STUDI KOMPARASI METODE DEMONSTRASI DENGAN PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL WARNA
USIA 5-6 TAHUN
Nurul Melyani, Marmawi. R, Abas Yusuf
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP UNTAN, Pontianak Email : [email protected]
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan mengenal warna campuran pada anak usia 5-6 tahun melalui metode demonstrasi menggunakan video animasi dengan metode pemberian tugas menggunakan media gambar di RA Babussalam Pontianak Utara. Penelitian ini menggunakan adalah metode eksperimen dengan bentuk Nonequivalent Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah 24 orang anak kelompok eksperimen dan 23 orang kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan mengenal warna campuran pada anak usia 5-6 tahun di RA Babusslam Pontianak Utara nilai Zhitung = -2.452 dan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.014, karena Zhitung < Ztabel (-2.452<- 1.96) dan Pvalue < 0.05 (0.014<0.05) maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedan kemampuan akhir mengenal warna campuran pada anak kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi dan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar.
Kata Kunci : Metode, Demonstrasi, Pemberian, Tugas, Warna
Abstract: This research has aim tu describe comparative study of the ability to know the color of the mixture in children aged 5-6 years taught by demonstration method using animated video and taught by work assignments method using by media image in RA Babussalam Pontianak Utara. This research Method is experimental method, the form of Nonequivalent Control Group Design. This research’s sample is 24 children in the experiment group and 23 children in the control group. Based on results of the ability to know the color of the mixture in children aged 5-6 years in RA Babussalam Pontianak Utara Zhitung = -2.452 dan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.014, because Zhitung < Ztabel (-2.452<-1.96) dan Pvalue < 0.05 (0.014>0.05) this means Ho is reject. It can be conculed there is a difference in differences end to know the color of the mixture in the experimental class children taught by demonstration method using animated video and control class taught by work assignments method using by media image.
Key Word : Method, Demonstration, Work, Assignments, Color
endidikan anak usia dini merupakan pondasi pendidikan yang sangat penting dilakukan untuk membentuk kepribadian anak, mengembangkan seluruh perkembangan dan pertumbuhannya yang akan dijadikan bekal untuk menghadapi tahap pendidikan yang selanjutnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 berbunyi,
“Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Selanjutnya di dalam Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 terdapat 5 aspek yang harus dikembangkan secara optimal di dalam membantu proses perkembangan dan pertumbuhan anak ada diantaranya aspek kemampuan berbahasa, nilai-nilai dan moral agama, kemampuan fisik, kemampuan kognitif dan kemampuan sosial- emosional. Dari beberapa aspek perkembangan anak di atas, kemampuan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan. Berdasarkan Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 kemampuan kognitif anak dikelompokkan lagi menjadi beberapa aspek yaitu “ Pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran, pola, dan konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf.” Diantara beberapa aspek tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang kemampuan mengenal warna anak. Menurut Sumakno (2008: 23) “Warna merupakan unsur yang paling menonjol dalam seni supa. Dalam seni lukis, warna merupakan unsur yang paling dominan.
Anak-anak pada umumnya menyukai warna-warna yang kontras. Contohnya jika anak melukis, hasil lukisannya selalu berwarna mencolok atau kontras. Ini sesuai dengan alam pikirannya yang masih lugu, polos, lincah, ceria dan senang bermain”.
Pengenalan warna pada anak salah satunya dapat dilakukan dengan cara mencampurkan warna-warna dasar yaitu merah, kuning dan biru yang bisa menghasilkan warna-warna baru.
Selanjutnya menurut teori Brewester dalam Sumakno (2008: 23) “warna dikelompokan menjadi tiga kelompok, yakni sebagai berikut: (1) warna primer disebut warna pokok atau warna dasar. Warna primer disebut juga warna yang terjadi bukan merupakan hasil campuran antar unsur warna yang satu dengan unsur warna yang lainnya. Warna primer tersebut adalah merah, kuning, dan biru. (2) warna sekunder ialah suau warna yang terjadi karena merupakan hasil pencmpuran antara dua warna primer dengan perbandingan yang sama. Warna sekunder antara lain:
Jingga/oranye merupakan hasil campuran warna merah dan kuning, ungu merupakan hasil campuran warna merah dan biru dan hijau merupakn hasil campuran warna biru dan kuning. (3) warna tertier ialah suatu warna yang terjadi karena merupakan hasil campuran antara warna primer dengan warna sekunder atau warna sekunder satu dengan warna sekunder yang lainnya. Warna-warna tertier ini dikenal pula dengan nama warna komplementer. Warna tertier antara lain: Hijau kebiru-biruan merupakan hasil campuran warna hijau dan biru, hijau kekuning-kuningan/hijau muda merupakan hasil campuran warna hijau dan kuning, jingga/oranye kemerah-merahan merupakan campuran warna oranye dan merah, ungu kemerah-merahan merupakan
P
hasil campuran warna ungu dan merah dan ungu kebiru-biruan merupakan hasil campuran warna ungu dan biru”.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada anak usia 5-6 tahun di RA Babussalam Pontianak Utara, peneliti menemukan metode yang digunakan guru hanya metode pemberian tugas sehingga dalam pembelajaran anak-anak cepat merasa bosan dan capek. Kebosanan anak-anak mengerjakan tugas terlihat ketika guru memberikan tugas mewarnai. Contohnya, anak-anak mewarnai dengan warna yang tidak sesuai dengan warna yang seharusnya, hanya menggunakan satu warna, terburu- buru dalam mengerjakan tugas mewarnai dan memilih bermain sendiri atau dengan temannya, karena kebosanan anak mengerjakan tugas mewarnai, sehingga kebanyakan anak tidak mengenal warna dan hanya mengetahui ini warna merah, kuning, hijau atau warna yang paling disukainya.
Selain mengerjakan tugas mewarnai rasa bosan anak terlihat juga ketika mengerjakan tugas menulis angka dan huruf peneliti bertanya kepada anak-anak
“kenapa tidak menyelesaikan tugas yang diberikan guru? Anak-anak biasanya akan mengatakan capek dan meminta untuk bermain dengan temannya dan ada juga yang menangis ketika ditanya kenapa tugasnya tidak diselesaikan”. Anak-anak juga tidak mengetahui warna dasar atau warna primer (merah, kuning, biru) yang jika dicampurkan akan menghasilkan warna-warna baru seperti warna ungu, hijau, jingga atau orange dan coklat.
Selain itu peneliti juga menemukan masih kurangnya media yang digunakan oleh guru, dan proses pembelajaran di taman kanak-kanak hanya terfokus pada buku- buku dan majalah sehingga membuat anak-anak mudah merasa capek. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di RA Babussalam guru mengungkapkan sebagian besar guru hanya menggunakan media yang telah disedikan oleh sekolah pada awal semester, seperti majalah-majalah, buku, pensil, crayon, kertas origami, penghapus dan peraut atau peruncing.
Akan tetapi setiap perkembangan anak tidaklah sama maka metode atau strategi dan media dalam proses pembelajaran sangatlah diperlukan, karena proses pembelajaran di taman kanak-kanak selalu menuntut guru untuk kreatif dan dapat memilih strategi yang tepat agar perkembangan anak dapat berkembang secara optimal. Menurut Moeslichaton (2004: 7) “Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan kegiatan.” Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah metode demonstrasi. Menurut Isjoni (2011: 91) “Demonstrasi berarti menunjukan, mengerjakan, dan menjelaskan.” Metode demonstrasi dapat digunakan dalam pembelajaran, karena dengan metode demonstrasi anak-anak dapat melihat secara lansung apa yang ingin ditunjukan, dikerjakan dan dijelaskan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Penggunaan metode pembelajaran di taman kanak-kanak akan lebih efektif jika disertai dengan penggunaan media pembelajaran. Karena anak-anak akan lebih tertarik jika dapat melihat langsung media yang digunakan sehingga kejenuhan anak
berkurang. Hamdani (2011: 72) menyatakan, “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.” Salah satu media yang dapat digunakan guru adalah media audio visual yang berbentuk video animasi.
Penggunaan media video animasi dikarenakan sebagian besar anak usia dini lebih menyukai tontonan yang berbentuk kartun animasi.
Metode demonstrasi merupakan salah satu metode atau stategi pembelajaran dengan cara menunjukan atau memperlihatkan bagaimana proses dan hasil dari pencampuran warna-warna dasar (merah, kuning dan biru). Menurut Masitoh,dkk (2007: 7.26) “Demonstrasi adalah strategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara memperlihatkan bagaimana proses terjadinya atau cara berkerjanya sesuatu, dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan”. Selanjutnya Ostelnik (1999) dalam Masitoh, dkk (2007: 7.26) menyatakan “Ada tiga langkah strategi demonstrasi, yaitu:
(a) meminta perhatian anak, (b) menunjukan sesuatu kepada anak, (c) meminta tanggapan atau respon anak-anak berupa kata-kata atau tindakan yang tunjukannya sesuai petnjuk guru. Penggunaan metode pembelajaran di taman kanak-kanak akan lebih efektif jika disertai dengan penggunaan media pembelajaran karena anak-anak akan lebih tertarik jika dapat melihat langsung media yang digunakan.
Penggunaan metode demonstrasi dalam penelitian ini menggunakan media video animasi. Menurut (Daryanto, 2010: 86) ’Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok. Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan anak secara lansung.
Disamping itu video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada anak, disamping suara yang menyertainya. Sehingga, anak merasa seperti berada disuatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan di video”. Sedangkan menurut Hakim (2012) “Suatu squance gambar yang ditampilkan pada tenggang waktu (timeline) tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak”. Jadi video animasi adalah segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak yang ditampilkan pada tenggang waktu (timeline) tertentu sehingga tercipta sebuah ilusi gambar bergerak.
Metode pemberian tugas adalah adalah strategi pembelajaran yang dengan sengaja memberikan tugas mewarnai gambar sesuai dengan yang telah dicontohkan dan harus dikerjakan dengan sebaik mungkin. Menurut Isjoni (2011: 93), “Pemberian tugas merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas”. Penggunaan metode pemberian tugas daam penelitian ini menggunakan media gambar, menurut Sanjaya (2012: 214) “Gambar atau foto merupakan salah satu media grafis paling umum digunakan dalam proses pembelajaran”.
Rumusan maasalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan antara kemampuan mengenal warna campuran dengan menggunakan metode demonstrasi melalui video animasi dan kemampuan mengenal warna campuran dengan metode pemberian tugas melalui media gambar pada anak usia 5-6 tahuun di
RA Babussalam Pontianak Utara?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan mengenal warna campuran pada anak usia 5-6 tahun melalui metode demonstrasi menggunakan video animasi dengan metode pemberian tugas menggunakan media gambar di RA Babussalam Pontianak UtaraManfaat penelitian ini bagi anak yaitu memudahkan anak dalam mengenal warna dari hasil pencampuran warna-warna dasar. Bagi guru yaitu sebagai bahan informasi tentang pentingnya metode dan media pembelajaran dalam mengembangkan minat belajar anak tentang pengenalan warna.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan bentuk nonequivalent control group design. Menurut Nawawi (2007: 88)
“Metode ekserimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkpkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain”. Adapun pola nonequivalent control group design adalah sebagai berikut:
Tabel 1 : Pola Nonequivalent Control Group Design
Grup Tes Awal Treatment Tes Akhir
E T1 X1 T2
K T1 X2 T2
Keterangan :
E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol
X1 = Perlakuan kelas eksperimen X2 = Perlakuan kelas kontrol T1 = Tes awal (pre test) T2 = Tes akhir (post test)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive, dimana teknik tersebut dilakukan karena adanya pertimbangan dari populasi yang ingin diteliti. Menurut Sugiyono (2011: 124) “sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan dalam penelitian ini adalah dari segi usia anak. Anak yang berada pada kelompok B1 dan B4 sudah menjalani tahun kedua di RA tersebut sedangkan anak yang berada kelompok B2 dan B3 baru menjalani tahun pertama di RA. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah kelompok B2 dan B3 yang masing-masing berjumlah 23 dan 24 anak. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 47 orang anak.
Hasil pre test dan hasil post test dianalisa menggunakan SPSS 17.00 for windows, langkah-langkah yang dilakukan adalah menskor hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, kemudian menghitung rata-rata hasil pre-
test dan post-test, setelah itu dilakukan uji normalitas. Jika data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas dan uji T, akan tetapi jika data terdistribusi tidak normal maka dilakukan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji U Mann-Whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pre test merupakan tes awal yang diberikan kepada anak baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data hasil pre test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal anak kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum mendapatkan perlakuan dalam suatu penelitian. Perlakuan untuk kelas eksperimen menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi. Sedangkan perlakuan untuk kelas kontrol menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik terhadap nilai hasil belajar anak.
Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan uji normalitas pada hasil pretes menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2 : Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Tests of Normality
Kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Eksperimen .310 24 .000 .761 24 .000
Kontrol .322 23 .000 .752 23 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui Pvalue sebesar 0.000. karena nilai Pvalue lebih kecil dari taraf signifikan (0.000>0.005) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data hasil pre test kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi tidak normal. karena kedua kelas berdistribusi tidak normal maka pengujian dilakukan ke uji U-Mann Whitney.
Uji U-Mann Whitney kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan spss 17.00 for windows. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0.05. hasil uji U-mann withney dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3 : Uji U-Mann Whitney Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test Statisticsa
nilai
Mann-Whitney U 274.500
Wilcoxon W 574.500
Z -.035
Asymp. Sig. (2-tailed) .972
a. Grouping Variable: kelas
Berdasarkan hasil tersebut diketahui nilai Zhitung sebesar -0.035 dan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.092. karena Zhitung lebih kecil dari Ztabel (-0.035>- 1.96) dan Pvalue lebih besar dari 0.05 (0.972>0.05) maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan tidak terdapat perbedan kemampuan awal mengenal warna campuran pada anak kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Post test merupakan tes akhir yang diberikan kepada anak baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Data hasil post test digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir anak kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan yang berbeda saat proses pembelajaran.. Perlakuan untuk kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan menggunakan media video animasi. sedangkan perlakuan untuk kelas kontrol adalah pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas menggunakan media gambar.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistic terhadap nilai hasil belajar anak. Langkah pertama dalam teknik analisis statistik yaitu uji normalitas data menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 : Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Tests of Normality
kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
nilai 1 .215 24 .006 .810 24 .000
2 .297 23 .000 .857 23 .004
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui Pvalue sebesar 0.000. karena nilai Pvalue lebih kecil dari taraf signifikan (0.000<0.005) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data hasil posttest kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi tidak normal. karena kedua kelas berdistribusi tidak normal maka pengujian dilakukan ke uji U Mann Whitney.
Uji U-Mann Whitney kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan spss 17.00 for windows. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0.05. hasil uji U mann withney dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 : Uji U-Mann Whitney Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Test Statisticsa
nilai
Mann-Whitney U 168.000
Wilcoxon W 444.000
Z -2.452
Asymp. Sig. (2-tailed) .014
a. Grouping Variable: kelas
Berdasarkan hasil tersebut diketahui nilai Zhitung sebesar -2.452 dan Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0.014. karena Zhitung lebih kecil dari Ztabel (-2.452<-1.96) dan Pvalue lebih kecil dari 0.05 (0.014>0.05) maka Ho ditolak Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedan kemampuan akhir mengenal warna campuran pada anak kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi dan kelas kontrol yang diajarkan menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar.
Perbedaan kemampuan mengenal warna campuran pada anak kelas eksperimen dan kontrol juga dapat dilihat dari nilai rata-rata pretest dan postest. Data pretest hasil belajar dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6: Data Pretest Hasil Belajar Anak
Kelas Jumlah Rata-Rata Standar Deviasi
Eksperimen 375 15.63 17.773
Kontrol 375 16.30 19.378
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pretest hasil rata-rata kelas eksperimen adalah 15.63 dengan standar deviasi 17.773 dan pretest hasil rata-rata kelas kontrol adalah 16.30 dengan standar deviasi 19.378. Sementara itu data hasil postest dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7: Data Hasil Posttest Hasil Belajar Anak
Kelas Jumlah Rata-Rata Standar Deviasi
Eksperimen 1750 72.92 19.388
Kontrol 1325 57.61 20.553
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat postest hasil rata-rata kelas eksperimen adalah 72.92 dengan standar deviasi 19.388 dan pre test hasil rata-rata kelas kontrol adalah 57.61 dengan standar deviasi 20.553. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan metode demonstrasi dengan media video animasi lebih meningkatkan hasil kemampuan mengenal warna campuran pada anak dibandingkan dengan penggunaan metode pemberian tugas dengan media gambar. Lebih jelasnya perbedaan dapat dilihat dari histogram sebagai berikut:
Bagan 1: Histogram Perbandingan Rata-Rata Hasil Belajar Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen
Berdasarkan histogram di atas, terlihat bahwa nilai rata-rata post test kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Peningkatan nilai juga dapat dilihat dari perbedaan nilai pre test dan post test.
Proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi berdasarkan beberapa fakta di atas telah terbukti lebih baik daripada metode pemberian tugas dengan media gambar. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar anak kelas kontrol adalah 57,61 sementara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 72,92 Berdasarkan hasil tersebut, diketahui hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi, yaitu sebesar 15,31.
Perbedaan hasil pembelajaran juga dapar dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer pada saat proses pembelajaran berlansung. Kemampuan anak mengenal warna campuran pada kelas eksperimen yang diberikan treatment menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi tergolong menjadi dua kategori yaitu baik dan sangat baik. Akan tetapi pada kelas kontrol yang diberikan treatment menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar kemampuan mengenal warna anak tergolong menjadi tiga kategori yaitu cukup baik, baik dan sangat baik.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan mengenal warna campuran yang diajarkan
0 20 40 60 80
kelas eksperimen kelas kontrol
15,63 16,3
72,92
57,61
Rata-rata pretest
postest
menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi, dengan kemampuan mengenal warna campuran yang diajarkan menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar pada anak usia 5-6tahun di RA Babussalam Pontianak Utara.
Perbedaan kemampuan anak dalam mengenal warna campuran tersebut dapat dirinci sebagai berikut: (1) hasil rata-rata kemampuan mengenal warna campuran pada anak usia 5-6 tahun di RA Babussalam Pontianak Utara menggunakan pembelajaran metode demonstrasi dengan media video animasi diperoleh hasil sebesar 72,92 dengan kategori cukup baik, (2) hasil rata-rata kemampuan mengenal warna campuran pada anak usia 5-6 tahun di RA Babussalam Pontianak Utara menggunakan pembelajaran metode pemberian tugas dengan media gambar diperoleh hasil sebesar 57,61 dengan kategori cukup baik, (3) terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kemampuan mengenal warna campuran yang diajarkan menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi, dengan hasil kemampuan mengenal warna campuran yang diajarkan menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar pada anak usia 5-6tahun di RA Babussalam Pontianak Utara. Perbedannya dapat dilihat dari rata-rata hasil kemampuan mengenal warna campuran pada anak usia dini, rata-rata kelas eksperimen sebesar 72,92 dan kelas koontrol sebesar 57,61. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan mengenal warna campuran dengan menggunakan metode demonstrasi dengan media video animasi lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode pemberian tugas dengan media gambar.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Peran guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar anak dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu mengembangkan metode pembelajaran yang baru sehingga nantinya dalam proses pembelajaran anak menjadi tidak bosan dan dapat mengembangkan serta membangun kemampuannya secara aktif dan optimal. (2) Penerapan berbagai metode atau strategi pembelajaran dengan media pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru perlu direncanakan dengan baik dan menggunakan media yang menarik minat anak untuk belajar sehingga tujuan dari proses pembelajaran dapat terpenuhi dengan maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran : Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : CV Pustaka Setia.
Isjoni. (2011). Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.
Masitoh, dkk. (2007). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka Nawawi, Hadari. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, Wina. (2012). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sumakno, Aji, dkk. (2008). Seni Budaya Rupa untuk SMP/MTs Kelas VII.
Bekasi: PT Galaxy Puspa Mega.
Online :
Hakim, Zainal. 2012. Mengenal Istilah Animasi. [Online].
(http://www.zainalhakim.web.id/posting/mengenal-istilahi-animasi.html).
Diakses tanggal 22 September 2014.