• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Onivia Sandra Pratiwi. Dosen Pembimbing: Dr. Endang Mardiati, M.Si., Ak. ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: Onivia Sandra Pratiwi. Dosen Pembimbing: Dr. Endang Mardiati, M.Si., Ak. ABSTRAK"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS DALAM MEMILIKI NOMOR

POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama Malang Utara)

Oleh:

Onivia Sandra Pratiwi Dosen Pembimbing:

Dr. Endang Mardiati, M.Si., Ak.

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang, Jawa Timur

ABSTRAK

NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Pene litian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji pengaruh sikap wajib pajak, pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak, kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Data penelitian diperoleh dari wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara dengan metode pengambilan sampel convenience sampling. Penelitian ini menggunakan metode survey kuesioner yang disebarkan secara daring dan secara langsung untuk mengumpulkan data responden. Data yang dapat diolah dalam penelitian ini adalah sebanyak 99 kuesioner atau 82,5% dari jumlah kuesioner yang disebarkan oleh peneliti.

Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap wajib pajak, pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak, kemanfaatan NPWP, dan kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP, sedangkan sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Kata kunci: Sikap Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, Kemanfaatan NPWP, Kualitas Pelayanan, Sanksi Pajak, NPWP.

(2)

PENDAHULUAN

Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu tujuan yang ingin dicapai pemerintah Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia sendiri dapat diwujudkan dengan menjalankan kegiatan pemerintahan yang baik, memperhatikan keadaan ekonomi penduduknya, serta melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan di segala bidang. Tentunya dengan di dukung oleh sumber pembiayaan yang memadai. Guna mewujudkan hal tersebut, pemerintah berkewajiban untuk memikirkan langkah dalam mendapatkan dana tanpa harus bergantung pada pihak ketiga. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan sumber penerimaan Negara sehingga akan mengurangi ketergantungan peminjaman dana dari luar negri.

Sumber penerimaan Negara tersebut dapat berasal dari penerimaan perpajakan maupun penerimaan bukan pajak. Presentase realisasi penerimaan Negara dari sektor pajak dan bukan pajak untuk tahun 2017 hingga tahun 2019 dapat ditampilkan pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1

Sumber Penerimaan Negara (dalam triliun rupiah)

Sumber :www.kemenkeu.go.id

Uraian 2017 2018 2019

PENERIMAAN PAJAK

Pajak Penghasilan 1.283,5 1.424,0 1.577,6

- Migas 41,8 38,1 66,2

- Non Migas 1.241,7 1.385,9 1.511,4

Kepabean dan Cukai 189,2 194,1 208,8

Jumlah Penerimaan Pajak 1.472,7 1.618,1 1.786,4 PENERIMAAN BUKAN PAJAK

Pendapatan SDA 95,6 103,7 190,8

Pendapatan BLU 38,5 43,3 47,9

Pendapatan dari KN dipisahkan

41,0 44,7 45,6

PNPB Lainnya 85,1 83,8 94,1

Jumlah Penerimaan Bukan Pajak

260,2 275,4 378,3

(3)

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa penerimaan negara yang berasal dari sektor perpajakan memberikan konstribusi yang lebih besar jika di bandingkan dengan penerimaan dari sektor lainnya. Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Sebagai salah satu sumber dana terbesar dalam struktur penerimaan Negara perlu dilakukannya peningkatan pada sektor perpajakan. Langkah awal yang sudah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak dimulai dengan adanya reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan dimulai dari adanya perubahan official assesment system ke self assessment system pada tahun 1984. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak (Resmi, 2014). Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak itu sendiri sehingga dalam self assessment system diperlukan kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak.

Kelemahan self assessment system yang memberikan kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak terutang, dalam praktiknya sulit berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan disalahgunakan (Puspawati, 2016). Hal ini dapat disebabkan karena wajib pajak sengaja berperilaku tidak patuh. Saat ini tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih menjadi permasalahan yang perlu diperhatikan. Hal tersebut dapat dilihat dari masih terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah wajib pajak terdaftar dengan jumlah wajib pajak potensial yang ada di Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak wajib pajak potensial yang belum terdaftar sebagai wajib pajak aktual dan tidak taat untuk membayar pajak. Seperti yang dilansir dalam (http://insight.kontan.co.id), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa jumlah Wajib Pajak orang pribadi saat ini telah mencapai 42,5 juta. Namun beliau melihat angka tersebut masih jauh dari potensinya. Jumlah pekerja di Indonesia mencapai sekitar 115 juta orang, Sri Mulyani berpendapat seharusnya minimal ada 90 juta orang wajib pajak terdaftar.

Ketidaktaatan dalam melaksanakan kewajiban pajak tidak hanya terjadi dalam lapisan pengusaha saja, tetapi juga terjadi pada wajib pajak orang pribadi

(4)

yang melakukan pekerjaan bebas. Wajib pajak pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terkait oleh suatu hubungan kerja (UU KUP, 2007). Setiap Wajib Pajak apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif berdasarkan ketentuan peraturan peundang-undangan wajib untuk mendaftarkan dirinya untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

NPWP ini berfungsi sebagai alat identitas wajib pajak dalam administrasi perpajakan, satu wajib pajak hanya mempunyai satu nomor NPWP yang berfungsi untuk menertibkan dan memudahkan wajib pajak untuk melakukan pembayaran dan pelaporan pajaknya (Halim dkk., 2016). Hal tersebut juga berlaku untuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas, jika memiliki penghasilan lebih dari PTKP wajib untuk memenuhi hak dan kewajiban pajaknya.

Namun pada kenyataannya tidak semua wajib pajak memiliki kesadaran untuk melaksanakan kewajiban perpajakan terutama dalam mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak untuk memperoleh NPWP, bahkan masih ada beberapa kasus wajib pajak yang patuh membayar dan melaporkan pajak tetapi belum memiliki NPWP, sehingga akan dikenakan sanksi berupa pemotongan pajak lebih besar 20%

dari penghasilan kena pajak. Hal tersebut terlihat dari masih terjadinya ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah pekerja di kota Malang dengan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara. Perbandingan pertumbuhan jumlah pekerja di Kota Malang dan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2

Perbandingan Jumlah Pekerja Bebas di Kota Malang dengan Wajib Pajak Pekerja Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama Malang Utara

Tahun 2017-2019 Tahun Jumlah Pekerja

Bebas di Kota Malang

Jumlah Wajib Pajak Pekerja Bebas yang Terdaftar di KPP Pratama

Malang Utara

2017 16.867 14.397

2018 18.970 15.798

2019 20.652 17.308

Sumber: BPS Kota Malang dan KPP Pratama Malang Utara, diolah (2021)

(5)

Berdasarkan tabel 1.2 tersebut menunjukan bahwa dari tahun 2017 hingga tahun 2019 terjadi kenaikan jumlah pekerja bebas yang cukup signifikan di Kota Malang dan diiringi pula dengan kenaikan jumlah wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Malang utara. Tetapi peningkatan jumlah wajib pajak pekerja bebas yang terdaftar di Kota Malang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah pekerja bebas yang ada di Kota Malang. Hal tersebut terlihat dari presentase kenaikan jumlah pekerja bebas yang ada di Kota Malang pada tahun 2017-2019 yaitu tingkat pertumbuhannya sebesar 22% pertahun. Sedangkan presentase kenaikan jumlah wajib pajak pekerja bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara pada rahun 2017-2019 tingkat pertumbuhannya lebih kecil yaitu hanya sebesar 20% pertahun. Oleh karena itu masih ada 2% wajib pajak potensial yang belum terdaftar dan belum memiliki NPWP. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kota Malang masih terdapat permasalahan kepatuhan Wajib Pajak terutama dari sektor pekerja bebas dalam memiliki NPWP.

Saat ini upaya peningkatan penerimaan perpajakan terus dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak di beberapa sektor diantaranya pekerjaan bebas. Salah satu langkah yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan penerimaan perpajakan tersebut adalah melalui penjaringan Wajib Pajak baru, kemudian Wajib Pajak baru yang sudah terdaftar tersebut nantinya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (Putri, 2012). Dikarenakan masih terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah peningkatan pekerja bebas yang ada dikota Malang dengan peningkatan wajib pajak pekerja bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara, maka penting untuk dikaji secara mendalam mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di wilayah kerja KPP Pratama Malang Utara dalam memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Terori atribusi, teori perilaku terencana, dan teori pembelajaran sosial menjadi dasar yang mendukung penelitian ini. Berdasarkan teori atribusi (attribution theory) kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan oleh pengaruh internal maupun eksternal, teori perilaku terencana (theory of planned behaviour) menjelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh keyakinan-

(6)

keyakinan yang dimilikinya, dan teori pembelajaran sosial (social learning theory) wajib pajak dapat belajar berperilaku patuh melalui pengamatan langsungnya.

Kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mendasarinya adalah sikap wajib pajak. Ditinjau dari segi pentingnya masalah sikap dalam kehidupan manusia sehari-hari baik yang berhubungan dengan tingkah laku atau perbuatan manusia, sikap merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola berfikir individu dalam kesehariannya khususnya dalam pengambilan keputusan. Saat suatu sikap telah terbentuk, maka sikap akan menentukan cara-cara berperilaku terhadap obyek tertentu. Berdasarkan dari pengertian sikap tersebut, sikap wajib pajak dapat diartikan sebagai pernyataan atau pertimbangan evaluatif dari wajib pajak, baik yang menguntungkan atau tak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. Apabila wajib pajak merasa keadilan wajib pajak sudah diterapkan kepada semua wajib pajak maka setiap wajib pajak akan cenderung untuk menjalankan kewajiban perpajakannya. Mintje (2016) dan Mahardika (2015) dalam penelitianya menyatakan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Faktor kedua yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah pengetahuan perpajakan, dari penelitian yang dilakukan oleh Mintje (2016) menjelaskan bahwa variabel pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam memiliki NPWP. Dikarenakan sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah self assessment system, variabel pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh Wajib Pajak sangat logis apabila dikaitkan dengan tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Adanya self assessment system pengetahuan yang cukup baik akan mempermudah Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak karena pengetahuan yang dimiliki individu akan menjadi landasan individu dalam bersikap dan bertindak berkaitan dengan pajak (Pradnyana & Astakoni, 2018). Dari pengetahuan yang dimilikinya tersebut individu akan mengetahui dengan benar hak dan kewajibannya dalam perpajakan, yang pada akhirnya hal itu akan mendorong kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.

(7)

Faktor kesadaran wajib pajak dipercaya sebagai fakor yang paling berpengaruh terhadap terhadap kepatuhan pajak, hal tersebut karena kesadaran merupakan unsur yang berasal dalam diri manusia yang digunakan untuk memahami realitas serta bagaimana cara bersikap dan bertindak terhadap realitas tersebut (Pradnyana & Astakoni, 2018). Adanya kesadaran membayar pajak pada individu akan menumbuhkan motivasi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.Wajib pajak yang memiliki kesadaran tinggi menganggap bahwa membayar pajak bukan suatu beban, tetapi suatu kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai warga Negara sehingga mereka dapat membayar pajaknya dengan sukarela. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Azizah dkk (2016) menyatakan bahwa terjadi koefisien positif diantara kesadaran wajib pajak dengan kemauan membayar pajak pada wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas. Hal tersebut konsisten dan sejalan dengan penilitian Mintje (2016) menyatakan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pemilik UMKM dalam memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP).

Faktor keempat adalah kemanfaatan NPWP. Teori atribusi berpendapat bahwa, persepsi wajib pajak dalam membuat keputusan tentang perilaku kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh penyebab internal yaitu kemanfaatan NPWP. Wajib pajak pribadi yang melakukan pekerjaan bebas mau mendaftarkan dirinya untuk memiliki NPWP dikarenakan faktor kebutuhan akan manfaat NPWP, dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung lainnya seperti sebagai pembayar pajak di muka (angsuran/kredit pajak) atas Fiskal Luar Negeri yang dibayar sewaktu wajib pajak ditolak ke Luar Negeri, sebagai persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Perdagangan (SIUP), dan sebagai salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bank (Resmi, 2011). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Wulandari (2019) dan Anggraeni (2017). Anggraeni (2017) menyatakan bahwa kemanfaatan NPWP berpengaruh postitif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Faktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memiliki NPWP adalah kualitas pelayanan. Kepatuhan wajib pajak dalam

(8)

memenuhi kewajiban pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan terbaik yang diberikan aparat pajak kepada wajib pajak. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertangungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus (Supadmi, 2009). Presepsi wajib pajak mengenai kualitas pelayanan dari aparat pajak akan mempengaruhi penilaian masing-masing wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam melaksanakan kewajiban pajaknya.

Apabila wajib pajak puas akan suatu pelayanan maka akan mendorong kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya kembali. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Wulandari (2019), Susmita dan Supadmi (2016) dan Azizah dkk (2016) menyatakan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Selain kelima faktor tersebut faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memiliki NPWP adalah sanksi pajak. Salah satu upaya pemerintah untuk mengikat wajib pajak akan tanggungjawabnya yaitu dengan diberlakukannya sanksi pajak yang tercantum dalam UU pasal 7 Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum perpajakan (KUP) yang terdiri atas sanksi administrasi dan sanksi pidana. Tujuan pemberlakuan sanksi pajak adalah untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Wulandari (2019), Susmita dan Supadmi (2016) yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Mintje (2016) dan Wulandari (2019). Penelitian Mintje (2016) meneliti mengenai pengaruh sikap, kesadaran, dan pengetahuan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pemilik (UMKM) dalam memiliki (NPWP) studi pada wajib pajak orang pribadi pemilik (UMKM) yang terdaftar di KPP Pratama Manado. Penelitian Wulandari (2019) meneliti mengenai analisis kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan, dan sanksi pajak serta pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Cibitung.

(9)

Perbedaan penelitian ini dengan Mintje (2016) dan Wulandari (2019) terdapat pada variabel independen yang digunakan, subjek penelitian. Penelitian Mintje (2016) menggunakan variabel independen sikap wajib pajak, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan perpajakan. Penelitian Wulandari (2019) menggunakan variabel independen kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan, dan sanksi pajak.

Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel sikap wajib pajak, pengetahuan perpajakan, kesadaran wajib pajak, kemanfaatan NPWP, kualitas pelayanan, dan sanksi pajak. Penelitian Mintje (2016) subjek penelitiannya adalah wajib pajak orang pribadi pemilik (UMKM) yang terdaftar di KPP Pratama Manado. Penelitian Wulandari (2019) subjek penelitiannya adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Cibitung, sedangkan penelitian ini subjek penelitiannya berfokus pada wajib pajak orang pribadi pekerja bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara. Meskipun sudah banyak penelitian yang meneliti tentang kepatuhan wajib pajak seperti beberapa penelitian yang sudah dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali dengan mengkombinasikan variabel-variabel yang digunakan oleh penelitian terdahulu, agar dapat mencerminkan faktor-faktor yang lebih lengkap mengenai variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memiliki NPWP di dasarkan atas fenomena yang terjadi di lingkungan para pekerja bebas.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya, apakah dengan subjek, sampel, periode, dan lokasi yang berbeda hasilnya akan konsisten dengan penelitian terdahulu. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas maka dilakukan penelitian dengan judul “DETERMINAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS DALAM MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara)”.

(10)

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Atribusi (Attribution Theory)

Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang.

Robbins dan Judge (2015) menyatakan bahwa teori atribusi menunjukan ketika individu mengamati perilaku seseorang, individu tersebut berupaya untuk menentukan apakah perilaku tersebut disebabkan secara internal atau eksternal.

Perilaku yang disebabkan secara internal merupakan perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi seorang individu dalam keadaan sadar, seperti ciri kepribadian, kesadaran serta kemampuan dan tidak dipengaruhi oleh hal lain.

Sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal merupakan perilaku yang dianggap sebagai akibat dari sebab-sebab luar, yaitu individu tersebut dianggap telah dipaksa berperilakudemikian karena suatu situasi, seperti adanya pengaruh sosial dari orang lain.

Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)

Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman yang langsung dilakukannya. Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa kita belajar dari interaksi kita dengan orang lain dalam konteks sosial. Secara terpisah, dengan mengamati perilaku orang lain, orang mengembbangkan perilaku serupa. Setelah mengamati perilaku orang lain, orang mengasimilasi dan meniru perilaku itu, terutama jika pengalaman pengamatan mereka positif atau termasuk imbalan yang terkait dengan perilaku yang diamati (Nabavi, 2016).

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Teori perilaku terencana menjelaskan bahwa perilaku yang dihasilkan oleh individu timbul karena adanya niat untuk berperilaku (Nurlis dan Kamil, 2015).

Teori perilaku terencana atau TPB didasarkan pada asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi-informasi yang mungkin

(11)

baginya secara sistematis. Teori perilaku terencana menjadi salah satu teori yang digunakan dalam mengukur perilaku atau sikap seseorang.

Definisi Nomor Pokok Wajib Pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) terdiri dari 15 digit, meliputi 9 digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.

Kewajiban Untuk Memperoleh NPWP

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 menyebutkan bahwa yang diwajibkan mendaftar dan mendapatkan NPWP adalah:

1. Wanita Kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan perjanjian pemisahan harta yang didasarkan keputusan hakim dikehendaki secara tertulis.

2. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai tempat usaha tersebut dibeberapa tempat.

3. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas, bila sampai dengan suatu bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun.

4. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat mengajukan untuk memperoleh NPWP.

DJP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila wajib pajak tidak melaksankan kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Hal ini sesuai dengan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

Definisi Pekerjaan Bebas

Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang

(12)

tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

Perumusan Hipotesis

Sikap merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola berfikir individu dalam kesehariannya khususnya dalam pengambilan keputusan. Saat suatu sikap telah terbentuk, maka sikap akan menentukan cara-cara berperilaku terhadap objek tertentu, hal ini menunjukan betapa pentingnya peran sikap tersebut. Sikap wajib pajak merupakan pernyataan atau pertimbangan evaluatif dari wajib pajak, baik yang menguntungkan atau yang tidak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. Berdasarkan Teori Atribusi, sikap wajib pajak merupakan faktor internal yang mempengaruhi presepsi wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Karena sikap wajib pajak secara sadar berada dibawah kendali pribadi wajib pajak.

Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial, sikap wajib pajak termasuk kedalam proses perhatian (attentional processes), yakni wajib pajak akan belajar dari objek yang mampu menarik perhatian orang lain, sehingga wajib pajak akan menaruh perhatian atas perlakuan dan tindakan dari objek tersebut. Berdasarkan teori perilaku terencana, sikap wajib pajak termasuk kedalam (behavior beliefs), yakni keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.

Dari keyakinan tersebut menghasilakan sikap positif maupun negatif. Apabila dalam pengamatan wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah diterapkan dengan baik kepada semua wajib pajak tanpa membedakan perlakuan antara wajib pajak badan dengan perorangan, wajib pajak besar dengan wajib pajak kecil, atau dalam artian bahwa wajib pajak telah diperlakukan secara adil, maka hal tersebut akan mempengaruhi sikap wajib pajak cenderung untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata lain akan menimbulkan kepatuhan dalam diri wajib pajak.

Pernyataan di atas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian- penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak didukung oleh penelitian Mintje (2016), Mahardika (2015), dan Ulfa & Ratnawati (2015). Penelitian Mintje (2016) menunjukkan

(13)

bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pemilik UMKM dalam memiliki NPWP. Penilitian Mahardika (2015) menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Singaraja. Penelitian Ulfa & Ratnawati (2015) menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Sikap wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakuakan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Pengetahuan perpajakan adalah kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang akan mereka bayar, maupun manfaat yang akan berguna bagi kehidupan mereka. Berdasarkan Teori Atribusi, pengetahuan perpajakan merupakan faktor internal yang mempengaruhi peresepsi wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. BerdasarkanTeori Pembelajaran Sosial, wajib pajak dapat dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya mengenai peran pengetahuan yang dimiliki wajib pajak tentang peraturan perpajakan dalam membantu wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Berdasarkan Teori Perilaku Terencana, pengetahuan perpajakan dikatagorikan dalam (control beliefs). Dengan berlakunya self assessment systemdi Indonesia, menuntut peran aktif Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Tanpa adanya pengetahuan yang memadai dari wajib pajak, maka Wajib Pajak akan kesulitan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pengetahuan wajib pajak juga bisa diukur dengan pendidikan terakhir wajib pajak, pendidikan pajak formal, pengetahuan tentang NPWP, pengetahuan tentang aturan NPWP, pengetahuan tentang manfaat pajak dan memiliki NPWP, dan pengetahuan tentang sanksi pajak.Wajib Pajak yang berpengetahuan tentang pajak, secara sadar diri akan patuh membayar pajak, karena mereka telah mengetahui bagaimana alur penerimaan pajak akan berjalan, hingga akhirnya manfaat membayar pajak tersebut dapat dirasakannya. Pengetahuan dan

(14)

wawasan tinggi dalam diri wajib pajak berdampak semakin tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak.

Pernyataan di atas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian- penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak didukung oleh penelitian Mintje (2016), Pradnyana & Astakoni (2018), dan Azizah dkk., (2016).Penelitian Mintje (2016) menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pemilik UMKM dalam memiliki NPWP. Penelitian Pradnyana & Astakoni (2018) menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Penelitian Azizah dkk., (2016) menunjukkan pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H2: Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakuakan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban kewajiban perpajakan.

Kesadaran wajib pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak telah mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban pajaknya dengan benar dan sukarela.Berdasarkan Teori Atribusi, kesadaran wajib pajak merupakan faktor internal yang mendorong wajib pajak untuk berperilaku patuh, hal itu disebabkan karena kesadaran wajib pajak secara sadar berada dibawah kendali pribadi wajib pajak dan tidak dipengaruhi oleh hal lain. Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial, wajib pajak akan belajar melalui pengalaman dan pengamatan langsungnya bagaimana distribusi pajak dilakukan. Berdasrakan Teori Perilaku Terencana, kesadaran wajib pajak dikatagorikan dalam behavior beliefs. Apabila dalam pengamatannya wajib pajak menyadari bahwa konstribusi pajak akan

(15)

membantu pembangunan negara, maka akan mendorong wajib pajak untuk patuh karena dirinya merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara termasuk dirinya. Hal tersebut akan menumbuhkan kesadaran dalam diri wajib pajak bahwa jika berperilaku patuh, berarti wajib pajak tersebut turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Negara.Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga meningkatkan kepatuhan.

Pernyataan di atas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian- penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak didukung oleh Mintje (2016), Pradnyana &

Astakoni (2018), Azizah dkk., (2016). Penelitian Mintje (2016) menunjukkan bahwa kesadaaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pemilik UMKM dalam memiliki NPWP. Penelitian Pradnyana & Astakoni (2018) menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak. Penelitian Azizah dkk., (2016) menunjukkan kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3:Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakuakan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Kemanfaatan NPWP merupakan kegunaan yang diperoleh wajib atas kepemilikan NPWP. Berdasarkan Teori Atribusi, kemanfaatan NPWP merupakan penyebab internal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Ketika dalam suatu kondisi secara sadar wajib pajak tersebut sangat memerlukan manfaat atas kepemilikan NPWP. BerdasarkanTeori Pembelajaran Sosial wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya atas manfaat yang telah diperoleh wajib pajak atas kepemilikan NPWP. Berdasarkan Teori Perilaku Terencana, kemanfaatan NPWP memiliki hubungan dengan sikap (behavior belief) ,yakni ketika wajib pajak merasa mendapatkan keuntungan dari suatu perilaku dan

(16)

dalam hal ini manfaat yang didapat atas kepemilikan NPWP maka akan mendorong wajib pajak untuk patuh dengan mendaftarakan dirinya untuk memiliki NPWP.

Apabila berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, wajib pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif berkewajiban untuk memiliki NPWP. Wajib pajak diharapakan dengan sadar dan sukarela untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Namun, Direktorat Jendral Pajak juga mempunyai kewenangan untuk memberikan NPWP secara jabatan bagi wajib pajak yang belum memiliki NPWP tetapi telah memenuhi syarat untuk memiliki NPWP.

Putri 2012 menyatakan bahwa wajib pajak akan patuh untuk mendaftarkan diri apabila memperoleh manfaat atas kepemilikan NPWP. Untuk itu kepemilikan NPWP harus dapat memberikan manfaat yang selaras dengan kepentingan wajib pajak, sehingga wajib pajak akan termotivasi untuk membayar dan melaporkan pajaknya dengan patuh dari pada wajib pajak yang tidak memiliki NPWP. Semakin banyak manfaat yang diperoleh wajib pajak atas kepemilikan NPWP, maka kepatuhan wajib pajak juga akan semakin meningkat.

Pernyataan di atas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian- penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak didukung oleh Wulandari (2019) dan Anggraeni (2017). Penelitian Wulandari (2019) menunjukkan bahwa kemanfaatan NPWP berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Anggraeni (2017) menunjukkan bahwa kemanfaatan NPWP berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4:Kemanfaatan NPWP berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakuakan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Kualitas pelayanan adalah segala bentuk pelayanan yang dilakukan oleh seseorang atau penyelenggara jasa secara maksimal dengan segala keunggulan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Berdasarkan teori atribusi, kualitas pelayanan merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan wajib

(17)

pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.Berdasarkan teori pembelajaran sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya mengenai bagaimana aparat pajak dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Berdasarkan Teori Perilaku Terencana, kualitas pelayanan yang baik berkaitan dengan norma subjektif (normative beliefs).

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan terbaik yang diberikan aparat pajak kepada wajib pajak.

Menurut Supadmi (2009) Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus- menerus. Apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak kurang baik dan tidak memenuhi atau melebihi harapan wajib pajak, hal tersebut dapat memberikan peluang bagi wajib pajak untuk tidak patuh dan cenderung untuk melakukan penghindaran terhadap kewajiban perpajakannya yang dimulai dengan tidak mendaftarakan dirinya sebagai wajib pajak. Semakin baik kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh aparat pajak maka wajib pajak akan merasa puas sehingga akan mendorong wajib pajak untuk berperilaku patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kualitas pelayanan pajak maka wajib pajak akan cenderung untuk tidak patuh.

Pernyataan di atas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian- penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak didukung oleh penelitian Wulandari (2019), Azizah dkk., (2016) dan Susmita &Supadmi (2016). Penelitian Wulandari (2019) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Azizah dkk., (2016) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan perpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Susmita & Supadmi (2016) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(18)

H5: Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakuakan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Sanksi perpajakan merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengikat wajib pajak akan tanggungjawabnya. Apabila kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi karena pajak mengandung unsur pemaksaan. Berdasarkan Teori Atribusi, sanksi perpajakan merupakan penyebab eksternal yang mempengaruhi presepsi seorang wajib pajak dalam membuat penilaian mengenai perilaku kepatuhan.Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial, wajib pajak dapat belajar melalui pengamatan dan pengalaman langsungnya melalui pemberian sanksi yang dikenakan aparat pajak kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan.

Berdasarkan Teori Perilaku Terencana, sanksi perpajakan dapat dikatagorikan dalam control beliefs. Penerapan sanksi pajak sendiri bertujuan untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak yang melanggar norma perpajakan sehingga tercipta kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Apabila dalam pengamatan wajib pajak, memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya, maka hal tersebut akan mendorong kepatuhan wajib pajak. Untuk itu pengenaan sanksi pajak secara tegas sangat dipelukan agar wajib pajak merasa enggan jika akan melakukan pelanggaran, dan memilih untuk berperilaku patuh.

Pernyataan di atas didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Penelitian- penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak didukung Wulandari (2019), Susmita& Supadmi (2016). Penelitian Wulandari (2019) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Susmita & Supadmi (2016) menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H6: Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakuakan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

(19)

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena pengukuran variabel dengan angka dan menggunakan analisis data dengan prosedur statistik.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini dapat diklarifikasikan sebagai penelitian eksplanatori (Explanatory research).

Explanatory research digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara

variabel melalui pengujian hipotesis.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak pekerja bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara pada tahun 2019 sejumlah 17.308. Proses pengambilan sampel dari populasi dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dalam metode pengambilan sampel berdasarkan kemudahan (convenience sampling). Convenience Sampling merupakan metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampel dari anggota populasi secara bebas sekehendak peneliti. Untuk menentukan jumlah sampel slovin peneliti menggunakan batas toleransi kesalahan (e) = 10%, sehingga jumlah sampel yang didapat yaitu 99 orang responden.

Variabel Operasional Penelitian

1. Variabel dependen dari penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas dalam memiliki NPWP. Indikator menurut Putri (2012) diantaranya :

a. Mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP secara sukarela.

b. Pemahaman terhadap ketentuan peraturan perpajakan.

c. Memiliki NPWP karena merupakan Wajib Pajak patuh.

2. Variabel independen dari penelitian ini antara lain:

a. Sikap Wajib Pajak. Sikap Wajib Pajak merupakan variabel bebas (X1). Item indikator menurut Kemala (2015) yang terdiri atas:

(20)

1. Sikap wajib pajak terhadap pelayanan pajak 2. Sikap wajib pajak terhadap sanksi pajak

3. Sikap wajib terhadap peraturan pajak yang berlaku 4. Sikap wajib pajak terhadap administrasi pajak

b. Pengetahuan Perpajakan. Pengetahuan Perpajakan merupakan variabel bebas (X2). Item indikator menurut Hartini (2018) yang terdiri atas:

1. Pengetahuan wajib pajak terhadap fungsi pajak 2. Pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan pajak

3. Pengetahuan wajib pajak terhadap pendaftaran sebagi wajib pajak 4. Pengetahuan wajib pajak terhadap tata cara pembayaran pajak 5. Pengetahuan pajak terhadap tarif pajak

c. Kesadaran Wajib Pajak. Kesadaran Wajib Pajak merupakan variabel bebas (X3). Item indikator berdasarkan Noviyani (2019) yang terdiri atas:

1. Dalam mendapatkan NPWP, Wajib Pajak mendaftarkan diri secara aktif dan mandiri ke KPP setempat.

2. Wajib Pajak mengambil sendiri formulir SPT Masa di KPP setempat.

3. Wajib Pajak menghitung dan menetapkan sendiri jumlah pajak penghasilan yang terutang melalui pengisian SPT tanpa bantuan fiskus.

4. Wajib Pajak menyetor dan melaporkan formulir SPT secara aktif dan mandiri serta tepat waktu tanpa harus ditagih oleh fiskus.

d. Kemanfaatan NPWP. Kemanfaatan NPWP merupakan variabel bebas (X4).

Item indikator kemanfaatan NPWP berdasarkan Ningsih dan Rahayu (2016) yang terdiri atas:

1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak.

2. Memudahkan pengurusan administrasi.

3. Memudahkan pelayanan pajak.

e. Kualitas Pelayanan. Kualitas Pelayanan merupakan variabel bebas (X5).

Item indikator kualitas pelayanan fiskus Noviyani (2019) yang terdiri atas:

1. Bukti langsung (tangibles)

(21)

2. Kehandalan (reliability)

3. Daya tanggap (responsiveness) 4. Jaminan (assurance)

5. Empati (emphaty)

f. Sanksi Pajak. Sanksi Pajak merupakan variabel bebas (X5). Item indikator tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sanksi berupa pemotongan tarif perpajakan yang lebih tinggi.

2. Sanksi pidana penjara.

3. Sanksi denda.

4. Sanksi administrasi membuat wajib pajak memiliki NPWP.

Pengujian Hipotesis

1. Uji Model Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:98). Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:

1. Jika t hitung > t tabel, maka Ho diterima (ada pengaruh signifikan) 2. Jika t hitung < t tabel, maka Ho ditolak (tidak ada pengaruh) Berdasarkan dasar signifikansi, kriteriannya adalah:

1. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak 2. Jika signifikansi < 0,05 maka Ho diterima

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas

(22)

Semua item kuesioner memiliki nilai signifikansi masing-masing indikator pertanyaan lebih kecil dari 0.05 (α = 0.05) yang berarti tiap-tiap indikator variabel adalah valid

Uji Reliabilitas

Semua variabel memiliki nilai koefisien dari cronbach’s alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0,6. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang digunakan untuk penelitian sudah reliabel.

Uji Normalitas

Berdasrakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test nilai probabilitas (sig.) untuk model persamaan penelitian ini adalah sebesar 0.943 atau lebih besar dari 0.05. Maka dapat disimpulkan ketentuan H0 diterima yaitu bahwa asumsi normalitas terpenuhi.

Uji Heteroskedastistas

Dari hasil pengujian, didapat bahwa nilai sig. seluruh variabel adalah > α (α

= 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogen (konstan) atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heterokedastisitas.

Uji Multikolinieritas

Dari hasil perhitungan, masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari 10, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antar variabel bebas. Demikian uji asumsi tidak adanya multikolinearitas dapat terpenuhi.

Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memilik NPWP.

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi linier berganda, diperoleh t-hitung sebesar 2,086 dengan sig.t sebesar 0,040, dan koefisien regresi menunjukkan arah positif 0,177. Nilai t-hitung tersebut lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai sig.t lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sikap wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima hal ini berarti hipotesis satu diterima.

(23)

Hasil penelitian ini adalah sikap wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP sehingga menerima hipotesis satu. Ini berarti, apabila sikap wajib pajak bertambah baik maka dapat menambah tingkat kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP.

Hal tersebut dapat disebabkan oleh sistem pelayanan di KPP Pratama Malang Utara telah berjalan dengan baik, sehingga wajib pajak pekerja bebas yang terdaftar di KPP Pratama Malang Utara dapat merasakan keadilan dalam membayar pajaknya.

Ketika wajib pajak sudah merasa diuntungkan dari adanya pembayaran pajak maka akan semakin mendorong sikap wajib pajak untuk berperilaku patuh. Saat wajib pajak telah memiliki sikap yang patuh, maka otomatis wajib pajak akan sadar untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan memulai mendaftarkan dirinya untuk memiliki NPWP.

Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memilik NPWP.

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi linier berganda, diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,134 dengan sig.t sebesar 0,036, dan koefisien regresi menunjukkan arah positif 0,203. Nilai t-statistik tersebut lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai sig.t lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima hal ini berarti hipotesis dua diterima.

Hasil penelitian ini adalah pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Semakin tinggi tingkat pengetahun perpajakan, maka kepatuhan pekerja bebas dalam memiliki NPWP juga akan meningkat. Pengetahuan wajib pajak bisa diukur dengan pendidikan terakhir wajib pajak, pendidikan pajak formal, pengetahuan tentang NPWP, pengetahuan tentang aturan dan kewajiban memiliki NPWP, pengetahuan tentang manfaat pajak, dan pengetahuan tentang sanksi pajak. Wajib Pajak yang berpengetahuan tentang pajak, secara sadar diri akan patuh membayar pajak, karena mereka telah mengetahui bagaimana alur penerimaan pajak akan berjalan, hingga akhirnya manfaat membayar pajak tersebut dapat dirasakannya. Oleh karena itu

(24)

dengan adanya pengetahuan dan wawasan tinggi dalam diri wajib pajak terhadap perpajakan, maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memilik NPWP.

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi linier berganda t-hitung sebesar 2,023, dengan sig. t sebesar 0,046, dan koefisien regresi menunjukkan arah positif 0,178. Nilai t-hitung tersebut lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai sig.t lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kesadran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H3 diterima hal ini berarti hipotesis tiga diterima.

Hasil penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP sehingga hipotesis tiga diterima. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP juga akan meningkat.

Apabila dalam pengamatannya wajib pajak menyadari bahwa konstribusi pajak akan membantu pembangunan negara, maka akan mendorong wajib pajak untuk berperilaku patuh karena dirinya merasa tidak dirugikan dari adanya pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara termasuk dirinya. Hal tersebut akan menumbuhkan kesadaran dalam diri wajib pajak bahwa jika berperilaku patuh, berarti wajib pajak tersebut turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Negara.

Pengaruh Kemanfaatan NPWP Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memilik NPWP.

Pada hasil analisis menggunkan metode regresi linier berganda, diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,050, dengan sig. t sebesar 0,043, dan koefisien regresi menunjukkan arah positif 0,188. Nilai t-hitung tersebut lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai sig.t lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemanfaatan NPWP berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima hal ini berarti hipotesis empat diterima.

(25)

Hasil penelitian ini adalah kemanfaatan NPWP berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPW. Ini artinya semakin tinggi kemanfaatan NPWP, maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Wajib pajak akan patuh untuk mendaftarkan diri apabila memperoleh manfaat atas kepemilikan NPWP. Beberapa diantaranya adalah dengan memiliki NPWP maka pekerja bebas akan mendapat kemudahan dalam pengurusan administrasi yang mensyaratkan NPWP, misalnya pengajuan kredit di bank, untuk pengajuan SIUP maupun untuk mengikuti lelang pemerintah. Untuk itu kepemilikan NPWP harus dapat memberikan manfaat yang selaras dengan kepentingan wajib pajak, sehingga wajib pajak akan termotivasi untuk membayar dan melaporkan pajaknya dengan patuh dari pada wajib pajak yang tidak memiliki NPWP.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memilik NPWP.

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi linier berganda, diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,005, dengan sig. t sebesar 0,048, dan koefisien regresi menunjukkan arah positif 0,177. Nilai t-hitung tersebut lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai sig.t lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H5 diterima hal ini berarti hipotesis lima diterima.

Hasil penelitian ini adalah kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP, sehingga hipotesis kelima diterima. Semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan, maka kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP juga akan meningkat. Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan terbaik yang diberikan aparat pajak kepada wajib pajak. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada wajib pajak dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus. Apabila pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak kurang baik dan tidak memenuhi atau

(26)

melebihi harapan wajib pajak, hal tersebut dapat memberikan peluang bagi wajib pajak untuk tidak patuh dan cenderung untuk melakukan penghindaran terhadap kewajiban perpajakannya yang dimulai dengan tidak mendaftarakan dirinya sebagai wajib pajak. Semakin baik kualitas pelayanan pajak yang diberikan oleh aparat pajak maka wajib pajak akan merasa puas, sehingga akan mendorong wajib pajak untuk berperilaku patuh. Demikian pula sebaliknya, semakin buruk kualitas pelayanan pajak maka wajib pajak akan cenderung untuk tidak patuh.

Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memilik NPWP.

Pada hasil analisis menggunakan metode regresi linier berganda, diperoleh nilai t-hitung sebesar 0.148, dengan sig. t sebesar 0.883, dan nilai koefisien regresi menunjukkan arah sebesar 0.010. Nilai t-hitung tersebut lebih kecil dari t-tabel (α

= 0.05 ; db residual = 92) yaitu 1,986 dan nilai sig.t lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis keenam yaitu sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H6 ditolak hal ini berarti hipotesis 6 ditolak.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa sanksi pajak masih belum dapat membuat wajib pajak patuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat terjadi karena seperti yang diketahui rata-rata pekerja bebas memiliki tingkat pendidikan cukup tinggi, sehingga sanksi pajak bagi wajib pajak pekerja bebas bukan lagi menjadi hal yang menakutkan atau memberatkan, karena mereka sendiri memahami apa itu sanksi pajak serta hak dan kewajiban pajaknya. Namun pada kenyataanya semakin tinggi pengetahuan wajib pajak tentang sanksi pajak membuat wajib pajak pekerja bebas semakin menyepelekan adanya sanksi pajak.

Sanksi perpajakan dibuat untuk mencegah terjadinya pelanggaran norma perpajakan. Namun, pelanggaran norma perpajakan akan terus terjadi jika pemberian sanksi yang ada tidak dikenakan dengan tegas. Ketegasan aparat pajak dalam memberikan sanksi kepada penunggak pajak merupakan salah satu cara

(27)

terwujudnya kepatuhan. Apabila aparat pajak tidak tegas dalam memberikan sanksi maka wajib pajak tidak akan patuh melaksanakan kewajiban pajaknya. Sehingga pemberian sanksi tanpa pandang bulu dan dilaksankan secara konsekuen oleh aparat pajak merupakan upaya paling efektif untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak pekerja bebas dalam memiliki NPWP.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap wajib pajak merupakan faktor penentu kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan merupakan faktor penentu kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak merupakan faktor penentu kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemanfaatan NPWP merupakan faktor penentu kepatuhan wajib pajak yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan merupakan faktor penentu kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sanksi pajak tidak menjadi faktor penentu kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas dalam memiliki NPWP.

Keterbatasan:

Berikut keterbatasan yang masih ada pada penelitian ini, antara lain :

(28)

1. Karena adanya wabah pandemi Covid-19 yang terjadi selama penelitian, hal tersebut berdampak pada sulitnya mendapatkan responden untuk mengisi kuesioner penelitian ini, karena tidak mendapatkan izin untuk menitipkan kuesioner di KPP Pratama Malang Utara agar bisa diisi langsung oleh Wajib Pajak. Oleh karena itu penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online dan secara langsung akan tetapi kurang efektif karena memakan waktu yang lebih lama.

2. Karena pada saat peneliti mengajukkan permohonan izin penelitian di KPP Pratama Malang Utara sedang penuh, hal tersebut berdampak pada sulitnya peneliti mendapatkan data-data yang dibutuhkan, sehingga data yang didapatkan peneliti sangat terbatas dan data tersebut masih belum bisa mendukung secara penuh alasan peneliti memilih KPP Pratama Malang Utara dalam penelitiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Lady Ayu (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Lingkungan Wajib Pajak, Sikap Religiusitas Wajib Pajak, dan Kemanfaatan NPWP Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar Di KPP Pratama Klaten), Naskah Publikasi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta: Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

Azizah, N Istiqomah., Nurlaela, S., & Wijayanti, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas. Seminar Nasional IENACO_110 ISSN:

2337-4349 Universitas Islam Batik Surakarta.

Putri, WP. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemilik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Jurnal Ilmiah. Universitas Brawijaya, Batu.

http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/501. Diakses 20 Februari 2020. Hal. 1.

Resmi, Siti. 2014. Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, Siti. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono, D. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(29)

Ajzen, I., 1991. Theory Planned of Behavior ( TPB).

Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2017). Metode Penelitian Bisnis. Edisi 6.

Jakarta: Salemba Empat.

Abdillah, W ., & Hartono, J. (2015). Partial Least Sqyare (PLS): Alternatif Structural Equation Modelin (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta:

C.V Andi Offset.

Mintje, M. S. (2016). Pengaruh Sikap, Kesadaran, Dan Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pemilik (UMKM) Dalam Memiliki (NPWP) ( Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pemilik UMKP yang Terdaftar di KPP Pratama Manado). Jurnal EMBA Vol.4, No. 1, Maret 2016, Hal. 1031-1043.

Abdul Halim, dkk. 2016. Perpajakan , Edisi 2. Jakarta:Salemba Empat

Susmita, P & N.L Supadmi. 2016. Pengaruh Kualitas Pelayanan Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak, dan Penerapan E-Filling Pada Kepatuhan Wajib Pajak. E- Jurnal Akuntansi . Universitas Udayana Denpasar. Hal: 2-27.

Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan. Jurnal Akuntansi & Bisnis, Vol. 4, No. 2, Hal: 1-14.

Wulandari, D. (2019). Analisis Kemanfaatan NPWP, Kualitas Pelayanan, Dan Sanksi Pajak Serta Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Cibitung Dengan Peran Account Representative Sebagai Variabel Moderasi. Ekono Insentif, Vol.13, No. 2, Hal. 94-114.

Rahayu, S. K. (2010). Perpajakan Indonesia, Teori dan Teknis Perhitungan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/uu-kup%20mobile.pdf.

Masruroh, Siti dan Zulaikha. 2013. Pengaruh Kemanfaatan NPWP, Pemahaman Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada WPOP Di Kabupaten Tegal). Diponegoro Journal Of Accounting Vol 2, No. 4.

Pradnyana, I. G. G. O., & Astakoni, I. M. P. (2018). Kesadaran, Pengetahuan dan Pemahaman Serta Persepsi Wajib Pajak Sebagai Determinan Kemauan Membayar Pajak. Jurnal Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi, Vol 10, No. 1, Hal. 1-10.

(30)

Mahardika, Putra. 2015. Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Singaraja. Skripsi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2015) Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Index.

Jannah, Nafi’atul. 2017. Pengaruh Kebermanfaatan NPWP, Kualitas Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada WP yang Terdaftar di KPP Pratama Boyolali). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kualitas kepemimpinan rohani dan pelayanan yang sungguh- sungguh dari seorang pendeta jemaat untuk tetap fokus kepada misi gereja di dunia ini, maka kualitas kerohanian

Pengujian dilakukan pada 5 spesimen dan setiap spesimen di tekan pada 5 titik yang berbeda, yaitu pada bagian atas, tengah, bawah. Pada uji kekerasan kali ini menggunakan gaya

Model virtual di atas akan semakin memberikan manfaat yang tinggi ketika model ini bersifat reflektif sehingga mampu mengulang proses pemikiran, reflective thought

tidak boleh atau haram untuk menggunakan kaedah ini dalam proses rawatan jika perawat mendakwa bahawa terdapat jin yang mendiami tubuh pesakit itu dengan jumlah

Untuk variabel Motivasi, dimensi yang paling kuat hubungannya adalah Dimensi Kebutuhan Kekuasaan terhadap Dimensi Kerja Sama pada variabel Kinerja Karyawan karena

mengetahui hal tersebut akan merasa dirugikan dan tidak respek lagi perusahaan yang melakukan hal tersebut sehingga membuat investor enggan uuntuk berinvestasi diperusahaan

Setelah mengisi form ini dengan lengkap dan melampirkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, mohon segera dikirim kembali ke alamat email : dp2mdikti@yahoo.co.id;

Kajian ini bertujuan untuk menentukan posisi dan kedalaman batuan penyusun Candi Situs Palgading yang telah terpendam dengan menggunakan data magnetik.. Waktu pengukuran data