• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profesionalisme guru SMA N 7 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profesionalisme guru SMA N 7 Jakarta"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 16

C. Kegunaan Penelitian ... 16

B II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Profesionalisme Guru ... 18

B. Persyaratan Profesionalisme Guru ... 23

C. Indikator Profesionalisme Guru ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 35

B. Waktu dan tempat Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Metode Penelitian ... 35

E. Tehnik Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 37

G. Tehnik Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum ... 39

(2)

C. Interpretasi Data ... 57

D. Peran Kepala Sekolah ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(3)

2. Tabel 2. Keadaan Guru SMA Negeri 7 Jakarta ... 40

3. Tabel 3. Keadaan Siswa ... 43

4. Tabel 4. Sarana dan Prasarana ... 45

5. Tabel 5. Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta ... 46

6. Tabel 6. Skor Profesionalisme Guru ... 56

(4)

2. Surat keterangan penelitian ... 68

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Jakarta ... 69

4. Kuesioner ... 70

5. Daftar Skor Profesionalisme Guru ...72

6. Pedoman wawancara ... 75

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat dipahami dari dua sisi yang meliputinya, yaitu

pendidikan sebagai sebuah produksi (education as product), dan pendidikan

sebagai sebuah proses (education as process). Dua sisi ini selalu berpengaruh

dalam memahami dan melakukan kegiatan pendidikan dalam kehidupan nyata

manusia. Pendidikan sebagai sebuah produksi muncul dari keinginan manusia itu

sendiri untuk menghasilkan sesuatu, baik yang konkrit maupun yang abstrak.

Sehingga muncul dalam dunia pendidikan untuk melakukan penilaian (evaluasi)

sebagai hasil dari sebuah kegiatan pendidikan. Dalam dunia pendidikan, peran dan

fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan

bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal

maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas

pendidikan di tanah air, tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan

dengan eksistensi guru itu sendiri. Filsofis sosial budaya dalam pendidikan di

Indonesia, telah menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga

para guru di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda

bahkan multi fungsi. Mereka dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus

mampu mentransformasikan knowledge, values, dan skill, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai

orang kedua, setelah orang tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.

Dalam era reformasi pendidikan, dimana salah satunya isu utamanya adalah

peningkatan profesionalisme guru, hal itu merupakan sebuah keniscayaan yang

(6)

Selain itu, pendidikan sebagai sebuah proses selalu berdampak pada sebuah upaya

untuk senantiasa memperbaiki agar hasil tersebut menjadi baik. Untuk

memperbaiki hasil pendidikan kita, tentu kita perlu tahu tentang kondisi

pendidikan kita. Kita sadari bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah

kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin

meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti

sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli

dibidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat

berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut

kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor

tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu

keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.

Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga

seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Salah satu upaya

untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi sebagai

sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban moral dan

akademis. Dalam isu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan dan

kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara

ideal telah ditetapkan. Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah

dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap

tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan

jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi

dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru

dan dosen sesui dengan bidang ke ilmuannya masing-masing. Faktor lain yang

harus dilakukan dalam mencapai profesionalisme guru adalah, perlunya

perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar. Anak didik tidak lagi

ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus berperan dan

diperankan sebagai subyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur yang harus

memposisikan dirinya lebih tinggi dari anak didik, tetapi lebih berperan sebagai

fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi. Dalam konteks ini,

(7)

kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis. Dengan

demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan dan

pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal,

ideal maupun verbal. Penyelesaian masalah yang aktual berdasarkan

prinsip-prinsip ilmiah harus menjadi orientasi dalam proses belajar mengajar.Oleh sebab

itu, out put dari pendidikan tidak hanya sekedar mencapai IQ, tetapi mencakup

pula EQ dan SQ, serta AQ. Salah satu faktor yang dapat merangsang

profesionalisme guru adalah, jenjang karir yang jelas. Dengan adanya jenjang

karir yang jelas akan melahirkan kompetisi yang sehat, terukur dan terbuka,

sehingga memacu setiap individu untuk berkarya dan berbuat lebih baik.

Kesejahteraan merupakan isu yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru

sebagai tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma professional tidak akan tercapai

apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri pada

satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang bersangkutan.

Oleh sebab itu, untuk mencapai profesionalisme, jaminan kesejahteraan bagi para

guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dan dipisahkan.

Akhir-akhir ini, pendidikan di sekolah telah mengalami suatu perubahan

yang cukup signifikan, baik dari sisi sarana maupun kualitas lulusan suatu

sekolah, meskipun masih jauh dari yang diharapkan oleh dunia global. Sering kita

melihat sekolah-sekolah yang bangunannya tinggi, mewah dan bahkan berbeda

dengan bangunan-bangunan di sekitarnya, tidak hanya itu, fasilitas-fasilitas

modern pun lengkap dan tersedia di sekolah, belum lagi para lulusan yang sudah

mampu berkiprah baik di tingkat regional, nasional bahkan internasional, baik

kiprah mereka dalam lomba yang mengasah otak maupun keterampilan.

Kemajuan-kemajuan yang dirasa ada sekarang ini merupakan hasil kerja keras

para praktisi pendidikan, stake holder, dewan guru, siswa dan masyarakat maupun peranan kepala sekolah itu sendiri.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa adanya kepala sekolah dalam institusi

sekolah sangat berperan besar dalam menentukan maju-mundurnya suatu sekolah

meskipun pada tataran praktisnya para guru adalah pejuang utama dalam

(8)

sekolah memiliki tugas yang sangat besar dan tanggungjawab yang besar pula

untuk memberikan ciri dan warna maupun corak terhadap kualitas sekolah

tersebut.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada

masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk

senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan

kompetensinya. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam

mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi

menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang serta berinteraksi dengan

manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang

lebih pandai di tengah-tengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme

dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara

profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa,

orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas

tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus

melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus

menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna

mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga

dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran

yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru

mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil

penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran

yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung.

Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki

kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun, jika kita

selami lebih dalam lagi tentang isi yang terkandung dari setiap jenis kompetensi

sebagaimana disampaikan oleh para ahli maupun dalam perspektif kebijakan

(9)

mudah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan komprehensif sehingga

dapat mewujudkan serta meningkatkan kompetensi guru.

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau

memanusiakan manusia, pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem

pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (UU No. 20 Tahun 2003).

Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang

jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan

pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi

hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2)

pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem

terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,

(4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

(10)

pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya

membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan

diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui

peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia

yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu

tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap

usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada

peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya.

Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang

peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah

dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama

yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau guru

merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal

kerana lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. sebagai besar

waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah,

2000).

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam

pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh

teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur

yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur murid dan

fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan

kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar

mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil

pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu

(11)

Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung

berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai

ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan

sebagai pendidik, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin

pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat

tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (1996)

mengemukakan bahwa Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai

evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang

terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran

guru dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang

penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini

disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti

oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting

dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan

tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994).

Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu memberikan dan

merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum

yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina anak didik. Dalam

meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam

melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk

mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik

menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru

sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran,

penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara

menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping

itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini

sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan

berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

(12)

profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan

menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan

yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut

menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada

mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan

dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai

fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru

dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini

mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama

memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran.

Menurut Pidarta (1999) bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang

berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan

mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan

kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja,

guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi

pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara

menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya.

Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi

guna meningkatkan kinerjanya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk berkreasi

sebagai upaya meningkatkan kinerjanya tidak selalu berkembang secara wajar dan

lancar disebabkan adanya pengaruh dari berbagai faktor baik yang muncul dalam

pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat diluar pribadi guru. Tidak dapat

dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak

sesuai dengan harapan seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang

sesuai dengan profesinya maupun diluar profesi mereka, terkadang ada sebagian

guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan

utamanya sebagai guru di sekolah. Kenyataan ini sangat memprihatinkan dan

mengundang berbagai pertanyaan tentang konsistensi guru terhadap profesinya.

(13)

peningkatan mutu pendidikan. Kontroversi antara kondisi ideal yang harus

dijalani guru sesuai harapan Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

No. 20 Tahun 2003 dengan kenyataan yang terjadi dilapangan merupakan suatu

hal yang perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor

penyebab munculnya dilema tersebut, sebab hanya dengan memahami faktor yang

berpengaruh terhadap kinerja guru maka dapat dicarikan alternatif pemecahannya

sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan kinerja guru

melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih

baik sebab kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke

waktu.1

Hal ini terkait dengan tuntutan terhadap guru untuk terus selalu berpikir

kreatif dan inovatif dalam mengembangkan pembelajaran sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru yang kreatif adalah guru

yang selalu mencari dan menemukan hal-hal yang baru dan mutakhir untuk

kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran.2

Tenaga pendidik formal maupun non formal seharusnya memahami dan

mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia dalam penyusunan dan

penyelenggaraan program pembelajaran pendidikan formal atau non formal.

Pendidik yang memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar

manusia itu akan berusaha menyiapkan kenyamanan fisik untuk keperluan proses

pembelajaran. Ia akan memberikan pengalaman belajar yang menjamin

pertumbuhan warga belajar. Ia akan mentransferkan program-program

pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan ketentaraman sosial, ekonomi,

psikologi dan akan meyiapkan suatu lingkungan yang dapat menjamin ketenangan

dalam belajar. Para tenaga pendidik yang memahami mengenai kebutuhan dasar,

akan memperhitungkannya dalam berbagai hal. Ia akan menciptakan lingkungan

belajar yang menyenangkan dan memberikan setiap peserta pengalaman belajar

1

http://muhlis.files.wordpress.com/2008/05/profesionalisme-kinerja-guru-masa-depan.doc selasa13 okt 2009

2

(14)

yang akan menjamin perasaan untuk berkembang bagi stiap orang. Ia akan

menawarkan program belajar yang akan meningkatkan keamanan psikologis dan

spiritual serta memberikan rasa aman selama belajar. Ia akan menciptakan

lingkungan yang akan menumbuhkan minat baru serta gagasan baru, sehingga

program belajarnya tidak bersifat rutin. Ia akan memberikan kesempatan

timbulnya hubungan yang hangat antara peserta atau warga belajar dengan tenaga

pendidi atau antara peserta dengan peserta. Ia menyadari bahwa setiap peserta

memerlukan pengakuan atau perhatian.

Bagi seorang tenaga pendidik secara sederhana, ia akan membantu peserta

menyadari akan kebutuhnnya serta memperluas pengalamannya dan

meningkatkan kemampuan mereka, sehingga dapat memuaskan kebutuhannya

melalui perilaku yang efektif. ia akan menyadari bahwa salah satu tujuan

pendidikan adalah membentu peserta agar mereka memperoleh pemahaman yang

lebih objektif terhadap sebab-sebab perilakunya dan menjadi lebih terampil dalam

mendiagnosa kebutuhannya untuk pengembangan lebih lanjut agar dapat

memberikan kepuasan yang lebih baik terhadap kebutuhan fisik dan

psikologisnya. Aspek lain yang perlu dipahami mengenai kebutuhan dasar

manusia adalah dalam hubungannya dengan waktu. Artinya kebutuhan dasar

mereka akan berubah baik intensitasnya maupun kualiitasnya sejalan dengan

pertambahan umur mereka. Misalnya kebutuhan untuk memperoleh pengakuan

atau kebutuhan akan berprestasi akan menurun sejalan dengan bertambahnya

umur dan penurunan itu terutama disebabkan adanya rasa puas atau kebutuhan

tersebut telah diganti oleh kebutuhan lainnya.3

Penggambaran kompleksitas kegiatan pendidikan di atas mengarahkan ke

suatu kesimpulan bahwa profesi seorang pendidik berat sekaligus mulia, dan agar

seorang pendidik mampu menyumbang jasa yang memadai dalam perkembangan

peserta didik ke arah pencapaian serta peningkatan kedewasaannya, pendidik

3

(15)

tersebut dituntut peranannya sebagai model (teladan atau panutan) kepada peserta

didik maupun kepada lembaga madarashnya. Hal ini menandakan bahwa faktor

sumber daya guru yang profesional dan bermutu sangat di harapkan. Di sisi lain

kinerja komponen-komponen pendidikan lain juga sangat mendukung atas

perkembangan siswa dan lembaga yang dikelola.

Pada kenyataanya proses pendidikan di Indonesia khususnya di

sekolah-sekolah, belum menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) secara optimal.

Hal ini disebabkan oleh kesulitan sekolah dalam mengelola SDM dan

menyediakan sarana prasarana. Hal ini tentunya merupakan tugas manajemen

sekolah, Pemerintah, dan praktisi pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya

guru, dan komponen lainnya dalam proses pendidikan. Satu permasalahan

pendidikan sangat erat kaitannya dengan permasalahan-permasalahan lain dan

pasti ada penyebabnya. Penyelesaian permasalahan pendidikan harus di atasi

secara menyeluruh, dalam hal ini termasuk profesionalisme guru dan

komponen-komponen pendidikan lainnya.

Pendidikan di abad pengetahuan menuntut adanya manajemen pendidikan

yang modern dan profesional dengan bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga

pendidikan diharapkan mampu mewujudkan peranannya secara efektif dengan

keunggulan dalam kepemimpinan, staf, proses belajar mengajar, pengembangan

staf, kurikulum, tujuan dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, komunikasi, dan

keterlibatan orang tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya adalah sosok

penampilan guru yang ditandai dengan keunggulan dalam nasionalisme dan jiwa

juang, keimanan dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos kerja dan disiplin,

profesionalisme, kerjasama dan belajar dengan berbagai disiplin, wawasan masa

depan, kepastian karir, dan kesejahteraan lahir batin. Pendidikan mempunyai

peranan yang amat strategis untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki

keberdayaan dan kecerdasan emosional yang tinggi dan menguasai megaskills

yang mantap. Untuk itu, lembaga penidikan dalam berbagai jenis dan jenjang

memerlukan pencerahan dan pemberdayaan dalam berbagai aspeknya.

(16)

teaching amat penting, karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mentransfer pengetahuan, dan menginternalisasikan keterampilan serta

nilai kepada siswa sehingga memiliki makna bagi dirinya sendiri, dan berguna

tidak saja bagi dirinya tapi juga bagi masyarakat.

Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan

dalam pengembangan kurikulum. Keberhasilan belajar-mengajar antara lain

ditentukan oleh kemampuan profesional dan pribadi guru. Dikarenakan

pengembangan kurikulum bertitik tolak dari dalam kelas, guru hendaknya

mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum dikelasnya. Ini

merupakan suatu fase penting dalam upaya pengembangan kurikulum, disamping

sebagai unsur penunjang administrasi secara keseluruhan.4

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara

keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik

masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi bagi

masyarakat di sekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan

keluarganya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator

(penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah.

Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan mengembangkan berbagai upaya

pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan juga membawa

kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat,

bersama unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya

pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu 5

Kualitas sumber daya guru atau guru profesional sangat diperlukan dalam

kegiatan belajar mengajar. Secara umum guru harus memenuhi dua kategori yaitu

memiliki Capability dan Loyality. Capability yang di maksud adalah guru itu harus -memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki

4

Hamalik Oemar, Dasar- Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 231

5

(17)

kemampua teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan,

implementasi sampai evaluasi. Sedangkan Loyality adalah memiliki loyalitas keguruan, yakni setia terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi

sebelum dan sesudah kelas. Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang

jauh berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris.

Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar

sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996)

bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu; (1) Standar

pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains

memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif

dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses

observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan menguji

penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam; (2) Standar

pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains

memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan

siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru

yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana

mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa

mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu

dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan

pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar; (3)

Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru

sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran

sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi

guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru

selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar; (4) Standar

pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus

koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal

kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi

(18)

Guru merupakan pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di

masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat apabila ia layak

menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama

akan melihat sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah patut diteladani atau

tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya dan pengetahuannya,

memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bahkan bagaimana cara

guru berpakaian, bergaul dengan siswa, teman-temannya, serta anggota

masyarakat, serta menjadi perhatian masyaraka.6

Gilbert H. Hunt sebagaimana dikutif oleh Dede Rosyada, menyatakan

bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuh kriteria (Hunt, 1999: 15-16),

yaitu:

1. Guru yang baik harus memiliki sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampikannya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.

2. Guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam bidangnya.

3. Guru yang baik mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannnya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.

4. Mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara momentum menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendorong semua siswa untuk berpartisipasi,memonitor dan bahkan sering mendatangi siswa.

5. Mampu memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa

accountable, dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akademik siswanya

6. Bisa menerima berbagai masukan, risiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan dengan siswa, bijaksana terhadap kritik siswa. Mampu menunjukan keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia bertugas

6

(19)

7. Guru yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, mengorganisir kelas secara efektif dan efisien.7

Kutipan di atas menunjukan ada tujuh kriteria yang dijadikan acuan untuk

guru profesional. Maka untuk menjadi guru yang baik, seseorang harus memiliki

berbagai kriteria atau sifat-sifat yang diperlukan untuk profesi keguruan yaitu

antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,berorientasi pada tugas

dan pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel dan

mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa, tidak semata

mencari refutasi pribadi, mampu mengatasi sterotype siswa, bertanggung jawab

terhadap kegiatan belajar siswa, mampu menyampaikan perasaanya, dan memiliki

pendengaran yang baik.

Menurut Ainurrofiq Dawam, guru profesional adalah guru yang mampu

menerapkan hubungan yang berbentuk multidimensional.Guru yang demikian

adalah guru yang secara internal memenuhi kriteria administratif, akademis, dan

kepribadian.8

Atas dasar wacana yang ada di lapangan, maka penulis ingin membuktikan

apakah persepsi yang ada masayarakat mengenai masalah profesionalisme guru

itu benar atau sebaliknya, dengan melakukan suatu penelitian.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis , pada umumnya kondisi sekolah

yang ada masih terdapat guru yang belum profesional. Kompetisi guru yang ada di

sekolah tersebut belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagaimana yang

diinginkan oleh persyaratan guru profesional. Oleh karena itu, pemerintah

megadakan program sertifikasi keguruan dengan mensyaratkan pengajar memiliki

kualifikasi pendidikan minimal S1 sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Profesionalisme guru menjadi permasalahan utama bagi sekolah sebagai

institusi pendidikan formal. Oleh karena itu sekolah, dalam hal ini diwakili oleh

kepala sekolah, perlu mengembangkan secara terus menerus sumber daya guru

agar tercipta guru yang profesional. Berbagai upaya dapat dilakukan baik yang

7

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, ( Jakarta: Prenada Media, Cet. Ke-1 2004), hal. 111-113

8

(20)

difasilitasi pihak sekolah, pemerintah, lembaga non pemerintah maupun oleh guru

yang bersangkutan, melalui pendidikan lanjut, balai kerja (workshop), seminar-seminar dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Sebagaimana halnya sekolah negeri pada umumnya, SMA Negeri 7

Jakarta menurut informasi yang penulis peroleh dari hasil wawancara wakil

kepala sekolah, telah melakukan berbagai upaya pengembangan profesionalisme

guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar, pihak sekolah mengikut sertakan guru

mengikuti program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan

untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru,

dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi

pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam

kegiatan mengajarnya. Dari upaya-upaya tersebut diatas menyisakan beberapa

permasalahan yaitu, masih rendahnya nilai output siswa pada ujian nasional,

rendahnya motivasi belajar siswa, sedangkan dipihak lain ada beberapa guru yang

belum menunjukkan dedikasi dan edukasi sebagai wujud tenaga professional.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul

“PROFESIONALISME GURU SMA NEGERI 7 JAKARTA”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana Profesionalisme guru di SMA Negeri 7 Jakarta ?

2. Apa saja upaya yang dilakukan kepala SMA Negeri 7 Jakarta dalam

meningkatkan profesionalisme guru

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan ilmiah

di bidang pendidikan, khususnya kepala sekolah agar dapat meningkatkan

(21)

peserta didik, pendidik dan Praktisi pendidikan pada umumnya sebagai pelengkap

(22)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Profesionalisme Guru

Guru sangat banyak makna dan arti, ada yang bilang juga arti guru di gugu

terus ditiru yang dalam bahas Indonesia artinya adalah dipercaya dan di contoh.

Guru dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya

harafiahnya adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa

Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik. McLeod, (1989) berasumsi guru adalah seseorang

yang pekerjaanya mengajar orang lain. Kata mengajar dapat kita tapsirkan

misalnya :

1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif).

2. Melatih ketrampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik) 3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif)

Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai

dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU Sistem

Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI Pasal 42 ayat 1).

Selain siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru.

Guru sangat berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen

(23)

fasilitator dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang

ketiga bertindak sebagai pengamat.

Menurut tinjauan psikologi,kepribadian berarti sipat hakiki individu yang

tercermin pada sikap dan perbuatanya yang membedakan dirinya dari yang lain.

McLeod (1989) mengartikan kepribadian (personality) sebagai sipat yang khas

yang dimiliki oleh seseorang. Dalam hal ini kepribadian adalah karakter atau

identitas.

Guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi dalam bukunya yang

berjudul “Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas”, yang dikutip Abuddin

Nata. ,adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah

atau kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang

bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggungjawab

dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam

pengertian tersebut, menurutnya, bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan

kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah

anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam

mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat

sebagai orang dewasa.9 Dalam pengertian ini terkesan adanya tugas yang

demikian berat yang harus dipikul oleh seorang pendidik, khususnya guru. Tugas

tersebut, selain memberikan pelajaran di muka kelas, juga harus membantu

mendewasakan anak didik. Dari uraian tersebut tampak bahwa ketika menjelaskan

pengertian guru atau pendidik selalu dikaitkan dengan bidang tugas atau pekerjaan

yang harus dilakukannya. Ini menunjukkan bahwa pada akhirnya pendidik itu

adalah merupakan profesi atau keahlian tertentu yang melekat pada seseorang

yang tugasnya berkaitan dengan pendidikan.

Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

9

(24)

didik pada pendidikan anak usia dini, jalur prndidikan formal , pendidikan dasar

dan menengah (UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , Bab I Pasal I

ayat I).10

Dari pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru

adalah orang yang telah mengkhususkan dirinya atau menspesialisasikan diri

untuk melakukan kegiatan menyampaikan pembelajaran kepada murid sebagai

pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang

pekerjaan yangingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesijuga diartikan

sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yangmensyaratkan pengetahuan dan

keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang

intensif(webstar, 1989). Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang

menuntut keahlian tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut

profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi memerlukan persiapan

melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang

memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

( UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).11

Profesi dimaksudkan adalah pekerjaan yang memerlukan keterampilan

atau keahlian tertentu, yang mengharuskan penyandangnya mempersiapkan diri

secara khusus melalui pelatihan, sekolah atau perguruan tinggi dalam bidang

tersebut. Bekerja dengan mempergunakan keterampilan atau keahlian khusus itu

disebut bekerja secara profesional. Dengan demikian berarti profesi tidak dapat

dikerjakan oleh semua orang, tetapi hanya dapat dilaksanakan oleh orang –orang

yang benar-benar dipersiapkan untuk menguasai keterampilan atau keahlian yang

10

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian -guru.html 11

(25)

relevan dengan persyaratan untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara

efisien, efektif dan produktif.12

Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka to profess artinya menyatakan, yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil

menjabat pekerjaan itu.

Sedangkan Kenneth Lynn (165: 67) memberikan definisi profesi sebagai

berikut: “ A Profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge systematically formulated and applied to the needs of a client ” ( suatu profesi yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami

oleh orang tertentu secara sistematik yang doformulasikan dan diterapkan untuk

memenuhi kebutuhan klien) .13

Profesional mengandung makna yang lebih luas daripada hanya

berkualitas tinggi dalam hal teknis, profesional mempunyai makna ahli (ekspert),

tanggung jawabmoral dan memiliki rasa kesejawatan. Makna profesional dapat

dipandang dari tiga dimensi, yaitu:

1. Ekspert (ahli)

2. Rasa tanggung Jawab

3. Rasa kesejawatan

Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, Moh Uzer Usman memberi

pengertian guru profesional adalah “orang yang memiliki kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

tanggung jawab profesinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal”14 Atau

dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan

baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya. Profesionalisme juga

12

H. Hadari Nawawi, H. Mimi Martini, Manusia berkualitas, ( Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS, 1994), cet. 1 hal.167

13

Muhamad Nurdin, Kiat ….,hal.121 14

(26)

mengandung pengertian komitmen untuk menjalankan amanah sesuai dengan

jenis tugas dan pekerjaan yang diembannya.15

Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional, dalam arti

harus dilakukan dengan benar. Hal ini hanya mungkin dilakukan oleh orang ahli.

Profesi guru juga sangat menuntut keahlian, karena jika ia

mengajar/mendidik tidak dengan keahlian maka tunggulah kehancurannya.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Bila suatu urusan dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka tunggulah kehancurannya”. (H.R. Bukhari)

Menurut Ahmad Tafsir kata “Kehancuran dalam hadits ini dapat diartikan secara terbatas dan dapat juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak dengan keahlian, maka yang “hancur” adalah muridnya. Ini dalam arti yang terbatas. Sedangkan secara luas adalah kehancuran akan orang-orang (murid-murid) dan sistem kebenaran, karena murid-murid tersebut juga akan mempunyai murid-murid lagi dan mengajarkan apa yang telah diajarkan oleh gurunya tersebut.16

Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya

dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan

yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pkerjaan lain( Nana

Sudjana 1988 dalam Usman, 2005). Profesi seseorang yang mendalami hokum

adalah ahli hokum,seperti jaksa , hakim , dan pengacara. Profesi seseorang yang

mendalami keperawatan adalah perawat. Sementara itu, orang yang menggeluti

dunia pendidikan ( mendidik dan mengajar)adalah guru, dan berbagai profesi

lainnya.17

Menurut Surya (2005 ), guru profesional akan tercermindalam pelaksanaan

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun

15

Dr. A. Qodri Azizy, MA, Melawan Globalisasi Reinterpretasi Ajaran Islam, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2004), Cet. Ke-1, hal.102

16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Januari 2005), Cet. Ke-6, hal.113

17

(27)

metode. Selain itu ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan

seluruh pengabdiannya.18

Dengan demikian, yang dimaksud profesionalisme guru adalah derajat

penampilan seseorang yang berprofesi sebagai guru yang harus memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan serta menguasai betul

tentang seluk-beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya, juga

orang yang terdidik dan terlatih dengan baik , serta memiliki pengalaman yang

kaya dibidangnya, berpendidikan tinggi, dan menganggap bidang pekerjaannya

sebagai suatu pengabdian sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.

Mengacu pada UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, pengertian

profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,

atau kecakapan yang memenuhi stándar mutu atau norma serta memerlukan

pendidikan profesi.

B.Persyaratan Profesionalisme Guru

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang

dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan

menyampaikan nya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat

dikategorikan guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang

profesional mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,

mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan

sebagimana filosofi Ki Hajar Dewantara: “Tut wuri handayani, ing ngarso sung

tulodo, ing madya mangun karsa” tidak cukup dengan menguasai materi

pembelajaran akan tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi

murid serta selaku mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional

selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami

keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-literatur dengan

tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yng

18

(28)

digelutinya. Oemar Hamalik dalam bukunya Proses Belajar Mengajar (2001;118),

guru professional harus memiliki persyaratan, yang meliputi;

1. Memiliki bakat sebagai guru 2. Memiliki keahlian sebagi guru

3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi 4. Memiliki mental yang sehat

5. Berbadan sehat

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas 7. Guru adalah manusia berjiwa Pancasila

8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.19

Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu

kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain

terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan

dapat bersosialisasi dengan baik.Mereka harus (1) memiliki bakat, minat,

panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar

belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki

kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu,

mereka juga harus (4) mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan

kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang

ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7)memiliki kesempatan untuk

mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan

hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi

profesi yang berbadan hukum (sumber UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen). Di lapangan banyak di antara guru mengajarkan mata pelajaran yang

tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang

dimilikinya. (2) Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.

Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi

pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, seorang guru selain

terampil

mengajar, juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi

dengan baik. Hal itu terindikasi dengan minimnya kesempatan beasiswa yang

diberikan kepada gurudan tidak adanya program pencerdasan

19

(29)

guru, misalnya dengan adanya tunjangan buku referensi, pelatihan berkala.

Profesionalisme dalam pendidikan perlu dimaknai he does his job well. Artinya,

guru haruslah orang yang memiliki insting pendidik, paling tidak mengerti dan

memahami peserta didik. Guru harus menguasai secara mendalam minimal satu

bidang keilmuan. Guru harus memiliki sikap integritas profesional. Dengan

integritas barulah, sang guru menjadi teladan atau role model.

Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria profesional, guru dan

penanggung jawab pendidikan harus mengambil langkah. Salah satu tujuan

pendidikan klasik (Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi

"penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak waktu luang untuk

mempertajam ntelektualitas (mind) dan kepribadian (personal). (4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu

"membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki

kesejahteraan yang cukup.

Guru Profesional sebagai komunikator dan Fasilitator

Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai seorang

komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non

verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks,

catatan, lisan, cerita, dan lain sebagainya, pesan itu telah dikemas, sedemikian

rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna, dan diaplikasikan

para siswa. Guru sebagai fasilitator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa

untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode,

media, dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik sentral

belajar, siswa yang lebih aktif, mencari dan memecah permasalahan belajar dan

guru membantu kesulitan siswa-siswa yang mendapat kendala, kesulitan dalam

memahami dan memecahkan permasalahan.20

Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah

tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi

aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional

20

(30)

(dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli,

tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua

Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya

persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti.

Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional

adalah satu kesatuan personaliti dan itegritas yang dipadupadankan dengan skil

dankeahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur,

pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru.

Sudahkah menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan

tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional. Minimal menjadi guru harus

memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila

keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru.

Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi

terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera

malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang

penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum

pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah

mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan

kemajuan suatu masyarakat atau bangsa. Kalau mengacu pada konsep di atas,

menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru

pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat

dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra

kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan

yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu

bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

Guru profesional sebagai pengendali mutu pendidikan dan kompetensi

(31)

mutu pendidikan. Guru juga seorang manajerial yang akan mengelola proses

pembelajaran, merencanakan pembelajaran, mendesain pembelajaran,

melaksanakan aktifitas pembelajaran bersama siswa dan melakukan

pengentorolan atas kecakapan dan prestasi siswa.

KOMPETENSI GURU Berdasarkan P3G (Proyek Pembinaan Pendidikan Guru)

berangkat dari analisis tugas seorang guru, baik sebagai pengajar, pembimbing,

maupun sebagai administrator kelas, membagi kompetensi guru dalam sepuluh

kompetensi, yaitu :

1. Menguasai bahan

2. Mengelola program belajar mengajar

3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media/ sumber belajar

5. Menguasai landasan kependidikan

6. Mengelola interaksi belajar mengajar

7. Menilai prestasi belajar

8. Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10.Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.21

Tiga kemampuan dasar yang seyogyanya dimiliki guru, yakni a) didaktik,

yakni kemampuan untuk menyampaikan sesuatu secara oral atau ceramah, yang

dibantu dengan buku teks, demontrasi, tes, dan alat bantu tradisional lain; b)

coaching, di mana guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mempraktikan keterampilannya, mengamati sejauh mana siswa mampu

mempraktekkan keterampilan tersebut, serta segera memberikan umpan balik atas

apa yang dilakukan siswa; dan, c) socratic atau mauitic question, di mana guru menggunakan pertanyaan pengarah untuk membantu siswa mengembangkan

pandangan dan internalisasi terhadap materi yang dipelajari. Tanpa menguasai

tiga kemampuan dasar tersebut, ibaratnya pemain sepakbola yang tidak memiliki

kemampuan dasar bermain bola, seperti bagaimana menendang atau heading yang

baik dan benar, betapapun dididik dengan gaya samba Brazil atau gerendel Italia

21

(32)

tetap saja tidak akan dapat memenangkan pertandingan. Demikian pula untuk

guru, tanpa memiliki tiga kemampuan dasar tersebut, betapapun para guru dilatih

berbagai metode mengajar yang canggih tetap saja prestasi siswa tidak dapat

ditingkatkan. Sebaliknya, dengan menguasai tiga kemampuan dasar tersebut,

metode mengajar apapun akan dapat dilaksananakan dengan mudah oleh yang

bersangkutan. Sudah barang tentu apabila guru telah menguasai dengan baik

materi yang akan disampaikan.22

Menurut Nana Sudjana, kompetensi guru dibagi menjadi tiga ranah yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor.

1. Ranah kognitif, artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata

pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan tentang

belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan belajar

dan lain sebagainya.

2. Ranah afektif, artinya kesipan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal

yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai

pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap sesama

teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil

pekerjaannya.

3. Ranah psikomotorik, artinya kemampuan guru dalam berbagai

keterampilan / berprilaku seperti: keterampilan mengajar, membimbing,

menilai berkomunikasi dengan siswa, menyusun persiapan / perencanaan

mengajar dan lain- lain.

Berdasarkan keragaman pendapat diatas, ternyata pendapat tersebut

memiliki banyak kesamaan dan bahkan saling melengkapi satu sama lainnya.

Sedangkan perbedaannya terletak pada sudut pandang mereka dari segi

pendidikan yang mereka tekuni. Jadi, kompetensi guru itu memiliki tiga

kemampuan profesional yaitu kepribadian guru, penguasaan terhadap ilmu dan

bahan pelajaran yang akan diajarkan serta keterampilan guru dalam mengajar.

22

(33)

Atau dengan kata lain memiliki tiga unsur yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor

yang harus dikembangkan lebih lanjut

Seyogyanya guru mampu memberi pengaruh untuk masa depan anak didik

lewat kata- kata atau bahasanya, adalah guru yang memiliki pribadi yang hangat

dan juga cerdas. Untuk itu adalah sangat ideal bila setiap guru mampu

meningkatkan kualitas pribadinya menjadi guru yang cerdas, yaitu cerdas

intelektual, cerdas emosi dan juga cerdas spiritualnya. Maka guru- guru yang

beginilah yang patut diberi hadiah dengan lagu “guru pahlawan tanpa tanda

jasa”.Kata kata yang diucapkan oleh guru kepada siswa atau anak didik dalam

pergaulan mereka di sekolah sangat menentukan masa depan mereka. Kata kata

yang diucapkan oleh guru pada anak didik ibarat panah yang lepas dari busur.

Kata yang keluar dari mulut guru akan menancap pada hati anak didik. Bila kata-

kata tadi melukai hati mereka, maka goresannya akan membekas sampai tua.

Sering kata kata yang tidak simpatik dari seorang guru telah menghancurkan

semangat hidup mereka. Sebaliknya kata kata yang mampu memberi dorongan

semangat juga sangat berarti dalam menumbuh dan mengembangkan semangat

hidup- semangat belajar dan bekerja mereka. Maka untuk itu guru perlu menjalin

hubungan dengan anak didik lewat kata- kata yang berkualitas.23

Dari batasan kriteria karakteristik di atas, terlihat jelas bahwa menjadi

seorang guru tidaklah mudah. Ia menghendaki persyaratan tertentu yang perlu

dipenuhi sebelum profesi tersebut ditekuninya.

Untuk menjadi guru yang baik dan dapat melaksanakan pembelajaran

dengan sebaik-baiknya, seorang guru dituntut untuk memiliki kualitas yang

dituntut dari profil seorang guru,seperti: (1) memiliki kepribadian,

(2) memiliki pengetahuan dan pemahaman profesi kependidikan,

23

(34)

(3) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bidang spesialisasi,

(4) memiliki kemampuan dan ketrampilan profesi.

Di samping itu guru juga dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan seperti:

(a) menguasai materi pembelajaran dan kemampuan untuk memilih, menata, dan

mengemas materi pelajaran ke dalam cakupan dan kedalaman yang sesuai dengan

sasaran kurikuler yang mudah dicerna oleh siswa

(b) memiliki penguasaan tentang teori dan ketrampilan mengajar

(c) memiliki pengetahuan tentang masa pertumbuhan dan perkembangan siswa

serta memiliki pemahaman tentang bagaimana siswa belajar.24

Dengan demikian, guru dikatakan profesional apabila memenuhi syarat atau

kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki Spesialisasi Ilmu Dengan Latar Belakang Teori yang Baku

2. Memiliki Kode Etik Dalam Menjalankan Profesi

3. Memiliki Organisasi Profesi

4. Diakui Oleh Masyarakat

5. Sebagai Panggilan Hidup

6. Harus Dilengkapi Kecakapan Diaknostik

7. Mempunyai Klien Yang Jelas

Ketujuh kriteria profesi tersebut hanya ada pada setiap profesi pada umumnya.

Apabila hilang salah satunya, maka tampaknya akan kurang sempurna sebuah

profesi itu dijalankan. Oleh karena itu, perpaduan ketujuh syarat tersebut mutlak

adanya.

C. Indikator Profesionalisme Guru

Untuk mewujudkan tuntutan akan guru profesional maka seorang guru

dituntut memiliki lima hal yang menjadi ciri-ciri dari profesional guru yaitu:

24

(35)

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti

bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

2. Guru menguasi secara mendalam bahan / mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai

teknik evaluasi, mulai pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil

belajar.

4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar

dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna

mendapatkan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.

Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan

salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.

5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarkat belajar dalam

lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita PGRI dan organisasi profesi

lainnya.

Sepuluh ciri guru profesional yakni:

1. Selalu punya energi untuk siswanya, seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk pelajaran, seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif, seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik, seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.

(36)

dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.25

Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:

(1) Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang dan diperluas, (2) Suatu teknik intelektual, (3).Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis , (4) Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi, (5) Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan , (6) Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri , (7) Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar anggotanya, (8) Pengakuan sebagai profesi,

25

(37)

(9) Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari pekerjaan profesi, (10) Hubungan yang erat dengan profesi lain.26

Slogan pahlawan tanpa tanda jasa senantiasa melekat pada profesi guru.

Hal ini didasarkan pada pengabdiannya yang begitu tinggi dan tulus dalam dunia

pendidikan. Tidak hanya itu, sikap kearifan, kedisiplinan, kejujuran, ketulusan,

kesopanan serta sebagai sosok panutan menjadikan profesi satu ini berbeda

dengan yang lain. Lantaran tanggung jawab dari profesi guru tidak berhenti pada

selesai ia mengajar, melainkan keberhasilan siswa dalam menangkap, memahami,

mempraktekkan serta mengamalkan ilmu yang diterima dalam kehidupan

sehari-hari baik langsung maupun tak langsung. Hal ini membuat citra seorang guru di

mata masyarakat selalu berada di tempat yang lebih baik dan mulia. Citra guru

keseluruhan penampilan yang merupakan sosok pengembang profesi ideal dalam

lingkup fungsi, peran dan kinerja. Citra guru ini tercermin melalui keunggulan

mengajar, memiliki hubungan yang harmonis dengan peserta didik, serta memiliki

hubungan yang harmonis pula terhadap sesama teman seprofesi dan pihak lain

baik dalam sikap maupun kemampuan profesional. Dari sudut pandang peserta

didik, citra guru ideal adalah seseorang yang senantiasa memberi motivasi belajar

yang mempunyai sifat-sifat keteladanan, penuh kasih sayang, serta mampu

mengajar di dalam suasana yang menyenangkan.27

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa untuk dapat

dikatakan sebagai guru yang profesional, harus memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

26

http://rahmatcimande.site88.net/propesi.php

27

(38)

1. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya.

2. Secara mendalam menguasai bahan ajar dan cara mengajarkan.

3. Bertanggung jawab memantau kemampuan belajar siswa melalui

berbagai teknik evaluasi.

4. Mampu berpikir sistematis dalam melakukan tugas.

5. Seyogyanya menjadi bagian dari masyarakat belajar di lingkungan

profesinya.

Untuk dapat menjadi seorang guru yang profesional, seorang guru dituntut

mampu menguasai bidang studi yang diajarkan secara mendalam, dan harus

memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi pserta didik

agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dari berbagai uraian teori yang telah dipaparkan, maka yang dimaksud

profesionalisme guru adalah, profesionalisme guru dapat diulas berdasarkan: (1)

memiliki komitmemn pada siswa dan proses belajarnya, (2) menguasai bahan ajar

dan cara mengajarkan secara mendalam, (3) bertanggung jawab dan memantau

kemampuan berlajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, (4) mampu berpikir

sistematis dalam melakukan tugas, (5) menjadi bagian dari masyarakat belajar

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta.

2. Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam mewujudkan

profesionalisme guru di SMA Negeri 7 Jakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian 7 september s.d Desember 2009. Penelitian ini

dilaksanakan di SMA Negeri 7 Jakarta Jl. Karet Pasar Baru V Tanah Abang

Jakarta Pusat 10220 Telp. (021)5720934.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

penelitian populasi.28 Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru

bidang studi yang berjumlah 53 orang, Dengan demikian penelitian ini adalah

penelitian populasi.29

D. Metode Penelitian

Mengingat penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis,

maka penulis menggunakan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian

28

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta 2002), hal. 130

29

(40)

yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun

rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.

Banyak temuan penting yang dihasilkan dari penelitian deskriptif, umpamanya

temuan-temuan tentang tata surya, peredaran bumi, bulan dan planet-planet

lainnya, pertumbuhan tanaman, kehidupan hewan, kehidupan manusia dalam

berbagai lingkungan kehidupan, bagaimana guru-guru mengajar, bagaimana para

siswa atau mahasiswa belajar.30

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Angket

Angket akan penulis distribusikan kesejumlah guru yang ada, guna

mengetahui tingkat profesionalisme guru SMA Negeri 7 Jakarta.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan penulis kepada kepala SMA Negeri 7 Jakarta, guna

menggali informasi yang akurat, terkait peran beliau dalam mewujudkan

profesionalisme guru

30

Gambar

Tabel 2
Tabel 4
Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 7 Jakarta
Tabel 6 Profesionalisme Guru SMA Negeri 7 Jakarta
+4

Referensi

Dokumen terkait

33 033/APS/14 SUMARYADI Lulus APS PT PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD ADERA Dalam Proses. 34 034/APS/14 SUPARNO Lulus

d) Huraikan Fasal 23, Pegawai Penguasa mempunyai akses kepada kerja dan

Dengan penambahan pasir kuarsa meningkatkan nilai tegangan putus, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siswanto et al ., 2012 yang menyatakan bahan baku silika

Kelemahan dalam memahami konsep dasar penerapan metode yang dibarengi dengan tidak diketahuinya kekurangan yang terdapat pada setiap metode yang diterapkan dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penguasaan pengetahuan ekonomi dengan sikap ekonomis siswa SLTA di DIY, yang meliputi perencanaan penggunaan uang,

Tabel 2.. Teknik analisis kualitatif dilakukan melalui lembar keterlaksanaan pembelajaran. Data observasi yang telah diperoleh dihitung, kemudian dipersentasekan sehingga

Selain tantangan ini, ada beberapa hambatan untuk pembelajaran mobile termasuk biaya tinggi yang terkait dengannya peralatan, konektivitas, perawatan,

Analisis faktor (Jadual 3) yang dilakukan menggunakan pusingan varimax untuk mengesahkan 9 konstruk yang dikaji iaitu komunikasi, kerja berpasukan, kepimpinan, pembelajaran