• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN PESISIR SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KABUPATEN PESISIR SELATAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN SALURAN DRAINASEKAWASAN

PAINAN SELATAN KABUPATEN PESISIR

SELATAN 1.Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Drainase merupakan sebuah sistem yang di buat untuk menangani persoalan kelebihan air yang berada diatas permukaan tanah, kelebihan air dapat disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi atau akibat curah hujan yang berlangsung sangat lama. Secara umum drainase di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari tenang usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan pada suatu kawasan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak tertanggu.

Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitanya dengan salinitas ( Suripin,2003 ).

Sedangkan drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya yang ada di kawasan kota tersebut (Dharma, 1997).

Menurut Suripin (2003:10) akar permasalahan banjir diperkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat, diatas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasana dan sarana kota yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak-acakan.

Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan drainase perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal lain juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap penting dan perlunya terhadap permasalahan yang dihadapi kota. Sebagian besar masyarakat masih mementingkan memenuhi kebutuhan primer, dan belum adanya kesadaran masyarakat terhadap hukum, oleh karena itu, mulai sekarang semua kebijakan publik harus melibatkan peran aktif masyarakat, baik itu pembangunan fisik maupun non fisik, sejak munculnya ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.

(2)

Salah satunya dalam hal penataan bangunan. Semakin banyaknya bangunan yang didirikan memberikan efek perubahan terhadap tata guna lahan (land use) dimana lahan hijau yang semula difungsikan sebagai daerah resapan air berubah menjadi perumahan.

Sehingga hal ini dapat menyebabkan air permukaan yang semula menyerap ke dalam tanah sekarang mengalir di permukaan dan langsung masuk ke saluran drainase yang ada.

Pada saat terjadi curah hujan yang tinggi ,air melimpah ke luar saluran karena tidak cukupnya kapasitas saluran drainase yang ada.

Pada masa sekarang ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Pada umumnya penanganan drainase masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh,

dimulai dengan tahap perencanaan, kontruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaaan serta partisipasi masyarakat.

Salah satu kawasan yang rawan terhadap banjir dan genangan adalah Kawasan Painan selatan. Hal ini biasanya timbul karena durasi hujan yang turun lebih lama dan tidak cukupnya kapasitas saluran drainase yang ada serta perilaku masyarakat yang tidak mengerti pentingnya memelihara drainase.

Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dengan tahap perencanaan, kontruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaaan serta partisipasi masyarakat.

( Suripin.2003)

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk merencanakan suatu saluran drainase yang sesuai dengan peraturan-peraturan serta kaidah-kaidah yang berlaku, dalam pembangunan saluran drainase menggunakan peraturan teknis yang

(3)

dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dan diterapkan di kawasan pemukiman painan selatan kota painan.

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah Untuk dapat menerapkan ilmu yang penulis peroleh pada bangku kuliah ke dalam perencanaan saluran drainase di Kawasan Pemukiman Painan Selatan kota Painan Kabupaten Pesisir Selatan.

1.3 Batasan masalah

Ruang lingkup drainase perkotaan meliputi pembuatan saluran dan bangunan pelengkapnya, dengan adanya permasalahan pada debit banjir menyebabkan terjadinya genangan air pada saluran drainase, oleh karena itu dalam Tugas Akhir ini penulis memfokuskan pembahasan pada perencanaan saluran drainase yang berada di Kawasan painan selatan,Perencanaan yang dilakukan penulis adalah terhadap kapasitas saluran, termasuk ukuran/dimensi saluran.

2. Metodologi

Dalam perencanaan ini untuk menghitung curah hujan rata – rata, ada 3 metode yang harus di ketahui yaitu :

a. Metode rata – rata aljabar.

Metode ini didasari pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara. Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, dengan persamaan:

n P n

P P

P P P

n

i i

n

12 3 ... 1

Dimana :

P= Curah hujan daerah (mm) n= Jumlah pos penakar hujan P1,P2,..Pn = Curah hujan ditiap pos

penakar hujan (mm)

b.Metode poligon thiessen.

Metode ini dikenal juga dengan metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak, dengan

(4)

memberikan garis tegak lurus terhadap garis penghubung antara pos-pos terdekat.

Hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan berikut:

  n

i i n

i i i

n n n

A A P A

A A

A P A

P A P P

1 1 2

1 2 2 1 1

...

...

Dimana:

P = curah hujan daerah (mm) P1= curah hujan yang tercatat pada tiap-tiap pospenakar hujan(mm) A1,= luasan yang dipengaruhi oleh setiap stasiun penakar hujan (Km2)

n = banyaknya pos penakar hujan

A1

Gambar : Metode Poligon Thissen

c. Metode isohyet.

Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan rata-rata, namun diperlukan keahlian dan pengalaman.Metode Isohyet terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut:

Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut:

Dimana :

P = curah hujan harian (mm) A = luas daerah rencana (Km2)

2.1Analisa Intensitas Curah Hujan

Setelah dihitung parameter curah hujan, selanjutnya dapat kita hitung intensitas curah hujan dengan memakai rumus Mononobe (Suripin,2003) yaitu:

Dimana :

3 2

24 24

24 



 

tc

I R A B

A2

C



 

 

 

A

P A P

P 2

2 1

(5)

I = Intensitas hujan (mm/jam) tc = Koefisien pengaliran (jam) R24= Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)

Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari permukaan tanah sampai saluran terdekat. Jadi salah satu metoda untuk penghitungan waktu konsentasi dipakai rumus yang telah dikembangkan oleh Kirpich ( 1940 ) dalam (Suripin,2003) yang dapat ditulis sebagai berikut :

Dalam system perhitungan drainase memakai Metode Sebaran Log Person III.

Dalam menghitung banjir rencana, ada 2 faktor yang harus diperhatikan yaitu :

- Debit banjir rencana

Dalam menghitung debit banjir rencana ini, dapat dihitung dengan menggunakan metode Rasional (Suripin,2003) yaitu:

Q = 0,278.C.I.A Dimana :

Q = Debit (m3/dt)

C=Koefisien aliran permukaan

I= Intensitas hujan (mm/jam) A=Luas daerah pengaliran

(km2)

- Debit air buangan.

Dalam perhitungan debit air buangan harus memperhatikan jumlah penduduk untuk tahun mendatang.

Untuk itu diperlukan data jumlah penduduk tahun sebelumnya guna menentukan laju pertumbuhan penduduk setiap tahunnya.

Metode yang dipakai dalam menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk dapat memakai formula laju pertumbuhan geometrik dan laju pertumbuhan eksponensial.

Rumus laju pertumbuhan geometrik dan eksponensial sebagai berikut :

Pt = Po (1+r)n Pt = Po x er.n Dimana :

Pt = Jumlah penduduk tahun terakhir

Po = Jumlah penduduk tahun sebelumya

r = Laju pertumbuhan penduduk n=Jumlah selisih tahun

peninjauan

Untuk memperkirakan debit air kotor, terlebih dahulu diketahui jumlah pemakaian air rata-rata setiap

77 , 0

0195 ,

0 





S

tc L

(6)

orang dalam satu hari, dianggap pemakaian dalam satu jam maksimum adalah 10% dari kebutuhan air dalam satu hari.

Dianggap pemakaian air dalam satu hari adalah 10 jam. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah air kotor yang dibuang setiap hari dapat dihitung dengan rumus dari M. Janu Ismono:

Qd =Pn ∗ 80% ∗ Qab A

Besar debit air kotor untuk masing- masing saluran dapat dihitung : Qak = Qd * A saluran

Dimana :

Qak = Debit air kotor (m3/det) Pn = Jumlah penduduk tertinggi dalam perencanaan (jiwa)

Qab= Debit air buangan dalam satu Hari (m3/det)

A = Luas daerah pengaliran (km2)

2.2 Data dan Kondisi Kawasan Kawasan Painan Selatan merupakan salah satu kenagarian yang berada di kecamatan IV jurai. terletak antara 0°00 59’ – 20°28,6’Lintang Selatan dan 1010°01” – 10 10°30'' Bujur Timur.

-Penduduk

Menurut data dari badan pusat stasistik Kabupaten Pesisir Selatan jumlah penduduk di kenagarian Painan selatan pada tahun 2013 adalah 5.672 jiwa (BPS ,2014) 2.3Kapasitas Saluran

Untuk menghitung kapasitas saluran digunakan rumus Manning, yaitu:

Q = V . A

V = 1 32 12( ) Manning S

nR Dimana :

Q= Kapasitas saluran (m3/dt) V= Kecepatan aliran (m/dt) A= Luas penampang basah salu

) (m2

R= Jari-jari hidrolis saluran (m) A/P n = Koefisien kekasaran Manning P = Keliling basah (m)

S= Kemiringan dasar saluran 2.4Kemiringan Saluran

Kemiringan saluran merupakan kemiringan dasar saluran arah memanjang terhadap dinding saluran.

Kemiringan dasar saluran dipengaruhi oleh kondisi topografi dan tinggi tekanan yang diperlukan untuk pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan,

(7)

sebaiknya mengikuti atau sama dengan kemiringan tanah disekitar daerah rencana pembangunan saluran.

Kemiringan saluran dirumuskan sebagai berikut :

S = L H

Dimana :

S= Kemiringan memanjang dasar saluran

H= Beda tinggi elevasi dasar saluran pada titik yang ditinjau

L= Panjang saluran (m)

2.5 Penampang Hidrolik Terbaik Saluran

Dalam merencanakan suatu aliran drainase sebagai faktor yang mempengaruhi harus diperhatikan, agar didapat saluran yang efisien dan efektif. Pemilihan bentuk penampang saluran, didasarkan aspek hidrolika dengan berpedoman pada kapasitas maksimum saluran.

 Penampang berbentuk persegi Luas (A) A= 2(bxh)=2h2

h b =

Keliling basah(P) P=4h

Jari-jari hidrolis (R) h h h P

R A =0,5 4

= 2

=

2

Untuk penampang saluran empat persegi yang efisien :

B = 2h, sehingga A = 2h2 2.6Gorong Gorong

Gorong-gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.

Bangunan gorong-gorong

dimaksudkan agar dapat meneruskan aliran air yang dilintasinya.

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan gorong-gorong adalah :

 Cukup besar untuk melewatkan debit maksimum daerah pengaliran secara efisien.

 Kemiringan gorong-gorong cukup besar (lebih besar) dari saluran pembuangan yang dimaksudkan.

3. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Analisa Curah Hujan

Untuk perhitungan curah hujan rencana ini digunakan data curah hujan dari 2 stasiun curah hujan, dengan memakai data curah hujan selama 10 tahun yaitu dari

(8)

tahun 2004 sampai tahun 2013, yang dimulai dengan menghitung curah hujan memakai metoda rata – rata aljabar didapatkan dari data curah hujan harian maksimum yang diambil dari stasiun klimatologi yang dapat mewakili daerah direncanakan.

Dalam hal ini dipakai data curah hujan dari penangkaran hujan Stasiun Tarusan, dan Stasiun Batang Kapasyang hasil perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan tabel sebagai berikut :

Tabel: Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata

Tahun

STASIUN

Rata-rata (mm) Tarusan

(mm)

Batang kapas (mm)

2004 62 191,0 126,5

2005 132 145,3 138,65

2006 120 98 109

2007 208 120 164

2008 200 99 149,5

2009 130 114 122

2010 211 104 157,5

2011 150 145 147,5

2012 175 155 165

2013 177 102 139,5

(Sumber :Perhitungan )

3.2 Analisa Frekwensi Curah Hujan

Setelah di dapatkan data curah hujan selanjutnya kita dapat menentukan metoda yang digunakan untuk menentukan frekuensi curah

hujan dengan menhitung faktor deskriptornya statiknya yaitu

 Rata-rata (Xr, Yr)

 Standar Deviasi (S)

 Koefisien Variant (Cv)

 Koefisien Skew (Cs)

 Koefisien Kurtosis (Ck)

Setelah di dapatkan factor tersebut didapatkan metode yang di pakai adalah metoda distribusi log person III.

dari hasil penentuan distribusi mana yang akan dipakai, distribusi Log Person III yang paling sesuai untuk digunakan. Maka dari itu

perhitungan periode ulang digunakan rumus-rumus Log Person III sebagai berikut:

S K X Log X

Log T   . Dimana:

XT = Besarnya curah hujan rencana untuk periode ulang T tahun (mm)

x= Curah Hujan Rata-rata (mm) K = Variabel standar

S = Standar Deviasi

Untuk langkah selanjutnya menghitung periode ulang hujan memakai distribusi log person III

(9)

yang didapatkan hasil sebagai berikut.

Untuk periode 2 Tahun = 138,03 mm Untuk periode 5 Tahun = 151,35 mm Untuk periode 10 Tahun=162,18 mm

3.3 Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Setelah dihitung parameter curah hujan, selanjutnya dapat kita hitung intensitas curah hujan dengan memakai rumus Mononobe (Suripin,2003) yaitu:

L S H

S t L

t I R

c

c













 

385 . 2 0 3 2

* 1000

* 87 . 0

24 24

Dimana :

I = Intensitas curah hujan (mm/jam)

tc = Waktu konsentasi (jam) S = Kemiringan saluran (m) 3.4 Perhitungan Debit Air Hujan

Setelah di hitung intensitas curah hujan selanjutnya menghitung debit air hujan, dihitung berdasarkan perhitungan intensitas curah hujan

dengan menggunakan metode rasional yaitu:

Qah= f. C. I. A

= 0.278*0.75*126,83*0.00416 = 0.099046m3/dt

Dalam menghitung debit rencana, dibutuhkan juga perhitungan debit air kotor yang membutuhkan data jumlah penduduk yang berguna untuk menentukan laju pertumbuhan penduduk yang hasilnya yaitu :

 Secara geometrik = 0,027

 Secara eksponensial = 0,016 Untuk memperkirakan debit air kotor, terlebih dahulu diketahui jumlah pemakaian air rata-rata setiap orang dalam satu hari, dianggap pemakaian dalam satu jam maksimum adalah 10% dari kebutuhan air dalam satu hari.

Dianggap pemakaian air dalam satu hari adalah 10 jam. Berdasarkan hal tersebut maka jumlah air kotor yang dibuang setiap hari dapat dihitung dengan rumus :

Qd = %∗

Contoh Perhitungan debit air kotor saluran Sekunder ruas P1-P2

(10)

 Pn = 5915 jiwa

 Qab = 144/(24 ∗ 60 ∗ 60)

= 1.667 * 10-3 m3/det

 A = 13,22 Ha = 0,1322 Km2 Qd=Pn * 80% * Qab

A

= 5915 * 80% * 1.667*10¯³ 0,1322

= 0.0034 m3/det

Qa = 0.0034 * 0.00416

= 0.0000141 m3/det

Setelah didapatkan debit banjir rencana air hujan dan debir recnana air kotor setelah itu langsung kita hitung debit banjir rencana dengan memakai rumus :

Qbr = Qah + Qak Dimana :

Qbr = debit banjir rencana Qah = debit air hujan rencana Qak = debit air kotor atau air Buangan

3.5 Perhitungan Dimensi Saluran Penampang Persegi

Setelah itu dilanjutkan untuk menghitung perencanaan dimensi saluran,Dalam menghitung dimensi saluran drainase untuk kawasan Painan Selatan direncanakan penampang saluran berbentuk segi

empat, dengan pertimbangan saluran ini dapat menghemat lahan serta mudah dalam pemeliharaannya.

Dalam menghitung dimensi saluran digunakan asumsi sebagai berikut :

 Besarnya jagaan (Freeboard) yang dipakai yaitu 30 cm

 Nilai koefisien kekasaran Manning dipakai 0,020 (susunan batu dengan adukan semen dan diplester)

 Nilai kemiringan dasar saluran berdasarkan masing-masing ruas Contoh perhitungan drainase Sekunderberbentuk persegi ruas P1-P2

Data :

Q = 0.09905 m3/dt n = 0,020

S = 0.002761 b = h

 Penampang hidrolis saluran segi empat

Luas (A) = b x h Luas (A) = h x h = h2 Keliing basah (P) = b + 2h

P = h + 2h

= 3h Jari-jari hidrolis (R)

(11)

R =  P

A = ² =

Debit = V x A

Q = R S A

n  2

1 3

1 2

∙ R ∙ S ∙ A

Sehingga :

Q =

 

2 2

3 1 2

) 3 (

1 h S h

n   





Didapatkan h = 0.38 m Maka :

Tinggi muka air (h) = 0.38 m Lebar dasar saluran (b) = h =0,76 m

Dari hasil diatas diperoleh :

 Luas penampang A = b x h = 0.38 x 0,76 = 0.28 m2

 Keliling basah saluran (P) P = b + 2h

= 0.76 + (2 x 0.38) =1,52m

 Jari-jari hidrolis (R)

m R

P R A

18 . 52 0 , 1

28 .

0 

 Kecepatan aliran (V)

dt m V

V V

S n R V

/ 4839 . 0

0.05254 18421

. 02 0 , 0

1

0.002761 18

. 02 0 , 0

1 1

2 1 3

2 2 1 3 2

 Tinggi jagaan (freeboard) diambil 0,3 m

 Tinggi saluran (H) H = h + F

= 0,38 m + 0,3 m = 0.68 m

Dari hasil perhitungan didapatkan gambar penamang saluran persegi sebagai berikut:

Gambar : Penampang Saluran Drainase Tersier

(Sumber :Perhitungan )

Gambar : Penampang Saluran Drainase Sekunder

(Sumber :Perhitungan )

(12)

Gambar : Penampang Saluran Drainase Primer

(Sumber :Perhitungan) 3.6Gorong-Gorong

Dalam perencanaan drainase. Juga dibutuhkan perencanaan gorong - gorong. Gorong-gorong yang direncanakan adalah gorong-gorong dengan kontrol pemasukan (inlet control)tidak tenggelam (H>1.2D).

Gorong-gorong direncanakan berbentuk persegi, sehingga tinggi gorong-gorong adalah 1.2 dari permukaan air (H<1.2H).

Perhitungan gorong-gorong dilakukan dengan menggunakan formula Henderson (1966) yaitu sebagai berikut:

gH CBH

Q 3

2 3

 2

Dimana:

Q = Debit aliran melalui gorong- gorong (m3/dt)

B = Lebar gorong-gorong (m)

C= Koefisien kontraksi pada sisi-sisi

pemasukan. Apabila

ujungnyapersegi, maka C = 0,9 sedangkan apabila ujungnya dibulatkan, maka C = 1

H = Tinggi permukaan air (m) Contoh perhitungan gorong – gorong Data : nilai Q masing-masing posisi Gorong-gorong Posisi P10-P11 Q = Q Ruas P9-P10 + Q Ruas S1- P10

=0.09873 + 0.09919 = 0.19792 m3/det

Jadi perhitungan selanjutnya : C = 0,9 (untuk ujung persegi) H = diambil 0,9 B

Jadi

gH CBH

Q 3

2 3

 2

Didapatkan nilai : B = 1,41 m

H air = 0.9 B = 0.9 x 1,41

= 1,02 m

H gorong-gorong = 1,2 x 1,41

=1,36m

(13)

Gambar : Penampang Gorong Gorong

3.7 Analisa back water (air balik) Data didapat dari dimensi eksisting : Debit(Q) =1,83772m³/dt Lebar dasar saluran (b) = 2,2 m Tinggi air banjir sungai (h) = 0,6m Kemiringan saluran (So) = 0,0028 Kekasaran saluran (n) = 0,02

(1 : m) = 0

Dari data di atas dibuat perhitungan dengan tahapan rumus- rumus seperti berikut:

Kedalaman kritis (Yc) Yc = (q2/g)1/3

q = Q/b= (1,83772/2,2)

= 0,83 m3/det/m

Yc = (0,832/9,81)1/3 Yc = 0,41m

Luas penampang basah (A) (A) = b x y = 2,2 x 0,41

= 0,90 m² Keliling basah saluran (P)

(P) = b + 2y = 2,2 + 2(0,41) = 3,02 m Jari-jarihidrolis (R)

(R) = P A

= 02 , 3 0,90

= 0,30 m Kecepatan aliran (V)

(V) = A Q

= 0,90 1,83772

= 2,04 m/dt

Tinggi energi kecepatan aliran (V²/2g)

(V²/2g) =

81 , 9 . 2

04 ,

2 2

= 0,21 m Tinggi energi (E)

E = g

y V . 2

2

= 0,41+

81 , 9 . 2

04 , 2 2

= 0,62 m

Beda tinggi energi (ΔE) ΔE =E2 – E1

(14)

Kemiringan gesek aliran (Sf) Sf = 2/3

2 2. R

V n

= 2/3

2 2

30 , 0

04 , 2 . 02 , 0

= 0,00371 Kemiringan gesek merata Sf rata-rata =

2

2

1 Sf

Sf 

So - Sf rata-rata ΔX =

rata - rata Sf - So

E

Panjang aliran balik (X) X = X1 + ΔX

Dari analisa diatas,dengan kemiringan saluran 0,0028 debit 1,82 m3/det,dan tinggi muka air banjir pada sungai setinggi 0,60 dan nilai Yc didapat 0,41 maka dari hasil perhitungan didapat air balik yang terjadi sepanjang 77,91 m,dan dapat disimpulkan bahwa air balik tidak mempengaruhi saluran primer yang direncanakan,karena panjang saluran drainase primer yang direncanakan adalah 175,69 m Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, yaitu mulai dari pengolahan sampai pada tahap perhitungan dimensi saluran, maka

dapat diambil kesimpulan sebahai berikut

a) Data stasiun curah hujan yang dipakai dengan kurun waktu 10 tahun (2004–2013) didapat dari stasiun penakar curah hujan Tarusan, dan batang kapas

b) Analisa curah hujan maksimum rata-rata dihitung menggunakan metode aljabar,

c) Besarnya curah hujan rencana maksimum yang dihitung dengan merata-ratakan beberapa metode didapat untukperiode ulang 2 tahun adalah 138,03 mm,periode ulang 5 tahun adalah 151,35 mm dan untuk periode ulang 10 tahun adalah 162,18 mm.

d) Dari hasil perhitungan debit saluran didapatkan adalah saluran persegi yang dipertimbangkan dapat menghemat lahan serta mudah dalam pemeliharaan.

Untuk itu hasil dimensi dari saluran digambarkan sebagai berikut :

(15)

Gambar : Penampang Saluran DrainaseTersier

(Sumber :Perhitungan )

Gambar : Penampang Saluran Drainase Sekunder (Sumber :Perhitungan )

Gambar : Penampang Saluran Drainase Primer

(Sumber :Perhitungan) Saran

Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk pelaksanaan perbaikan saluran, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah instansi-instansi yang terkait dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini perlu peranan pemerintah untuk memberikan penyuluhan terhadap pentingnya kebersihan lingkungan sekitar serta memelihara dan menjaga saluran drainase tersebut dari sampah, penimbunan dan lain-lain, sehingga kondisi saluran dapat terjaga dan terawat dengan baik

b. Peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi penggunaaan lahan yang tidak perlu agar daerah resapan air dikawasan Painan Selatan ini tetap terjaga, guna mengurangi dampak dari genangan air.

Daftar Pustaka

Suripin, M, Eng, Dr, Ir, “Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004.

(16)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ,1997. “Drainase Perkotaan” , Penerbit Gunadharma,

Depertemen Pekerjaan Umum. 2006.

Perencanaan Sistim Drainase Jalan. Jakarta

Ven Te Chow. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta :Erlangga.

Kimiana. I made 2011. Teknik Perhitungan Debit Banjir Rencana.Yogyakarta: cetakan pertama.

Gambar

Gambar : Penampang Saluran  Drainase Tersier
Gambar : Penampang Saluran  Drainase Primer
Gambar : Penampang Gorong   Gorong
Gambar : Penampang Saluran  DrainaseTersier

Referensi

Dokumen terkait

Studi ini dibuat agar akibat dari Pemanasan Global dan Perubahan Iklim tetap dapat memberikan manfaat ekonomi, termasuk lebih banyak sistem energi yang cost-effective,

Kerja praktik ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi laporan pekerjaan troubleshoot berbasis web, dimana semua laporan yang telah diinputkan

Salah satu ancaman terbesar bagi peningkatan produksi beras adalah konversi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit seperti yang terjadi di Kabupaten

Sejak didirikan, YSC tidak hanya menjadi lembaga yang mendokumentasikan kegiatan orang lain, tetapi juga menginisiasi program yang mendukung perupa usia muda dengan kecenderungan

Berdasarkan hasil data pengeringan diperoleh bahwa jadwal pengeringan dasar untuk ketiga jenis kayu yaitu kayu kwari, kabesak dan timo ditentukan oleh masalah

Menimbang bahwa selanjutnya, dengan berdasar pada fakta di mana antara Pemohon dan termohon sudah pisah tempat tinggal sejak 1,5 tahun yang lalu hingga sekarang, dan

Konsep ini merupakan suatu konsep yang dapat mengurangi kerusakan lingkungan kita yang teridentifikasi dengan kegiatan pengurangan limbah (3R concepts), hemat energi,

Terdapat empat implikasi kebijakan yang dapat dihasilkan dari bahasan tentang efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomis, yakni (Ellis, 1988; Ellis, 2003): (a) Jika