• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia, merupakan negara yang termasuk dalam kawasan regional Asia Tenggara, dilintasi garis khatulistiwa, secara geografis terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia. Letak Indonesia diapit oleh keberadaan dua samudra, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau, baik pulau besar dan pulau-pulau kecil, menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan, Indonesia telah diakui dunia secara internasional United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS 1982). Berdasarkan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia seluas 5.9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 juta km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), luas tersebut belum termasuk landas kontinen. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbsear di dunia (Ridwan Lasabuda, 2013: 92).

Selain mendapat julukan negara kepulauan, Indonesia juga mendapat julukan sebagai negara maritim. Negara maritim adalah negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan yang luas daratan lebih kecil daripada luas laut. Menjadikan penyebaran penduduk di Indonesia membutuhkan pengangkutan transportasi salah satunya di laut untuk membantu mempermudah lancarnya proses angkutan di perairan.

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 13.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling dunia melalui khatulistiwa. Kegiatan pelayaran sangat diperlukan untuk menghubungkan antar pulau, pemberdayaan sumber daya kelautan, penjagaan wilayah laut, penelitian kelautan, dan seabgainya. Salah satu kegiatan pelayaran terpenting adalah pelayaran niaga (Bambang Triatmodjo, 2009: 4).

Pelayaran menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 17 tentang Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan,

(2)

keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. Sarana pengangkutan yang ada di Indonesia salah satunya adalah angkutan di wilayah perairan. Angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal.

Kewajiban pengangkut antara lain mengangkut penumpang dan/atau barnag dengan aman, utuh, dan selamat sampai tujuan, memberikan pelayanan yang baik, mengganti kerugian penumpang dalam hal adanya kerugian yang menimpa penumpang, memberangkatkan penumpang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan lain-lain. Sedangkan kewajiban penumpang adalah membayar ongkos pengaagkutan yang besarnya telah ditentukan, menjaga barang- barang yang berada di bawah pengawasannya, melaporkan jenis-jenis barang yang dibawa terutama barang-barang yang termasuk dalam kategori berbahaya, dan mentaati ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pengangkut yang berkenaan dengan pengangkutan (Ahmad Zazili, 2008: 2-3).

Sebagai negara kepulauan yang wilayahnya dipisahkan laut, pengangkutan melalui laut menjadi pilihan utama menjadi sarana penghubung antar daerah maupun antar pulau di Indonesia. Pengangkutan laut mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan moda pengangkutan lain, yaitu:

1. Biaya angkutan lebih murah bila dibandingkan dengan alat angkut yang lain;

2. Sanggup mengangkut barang-barang dengan berat ratusan atau ribuan ton sekaligus.

Melalui pengangkutan laut, orang maupun barang dapat diangkut dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu melalui pelabuhan-pelabuhan yang ada di seluruh Indonesia yang berjumlah 1887 pelabuhan (Herman Susetyo, 2010: 8).

Kapal merupakan alat utama untuk melaksanakan pelayaran menyebrang laut. Sebuah kapal yang menyelenggarakan pelayaran di laut harus selalu dalam keadaan kondisi yang sempurna,baik mengenai tubuh kapalnya sendiri,alat-alat perlengkapan kapal, maupun pengawakannya terutama tentang “Sea-worthness”- nya. Syarat utama yang sedemikian itu diperlukan, karena seperti yang telah kita

(3)

ketahui, memang adanya kemungkinan ancaman bahaya besar yang menimpa penumpang dan barang muatan (Wiwoho Soedjono, 1986: 79).

Dalam perjalanan sejarah manusia, kegiatan pelayaran selalu memiliki peran penting untuk mendukung perdagangan (Anish Joseph & Dimitrios Dalaklis, 2021: 1). Angkutan di Indonesia saat ini semakin banyak ragam dan terbilang cukup mudah untuk mengakses tiket pemesanan, termasuk moda angkutan laut yang masih diminati oleh masyarakat. Data menunjukkan, penumpang angkutan laut menurut kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat jumlah penumpang angkutan laut dalam negeri pada Juni 2020 tercatat 645.400 orang, naik 134,10% dibanding bulan sebelumnya (Juni 2020, Jumlah Penumpang Angkutan Laut Naik 134 Persen | merdeka.com, diakses pada 7 September 2020 pukul 11.06 WIB).

Kebutuhan masyarakat akan sarana pengangkutan berpengaruh terhadap perkembangan di bidang pengangkutan yang mendorong perkembangan di bidang teknologi, sarana dan prasarana pengangkutan, ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengangkutan, serta hukum pengangkutan. Tidak dapat dipungkiri pula timbulnya berabgai permasalahan yang diakibatkan dengan adanya pengangkutan itu sendiri (Toto Tohir Suriaatmadja, 2006: 25). Jasa pelayaran sendiri yang semakin banyak memicu persaingan dalam memperoleh pengguna jasa pelayaran, maka dari itu setiap jasa pelayaran dituntut untuk meningkatkan kualitas serta memberikan pelayanan yang terbaik.

Perkembangan jumlah perusahaan pelayaran di satu sisi menguntungkan bagi pengguna jasa trasnportasi karena akan ada banyak pilihan dengan berbagai promo yang menarik. Perusahaan-perusahaan tersebut bersaing untuk menarik penumpang sebanyak-banyaknya dengan menawarkan tarif yang relatif murah. Di sisi lain, dengan tarif relatif murah tersebut menjadi sangat mengkhawatirkan karena akan berkurangnya kualitas pelayanan dan kualitas pemeliharaan kapal sehingga berdampak buruk bagi keselamatan dan keamanan pelayaran.

Salah satu tujuan diselenggarakannya pelayaran adalah mewujudkan penyelenggaraan pelayaran yang aman, tertib dan teratur, nyaman ekonomis. Di

(4)

lain waktu, tidak sedikit pula ada beberapa berita mengenai tenggelamnya kapal, kapal kandas, terbakar dan lain sebagainya

Pada tahun 2018, Kapal Motor (KM) Lestari Maju kandas di perairan Selayar, Bulukamba, Sulawesi Selatan pada Selasa, 3 Juli 2018. Kapal KM Lestari Maju kandas sekitar pukul 14.30 WITA yang sebelumnya meninggalkan pelabuhan Bira, Kabupaten Bulukamba menuju pelabuhan Pamatata pukul 10.00 WITA. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebut sebanyak 155 orang selamat dan 34 meninggal dunia dalam insiden KM Lestari Maju. Berdasarkan manifes yang disiarkan Kementerian Perhubungan, KM Lestari Maju membawa 139 penumpang dan 48 unit kendaraan ketika kapal kandas. Kementerian Perhubungan juga menyatakan bahwa kapal tersebut sengaja dikandaskan dan bukan tenggelam (KM Lestari Maju: 34 orang meninggal, nakhoda dan pemilik kapal dievakuasi - BBC News Indonesia, diakses pada 9 September 2020 pukul 12.24 WIB).

Penyidik Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan menyatakan jumlah penumpang Kapal Motor atau KM Lestari Maju di Rumah Sakit Hayyang Kabupaten Kepulauan Selayar jauh melampaui yang tercatat dalam manifes dan kapasitas kapal. Menurut juru bicara Polda Sulsel Komisaris Besar Dicky Sondani pada Rabu, 11 Juli 2018, total penumpang keseluruhan sebanyak 242 orang.

Kapasitas maksimal 200 penumpang, sedangkan penumpang yang tercatat dalam manifes kapal yang karam di Perairan Kepulauan Selayar pada 3 Juli 2018 itu sebanyak 139 orang. Jumlah kendaraan yang terdaftar dalam manifes sebanyak

48, dengan jumlah muatan deck 210 ton

(https://nasional.tempo.co/read/1105946/jumlah-penumpang-km-lestari-maju- jauh-melampaui-catatan-manifes/full&view=ok , diakses pada 9 September 2020 pukul 13.10 WIB).

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk penulisan hukum (skripsi) mengenai tanggung jawab hukum syahbandar terhadap kecelakaan di laut di wilayah perairan Indonesia yang diakibatkan oleh kelalaian manusia, dengan judul: “TANGGUNG JAWAB PERDATA DALAM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN LAUT AKIBAT KELALAIAN

(5)

SYAHBANDAR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN’

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis akan mengemukakan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggung jawab perdata dalam penyelenggaraan pengangkutan laut akibat kelalaian syahbandar ditinjau dari Undang- undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran?

2. Bagaimana bentuk ganti rugi yang bisa diberikan oleh pengangkut/

perusahaan pengangkutan laut kepada ahli waris penumpang sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran?

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya memiliki tujuan yang hendak dicapai.

Tujuan penelitian harus jelas agar dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian. Terdapat dua jenis tujuan dalam suatu penelitian, yaitu tujuan objektif dan tujuan subjektif. Tujuan objektif adalah tujuan dari dilakukannya penelitian itu sendiri, sedangkan tujuan subjektif adalah tujuan dari penulis. Adapun tujuan objektif dan sujektif yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Objektif

a. Mengetahui tanggung jawab perdata dalam penyelenggaraan pengangkutan laut akibat kelalaian syahbandar ditinjau dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

b. Mengetahui bentuk ganti rugi yang bisa diberikan oleh pengangkut/ perusahaan pengangkutan laut kepada ahli waris penumpang sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

2. Tujuan Subjektif

(6)

a. Memenuhi syarat dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) guna memenuhi persyaratan akademis untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Menerapkan ilmu serta teori-teori hukum yang telah penulis peroleh selama di bangku perkuliahan agar dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

c. Menambah, memperluas dan mengembangkan wawasan serta pengetahuan penulis di bidang hukum perdata dalam hal hukum pengangkutan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan baik teoritis maupun praktis bagi penulis maupun bagi orang lain. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dan penulisan hukum ini diharapkan kelak dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana dalam memperkaya dan menjadi tambahan referensi untuk penulisan karya ilmiah di bidang hukum perdata.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan pola pikir ilmiah dan untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama berkuliah di Univrsitas Sebelas Maret Surakarta.

(7)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam penelitian-penelitan sejenis pada tahap selanjutnya dan berguna bagi pihak yang pada kesempatan di lain waktu berkeinginan untuk mengkaji permasalahan sejenis.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Proses penelitian hukum memerlukan metode penelitian yang akan menunjang hasil penelitian. Penelitian hukum juga merupakan suatu kegiatan know-how penelitian hukum digunakan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi. Di sinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi, dan memberikan pemecahan atas masalah tersebut (Peter Mahmud Marzuki, 2016:

60).

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau doktrinal yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Menurut Terry Hutchinson sebagaimana dikutip Peter Mahmud Marzuki mendefinisikan bahwa penelitian hukum doktrinal adalah sebagai berikut :

“doctrinal research: research wich provides a systematic exposition of the rules governing a particular legal category, analyses the relationship between rules, explain areas of difficulty and, perhaps, predicts future developments.”

(8)

(Penelitian doktrinal adalah penelitian yang memberikan penjelasan sistematis aturan yang mengatur suatu kategori hukum tertentu, menganalisis hubungan antara peraturan, menjelaskan daerah kesulitan dan mungkin memprediksi pembangunan masa depan.) (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 32).

Penelitian hukum normatif yang nama lainnya adalah penelitian hukum doktrinal yang disebut juga sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2004: 14).

Penelitian ini bersifat normatif karena menurut Peter Mahmud Marzuki, kembali kepada fungsi penelitian, adapun penelitian hukum (legal research) berusaha menemukan kebenaran koherensi, yaitu apakah aturan hukum sesuai dengan norma hukum dan apakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai dengan aturan hukum) atau prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2016:

47). Dilakukannya penelitian ini oleh penulis, pada akhirnya bukan fakta empiris yang akan diperoleh, melainkan kesesuaian antara sesuatu yang hendak diteliti dengan nilai atau ketetapan atauran atau prinsip yang dijadikan referensi.

2. Sifat Penelitian

Bahwa dalam menyusun penelitian ini penulis menggunakan penelitian yang bersifat preskriptif. Penulis akan memberikan usulan terkait dengan pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan pengangkutan laut terhadap kecelakaan kapal. Hal ini dilakukan penulis karena pada hakikatnya ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif yang mengkaji koherensi antara norma hukum dan prinsip hukum, antara aturan hukum dan norma hukum, serta koherensi antara

(9)

tingkah laku individu dengan norma hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2016:

41-42).

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum, tendapat beberapa pendekatan yang mana dengan pendekatan tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dan bebagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya.

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan perbandingan (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2016: 133).

Pendekatan yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach). Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah peraturan perundang- undangan dan regulasi yang cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada. Dalam suatu penelitian normatif, satu hal pasti adalah penggunaan pendekatan perundang-undangan (statute approach). Dikatakan pasti karena secara logika hukum, penelitian hukum normatif didasarkan pada penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum yang ada (Johnny Ibrahim, 2006: 247).

Penelitian hukum yang akan ditulis oleh penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan (statute approach) yang mana dalam penelitian ini penulis telah menganalisa masalah hukum yang ada dan dibandingkan dengan undang-undang serta peraturan hukum yang mengaturnya.

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Jenis bahan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan sekunder, yaitu yang diperoleh dari pengkajian pustaka-pustaka yang ada. Sumber-sumber penelitian hukum dapat

(10)

hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. Adapun bahan-bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi, publikasi tentang hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2016: 181). Sumber-sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah:

a. Bahan Hukum Primer:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);

2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD);

3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

4) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasi Tata Kerja Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan;

b. Bahan Hukum Sekunder

1) Buku-buku yang ditulis oleh para ahli hukum;

2) Jurnal hukum;

3) Internet;

4) Sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Sehubungan dengan penelitian hukum ini merupakan penelitian hukum normatif, maka hanya diperlukan data sekunder. Data sekunder tersebut berupa bahan hukum. Bahan hukum disini terdiri atas bahan hukum primer dan sekunder. Adapun cara atau teknik untuk mendapatkan bahan hukum tersebut yaitu :

(11)

a. Browsing, searching dan download bahan hukum berupa jurnal, artikel dan laporan penelitian di internet.

b. Membaca dan meminjam bahan hukum berupa buku di perpustakaan, baik perpustakaan UNS maupun perpustakaan kota Solo.

c. Membeli bahan hukum berupa buku dan KUHPerdata di toko buku Gramedia, Togamas dan sejenisnya.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis yang dilakukan oleh penulis adalah mempergunakan metode silogisme deduktif yaitu dengan cara berfikir pada prinsip-prinsip dasar, kemudian penelitian menghadirkan objek yang akan diteliti guna menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang bersifat khusus. Pola berfikir deduktif yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar kemudian penelitian tersebut menghadirkan objek yang akan diteliti.

Metode silogisme yang menggunakan pendekatan deduktif menurut ajaran Aristoteles yaitu berpangkal dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan premis minor, dari kedua premis ini kemudian ditarik kesimpulan (Peter Mahmud Marzuki, 2016: 89).

Penulis dalam penelitian ini menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD), Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran sebagai premis mayor serta permasalahan hukum pada tanggung jawab penyelenggaraan pengangkutan laut terhadap kecelakaan kapal sebagai premis minor.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum disajikan guna memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai pembahasan yang akan dirumuskan sesuai dengan kaidah

(12)

atau aturan baku penulisan suatu karya ilmiah. Adapun sistematika penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan dua sub bab yaitu kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori tersebut meliputi tinjauan tentang tanggung jawab keperdataan, tinjauan tentang pengangkutan melalui laut, tinjauan tentang penumpang, tinjauan tentang kecelakaan kapal, tinjauan tentang perjanjian pengangkutan laut, tinjauan tentang syahbandar, tinjauan tentang wanprestasi dan tinjauan tentang ganti rugi. Sedangkan dalam kerangka pemikiran penulis menampilkan bagan kerangka pemikiran yang menggambarkan logika hukum untuk menjawab permasalahan penelitian penulisan hukum (skripsi) ini.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis menguraikan dan menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan masalah yang menjadi dasar penulis melakukan penelitian ini sebelumnya, yaitu meliputi tanggung jawab perdata dalam penyelenggaraan pengangkutan laut akibat kelalaian syahbandar ditinjau dari Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan mengetahui bentuk ganti rugi yang bisa diberikan oleh pengangkut/ perusahaan pengangkutan laut kepada ahli waris penumpang sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.

(13)

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan hasil pembahasan dan penelitian, serta saran yang dapat dikemukakan oleh penulis terkait penulisan hukum (skripsi) ini.

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

besarku yang sangat kucintai. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi motivasi, dukungan dan semangat. Untuk saudara-saudariku yang selalu mendo‟akan dan mendukungku. Untuk

standar kompetensi tenaga pendidik Meningkatkan kualitas SDM tenaga pendidik melalui studi lanjut, sertifikasi kompetensi, peningkatan jabatan akademik serta keterlibatan dalam

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS sebagai alternative tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil

Parameter yang diamati adalah pertumbuhan dan hasil nilam (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, berat basah, kadar minyak dan nilai PA ( Patchouli alcohol ) dan

Kosmetik merupakan hal yang paling ditakuti sekaligus paling disukai dalam arti kosmetik merupakan hal yang paling disukai wanita apabila saat mengunakan kosmetik tidak

Mencermati hubungan kausalitas tersebut, dapat diintrepretasikan bahwa harga minyak goreng sawit di pasar dunia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga