• Tidak ada hasil yang ditemukan

yaya sulthon aziz JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "yaya sulthon aziz JURNAL"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP

PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI

JURNAL

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister Kesehatan

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

YAYA SULTHON AZIZ

NIM: S541208108

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI

Yaya Sulthon Aziz, Nunuk Suryani, Hari Wujoso

Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS

aptgolong@gmail.com

ABSTRACT

Background: Learning process is a complex and comprehensive process. In pharmacognosy practice, learning method and motivation are required as the competency of learning outcome thereby leads to a good achievement. This researched aimed to find out the difference of Practice Rehearsal Pairs and conventional learning methods effect on the student learning achievement viewed from learning motivation of pharmacognosy practice in SMK Kesehatan BIM Ponorogo (Health Vocational Middle School of BIM Ponorogo).

Subject and Method: This study was a qualitative research with “Post test only with control group.” The sample consisted of 53tenth graders of Phramacy skill department divided into two groups: 29 students of XF2 grade for learning group with Practice Rehearsals Pair method and 24 students of XF1 grade for conventional learning group. The dependent variable was knowledge on pharmacognosy practice, while the independent ones were learning method and motivation, collected using close-ended questionnaire that had been tested for its validity and realibility, with Alpha Cronbach of 0.837. The data was analyzed using a two-way Anova.

Result: There was a difference of effect between Practice Rehearsals Pair and conventional learning methods with p-value of 0.019. considering the learning motivation, significance value, p-value of 0.000 was obtained. The p-value <0.05 meant that there was a difference between both motivation categories. P-value of 0.010 was also indicated in the test of interaction between learning model and learning motivation.

Conclusion: there was difference of effect between Practice Rehearsals Pair and conventional learning methods on learning achievement. Low and high motivation also exerted different effect onlearning achievement. There was an interaction between learning method on learning achievement viewed from motivation.

(3)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI

Yaya Sulthon Aziz, Nunuk Suryani, Hari Wujoso

Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS

aptgolong@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Proses belajar adalah proses yang sifatnya kompleks dan menyeluruh. Dalam praktikum farmakognosi, metode pembelajaran dan motivasi dibutuhkan sebagai kecakapan hasil belajar sehingga mampu menghasilkan prestasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran metode Practice Rehearsal Pairs dan konvensional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari motivasi belajar praktikum farmakognosi di SMK Kesehatan BIM Ponorogo.

Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan “ Post test only with control group”. Sampel terdiri atas 53 siswa kelas X jurusan keahlian Farmasi dengan di bagi menjadi dua kelompok, 29 siswa kelas XF2 untuk kelompok pembelajaran dengan metode Practice Rehearsal Pairs dan 24 siswa kelas XF1 untuk kelompok pembelajaran konvensional. Variabel terikat adalah pengetahuan tentang praktikum farmakognosi, variabel bebas adalah metode pembelajaran dan motivasi, yang dikumpulkan dengan kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan Alpha Cronbach 0,837. Data dianalisis menggunakan uji Anova dua arah.

Hasil: Terdapat perbedaan prestasi belajar antara model pembelajaran Practice

Rehearsal Pairs dan model konvensional dengan nilai p- value sebesar 0,019.

Berdasarkan motivasi belajar menghasilkan nilai signifikan p- value sebesar 0,000. Dari nilai p- value < 0,05 berarti ada perbedaan antar kedua kategori motivasi. p- value sebesar 0,010 juga ditunjukkan pada uji keberadaan interaksi model pembelajaran dengan motivasi belajar.

Simpulan: Ada perbedaan model pembelajaran Practice Rehearsal Pairs dengan metode konvensional terhadap prestasi belajar. Motivasi rendah dengan motivasi tinggi juga terdapat perbedaan terhadap prestasi belajar. Adanya interaksi metode pembelajaran terhadap prestasi belajar ditinjau dari motivasi.

Kata kunci:practice rehearsal pairs , motivasi belajar, prestasi belajar.

PENDAHULUAN

Pendididkan merupakan

kebutuhan pokok untuk dapat

bertahan hidup dimasa sekarang ini.

Tanpa pendidikan manusia akan

terbelakang dan akan kurang

kompetitif. Sekolah merupakan

lembaga pendidikan yang memiliki

tugas dan fungsi menyelenggarakan

proses pendidikan untuk mencapai

tujuan pendidikan. Dalam proses

pembelajaran selalu terjadi interaksi

antara siswa dan guru. Guru sebagai

indikator dan siswa sebagai subjek

dan objek pembelajaran, dan dalam

(4)

commit to user

selalu mengharapkan agar siswanya

memperoleh hasil yang optimal. Hal

ini dapat diukur dari nilai yang

diperoleh siswa dalam mengikuti

ulangan dan kegiatan.

Guru harus melakukan

pendekatan- pendekatan untuk

memberikan motivasi atau

dorongan yang tepat kepada

siswanya untuk meningkatkan

prestasi belajarnya, sehingga

tercapai tujuan yang diinginkan.

Motivasi merupakan daya bantu

atau dorongan yang menyebabkan

seseorang bertindak untuk

memenuhi kebutuhannya, sehingga

tujuan yang diharapkan berhasil

dengan baik. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi diartikan

sebagai daya penggerak yang telah

menjadi aktif (Sardiman, 2014).

Motivasi yang diberikan

kepada siswa berbeda- beda.

Perbedaan ini disebabkan oleh jati

diri yang dimiliki oleh masing-

masing siswa itu, dan macam-

macam perbedaan atau variasi jati

diri mengakibatkan perilaku yang

berbeda dari masing- masing siswa

meskipun dalam satu lingkungan

sekolah. Oleh karena itu dalam

memberikan motivasi kepada siswa

haruslah diselidiki daya perangsang

mana yang lebih ampuh untuk

diterapkan dan lebih ditekankan.

Dengan mengetahui siswa mau

belajar yang lebih giat, maka

seorang guru akan lebih mudah

memberikan motivasi pada siswa.

Setiap guru harus mengusahakan

agar kegiatan belajar mengajar

dapat dilaksanakan dengan efektif

dan efisien sehingga menghasilkan

prestasi yang baik.

Praktikum farmakognosi

sebagai salah satu mata pelajaran

keahlian di sekolah, dapat

memberikan peranan dan

pengalaman bagi siswa. Selama ini

metode pembelajaran masih

menggunakan metode konvensional,

dan hasil pembelajaran praktikum

farmakognosi pun dapat sangat

dipengaruhi oleh motivasi dari

siswa. Baik itu motivasi internal

maupun motivasi eksternal. Maka

dari itu perlu adanya metode yang

lain untuk meningkatkan motivasi

siswa. Salah satunya peningkatan

motivasi dengan metode practice

rehearsal pairs. Secara garis besar,

pelaksanaan model pembelajaran

practice rehearsal pairs adalah

setrategi sederhana yang dapat

dipakai untuk mempraktekkan

suatu ketrampilan atau prosedur

dengan teman belajar (Zaini et al, 2004). Dengan diterapkan model

pembelajaran practice rehearsal

pairs ini diharapkan mampu

meningkatkan aspek pemahaman

dan motivasi siswa sehingga

mendapatkan hasil belajar yang

(5)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan “ Post test only with control group”. Sampel

terdiri atas 53 siswa kelas X jurusan

keahlian Farmasi SMK Kesehatan

BIM Ponorogo pada tanggal 2- 16

juni 2014 dengan di bagi menjadi

dua kelompok, 29 siswa kelas XF2

untuk kelompok pembelajaran

dengan metode Practice Rehearsal

Pairs dan 24 siswa kelas XF1 untuk

kelompok pembelajaran

konvensional. Variabel terikat adalah pengetahuan tentang

praktikum farmakognosi, variabel

bebas adalah metode pembelajaran

dan motivasi, yang dikumpulkan

dengan kuesioner tertutup yang

telah diuji validitas dan reliabilitas.

Data dianalisis menggunakan uji

Anova dua arah.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Tes Reliabilitas

Berdasarkan hasil uji coba

untuk 25 item dari kuesioner

Motivasi belajar dinyatakan

memenuhi syarat reliabilitas dimana

Alpha Cronbach > 0,60 yaitu 0,837.

B. Deskripsi Data Penelitian

Tabel 2 Nilai-nilai Statistik Deskriptif Prestasi Belajar Akhir Siswa

yang Belajar dengan Model Practice Rehearsal Pairs

N Mean SD Minimum Maximum

29 77,66 6,286 65 88

(Sumber: Hasil analisis spss 17; oktober 2014)

Nilai-nilai statistik deskriptif

prestasi belajar akhir meliputi

jumlah sampel (N), rata-rata (mean), simpangan baku (standard deviation / SD), skor terendah (minimum), dan skor tertinggi (maximum). Hasil perhitungan statistik deskriptif

prestasi belajar akhir siswa-siswa

yang belajar dengan model practice

rehearsal pairs atau yang berada di

kelas eksperimen dapat dilihat pada

tabel 2.

Hasil perhitungan statistik

deskriptif prestasi belajar akhir

siswa-siswa yang belajar dengan

model konvensional atau yang

berada di kelas kontrol dapat dilihat

(6)

commit to user

Tabel 3 Nilai-nilai Statistik Deskriptif Prestasi Belajar Akhir Siswa

yang Belajar dengan Model Konvensional

N Mean SD Minimum Maximum

24 74,67 5,027 66 84

(Sumber: Hasil analisis spss 17; oktober 2014)

C. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Sampel dibagi menjadi 2

kelompok berdasarkan model

pembelajaran, menjadi 2

kelompok berdasarkan motivasi

belajar, dan menjadi 4

kelompok berdasarkan

kombinasi kategori kedua

variabel independen tersebut.

Hasil uji normalitas terhadap

data prestasi belajar akhir

masing-masing kelompok

tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.

Berdasarkan tabel 4 dapat

dilihat bahwa uji normalitas

terhadap data prestasi belajar

akhir pada masing-masing

kelompok dengan menggunakan

teknik kolmogorov-smirnov menghasilkan nilai signifikansi

(p-value) > 0,05.

2. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas variansi data

prestasi belajar antar kelompok

sampel dengan menggunakan teknik levene’s test menghasilkan nilai

signifikansi (p-value) sebesar 0,808.

Nilai p-value > 0,05 berarti bahwa

secara statistik variansi data antar

kelompok sampel dinyatakan

homogen.

D. Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis variansi

dua jalan (two way analysis of

variances) dengan desain full

factorial. Analisis variansi (anava)

dengan desain ini terdiri atas 3

pengujian utama yaitu uji

perbedaan karena model

pembelajaran, uji perbedaan karena

motivasi belajar, dan uji interaksi

antara model pembelajaran dan

(7)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Akhir

Kelompok Sampel p-value Keterangan

Model PRP 0,200 Normal

Model Konvensional 0,200 Normal

Motivasi Belajar Tinggi 0,200 Normal

Motivasi Belajar Rendah 0,200 Normal

Model PRP, Motivasi Belajar Tinggi 0,200 Normal

Model PRP, Motivasi Belajar Rendah 0,200 Normal

Model Konvensional, Motivasi Belajar Tinggi 0,200 Normal

Model Konvensional, Motivasi Belajar

Rendah 0,200 Normal

Tabel 5 Hasil Analisis Variansi Dua Jalan

Sumber Variasi P Keterangan

Model Pembelajaran 0,019 Signifikan

Motivasi Belajar 0,000 Signifikan

Interaksi 0,010 Signifikan

Hasil analisis variansi dapat

dilihat pada tabel 5. Uji beda

prestasi belajar akhir berdasarkan

model pembelajaran menghasilkan

nilai signifikansi (p-value) sebesar

0,019. Nilai p-value < 0,05 berarti

bahwa perbedaan antara kedua

kategori model pembelajaran

dinyatakan signifikan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar

akhir antara siswa yang belajar

dengan model practice rehearsal

pairs dengan siswa yang belajar

dengan model konvensional.

Uji beda prestasi belajar akhir

berdasarkan motivasi belajar

menghasilkan nilai signifikansi

(p-value) sebesar 0,000. Nilai p-value <

0,05 berarti bahwa perbedaan antara

kedua kategori motivasi belajar

dinyatakan signifikan. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar

akhir antara siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi dengan siswa

yang memiliki motivasi belajar

rendah.

Uji keberadaan interaksi

model pembelajaran dengan

motivasi belajar menghasilkan nilai

signifikansi (p-value) sebesar 0,010.

Nilai p-value < 0,05 berarti bahwa

keberadaan interaksi dinyatakan

(8)

commit to user

Interaksi bukan berarti

adanya perbedaan antara kelompok

sampel yang terbentuk karena

kombinasi kategori variabel-variabel

independen. Interaksi merupakan

keterkaitan pengaruh dari

masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen. Dalam

penelitian ini interaksi dapat

diartikan adanya kecocokan model

pembelajaran tertentu dengan

tingkat motivasi belajar tertentu

yang dapat memberikan prestasi

optimal atau bisa juga adanya

ketidakcocokan model pembelajaran

tertentu dengan tingkat motivasi

belajar tertentu yang dapat

mengakibatkan prestasi buruk.

Bentuk interaksi dapat diketahui

berdasarkan uji lanjut setelah anava

(post hoc test) yang dilakukan untuk

menguji perbedaan secara

berpasangan dari 4 kelompok

sampel yang terbentuk karena

kombinasi kategori variabel-variabel

independen. Hasil uji lanjut setelah

(9)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada tabel 6 dapat dilihat

bahwa kelompok sampel A1B1

(siswa yang belajar dengan model

practice rehearsal pairs dan

memiliki motivasi belajar tinggi)

memiliki rata-rata (mean) prestasi belajar akhir yang lebih tinggi

dibandingkan 3 kelompok sampel

yang lain. Uji beda secara statistik

antara kelompok sampel A1B1

dengan 3 kelompok yang lain

menghasilkan nilai signifikansi

(p-value) < 0,05 sehingga perbedaan

tersebut dinyatakan signifikan.

Kelompok sampel yang memiliki

rata-rata (mean) prestasi belajar akhir tertinggi kedua adalah

kelompok A2B1 (siswa yang

belajar dengan model

konvensional dan memiliki

motivasi belajar tinggi), yang

ketiga adalah kelompok A2B2

(siswa yang belajar dengan model

konvensional dan memiliki

motivasi belajar rendah), dan yang

terendah adalah kelompok A1B2

(siswa yang belajar dengan model

practice rehearsal pairs dan

memiliki motivasi belajar rendah).

Uji beda secara statistik antara

masing-masing ketiga kelompok

tersebut menghasilkan nilai

signifikansi (p-value) > 0,05

sehingga meskipun berbeda

namun dinyatakan tidak

signifikan. Tabel 6 Hasil Uji Lanjut Setelah Anava (Post Hoc Test)

Uji Beda antara

p-value Keterangan Kelompok 1 Kelompok 2

Kode Mean Kode Mean

A1B1 82,50 A1B2 73,13 0,000 Signifikan

A1B1 82,50 A2B1 76,09 0,011 Signifikan

A1B1 82,50 A2B2 73,46 0,000 Signifikan

A1B2 73,13 A2B1 76,09 0,450 Tidak Signifikan

A1B2 73,13 A2B2 73,46 0,998 Tidak Signifikan

A2B1 76,09 A2B2 73,46 0,577 Tidak Signifikan

Keterangan: A1B1 = model PRP, motivasi belajar tinggi

A1B2 = model PRP, motivasi belajar rendah

A2B1 = model konvensional, motivasi belajar tinggi

(10)

commit to user

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perbedaanmetode pembelajaran

practice rehearsal pairs dengan

metode konvensional.

Secara deskriptif diketahui

bahwa rata-rata nilai prestasi

belajar akhir siswa yang belajar

dengan model practice rehearsal

pairs (77,66) lebih tinggi

dibandingkan rata-rata nilai

prestasi belajar akhir siswa yang

belajar dengan model

konvensional (74,67). Berdasarkan

hasil analisis variansi maka siswa

yang belajar dengan model

practice rehearsal pairs dapat

meraih prestasi belajar lebih baik

dibandingkan siswa yang belajar

dengan model konvensional.

Kompetensi merupakan

kemampuan siswa yang

ditunjukkan dari penilaian hasil

belajar yakni merupakan

pengalaman belajar yang diperoleh

siswa dalam bentuk kemampuan

tersebut (Sardiman, 2014).

Menurut Hamzah (2008 : 86) ”banyak faktor yang

mempengaruhi kompetensi siswa

mulai input atau siswa, lingkungan instruksional maupun proses

pendidikan. Proses pendidikan

salah satunya tergantung proses

penyelenggaraan pembelajaran.

Oleh sebab itu kompetensi sangat

dipengaruhi ketepatan guru dalam

memilih metode pembelajaran.

Ada metode konvensional dan

practice rehearsal pairs. Practice

rehearsal pairs merupakan cara

baru dimana siswa dikelompokkan

dalam pasangan-pasangan

(berpasangan) dengan temannya

sendiri yang satu mengamati dan

yang satunya lagi mempraktekkan

(Zaini, et all 2004). Sebaliknya metode konvensional menurut

Djamarah dalam Kholik (2011)

merupakan metode pembelajaran

tradisional atau disebut juga

dengan metode ceramah, karena

sejak dahulu metode ini telah

dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru

dengan anak didik.

Adanya perbedaan

kompetensi antara pembelajaran

metode practice rehearsal pairs dan konvensional pada siswa

disebabkan pendekatan di dalam

penyampaian materi pembelajaran.

Pada kelompok konvensional,

siswa akan menerima materi

pembelajaran secara pasif. Jadi

seolah-olah meskipun bisa terjadi

komunikasi dua arah akan tetapi

dominasi komunikasi adalah satu

(11)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Pembelajaran konvensional

umumnya juga sangat abstrak dan

teoritis. Bagi siswa yang

kemampuan abstraksinya rendah

maka akan sulit memahami materi

pembelajaran yang sifanya

aplikatif apalagi sampai tahapan

analisis maupun sintesis karena

hal ini menuntut tingkat

pemahaman yang lebih mendalam.

Agar mampu memahami sampai

tingkat aplikasi, analisis maupun

sintesis tersebut maka menuntut

siswa untuk mempelajari ulang

dengan sangat maksimal. Oleh

karenanya sangat dibutuhkan

dukungan motivasi belajar yang

sangat tinggi dari individu yang

bersangkutan untuk merangkum

materi, mencari tambahan materi

dari berbagai sumber lain,

bertanya kepada teman atau guru

jika diperlukan. Jadi pada

prinsipnya masih diperlukan daya

dukung lain dari individu yang

belajar. Ketika siswa hanya

memiliki motivasi rendah, maka

usaha tersebut juga hanya sedikit

saja sehingga kompetensinya juga

rendah.

Kondisi tersebut tentunya

sangat berbeda ketika guru

menerapkan sistem pembelajaran

dengan metode practice rehearsal

pairs. Pada saat pembelajaran

dengan practice rehearsal pairs maka siswa yang belajar akan

melibatkan semua aspek mulai

dari pikiran, perasaan, bahasa

tubuh dan berbagai pengalaman

aplikasi berkaitan dengan materi

yang dipelajari. Disisi lain guru

akan bertindak sebagai rekan

belajar, model, pembimbing dan

fasilitator sehingga komunikasi

bisa dua arah. Kesan sebagai

pemberi dan penerima sedikit

dihilangkan sehingga komunikasi

lebih mudah dan rasa segan

bertanya semakin berkurang. Jadi

berbagai hambatan yang selama ini

ditemukan dalam konvensional

akan sedikit berkurang. Hambatan

rasa malas belajar akan sedikit

teratasi karena pada saat

pembelajaran siswa sudah

mempelajari, bertanya, berdiskusi.

2. Perbedaan motivasi rendah

dengan motivasi tinggi

terhadap prestasi belajar

Faktor lain yang

mempengaruhi kompetensi siswa

adalah motivasi belajar. Dimyati

dan Mudjiono (2009) berpendapat

bahwa, “motivasi belajar adalah

kekuatan mental yang mendorong

(12)

commit to user

dipandang sebagai dorongan

mental yang menggerakkan

perilaku manusia, termasuk

perilaku belajar.

Prestasi belajar akhir

berdasarkan motivasi belajar

menghasilkan nilai signifikansi

(p-value) sebesar 0,000. Nilai p-value <

0,05 berarti bahwa perbedaan

antara kedua kategori motivasi

belajar dinyatakan signifikan.

Dengan demikian terdapat

perbedaan prestasi belajar akhir

antara siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi dengan

siswa yang memiliki motivasi

belajar rendah.

Secara deskriptif diketahui

bahwa rata-rata nilai prestasi

belajar akhir siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi (79,68) lebih

tinggi dibandingkan rata-rata nilai

prestasi belajar akhir siswa yang

memiliki motivasi belajar rendah

(73,29). Berdasarkan hasil analisis

variansi maka siswa yang memiliki

motivasi belajar tinggi dapat

meraih prestasi belajar lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki

motivasi belajar rendah.

Kompetensi siswa

dipengaruhi banyak faktor. Salah

satunya menurut Dalyono (2005)

adalah motivasi. Motivasi adalah

usaha mempengaruhi tingkah

laku seseorang agar tergerak

hatinya melakukan sesuatu

un tuk mencapai tujuan

(Purwanto, 2011). Dimyati dan

Mudjiono (2009) berpendapat

motivasi belajar adalah kekuatan

mental yang mendorong

terjadinya belajar. Motivasi

dipandang sebagai dorongan

mental yang menggerakkan

perilaku manusia termasuk

perilaku belajar.

Berdasarkan uraian di atas,

motivasi belajar adalah dorongan

dari luar diri tetapi tumbuh dari

dalam diri untuk belajar agar

mencapai prestasi yang baik.

Fungsi motivasi antara lain

mengarahkan (directional function) kegiatan, mendekatkan atau

menjauhkan individu dari sasaran

yang akan dicapai. Fungsi

motivasi juga untuk mengaktifkan

dan meningkatkan kegiatan

(activating and energizing

function). Suatu perbuatan yang

tidak bermotif atau motifnya

sangat lemah, akan dilakukan

dengan tidak sungguh-sungguh,

tidak terarah dan kemungkinan

besar tidak akan membawa hasil.

Jika didapatkan ada

(13)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran metode practice

rehearsal pairs dan konvensional

pada siswa dengan motivasi tinggi

disebabkan dengan motivasi

belajar yang tinggi maka siswa

akan dengan semangat mengikuti

pembelajaran praktikum yang

dilaksanakan dan akan

mempelajari pelajaran yang

diberikan guru dengan penuh

keseriusan. Seorang siswa yang

memiliki motivasi tinggi dalam

belajar akan cenderung

memberikan waktu banyak untuk

belajar. Meraka juga tidak cepat

bosan ketika harus mengikuti

praktikum dan belajar. Disisi lain

daya konsentrasinya juga akan

luar biasa sehingga materi yang

dipelajari juga akan mampu

dikuasai dengan lebih optimal. Hal

ini memang sudah diakui banyak

pakar pendidikan bahwa untuk

mencapai prestasi, maka

diperlukan sifat dan tingkah laku

aspirasi yang tinggi, aktif

mengerjakan tugas, interaksi yang

baik, kesiapan belajar dan

sebagainya. Sifat dan ciri yang

dituntut dalam kegiatan belajar itu

hanya terdapat pada individu

yang mempunyai motivasi tinggi.

Hal ini tentunya akan menunjang

prestasi belajarnya atau

kompetensinya. Intinya dengan

metode pembelajaran apapun bagi

siswa yang sudah memiliki

motivasi tinggi akan mampu

menerima dan memahami materi

yang disampaikan.

Ketika pembelajaran

dilaksanakan dengan metode

konvensional maka siswa akan

berusaha mempelajari materi

perkuliahan dengan sangat baik,

sebaliknya dengan metode practice

rehearsal pairs yang dapat

menciptakan situasi belajar aktif

bagi siswa, maka metode ini akan

semakin menambah pemahaman

siswa. Hasil analisis di grafik

menunjukkan ada sedikit

perbedaan nilai rata-rata dengan

metode practice rehearsal pairs lebih tinggi dibanding

konvensional.

3. interaksi metode pembelajaran

terhadap prestasi belajar

ditinjau dari motivasi

interaksi model

pembelajaran dengan motivasi

belajar menghasilkan nilai

signifikansi (p-value) sebesar

0,010. Nilai p-value < 0,05 berarti

bahwa keberadaan interaksi

dinyatakan signifikan. Dengan

(14)

commit to user

model pembelajaran dan motivasi

belajar dalam mempengaruhi

prestasi belajar akhir.

Interaksi bukan berarti

adanya perbedaan antara

kelompok sampel yang terbentuk

karena kombinasi kategori

variabel-variabel independen.

Interaksi merupakan keterkaitan

pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap

variabel dependen. Dalam

penelitian ini interaksi dapat

diartikan adanya kecocokan model

pembelajaran tertentu dengan

tingkat motivasi belajar tertentu

yang dapat memberikan prestasi

optimal atau bisa juga adanya

ketidakcocokan model

pembelajaran tertentu dengan

tingkat motivasi belajar tertentu

yang dapat mengakibatkan

prestasi buruk. Bentuk interaksi

dapat diketahui berdasarkan uji

lanjut setelah anava (post hoc test) yang dilakukan untuk menguji

perbedaan secara berpasangan

dari 4 kelompok sampel yang

terbentuk karena kombinasi

kategori variabel-variabel

independen. Hasil uji lanjut

setelah anava dengan metode

scheffe test dapat dilihat pada tabel

6.

Pada tabel 6 dapat dilihat

bahwa kelompok sampel A1B1

(siswa yang belajar dengan model

practice rehearsal pairs dan

memiliki motivasi belajar tinggi)

memiliki rata-rata (mean) prestasi belajar akhir yang lebih tinggi

dibandingkan 3 kelompok sampel

yang lain.

Uji beda secara statistik

antara kelompok sampel A1B1

dengan 3 kelompok yang lain

menghasilkan nilai signifikansi

(p-value) < 0,05 sehingga perbedaan

tersebut dinyatakan signifikan.

Kelompok sampel yang memiliki

rata-rata (mean) prestasi belajar akhir tertinggi kedua adalah

kelompok A2B1 (siswa yang

belajar dengan model

konvensional dan memiliki

motivasi belajar tinggi), yang

ketiga adalah kelompok A2B2

(siswa yang belajar dengan model

konvensional dan memiliki

motivasi belajar rendah), dan yang

terendah adalah kelompok A1B2

(siswa yang belajar dengan model

practice rehearsal pairs dan

memiliki motivasi belajar rendah).

Uji beda secara statistik

antara masing-masing ketiga

kelompok tersebut menghasilkan

nilai signifikansi (p-value) > 0,05

(15)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

namun dinyatakan tidak

signifikan. Dengan demikian

secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa prestasi

belajar tertinggi akan diperoleh

apabila siswa belajar dengan

model practice rehearsal pairs dan dia memiliki motivasi belajar

tinggi, siswa dengan kondisi yang

lain akan meraih prestasi belajar

sama saja.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan

pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan metode

pembelajaran practice

rehearsal pairs dengan metode

konvensional terhadap prestasi

belajar di SMK Kesehatan BIM

Ponorogo dengan (p-value)

sebesar 0,019.

2. Ada perbedaan motivasi

rendah dengan motivasi tinggi

terhadap prestasi belajar pada

siswa di SMK Kesehatan BIM

Ponorogo dengan (p-value)

sebesar 0,000

3. Ada interaksi metode

pembelajaran terhadap prestasi

belajar ditinjau dari motivasi

pada siswa di SMK Kesehatan

BIM Ponorogo dengan (p-value)

sebesar 0,010

SARAN

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diarankan agar peneliti

selanjutnya melakukan analisis

perbedaan efektifitas

pembelajaran metode practice

rehearsal pairs dan konvensional

terhadap kompetensi siswa dengan

waktu penelitin lebih lama atau

paling tidak selama satu semester

sehingga analisisnya lebih

mendekati validitas dan reliabilitas

yang maksimal.

2. Bagi Institusi/Tempat Penelitian

Mengacu pada kesimpulan

hasil penelitian, maka diajukan

beberapa saran sebagai berikut :

a. Untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, guru sebaiknya

menciptakan suasana yang

menyenangkan dalam proses

belajar mengajar di kelas

dengan cara menggunakan

metode mengajar yang

bervariasi serta memberikan

tugas yang sifatnya kreatif.

b. Menurut hasil penelitian

metode practice rehearsal pairs lebih baik dibanding

konvensional, maka diharapkan

(16)

commit to user

strategi pembelajaran practice

rehearsal pairs utamanya bagi

siswa yang memiliki motivasi

tinggi, dan metode

konvensional bagi siwa yang

memiliki motivasi rendah dalam

belajar praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Amri dkk, 2012. Penerapan

strategi pembelajaran aktif

tipe Practice rehearsal pairs

dalam pembelajaran

matematika siswa kelas VIII SMPN 2 Kota Baru Kabupaten Dharmasyara.

Arikunto, Suharsini. 2013. Dasar

Dasar Evaluasi

Pendidikan.Jakarta: PT Bumi

Aksara

Bobbi De Porter, dan Mark

Reardom.2005. Practice

rehearsal pairs,

Mempraktekkan Quantum

Learning di Ruang-ruang

Kelas, Terj. Ani Nilandari. Bandung: Kaifa

Dimyati dan Mudjiono. 2009.

Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta:Rineka Cipta

Hamzah B uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya

Analisis di Bidang Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara

Munip A, 2013. Keefektifan metode Practice-rehearsal Pairs dalam pembelajaran berbicara pada siswa kelas VII SMP Negeri 3

Batang tahun ajaran

2012/2013.

Muslihah, 2012. Efektivitas

pembelajaran matematika

dengan menguunakan metode

practice rehearsal pairs

terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas

VIII SMP Muhamadiyah 3

Motivasi Belajar Terhadap

Hasil Belajar Siswa (Studi

Kasus Pada Mahasiawa

Fakultas Ekonomi UMK).

http://eprints.umk.ac.id/144/

1/HUBUNGAN_MOTIVASI_BEL

AJAR.pdf [05 Mei 2014]

Purwanto, N .2011. Psikologi

Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sardiman, A.M. 2014. Interaksi dan

(17)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Subandijah. 2000. Perkembangan

dan Inovasi Kurikulum.

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sujiyanto, susiani, Budi. 2012.

Penerapan strategi Practice-Rehearsal Pairs dalam meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kalijaran 01 Maos Cilacap.

http://eprints.uns.ac.id/3920/

1/66651906200912361.pdf

[05 Mei 2014)

Sriyono, dkk. 2003. Teknik Belajar

Mengajar dalam CBSA.

Jakarta: Rinneka Cipta

Zaini, H., Munthe, B., Aryani, S.A.

2004. Strategi pembelajaran

aktif. Yogyakarta: Pustaka

Insani Madani.

Yeni, Rahmi, Pratiwi . 2013.

Pengaruh penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe

practice rehearsal pairs

disertai kuis terhadap

pemahaman konsep matematis

siswa kelas VIII SMPN 1

Kabupaten Padang Pariaman. http://library.ikippgrismg.ac.id

Gambar

tabel 4. variances)
Tabel 5 Hasil Analisis Variansi Dua Jalan
tabel 6
Tabel 6 Hasil Uji Lanjut Setelah Anava (Post Hoc Test)

Referensi

Dokumen terkait

Banyak PTS yang tidak yakin bisa menjadi tuan rumah karena takut repot dan mahal, tetapi justru UMM membuktikan yang terbaik.. Rektor berterima kasih kepada Satrio yang ikut

Tabel 4.5 Jumlah responden yang mendapatkan pertolongan persalinan dengan biaya

Hal ini dapat dilihat pada kalimat yang bercetak tebal di atas.Penyebab alih kode ini yaitu perubahaan situasi dari situasi santai berubah menjadi situasi yang

Industri Tekstil, Vernis, Fotografi, Kulit Buatan Industri Makanan dan. Minuman (Roti, Mie,

Citra diri menjadi bagian yang penting dalam kehidupan. Setiap individu menginginkan citra dirinya diakui oleh orang lain. Citra diri seseorang ada yang tinggi dan ada yang

Aktivitas fisik atau olahraga yang dilaksanakan secara teratur juga bermanfaat memperkuat tulang dan otot, mengurangi risiko cedera. Otot yang kuat membantu kita untuk

Penulis mempersembahkan (laporan) Skripsi dengan judul “Pola Perubahan Aktivitas Antioksidan, Kandungan Vitamin C, dan Kandungan Total Fenol pada Kol Putih ( Brassica oleracea

David Nobel, telah melakukan riset mengenai efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan bahwa : Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat