• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRY PENGELOLAAN KERUPUK SAGU DI DESA PURWOSARI KABUPATEN LUWU TIMUR DEVI RUSNAWATI NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRY PENGELOLAAN KERUPUK SAGU DI DESA PURWOSARI KABUPATEN LUWU TIMUR DEVI RUSNAWATI NIM"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRY PENGELOLAAN KERUPUK SAGU DI DESA PURWOSARI KABUPATEN

LUWU TIMUR

DEVI RUSNAWATI NIM 105710217315

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

ANALISIS PENDAPATAN HOME INDUSTRY PENGELOLAAN KERUPUK SAGU DI DESA PURWOSARI KABUPATEN

LUWU TIMUR

DEVI RUSNAWATI 105710217315

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(3)

iii

KUPERSEMBAHKAN KEPADA

Bapak dan ibu tercinta selalu memberikan dorongan, kasih sayang dan motivasi dalam menjalani kehidupan yang penuh cobaan ini. Adik-adikku yang memberikan aku senyuman dan kebahagiaan serta teman-teman seperjuanganku yang selalu membuatku tetap semangat dan tegar dalam menjalani perkuliahan selama ini.

Motto Dan Persembahan

Sesungguhnya manusia itu sudah ditakdirkan setiap jalan hidupnya, namun semua itu tergantung dari manusia itu sendiri untuk menjalaninya, semua tergantung dari akal, pikiran dan hati manusia itu sendiri, jika manusia selalu

berikhtiar dan berdoa dijalannya, maka dia akan memetik dari hasil setiap ikhtiar dan doa yang dilakukannya, sesungguhnya DIA maha mengetahui

segala urusan.

( Hadist Riwayat Bukhari )

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan Skripsi/tugas akhir yang berjudul:

“Analisis Pendapatan Home Industri Pengelolaan Kerupuk Sagu di Desa

Purwosari Kabupaten Luwu Timur.” Skripsi/tugas akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Ekonomi Pembangunan Unversitas Muhammadiyah Makassar.

Selama penelitian ini berlangsung dan penyusunan hasil penelitian skripsi/tugas akhir ini, penulis tidak luput dari berbagai kendala dan kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor dari Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan motivasi kepada saya.

2. Ibu Asriati S.E., M.Si selaku Dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dorongan, masukan-masukan, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi/tugas akhir ini.

3. Bapak Ismail Rasulong S.E., M.M selaku Dekan Universitas Muhammadiyah Makassar serta sebagai pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu, pelajaran, masukan-masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi/tugas akhir ini.

4. Ayah dan Ibu yang tercinta Rosiman dan Sunarti, yang telah banyak memberikan doa, mencurahkan kasih sayang, semangat, dorongan,

(9)

vii

motivasi dan semua yang telah Ayah dan Ibu korbankan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan hingga pada tingkat perguruan tinggi.

5. Adik-adikku tersayang Putri, Ade dan Alfi yang selalu memberikan senyuman, keceriaan dan kebahagiaan dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terbaikku Fika Putri Indah Sari, Ikhsan Anugrah Saleh dan Arief Prasetya yang telah mendukung, mendorong, mengajari, dan menemani saya dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Kawan-kawan dekatku Lilis, Tati, Lisa, Fitri, Sulis dan Oka yang telah mendukungku dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar Bapak Bakri dan Ibu Painem yang telah memberikan semangat yang luar biasa dalam menjalankan kuliah dan menyelesaikan tugas akhir selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2015 khususnya kelas EP15.B dan juga teman-teman yang ada di Universitas Muhammadiyah Makassar, Terimakasih atas bantuana dan dukungan kalian selama ini. Masa-masa saat kita berkumpul dan berjuang menghadapi masa perkuliahan diperantauan tidak akan saya lupakan, semoga kita semua sukses dan bisa membahagiakan orang tua tercinta.

10. Bapak Asdar S.E., M.Si. Terimakasih atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada saya selama proses perjalanan menuju wisuda, semoga sehat selalu dan diberikan rejeki yang berlimpah oleh Allah SWT.

11. Sahabat sekelas saya Ardillawati Fadlia, terimakasih sudah banyak membantu proses perjuangan saya dalam merangkai skripsi ini semoga kelak kita menjadi orang yang bisa membanggakan orang tua kita.

(10)

viii

telah banyak membantu penulis selama menjalankan pendidikan di Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 28 Agustus 2020

DEVI RUSNAWATI

(11)

ix ABSTRAK

Devi Rusnawati, 105710217315, Tahun 2020, Analisis pendapatan Home Industri Pengelolaan Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur, Skripsi Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar dibimbinganoleh Ibu Asriati selaku pembimbing I dan Bapak Ismail Rasulongselaku pembimbing II.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

Data yang dikumpulkan dilapangan untuk keperluan analisis diperoleh dari observasi (pengamatan), wawancara dan dokumentasi yaitu dengan cara meninjau langsung ke lokasi pembuatan kerupuk sagu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa proses pembuatan, pemasaran dan pendapatan yang diperoleh oleh pemilik usahanHome industry di dua Dusun yang berbeda yang ada di Desa Purwosari.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dan produksi dari usaha Kerupuk Sagu yang didapatkan dari nilai produksi akhir bulan terbesar yaitu pada skala produksi 3700 bungkus dengan nilai harga terbesar Rp.10.500.000/ bulan dan terkecil pada skala produksi 1500 bungkus mencapai nilai harga sebesar Rp.9.000.000/bulan.

Kata Kunci : Pemasaran dan Pendapatan Home Industry Kerupuk Sagu

(12)

x

Devi Rusnawati, 105710217315, 2020, Analysis of Sago Crackers Home Processing Industry income in Purwosari Village, East Luwu Regency, Thesis Economic Study Program Development Studies Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar University mentored by Mrs. Asriati as supervisor I and Mr. Ismail Rasulong as a supervisor II.

This research was carried out in Purwosari Village, East Luwu Regency. Data collected in the field for the purposes of analysis were obtained from observations, interviews and documentation, namely by directly observing the location of sago crackers. This study aims to find out what the manufacturing, marketing and income processes obtained by the owners of Home industry businesses in two different hamlets in Purwosari Village.

The results showed that the income and production from the Sago Crackers business obtained from the largest end-of-month production value is 3700 packs with the largest price value of Rp.10,500,000 / month and the smallest on the 1500 scale production scale reaches a value of Rp.9,000 .000 / month.

Keywords : Marketing and Home Income Of The Sago Cracker Industry

(13)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR/BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Analisis Pendapatan ... 7

B. Pengertian Usaha Home industry ... 9

C. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ... 10

D. Modal ... 12

E. Tenaga Kerja ... 14

(14)

xii

G. Kerupuk Sagu ... 16

H. Kerangka Konsep ... 17

I. Hipotesis ……… 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Fokus ... 21

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian ... 22

D. Pengumpulan Data ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 23

F. Teknik Pengumpulan Data ... 23

G. Analisis Data... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25

B. Penerimaan Usaha pada Home industry Pengusaha Kerupuk Sagu 30 C. Pendapatan Usaha Dalam Home industry Kerupuk Sagu ... 35

D. Pembahasan ………. 36

E. Hasil Wawancara ... 38

BAB V PENUTUP ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42 LAMPIRAN

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kerangka Pendapatan Industri Pengelolaan Kerupuk Sagu di

DesaPurwosari Kabupaten Luwu Timur ... 4

Tabel 4.1. Klasifikasi Responden Menurut Kelompok Umur, Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 27

Tabel 4.2. Klasifikasi Pengalaman Usaha ... 29

Tabel 4.3. Tingkat Penerimaan Nilai Produksi Kerupuk Sagu ... 30

Tabel 4.4. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Industri Kerupuk Sagu ... 32

Tabel 4.5. Rata-rata Biaya Variabel Usaha Industri Kerupuk Sagu ... 33

Tabel 4.6. Total Biaya Pada Usaha Kerupuk Sagu ... 34

Tabel 4.7. Pendapatan Produksi Biaya Total dan Pendapatan Pada Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur ... 35

(16)

xiv

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 19

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Identitas Pengusaha Industri Kerupuk Sagu di Desa

Purwosari Kabupaten Luwu Timur ... 41 Lampiran 2. Jumlah Penerima Usaha Kerupuk Sagu di Desa

Purwosari Kabupaten Luwu Timur ... 42 Lampiran 3. Dokumentasi ... 43 Lampiran 4. Data Quisoner Usaha Home Industri Kerupuk Sagu di

Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur ... 47

(18)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan usaha industri di Indonesia tidak lepas dari persaingan bisnis, dari persaingan tersebut banyak variasi untuk mencapai keuntungan yang diperoleh perusahaan. Keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh produsen didalam menjalan kegiatan bisnis mereka yang mana memiliki barang/jasa yang bisa meningkatkan nilai produksi serta bermanfaat dalam perkembangan usaha industrinya. Pembangunan untuk tujuan industri juga menjadi sumber yang dapat meningkatkan pendapatan, akan tetapi hal itu harus didukung pula oleh ketersediaan sumber daya ekonomi, baik sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun sumber daya modal yang produktif. Dengan kata lain, tanpa adanya daya dukung yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif maka pengembangan dalam kegiatan industripun mengalami kesulitan dalam miningkatkan pendapatannya.

Pembentukan Usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan dan dikembangkan oleh seseorang atau kelompok dengan tujuan menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupannya. Sehingga melalui usaha industri diharapkan bisa memajukan dan membangun kehidupan masyarakat dari kemiskinan atau terbatasnya kebutuhan ekonomi yang dimiliki. Karena usaha industri juga merupakan suatu langkah sebagai solusi yang tepat untuk digunakan oleh masyarakat dalam berkreatifitas dan menciptakan nilai produksi dengan model-model atau barang yang bernuansa seni, unik, eksotis, motif dan kreasi, baik berupa makanan ataupun benda (Sukirno 2011, h. 37) dalam Siti Hajar (2011).

(19)

2

Home industry adalah usaha di rumah adalah tempat tinggal yang merangkap tempat usaha, baik itu berupa usaha jasa, kantor hingga perdagangan. Semula pelaku home industry yang mempunyai desain ini adalah kalangan enterpreneur dan profesional, yang sekarang mulai meluas pada kalangan umum. Home industri yang berkembang sangat pesat memberikan peluang bagi siapa saja yang ingin membuka usaha sehingga persaingan menjadi sangat ketat antar home industry dalam memasarkan hasil produksinya, agar dapat diterima di masyarakat dan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan di pasaran.

Kerupuk adalah salah satu makanan ringan yang digemari oleh masyarakat Indonesia sebagai pelengkap lauk dan makanan selingan. Sifat-sifat kerupuk yang digemari yaitu dilihat dari segi kerenyahannya kemudian dari cita rasanya. Jenis kerupuk sangat banyak, umumnya dibuat dari bahan dasar patitapioka atau pati sagu (Mohamed dkk,1989) dalam Siti Hajar (2011).

Kerupuk sagu adalah kerupuk yang banyak diproduksi oleh masyarakat khususnya didesa Purwosari, Harga kerupuknya pun relatif murah. Kerupuk sagu hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, pewarna makanan dan vetsin.

Kerupuk sagu biasanya dijual dalam bentuk yang sudah digoreng karena kerupuk cukup sulit untuk mengembang dan perlu digoreng sebanyak dua kali.

Kerupuk perlu digoreng lebih dulu dengan minyak goring bersuhu rendah sebelum dipindahkan kedalam wajan yang berisi minyak goreng panas.

Industri kerupuk sagu merupakan usaha industri yang berkesimpung dalam bidang produksi makanan ringan, usaha ini dilakukan oleh industri rumah tangga, tujuan usaha kerupuk tersebut sebagai langkah untuk memberdayakan kebutuhan ekonomi, khususnya kebutuhan ekonomi rumah tangga. Rumah

(20)

tangga merupakan salah satu pelaku ekonomi sekaligus orang yang sangat membutuhkan terpenuhinya kebutuhan ekonomi (Waluyo 2008, h. 168).

Sejalan dengan terjadinya perkembangan ekonomi, perkembangan usaha industri di Indonesia tidak lepas dari persaingan bisnis, dari persaingan tersebut banyak ide yang bermunculan untuk variasi kemasan yang akan dibuat untuk mencapai keuntungan yang diperoleh perusahaan. Keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh dalam menjalani kegiatan bisnis mereka yang memiliki barang atau jasa yang bisa meningkatkan nilai produksi serta bermanfaat untuk perkembangan usahanya.

Meninjau perkembangan industri disuatu daerah seperti Luwu Timur juga masih banyak industri yang berkembang seperti industri kerupuk yang dikelola oleh industri kecil atau unit kegiatan rumah tangga yang bertujuan untuk menutupi kebutuhan ekonominya. Luwu Timur merupakan Kabupaten yang ada di bagian Provinsi Sulawesi Selatan, sektor industri kerupuknya sudah lama berkembang, dimana perkembangan usaha tersebut sudah banyak masyarakat mengenal produk-produk yang telah dipasarkan, adapun wilayah industri usaha kerupuk sagu yang dikenal di Kabupaten Luwu Timur ialah terletak di Desa Purwosari kecamatan Tomoni Timur. Kecamatan Tomoni Timur merupakan lokasi industri kerupuk saguyang ada di Kabupaten Luwu Timur yang dilihat secara ekonomi mampu berkembang dan meningkatkan nilai produksi yang sudah menjadi permintaan konsumen secara kontiniu.

Dewasa ini, usaha kerupuk sagu di kabupaten Luwu Timur masih relatif rendah dalam segi pendapatan. Pembuatan tidak sebanding dengan nilai harga jual yang ditawarkan dipasaran, proses pembuatannya membutuhkan waktu lama khususnya dalam proses penjemuran yang bisa memakan waktu tiga hari

(21)

4

untuk mengeringkan kerupuk dengan kondisi cuaca yang baik, jika cuaca kurang baik pengeringan kerupuk membutuhkan waktu kira-kira sampai tujuh hari dan kegiatan ini cukup menguras tenaga.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan survei dilokasi Home Industri pengelolaan kerupuk sagu untuk mencari informasi dan mengetahui lebih jauh seputar pendapatan pengelolaan kerupuk sagu didesaPurwosari Kabupaten Luwu Timur.

Data pendapatan home industry pengholahan kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

Tabel 1.1

Kerangka Pendapatan Home Industri Pengelolaan kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur

No

Nama Dusun

Nama responden

(Pemilik)

Penghasilan Perbulan

Penghasilan Perminggu

Penghasilan Perhari

1. Dusun Hargosari

1. Supriati

2. Astuti

Rp.10.000.000

Rp. 9.000.000

Rp. 2.500.000

Rp. 2.250.000

Rp. 357.000

Rp. 321.000

2. Dusun

Hargomulyo

1. Mardiana

2. Rosmiati

3. Mulyani

Rp. 12.000.000

Rp. 9.000.000

Rp. 10.500.000

Rp. 3.000.000

Rp. 2.250.000

Rp. 2.625.000

Rp. 428.000

Rp. 321.000

Rp. 375.000 Sumber : data primer setelah diolah (2019)

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah proses pembuatan kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur?

2. Bagaimanakah strategi pemasaran yang dilakukan oleh pemilik usaha kerupuk sagu tersebut dalam meningkatkan pendapatan pribadi?

3. Bagaimanakah pendapatan usaha home industry pengelolaan kerupuk sagu di desa Purwosari kabupaten Luwu Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui seperti apa proses pembuatan kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh pemilik usaha kerupuk sagu tersebut dalam meningkatkan pendapatan pribadi.

3. Untukmengetahui bagaimana pendapatan usaha home industry pengelolaan kerupuk sagu di desa Purwosari kabupaten Luwu Timur.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan diatas, manfaat penelitian ini berupa teoretis dan praktis.

(23)

6

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada semua pihak.

2. Manfaat Praktis

Bagi kalangan praktisi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan dalam usaha home industri kerupuk sagu selanjutnya dimasa yang akan datang.

(24)

7

TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Pendapatan

Analisis Pendapatan adalah suatu hasil yang di dapatkan oleh seseorang setelah melakukan pekerjaan walaupun hasil yang dicapainya masih rendah ataupun sudah cukup tinggi yang nantinya digunakan untuk mencukupi suatu kebutuhan ataupun mengkonsumsi suatu barang dan jasa.

Upaya dalam meninjau Analisis Peningkatan Produksi dan pendapatan didalam kegiatan Industri maka dapat dijelaskan “pada faktor pertumbuhan ekonomi yang mana tergatung pada modal, tenaga kerja dan teknologi, sedangkan komponen pertumbuhan ekonomi dari semua bangsa di dunia yaitu:

1. Akumulasi modal.

2. Pertumbuhan Penduduk.

3. Kemajuan Teknologi.

Akumulasi modal (Capital accumulation) terjadi apa bila sebagian pendapatan ditabungan dan investasi kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan kemudian hari. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestik lebih besar. Kemajuan teknologi adalah ditemukan cara baru atau perbaikan cara lama dalam mengenai pekerjaan tradisional (Amalia 2007 :23-24).

Berdasarkan teori ekonomi pendapatan/penerimaan keuntungan mempunyai arti yang sedikit berbeda dengan pengertian keuntungan dari segi pembukuan, ditinjau dari sudut pandangan perusahaan/pembukuan seperti telah

(25)

8

diterangkan di atas, keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Keuntungan menurut pandangan pembukuan, apabila dikurangi lebih lanjut oleh biaya tesembunyi, akan menghasilkan keuntungan ekonomi atau keuntungan murni (Pure profit).

(Sukirno 2011.: 384).

Daniel (2004, :138-139) lebih lanjut menjelaskan bahwa “Perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi.

Secara teoritis, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi. Namun bertambahnya pendapatan suatu usaha sangat mempengaruhi permintaan akan barang” Maka hal ini perlu melihat berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan antara lain:

1. Harga

2. Harga barang lain 3. Selera

4. Jumlah penduduk 5. Tingkat pendapatan.

Penulis mencoba menguraikan pendapat diatas dan memberikan gambaran untuk mengatahui dalam analisis pendapatan industri adalah dengan membandikan harga atau barang yang diproduksi, dimana jumlah permintaan barang (Produksi) tersebut juga memberikan pengaruh terhadap harga.sedangkan barang lain juga memberikan dampak dari perubahan harga yang mempegaruhi terhadap permintaan barang lain. namun selera juga memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya permintaan. Pertumbuhan penduduk makin meningkat makin besar pula barang yang dikonsumsi, dan tingkat pendapatan juga akan terjadi pengaruh terhadap banyaknya konsumsi.

(26)

Analisis pendapatan adalah total penerimaan yang dimiliki suatu unit usaha yang diperoleh dari hasil penjualan output. Penerimaan total adalah output dikali harga jual, dirumuskan sebagai berikut (Mankiw, 2006:113):

TR = P . Q Keterangan:

TR : total revenue (total pendapatan) P : harga jual barang

Q : output

Penulis menguraikan bahwa analisis pendapatan sangat mengacu pada produksi yang mampu mendistribusikan pasar. Adapun dalam meningkatkan produksi perlunya pengetahuan yang terbimbing dan berbagai pendidikan atau pengetahuan yang sudah di benarkan dalam kajiannya seperti ilmu ekonomi dalam menyiasati permintaan pasar dengan hasil produksi. Selanjutnya dalam memantapkan usaha industri kerupuk perlu dipertahankan nilai dan mutu yang akan memberikan dampak terhadap konsumen dari berbagai nilai-nilai yang dipengaruhi oleh waktu-waktu tertentu untuk memberikan tingkat permintaan dan penawaran harga barang produksi.

B. Pengertian Usaha dan Home Industri

Home industry merupakan kumpulan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat (Teguh 2010 : 4).

Usaha merupakan salah satu dari bidang garapan profesi pekerjaan sosial yang paling muda yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, guna mencukupi kebutuhan ekonomi di dalam kehidupan.Pekerjaan sosial dalam bidang usaha didefinisikan sebagai lapangan praktik pekerjaan sosial yang

(27)

10

secara khusus menangani seluruh kebutuhan-kebutuhan kemanusiaan dan sosial di dunia kerja melalui berbagai intervensi dan penerapan metode pertolongan untuk memelihara adaptasi (penyesuaian) secara optimal antara individu dengan lingkungannya. Pengertian usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan dan dikembangkan oleh seseorang atau kelompok dengan tujuan menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupannya (Sukirno, 2011 : 37).

Pengertian diatas dapat diuraiankan dimana usaha industri adalah badan usaha yang bergerak dalam dunia industri yang juga membutuhkan sumber daya maupun modal untuk terlaksananya usaha tersebut.

Menurut Hasibuan dalam Teguh (2010 : 4) Industri merupakan kumpulan perusahan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti yang sangat erat. Namun demikian, dari sisi pembentukan pendapatan secara makro industri diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Dalam sebuah industri, pasti ditemukan adanya analisis industri yaitu sebuah upaya dalam rangka memanfaatkan peluang berbagai macam bisnis dan mengindentifikasikan berbagai macama cara untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis itu yang bersifat jangka panjang. Analisis industri bertujuan untuk meramalkan sejumlah perilaku para pesaing dalam sebuah industri, baik yang bersifat lama maupun baru, serta pengaruh yang ditimbulkan dari sejumlah pembangunan industri dan perkembangan pada industri yang berhubungan (Kuncoro, 2007 :. 167).

C. Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Daniel (2004 : 50) Produksi Usaha sangat dipengaruhi pada besar kecilnya jenis usaha, teknologi yang digunakan, intensitas penggunaan tenaga

(28)

kerja atau modal. Maka Proses produksi terdapat berbagai faktor yaitu terdiri empat komponen adalah: tanah, modal, tenaga kerja dan kemampuan (skill).

Masing-masing faktor ini mempunyai fungsi yang berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain. “Sebagaimana faktor ini ditekankan pada usaha tani yang maju dan berorientasi pasar pada keuntungan.

Sa’id dan Intan (2004, :66-70) Faktor produksi juga dapat dipengaruhi oleh musiman, bervariasi dalam jumlah nilai, wilayah produksi tersebar dan biaya produksi yang berbeda setiap daerah produksi, karena ada daerah yang berproduksi efesien dan ada yang tidak efesien untuk suatu komoditi tertentu, dilanjutkan bahwa. Upaya itu perlu melihat pengaruhipermitaan oleh tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi akan berimplikasi kepada peningkatan volume penjualan dan pada gilirannya merangsang peningkatan volume produksi.

Faktor dalam proses produksi, penulis mengkaitkan dengan usaha industri kerupuk seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan skil. Akan tetapi ada pendapat sebenarnya tidak perlu jadi masalah, yaitu tanah merupakan faktor kunci usaha, tanpa tanah mustahil usaha dapat dilakukan, disamping itu modal juga menjadi sumber mutlak yang diperlukan dalam usaha produk guna untuk meningkatkan nilai produksi, tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bahan baku dan upah tenaga kerja, sedangkan tenaga kerja juga memberikan pengaruhi terhadap nilai produksi dimana jumlah tenaga kerja adalah untuk pengelolaan besarnya skala usaha dan skil yang memberi motivasi terhadap pertumbuhan kualitas dan kuantitas produksi.

Peningkatan produksi dalam pengeloaan usaha, selain pengertian faktor tanah, produksi juga memerlukan permodalan dalam usaha seperti yang

(29)

12

dikemukakan Daniel (2004: 20-21) lebih lanjut menyatakan. “Keberadaan modal sangat menentukan tingkat produksi atau macam teknologi yang diterapkan.

Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan risiko kegagalan atau rendahnya hasil yang akan diterima”.

Tahap dalam produksi usaha Industri Kerupuk sangat membutuhkan tenaga atau pengetahuan dalam mengelola usaha karena, “kekurangan tenaga kerja dari segi jumlah akan dapat menghambat proses produksi sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan mutu tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi sangat penting untuk menjamin agar penempatan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam suatu jenis pekerjaan”.

(Sa’id dan Intan, 2004 : 44).

Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ialah penggunaan faktor-faktor produksi secara pengetahuan yang terbimbing dalam mengelolah produksi sesuai dengan kebutuhan tingkat permitaan konsumen.

D. Modal

Modal adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjalankan suatu usaha perusahaan. Modal juga dapat dari dalam perusahaan atau yang penambahan dari pihak pemilik perusahaan dan juga pemilik lain. Modal juga merupakan segala sesuatu yang diberikan dan dialokasikan dalam suatu usaha.

Dalam setiap perekonomian kegiatan memproduksi memerlukan barang modal. Dalam perekonomian primitif sekalipun, modal diperlukan. Dalam perekonomian modern barang modal diperlukan lagi. Modernisasi perekonomian tidak akan berlaku tanpa modal yang kompleks dan sangat tinggi produktivitasnya (Sukirno, 2011 :. 376).

(30)

Modal sering diartikan secara berbeda. Dalam konteks akuntansi, modal diartikan sebagai kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dalam bisnis. Dalam manajemen modal dikaitkan dengan keseluruh aktiva sehingga mencakup ekuitas dan utang bisnis. Pengertian ini sering diakibatkan oleh perbedaan tujuan pembahasan, dimana akuntansi lebih terkait dengan masalah adaministrasi dan hukum, sedangkan manajemen dengan masalah efesiensi. Terlepas dari perbedaan tersebut ada dua tipe modal yaitu:

1. Modal adalah modal berasal dari luar usaha yang tertanam di dalam perusahaan untuk jangka waktu tertentu lamanya, contoh seperti pinjaman.

2. Modal sendiri ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.

Modal dapat berasal dari pendapatan usaha (keuntungan) Perusahaan.

(Firdaus 2009 :10-16).

Peroganisasian modal merupakan penyusunan anggaran yang digunakan dalam usaha PerajinKerupuk.Pengorganisasian modal bertujuan untuk mengetahui jumlah biaya yang dibutuhkan mulai dari persiapan hingga usaha berjalan dan menghasilkan produk. Penyusunan anggaran akan mempermudah Pengrajin Kerupuk atau pengusaha dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Besarnya biaya yang digunakan dalam kegiatan produksi akan mempengaruhi harga jual produk yang dihasilkan. Namun modal digunakan ketika memulai usaha dan saat usaha berjalan. Modal yang digunakan saat memulai usaha disebut modal awal (investasi), sedangkan modal yang digunakan saat usaha berlasung disebut sebagai biaya operasional produksi (Rihardi dan Hartono 2003.: 46-47).

(31)

14

Harrod dalam Amalia (2007:14) mengemukakan peranan modal mempunyai fungsi ganda yaitu:

1. Meningkatkan kapasitas produksi 2. Meningkatkan daya beli.

Sedangkan tujuan penanaman modal:

1. Untuk mengganti alat-alat modal yang tidak dapat digunakan lagi.

2. Untuk memperbesar jumlah alat modal yang tersedia dalam masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal adalah sebagai kekayaan bersih atau ekuitas pemilik dalam bisnis, namun modal menjadi sumber yang harus digunakan, seperti jumlah modal kerja yang dimiliki sangat menentukan skala usaha. Dalam permodalan biaya investasi dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk yang nilainya tetap, meskipun total produknya berubah ini menjadikan penerapan modal yang penting dalam usaha industri Kerupuk Sagu.

E. Tenaga Kerja

Lewis mengemukakan dalam Sukrino (2006, :197) ialah negara berkembang terdapat tenaga kerja yang lebih, akan tetapi sebaliknya menghadapi masalah kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan sangat terbatas. Dilanjutkan bahwa, kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung yang dapat dialihkan dan digunakan sektor lain tanpa mengurangi produksi, dengan demikian dapat kita dilihat bahwa hambatan pembangunan yang terutama adalah kekurangan modal dan kekayaan alam terbatas.

Tenaga kerja perlu kita ketahui dimana “dari segi kuantitas, tenaga kerja bukanlah suatu hal yang sulit, untuk mendapatkan tenaga kerja yang baik dan

(32)

bertanggung jawab, diperlukan proses seleksi agar tenaga kerja memiliki jalur karir sendiri. Dalam proses seleksi tenaga kerja, perlu diperhatikan beberapa faktor, seperti tingkat pendidikan, pengalaman, keterampilah, kondisi fisik, dan jenis kelamin. Pengelolaan tenaga kerja juga perlu diperhatikan dengan jumlah karena. “kekurangan tenaga kerja dari segi jumlah akan dapat menghambat proses tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi sangat penting untuk menjamin agar penempatan tenaga kerja yang direkrut sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan dalam suatu jenis pekerjaan” (Sa’id dan Intan 2004, h. 44)

Melihat tenaga kerja ini, perlunya proses seleksi dalam hal prilaku dan pengetahuannya, dan pengelolaan tenaga kerja juga perlu memperhatikan kuantitas atau jumlah tenaga kerja agar dapat menciptakan produksi yang seimbang dalam menentukan permintaan terhadap konsumen.

F. Pasar dan Pemasaran

Menurut Kotler dalam Sa’id dan Intan (2004, h. 59) pemasaran ialah sejumlah kegiatan bisnis yang ditunjukan untuk memberikan kepuasan dari barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai. Hal ini dapat kita lihat dari usaha produksi sangat perlu pemasaran yang bertujuan meningkatkan pendapatan yang diperoleh.

Upaya melihat suatu pengembangan pasar dimana dapat dipastikan dengan informasi yang jelas tetang pasar lebih lanjut “dimana permintaan pasar yang selalu memacu pada jumlah penjual, sedangkan jumlah konsumen biasanya diasumsikan banyak. Secara umum efek subtitusi lebih besar disbanding dengan efek pendapatan”. Hal ini merupakan karakteristik permintaan suatu produk oleh seorang konsumen, dimana penjumlahan permintaan semua individu (Sunaryo 2001 :. 59).

(33)

16

Uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa kekuatan pasar yang memberikan dampak terhadap perputaran modal yang berlangsungnya dengan tingkat permintaan terhadap hasil produksi. Sedangkan pemasaran suatu produk hasil industri tergantung pada besar/kecil nya modal yang menjadi aset usahanya.

G. Kerupuk Sagu

Kerupuk sagu merupakan salah satu usaha industri sekelompok masyarakat di Desa Purwosari Kabupaten Luwu timur. Kerupuk sagu terdiri dari dua kata yaitu kerupuk dan sagu. Kerupuk merupakan jenis makanan ringan yang suka dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan sagu adalah tepung atau olahan yang diperoleh dari pemrosesan batang pohon sagu.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk sagu yaitu sebagai berikut:

1. Tepung sagu / tapioca 2. Garam

3. Penyedap rasa 4. Air

5. Bawang putih, dan 6. Minyak goreng.

Sedangkan proses pembuatan yaitu sebagai berikut:

1. Adukkan semua adonannya beserta seluruh bahan-bahannya

2. Setelah itu, adonandikukus dalam panic berukuran besar sampai matang 3. Proses selanjutnya adonan yang sudah matang dimasukkan ke dalam

tempat dan siap untuk dibentuk

(34)

4. Potong tipis-tipis adonan yang sudah matang 5. Hasilnya akan dijemur sampai kering

6. Setelah mengering, akan dilanjutkan dengan proses menggoreng dan kerupuk sagu siap untuk dipasarkan.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk sagu serta cara dalam pembuatan kerupuk sagu yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin usaha kerupuk sagu, terutama masyat Desa Purwosari, Kebupaten Luwu timur.

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.

1. Home industry

Home industri adalah usaha di rumah adalah tempat tinggal yang merangkap tempat usaha, baik itu berupa usaha jasa, kantor hingga perdagangan. Semula pelaku home industry yang mempunyai desain ini adalah kalangan enterpreneur dan profesional, yang sekarang mulai meluas pada kalangan umum.

2. Modal Kerja

(35)

18

Modal kerja adalah modal yang digunakan oleh perusahaan sebagai biaya operasi perusahaan yang perputaran kasnya kurang sari satu tahun melalui hasil penjualan produksinya.

3. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk di mana bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari bentuk barang).

4. Hasil Produksi Industri Kerupuk Sagu

Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang dan jasa, atau dapat diartikan juga sebagai suatu kegiatan atau proses yang menstranspormasikan masukan (input) menjadi hasilkeluaran (output).

5. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu system total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

6. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan.

7. Meningkat

Meningkat adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.

(36)

8. Hasil

Hasil adalah sebuah pendapatan atau perolehan yang didapatkan dari usaha yang dilakukan.

Gambar.2.1 : Kerangka Konsep Penelitian

Home Industri pengelolaan kerupuk sagu di Desa Purwosari kabupaten Luwu Timur, yang dibutuhkan untuk menjalankan home industri tersebut adalah modal awal dan tenaga kerja. Modal awal digunakan untuk membiayai bahan- bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kerupuk sagu, sedangkan tenaga kerja ini nantinya akan memproduksi kerupuk sagu. Setelah kerupuk sagu jadi, hasil produksi kerupuk sagu kemudian dikemas untuk dipasarkan dan dikirim ke distributor langganan untuk dipasarkan. Dari hasil pemasaran kerupuk sagu nantinya, akan dianalisis pendapatannya apakah meningkat atau tidak meningkat dalam hal ini untung dan rugi.

Pendapatan

Pendapatan

Pendapatan

Home Industri di Desa Purwosari Kabupaten Luwu

Timur Modal Awal

( Pemasaran

Tenaga kerja

Hasil Produksi

Analisis

Hasil

(37)

20

I. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari penelitian yang sifatnya masih praduga. Hipotesis pada penelitian ini adalah pendapatan dari pengelolaan kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur mengalami peningkatan dan dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi mereka yang mempunyai usaha home industry di bidang pengeloaan kerupuk sagu. Hipotesis ini adalah hipotesis alternatif. Karena hasil penelitian mengalami peningkatan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima pada penelitian ini.

(38)

21

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam wawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2005 : 3). Metode kualitatif sebagai suatu prosedur penelitian yang bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan- perubahan yang lebih mendasar, menarik dan unik yang bermakna ketika proses penelitian berjalan (Bungin 2007 : 39) atau metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati sesuai dengan realita yang di dapat dilapangan.

Penelitian kualitatif juga lebih banyak mementingkan segi “proses”

daripada “hasil”. Hal ini disebabkan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses penelitian kualitatif supaya dapat menghasilkan temuan yang benar-benar bermanfaat memerlukan perhatian yang serius terhadap berbagai hal yang dipandang perlu.

B. Fokus Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang terdapat pada suatu tempat. Menurut Sugiyono (2012:80). Populasi adalah wilyah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

(39)

22

yang berbeda-beda. Populasi penelitian ini adalah seluruh industri kerupuk yang ada di Desa Purwosari, adapun jenis kerupuk yang ada di beberapa Dusun di Desa Purwosari adalah kerupuk ubi, kerupuk kulit dan kerupuk sagu.

2. Sampel

Sampel terdiri dari 5 home industry yang ada di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur, sampel pada penelitian ini adalah home industry pengelolaan kerupuk sagu.

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian 1. Lokasi

Lokasi adalah tempat dimana penelitian dilakukan, karena dengan ditetapkan lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Penelitian dilaksanakan di Desa Purwosari, lorong 06, Kecamatan Tomoni Timur, Kabupaten Luwu Timur.

2. Situs Penelitian

Situs Penelitian adalah suatu tempat dimana peneliti menangkap keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan. Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam bab terdahulu, maka penetapan situs penelitian adalah Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sekelompok masyarakat atau rumah tangga keluarga yang melakukan usaha industri pembuatan kerupuksagu

(40)

yang berada di desa Purwosari kecamatan Tomoni, kabupaten Luwu Timur dengan sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh dari tempat penelitian dilaksanakan.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2018:166) Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Instrumen merupakan alat yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrument utaman dan beberapa daftar pertanyaan wawancara, serta kuesinoer dengan menggunakan alat rekam berupa handphone.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data-data yang akurat, sehingga teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan. Teknik pengumpulan data adalah salah satu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, Adapun beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian terpenting dalam proses penelitian.

Analisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif yaitu dengan menghitung rata-rata pendapatan, dan mentabulasi data. Analisis data untuk

(41)

24

mengetahui analisis pendapatan usaha home industri kerupuk di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui penerimaan usaha kerupuk raya digunakan rumus Total Penerimaan (TR) = Q x P (Soekartawi, 2003, h. 57-58)

Dimana :

TR =Total Revenue/penerimaan (Rp/Bln) Q =Jumlah Produksi Perbulan (unit) P =Harga (Rupiah)

b. Untuk mengetahui pendapatan atau keuntungan usaha Kerupuk raya digunakan rumus:

Pd = TR - TC (Soekartawi, 2003, h. 57-58) Dimana :

Pd = Total Pendapatan yang diperoleh Pengusaha Kerupuk (Rp/Bln) TR = Total Revenue/Penerimaan yang diperoleh Pegusaha (Rp/Bln) TC = Total Cost/Biaya yang dikeluarkan Pengusaha Kerupuk (Rp/Bln.

(42)

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa purwosari adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Luwu Timur Provinsi Sulawesi Selatan.Jumlah penduduknya mencapai 3.133 jiwa.

Setelah pengumpulan data yang berupa data usaha kerupuk sagu, Desa Purwosari terdiri atas dua dusun yaitu dusun Hargosari dan dusun Hargomulyo dari data tersebut jumlah sampel yang diambil oleh peneliti adalah sebanyak 5 orang yang diperoleh melalui data primer. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui analisis kelayakan usaha kerupuk sagu sebagai home industry di Dusun Hargosari dan Dusun Hargomulyo Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

1. Letak Geografis dan Luas Daerah

Desa Purwosari terbagi atas 2 dusun/kelurahan.Dilihat dari topografi wilayahnya, desa ini berada pada ketinggian 7 m dari permukaan laut.

Sebagian besar rumah penduduk berada di kawasan persawahan.

Adapun batas-batas dari Desa Purwosari adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kertoraharjo

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mulyasri c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bangun Jaya d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Agung

Berdasarkan kondisi geografis Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur maka sebagian besar kondisi wilayah daerah tersebut adalah daratan.

(43)

26

Kondisi ini merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki wilayah tersebut dalam membangun sektor industri, termasuk subsector usaha keupuk sagu.

2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk suatu wilayah merupakan salah satu keuntungan yang di miliki wilayah tersebut, jika penduduk di wilayah tersebut memiliki kualitas yang baik. Penduduk satu wilayah merupakan sumber daya yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah. Oleh karena itu peningkatan kualitas penduduk suatu wilayah sangat penting dilakukan melalui peningkatan pendidikan maupun pengetahuan serta keterampilan.

3. Iklim

keadaan iklim sangat mempengaruhi proses pengolahan usaha industri kerupuk sagu karena iklim adalah kebutuhan yang berkaitan dengan penjemuran. Desa Purwosari suhu udara sepanjang bulan 2015-2019 terus mengalami perubahan perubahan yaitu 23,6 meningkat menjadi 26,7 sementara curah hujan di Desa Purwosari mencapai 418,6 – 323,1 Mm.

sedangkan hari hujan di Desa Purwosari perbulan mencapai 18,1-7 hari dengan kelebatan 86,9 persen. (Desa Purwosari 2019)

4. Keadaan Umum Responden

Umur dapat mempengaruhi kemampuan fisik dan pola piker pengusaha kerupuk sagu dalam mengelola usahanya. Kisaran umur responden yang di teliti berkisar antara 25 tahun sampai dengan 50 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha Kerupuk Sagu merupakan angkatan kerja yang tergolong produktif. Sedangkan tingkat pendidikan merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi nilai produksi. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana orang melihat potensi

(44)

usaha, bagaimana dapat berfikir, mengefisienkan tenaga kerja serta biaya untuk memperoleh hasil yang maksimal, pengolahan usaha Kerupuk Sagu menunjukkan bahwa perempuan lebih efisien. Untuk kisaran umur, pendidikan dan jenis kelamin responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1berikut ini.

Tabel 4.1

Klasifikasi responden menurut kelompok umur, pendidikan dan jenis kelamin di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

No Umur

(tahun)

Pemilik

Usaha Pendidikan Jenis Kelamin

1. 25 – 30 1 SMA / Sederajat Perempuan

2. 31 – 35 - - -

3. 36 -39 2 SMP / Sederajat Perempuan

4. 40 – 45 1 SD / Sederajat Perempuan

5. 46 – 50 1 SMP / Sederajat Perempuan

Jumlah 5

Sumber : Data primer setelah diolah,2019

Pada tabel. 4.1 Menunjukkan bahwa kelompok umur dalam melakukan usaha terdiri dari umur 25 – 30 dengan jumlah 1 orang dengan tingkat pendidikan SMA dan berjenis kelamin perempuan, untuk umur 36 – 39 mencapai 2 orang dengan tingkat pendidikan SMP dan berjenis kelamin perempuan dengan tingkat pendidikan SMP, untuk umur 40 – 45 berjumlah 1 orang dengan tingkat pendidikan SD dan berjenis kelamin perempuan, untuk umur 46 – 50 juga berjumlah 1 orang dengan tingkat pendidikan SMP dan berjenis kelamin perempuan. Dari penjelasan diatas berarti pengusaha Kerupuk Sagu masih berada pada usia produktif untuk menjalankan usaha atau pekerjaannya.

(45)

28

5. Karakteristik Pengelola

Karakteristik pengelola merupakan keadaan atau gambaran umum pengelola yang ada di daerah penelitian, yang meliputi umur, pendidikan, pengalaman berpengelola dan tanggungan pengelola. Karakteristik dan faktor fisik lainnya berpengaruh terhadap kemampuan kerja pengelola dalam meningkatkan produksi. Karakteristik pengelola juga mencerminkan kemampuan dalam berpikir dan kecepatan dalam mengambil kebijaksanaan sehubungan dengan kegiatan home industrinya seperti usaha penerapan teknologi baru yang akan diterapkan pengelola.

Karakteristik pengelola merupakan gambaran pengelola terhadap kemampuan pengelola dalam suatu usaha yang ditekuni, kemampuan pengelola di cerminkan dari karakteristik pengelola tersebut yang meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman. Umur pengelola industri akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan biasanya umur yang relatif muda maka akan mampu menghasilkan produksi yang lebih banyak sedangkan semakin tua umur pengelola maka akan semakin banyak hambatan yang dimiliki oleh pengelola tersebut sehingga produksi akan semakin sedikit. Pendidikan juga merupakan hal terpenting pada pengelola home industri dimana semakin tinggi pendidikan pengelola home industri akan semakin mampu memanajemen usahanya tersebut, untuk jumlah tanggungan merupakan jumlah tanggungan pada usia produktif dimana diharapkan jumlah tanggungan dapat membantu dari home industri dari skala tersebut. Pengalaman merupakan hal yang terpenting dalam perjalanan home industri dimana seiring waktu berjalan diharapkan pemilik dapat memahami dan menjalankan usahanya untuk lebih bagus kedepannya

(46)

berdasarkan pengalaman yang dialami sebelumnya, sehingga semakin lama pengalaman pemilik home industri maka akan semakin baik juga proses pengolahan kerupuk sagu.

6. Pengalaman Usaha

Pengusaha Kerupuk Sagu yang memiliki pengalaman yang lebih tentunya akan memberikan performa dan kemampuan kerja yang lebih baik.

Pengalaman seseorang dapat mendorong munculnya keterampilan sebab semakin lama seseorang bekerja maka cenderung pengusaha Kerupuk Sagu semakin terampil dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pengalaman dapat diperoleh dari lama kerja seiring dengan lamanya seseorang berada dalam pekerjaan tersebut. Dengan demikian tingkat keberhasilan dapat semakin besar karena pengalaman adalah guru yang paling baik, serta kesalahan- kesalahan yang mungkin terjadi dalam usaha akan semakin di hindari. untuk lebih jelasnya pengalaman usaha atau pengalaman dalam mengelolah usaha Kerupuk Sagu dapat dilihat pada Tabel. 4.2.

Tabel 4.2

Klasifikasi pengalaman usaha responden pengusaha Kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur

No. Pengalaman Usaha (Tahun)

Jumlah (Unit)

Presentase (%)

1. 1 – 4 1 34

2. 5 – 10 1 34

3. 10 – 15 1 34

4. - - 00

5. 15 – 25 2 66

Jumlah 5 168

Sumber : Data primer setelah diolah (2019)

(47)

30

Berdasarkan tabel 4.2 diatas responden yang memiliki pengalaman usaha Kerupuk Sagu cukup bervariasi yaitu pengalaman 1- 4 tahun sebanyak 1 orang atau 34%, pengalaman 5 -10 tahun sebanyak 1 orang atau 34 %, pengalaman 10 – 5 tahun sebanyak 1 orang atau 34 % dan pengalaman 15 – 25 tahun yaitu sebanyak 2 orang atau 66 %. Hal ini memperlihatkan bahwa rata-rata pengusaha Kerupuk Sagu di Desa Purwosari masih berusia muda dalam menjalankan usahanya.

B. Penerimaan Usaha pada Home industry pengelolaan kerupuk sagu Usaha home industry Kerupuk Sagu merupakan salah satu usaha makanan ringan yang mana tujuan alternatifnya adalah meningkatkan produksi dan sekaligus meningkatkan pendapatan usaha. Menurut Soekartawi, dalam (Siti Hajar 2011 : 33) menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Nilai produksi kerupuk akhir bulan dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3

Tingkat Penerimaan Nilai Produksi Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

No. Nama Dusun

Jumlah Produksi Perbulan (Bungkusan)

Harga Produksi

Penerimaan Total Produksi

1. Hargosari 15.000 1.000 15.000.000

2. Hargomulyo 18.500 1.000 18.500.000

Sumber : Data Primer setelah diolah ( 2019 )

(48)

1. Nilai Produksi

Pada Tabel 4.3 Dapat dilihat bahwa jumlah penerimaan dari usaha Kerupuk Sagu yang didapatkan dari nilai produksi akhir bulan terbesar yaitu pada Dusun Hargosari dengan skala 15.000 bungkus dengan nilai penerimaan sebesar Rp.15.000.000 / bulan. Sedangkan untuk Dusun Hargomulyo mencapai skala 18.500 dengan nilai penerimaan Rp.

18.000.000 / bulan. Nilai akhir bulan merupakan nilai produksi Kerupuk Sagu yang diperoleh, dalam penelitian untuk mengetahui besarnya penerimaan tergantung pada jumlah produksi kerupuk di akhir bulan.

2. Harga Produksi

Harga produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual satu bungkusan produksi, sedangkan harga kerupuk sagu dalam satu bungkusan sebesar Rp. 10.000 dengan jumlah volume 4 potongan kerupuk.

3. Biaya Produksi

Biaya produksi pada usaha Kerupuk Sagu merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha produksi Kerupuk Sagu selama satu bulan. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh usaha industri Kerupuk Sagu di Desa Purwosari tepatnya di Dusun Hargosari dan Dusun Hargomulyo, dalam kegiatan usahanya dibagi dalam dua macam biaya yaitu biaya tetap dan biaya variable.

4. Biaya Tetap

Biaya tetap dalam penelitian ini terdiri dari upah/gaji dan biaya penyusutan peralatan ialah merupakan biaya yang dikeluarkan oleh industri kerupuk sagu yang sifat tetap tidak tergantung dari besar kecilnya

(49)

32

produksi. Biaya tetap umumnya di definisikan sebagai biaya yang relative tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha kerupuk sagu adalah besar masing-masing komponen biaya tetap dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Rata-rata Biaya Tetap Usaha Industri Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

No. Nama Dusun

Jumlah Tenaga Kerja

Upah Tenaga (Bulan)

Biaya Penyusutan

(5 Tahun)

Biaya Tetap (Rp)

1. Hargosari 7 2.100.000 130.000 2.230.000

2. Hargomulyo 14 4,200.000 80.000 4.280.000

Sumber : Data primer setelah diolah (2019)

Pada tabel 5, terlihat bahwa pada upah yang dikeluarkan di Dusun Hargosari dalam usaha kerupuk sagu yang terbesar yaitu pada skala tenaga kerja 7 orang dengan biaya gaji sebesar Rp.2.100.000/bulan.

Sedangkan untuk Dusun Hargomulyo dengan biaya gaji Rp.4.200.000/bulan.Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan disebabkan oleh pembiayaan tenaga kerja dan penyediaan peralatan produksi.

Menurut Supriati (Pengusaha Kerupuk). “Peralatan yang digunakan dalam usaha kerupuk sagu adalah mixer, blender, kuali, sendok dan pencetak, sedang jumlah perawatan yang digunakan pada usahanya sesuai dengan besar tenaga kerja yang dimiliki, semakin besar tenaga kerja dalam usaha yang dimiliki, semakin besar tenaga kerja yang dimiliki maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan begitu pula sebaliknya”.

(50)

5. Biaya Variabel

Biaya variabel dalam penelitian adalah biaya produksi biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai jumlah produksinya sehingga besar kecilnya biaya variabel akan ditentukan oleh skala besar kecilnya usaha dan produksi yang dihasilkan. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh responden pada usaha kerupuk sagu di Desa Purwosari dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5

Rata-rata Biaya Variabel Usaha industri Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

No.

Nama Dusun

Tepung Sagu (Rp)

Minyak Goreng (Rp)

Pembungkus (Rp)

Biaya Variabel (Rp)

1. Hargosari 1.500.000 253.000 40.000 1.793.000 2. Hargomulyo 2.400.000 506.000 60.000 2.966.000

Sumber : Data primer setelah diolah (2019) 6. Total Biaya Usaha Kerupuk Sagu

Total biaya merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh industri kerupuk sagu dalam proses usahanya.

Adapun total biaya yang dikeluarkan pada usaha kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(51)

34

Tabel 4.6

Total Biaya Pada Usaha Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur

No.

Jumlah Produksi (Bungkusan)

Biaya Variabel

(Rp)

Biaya Tetap (Rp)

Total Biaya (Rp)

1. 3600 7.400.000 10.000.000 17.400.000

2. 1500 6.000.000 9.000.000 15.000.000

3. 5000 8.000.000 12.000.000 20.000.000

4. 1500 6.000.000 9.000.000 15.000.000

5. 3700 7.700.000 10.500.000 18.200.000

Sumber : Data primer setelah diolah, 2019

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa total biaya produksi pada usaha Kerupuk Sagu terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan komponen biaya yang terbesar yang dikeluarkan oleh industry kerupuk sagu dalam usahanya. Total biaya produksi yang dikeluarkan paling tinggi dalam usaha industri kerupuk sagu pada skala produksi 3600 bungkusan dengan biaya produksi total sebesar Rp.

7.400.000/bulan dan paling sedikit pada skala produksi 1500 bungkusan dengan biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.6.000.000/bulan, biaya produksi dalam usaha industry kerupuk besar kecilnya biaya total sangat dipengaruhi oleh hasil produksi yang dihasilkan.

Hal ini sesuai dengan pendapat (Noor, 2010 : 67, dalam Siti hajar 2011 :37) bahwa produksi barang dan jasa yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu pendapatan laba. Laba yang didapatkan dari perusahaan berasal dari selisih antara pendapatan

(52)

dengan biaya. Oleh karena itu pertimbangan utama atau parameter utama dalam melakukan produksi adalah pendapatan yang akan diterima perusahaan dan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produksi tersebut.

C. Pendapatan Usaha Dalam Home industry Kerupuk Sagu

Pendapatan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam melakukan suatu usaha. Besar penerimaan usaha industri kerupuk sagu yang diperoleh dari hasil produksi kerupuk dikurangi total biaya yang dikeluarkan selama satu bulan. Adapun besarnya penerimaan/pendapatan industri kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Pendapatan Produksi, Biaya Total dan Pendapatan pada Kerupuk Sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur

No. Nama

Pendapatan Produksi (Rp)

Total Biaya (Rp)

Penerimaan/

Pendapatan (Rp)

Penerimaan

%

1. Supriati 10.000.000 5.000.000 15.000.000 18,9

2. Astuti 9.000.000 5.000.000 14.000.000 17,7

3. Mardiana 12.000.000 7.000.000 19.000.000 24,0 4. Rosmiatai 9.000.000 5.500.000 14.500.000 18,3 5. Mulyani 10.500.000 6.000.000 16.500.000 20,8

Jumlah Pendapatan 79.000.000 99,7

Sumber : Data primer setelah diolah, 2019

Pada tabel 4.7. Dapat dilihat bahwa pendapatan tertinggi pada usaha yang skala nilai produksi mencapai Rp. 10.000.000 dikurangi biaya total hingga penerimaan/pendapatan usaha industri kerupuk sagu mencapai Rp. 15.000.000

(53)

36

atau 18,9. Sedangkan pendapatan terkecil pada skala produksi Rp.9.000.000 dikurangi dengan biaya total sebesar Rp.5000.000 per bulan hingga penerimaan/pendapatan usaha sebesar Rp.14.000.000 perbulan atau mencapai 17,7.

D. Pembahasan

Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pendapatan yang diperoleh pada usaha Home Industry pengelolaan kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur. Untuk memenuhi tujuan tersebut telah dilakukan penelitian terhadap 5 responden yang dijadikan sampel.

Berdasarkan hasil pendapatan produksi, biaya total dan pendapatan yang diperoleh para pengelola kerupuk sagu yang dipaparkan pada tabel 4.7, pendapatan usaha home industry ini bernilai positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan para pengusaha home industry kerupuk sagu yang ada di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur. Penerimaan tenaga kerja secara tidak langsung telah meningkatkan pendapatan masyarakat yang ada di Desa Purwosari dan tentunya pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan nilai konsumsi dan jumlah tabungan pemilik usaha dan karyawan yang nantinya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dapat dilihat bahwa pendapatan tertinggi pada usaha yang skala nilai produksi mencapai Rp. 10.000.000 dikurangi biaya total hingga penerimaan/pendapatan usaha industri kerupuk sagu mencapai Rp. 15.000.000 atau 18,9. Sedangkan pendapatan terkecil pada skala produksi Rp.9.000.000 dikurangi dengan biaya total sebesar Rp.5000.000 per bulan hingga penerimaan/pendapatan usaha sebesar Rp.14.000.000 perbulan atau mencapai 17,7.

(54)

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pendapatan dan produksi dari usaha Kerupuk Sagu yang didapatkan dari nilai produksi akhir bulan terbesar yaitu pada skala produksi 3700 bungkus dengan nilai harga terbesar Rp.10.500.000/ bulan dan terkecil pada skala produksi 1500 bungkus mencapai nilai harga sebesar Rp.9.000.000/bulan.

Berdasarkan perhitungan biaya tetap dan biaya variabel yang tertinggi adalah pada skala tenaga kerja 14 orang dengan biaya tetap sebesar Rp.

8.000.000/ bulan, sedangkan biaya variabel yaitu Rp. 12.000.000/bulan. Hal ini karena nilai produksi kerupuk sagu awal bulan tergantung pada banyaknya jumlah produksi dan tingkat pendapatan usaha.

Total biaya produksi yang dikeluarkan paling tinggi dalam usaha industry kerupuk sagu adalah pada skala produksi 3600 bungkusan dengan biaya produksi total sebesar Rp. 17.400.000 / bulan dan paling sedikit 1500 bungkusan dengan biaya total yang dikeluarkan Rp.9.000.000/bulan. Pendapatan total usaha industri kerupuk sagu tertinggi pada skala produksi mencapai Rp.

17.400.000 dikurangi biaya total hingga penerimaan/laba industri kerupuk sagu mencapai Rp. 16.500.000 atau 20,8 persen.

Hasil perhitungan regresi tersebut telah menunjukkan konsistensi terhadap teori yang dikemukakan oleh Keynes dalam Mankiew (2013), bahwa peningkatan pendapatan akan berdampak terhadap tingginya konsumsi dan tabungan masyarakat, peningkatan pendapatan pengusaha pada gilirannya akan berdampak terhadap tingginnya akumulasi modal sehingga modal usaha akan ikut meningkat seiring dengan peningkatan pendapatan usaha begitu pula sebaliknya. Sejalan dengan penelitian Siti hajar (2011) mengenai pendapatan pengusaha kerupuk sagu di Desa Purwosari Kabupaten Luwu Timur.

(55)

38

E. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Ibu Supriati salah satu pemilik Home Industry di Dusun Hargosari :

Peneliti : Mulai tahun berapa ibu memulai usaha home industry kerupuk ini bu?

Ibu Supriati : Saya mulai jualan kerupuk ini dari waktu anak saya masih kecil, itu pada tahun 1997 saya mulai berjualan kerupuk sagu ini, kalau home industry sendiri dia sudah ada sejak tahun 1979, tetapi saya baru memulainya pada tahun 1997. saya menjual dari pasar ke pasar setiap subuh saya berangkatnya dik. Ntar pulangnya pagi gitu jam 9 kadang udah habis.

Peneliti : Bagaimana perkembangan usaha home industry selama ini bu?

Apakah sudah mencukupi kebutuhan sehari- hari?

Ibu Mulyani : Ya dik, Alhamdulillah penghasilan yang didapatkan selama ini bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan bisa menguliahkan anak-anak saya.

Peneliti : Bagaimanakah respon peminat terhadap kerupuk sagu ini bu?

Ibu Astuti : Untuk peminatnya Alhamdulillah banyak, apalagi para ibu kantin yang melayani anak sekolah, mereka bisa berlangganan dengan saya setiap harinya.

Peneliti : Apakah peminatnya hanya ada dikalangan remaja saja atau ada yang lain bu?

Ibu Mardiana : Untuk peminatnya banyak mbak, dari semua kalangan. Banyak juga yang memesan dan dijual kembali di daerahnya seperti di

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sedangkan, pada faktor kepala keluarga, umur wanita, umur laki-laki, tingkat partisipasi wanita, pendidikan wanita, pendidikan laki-laki, jumlah tanggungan, dan jarak rumah

bahwa sehubungan dengan diterbitkannya Surat Edaran Komisi Pemilihan Umum Nomor: 183/KPU/IV/2015 tentang Penjelasan Anggota PPK, PPS, dan KPPS belum pernah menjabat 2

PANITIA PENGADAAN BARANG / JASA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KAB.. Wahidin Sudirohusodo

Data tersebut menandakan bahwa cukup beralasan apabila terus dilakukan eksplorasi terhadap pengolahan jagung dan bagian-bagiannya sehingga jagung betul-betul dapat

Demikian untuk diketahui, Bagi yang merasa tidak puas dapat melakukan sanggah sesuai mekanisme dan jadwal yang telah ditentukaru atas perhatiannya diucapkan terima

Hasil reduksi catatan lapangan yang dikumpulkan peneliti ketika melakukan wawancara dengan informan mengenai peranan akuntansi forensik dalam mencocokkan utang

Ketika proyek rehabilitasi Aula SMAN 17 Makassar telah rampung, laporan pertanggungjawaban akan kami sampaikan kepada pihak SMAN 17 Makassar, Komite Sekolah SMAN 17

Kedai pesisir diharapkan dapat menstabilkan harga kebutuhan sehari-hari, karena dengan ditambahnya program SPDN maka diharapkan mampu mencapai efisiensi pengeluaran para nelayan