, peringkat, serta reputasi.

3. Faktor eksternal ini juga mempengaruhi melalui kepercayaan yang dirasakan terhadap sistem jurnalistik. Hal ini juga mempengaruhi kepercayaan pada aksi yaitu melalui risiko. Risiko menjadikan suatu informasi yang saat ini dipilih dan dikatakan oleh jurnalisme sebagai dasar tindakan seseorang. 4. Kepercayaan terhadap sistem jurnalistik terbagi menjadi enam

hal yaitu :

a. Trustworthiness of research (Kepercayaan pada penelitian) Kepercayaan ini berhubungan dengan hasil pencarian dan penelitian terhadap sebuah berita yang menghasilkan informasi yang terbuka, terbaru, relevan, serta memiliki

(21)

kelengkapan dan keragaman yang diberikan pada waktu yang tepat oleh suatu media.

b. Trustworthiness of selection (Kepercayaan pada seleksi) Kepercayaan ini berhubungan dengan pemilihan topik yang kekinian, terbaru, relevan dan topik yang disampaikan tepat waktu.

c. Trustworthiness of presentation (Kepercayaan pada

presentasi)

Kepercayaan ini berhubungan dengan bagaimana informasi yang diberikan sesuai dengan konteks, serta penilaian secara eksplisit terhadap informasi yang diberikan.

d. Trustworthiness of proofing (Kepercayaan pada pembuktian) Kepercayaan ini berhubungan dengan pembuktian terhadap topik kekinian, terbaru, relevan dan tepat waktu.

e. Trustworthiness of revision (Kepercayaan pada revisi) Kepercayaan ini dibentuk oleh pemahaman dari karya jurnalistik yang dibuat serta kelengkapan bagian jurnalistik.

f. Trustworthiness of coordination (Kepercayaan pada

koordinasi)

Kepercayaan ini terbentuk karena topik yang dipilih memiliki informasi yang penting, menempatkan pada konteks yang tepat, memiliki kebebasan dalam departemen editorial serta transparansi dalam penyebaran informasi.

(22)

Peneliti menyimpulkan bahwa kepercayaan pada media daring terbentuk dari faktor demografis sosial, karakteristik pribadi dan aspek situasional, serta faktor eksternal berupa komentar, peringkat serta reputasi. Kepercayaan itu digunakan untuk membentuk kepercayaan pada sistem jurnalistik dan kepercayaan pada tindakan. Berita kesehatan merupakan salah satu hasil informasi yang dikelola oleh jurnalis yang berkaitan dengan topik yang penting, serta memerlukan fakta dan penggambaran yang akurat. Hal ini karena informasi kesehatan sangat penting dan merupakan kebutuhan bagi khalayak.

Melihat beberapa dimensi seperti selektivitas topik, selektivitas fakta, penggambaran yang akurat serta penilaian jurnalistik serta juga menambahkan beberapa bentuk kepercayaan yang terbentuk pada media daring. Hal inilah yang membuat peneliti menggunakan konsep tingkat kepercayaan khalayak pada berita dalam melihat tingkat kepercayaan pada berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan.

2.2.3 Berita

Menurut (Cahya, 2012, p. 2) berita merupakan hasil dari suatu laporan bersumber dari kehidupan sehari-hari yang nyata disampaikan secara lisan maupun tertulis. Berita didefinisikan sebagai laporan tercepat berdasarkan suatu ide dan fakta terbaru yang benar, memiliki kepentingan dan menarik bagi banyak khalayak dipublikasikan melalui media berkala

(23)

seperti surat kabar, televisi, radio atau media daring (Sumadiria, 2005, p. 64).

1. Berita Kesehatan

Berita adalah hasil dari sebuah informasi yang diolah oleh seorang wartawan dan diterbitkan dalam media. Kemampuan wartawan dalam mengelolah berita merupakan kelebihan tersendiri yang bersifat relatif. Kelebihan tersebut terlihat dan dapat diukur dengan nilai-nilai yang ada dalam berita yang dibuat (Wahjuwibowo, 2015, p. 43). Kesehatan adalah sebuah konsep yang sulit dijelaskan namun sering digunakan dan berhubungan dengan komponen biomedis, personal, dan penyakit (Maulana, 2009).

Berita Kesehatan merupakan berita yang disajikan oleh berbagai media cetak pada sejumlah halaman surat kabar yang memiliki nilai berita, serta dapat dijadikan informasi untuk bahan evaluasi dalam penerapan kebijakan tentang kesehatan (Hidayat, 2015, p. 145). Kebijakan kesehatan berhubungan dengan peraturan dalam memberi ruang pada tenaga kesehatan, industri farmasi, teknologi kedokteran serta (Rosa, 2019, p. 6).

Jurnalisme kesehatan memiliki fokus untuk merubah perilaku khalayak dan mengarahkan untuk melakukan pilihan hidup sehat, seperti makan-makanan sehat, berolahraga dan mengikuti vaksinasi serta memastikan pemberian pelayanan oleh pemerintah menjangkau semua warga negara. Jurnalisme kesehatan dapat bersifat efektif bila mudah

(24)

dipahami, konsisten, dan menghasilkan sebuah perubahan (Rosa, 2019, p. 50).

Proses jurnalistik dalam membuat sebuah berita kesehatan terbagi dalam empat tahap, yaitu (Viswanath, 2008, p. 763) :

Gambar 2.1 Proses Pembuatan Berita Kesehatan

Sumber : (Viswanath, 2008, p. 763)

1. Menentukan ide awal sebuah cerita

Reporter dan editor berita kesehatan akan membahas secara luas informasi yang akan dibentuk dalam sebuah berita, hal ini dilakukan dengan mencari informasi kesehatan dari berbagai sumber.

2. Pemilihan cerita dan pengambilan keputusan

Tahap ini menunjukkan proses penentuan kriteria informasi yang akan dibuat sebagai berita kesehatan, serta sesuai dengan kelayakan suatu berita.

(25)

Tahap ini dilakukan dengan menggunakan sumber data sebagai pendukung untuk meneliti topik, serta sumber dari informan untuk menginterpretasikan, mendapatkan kutipan serta membantu mengkontekstualisasikan isi berita. Hal ini bisa didapatkan dari institusi kesehatan, atau pakar kesehatan.

4. Publikasi

Proses terakhir adalah mencari informasi tambahan pada sumber yang mengarah pada informasi akhir pada berita tersebut, hal ini

untuk menambah informasi yang berkaitan sebelum

dipublikasikan ke khalayak.

Gambar 2.2 Berita Kesehatan Mengenai Gaya Hidup Sehat

(26)

Pada Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa Kompas.com mencoba untuk memberikan beberapa informasi mengenai hidup sehat. Pola hidup sehat sangat dibutuhkan saat pandemi, perlahan kesadaran orang untuk hidup sehat meningkat pada tahun 2020 lalu (Kompas.com, 2021).

Berita kesehatan di Indonesia umumnya membahas suatu penyakit atau wabah yang melanda suatu wilayah tertentu dan dalam jangka waktu (contohnya, Flu burung, MERS, flu singapura) atau berita layanan kesehatan (Maftuchan, 2016, p. 102).

2. Berita Bersponsor

Iklan adalah promosi dari ide, jasa dan barang serta segala bentuk presentasi nonpersonal berbayar oleh sponsor yang teridentifikasi (Müller, 2011, p. 5). Periklanan Dalam konteks media massa, iklan merupakan suatu alat untuk memberikan pesan tertentu kepada khalayak dari pengirim pesan tentang benda atau jasa yang ditawarkan (Alkatiri, 2005, p. 68). Iklan memiliki sifat merangsang serta membujuk pihak penerima untuk menyukai serta membeli produk komoditas yang ditawarkan oleh produsen (Hoed, 1992).

Menurut Widyatama (Widyatama, 2007, pp. 17-24), terdapat enam prinsip dasar dalam iklan, yaitu : 1) memiliki pesan tertentu, 2) dilakukan oleh komunikator, 3) disampaikan untuk khalayak tertentu, 4)dilakukan secara nonpersonal, 5) dilakukan dengan cara membayar, 6) mengharapkan dampak tertentu dari penyampaian pesan yang dilakukan kepada khalayak.

(27)

Berita bersponsor merupakan suatu hal yang relatif baru dan belum memiliki definisi, namun menurut Wineburg berita bersponsor merupakan posisi antara perusahaan media “penyedia jasa pembuat iklan berbentuk konten berita” dan pengiklan (Wineburg, 2016, p. 10). Hal ini sesuai dengan definisi Native advertising yaitu kerjasama antara pemilik merek dengan pemilik situs sebuah website yang menempatkan iklan di antara konten editorial lainnya (Mareck, 2014, p. 23). Menurut Ferrer Conill (Conill, 2016, p. 97) Native advertising adalah model bisnis yang layak bagi media dengan menawarkan iklan yang menginformasikan dan menghibur, serta memperluas praktik jurnalistik.

Makalah Interactive Advertising Bureau berjudul “The Native Advertising Playbook“ memberikan solusi untuk menggunakan berita bersponsor dalam melakukan kegiatan pengiklanan, hal ini berguna menghilangkan kebingungan konsumen. Berita bersponsor perlu memperhatikan enam hal ini untuk memenuhi tujuan merek (IAB, 2013, p. 6) :

1. Format

Perlu memperhatikan keseluruhan desain halaman dengan kesesuaian iklan, serta apakah iklan sudah sesuai dengan aliran aktifitas konsumen.

2. Fungsi

Perlu diperhatikan fungsi iklan pada halaman tersebut, apakah memiliki fungsi serta memberikan pengalaman konten yang

(28)

sama dengan konten lain yang terdapat pada halaman tersebut? Misalkan : Format foto dan video berada pada konten dengan format foto dan video, atau format teks berada pada konten dengan format teks atau berbeda.

3. Terintegrasi

Hal ini membahas mengenai seberapa baik perilaku iklan dan apakah saling menghubungkan dengan konten lain disekitarnya? 4. Pembelian dan Target

Apakah penempatan iklan dijamin pada bagian, halaman situs spesifik tertentu dapat menjangkau konsumen? Jenis penargetan apa yang tersedia?

5. Pengukuran

Apa ukuran yang digunakan untuk menilai suatu kesuksesan? Iklan cenderung mengikuti ukuran yang melibatkan merek seperti, view, likes, share, time spare, dan lain-lain. Beberapa ukuran juga melibatkan konsumen seperti beberapa yang mengunduh, pengiklan, berapa yang daftar akun dan masuk, dan pengambilan data milik konsumen.

6. Pengungkapan

Apa terlihat jelas sebuah pengungkapan pada iklan? Hal ini ditunjukan dengan kalimat, „disponsori oleh‟, „disajikan oleh (merek)‟ dengan disertai tag, „dipromosikan oleh‟, „pos yang disarankan‟ beserta tag „sponsor‟.

(29)

Menurut Seligman dalam (Aisyah, 2017, p. 3), Native advertising merpuakan konten yang disponsori serta didesain untuk disesuaikan dengan konten editorial tempat iklan tersebut. IAB menganjurkan prinsip pengungkapan seperti keunggulan dan kejelasan merupakan hal terpenting pada berita bersponsor. Prinsip pengungkapan perlu menjelaskan dengan bahasa bahwa iklan telah dibayar dan menempatkan pembuat iklan pada posisi yang dapat terlihat oleh konsumen. Prinsip tersebut membuat konsumen berita dapat membedakan berita berupa konten editorial dan berita berbayar atau bersponsor (IAB, 2013, p. 15).

Gambar 2.3 Berita Bersponsor dalam Kesehatan

(30)

Berdasarkan Gambar 2.2 yang diberi tanda merah menunjukkan bahwa berita bersponsor pada Detik.com yang diberi label „detikhealth‟ dan „berita detikhealth‟.

Berita bersponsor memiliki kekuatan yang dapat menyatukan kontennya pada konten editor pada tema yang sama (Gadiraju, 2015, p. 30). Terdapat tiga karakteristik penting dalam berita bersponsor, yaitu konteks, kesesuaian dan daya Tarik (Gadiraju, 2015, pp. 26-27)..

1. Konteks (Context)

Konten dengan pemilihan kontekstual yang tepat secara mudah terlihat menarik di dunia periklanan (Harms, 2017, p. 81). Kontekstual yang tepat dapat menyatu dengan baik bersama konten editorial karena relevansi yang tinggi, hal ini membuat seakan konten tersebut memiliki nilai berita yang tinggi. Dalam hal ini konteks memiliki tiga karakteristik yaitu, relevansi, kontemporer dan dapat ditiru.

Relevansi menunjukkan penempatan posisi informasi berita bersponsor pada halaman kanal berita yang sesuai dengan tema. Misalnya, artikel mengenai alat kesehatan yang diletakan pada kanal berita kesehatan. Berita bersponsor perlu mendorong perhatian khalayak dengan fokus terhadap produk yang dipromosikan.

Kontemporer adalah bersifat asli, berita bersponsor yang bersifat asli lebih efektif untuk menarik perhatian khalayak

(31)

pembaca. Kontemporer membuat berita bersponsor memiliki perhatian yang sama dengan apa yang sedang khalayak perhatikan dalam suatu berita.

Dapat ditindaklanjuti, berarti berita bersponsor efektif dalam meningkatkan minat pembaca pada merek yang dipromosikan pada suatu berita. Hal ini dapat dilakukan dengan mencoba meminta khalayak mendaftar pada website merek pada berita bersponsor tersebut.

2. Kesesuaian (Congruence)

Berita bersponsor yang efektif adalah perpaduan penting antara konten sponsor dengan konten editorial (berita). Dalam hal ini, tim editor yang mengerjakan berita bersponsor dan tim promosi merek bekerja sama untuk mensinkronisasikan pesan yang akan disampaikan pada khalayak.

3. Daya Tarik (Appeal)

Kekuatan berita bersponsor bukan hanya media dalam melakukan penjualan suatu produk tetapi juga menjadi faktual dan menghibur. Dalam hal ini, menjadi daya tarik khalayak perlu memperhatikan tiga hal ini yaitu, daya tarik informasi (information appeal), daya tarik pendidikan (educational appeal), dan daya tarik emosional (emotional appeal).

Information appeal, konten yang menyampaikan fakta dan memberikan kesadaran akan adanya masalah, teknologi baru,

(32)

pengetahuan atas tema tertentu sehingga dengan mudah dijangkau oleh khalayak dan pesan dapat diterima oleh konsumen.

Educational appeal, aspek yang menunjukkan bagaimana dan mengapa merek membutuhkan pendekatan umum pada khalayak untuk menarik perhatian khalayak pada konten yang dibuat.

Emotional appeal, daya tarik emosional yang kuat akan menyebabkan keterlibatan yang kuat pula antara berita bersponsor dengan khalayak. Daya tarik memiliki kekuatan untuk menciptakan kecenderungan yang kuat pada khalayak untuk memilih hal yang sama dengan berita bersponsor sampaikan. Kehadiran berita bersponsor menyerupai artikel berita merupakan salah satu karakteristik yang menyesatkan khalayak dengan informasi yang diterima. Berbagai definisi berita bersponsor membuat (Pasandaran, 2018, p. 92) menemukan dua karakteristik yang menjelaskan berita bersponsor merupakan adaptasi dari konten editorial yang menyebabkan pengalaman khalayak tidak terganggu. Penelitian yang dilakukan oleh pasandaraan menemukan tiga dimensi dalam berita bersponsor yaitu penempatan iklan, karakteristik berita bersponsor menyerupai konten berita, dan pengungkapan (disclosure) berita bersponsor. Karakteristik berita bersponsor dibagi menjadi beberapa dimensi yaitu (Pasandaran, 2018, pp. 95-96) :

(33)

1. Judul (headline) : judul menyerupai berita utama dan bernada positif dan didukung oleh foto mengenai pengiklan.

2. Nama penulis atau reporter (byline) : konten berita pada umumnya memperlihatkan nama penulis atau reporter serta editor artikel berita tersebut, hal ini tidak terlihat pada berita bersponsor.

3. Tenggat waktu pemuatan (deadline) : berita bersponsor cenderung menunjukkan kota kegiatan atau acara berlangsung, tidak terlihat tenggat waktu pemuatan dan hanya ditulis info beserta nama pengiklan.

4. Ringkasan awal (lead) : berita bersponsor memiliki kriteria 5W+1H dalam proses pembuatan lead layaknya konten berita, tetapi tidak semua elemen pertanyaan ada. Bentuk penulisannya cenderung bernada positif dan netral.

5. Kutipan (quotes) : kutipan yang disampaikan memiliki karakteristik yang sama dengan konten berita, hanya berupa informasi dari pengiklan. Berita bersponsor cenderung memiliki banyak kutipan dari sumber yang sama.

6. Narasumber (sources) : narasumber pada berita bersponsor merupakan pihak pengiklan yang menyampaikan keprihatinan akan suatu hal dan berkaitan satu sama lain.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan berita bersponsor yang membahas topik mengenai gangguan kesehatan yang sama dengan

(34)

berita kesehatan yang peneliti pilih. Berita tersebut membahas mengenai suatu produk yang berkaitan dengan topik tersebut.

2.2.3

Media daring

Menurut (McQuail, 2011, p. 152) media baru itu beragam dan tidak mudah untuk mengidentifikasinya keseluruhan. Media baru memiliki fokus utama yaitu internet yang merujuk pada penggunaan publik contohnya berita dalam jaringan, World Wide Web (WWW), forum dan aktivitas diskusi, iklan, aplikasi penyiaran, dan sebagainya. Pada tahun 1990-an media daring mengalami pertumbuhan yang pesat. Kebutuhan informasi yang meningkat, serta perkembangan komunikasi yang dialami menjadi salah satu faktor pendukungnya. Informasi yang disebarkan dapat memengaruhi banyak orang ditampilkan oleh platform media daring dalam bentuk virtual.

Menurut (Romli, 2012, p. 34), media daring dibagi menjadi dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Media daring secara umum adalah segala jenis format media yang berisikan teks, foto, video dan suara yang hanya dapat diakses menggunakan jaringan internet. Pengertian umum ini, media daring juga bisa dimaknai sebagai sarana komunikasi secara daring.

Media konvensional seperti media cetak memiliki jumlah kata yang lebih banyak, media daring memiliki panjang maksimal setengah jumlah kata dari media cetak (Romli, 2012, p. 56).

(35)

Pembingkaian pada media daring tidak terbatas pada tubuh teks, hal itu dilakukan pengembangan melalui pembahasan yang mendalam melalui sidebar link yang disediakan. Situs yang ditampilkan dalam beberapa teks dalam pemberitaan media daring tersebut (Thornburg, 2011, p. 180).

Menurut Hall Dalam buku Online Journalism (Hall, 2011, p. 3) memperkuat pandangan bahwa media daring merupakan penguat informasi. Beliau menambahkan bahwa media baru perlahan menggantikan keberadaan media cetak yang sudah usang. Media cetak seperti surat kabar dan majalah disarankan Hall untuk menyampaikan informasinya melalui internet.

Hal ini didukung oleh pendapat (Salwen, 2006, p. 6) dalam buku Online News and The Public bahwa keberadaan media daring sudah ada sejak tahun 1990-an. Pada saat itu beliau mengatakan sebagian surat kabar tidak disebarkan melalui jalur daring, hanya World Wide Web (WWW) yang digunakan. Keuntungan serta kemudahan untuk mengakses membuat beberapa informasi dapat dibagikan secara cepat dan menyebar menuju banyak Negara bagian.

2.2.4

Khalayak Media (Generasi Y)

Khalayak merupakan seluruh lapisan pendengar, penonton, pembaca yang menerima dan menggunakan berbagai konten media atau menjadi target penyiaran suatu media (McQuail, 2011, p. 7).

(36)

Khalayak media menurut Marshall McLuhan dalam (Morissan, 2013, p. 173), merupakan pusat komunikasi massa yang media pusatkan secara konstan. Rivers (Rivers, 2008, p. 303) mengasumsikan khalayak media dapat melakukan seleksi isu berdasarkan keinginannya.

Khalayak dinilai memiliki daya tarik berbeda terhadap suatu media karena perbedaan daya tarik dari setiap media yang tersedia. Ketertarikan khalayak terhadap suatu media juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti minat, profesi, dan kepribadian tiap individu. Terdapat dua prinsip khalayak dalam memilih informasi yang disajikan media. Prinsip pertama membahas mengenai kemudahan khalayak dalam memperoleh informasi. Prinsip kedua adalah prinsip mengenai harapan khalayak terhadap informasi yang dipilih memiliki manfaat dalam interaksi sosial individu tersebut (Rivers, 2008, pp. 311-313).

Khalayak media terdiri dari berbagai generasi. Menurut Kupperschmidt‟s dalam (Maulidina, 2020, p. 24) generasi adalah sekelompok orang yang mengidentifikasi diri dan kelompok sesuai dengan tahun kelahiran, kebiasaan, lokasi dan kejadian – kejadian dalam kehidupan kelompok individu tersebut. Dunia kerja sekarang ini terdiri dari empat generasi yang dapat digolongkan sebagai berikut ,PENN dalam (Rina , 2016, p. 56):

(37)

Merupakan generasi yang berorientasi pada tim, memiliki etika kerja yang kuat, sifat loyal, dan pekerja keras.

2. Baby Boomers (1945 - 1964)

Merupakan generasi yang memiliki sifat loyal, dapat mengatur orang lain, dan dipandu oleh uang dan etika kerja serta melihat kehadiran teknologi sebagai suatu tantangan.

3. Generation X (1965 - 1980)

Merupakan generasi yang memiliki kesetiaan terbesar pada diri sendiri, memiliki kecenderungan skeptis, hidup generasi ini dipengaruhi oleh internet serta memiliki pengalaman dengan teknologi sehingga dapat belajar dengan cepat.

4. Generation Y (1981 - 1999) Disebut juga sebagai Millenials atau Net Generation. Orang yang berasal dari generasi ini adalah orang yang realistis, percaya diri, dan pragmatik. Mereka memiliki pengalaman dengan teknologi dan bahkan mampu membantu orang lain untuk belajar. Generasi ini adalah generasi pertama yang mengenal sosial media dan sudah menggabungkan teknologi ke dalam kehidupan mereka.

Definisi generasi juga dapat dibedakan dari kehadiran suatu teknologi dan penggunaan teknologi tersebut. Perbedaan penggunaan teknologi pada tiap generasi sebagai berikut (Maulidina, 2020, p. 26-28) :

(38)

1. Generasi X (1965-1980)

Generasi X adalah generasi yang lahir pada awal tahun terciptanya sebuah alat hasil perkembangan teknologi dan informasi seperti televisi kabel (TV). Personal computer (PC), video games dan internet. Generasi ini memiliki kemampuan beradaptasi dan menerima perubahan yang cukup baik.

2. Generasi Y (1981-1995)

Generasi Y adalah generasi yang dikenal dengan sebutan milenial atau milenium. Generasi ini lahir pada era internet sedang berkembang, cara berkomunikasi pada generasi ini menggunakan komunikasi instant seperti email, SMS.

3. Generasi Z (1996-2010)

Generasi Z adalah generasi paling muda dan baru merasakan dunia kerja. Komunikasi sosial dilakukan menggunakan internet dan media sosial, oleh sebab itu

generasi ini disebut IGeneration. Sejak masa

pertumbuhan generasi ini sudah banyak dikenalkan dengan teknologi smartphone dan generasi ini dianggap kreatif.

Generasi Y memiliki kedekatan dan pemahaman yang lebih terhadap internet, CD, DVD, telepon seluler dan kamera digital.

(39)

Generasi ini juga memiliki pemahaman terhadap teknologi serta memiliki pendidikan lebih baik dan beragam etnis dibanding generasi sebelumnya (Spiro, 2006, p. 17). Generasi Y terlahir dan hidup pada era internet mulai berkembang, hal ini membuat generasi ini aktif menggunakan internet.

Generasi Y atau milenials memahami tentang penggunaan media baru dengan maksimal untuk personalitas diri, baik melalui internet, media sosial dan teknologi lainnya (Pew Research Center, 2014, p. 6). Khalayak dalam generasi ini dikenal sebagai digital native, hal ini dikarenakan Generasi Y satu-satunya generasi yang tidak perlu beradaptasi lama dengan perkembangan teknologi yang terjadi secara pesat (Pew Research Center, 2014, p. 6).

2.3 Hipotesis Teoritis

Hipotesis adalah sebuah pernyataan yang terungkap belum teruji kebenarannya dan dapat diuji berdasarkan kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan untuk menghubungkan pengamatan dengan teori maupun teori dengan pengamatan (Gulo, 2000, p. 57). Hipotesis merupakan dugaan sementara dapat bernilai benar atau salah dan perlu dibuktikan melalui beberapa hasil penelitian (Arikunto S. , 2011, p. 76).

(40)

Dalam penelitian dan, hipotesis terbagi menjadi dua macam, yaitu hipotesis nol dan alternatif. Hipotesis nol menunjukkan tidak adanya perbedaan atau pengaruh antara realistis dan parameter, sedangkan hipotesis alternatif menunjukkan adanya perbedaan antara parameter dan realistik (Sugiyono, 2007, p. 85).

Penelitian ini dilakukan untuk menguji ada maupun tidak perbedaan tingkat kepercayaan terhadap berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan media daring pada Generasi Y di Tangerang.

H0: tidak terdapat perbedaan tingkat kepercayaan yang signifikan terhadap berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan media daring pada Generasi Y di Tangerang

Ha: terdapat perbedaan tingkat kepercayaan yang signifikan terhadap berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan media daring pada Generasi Y di Tangerang.

2.4 Alur Penelitian

Kehadiran media daring digunakan khalayak untuk mencari informasi mengenai kesehatan saat ingin berkonsultasi kepada dokter. Beberapa informasi bahkan dijadikan sebagai sumber penguat dari berita lokal yang dianggap kurang komperhensif. Hal ini membuat jurnalisme kesehatan berperan penting dalam menyampaikan

(41)

informasi kesehatan yang lebih mudah dipahami khalayak dalam bentuk berita kesehatan.

Penyampaian informasi yang dipengaruhi penyedia informasi seperti otoritas kesehatan, organisasi, para ahli kesehatan yang didukung oleh media sebagai penyalur informasi yang disampaikan mendapatkan kepercayaan yang tinggi oleh khalayak. Berita kesehatan memiliki informasi yang beragam mulai dari gizi pada makanan, jenis-jenis penyakit dan cara mencegahnya hingga pola hidup sehat serta iklan produk kesehatan tersedia.

Pada media daring penyampaian informasi mengenai produk pun

hadir pada berita mengenai kesehatan. Salah satu cara

mempromosikan produk kesehatan adalah dengan berita bersponsor. Kehadiran berita bersponsor membuat berbagai informasi yang diberikan pada khalayak dipengaruhi oleh penyedia informasi. Khalayak yang kurang memahami berita dengan unsur sponsor akan menganggap bahwa informasi tersebut adalah berita atau artikel biasa. Hal ini dikarenakan karakteristik berita bersponsor yang memiliki dapat menyatu dengan berita biasa.

Generasi Y merupakan khalayak dengan penggunaan internet untuk mengakses media daring sebagai sumber informasi dalam kehidupan sehari-hari. Generasi ini menggunakan media daring untuk mengakses topik mengenai kesehatan. Topik ini bahkan memiliki

(42)

persentase terbesar dalam pencarian informasi yang dilakukan generasi ini pada media daring.

Peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan kepercayaan antara berita kesehatan dan berita bersponsor mengenai kesehatan. Kepercayaan peneliti uji melalui empat dimensi yaitu selektivitas topik, selektivitas fakta, akurasi dan penilaian jurnalistik.

(43)

KELOMPOK EKSPERIMEN BERITA KESEHATAN MEDIA DARING Kepercayaan Khalayak : Selektivitas Topik Selektivitas Fakta Akurasi Penilaian Jurnalistik

Gambar 2.4 Alur Penelitian

TEMUAN PENELITIAN Uji non parametrik (Mann Whitneyy) PENGOLAHAN DATA MELALUI SPSS

KELOMPOK EKSPERIMEN BERITA BERSPONSOR MENGENAI KESEHATAN BERITA KESEHATAN POSTTEST POSTTEST

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Proses Pembuatan Berita Kesehatan
Gambar 2.2 Berita Kesehatan Mengenai Gaya Hidup Sehat
Gambar 2.3 Berita Bersponsor dalam Kesehatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi pengendalian kecepatan referensi yang variasi, kecepatan yang dihasilkan kendali JST lebih cepat menyesuaikan dan lebih stabil bila dibandingkan dengan dengan kendali

Ucap syukur Alhamdulillah, program idhul Adha ‘ Satu Qurban Sejuta Senyum’ telah menautkan silaturrahim yang kuat dan kan selalu membekas di hati kami baik

Gambar 4.56 Hasil Test Case 15 “ Mengetahui respon sistem ketika data sisa pengiriman ditambahkan ” – Form Lihat Transaksi untuk Bagian Admin. A.6 Uji Coba Proses Input

Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu membaca teks mengenai anggota tubuh hewan dan fungsinya. Salah satu siswa membacakan teks di buku pegangan siswa yang ditunjuk oleh guru

Daur hidup dapat diketahui dengan menjumlahkan lama stadium telur, larva, pupa, dan waktu sejak imago terbentuk hingga meletakkan telur..

UNAIR NEWS – Tim peneliti program Calon Pengusaha Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga mengadakan acara pengenalan produk

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..

Alternatif 1 adalah pembangunan jaringan pipa transmisi baru mengikuti jaringan pipa eksisting sepanjang 9 km dari stasiun pompa Goudel menuju R10 lalu pembangunan pipa transmisi