• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Air Putih Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengaruh Terapi Air Putih Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013 ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 98 Pengaruh Terapi Air Putih Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013

1,*Elfira Husna,2 Junios

1,2 STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

*e-mail : elfirahusna@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan terus meningkat dimasa yang akan datang. Terapi air putih terbukti bermanfaat bagi kesehatan tubuh salah satunya terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2013. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan metode Quasy Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Baso dengan teknik pengambilan sampel purpossive sampling. Jumlah responden yang dijadikan sampel sebanyak 12 orang yang mana terdiri dari 6 orang kelompok intervensi dan 6 orang kelompok kontrol.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis Paired Sampel Test dan Independent Sampel Test. Hasil uji statistik menyeluruh nilai p= 0,006 (p<0,05). Berdasakan hasil besarnya nilai p yang diperoleh maka disimpulkan terdapat pengaruh terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Setelah penelitian ini diharapkan pasien hendaknya rutin mengkonsumsi air putih secara teratur setiap hari.

Kata Kunci:Diabetes Mellitus Tipe 2,Terapi Air Putih.

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is one of the degenerative diseases that number will continue to increase in the future. Water therapy proved beneficial for the health of one's body to the blood sugar levels in patients with type 2 diabetes mellitus. This research aims to look at the effects of water treatment on blood sugar levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus in Puskesmas Baso 2013 Type of research this quantitative method to design experiments Quasy Non-Equivalent Control Group Design. The population in this study were all patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Baso with sampling purposive sampling technique. The number of respondents who used a sample of 12 people which consisted of 6 intervention group and the control group of 6 people. This research uses analytical techniques Paired Samples Test and Independent Samples Test. The results of a thorough statistical test p-value = 0.006 (p <0.05). Based on the results obtained by the value of p, we conclude there are significant water therapy on blood sugar levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus After This research are expected patients should routinely consume water regularly every day.

Keywords: Diabetes Mellitus Type 2, Water Therapy.

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlahnya akan terus meningkat dimasa yang akan datang. Diabetes Mellitus merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. Diabetes Mellitus yaitu suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2005).

Ada beberapa tipe Diabetes Mellitus berdasarkan klasifikasinya yaitu Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM), Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM), dan Diabetes

Mellitus Gestasional. Menurut Brunner dan Suddarth (2002), lebih kurang 90%-95% penderita Diabetes mengalami Diabetes Mellitus Tipe 2. Berdasarkan data WHO, Diabetes Mellitus Tipe 2 sudah menjadi epidemik dan merupakan salah satu ancaman kesehatan di dunia (Elmatris, 2012).

Secara global, diabetes sedang didiagnosis pada proporsi epidemi dan sementara itu pada tahun 2013 tercatat sebanyak 382 juta dan itu diperkirakan akan mempengaruhi 592 juta orang pada 2035 (Sinclair, 2013).

(2)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 99

Indonesia menempati peringkat ke empat dunia

kasus Diabetes Mellitus (DM) dari 10 besar negara berdasarkan data statistik WHO dengan pertumbuhan sebesar 152% atau dari 8.426.000 jiwa pada tahun 2000 menjadi 21.257.000 jiwa ditahun 2030 (Herliana, 2013).

Riset kesehatan dasar nasional (Riskesdas) menunjukkan Prevelensi penderita Diabetes Mellitus di Indonesia tahun 2007-2013 (1,1%-2,1%) di Sumatera Barat 2007- 2013 (1,1%-1,9%) (Riskesdas, 2013). Data Dinas kesehatan Kabupaten Agam tahun 2012 tercatat jumlah pasien Diabetes Mellitus sebanyak 40,32% pada pasien laki-laki dan pasien wanita sebanyak 59,68%. Sedangkan tahun 2013 jumlah pasien Diabetes Mellitus laki-laki sebanyak 39,53% dan 60,47% pada pasien wanita.

Sementara itu pada bulan Februari 2014 tercatat 783 orang terdiri dari 40,61% pasien laki-laki dan 59,39%

pada pasien wanita. Dari data kasus diatas dapat diketahui bahwa kasus Diabetes Mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Data dari Puskesmas Baso 2012 didapatkan data pasien Diabetes Mellitus yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 78 pasien (40,4%) dan perempuan 115 pasien (59,6%). Sedangkan pada tahun 2013 didapatkan data laki-laki 131 pasien (46,5%) dan perempuan 151 pasien (53,5%).

Pada survei awal yang di lakukan oleh peneliti pada tangal 6 Juni 2013 di wilayah kerja puskesmas Baso dengan mewawancarai 5 orang penderita Diabetes Mellitus didapatkan hasil 3 dari penderita diabetes mengatakan hanya meminum obat dari dokter dan tidak mengetahui air putih bisa menurunkan kadar gula darah, sedangkan 2 dari 5 penderita diabetes mengatakan mengkonsumsi terapi herbal seperti daun sambiloto serta tidak tahu air putih dapat menurunkan kadar gula darah.

Diabetes Mellitus Tipe 2 ini biasanya menyerang orang-orang menjalankan gaya hidup yang tidak sehat, misalnya kebanyakan makan makanan yang berlemak dan berkolesterol namun rendah serat dan vitamin. Keadaan ini memicu terjadinya obesitas yang merupakan salah satu penyebab terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2.

Penatalaksanaan diabetes dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi.

Penatalaksanaan secara farmakologi adalah pengobatan yang menggunakan obat-obatan seperti golongan sulfonylurea yang sering kali digunakan untuk menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe 2, contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid, dan klorpropamid (Shanty, 2011).

Sedangkan penatalaksaan secara nonfarmakologi yaitu pengobatan tanpa menggunakan obat, bisa dilakukan dengan pengaturan diet, olahraga yang tertatur, hindari stres dan istirahat yang cukup (Padila, 2013).

Pengobatan non farmakologis dalam menyembuhkan penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 salah satunya yaitu terapi komplementer. Terapi komplementer bersifat terapi pengobatan alamiah (Afdal, 2010). Profesi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dapat melakukan terapi komplementer secara mandiri.

Terapi komplementer yang biasa digunakan dalam

pengobatan diabetes yaitu penggunaan daun sambiloto, jambu biji dan salah satunya terapi air putih. Konsumsi air putih membantu proses pembuangan semua racun- racun di dalam tubuh, termasuk gula berlebih. Hal ini diperkuat dengan penelitian James (2010) bahwa dengan minum air putih menyebabkan terjadinya pemecahan gula. Untuk membantu mengeluarkan zat-zat kimia seperti glukosa dan zat-zat melalui ginjal serta proses pembersihan organ tubuh, diperlukan jumlah cairan yang banyak dalam satu kali pemberian dipagi hari (Elmatris, 2012).

Tubuh manusia 75% nya terdiri atas air, itu berarti air menjadi unsur yang sangat penting bagi tubuh.

Kekurangan air putih dapat menyebabkan dehidrasi yang berakibat buruk pada kinerja organ-organ tubuh. Selain itu juga dapat menyebabkan cepat lupa, cepat lelah akibat tubuh kekurangan cairan. Selain itu air putih juga termasuk cairan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan diyakini dapat menyembuhkan serta menghambat berbagai penyakit yang masuk dalam tubuh. Air putih mengandung unsur H2O dan dinyatakan baik untuk dikonsumsi. Menajemen hiperglikemia yang dapat dilakukan perawat dalam aktivitas keperawatan untuk mengatasi masalah hiperglikemia adalah mendorong pasien untuk meningkatkan intake cairan secara oral dan memonitor status cairan pasien. Dalam praktek keperawatan terapi komplementer diperlukan untuk melengkapi atau memperkuat terapi konvensional maupun biomedis, agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Dalam hal ini pengobatan komplementer menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita, sedangkan pengobatan konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit (Elmatris, 2012).

Terapi air sebenarnya telah lama dilakukan oleh nenek moyang kita, dan memang terbukti manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Seperti, mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Para peneliti Jepang telah menemukan bahwa terapi air putih ini terbukti bermanfaat mengatasi beberapa gangguan kesehatan seperti sembelit, diabetes, sakit kepala, gangguan ginjal, radang sendi, gangguan telinga, hidung, dan kerongkongan (Tilong, 2013).

Penelitian Daniels & Popkin (2010) mengatakan bahwa dengan meminum air putih dapat mengurangi obesitas. Kebutuhan serat dan cairan dapat dipengaruhi dengan melakukan terapi kesehatan yang paling murah dan sangat besar manfaatnya yaitu dengan membisaakan minum air putih sebanyak- banyaknya., atau minimal 8 gelas per hari. Konsumsi air putih (Hidroterapi), membantu proses pembuangan semua racun- racun di dalam tubuh, termasuk gula darah berlebih.

Hidroterapi (Terapi air putih) pertama kali dikembangkan di India dan diyakini dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan. Terapi air putih alami dapat didasarkan pada dua penggunaan yaitu penggunaan air secara internal atau dengan cara meminum air secara benar dan penggunaan air secara eksternal. Dalam hal ini penggunaan terapi air putih yang dimaksud adalah terapi air putih yang dilakukan secara internal yaitu dengan

(3)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 100

meminum air putih sebanyak 1,5 liter setiap pagi segera

setelah bangun tidur. Berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman, kencing manis diketahui dapat disembuhkan dengan terapi air putih dalam waktu selama 7 hari (Elmatris, 2012).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti telah melakukan penelitian dengan judul pengaruh terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Puskesmas Baso tahun 2013.

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2012 yang berjumlah 282 orang.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode Quasy Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design dimana pada penelitian ini randomisasi (acak) tidak dilakukan, tidak ekuivalen antara kelompok eksperimen dan kelompok control (Sulistyaningsih, 2011). Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Pengaruh terapi air putih sebagai variabel independent dan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 sebagai variabel dependent.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2013 di wilayah kerja Puskesmas Baso. Jumlah responden sebanyak 12 orang yang terdiri dari 6 kelompok kontrol dan 6 kelompok intervensi yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah tersebut telah memenuhi sampel penelitian sesuai dengan yang direncanakan.

Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi dan kemudian diperiksa kelengkapannya hingga memenuhi syarat untuk dianalisa. Hasil penelitian dibahas dalam bentuk tabel dan tekstural mulai dari analisa univariat dan bivariat.

Analisa Univariat

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sebelum (pretest) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Diberi Intervensi Terapi Air Putih Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso 2013 No

Responden

Kadar Gula Darah (Pretest)

1 275 mg/dl

2 441 mg/dl

3 227 mg/dl

4 331 mg/dl

5 229 mg/dl

6 213 mg/dl

Mean 286 mg/dl

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan

bahwa hasil analisa univariat variabel kadar gula darah sebelum (Pretest) diberi intervensi terapi air putih di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2013 memiliki rata- rata (Mean) kadar gula darah 286 mg/dl.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sesudah (posttest) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Diberi Intervensi Terapi Air Putih Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso 2013

No Responden

Kadar Gula Darah (Posttest)

1 148 mg/dl

2 178 mg/dl

3 140 mg/dl

4 187 mg/dl

5 130 mg/dl

6 147 mg/dl

Mean 155 mg/dl

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan

bahwa hasil analisa univariat variabel kadar gula darah sesudah (posttest) diberi intervensi terapi air putih di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2013 memiliki rata- rata (Mean) kadar gula darah 155 mg/dl.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sebelum (pretest) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tanpa Diberi Intervensi Terapi Air Putih Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso 2013

(4)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 101

No

Responden

Kadar Gula Darah (Pretest)

1 236 mg/dl

2 204 mg/dl

3 208 mg/dl

4 244 mg/dl

5 221 mg/dl

6 307 mg/dl

Mean 236,67 mg/dl

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil analisa univariat variabel kadar gula darah sebelum (Pretest) tidak diberi terapi air putih di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2014 memiliki rata- rata (Mean) kadar gula darah 236.67 mg/dl.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah Sesudah (posttest) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Tanpa Diberi Intervensi Terapi Air Putih Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso 2013

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan

bahwa hasil analisa univariat variabel kadar gula darah

sesudah (Posttest) tidak diberi terapi air putih di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2013 memiliki rata-

rata (Mean) kadar gula darah 211 mg/dl.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi air putih terhadapkadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, analisis bivariat dilakukan dengan uji statistic paired sample test dan independent sample test dengan komputerisasi pada tingkat kepercayaan 95% seperti tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Dengan Menggunakan Shapiro – Wilk Pada Kelompok Intervensi

Kadar Gula Darah

Nilai Statistik

Std.

Error

Keterang an

Kadar Gula Darah Pretest

1.361 0,845 Normal

Kadar Gula Darah Posttest

0,667 0,845 Normal

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Dengan Menggunakan Shapiro – Wilk Pada Kelompok Kontrol

Kadar Gula Darah

Nilai Statisti

k

Std. Error Ketera ngan

Kadar Gula Darah Pretest

1,592 0,845 Normal

Kadar GulaDarah Postte

st

1,750 0,845 Normal

Berdasarkan pada tabel 4.5 dan 4.6 dapat diketahui bahwa telah diperoleh hasil nilai kemaknaan dua kelompok data dengan nilai skewness pada nilai standar errornya ≤ 2, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kedua kelompok data adalah normal.

Tabel 4.7 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum (Pretest) Dan

Sesudah (Postest) Diberi Intervensi No

Responden

Kadar Gula Darah (Pretest)

1 200 mg/dl

2 208 mg/dl

3 215 mg/dl

4 203 mg/dl

5 197 mg/dl

6 243 mg/dl

Mean 211 mg/dl

(5)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 102

Terapi Air Putih Di Wilayah Kerja

Puskesmas Baso Tahun 2013 Variab

el

N Mean Standar Deviasi

Stan dar Erro r

t hitun

g P val ue

Kadar gula darah Pretest- Posttest

6 131

70.419 28.74 8

4.557 0.00 6

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat rata-rata (Mean) penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebesar 131 dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata (Mean) kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberikan intervensi terapi air putih di wilayah kerja Puskesmas Baso Tahun 2013.

Hasil uji statistik menggunakan paired t-test diperoleh P value = 0.006 (α = 0,05), yang berarti P value lebih kecil dari α. Dengan kata lain ada pengaruh terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2014.

Tabel 4.8 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum (Pretest) Dan

Sesudah (Postest) Tanpa Diberi Intervensi Terapi Air Putih Di Wilayah KerjaPuskesmas Baso Tahun 2013

Variabel N Me an

Standa r Deviasi

Stan dar Erro r

t hitun

g

P value

Kadar gula darah Pretest- Posttest

6 25.6

67

27.427 11.19 7

2.292 0.070

Dapat dilihat bahwa pada tabel 4.8 menunjukkan rata- rata (Mean) penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebesar 25,667 dan dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan rata-rata (Mean) kadar gula darah pada pemeriksaan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest). Hasil uji statistik menggunakan

paired t-test diperoleh P value = 0.070 (α = 0,05), yang berarti P value lebih besar dari α. Dengan kata lain tidak ada perbedaan rata-rata (Mean) kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah tanpa diberikan intervensi terapi air putih.

Tabel 4.9 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Pretest Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013

Variab el

F Sig. T hitu

ng p value

Mean Differe nce

Std.

Err or Diff ere nce Kadar

gula darah Pretest- Posttest

3, 3 9 9 0,09

5 1,26

9

0,233 49,333 33

38,8 867 3

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Independent sample test menunjukkan nilai sig. 0,095. Karna nilai p >

0,05 maka varian data kedua kelompok sama. Angka p value menunjukkan nilai 0,233 dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar 49,33333, karna nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan rerata nilai kadar gula darah pretest antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, nilai kadar gula darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terlalu berbeda.

Tabel 4.10 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Posttest Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Antara Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013

Variab el

F Sig. T hitu

ng Sig.

(2- tail ed)

Mean Diffe rence

Std.

Erro r Diffe

(6)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 103

rence

Kadar gula darah Pretest- Posttest

1, 1 3 0

0,31 3

- 4,88

3 0,00

1 - 56,00

000

11,46 880

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Independent sampel test menunjukkan nilai sig. 0,313. Karna nilai p >

0,05 maka varian data kedua kelompok adalah sama.

Angka Sig. (2-tailed) menunjukkan nilai 0,001 dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar -56,00000 karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai kadar gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dimana nilai kadar gula darah kelompok intervensi lebih rendah dari pada kadar gula darah kelompok kontrol.

Pengaruh Terapi Air Putih Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan dalam tabel 4.7 yang menunjukkan rata-rata (mean) penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 sebesar 131 mg/dl, dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata (mean) kadar gula darah pada sebelum dan sesudah diberi terapi air putih dengan kadar gula darah sebelum (pretest) dilakukan pemberian terapi air putih memiliki kadar gula darah 286 mg/dl, sedangkan kadar gula darah sesudah (posttest) dilakukan pemberian terapi air putih memiliki rata-rata kadar gula darah 155 mg/dl yang berarti menjadi penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah intervensi.

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan paired t-test didapatkan hasil p = 0,006, α =0,05, yang artinya secara signifikan menunjukkan hipotesa diterima dan terdapat perubahan yang bermakna terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang sudah diberikan intervensi terapi air putih setelah bangun tidur selama 7 hari.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan adanya kelompok kontrol sebagai pembanding penurunan kadar gula darah antara kelompok yang diberi intervensi terapi air putih dengan kelompok yang tidak diberi terapi air putih. Hasil uji statistik dengan uji t tidak berpasangan atau Independent sample t-test pada kadar gula darah pretest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol didapatkan Sig. (2-tailed) / p = 0,233 dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar 49,33333. Karena nilai p

> 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan rerata nilai kadar gula darah pretest antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol, dimana nilai kadar gula darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terlalu berbeda sebaliknya dari hasil uji statistik dengan uji t tidak berpasanagan atau Independent sample t-test pada kadar gula darah posttest pada kalompok intervensidan kelompok kontrol didapat nilai Sig. (2- tailed) atau p = 0,001 dengan perbedaan rerata (mean difference) sebesar -56,00000. Karena nilai p < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai kadar gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dimana nilai kadar gula darah kelompok intervensi lebih rendah dari nilai kadar gula darah kelompok kontrol atau rerata nilai kadar gula darah posttest kelompok intervensi lebih rendah secara bermakna dibandingkan rerata nilai kadar gula darah posttest kelompok kontrol.

Hasil penelitian elmatris (2012) menyatakan bahwa dengan terapi air putih dapat menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dan di dukung oleh penelitian James (2010 dalam Elmatris 2012) menyatakan bahwa dengan minum air putih menyebabkan terjadinya pemecahan gula. Untuk membantu mengeluarkan zat-zat kimia seperti glukosa dan zat-zat melalui ginjal serta proses pembersihan organ tubuh, diperlukan jumlah cairan yang banyak dalam satu kali pemberian dipagi hari. Hal ini juga diperkuat oleh Sudarmoko (2010 dalam Elmatris 2012) yang menyatakan bahwa mengkonsumsi air putih membantu proses pembuangan semua racun-racun di dalam tubuh, termasuk gula berlebih.

Berdasarkan analisa peneliti, adanya penurunan kadar gula darah antara sebelum (pretest) dan sesudah (posttes) dikarenakan adanya perlakuan yang diberikan yaitu mengkonsumsi air putih setelah bangun tidur selama 7 hari berturut-turut. Pemberian terapi air putih selama 7 hari berturut-turut terhadap 6 orang responden, semua responden (100%) mengalami penurunan kadar gula darah, dan yang paling tinggi penurunan kadar gula darah responden yaitu sebesar 263 mg/dl, sementara pada kelompok kontrol lebih dari separuh (66,67%) mengalami penurunan kadar gula darah. Penurunan tertinggi pada responden kelompok kontrol yaitu sebesar 64 mg/dl. Berdasarkan analisis di atas, dapat dilihat perbedaan penurunan kadar gula darah kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Maka dari itu, didapatkan keadaan pada responden sesuai dengan teori yang ada bahwa terapi air putih berpengaruh terhadap kadar gula darah.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian pada bulan Agustus tentang pengaruh terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Baso tahun 2014 dengan 12 orang sampel maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rerata kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum diberi terapi air putih adalah 286 mg/dl dengan nilai minimum 213 mg/dl dan nilai maksimum 441 mg/dl.

(7)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 104

2. Rerata kadar gula darah pada pasien diabetes

mellitus tipe 2 sesudah diberi terapi air putih adalah 155 mg/dl dengan nilai minimum 130 mg/dl dan nilai maksimum 187 mg/dl.

3. Perbandingan kadar gula darah sebelum dan sesudah pemberian terapi air putih pada pasien diabetes mellitus tipe 2 adalah sebelum diberikan terapi air putih adalah 286 mg/dl dan setelah diberikan terapi air putih adalah 155 mg/dl, sehingga rata-rata penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang telah diberikan terapi air putih adalah 131 mg/dl.

4. Perbandingan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang diberikan intervensi dan yang tidak diberikan intervensi pemberian terapi air putih adalah rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang telah diberi intervensi terapi air putih adalah 155 mg/dl, sedangkan rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang tidak diberikan intervensi terapi air putih adalah 211 mg/dl. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan p< α (p = 0,006, α = 0,05).

SARAN

Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk meningkatkan bahan bacaan di perpustakaan dengan buku-buku tentang terapi herbal atau terapi nonfarmakologis yang dapat dilakukan oleh perwat sehingga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan penelitian dan mahasiswa calon tenaga kesehatan diharapkan mampu memperdalam penelitiannya dari ilmu yang didapatkan pada penelitian sebelumnya untuk mewujudkan tenaga kesehatan yang terampil dan professional.

Bagi Lahan Penelitian

Tenaga kesehatan di Puskesmas Baso diharapkan dapat meningkatkan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan pada pasien dengan hiperglikemia dan melakukan pemeriksaan rutin kadar gula darah masyarakat dengan instasi terkait sehingga dapat mengurangi angka penyakit diabetes mellitus tipe 2 Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat khususnya penderita diabetes mellitus tipe 2 hendaknya rutin memeriksakan kadar gula darah agar dapat mengetahui kadar gula darah untuk menghindari terjadinya diabetes mellitus tipe 2 dan mengkonsumsi air putih secara teratur dan rutin setiap hari, serta hendaknya masyarakat menjaga pola makan yang sehat dan tidak mengandung glukosa yang tinggi.

Bagi Profesi Keperawatan

Tenaga perawat sebagai tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan keperawatan keluarga hendaknya meningkatkan penatalaksanaan keperawatan dari segi nonfarmakologis untuk mengontrol kadar gula darah maka perawat dapat merencanakan intervensi dalam bentuk penyuluhan untuk menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan terapi air putih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. (2013). Awas! bahayanya minum air putih. Diakses pada tanggal 15 Mei 2014.

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/01/03/

awas-bahayanya-minum-air-putih-521904.html.

2. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

3. Chang, E. (2009). Patofisiologi: aplikasi pada praktik keperawatan. Jakarta: EGC.

4. Elmatris; Afrianti, E; Bahri, N & Yuniarti. (2012).

Efek hidro terapi pada penurunan kadar gula darah sesaat (KGDS) terhadap penderita diabetes mellitus tipe2. Majalah Kedokteran Andalas.

5. Fauzi, M. (2009). Metode penelitian kuantitatif.

Semarang: Walisongo Press

6. Herliana, E. (2013). Diabetes kandas berkat herbal.

Jakarta: FMedia

7. Hidayat, A. A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta:

Salemba Medika.

8. Robbins. (2007). Buku ajar patologi Robbins.

Jakarta: EGC.

9. Kuswandi, A; Sitorus, R & Gayatri, D. (2008).

Pengaruh relaksasi terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di sebuah rumah sakit di Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Indonesia.

10. Notoadmojo, S. (2010). Metodologi pendidikan kesehatan. Jakarta: RinekeCipta.

11. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

12. Price, S. A. (2005). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.

13. KEMENKES. (2013). Riset kesehatan dasar 2013.

Jakarta.

14. Santoso, R. (2008). Cara terapi air. Diakses pada

tanggal 15 Mei 2014.

http://terapiair.wordpress.com/tag/cara-terapi-air.

15. Shanty, M. (2011). Silent killer diseases. Jogjakarta:

Javalitera

16. Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto.

17. Sinclair, A, dkk. (2013). IDF global guideline for managing older people with type 2 diabetes. Diakses

pada tanggal 25 Juni 2014.

https//www.acfas.org...Diabetic-Foot-

18. Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

(8)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 105

19. Chang, E. (2009). Patofisiologi: aplikasi pada

praktik keperawatan. Jakarta: EGC.

20. Elmatris; Afrianti, E; Bahri, N & Yuniarti. (2012).

Efek hidro terapi pada penurunan kadar gula darah sesaat (KGDS) terhadap penderita diabetes mellitus tipe2. Majalah Kedokteran Andalas.

(9)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.4 No 1 Januari 2013 106

Gambar

Tabel 4.2  Distribusi Frekuensi Kadar Gula  Darah Sesudah (posttest) Pada  Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2  Diberi Intervensi Terapi Air Putih  Di Wilayah Kerja Puskesmas Baso  2013
Tabel 4.4  Distribusi Frekuensi Kadar Gula  Darah Sesudah (posttest) Pada  Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2  Tanpa Diberi Intervensi Terapi Air  Putih Di Wilayah Kerja Puskesmas  Baso 2013
Tabel 4.8  Perbedaan Rata-rata Kadar Gula  Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus  Tipe 2 Sebelum (Pretest) Dan

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini sebagai berikut. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membawakan acara dengan.. model pembelajaran SAVI dan media video MC Maulid Nabi Bermuatan

Penelitian yang dilakukan ini tidak terlepas dari kelemahan yang dapat mempengaruhi hasil dari penelitian, yaitu teknik dalam mengambil sampel penelitian dimana hanya memilih

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :5. Bentuk :

Dalam hal ini penelitian terhadap kebisingan pada pesawat tanpa awak dilakukan dengan metode simulasi menggunakan ANSYS Workbench untuk menganalisa kontur kebisingan yang

peningkatan pada setiap siklusnya. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, data

Sedangkan bagi responden yang menjadi peserta menyatakan bahwa kegiatan latihan keterampilan klinik dengan menggunakan metode PAL sangat membantu dalam