• Tidak ada hasil yang ditemukan

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN I PENDAHULUAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGIAN I

PENDAHULUAN

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Dalam aspek pengelolaan Keuangan Daerah sesuai dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).Lebih dahulu dilakukan konversi laporan keuangan yang telah disusun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah., Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan yang meliputi :

1. Laporan Realisasi Anggaran 2. Neraca

3. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan dimaksud disusun sesuai dengan Sistem Akuntansi Pemerintahan Adapun maksud dari penyusunan laporan keuangan ini adalah :

a. Menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi Keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan Inspektorat Kota Bandung selama satu periode pelaporan.

b. Menyajikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dalam rangka meningkatkan Keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran antar periode, maupun antar entitas.

c. Menyajikan informasi mengenai Posisi Keuangan, Realisasi Anggaran, dan Kinerja Keuangan sebagai bahan evaluasi dan pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Sedangkan tujuan penyusunan laporan adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

(2)

a. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

b. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

c. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

1.2. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Inspektorat Kota Bandung atas pelaksanaan APBD Tahun 2014 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tenteng Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang-undang nonor 12 tahun 2008 tentang perubahan kedua atas undang-undang 32 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tenteng perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

10. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2006 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

(3)

11. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2006 tentang Dana Cadangan Daerah;

12. Peraturan Walikota Bandung Nomor 542 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 001 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015;

14. Peraturan Walikota Bandung Nomor 193 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015;

1.3. SISTEMATIKA PENULISAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Bab I PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan 1.2. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan 1.3. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan

Bab II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

2.1. Ekonomi makro 2.2. Kebijakan keuangan

2.3. Indikator pencapaian target kinerja APBD Bab III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN

3.1. Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan

3.2. Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan

Bab IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1. Entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah

4.2. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.3. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan 4.4. Penerapan kebijakan akuntasi berkaitan dengan ketentuan yang ada

dalam standar akuntansi pemerintahan

(4)

Bab V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan 5.1. Pendapatan

5.2. Belanja 5.3. Pembiayaan 5.4. Aset

5.5. Kewajiban 5.6. Ekuitas Dana

Bab VI PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN Bab VII PENUTUP

(5)

BAGIAN II

EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD PADA INSPEKTORAT KOTA BANDUNG

2.1. EKONOMI MAKRO

Inspektorat Kota Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan Pengawasan terhadap jalannya Pemerintahan, Pembangunan, Kemasyarakatan, dan Kekayaan Daerah.

Objek pemeriksaan / Auditan terdiri dari Badan, Dinas, Kantor, Bagian dan Sekolah pada pada Setda dan Kecamatan-kecamatan dilingkungan Pemerintah Kota Bandung sebanyak 90 Objek Pemeriksaan/Auditan dengan sasaran terdiri dari :

I. Administrasi Umum 1. Kebijakan Daerah 2. Kelembagaan 3. Pegawai Daerah 4. Keuangan Daerah 5. Barang Daerah II. Urusan Pemerintahan

1. Urusan Wajib 2. Urusan Pilihan 3. Dana Dekonsentrasi 4. Tugas Pembantuan

Berdasarkan hasil pemeriksaan reguler pada tahun 2015 yaitu 452 temuan, hasil pemeriksaan tersebut telah dimutakhirkan dengan hasil sebagai berikut :

1. Selesai ditindaklanjuti = 402 temuan 2. Dalam Proses = 14 temuan 3. Belum ditindaklanjuti = 36 temuan

(6)

Berdasarkan hasil pemeriksaan kasus (Pengaduan Masyarakat/ Perintah Atasan) terdapat 12 kasus, setelah diadakan penelitian/ pemeriksaan yang dinyatakan :

1. Terbukti = 10 kasus 2. Tidak terbukti/Batal = 1 kasus 3. LHP Dalam Proses = 1 kasus

Dari jumlah temuan/ kasus hasil pemeriksaan tersebut yang telah selesai ditindaklanjuti oleh Objek Pemeriksaan/ Auditan sebesar 91% merupakan tingkat keberhasilan pembinaan untuk :

1. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat

2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah oleh dinas-dinas yang terkait dengan pendapatan

Sehingga diharapkan akan berdampak terhadap adanya peningkatan kesejahteraan / kemakmuran Masyarakat Kota Bandung dan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung.

2.2. KEBIJAKAN KEUANGAN

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dinilai dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah dalam kerangka Anggaran, Belanja dan Pembiayaan. Hal tersebut menjadikan Keuangan Daerah merupakan salah satu faktor penentu dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.

Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan struktur keuangan yang lebih baik melalui peningkatan kemampuan keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah dan pengawasan keuangan daerah. Kebijakan tersebut diharapkan meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD. Hal tersebut ditempuh melalui peningkatan target penerimaan daerah.

Untuk belanja melakukan efisiensi terhadap Belanja Administrasi Umum dan Operasional/Pemeliharaan serta selektif dalam belanja modal serta memacu investasi pada daerah yang diprioritaskan.

(7)

Untuk pembiayaan mengoptimalkan pemanfaatan sumber penerimaan daerah dalam menutupi defisit tahun anggaran berjalan dan pengeluaran lainnya.

Kebijakan keuangan meliputi komponen-komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan pada setiap kewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan peningkatan pelayanan publik, pengaturan alokasi belanja diupayakan untuk efisien, efektif dan proporsional. Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa Belanja Daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

Belanja pada dasarnya untuk membiayai kegiatan pada Inspektorat Kota Bandung Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp. 26.424.651.533,00 direalisasikan sebesar Rp 23.868.275.351,00 dengan kondisi Belanja tersebut di atas diserap sebesar 90,33%.

2.3. INDIKATOR PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, urusan wajib yang dilaksanakan oleh Inspektorat Kota Bandung Tahun 2015, berbentuk Program dan Kegiatan sebagai berikut :

No. URAIAN KEGIATAN INDIKATOR KINERJA

Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1 Kegiatan Penyediaan Jasa Surat

Menyurat

Meningkatkan Pelaksanaan Tugas dan Terkirimnya/ Terdistribusinya Pengiriman Surat

2 Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik

Meningkatnya Kelancaran Pelaksanaan Tugas dengan adanya sarana Jasa Telekomunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik

3 Kegiatan Penyediaan Jasa Peralatan dan Perlengkapan Kantor

Terpenuhinya Alat Perlengkapan Kantor Penunjang Kegiatan Administrasi Perkantoran dan Lancarnya Administrasi Perkantoran 4 Kegiatan Penyediaan Jasa

Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas / Operasional

Ijin Kendaraan Dinas/ Operasional

(8)

5 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor Terpeliharanya Kebersihan Kantor guna Lancarnya Pelaksanaan Tugas Sehari-hari 6 Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan

Kerja

Perbaikan Peralatan Kerja sehingga memberikan perlatan yang siap pakai 7 Kegiatan Belanja Penyediaan Alat Tulis

Kantor

Meningkatnya pelayanan Administarsi Perkantoran serta lancarnya pelaksanaan tugas

8 Kegiatan Belanja Cetak dan Penggandaan

Meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas dengan tersedianya Cetakan dan

Penggandaan 9 Kegiatan Belanja Penyediaan

Komponen Instalasi listrik/Penerangan Bangunan Kantor

Membantu kelancaran pelaksanaan tugas dengan tersedianya komponen instalasi listrik 10 Kegiatan Belanja Penyediaan Bahan

Bacaan dan peraturan perundang- undangan

Meningkatkan wawasan serta pengetahuan dan menunjang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari

11 Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman

Meningkatnya kelancaran pelaksanaan tugas dengan tersedianya makanan dan minuman penunjang kegiatan sehari-hari

12 Kegiatan Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah

Meningkatnya kelancaran tugas dengan terlaksananya rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

13 Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas Meningkatnya Mobilitas dalam melaksanakan tugas sehari-hari

14 Kegiatan Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor

Meningkatnya perlengkapan gedung kantor 15 Kegiatan Pengadaan Peralatan Gedung

Kantor

Meningkatnya peralatan penunjang kerja sehari-hari

16 Kegiatan Pengadaan Mebeulair Meningkatnya Menelair penunjang kerja 17 Kegiatan Pengadaan Perlengkapan

Peralatan Aparatur

Meningkatnya Sarana Informasi

18

Kegiatan Belanja Pemeliharaan Rutin/

Berkala Gedung Kantor

Terpenuhinya bahan dan jasa pemeliharaan rutin/ berkala gedung kantor

19 Kegiatan Belanja Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas Operasional

Meningkatnya mobilitas kinerja sehari-hari

20 Kegiatan Belanja Pemeliharaan Rutin/Berkala Mebelair

Meningkatnya Mebelair penunjang kerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur

21 Kegiatan Pengadaan Pakaian Khusus

hari-hari tertentu

Meningkatnya Kedisiplinan Kinerja

(9)

Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

22 Kegiatan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD

Meningkatnya Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja

Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH

23 Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Internal Secara Berkala

Ditindaklanjutinya Hasil Audit 24 Kegiatan Penanganan Kasus

Pengaduan di Lingkungan Pemerintah Daerah

Ditindaklanjutinya Pemeriksaan Khusus Penanganan Kasus Pengaduan dilingkungan Pemda

25 Kegiatan Pengendalian Manajemen Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah

Meningkatnya Kegiatan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kegiatan Aksi Daerah Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (AD-PPK), Kegiatan Pengendalian Gratifikasi

26 Kegiatan Inventarisasi Temuan Pengawasan

Bertambahnya Informasi dari Obyek

Pemeriksaan sebagai bahan evaluasi kegiatan hasil pengawasan

27 Kegiatan Tindak Lanjut Hasil Temuan Pengawasan

Meningkatnya Kepatuhan SKPD terdapat Penyelesian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Internal dan Eksternal

28 Kegiatan Koordinasi Pengawasan yang Lebih Komprehensif

Meningkatnya Hasil Pebgawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah

29 Kegiatan Evaluasi Berkala Temuan Hasil Pengawasan

Meningkatnya Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Daerah

30 Kegiatan Reformasi Birokrasi Meningkatkan Kegiatan Penyelesaian Reformasi Birokrasi

31 Kegiatan Bantuan Operasional Pemeriksaan Bantuan Hibah, Bansos dan Bantuan Keuangan Prov. Jabar

Ditindaklanjuti Hasil Pemeriksaan Bantuan Keuangan Prov. Jabar

Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan 32 Kegiatan Pelatihan Tenaga Pemeriksa

dan Aparatur Pengawasan

Meningkatnya Kualitas SDM Aparatur Pengawasan dan Jabatan Fungsional yang Profesional dan Handal

33 Kegiatan Pembinaan SDM Aparat Pengawasan Fungsional

Meningkatkan Disiplin, Wawasan, dan Terciptanya Integritas yang tinggi 34 Kegiatan Penilaian Angka Kredit

Jabatan Fungsional Auditor

Meningkatnya Tertib Administrasi Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional

Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan

(10)

35 Penyusunan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan

Meningkatnya Kegiatan Penyusunan PKPT, Revisi Renstra, Penyusunan Renja, RKT, Tapkin dan IKU

Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem Informasi

36 Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem Informasi

Terwujudnya Sistem Informasi Berbasis Web dan Penunjang Pekerjaan

(11)

BAGIAN III

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN SKPD

3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD

Sebagaimana dikemukakan pada bab terdahulu, bahwa struktur APBD telah mengacu pada Peraturan Meneteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bahwa dalam Catatan Atas Laporan Keuangan harus menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja APBD yang berisi gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan selama pelaksanaan APBD Tahun 2015.

Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan dapat diuraikan melalui program dan kegiatan dari masing-masing urusan tersebut disajikan sebagai berikut :

3.1.1. Belanja Langsung

No

. PROGRAM KEGIATAN KODE REKENING ANGGARAN

BELANJA (Rp)

REALISASI

BELANJA (Rp) (%) SISA PAGU ANGGARAN

1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

1.20.1.20.07.01. 1.257.962.472 1.052.314.956 84% 205.647.516

Kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat

1.20.1.20.07.01.01 6.000.000 5.873.500 98% 126.500

Kegiatan Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik

1.20.1.20.07.01.02 235.000.000 116.633.788 50% 118.366.212

Kegiatan Penyediaan Jasa Peralatan dan

Perlengkapan Kantor

1.20.1.20.07.01.03 102.000.000 78.389.070 77% 23.610.930

Kegiatan Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/ Operasional

1.20.1.20.07.01.06 25.000.000 21.417.700 86% 3.582.300

Kegiatan Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

1.20.1.20.07.01.08 210.550.000 196.022.000 93% 14.528.000

Kegiatan Penyediaan Jasa Perbaikan Peralatan Kerja

1.20.1.20.07.01.09 20.000.000 19.696.000 98% 304.000

Kegiatan Penyediaan Alat Tulis Kantor

1.20.1.20.07.01.10 76.050.000 75.447.375 99% 602.625

Kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

1.20.1.20.07.01.11 85.000.000 83.145.850 98% 1.854.150

Kegiatan Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/

Penerangan Bangunan Kantor

1.20.1.20.07.01.12 15.000.000 14.996.900 100

%

3.100

Kegiatan Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang- Undangan

1.20.1.20.07.01.15 176.050.000 156.752.070 89% 19.297.930

Kegiatan Penyediaan Makanan dan Minuman

1.20.1.20.07.01.17 107.312.472 102.879.767 96% 4.432.705

(12)

Kegiatan Rapat-Rapat Kordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah

1.20.1.20.07.01.18 200.000.000 181.060.936 91% 18.939.064

2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

1.20.1.20.07.02. 1.823.180.000 1.552.570.143 85% 270.609.857

Kegiatan Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional

1.20.1.20.07 02.05 225.000.000 218.550.000 97% 6.450.000

Kegiatan Pengadaan Perlengkapan Gedung Kantor

1.20.1.20.07 02.07 10.000.000 9.000.000 90% 1.000.000

Kegiatan Pengadaan Peralatan Gedung Kantor

1.20.1.20.07.02.09 578.650.000 454.293.000 79% 124.357.000

Kegiatan Pengadaan Meubeulair

1.20.1.20.07.02.10 113.400.000 107.874.500 95% 5.525.500

Kegiatan Pengadaan Perlengkapan Peralatan Aparatur

1.20.1.20.07.02.12 61.550.000 - 0% 61.550.000

Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor

1.20.1.20.07.02.22 329.200.000 329.191.190 100

%

8.810

Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional

1.20.1.20.07.02.24 502.880.000 433.186.453 86% 69.693.547

Kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Meubelair

1.20.1.20.07.02.29 2.500.000 475.000 19% 2.025.000

3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur

1.20.1.20.07.03 230.101.250 209.341.000 91% 20.760.250

Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu

1.20.1.20.07.03.05 230.101.250 209.341.000 91% 20.760.250

4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

1.20.1.20.07.06 66.800.000 33.120.825 50% 33.679.175

Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ihtisar Realisasi Kinerja SKPD

1.20.1.20.07.06.01 66.800.000 33.120.825 50% 33.679.175

5 Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah

1.20.1.20.07.20 10.402.415.775 9.253.710.486 89% 1.148.705.289

Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Internal Secara Berkala

1.20.1.20.07.20.01 5.725.707.275 5.569.376.387 97% 156.330.888

Kegiatan Penanganan Kasus Pengaduan di Lingkungan Pemerintah Daerah

1.20.1.20.07.20.02 223.500.000 175.943.825 79% 47.556.175

Kegiatan Pengendalian Manajemen Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah

1.20.1.20.07.20.03 767.175.000 588.223.149 77% 178.951.851

Kegiatan Inventarisasi Temuan Pengawasan

1.20.1.20.07.20.05 156.953.500 128.449.000 82% 28.504.500

Kegiatan Tindak Lanjut Hasil Temuan Pengawasan

1.20.1.20.07.20.06 1.479.550.000 1.096.299.505 74% 383.250.495

Kegiatan Koordinasi Pengawasan yang Lebih Komprehensif

1.20.1.20.07.20.07 248.100.000 218.627.350 88% 29.472.650

Kegiatan Evaluasi Berkala Temuan Hasil Pengawasan

1.20.1.20.07.20.08 1.626.430.000 1.451.813.520 89% 174.616.480

(13)

Kegiatan Penyelesaian Reformasi Birokrasi

1.20.1.20.07.20.10 25.000.000 24.977.750 100

%

22.250

15 Pengawasan Bantuan Keuangan (Hibah dan Bansos) yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Banprov)

1.20.1.20.07.20.15 150.000.000 - 0% 150.000.000

6 Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan

1.20.1.20.07.21 864.099.600 644.454.446 75% 219.645.154

Tersedianya SDM Pengawasan dan Jabatan Fungsional yang Profesional dan Handal

1.20.1.20.07.21.01 430.200.000 369.210.423 86% 60.989.577

Terlaksananya Pembinaan Aparatur Pengawasan Fungsional Inspektorat Kota Bandung

1.20.1.20.07.21.03 334.474.600 215.844.023 65% 118.630.577

Terlaksananya Penyusunan Daftar Usulan Angka Kredit (Dupak) para Pejabat Fungsional

1.20.1.20.07.21.04 99.425.000 59.400.000 60% 40.025.000

7 Program Penataan dan Penyempurnaan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan

1.20.1.20.07.22. 278.300.000 180.965.000 65% 97.335.000

Kegiatan Penyusunan Kebijakan Sistem dan Prosedur Pengawasan

1.20.1.20.07.22.02 278.300.000 180.965.000 65% 97.335.000

8 Program Optimalisasi Pemamfaatan Teknologi Informasi

1.20.1.20.07.23. 282.400.000 168.173.000 60% 114.227.000

Kegiatan Pengembangan dan Pemeliharaan Sistem Informasi

1.20.1.20.07.23.12 282.400.000 168.173.000 60% 114.227.000

JUMLAH SELURUH 15.205.259.097 13.094.649.856 86% 2.110.609.241

3.1.2. Belanja Tidak Langsung

o. N PROGRAM KODE

REKENING ANGGARAN

BELANJA (Rp) REALISASI

BELANJA (Rp) (%) SISA PAGU

ANGGARAN

Belanja Tidak Langsung 5 . 1 . 1 . 01 11.219.392.436 10.773.625.495 96% 445.766.941 1 Gaji Pokok PNS/Uang Representasi 5 . 1 . 1 . 01 . 01 4.224.342.674,00 4.197.831.940,00 99% 26.510.734 2 Tunjangan Keluarga 5 . 1 . 1 . 01 . 02 430.044.658,00 415.888.285,00 97% 14.156.373 3 Tunjangan Jabatan 5 . 1 . 1 . 01 . 03 152.213.500,00 134.875.000,00 89% 17.338.500 4 Tunjangan Fungsional 5 . 1 . 1 . 01 . 04 596.460.034,00 554.140.000,00 93% 42.320.034 5 Tunjangan Umum 5 . 1 . 1 . 01 . 05 64.473.000,00 43.960.000,00 68% 20.513.000 6 Tunjangan Beras 5 . 1 . 1 . 01 . 06 255.377.408,00 240.547.480,00 94% 14.829.928 7 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus 5 . 1 . 1 . 01 . 07 122.181.455,00 116.904.645,00 96% 5.276.810 8 Pembulatan Gaji 5 . 1 . 1 . 01 . 08 121.600,00 61.421,00 51% 60.179 9 Tambahan Penghasilan

Berdasarkan Beban Kerja 5 . 1 . 1 . 02 . 01 4.909.388.000,00 4.628.923.500,00 94% 280.464.500 10 Tunjangan PPh Tambahan

Penghasilan PNS 5 . 1 . 1 . 02 . 09 464.790.107,00 440.493.224,00 95% 24.296.883

(14)

3.1.3. BELANJA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG

No. KEGIATAN KODE

REKENING ANGGARAN

BELANJA (Rp) REALISASI

BELANJA (Rp) (%) SISA PAGU

ANGGARAN

1 Belanja Tidak Langsung 5 . 1 . 1 . 01 . 01 11.219.392.436,00 10.773.625.495,00 96,03% 445.766.941 2 Belanja Langsung 5 . 1 . 2 . 01 . 01 15.205.259.097,00 13.094.649.856,00 86,12% 2.110.609.241

JUMLAH 26.424.651.533,00 23.868.275.351,00 90,33% 2.556.376.182,00

(15)

BAGIAN IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

4.1. Entitas Akuntansi/Entitas Pelaporan Keuangan Daerah

Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Yaitu Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai entitas akuntansi menyusun pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun 2014 berupa Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi APBD.

Neraca dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

4.2. Basis Akuntansi Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

a) Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Inspektorat Kota Bandung, adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.

b) Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah, serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari kas daerah.

c) Basis akrual untuk Neraca, berarti bahwa asset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan Pemerintah Kota Bandung, bukan pada saat kas diterima atau dibayar oleh kas daerah.

d) Asas Bruto, berarti pengakuan serta pencatatannya tidak diperkenalkan secara netto, penerimaan setelah dikurangi pengeluaran pada suatu unit organisasi.

(16)

4.3. Basis Pengukuran Yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

Beberapa informasi penting yang perlu disajikan, sehubungan dengan basis pengukuran yang mendasari Penyusunan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Neraca Inspektorat Kota Bandung menganut Substansi mengungguli bentuk formalnya (substansi overform).

2) Asas yang digunakan adalah akrual yang dimodifikasi (modified accrual basis)/kas yang dimodifiokasi (modified cash basis).

3) Periode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Neraca Inspektorat Kota Bandung adalah tahun anggaran (1 Januari sampai dengan 31 Desember 2014)

4) Aset adalah sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau dikuasai oleh Pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan /atau social di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara karena alas an sejarah dan budaya.

5) Kas

 Pencatatan Kas menggunakan asas dasar kas.

Kas di bendahara dinyatakan dalam rupiah. Jika terdapat kas dalam valuta asing maka harus dikonversikan berdasarkan nilai kurs pada tanggal transaksi. Pada akhir tahun, kas dibendahara dalam valuta asing dikonversi ke dalam rupiah menggunakan kurs pada tanggal neraca.

 Nilai kas pada tanggal neraca adalah hasil Kas Opname di masing- masing bendahara.

(17)

6) Piutang

 Piutang adalah hak atau klaim kepada fihak ketiga yang diharapkan dapat dijadikan kas dalam satu periode akuntansi.

 Piutang adalah transaksi yang terjadi antara Pemda dengan fihak ketiga, dapat berupa penjualan barang, kewajiban kepada Pemda yang belum dilunasi, seperti pajak/restribusi atau pinjaman uang yang belum dilunasi pada saat pencatatan.

 Piutang dinilai sebesar nilai normal.

 Piutang diakui pada saat timbulnya hak atas piutang tersebut.

 Pengakuan Piutang Pajak/Retribusi diakui sebagai piutang apabila telah diterbitkan dasar ketetapan pajak/retribusi yaitu Surat Keputusan Pajak Daerah/Surat Keputusan Retribusi Daerah ( SKPD/SKRD).

7) Persediaan

 Persediaan adalah barang yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual/diserahkan dalam rangka pelayanan masyarakat.

 Persediaan dicatat pada akhir periode akuntansi dihitung berdasarkan hasil inventarisasi fisik persediaan. Persediaan dinilai dalam neraca dengan cara :

 Harga pembelian terakhir apabila diperoleh dengan pembelian

 Harga standar bila diperoleh dengan memproduksi sendiri

 Harga/nilai wajar atau estimasi nilai penjualannya apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.

 Jenis-jenis persediaan :

 Persediaan Habis Pakai, adalah barang-barang yang bekas penggunaannya tidak dapat digunakan kembali, misalnya ATK.

 Persediaan Tak Habis Pakai, adalah persediaan yang dapat digunakan berulang kali, misal file box.

 Persediaan Bekas Pakai adalah persediaan bekas pakai yang masih dapat digunakan

 Persediaan untuk dijual, misal aspal dalam drum, obat-obatan, alat- alat kedokteran, bibit, benih ikan dlsb.

(18)

8) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dalam BUMN/D atau lembaga keuangan Negara dicatat sebesar jumlah yang dibayar oleh pemerintah daerah untuk penyertaan modal tersebut baik di dalam atau di luar negeri serta pada lembaga-lembaga keuangan dimana pemerintah daerah memiliki kepentingan yang berdasarkan perjanjiannya dinyatakan sebagai penyertaan modal.

9) Aset tetap

Aset Tetap adalah asset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi atau 1 (satu) tahun untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

Aset tetap dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari sebagian atau seluruh APBD melalui pembelian, pembangunan, hibah atau donasi, pertukaran dengan asset lainnya dan atau sitaan atau rampasan.

Kebijakan penilaian aset tetap telah mengacu pada PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menyatakan bahwa penyusunan Neraca Awal menggunakan nilai wajar pada saat penyusunan.

Dalam hal penyusutan Aset Tetap, penerapan akuntansi penyusutan belum dilakukan karena kebijakan akuntansi mengenai masa manfaat asset dan metode penyusutan belum ditetapkan.

10) Konstruksi dalam Pengerjaan

Konstruksi dalam pengerjaan baru dapat dicatat sebagai aset daerah pada saat biaya telah dikeluarkan. Konstruksi dalam pengerjaan dinyatakan dalam neraca dengan nilai historis, yaitu harga perolehan. Bila biaya perolehan suatu konstruksi dalam pengerjaan dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah aset itu akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan.

Konstruksi dalam pengerjaan dinilai berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang diterbitkan atas pekerjaan tersebut.

(19)

11) Dana Bergulir

Dana Bergulir adalah program berupa bantuan pinjaman penyaluran dana kepada fihak ketiga sesuai dengan program pemda. Pengelolaan dana tersebut diserahkan kepada Tim Teknis/Bank Jabar Cabang Kota Bandung.

Jumlah yang dicatat di neraca adalah sebesar dana yang telah diserahkan dari Pemda ke Timnis/bankJabar.

12) Kewajiban Jangka Pendek

Merupakan utang lancar yang harus dibayar kembali atau akan jatuh tempo dalam satu periode akuntansi atau 12 (dua belas) bulan sejak tanggal neraca. Dibukukan sebesar nilai nominal. Utang dalam valuta asing (valas) dikonversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada tanggal transaksi terdiri dari:

 Bagian Lancar (BL) Utang kepada Pemerintah Pusat.

Merupakan Bagian utang Jangka Panjang kepada Pemerintah Pusat, yang dipindahkan ke Utang Jangka Pendek karena akan

Jatuh tempo dalam satu periode akuntansi atau 12 ( dua belas ) bulan sejak tanggal neraca.

 Utang Perhitungan Fihak Ketiga.

Merupakan utang jangka pendek kepada fihak ketiga yang akan jatuh tempo dalam periode akuntansi.

 Utang Bunga, Denda, dan Commitment Fee.

 Utang Bunga adalah beban bunga yang harus dibayar oleh Pemda kepada Lender melalui DP3 karena telah menarik pinjaman dengan tarif suku bunga tertentu, dimana pembayarannya telah jatuh tempo.

 Denda adalah kewajiban yang timbul karena Pemda tidak dapat melunasi angsuran pokok utang maupun bunganya dengan prosentase tertentu secara tepat waktu sesuai perjanjian pinjaman yang telah disepakati kedua belah fihak.

 Commitment Fee adalah kewajiban yang harus dibayar oleh Pemda sebesar prosentase tertentu terhadap jumlah pinjaman yang belum/tidak ditarik sampai dengan waktu yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman.

(20)

13) Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban jangka panjang merupakan utang yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Kewajiban jangka panjang dapat berasal dari luar negeri maupun dalam negeri.

Kewajiban jangka panjang diakui pada saat dana tersebut diterima dan dibukukan sebesar nilai nominal. Utang dalam valuta asing (valas) di konversikan ke rupiah berdasarkan nilai tukar (Kurs Tengah BI) pada tanggal transaksi.

 Utang kepada Pemerintah.

Utang jangka panjang kepada pemerintah pusat, untuk tenggang waktu lebih dari satu periode akuntansi.

 Utang Bunga Jangka Panjang.

Utang Bunga Jangka Panjang merupakan utang atas bunga pinjaman jangka panjang yang pembayaran bunganya belum jatuh tempo.

14) Ekuitas Dana.

Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dengan utang pemerintah.

 Ekuitas Dana Lancar.

Ekuitas Dana Lancar merupakan selisih antara jumlah nilai aset lancar dengan jumlah nilai hutang lancar. Ekuitas Dana Lancar, terdiri dari atas Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA), Cadangan untuk Piutang, Cadangan untuk Persediaan dan Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka pendek.

 Ekuitas Dana Investasi.

Ekuitas Dana yang Diinvestasikan merupakan selisih antara jumlah nilai investasi jangka panjang, aset tetap, aset lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan) dengan jumlah nilai hutang jangka panjang.

Ekuitas Dana yang Diinvestasikan meliputi dana yang; Diinvestasikan dalam Investasi Permanen, Diinvestasikan dalam Aset tetap, Diinvestasikan dalam Aset Lainnya, dan sebagai perkiraan yang mengurangi (contra account) adalah Dana yang harus disediakan untuk pembayaran hutang jangka panjang.

(21)

 Ekuitas Dana Cadangan

Diinvestasikan dalam dana cadangan merupakan ekuitas dana yang dicadangkan untuk tujuan tertentu. Jadi perkiraan ini merupakan pasangan perkiraan dana cadangan.

4.4. Penerapan Kebijakan Akuntansi Berkaitan Dengan Ketentuan Yang Ada Dalam Standar Akuntansi Pemerintahan

4.4.1. Kebijakan Akuntansi Anggaran

(1) Kebijakan akuntansi anggaran bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi anggaran mencakup definisi, pengakuan dan pengukuran/penilaian.

(2) Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan Kota Bandung meliputi rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diukur dalam satuan mata uang rupiah dan disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk satu periode.

(3) Akuntansi Anggaran merupakan tekhnik pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

(4) Anggaran diakui pada saat ditetapkan oleh kepala daerah atau pejabat yang berwenang selaku pejabat/pelaksana tugas kepala daerah menjadi Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD, serta pada saat anggaran di alokasikan.

4.4.2. Kebijakan Akuntansi Pendapatan

(1) Kebijakan akuntansi pendapatan bertujuan bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi pendapatan mencakup definisi, pengakuan, pengukuran/penilaian dan pengungkapan pendapatan.

(2) Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak Pemerintah Kota Bandung, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah Kota Bandung.

(22)

(3) Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan pusat pertanggungjawaban, Sumber Pendapatan dirinci berdasarkan kelompok, jenis dan obyek pendapatan, sedangkan pusat pertanggungjawabannya dirinci berdasarkan bagian atau fungsi dan unit organisasi Pemerintah Kota Bandung.

(4) Pendapatan mencakup pendapatan asli daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

(5) Akuntansi dan pembukuan pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah nettonya.

(6) Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan pada peroide pendapatan maupun periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan periode berkenaan.

(7) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama.

(8) Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring) atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancer pada periode ditemukan koreksi dan pengembalian tersebut.

(9) Pendapatan diukur dengan mata uang rupiah pada saat kas diterima. Apabila pendapatan diukur dengan mata uang asing, maka harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah BI pada saat terjadinya pendapatan.

4.4.3. Kebijakan Akuntansi Belanja

(1) Kebijakan akuntansi belanja bertujuan bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi belanja mencakup definisi, pengakuan, pengukuran/penilaian dan pengungkapan belanja.

(23)

(2) Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Pemerintah Kota Bandung atau sebagai penurunan aktiva dan atau kenaikan utang yang digunakan untuk berbagai kegiatan Pemerintahan dalam suatu periode akuntansi.

(3) Belanja diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan sebagai urusan wajib dan urusan pilihan, serta menurut fungsi dan pusat pertanggungjawaban. Penggunaan belanja dirinci berdasarkan kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja, sedangkan pusat pertanggungjawabannya dirinci berdasarkan bidang atau fungsi dan unit organisasi Pemerintah Kota Bandung.

(4) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Kas Daerah, yang menjadi beban daerah dan pada saat SPJ disahkan.

(5) Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja administrasi umum yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan pemerintahan pada SKPD berkenaan.

(6) Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan pemerintahan pada SKPD berkenaan.

(7) Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah.

Yang sah, termasuk sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Tujuannya untuk menjaga kelengkapan, keamanan, dan kelestarian aset, agar semua aset terdaftar dan terawasi.

(24)

(4) Aset bersejarah tidak harus diungkap dalam neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan, nilai perolehan ataupun nilai wajar tidak harus diungkapkan, namun biaya rekonstruksi, pemeliharaan harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran.

(5) Suatu aset dapat diakui dan dicatat dalam akuntansi kala aset tersebut mempunyai manfaat ekonomi masa depan dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

(6) Semua aset yang tercatat dalam neraca harus diukur nilainya dengan satuan uang rupiah, jika terdapat aset yang diperoleh dengan mata uang asing harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia.

(7) Untuk pertanggungjawaban, aset dinilai dengan menggunakan biaya perolehan, dimana jika biaya perolehan tidak diketahui digunakan penaksiran atau nilai wajar atas biaya perolehan aset yang bersangkutan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

(8) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau suatu konstruksi mencerminkan seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat siap untuk dipergunakan.

(9) Aset tidak dicatat dan tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh Pemerintah Kota Bandung setelah periode akuntansi berjalan . (10) Aset diakui pada saat timbulnya, diterimakan atau diserahkan hak

kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah.

(11) Aset dicatat sebesar pengeluaran kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.

Pengakuan aset dalam akuntansi terjadi bersamaan dengan perolehan aset yang bersangkutan.

(12) Aset diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktifitas operasi Pemerintah Kota bandung.

(25)

BAGIAN V

PENJELASAN POS POS LAPORAN KEUANGAN

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran sampai dengan 31 Desember 2015, diketahui Realisasi Belanja Sebesar Rp. 23.868.275.351,00 dari anggaran Tahun 2015 sebesar Rp. 26.424.651.533,00 atau sebesar 90,33% sehingga terdapat defisit sebesar 2.556.376.182,00 .

Neraca Inspektorat Kota Bandung menyajikan informasi mengenai posisi aktiva, kewajiban dan ekuitas dana per 31 Desember 2014 ditutup dengan jumlah akhir sebesar Rp. 3.727.943.150,00 dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 2.163.067.049,00 yang terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp. 8.788.000,00 Aset Tetap sebesar Rp 4.328.958.745,00 dan Jumlah Aset Lainnya Rp. 197.050.000,00 serta terdapat Akumulasi Penyusutan pada Aset sebesar Rp. (2.165.891.696,00).

Sedangkan nilai Kewajiban dan Ekuitas Dana sebesar Rp 1.562.051.454,00 5.1 Rincian dan Penjelasan Masing-masing Pos Laporan Keuangan 5.1.1. Belanja

Struktur Belanja dalam APBD Kota Bandung Tahun 2014 pada Inspektorat Kota Bandung sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja Daerah terdiri dari dua bagian yaitu Belanja Tidak langsung dan Belanja Langsung.

Realisasi Belanja periode 01 Januari sampai dengan 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 23.868.275.351,00 atau mencapai 90,33% dari anggaran Tahun 2014 sebesar Rp.

26.424.651.533,00 yang terdiri dari :

a. Belanja Operasional sebesar : Rp. 23.099.064.781,00 yaitu : - Belanja Pegawai : Rp. 18.815.181.495,00

- Belanja barang dan jasa : Rp. 4.283.883.286,00 Jumlah……… : Rp. 23.099.064.781,00

b. Belanja Modal sebesar : Rp. 769.210.570,00 yaitu : - Belanja peralatan dan mesin : Rp. 764.317.500,00

- Belanja Gedung dan Bangunan : Rp. - -Belanja Aset Tak Berwujud : Rp. 4.893.070,00

Jumlah………... : Rp. 769.210.570,00

(26)

Belanja Modal Kapitalisasi BMD : Rp. 47.511.000,00 yaitu : - Belanja peralatan dan mesin : Rp. 16.400.000,00 - Belanja Gedung dan Bangunan : Rp. 30.361.000,00

-Belanja Aset Tak Berwujud : Rp. - -Belanja Aset Lainnya : Rp. 750.000,00

Jumlah………... : Rp. 47.511.000,00

Adanya perbedaan Jumlah Aset dalam Laporan Relisasi dan Neraca dikarenakan adanya Penambahan Penunjang Honor Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa pada Pengadaan Aset pada Inspektorat Kota Bandung, serta adanya mutasi Gedung dan Kantor yang diserahkan dari dinas Tata Ruang dan Cipta berupa Bagunan No Smoking Area yang dilaksanakan pada Tahun 2013, dengan rincian sebagai berikut :

- Honor Pegawai Rp. 17.150.000,00

- Mutasi Gedung dan Bangunan Rp. 30.361.000,00

JUMLAH Rp. 47.511.000,00

5.1.2. Pembiayaan

Inspektorat Kota Bandung merupakan SKPD yang hanya mempunyai anggaran Pendapatan dan Belanja, khusus untuk pembiayaan ada di SKPKD.

5.1.3. Aset

Jumlah Aset pada Inspektorat Kota Bandung sampai dengan 31 Desember 2015 terdiri dari :

a. Aset Lancar Rp. 8.788.000,00

b. Aset Tetap Rp. 4.322.556.675,00

c. Aset Lainnya Rp. 6.402.070,00 d. Aset Tidak Berwujud Rp 197.050.000,00

JUMLAH Rp. 4.534.796.745,00

d. Penyusutan (Rp. 2.165.891.696,00)

JUMLAH Rp. 2.368.905.045,00

(27)

5.1.4. Kewajiban

31 Desember 2013 31 Desember 2014 5.1.4.1 Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 0,00 Rp. 0,00

Nilai saldo kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2015, adalah sebesar Rp. 0,00 yang terdiri dari :

- Bunga Bank : Rp. 0,00

- U Y H D : Rp. 0,00

Jumlah……….…. : Rp. 0,00 Perincian masing-masing belanja lihat lampiran No. 3

31 Desember 2014 31 Desember 2015 5.1.4.2 Persediaan Rp. 18.655.975,00 Rp. 27.443.975,00

Saldo persediaan per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 27.443.975 dan saldo persediaan per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 18.655.975,00. Jadi Terdapat Selisih Rp.

8.788.000,00 dimana jumlah tersebut adalah saldo persediaan pada Tahun Anggaran 2015, Saldo persediaan per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 8.788.000,00 terdiri dari :

- Alat Tulis Kantor : Rp. 6.641.100,00 - Alat Listrik dan Electronik : Rp. 310.000,00 - Alat Kebersihan dan Bahan Pembersih : Rp. 1.226.900,00 - Belanja Cetak : Rp. 610.000,00 Jumlah………: Rp. 8.788.000,00 Perincian masing-masing belanja lihat lampiran No. 4

Saldo per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 8.788.000,00 telah sesuai dengan Berita Acara Opname Persediaan tanggal 4 Januari 2016.

(28)

31 Desember 2014 31 Desember 2015 5.1.4.3 Aset Tetap Rp. 3.512.237.175,00 Rp. 4.328.958.745,00

Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 3.512.237.175,00 dan Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 4.281.447.745,00 Adapun Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2015 berasal dari :

Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2014 : Rp. 3.512.237.175,00 Mutasi penambahan asset Tahun 2015 : Rp. 30.361.000,00,00 Perincian lihat lampiran Nomor : 5

Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2015 terdiri dari :

1. Tanah Rp. 0,00

2. Gedung Rp. 30.361.000,00

3. Peralatan dan Mesin Rp. 780.717.500,00 4. Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp. 0,00 5. Aset Tetap lainnya Rp. 5.643.070,00 Saldo per 31 Desember 2015 Rp. 816.721.570,00

5.1.5. Kewajiban

5.1.5.1 Uang Muka dari BUD Rp. 0,00 Rp. 0,00

5.1.5.2 Pendapatan Yang Ditangguhkan Rp. 0,00 Rp. 0,00

5.1.6. Ekuitas Dana

5.1.6.1 SiLPA/(SiKPA) Rp. 0,00 Rp. 0,00

Saldo SILPA/SIKPA per 31 Desember 2015 sebesar : Rp. Rp. 0,00

5.1.6.2 Cadangan Piutang Rp. 0,00 Rp. 0,00

5.1.6.3 Cadangan Persediaan Rp. 18.655.975,00 Rp. 27.443.975,00 31 Desember 2014 31 Desember 2013

(29)

Saldo Cadangan persediaan per 31 Desember 2014 sebesar Rp. 18.655.975,00 merupakan saldo persediaan berdasarkan opname persediaan per 31 Desember 2015 sebesar Rp. 27.443.975,00 terdapat selisih Rp. 8.788.000,00 dengan perincian sebagai berikut :

- Persediaan Habis Pakai : Rp. 8.788.000,00 - Persediaan untuk dijual/diserahkan : Rp. 0,00 Jumlah……….. : Rp. 8.788.000,00

(30)

BAGIAN VI

PENJELASAN ATAS INFORMASI-INFORMASI NON KEUANGAN SKPD

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah membawa dampak terhadap perubahan Struktur Organisasi pada Inspektorat Kota Bandung yaitu dengan lahirnya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

6.1. Susunan Organisasi Inspektorat Kota Bandung

Susunan Organisasi Inspektorat Kota Bandung adalah sebagai berikut : a. Inspektur Kota Bandung.

b. Sekretariat, membawahkan :

1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

2) Sub Bagian Perencanaan.

3) Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan.

c. Inspektur Pembantu Wilayah I d. Inspektur Pembantu Wilayah II e. Inspektur Pembantu Wilayah III f. Inspektur Pembantu Wilayah IV g. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor

h. Kelompok Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD).

6.2. Keadaan Pegawai

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Inspektorat Kota Bandung sampai dengan Bulan Desember 2015 sebanyak : 93 orang, adapun rinciannya sebagai berikut:

1. 9 Orang Pejabat Struktural

2. 18 Orang Pejabat Fungsional Auditor

3. 44 Orang Pejabat Pejabat Pengawas Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD) 4. 22 Orang Pelaksana.

(31)

BAGIAN VII PENUTUP

Catatan atas laporan keuangan (CALK) yang merupakan salah satu bagian dari Laporan Keuangan APBD Kota Bandung tahun 2014 disusun dengan mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Namun demikian, Catatan Atas Laporan Keuangan ini tetap disusun dengan mengungkapkan beberapa penjelasan terhadap Laporan Keuangan secara keseluruhan sehingga diharapkan dapat dengan mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun hanya manajemen entitas pelaporan. Semoga dengan tersusunnya Catatan Atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015 dapat memberikan penjelasan dan informasi yang berguna sebagai media pertanggungjawaban serta sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kinerja keuangan Lingkup Pemerintah Kota Bandung,

Bandung, 22 Januari 2016

INSPEKTUR KOTA BANDUNG

KOSWARA, SE., Ak., MM., CfrA Pembina Utama Muda NIP. 19620407 198302 1 002

(32)

PENJELASAN LAPORAN OPERASIONAL

1. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERBASISI LRA

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2015, menunjukkan bahwa realisasi belanja Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp. 23.868.275.351,00 atau 90,33% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp. 26.424.651.533,00 yang terdiri dari Belanja Operasional Rp.

23.009.064.781,00 serta belanja modal Rp. 769.210.570,00. Apabila dibandingkan dengan realisasi belanja Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp.

18.804.137.075,00 maka mengalami kenaikan sebesar Rp 408.128.115.410,00 dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp. 19.500.106.776,00.

2. CAPAIAN KINERJA KEUANGAN BERBASIS LO

Laporan Operasional Daerah Kota Bandung Tahun 2015, menunjukkan bahwa beban operasional sebesar Rp. 23.544.862.569,00 yang terdiri dari Beban belanja pegawai Rp. 11.215.986.308,00 serta beban barang dan jasa Rp.

12.328.876.261,00 dimana terdapat perbedaan pada Belanja operasional di laporan realisasi anggaran sebesar Rp. 445.797.788,00. Hal ini didasarkan kepada beban kewajiban atas Tambahan penghasilan Pegawai Negeri (TPP-PNS) untuk bulan desember 2015 Rp. 435.929.813,00 dan beban atas barang persediaan Rp. 9.867.975,00.

Bandung, 22 Januari 2016

INSPEKTUR KOTA BANDUNG

KOSWARA, SE., Ak., MM., CfrA Pembina Utama Muda NIP. 19620407 198302 1 002

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah peneliti peroleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya pembentukan keluarga sakinah yang telah dilakukan

Dokumen pelaksanaan seminar penelitian mandiri (daftar hadir, daftar panitia dan dokumen lainnya) dapat dijadikan dokumen jurusan atau peneliti atau research groups yang

Didalam pemberian kredit atau masalah gadai, apabila telah sampai pada waktu pelunasan hutang dan penebusan barang jaminan, tetapi penggadai tidak dapat membayar hutangnya,

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

 Visi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Tadulako Pada tahun 2020 PSPD FKIK Untad : “Unggul dalam Pengabdian kepada masyarakat di Bidang Penyakit Tropis

Starategi Pemasaran yang digunakan di BSM KC.Tegal sama dengan yang dilakukan oleh perusahaan lain, dan praktek marketing di Bank Syariah Mandiri KC.Tegal untuk mencapai

Mendeskripsikan bagaimana hasil belajar, aktivitas siswa, respon siswa, minat siswa dan keterlibatan siswa dalam penerapan model kooperatif tipe learning together

pemenuhan pesanan pada penelitian rantai pasok sayuran Al-Ittifaq, diketahui dari nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan ritel dalam satu