• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Ilmu pengetahuan Alam Pengembangan Konsep IPA melalui Pembelajaran dan Penelitian Sains ISBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Ilmu pengetahuan Alam Pengembangan Konsep IPA melalui Pembelajaran dan Penelitian Sains ISBN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Ilmu pengetahuan Alam

Pengembangan Konsep IPA melalui Pembelajaran dan Penelitian Sains

ISBN 978-602-72109-5-0

SEMINAR NASIONAL ILMU PENGETAHUAN ALAM

“PENGEMBANGAN KONSEP IPA MELALUI PEMBELAJARAN DAN PENELITIAN SAINS”

Keynote Speakers:

Prof. Dr. Hj. Nuryani Rustaman, M.Pd Prof. Dr. Jamaluddin, M.Ed

Dr. Djufri, M. Si Editor : Dr. Evi Apriana, M.Pd Dr. Ibrahim, M.Pd Musriadi, S.Pd., M.Pd Jalaluddin, S.Pd., M.Pd Drs. Jailani, M.Pd Drs. Ridhwan, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

(2)

DAFTAR ISI

Pengembangan Konsep IPA melalui Pembelajaran dan Penelitian Sains... i SAMBUTAN DEKAN... iii PENGANTAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH... iv Daftar isi ... v HASIL BELAJAR SISWA DI SMPN 2 LHOONG ACEH BESAR DALAM PEMANFAATAN

LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI

CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Nurhidayat) ... 1 KURIKULUM KARAKTER dan INTEGRASI NILAI ISLAMI PADA PEMBELAJARAN IPA DI

SMP (Ibrahim, Almukarramah) ... 5 PEMANFAATAN DAUR ULANG SAMPAH SEBAGAI ALAT PERAGA SISTEM RESPIRASI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA PELAKSANAAN

PRAKTIKUM (Sri Mulyani)... 11 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADI BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) Di RSUD

MEURAXA KOTA BANDA ACEH (Ayu Rahayu) ... 17 TINGKAT KETERCAPAIAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) .TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA KONSEP FOTOSINTESIS DI MAN MODEL BANDA ACEH (Dewi Sulma)... 23 TANGGAPAN PENGUNJUNG TERHADAP PEMELIHARAAN HEWAN SEBAGAI UPAYA

KONSERVASI DI KEBUN BINATANG TAMAN RUSA GAMPONG LAMTANJONG

KABUPATEN ACEH BESAR (Fahmy Armanda, Dahlian Oesman, Abdullah)... 29 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP

KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS

VIII SMP NEGERI 4 MONTASIK ACEH BESAR(Cut Nasriyati)... 35 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA PERKULIAHAN ZOOLOGI

INVERTEBRATA DI UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH KOTA BANDA ACEH (Azwir) ... 41 PENERAPAN METODEBUZZ GROUPPADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN

MANUSIA UNTUK MENUNTASKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1

MANGGENG (Masrinur) ... 49 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUNEUPATORIUM ODORATUML. TERHADAP

PENEKANAN PERTUMBUHAN GULMA DI AREA TANAMAN BUDIDAYA (Nurfida Jufra) ... 59 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERWAWASAN MORALITAS ISLAMI UNTUK

(3)

DIDALAM EKOSISTEM DI SMP MUHAMMADIYAH 1 BANDA ACEH (Nurul Hikmah,Rita

Astaina,Evi Apriana,Anita Noviyanti) ... 67 PERBEDAAN KANDUNGAN PROTEIN TELUR BEBEK (Anassp) YANG DIBERI KEONG

SAWAH (Pila ampullacea) PADA BERBAGAI PERLAKUAN DI DESA AJEE PAGAR AIR KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR (Susatyo Hamdi., Said Nazaruddin.,

Armi., Anita) ... 71 PENGENDALIAN ALTERNATIF HAMA SERANGGA

SAYURAN RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KERTAS (Lukmanul

Hakim, Abdul Muis)... 79 PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA BALITA OLEH IBU – IBU YANG

BEKERJA DI KOTA LINTANG ACEH TAMIANG TAHUN 2011 (Tati Yulia Fitri) ... 89 PEMANFAATAN DAUR ULANG GELAS AQUA SEBAGAI USAHA MELESTARIKAN

LINGKUNGAN DAN TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT DI DESA NYAMUK SIANTAN

TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS RIAU (Zulmawita.YF)... 95 KOMPOSISI SPESIES FITOPLANKTON DI FLOODWAY LAMNYONG ( 5 M DARI TIDE

GATE MENGARAH KE LAUT) KECAMATAN SYIAH KUALA BANDA ACEH PASCA

TSUNAMI (Kasma Wahyuni) ... 101 PERILAKU SEMUT RANGRANG (OECOPHYLLA SMARAGDINA) DALAM PENGENDALIAN

HAMA PADA BUAH KAKAO(THEOBROMA CACAO)DI PERKEBUNAN KAKAO (Abdullah

dan nur mayaliza)... 107 PENGARUH SUHU PENGUKUSAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU LABU

KUNING(CUCURBIA MOSHATA)SEBAGAI BAHAN BAKU MINUMAN KAYA SERAT

(Irhamni, Mariana, Kusmayadi)... 117 KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI LISANPEURATEB ANEUKPADA MASYARAKAT

ACEH (Ismawirna)... 129 AN ESP MODEL OF TEACHING MATERIALS TO IMPROVE THE BIOLOGY STUDENTS’

SPEAKING ABILITY (Tarmizi Rajab)... 135 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS LIMBAH PETERNAKAN AYAM TERHADAP

PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TOMAT(Lycopersicum esculentumMill)

(Zainatuddini) ... 147 INVENTARISASI ULAT BULU PADA TANAMAN PALAWIJA DI KECAMATAN LEMBAH

SEULAWAH KABUPATEN ACEH BESAR (Wahyu Hidayat) ... 157 PENGETAHUAN SISWA TENTANG NARKOTIKA PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF PADA

SMA KABUPATEN ACEH UTARA (Jalaluddin)... 165 IDENTIFIKASI PARASIT SALURAN PENCERNAAN MONYET EKOR PANJANG (Macaca

fascicularis) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM PULAU WEH SABANG (Lia Fitri Nasri

(4)

PERILAKU SEMUT RANGRANG (OECOPHYLLA SMARAGDINA) DALAM PENGENDALIAN HAMA PADA BUAH KAKAO (THEOBROMA CACAO) DI

PERKEBUNAN KAKAO Abdullah dan nur mayaliza Universitas syiah kuala, banda aceh

Email: doel_biologi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Perilaku Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) dalam

pengendalian Hama pada Buah Kakao (Theobroma cacao)“ telah dilaksanakan di Perkebunan

Kakao Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 27 September sampai dengan 17 Oktober 2013. Tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui perilaku semut Rangrang dalam pengendalian hama pada buah kakao, dan (2) Untuk mengetahui perilaku harian semut Rangrang di siang hari pada tanaman kakao di perkebunan kakao Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan observasi yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah buah kakao, sedangkan objek adalah semut Rangrang yang terdapat pada tanaman kakao. Teknik pengambilan data menggunakan teknik purposive sampling. Hasil pengamatan diperoleh yaitu perilaku semut Rangrang dalam pengendalian hama terjadi pada pukul 09.00-14.00 WIB. Perilaku harian semut Rangrang pada waktu siang hari yang terdapat pada tanaman kakao terjadi pada pukul 06.00-17.00 WIB. Simpulannya adalah perilaku semut Rangrang dalam pengendalian hama dengan cara mengerumuni, menggigit dan memakannya. Perilaku harian semut Rangrang pada waktu siang hari yang terdapat pada tanaman kakao diperoleh adalah perilaku mencari makan, pemindahan larva, istirahat, dan perilaku berinteraksi.

Kata kunci :Perilaku, Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina), Kakao (Theobroma cacao).

ABSTRACT

The study titled " Behavior of weaver ants ( Oecophylla smaragdina ) in the control of fruit pests on cocoa ( Theobroma cacao ) Cocoa Plantation in the Village District of Trienggadeng Dee Pidie Jaya district "has been implemented. Data collection was conducted on September 27 until October 17, 2013. The purpose of this study (1) To determine the behavior of weaver ants in controlling pests on cocoa pods , and (2) To determine the daily behavior of weaver ants at noon on cocoa trees in cocoa plantations Gampong Dee District of Trienggadeng Pidie Jaya district . The method used is the method of survey and observational descriptive qualitative approach. Subjects in this study is the fruit of the cocoa, while the object is contained weaver ants on cocoa crops. Data retrieval technique using purposive sampling technique. The results obtained by the observation of the behavior of weaver ants in pest control occurred at 09:00 to 14:00 pm. Daily behavior weaver ants at noon contained in cocoa plants occurred at 6:00 to 17:00 pm. The conclusion is the behavior of weaver ants in pest control by means of swarming , biting and eating. Daily behavior weaver ants during the day contained in the cocoa plant is obtained foraging behavior, removal of larva, rest, and behavior interact.

(5)

PENDAHULUAN

Bertanam kakao diperlukan keterampilan dalam menyiapkan bibit, menanam, merawat, dan memetik buahnya, tetapi tingkat keberhasilan tumbuhnya tanaman hingga berbuah tidak selalu berhasil. Hal ini disebabkan adannya hama pada tumbuhan kakao, yang merupakan salah satu masalah yang paling umum yang dihadapi oleh petani kakao. Hama adalah organisme yang mengurangi ketersediaan, kualitas, atau nilai sumber daya yang dimiliki manusia. Spesies hama yang menyerang buah kakao di Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya, antara lain: hama Kepik Penghisap Buah Kakao

(Helopelitis antonii) yang mengakibatkan buah kakao timbulnya bercak-bercak hitam pada

kulit buah. Kutu putih (Planococus citri) apabila terserang hama ini buah kakao tidak normal, hitam sebagian pada kulit buah, sehingga buah kakao menjadi busuk, hitam dan keriput. Hama inilah yang menjadi salah satu masalah utama bagi petani kakao di kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh (Anonymaous, 2013).

Salah satu musuh alami hama pada tanaman kakao yang potensial untuk dikembangkan adalah semut Rangrang (Oecophylla smaragdina). Hingga saat ini tidak banyak masyarakat yang mengetahui peranan semut Rangrang dalam mengendalikan hama tanaman tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Van dkk., (2004:21) menyatakan

“dalam budidaya tanaman buah-buahan, semut Rangrang mampu melindungi tumbuhan dari serangan hama. Hasil penelitian menujukan bahwa semut Rangrang dapat memangsa berbagi macam hama, pertama seperti kepik, ulat pemakan buah dan kutu putih pada tanaman, bahkan

semut Rangrang dapat mengusir tikus”.

Berdasarkan observasi di areal perkebunan kakao Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya, terdapat permasalahan yang belum dipecahkan. Buah kakao pada perkebunan tersebut terserang hama, yang membutuhkan penyajian melalui penelitian. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Perilaku Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) dalam Pengendalian Hama pada Buah Kakao di Perkebunan Kakao (Theobroma cacao) Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di salah satu perkebunan kakao milik masyarakat di Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 September 2013 sampai dengan 17 Oktober 2013

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alat tulis, tabel pengamatan, Kamera digital, higrometer.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dan observasi untuk mengetahui perilaku semut Rangrang dalam pengendalian hama pada buah kakao, dan perilaku harian semut Rangrang pada tanaman kakao di perkebunan kakao Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya.

Analisis Data

Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan mendeskripsikan perilaku semut Rangrang dalam pengendalian hama pada buah kakao dan perilaku harian semut Rangrang di siang hari yang terdapat pada tanaman kakao di perkebunan kakao

(6)

Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie jaya dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perilaku Semut Rangrang dalam Pengendalian Hama pada Buah Kakao

Hasil penelitian pada pengamatan pertama, pengambilan data dilakukan pada pukul 06.00-11.00 WIB dengan suhu 21-22oC dan kelembaban udara 58-56% dan pukul 15.00-17.00 WIB dengan suhu 23oC dan kelembaban udara 54% semut Rangrang tidak melakukan kegiatan mengusir hama. Pada pukul 12.00-14.00 WIB dengan suhu 25oC dan kelembaban udara 54%, semut Rangrang aktif mengusir hama pada buah kakao.

Hasil pengamatan hari kedua, pengambilan data pada pukul 06.00-08.00 WIB dengan suhu 25oC dan kelembaban udara 54% dan, pada pukul 15.00-17.00 WIB dengan suhu 32oC dan kelembaban udara 48% semut Rangrang tidak melakukan kegiatan mengusir hama. Pada pukul 09.00-14.00 WIB dengan suhu 25-33oC dan kelembaban udara 55-40% semut Rangrang aktif mengusir hama pada buah kakao.

Hasil pengamatan hari ketiga pada pukul 06.00-08.00 WIB dengan suhu 27 oC dan kelembaban udara 54% dan pada pukul 15.00-17.00 WIB dengan suhu 36oC dan kelembaban udara 40% semut Rangrang tidak melakukan kegiatan mengusir hama. Pada pukul 09.00-14.00 WIB dengan suhu 27-38 oC dan kelembaban udara 50-44% semut Rangrang aktif mengusir hama hama pada buah kakao.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tiga kali pengamatan dapat diketahui bahwa perilaku mengusir hama pada buah kakao terjadi siang hari, yaitu pada pukul (09.00-14.00 WIB). Frekuensi perilaku semut Rangrang dalam mengusir pada buah kakao ditampilkan juga dalam bentuk Grafik dibawah ini (Gambar 1).

Gambar 1. Frekuensi Perilaku Semut Rangrang dalam Pengendalian Hama pada Buah Kakao 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 06.00-08.00 09.00-11.00 12.00-14.00 15.00-17.00 T in g k a t a k ti v it a s (W a k tu /H a ri ) Pukul(WIB)

Frekuensi Perilaku Semut Rangrang dalam pengendalian Hama pada Buah Kakao

Mengusir Hama

(7)

2. Perilaku Harian Semut Rangrang pada Siang Hari yang terdapat pada Tanaman Kakao di Perkebunan Kakao

1. Perilaku Mencari Makan

Hasil pengamatan pada hari pertama pada pukul 12.00-14.00 WIB dengan suhu 25 oC dan kelembaban udara 54% ditemukan semut Rangrang aktif mencari makan, sama juga dengan hasil pengamatan pada hari yang kedua yaitu pada pukul 09.00-14.00 WIB dengan suhu 26-33 oC dan kelembaban udara 55-40% semut Rangrang aktif mencari makan, sedanhgkan hasil pengamatan pada terakhir yaitu pada pukul 09.00-14.00 WIB dengan suhu 47-44oC dan kelembaban udara 47-44% Pukul 12.00-14.00 WIB semut Rangrang sangat aktif mencari makan pada tanaman Kakao (Gambar 2).

Gambar 2. Semut Rangrang sangat aktif mencari makan pada Kakao 2. Perilaku Pemindahan Larva

Hasil pengamatan pada hari pertama pada pengamatan dihari yang pertama dan terakhir, semut Rangrang tidak melakukan perilaku pemindahan larva. Hasil pengamatan hari kedua yaitu Pada pukul 06.00-08.00 WIB dengan suhu 25oC dan kelembaban udara 54% dan juga pada pukul 15.00-17.00 WIB dengan suhu 32oC dan kelembaban udara 48% semut Rangrang tidak melakukan kegiatan pemindahan larva, pada pukul 09.00-14.00 WIB dengan suhu 26-33 oC dan kelembaban udara 55-40% semut Rangrang mulai aktif melakukan kegiatan pemindahan larva (Gambar 3).

(8)

3 Perilaku Berinteraksi

Hasil pengamatan pada hari pertama, kedua dan hari terakhir, pengambilan data yaitu pada pukul 06.00-17.00 WIB dengan suhu 21-36oC dan kelembaban udara 58-40%, semut Rangrang selalu melakukan perilaku berinteraksi (Gambar 4).

Gambar 4. Semut Rangrang selalu melakukan perilaku berinteraksi 4. Perilaku Beristirahat

Hasil pengamatan pengambilan data pada perilaku beritirahat pada hari pertama, kedua, dan hari terakhir terjadi pada pukul 06.00-11.00 dan pada pukul 15.00-17.00.

Frekuensi perilaku harian semut Rangrang pada tanaman kakao ditampilkan juga dalam bentuk Gambar 5 dibawah ini.

Gambar 5. Frekuensi Perilaku Harian Semut Rangrang di Siang Hari pada Kakao

Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat diketahui bahwa perilaku istirahat semut Rangrang terjadi di pagi dan sore hari, yaitu pada pukul (06.00-08.00 WIB), (09.00-11.00 WIB), dan (15.00-17.00 WIB). Perilaku mencari makan dan pemindahan larva terjadi siang hari, yaitu pada pukul (09.00-14.00 WIB). Perilaku berinteraksi terjadi di pagi, siang, dan juga sore hari, yaitu pada pukul (06.00-17.00).

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 06.00-08.00 09.00-11.00 12.00-14.00 15.00-17.00 Ti n g k a t a k ti ita s (W a k tu /H a ri ) Waktu

Frekuensi Perilaku Harian Semut Rangrang

Beristirahat Mencari Makan Pemindahan Larva Berinteraksi

(9)

PEMBAHASAN

Pengambilan data dilakukan di salah satu perkebunan kakao di Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. Pengambilan data dilakukan pada waktu yang berbeda, dengan tujuan ingin melihat pengaruh waktu, kondisi fisik lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara terhadap perilaku semut Rangrang dalam pengendalian hama pada tanaman kakao dan perilaku harian semut Rangrang pada waktu siang hari yang terdapat pada tanaman kakao. Pengukuran faktor fisik lingkungan yaitu faktor suhu dan faktor kelembaban udara. Aktivitas perilaku semut Rangrang sangat dipengaruhi oleh waktu dan faktor fisik lingkungan, yaitu faktor suhu lingkungan dan kelembaban udara. Hal ini sesuai dengan pendapat Tsuji (2004) dalam Harlan (2006:1) semut Rangrang termasuk golongan hewan diurnal, semut Rangrang lebih banyak beraktivitas pada siang hari, karena semut Rangrang lebih suka pada suhu lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan suhu lingkungan yang rendah.

Penelitian yang dilakukan di Gampong Dee Kecamatan Trienggadeng diperoleh jumlah frekuensi perilaku semut Rangrang beraktivitas, baik perilaku dalam mengusir hama pada buah kakao maupun perilaku harian semut Rangrang pada siang hari yang terdapat pada tanaman kakao adalah aktivitas tertinggi terjadi pada pukul 12.00-14,00 WIB. Perilaku pemindahan larva terjadi apabila sarang yang ditempati atau tempat penyimpanan larva tidak aman lagi, Perluasan wilayah kekuasaan terjadi karena kapasitas sarang yang telah berlebih, sehingga semut Rangrang membentuk sarang baru. Hal ini dilakukan untuk mengontrol wilayah kekuasaannya. Selain itu agar energi yang digunakan semut pekerja untuk mengangkut mangsa dapat dikurangi. Hal ini sesuai dengan pendapat Wilson dkk., (1990)

dalamHarlan (2006:6) yaitu “semut Rangrang merupakan salah satu semut yang membentuk

sarang dibagian tajuk pohon. Sarang yang dibentuk dari jalinan beberapa helai daun muda dengan menggunakan sutera yang terdapat pada larva. Sarang bersifat polydomous artinya satu koloni mendiami banyak sarang, dalam satu sarang dapat ditemukan ratusan sampai ribuan semut Rangrang.

Semut Rangrang mencari makan jika makanan yang disimpan di sarang sudah mulai habis dan karena koloni semut Rangrang lebih banyak dibandingkan makanan yang tersedia. Hal ini sesuai dengan pendapat Marsh dkk., (1985) dalam Harlan (2006:1) yaitu aktivitas pencarian makan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kebutuhan internal, sumber makanan, dan lingkungan fisik. Kebutuhan internal dipengaruhi oleh faktor lapar dan produksi larva, sedangkan lingkungan fisik dipengaruhi oleh perubahan kelembaban dan panjang hari. Saat keadaan berawan itu adalah kondisi puncak pencarian makan terjadi pada siang hari. Pada saat hujan tidak terjadi aktivitas pencarian makanan (Wojtusiak, 2005 dalam Harlan, 2006:5).

Perilaku istirahat dilakukan disela-sela perilaku harian lainnya, kecuali perilaku berinteraksi yang dilakukan setiap saat dan ada pada setiap perilaku lainnya, seperti pada perilaku mengusir hama, mencari makan, pemindahan larva dan juga pada perilaku beristirahat. Semut Rangrang adalah insekta yang melakukan aktivitas pada siang (diurnal) dan malam hari (nocturnal), namun banyak beraktivitas pada siang hari (diurnal). Faktor waktu, suhu dan kelembaban udara dalam sarang mempunyai pengaruh terhadap pemeliharaan larva (Roces dkk., 1989 dalam Harlan, 2006:6). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Wojtusiak & Godzinska (1993) dalam Harlan (2006:27) menyatakan “aktivitas

memperbaiki sarang semut lebih banyak dilakukan pada siang hari dibandingkan malam hari, disebabkan karena pada malam hari suhu rendah, sehingga semut Rangrang lebih banyak beristirahat. Pemindahan larva merupakan salah satu cara memperluas wilayah kekuasaanya.

Sesuai juga dengan pendapat yang dikemukakan oleh Van dkk., (2004:31) bahwa “semut

Rangrang melakukan pemindahan larva karena makanan menjadi langka, kondisi sarang menjadi kurang nyaman”.

(10)

Semut Rangrang dikenal berani menyerang organisme lain yang mengganggu mereka meskipun ukuran tubuhnya lebih besar dari mereka. Selain itu, semut ini juga sangat lincah dan dapat bergerak ke atas dan ke bawah pohon sepanjang hari. Perilaku agresif semut rangrang dalam mempertahankan daerah kekuasaannya menjadi salah satu pertimbangan bagi para petani untuk menggunakannya sebagai penjaga tanaman terhadap gangguan hama. Kajian Van dkk., (2002:23), membuktikan bahwa penerapan teknologi pengelolaan semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) yang tepat di lapangan, mampu meningkatkan potensi pengusiran hama sebagai musuh alami.

Di dalam tubuh semut terdapat cairan yang berfungsi sebagai penyampaian berbagai informasi terhadap sesama koloni semut Rangrang. Cairan tersebut dinamakan asam semut atau asam format. Asam format ini dapat mengirim sinyal-sinyal tertentu, baik itu dalam melakukan aktivitas pengendalian hama, mencari makan, pemindahan larva, berinteraksi, dan juga istirahat. Ada dua macam manfaat dari pengeluaran cairan yang dikeluarkan oleh semut ini, yaitu Alomon dan Feromon. Alomon adalah zat yang digunakan untuk komunikasi antar genus, sedangkan feromon adalah zat yang digunakan untuk komunikasi dalam genus yang sama. Semut Rangrang mengeluarkan cairan tersebut tergantung penggunaannya. Cairan sama yang digunakan dalam berbagi hal, tetapi dengan jumlah yang berbeda dan dengan bantuan kelenjar yang berbeda pula sehingga bisa dijadikan dalam berbagai macam fungsi dari asam

format tersebut. Dalam tubuh semut terdapat empat buah kelenjar yang memiliki fungsi yang

berbeda-beda, yaitu: Kelenjar dufour yang berfungsi sebagai perintah tanda bahaya dan berkumpul untuk menyerang. Kelenjar pigidial berfungsi untuk pertahanan kimiawi. Kelenjar

seternal digunakan untuk melacak mangsa dan menyomprot mangsa, sedangkan kelenjar metapleral digunakan untuk melindungi sarang dari mikroorganisme.

Semut Rangrang sangat efektif digunakan untuk pengendalian hama pada berbagai macam tanaman, terutama pada tanaman kakao, karena semut Rangrang dapat mengurangi hama yang terdapat pada tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Verghese (2013:641)

“Semut Rangrang memiliki beberapa manfaat dalam bidang ekologi dan mengusir hama yang

berpotensi sebagai biokontrol pada tanaman, Semut Rangrang pengedalian hama secara

biologi dan menjadi predator hama pada tanaman”. Semut Rangrang mengendalikan hama

pada suatu tanaman dengan cara mengerumuni tanaman tersebut dan bekerjasama dengan koloninya, semut ini mempunyai sepasang antena dan sengat. Hal ini sesuai dengan pendapat Van dkk.,(2004:26) “Apabila ada suatu aktivitas yang harus dilakukan secara berkelompok,

maka semua akan berperan serta dalam aktivitas tersebut Antena digunakan untuk penciuman terhadap adanya sumber makanan, berinteraksi, dan juga mencium adanya musuh yang menghampiri tanaman yang ditempatinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Van dkk.,

(2004:29) yang isinya “Ketika menemukan mangsa, semut menyentuh semut lainnya dengan

cara tertentu untuk menunjukan dimana mereka menemukan mangsa dan seberapa besar mangsa yang ditemukan. Sebagai serangga sosial semut Rangrang memiliki sistem komunikasi untuk berhubungan sesama anggota koloninya. Sistem komunikasi pada semut dapat berupa sentuhan, suara, dan kimiawi (Romoser, 1981 dalam Harlan, 2006:5).

Sengat yang terdapat pada semut Rangrang digunakan untuk menyengat hama, dan menggunakan mulut untuk mengigit dengan mengeluarkan asam format atau raun semut. Kakao adalah salah satu tanaman yang penting untuk dilindungi dengan memperbanyak koloni-koloni semut Rangrang, supaya biji yang terdapat dalam buah kakao menghasilkan biji yang berkualitas.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Morfologi Semut Rangrang, (Online)http://smayani.files.wordpress.com., diakses 17 Desemsber 2013)

---. 2011a. Fase Insecta, (Online), (kse-biologi.blog.ugm.ac.id, diakses 23 Juni 2013).

---. 2011b. Hama Kakao, (online), (kse-biologi.blog.ugm.ac.id., diakses 23 juni 2013).

---. 2012. Kasta Semut rangrang, (Online), (http://3.bp.blogspot.com.,diakses 5 Desember 2013).

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dejean, A. 1990. Circadian Rhythm of Oecophylla longinoda in Relation to Territoriality and Predatory Behavior. Journal Physiol Entomol 15(4): 400.

Eka, N. S. 2013. Perilaku Harian Burung Pantai di Kawasan Pesisir gampong Lamgurong Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Skripsi. Unsyiah: ACEH.

Harlan, I. 2006. Aktivitas Pencarian Makan dan Pemindahan Larva Semut Rangrang

(Oecophylla smaragdina) (Formicidae: Hymenoptera). Skripsi. (online) Bogor: IPB.

Hamijaya, M.Z., dan S.Asikin. 2003. Predator Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

dalam Mengendalikan Hama Utama Pare (Momordica charantia L). Hasil Penelitian

Balittra: Balittra.

Novia, Y. dkk. 2012. Studi Populasi Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina)

(Hymenoptera: Formicidae) di Nagari Sungai Sariak Kabupaten Padang Pariaman.

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan : STKIP PGRI Sumatra Barat.

Van, P. M. dkk. 2004. Semut Sahabat Petani. CABI: Bioscience. Pusat Peneliti Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. PT Agromedia Pustaka.

Rahayu, S. 2004. Buku “Semut Sahabat Petani: Meningkatkan Hasil Buah-buahan dan

Menjaga Kelestarian Lingkungan Bersama Semut Rangrang” Ini diterjemahkan dari

Buku“Ants as Friends: Improving your Tree Crops with Weaver Ants” Tulisan Paul

Van Mele dan Nguyen Thi Thu Cuc. CABI:Bioscience.

Rahmiyati. 2006. Predator Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) dalam Mengendalikan Hama Utama Tanaman Pare (Momordica Charantia) di Lahan Pasang Surut. Pusat

Penelitian dan Penmbangunan Peternakan. Hal: 390-393.

Serambi. 2013. 4.320 Ha Kakao di Pidie Diserang Hama. Serambi Nanggroe: Aceh

Soptrapto, M. 1999. Asosiasi Rangrang (Oecophylia smaragdina) dengan Serang Lain. Jakarta: Erlangga.

Sunanto, H. 1994. Cokelat, Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Yogyakarta: Kanisius.

(12)

Sunarjono, H. 2005. Sirsak Srikaya. Jakarta: Penebar Swadaya. Syamsuri, dkk. 2006. IPA Biologi Kelas 2. Jakarta: Erlangga.

Thamrin, M., & S. Asikin. 2008. Alternatif Pengendalian Hama Serangga Sayuran Ramah

Lingkungan di Lahan Lebak. Balittral; Banjarbaru.

Verghese, A., dkk. 2013. A Quick and Non Destructive Population Estimate for The Weaver Ant Oecophylla smaragdina Fab. Division of Entomology and Nematology. (online), Vol. 104, No. 5, 10. March 2013.

Wahyudi, T. dkk. 2008. Panduan Lengkap Kakao. Jakarta: Penebar Swadaya.

Way, M.J. and K.C. Khoo. 1992. Role of Ants in Pest Management. Ann. Rev. Entomol. Wojtusiak J, Godzinska EZ. 1993. Factors Influencing the Responses to Nest Damage in The

Gambar

Gambar 1. Frekuensi Perilaku Semut Rangrang dalam Pengendalian Hama pada Buah Kakao00,511,522,533,506.00-08.00 09.00-11.00 12.00-14.00 15.00-17.00Tingkat  aktivitas(Waktu/Hari)Pukul(WIB)
Gambar 2. Semut Rangrang sangat aktif mencari makan pada Kakao 2. Perilaku Pemindahan Larva
Gambar 5. Frekuensi Perilaku Harian Semut Rangrang di Siang Hari pada Kakao

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak heksana, etil asetat dan etanol daun ekor kucing memiliki aktivitas sebagai antibakteri, dimana ekstrak etanol memiliki aktivitas antibakteri yang paling

Berdasarkan pendekatan optimal untuk mendeteksi serangan yang didapat dari penelitian terkait sebelumnya, maka pada penelitian ini dilakukan mitigasi menggunakan taint analysis

Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian dari dari Ajayi et al., 2014, Essel et al., 2015, Mensah et al., 2007, Nura et al., 2011, Tiwari dan Mishra 2012 yang menunjukkan

Tahapan yang dilakukan untuk proses mencari kesamaan adalah memecah kata pada judul penulisan untuk didapatkan kata dasar dengan menggunakan algoritma stemming

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet hisap

b) Rezidenti, ktorí by v prípade, Ïe by sa akcia neuskutoãnila, neostali v lokalite a svoje v˘davky by realizovali in˘m spôsobom v externej ekonomike (napr. by i‰li na v˘let

menerangkan tentang rencana pembangunan ekonomi, yang menurutnya ekonomi sosialislah yang dapat membawa kemakmuran bagi Indonesia kelak, Moeslihat, ditulis di Surabaya pada

Dokumentasikan cara pembenihan ikan konsumsi yang sering dilakukan di daerahmu dengan foto atau video.. Diskusikan bersama kelompok, kemudian presentasikan