• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH. Ds. Kekep. Disusun Oleh : KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00) Asisten : Haryati Br Siboro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH. Ds. Kekep. Disusun Oleh : KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00) Asisten : Haryati Br Siboro"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN FIELDTRIP

DASAR ILMU TANAH

Ds. Kekep

Disusun Oleh :

KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00)

Asisten : Haryati Br Siboro

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

(2)

LAPORAN FIELDTRIP DASAR ILMU TANAH

Ds. Kekep Disusun Oleh :

KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00)

1. Fahma Sariahta Berutu 125040201111125 2. Virgus Amin Nugroho 125040201111126

3. Yanti Fitriah N 125040201111127

4. Selma Meidina 125040201111128

5. Alif Eka Yunian 125040201111129 6. Fefira Suci Rahayu 125040201111130 7. Amul Heksa Bajafitri 125040201111131

8. Kamaluddin 125040201111132

9. Abdi Jaya Simanjuntak 125040201111134 10. Fincha Deasy Nabila 125040201111135

11. Moh.Ardiansyah 125040201111136

12. Dewi Anggraini 125040201111137

13. Epifanias 125040201111138

14. Ayu Reza Fahmilia 125040201111139 15. Eka Purnamasari 125040201111140 16. Vivi Sakti Wiyono 125040201111141 17. Agustina Rizky Cahyani 125040201111142 18. Wening Tiara Dewi 125040201111143 19. Widya Intan Noviyanita 125040201111144

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2012

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang merupakan Negara Agraris yang dipenuhi dengan bermacam sumber daya alam yang melimpah, yang mana para masyarakat memanfaatkan sumber daya alam yang ada di alam dengan mengolahnya dengan berbagai macam kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka. Salah satunya yang dimanfaatkan sebagai lahan untuk meningkatkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan atau yang sering dikenal dengan Suistanable Agriculture.

Secara umum, keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh lingkungan tumbuh komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat menjadi peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, tergantung kepada kemampuan petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Budidaya pertanian di lahan pegunungan dihadapkan pada faktor pembatas biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi serta curah hujan yang relatif tinggi. Kesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah pegunungan dapat menimbulkan kerusakan atau ancaman biofisik berupa degradasi kesuburan tanah dan ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan pegunungan, tetapi juga di dataran rendah. Dari berbagai penjelasan di atas, diketahui bahwa tanah sangat berpengaruh terhadap produktifitas tanaman, faktor- faktor yang diperhatikan dalam menunjang produktifitas tanaman yang meliputi kelerengan, landuse, landcover, fisika tanah, biologi tanah, kimia tanah, pedologi, dan lain-lain tersebut menjadi hal yang penting untuk dipelajari.Oleh karena itu, diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor diatas dengan diadakannya Fieldtrip di daerah Desa Kekep.

(4)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan adalah sebagai berikut :

1) Agar mahasiswa dapat menjadikan kegiatan dan laporan ini sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan budidaya pertanian di lahan pegunungan yang diketahui bahwa kondisi fisik di daerah pegunungan sangat berbeda dengan dataran rendah.

2) Agar mahasiswa memahami tentang sifat-sifat tanah yang ada di daerah pegunungan dengan melakukan pengamatan di daerah Desa Kekep.

3) Agar mahasiswa mampu mendeskripsikan keadaan tanah di daerah pegunungan yang mempunyai kelerengan mayoritas curam serta agar dapat mengatur manajemen tanah untuk meminimalisir terjadinya erosi.

4) Agar mahasiswa memahami tentang fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah, serta pedologi yang ada di daerah pegunungan terutama di daerah Desa Kekep.

5) Agar mahasiswa dapat mendeskripsikan dan mengklasifikasikan tanah di daerah pengamatan.

(5)

BAB II

METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu

2.1.1 Tempat : Dusun Kekep, Desa Tulungrejo Kec. Bumiaji, Kota Batu 2.1.2 Waktu : Sabtu, 16 Desember 2012

Pukul 06.00-12.00 WIB 2.2 Alat dan Bahan ( Beserta fungsi )

Alat dan bahan yang digunakan tiap pos sebagai berikut : 1. Pos Kimia Tanah

a. Alat

 pH indikator : untuk mengetahui tingkat kemasaman suatu tanah

 Botol bekas tempat rol film : tempat pencampuran sampel tanah dengan aquadest

 Kamera : untuk dokumentasi b. Bahan

 Sampel tanah : sebagai objek pengamatan

 Tanaman Jagung : sebagai objek pengamatan defisiensi hara

 Tanaman Wortel : sebagai objek pengamatan defisiensi hara

 Tanaman Kacang-kacangan : sebagai objek pengamataan defisiensi hara

2. Pos Fisika Tanah a. Alat

 Klinometer : untuk mengukur sudut kemiringan lereng

(6)

 Buku catatan : untuk mencatata hasil pengamatan

 Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan

b. Bahan

 Lereng : sebagai objek pengamatan

 Sungai : sebagai objek pengamatan 3. Pos Pedeologi

a. Alat

 Skop : untuk membuat singkapan tanah

 Pisau lapang : untuk pembeda konsistensi tanah antar horizon

 Meteran : untuk mengukur tinggi singkapan dan horizon- horizon

 Sabuk Profil : untuk menentukan tinggi horizon dan mengukur kedalaman tanah

 Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan b. Bahan

 Sepetak tanah : sebagai objek pengamatan 4. Pos Biologi

a. Alat

 Cetok : untuk mengali tanah

 Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan

 Frame : untuk membuat plot

 Buku catatan : untuk mencatat hasil pengamatan

 Kamera : dokumentasi b. Bahan

 Lokasi pengamatan

(7)

2.3 Langkah-langkah Deskripsi Tanah 1. Pos Kimia Tanah

a. Pengamatan Tanaman Kekurangan Unsur Hara

a. Mengukur Kadar Kemasaman Tanah

Siapkan alat dan bahan

Mencari tanaman di area lahan pengamatan yang mengalami kekurangan hara

Menentukan jenis unsur hara yang kurang dengan cara membandingkan warna daun pada tanaman yang ditemukan

dengan gambar dari literatur

Catat hasil pengamatan

Siapkan alat dan bahan

Ambil sampel tanah secukupnya letakkan didalan botol dan campur dengan aquadest

Kocok sebayak 20 kali dan diamkan selama 10 menit

Lalu celupkan kertas lakmus kedalam larutan didalam botol dan identifikasikan dengan tabel kemasaman

Catat hasil pemgamatan

(8)

2. Pos Fisika Tanah

3. Pos Pedologi Tanah

Siapkan alat dan bahan

Mengukur sudut lereng objek yang diamati dengan klinometer

Gambarlah kelerengan objek lahan yang diamati

Amati erosi yang mungkin bisa terjadi di sekitar lahan

Catat hasil pengamatan

Siapkan alat dan bahan

Buat singkapan tanah menggunakan sekop hingga kedalaman lebih dari 1 cm

Menusuk – nusuk singkapan dengan menggunakan pisau untuk mencari horizon tanah berdasarkan konsistensi Letakkan meteran dan sabuk profil untuk mengukur jarak

antar horizon tanah

Batasi tiap horizon tanah dengan menggunakan pisau, berdasarkan warna

tanah

Ambil sampel tanah di setiap horizon

(9)

4. Pos Biologi Tanah

2.4 Klasifikasi Tanah Alfisol:

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari

permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di Siapkan alat dan bahan

Membuat plot 0,5m x 0,5 m dengan frame aluminium yang disediakan

Hitung jumlah jenis spesies hewan dan tumbuhan yang ditemukan di masing – masing plot yang nampak di

permukaan tanah

Membuat lubang di maisng - masing plot menggunakan cetok, hingga kedalaman 10cm dan hitung spesies

tumbuhan dan hewan yang ditemukan

Dokumentasi spesiem tiap plot dan catat hasil pengamatan Gambar sketsa penggunaan lahan yang diamati dengan cara

tampak depan

Menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi lembabnya menggunakan feeling methode untuk setiap horizon tanah

Menambah air pada contoh tanah masing – masing horizon untuk menentukan konsistensi basahnya

(10)

atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning,

Latosol,kadang-kadangjuga Podzolik Merah Kuning.

Aridisol:

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang- kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.

Entisol:

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Histosol:

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%

(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

Inceptisol:

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

(11)

Mollisol:

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk

tanah,Chernozem,Brunizem,Rendzina,dll.

Oxisol:

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak

mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &

Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.

Spodosol:

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).

Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

Ultisol:

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.

(12)

Vertisol:

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.

Kalau basah mengembang dan lengke

(13)

BAB III

KONDISI UMUM WILAYAH

3.1 Kondisi Biofisik (Land Use, Land Cover dan Tingkat Pengolahan) 3.1.1 Land Use

Berdasarkan literatur land use adalah setiap bentuk interfensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan kehidupannya baik materil maupun spiritual.

(Arsyad,1989:207),selain itu land use juga diartikan sebagai penggolangan penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan,pertanian beririgrasi, padang rumput, kehutanan, dan daerah rekreasi.

(Rayes,2007:162)

Land use atau penggunaan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur yakni sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur. Polikultur adalah sebuah sistem pertanian atau model pertanian yang ekonomis, ekologis, berbudaya, mampu diadaptasi dan manusiawi.

Model pertanian ini disebut juga dengan model pertanian yang berkelanjutan. Model pertanian polikultur merupakan koreksi total terhadap model pertanian monokultur (Sabirin, 2000). Berdasarkan pengamatan fieldtrip yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa dominasi tanaman pada lokasi fieldtrip adalah tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.

3.1.2 Land Cover

Berdasarkan literatur land cover merupakan penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu.(Mallingreu dan Rosalia,1981)

(14)

Land Cover atau penutupan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar tumbuh dengan baik.

3.1.3 Tingkat Pengolahan

Tingkat pengolahan di lahan Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur cukup intensif. Dikarenakan di lahan tersebut yang mendominasi adalah tanaman semusim holtikultura sehingga tingkat pengolahanlahannya sering. Pada lahan dengan tanaman semusim masa tanamnya singkat, hanya beberapa bulan saja kemudian ditanami tanaman yang sama kembali. Hal tersebut dilakukan setiap usai panen sebelum masa tanam.

3.2 Kondisi Fisiografis (Lereng dan Relief)

Berdasarkan hasil pengamatan kami menggunakan alat klinometer (untuk mengukur ketinggian lereng) diperoleh hasil presentasi kemiringan sebesar 40% dan derajat kemiringannya 22o.Dari segi derajat kemiringan dapat dikatagorikan lereng disana landai karena derajat kemiringannya karena berdasarkan literatur yang kami baca kemiringan yang ideal 30o-400 .(Arronof,1989)

Berdasarkan pengamatan, telah diketahui bahwa kemiringan di lokasi tersebut landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat dipakai lahan pertanian karena keadaan lingkuan juga mendukung, namun masih susah dijangkau transportasi.

(15)

BAB IV

HASIL DAN PENGAMATAN

4.1 Hasil deskripsi lingkungan ( Fisika tanah)

Sifat fisik tanah kali ini membahas tentang erosi. Erosi dapat terjadi apabila didukung oleh beberapa faktor antara lain tingkat kemiringan tanah, tekstur tanah, jenis vegetasi, kandungan air serta angin. Namun penyebab utama terjadinya erosi apabila adanya keaktifan angin dan air. Erosi oleh air yang jatuh dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah yang hilang merata di permukaan tanah. Sedangkan Angin merupakan agen penyebab erosi di padang pasir dan lahan kering. Angin memiliki kemampuan mengikis batu, tanah, dll dan memindahkannya ke zona yang berbeda. Dilihat dari bentuk-bentuknya, erosi dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain, erosi percikan, erosi alur, erosi selokan, dan longsor(Anonymousa). Dari hasil pengamatan fisik tanah di lahan pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui persentasi dan derajat kemiringan tanah dengan menggunakan klinometer sebesar 40% dan 22o. Kemiringan ini memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan tanah yang gembur serta jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman semusim yaitu berupa tanaman sayur-sayuran,kacang-kacangan, serta jagung. Tanaman tersebut tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi sedang terjadi musim hujan yang dapat menyebabkan hancurnya agregat tanah karena pukulan air hujan dan kikisan air limpasan permukaan.Dan dari pengamatan pada kegiatan fieldtrip yang telah dilakukan, jelas terlihat bahwa telah terjadi erosi alur, erosi percikan serta longsor disekitar lahan pertanian itu, namun tidak terlalu besar dan tidak terlalu berdampak bagi lahan tersebut.Tidak semua lahan sekitar yang berpotensi terjadinya erosi karena masih terlihat ada yang berpotensi sebagai hutan yang dapat menahan terjadinya erosi.

(16)

4.2 Hasil pengamatan biodiversitas tanah (biologi tanah) Tabel 1. Pengamatan Vegetasi

No Jenis Vegetasi

Jumlah

Frame 1 Frame 2

1 Semanggi Banyak Sedikit

2 Wortel Banyak Sedikit

3 Rumput-rumputan 2 1

4 Krokot 8 3

Tabel 2. Pengamatan Seresah

No Jenis Seresah

Jumlah

Frame 1 Frame 2

1 Seresah Batang Banyak Sedikit

2 Seresah Daun Banyak Sedikit

3 Seresah Akar Banyak Sedikit

Tabel 3. Makroorganisme

No Jenis Makroorganisme

Jumlah

Frame 1 Frame 2

1 Cacing Banyak Sedikit

2 Semut Sedikit Sedikit

(17)

3 Ulat Sedikit Sedikit

Tabel 4. Pengamatan Kascing

No

Jumlah Kascing Frame 1 Frame 2

1 Banyak Sedikit

Banyaknya jenis organisme dalam plot tersebut menunjukkan bahwa biodiversitas pada lahan tersebut sangat baik dan terjaga,dan menunjukkan bahwa adanya sumber makanan bagi organisme.Hal ini menunjukkan tanah tersebut subur.Dan Vegetasi yang ada sangat mempengaruhi cadangan karbon dalam tanah.

Bahan Organik adalah sisa makhluk hidup baik tanaman maupun hewan yang tertimbun dalam tanah. Sedangkan,bahan organik tanah adalah bahan organik yang telah mengalami pelapukan oleh mikroorganisme. Dan seresah adalah bagian tanaman yang telah mati dan menutupi tanah.

Dampak penggunaan dari lahan yang diamati tersebut adalah jika tidak seimbang akan mengganggu keseimbangan ekosistemnya. Dan jika lahan tersebut hanya ditanami tanaman budidaya maka kemungkinan erosi dalam lahan tersebut sangat besar.Oleh karena itu diperlukan tanaman-tanaman lain yang dapat menyeimbangkan semua elemen dari ekosistem tersebut.

4.3 Hasil pengamatan tingkat kesuburan tanah (kimia tanah)

Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah di lokasi fieldtrip dilakukan pengamatan pH dan Unsur hara tanah. Untuk pengukuran pH kami lakukan dengan cara mengambil sampel tanah daerah tersebut dan mencampurkannya dengan aquades, kemudian mengukur pH tanah dengan kertas lakmus. Untuk pengamatan Unsur hara kami lakukan dengan cara mengambil salah satu sampel

(18)

tanaman dari setiap jenis yang ada, yakni dengan mengambil tanaman yang menunjukkan gejala dan tanda kekurangan dan kelebihan unsure hara.

Dari hasil pengukuran kami, pH tanahnya masih netral yaitu 7,0. Kita tidak perlu menambahkan kapur untuk menetralkan tanah tersebut. Sehingga bisa kami simpulkan bahwa tanah tersebut termasuk subur karena tanaman yang di tanam di lahan tersebut tumbuh dengan normal.

Dari aspek unsur hara kami menyajikan hasil pengamatan kami dalam bentuk tabel (Tabel 5).

Tabel 5. Hasil pengamatan tanaman yang terkena penyakit.

No. Nama tanaman Gejala yang ditimbulkan Kelebihan/kekurangan Unsur

1. Jagung Menguning pada daun Kekurangan unsur N

2. Jagung Warna hijau tua, layu Kekurangan unsur P 3. Jagung Berwarna putih/albino Kekurangan unsur

4. Wortel Menguning, kerdil Kekurangan unsur N

5. Wortel Daunnya berwarna hijau

keungu-unguan.

Kekurangan unsur P

6. Sayur buncis Menguning Kekurangan unsur K

7. Jagung Hijau tua Kelebihan unsur K

8. Wortel Daun muda menguning Kelebihan unsur P

9. Jagung Hijau tua Kelebihan unsur N

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap jenis tanaman akan menunjukkan gejala tampak apabila kekurangan dan kelebihan unsur hara, contohnya daun yanga menguning pada jagung karena kekurangan unsur N, daun wortel berwarna hijau keunguan karena kekurangan unsur P, serta sayur buncis yang menguning akibat kekurangan unsur K.

(19)

4.4 Hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah atau pedologi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di dusun Kekep, di dapatkan data pedologi sebagai berikut.

Tabel 6.Hasil Klasifikasi Profil Tanah

Horizon 1 Horizon 2 Horizon 3

Kedalaman 0 – 21 21 – 63 >63

Warna Coklat gelap Coklat Merah bata

Tekstur Liat berdebu Liat berdebu Liat Berdebu

Struktur Remah Gumpal

membulat

Gumpal membulat

Konsistensi Basah: Agak Lekat Lembab: Gembur

Basah: Agak Lekat

Lembab: Gembur

Basah: Lekat Lembab:Gembur

Ordo Inseptisol Inseptisol Inseptisol

Sub Ordo Udepts Udepts Udepts

Kategori Lapisan

(20)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Tanah

Penggunaan lahan mempunyai pengaruh besar terhadap sifat fisik tanah.

Adanya seresah dan Bahan Organik menunjukkan adanya aktivitas biologi di tanah. Semakin beragam dan rapatnya suatu vegetasi, semakin banyak terdapat organisme baik makro maupun mikro yang ada di permukaan atau dalam tanah.Hal ini dikarenakan semakin tersedianya bahan makanan bagi organisme, sehingga banyak seresah dan sisa-sisa makhluk hidup yang terdekomposisi.

Aktivitas biologi tanah akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur tanah, struktur tanah,dan sebagainya.

Jika ada penggunaan lahan yang sekiranya tidak berhubungan dengan pertanian atau penghijauan, akan mengurangi bahkan bisa merusak keseimbangan antara kondisi biofisik tanah. Karena antara sifat biologi dan sifat fisika tanah saling mempengaruhi. Contohnya Alih fungsi hutan ke pertanian, banyaknya pohon yang ditebang sebagai penyangga dan serapan air hujan dan diganti dengan lahan pertanian akan menyebabkan erosi, longsor, dan degredasi tanah.

Perkembangan tanah yang ada di Desa Kekep, Kota Batu terjadi perubahan pada fungsi dari penggunaan dan pengolahan lahan. Meskipun tidak terjadi secara serentak, alih guna lahan disana adalah lereng yang dibuat lahan pertanian. Lahan tersebut ditanami jagung dan tanaman holtikultural yaitu wortel, kacang-kacangan dan brokoli. Perubahan fungsi tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi sifat fisik tanah. Dalam hal ini yang perlu diamati dalam pengaruh perubahan sifat fisik tersebut adalah perubahan mendasar dari struktur, tekstur, porositas, dan konsistensi tanah.

Dari segi tekstur misalnya, perubahan yang terlihat adalah perubahan dari tekstur yang cenderung lempung liat berpasir menjadi liat berpasir. Hal ini disebabkan karena bahan organik alami yang ada dalam tanah tersebut lama kelamaan akan menghilang karena diserap oleh tanaman-tanaman semusim

(21)

maupun sayuran. Hal tersebut juga akan berpengaruh nantinya pada struktur. Ini didasarkan pada fungsi bahan organik itu sendiri sebagai pengikat partikel-partikel tanah.

Pada penggunaan lahan tersebut partikel, porositas maupun konsistensinya juga tidak stabil. Porositas dan konsistensi tanah yang terjaga ketika keadaan tanah yang masih hutan alami berangsur-angsur berkurang kestabilan partikel, porositas atau konsistensinya. Semua itu bisa disebabkan oleh tidak adanya akar penopang pada pohon besar dan bahan organik tanah yang sedikit demi sedikit menghilang tanpa adanya pengembalian bahan organik dalam tanah. Jika hal tersebut dibiarkan, pengikisan tanah tidak bisa dihindari dan dapat menimbulkan tanah longsor.

Berdasarkan literatur, perubahan penggunaan lahan selain menambah proporsi luas lahan terbangun, juga mengubah tutupan lahan atau vegetasi pada lahan terbuka yaitu dari lahan sawah/tegalan menjadi rumput/ pekarangan.

Perubahan tutupan lahan ini mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996).

Hasil penelitian Widianto et al. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah permukaan berupa penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori. Alih guna lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan makroporositas tanah (Suprayogo et al., 2004) dan menurunkan ketebalan seresah dan jumlah pori makro tanah (Hairiah et al., 2004). Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah tersebut, Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan mempengaruhi keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah makroinvertebrata di dalam tanah.

5.2 Hubungan kondisi biofisik dan fisiografis terhadap tingkat biodiversitas tanah Kondisi biofisik dalam anonymousb (2005) dikemukakan bahwa biofisika adalah studi interdisipliner tentang fenomena dan problem-problem biologis dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik fisika. Biofisika bergantung pada teknik-teknik yang berasal dari ilmu fisika tetapi difokuskan

(22)

pada problem-problem biologis.Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan mengenai biofisika, maka dalam konteks seorang pekerja yang melakukan aktivitas di alam terbuka, maka biofisika dapat dipandang sebagai studi tentang fenomena biologis pada seorang pekerja yang berinteraksi dengan lingkungan fisik setempat ketika sedang melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan prinsip, konsep, dan metode fisika. Dalam hal ini Campbell (1977) menyebut kajian fisika dalam konteks ini sebagai biofisika lingkungan.

Kondisi fisiografis adalah ilmu yg mempelajari tentang proses atau patern bentukan keadaan alam sekitar mulai dari keadaan tanah, atmosfer biosfer akibat kegiatan kegiatan di atas bumi yg menyebabkan perubahan lingkungan sekitar, baik itu karena alami maupun kegiatan manusia yg berkontribusi dalam perubahan lingkungan

Pengertian Biodiversitas bahwa biodiversitas memiliki fungsi secara biofisik dan secara ekologi adalah yang dapat memberikan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan manusia. Diketahui bahwa biodiversitas dalam ekosistem lahan pertanian memberikan peran yang sangat penting dalam proses- proses ekologi seperti pengendalian hama, penyerbukan, penetu kesuburan tanah, penyedia sumber daya air serta meningkatkan kendungan nutrien dalam tanah, (Alvarez et al : 2005). Dan beberapa referensi lainya yang menyebutkan pengertian daribiodiversitas sebagai berikut:Pengertian Sumber Daya Alam Hayati (Biodiversitas).Pengertian Biodiversitas (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi.

Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan ekosistem. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas

(23)

komposisional, struktural dan fungsi. Biodiversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem.

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur, dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur- sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat.

Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan.Kondisi fisiografis pada Dusun Kekep mempunyai presentasi kemiring 40% dan derajat kemiringan 220. Sehingga dapat dikatagorikan lereng disana landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat digunakan sebagai lahan pertanian .

Dengan kondisi biofisik dan kondisi fisiografis yang seperti itu maka diversitas pada daerah itu tinggi. semakin tingginya biodiversitas pada daerah tersebut maka tanaman akan semakin tumbuh dengan subur.Sedangkan kualitas tanahnya juga baik.

5.3 Hubungan pengolahan dan penggunaan lahan terhadap terhadap tingkat kesuburan tanah

Pengaruh penggunaan dan pengelolaan lahan dalam pengamatan yang kelompok kami lakukan dapat dikatakan berpengaruh besar. Hal ini selain berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan biodiversitas tanah itu sendiri, juga berpengaruh terhadap kesuburan tanah.

Pada fieldtrip yang di lakukan di desa Kekep, kota Batu lahan pertanian ditanami dengan tanaman semusim. Tanaman semusim yang banyak ditanam adalah jagung dan tanaman sayur-sayuran yang meliputi wortel dan brokoli.

(24)

Berdasarkan literatarur (Suprapto HS,1991) Tanah yang dikehendaki adalah gembur kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.

sedangkan untuk pengolahannya sendiri yaitu seperti berikut melakukan pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, membenamkan gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata. Biarkan tanah kering angin selama 7-14 hari. dan melakukan pengolahan tanah paling sedikit 1 minggu sebelum tanam.

Sedangkan untuk tanaman wortel menurut literature (Ir. Bambang cahyono) untuk pengolahan tanahnya ada tiga tahap yaitu untuk tahap pertama adalah pembajakan tanah dengan menggunakan teraktor singkal atau alat bajak yang ditarik hewan, sedalam 30cm-50cm. Pengolahan tahap kedua adalah penggemburan gumpalan-gumpalan tanah hasil pembajakan, dengan cara menyangkul tanah tipis-tipis samapai diperoleh struktur tanah yang remah (gembur). Pengolahan tahap ketiga adalah penggemburan tanah kembali, dengan cara mencangkul tanah tipis-tipis sedalam 30cm-40cm, serta membentuk bedengan-bedengan dan parit

Sedangkan untuk tanaman brokoli berdasarkan literatur (annehera,2012) untuk pengolahan tanahnya yaitu tanah diolah dan diberi pupuk organik dan buatlah bedeng-bedeng untuk mengatasi masalah air yang berlebih saat hujan.

Berdasarsakan literatur di atas bahwa untuk tanaman semusim itu tanah yang cocok adalah tanah yang gembur. Hal itu sesuai dengan tanah pertanian yang ada pada di desa kekep yaitu tanahnya gembur, sehingga tanaman tersebut bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. namun ada beberapa tanaman yang kekuningan karena kekurangan unsur hara nitrogen. Namun untuk pengolahan lahan yang dilakukan petani di sana kami kurang mengetahuinya. Sedangkan berdasarkan literatur(Anonymousc) tanah yang subur memiliki ciri berikut Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan

(25)

terurai, kompos, mulsa, kotoran hewan dll). Mengandung sejumlah besar biota- biota tanah bermanfaat (mikrofauna, mikroflora, makrofauna, dll).Mengandung campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat mengikat mineral sedangkan pasir memungkinkan drainase). Bertekstur lempung, mempunyai porositas dan daya mengisap air yang baik.Mempunyai tingkat pH yang netral..Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya. Hal itu sesuai dengan keadaan tanah disana, namun tanah tersebut sudah mengalami penurunan kesuburan. Hal ini terbukti dari penyerapan unsur hara oleh tanaman karena ada tanaman yang kelebihan dan kekurangan unsur hara. Dan terjadinya erosi tanah, yaitu erosi percikan, alur dan longsor. Hal itu terjadi karena sistem pertaniaannya tidak menggunakan sistem agroforesty.

5.4 Analisa data hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah

Pada lahan di Desa Kekep memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral- mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada hubungannya dengan material vulkanik.

Melalui pengamatan yang telah dilakukan, tanah pada pos pedologi di daerah ini menampung cukup air untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, daerah dataran tinggi yang mempunyai curah hujan yang cukup ini mempunyai kemampuan untuk menyimpan air yang cukup baik. Inceptisol mempunyai karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika.

(Darmawijaya, 1990)

(26)

Dengan hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa tanah yang didapatkan di lapang pada horizon 1 memiliki kedalaman tanah antara 0 – 21 cm dan memiliki warna coklat gelap, bertekstur liat berdebu, struktur tanah remah, konsistensi basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki ordo inseptisol dan sub ordo udepts

Pada horizon 2 kedalaman tanah antara 21 – 63 cm dan memiliki warnah tanah coklat, bertekstur liat berdebu, srtuktur tanah gumpal membulat, konsistensi basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki odo inseptisol dan sub ordo udepts

Dan dihorizon 3 kedalaman tanah memiliki kedalaman > 63cm dan warna tanah merah bata. Bertekstur liat berdebu, struktur tanah gumpal membulat, konsistensi basah yaitu agak lekat, konsistensi lembab yaitu gembur dengan memilki ordo inseptisol dan sub ordo udepts

5.5 Pengaruh sifat fisik kimia dan bio serta morfologi tanah terhadap bahaya erosi dan longsor

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Desa Kekep, sifat fisik, kimia, biologi serta morfologinya tanahnya, lokasi tersebut berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Erosi yang banyak terjadi disana ialah erosi percikan, yaitu erosi yang berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan. Selain erosi percikan, yang sering terjadi ialah erosi alur yaitu erosi dengan pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran- saluran air. Erosi alur terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah transportasi sedimen.

Sifat fisik yang terdapat di lokasi tersebut yaitu tanah yang bertekstur liat berpasir, bertekstur granular, dengan konsistensi yang gembur dan agak lekat.

(27)

Seperti yang terdapat dalam literatur dari (Sutanto, 2005) yang menyatakan bahwa tanah yang berkonsistensi agak lekat ialah tanah yang mempunyai tekanan yang setelah dilepaskan sebagian tanah masih melekat pada ibu jari dan telunjuk, tetapi salah satu jari tampak lebih bersih. Dengan keadaan tanah seperti itu, dapat memungkinkan terjadinya erosi.

Sifat kima tanah pada lokasi tersebut terdapat banyak unsur hara dalam jumlah yang cukup banyak karena jumlah vegetasi yang banyak juga. Semakin banyak vegetasi juga akan semakin banyak unsur hara. Jadi keduanya saling berhubungan. Jika unsur hara yang ada pada lahan tersebut banyak maka akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur serta porositas yang juga akan berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Sedangkan pH tanah yang telah dimati di lokasi tersebut ialah netral.

Pengaruh sifat biologi maksudnya adalah pengaruh ketersediaan biota terhadap terjadinya erosi/longsor. Biota yang dimaksud disini dapat berupa mikroorganisme dan makroorganisme. Makroorganisme contohnya adalah vegetasi pohon-pohonan, dimana adanya pohon yang hidup dipermukaan tanah dengan sistem perakaran yang menancap ke dalam tanah dapat membantu mengikat/mempertahankan partikel tanah sehingga walaupun sering terjadi hujan partikel tanah tidak akan mudah terbawa air. Pada lokasi tersebut jenis vegetasi sangat beragam, baik pohon besar maupun tanaman budidaya. Sehingga erosi yang terjadi termasuk erosi ringan.

Seperti pada literatur dari (Cahyono,2008) yang menyatakan bahwa sifat biologi tanah dapat membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan patogen, menyuburkan tanah dan dapat membantu aerasi tanah (peredaran udara dalam tanah).

(28)

BAB VI

KESIMPULAN

Tanah didpermukaan bumi diklasifikasikan menjadi Alfisol, Ardisol, Andisol, Histosol, Inseptisol, Spodosol, Ultisol, Oxisol, dan Vertisol. Tekstur tanah di desa Kekep merupakan tekstur tanah yang gembur sehingga sesuai untuk penanaman jagung, wortel, buncis. Dari hasil pengamatan fisik tanah di lahan pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui persentasi dan derajat kemiringan tanah dengan menggunakan klinometer sebesar 40% dan 22o. Kemiringan ini memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan tanah yang gembur. Jenis tanaman yang ditanam juga tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi sedang terjadi musim hujan.

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada Dusun Kekep, Malang adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur, dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah- buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Luthfi, Rayes.2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Andi.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.

Arronof, S. 1989.Geographic Information System : A Management Pers- pective. WDL Publication Ottawa, Canada.

Campbell, G. S. 1977. An Introduction to Environmental Biophysics. New York:

Springers- Verlag. Cahyono, Bambang.2008.Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen.Yogyakarta:Kanisius.

Sutanto, Rachman.2005.Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta:Kanisius.

Ir.Bambang cahyono. Wortel,teknik dan budidaya dan analisis usaha tani.kansinius.yogyakarta.2002

Anneahira.2012.http://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012

Anonymousa.2012.http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah- untuk- tanaman-jagung.html

Diakses pada tanggal 22 Desember 2012

Anonymousb.2005. Biophysics. Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation.

Anonymousc.2012.http://pertaniansehat.com/read/2012/07/31/kesuburan-dan- kesehatan-tanah-2.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012

Gambar

Tabel 3. Makroorganisme
Tabel 4. Pengamatan Kascing
Tabel 5.  Hasil pengamatan tanaman yang terkena penyakit.
Tabel 6.Hasil Klasifikasi Profil Tanah

Referensi

Dokumen terkait

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai imbangan pupuk kandang puyuh dan pupuk anorganik dalam meningkatkan efisiensi serapan P dan K

mengetahui pengaruh modifikasi konsentrasi hara makro MS (dengan pengurangan kandungan NH 4 NO 3 serta peningkatan kandungan KH 2 PO 4 ) yang dikombinasikan

orifice seringkali terdapat di pinggir posterior dari kantung pupa dengan jarak yang sama dengan panjang vasiform orifice (Gambar 2).. Pada submargin tidak ada atau

Bagi Auditor, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kantor akuntan publik khususnya auditor untuk mengetahui seberapa besar pengaruh independensi,

Dalam bidang pelayanan publik, upaya-upaya telah dilakukan dengan menetapkan standar pelayanan publik, yang merupakan ukuran dalam penyelenggaraan pelayanan publik, salah

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, bersama ini kami sampaikan pengumuman nama-nama guru peserta PLPG yang dinyatakan (a) LULUS, (b) MENGIKUTI UJIAN ULANG, dan (c)

Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa net benefit yang diterima oleh agribisnis jamur tiram putih skala kecil di Kabupaten Jember selama periode waktu 4 tahun menghasilkan