• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

dengan Persentase Karkas Sapi Bali

Correlations between Body Length and Rump Length

with Dressing Percentage of Bali Cattle

Dwi Ahmad F*, Endang Yuni Setyowati**, Nono Suwarno**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

email: dwiaf7@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 26 Oktober sampai dengan 15 November 2015 di Rumah Potong Hewan Teluk Pucung Kota Bekasi. Penelitian ini menggunakan 30 ekor Sapi Bali Jantan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Data dianalisis dengan korelasi dan regresi menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara panjang badan dengan persentase karkas sapi Bali (P<0,05). Model penduga terbaik untuk menduga persentase karkas adalah menggunakan panjang badan dengan persamaan Y = 43,615 + 0,071X dengan koefisien korelasi sebesar 0,443 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,189.

Kata kunci: Sapi Bali, Panjang Badan, Panjang Kelangkang, Persentase Karkas

Abstract

The research was purposed to study correlation between body length and rump length with dressing percentage of Bali Cattle bull. The research had been conducted from October 26th until November 15th 2015 at Teluk Pucung slaughter house Bekasi City. The research was used thirty heads bull of Bali Cattle. Direct survey method was apllied to collect sample. The data was analysed with correlation and regression by SPSS. It was concluded that body length has a significant correlation with dressing percentage (P<0.05). The best estimation model for dressing percentage was body lenght. Body length was indicated as the best estimation with equation Y = 43.615 + 0.071X with correlation coefficients is 0.443 and determination coefficients (R2) is 0.189.

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya, meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk serta meningkatnya pendapatan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan daging sapi berasal dari sapi lokal, sapi impor dan daging impor. Daging sapi lokal di Indonesia pada umumnya berasal dari Sapi Peranakan Ongole (PO), Sapi Madura dan Sapi Bali. Sapi Bali banyak digunakan sebagai sapi penghasil daging karena mampu beradaptasi terhadap lingkungan baru baik terhadap suhu, pakan, dan penyakit. Sapi Bali juga memiliki tingkat fertilitas yang tinggi, mampu menghasilkan presentase karkas sebesar 52-57,7% (Payne dan Rollinson, 1973) lebih tinggi dibandingkan dengan Sapi Ongole sebesar 51,9% dan Sapi Madura 52,5% (Moran, 1979) serta memiliki daging berkualitas baik dengan kadar lemak rendah kurang dari 4% dan tidak memiliki marbling (Handiwirawan dan Subandriyo, 2004).

Produktivitas seekor sapi dapat dikatakan baik apabila menghasilkan karkas yang banyak dengan kualitas yang baik. Karkas adalah bagian tubuh ternak yang telah disembelih hingga keluar semua darah dan cairan tubuh serta dipisahkan dari kepala, kaki, kulit, dan jeroan. Persentase karkas yang tinggi pada umumnya berasal dari ternak yang mempunyai ukuran badan yang besar dan panjang. Persentase karkas yaitu rasio antara bobot karkas dengan bobot potong. Bobot karkas diketahui setelah ternak disembelih dan menjadi karkas. Bobot potong adalah bobot ternak yang ditimbang sesaat sebelum dilakukan penyembelihan.

Pemotong atau jagal melakukan pendugaan persentase karkas melalui pengukuran tubuh ternak sebelum disembelih. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keterbatasan fasilitas timbangan dilapangan. Pendugaan persentase karkas yang dihasilkan dengan mengukur panjang badan dan lebar dada sudah dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, akan tetapi data

(3)

persentase karkas Sapi Bali belum banyak dilaporkan.

Hasil penelitian yang sudah ada menunjukkan adanya hubungan antara ukuran-ukuran tubuh Sapi Bali terhadap bobot badan yang dihasilkan, sementara itu informasi mengenai hubungan panjang badan dan panjang kelangkang dengan persentase karkas Sapi Bali belum banyak dilaporkan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelititan mengenai “Hubungan Panjang Badan dan Panjang Kelangkang dengan Persentase Karkas Sapi Bali”.

BAHAN DAN METODE 1. Bahan Penelitian

Penelititan ini menggunakan 30 ekor Sapi Bali jantan umur berkisar antara 2-3 tahun dengan bobot badan berkisar antara 250-500 kg atau dalam skor kondisi tubuh sedang, yang dipotong di RPH Pemerintah Kota Bekasi. Setiap ekor sapi telah dilengkapi nomor untuk mempermudah pengontrolan dan pengambilan data.

2. Alat yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian:

1. Timbangan Digital merk Sonic dengan ketelitian 0,5 kg yang berfungsi untuk menimbang bobot potong ternak.

2. Kaliper dengan ketelitian 0,1 mm yang berfungsi untuk mengukur panjang kelangkang ternak.

3. Tongkat ukur bermerk Hauptner dengan ketelitian 1 cm yang berfungsi untuk mengukur panjang badan ternak.

4. Timbangan digital bermerk Excelent dengan ketelitian 0,1 kg yang berfungsi untuk menimbang karkas.

(4)

5. Kamera yang berfungsi untuk dokumentasi selama penelitian. 6. Komputer yang berfungsi untuk pengolahan data statistik. 7. Alat tulis.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. Metode survei dipilih karena jumlah pemotongan Sapi Bali di RPH Teluk Pucung tiap harinya hanya 2-3 ekor, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 ekor dengan skor kondisi tubuh sedang yaitu kisaran bobot potong 250-500 kg dan umur antara 2-3 tahun. Peubah yang diamati adalah panjang badan, panjang kelangkang dan persentase karkas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisi korelasi dan regresi menggunakan program SPSS.

4. Variabel Penelitian yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Panjang Badan (cm).

Panjang badan sapi diukur dari bagian proximal tonjolan tulang siku (humerus) atau dari sendi bahu (antara os scapula – os humerus) sampai tonjolan tulang duduk (tuber

ischii) secara garis lurus dengan menggunakan tongkat ukur (Field, 2007).

2. Panjang Kelangkang (cm).

Panjang kelangkang diukur dari jarak antara bagian anterior pangkal paha (tuber coxae) sampai ke tonjolan tulang duduk dengan menggunakan kaliper (Field, 2007).

3. Persentase Karkas (%).

Menurut Santosa, (2008), persentase karkas dapat di hitung dengan menggunakan rumus:

Persentase Karkas (%) = Bobot Karkas (kg)

Bobot Potong (kg)x 100%

5. Analisis Statistik

Analisis data yang digunakan mengacu pada Sudjana (2005), yaitu: 1. Rata-rata:

(5)

2. Simpangan Baku :

3. Koefisien Variasi

KV = 𝑠 x

x 100%

4. Koefisien korelasi antar variabel dapat dihitung dengan metode koefisien korelasi dengan rumus:

5. Koefisien Determinasi:

6. Koefisien Regresi: Regresi Linier Berganda

Regresi Linier Sederhana Y = a + bX

dimana : Y = nilai regresi

a = nilai koefisien regresi a b = nilai koefisien regresi b X1= panjang badan X2= panjang kelangkang 1 i X n   2 1 ( ) 1 n i i X X s n    



2 2

2

2

i i i i i i i n X Y X Y r n X X n Y Y    



2 2 2 i i i i i i b n X Y X Y r n Y Y   

Y =

b

0+

b

1X1+

b

2X2+

e

i

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan Panjang Badan, Panjang Kelangkang, dan Persentase Karkas Sapi Bali

Data hasil pengukuran keseluruhan panjang badan, panjang kelangkang, dan persentase karkas yang dilakukan terhadap 30 ekor Sapi Bali jantan yang di potong di RPH Teluk Pucung Kota Bekasi didapatkan nilai rataan untuk panjang badan sebesar 125,03 cm ± 10,28 cm, panjang kelangkang sebesar 46,33 cm ± 2,93 cm, dan persentase karkas sebesar 52,48 % ± 1,67 %. Setelah data diolah dengan perangkat lunak SPSS, didapatkan nilai korelasi antara panjang badan dengan panjang kelangkang sebesar 0,821, nilai korelasi tersebut termasuk dalam kategori sangat kuat (Sugiono, 2007). Hubungan antara panjang badan dengan persentase karkas sebesar 0,443, nilai korelasi tersebut termasuk kedalam kategori sedang. Hubungan antara panjang kelangkang dengan persentase karkas sebesar 0,284, nilai korelasi tersebut termasuk kedalam kategori rendah (Sugiono, 2007).

Hubungan panjang badan dengan panjang kelangkang menunjukan nilai korelasi yang paling tinggi yaitu sebesar 0,821. Hal itu terjadi karena panjang badan dan panjang kelangkang saling berhubungan dalam menentukan persentase karkas atau disebut juga kolinearitas. Kolinearitas pada regresi berganda terjadi karena adanya hubungan yang tinggi antara variabel bebas sehingga didalam mengambil keputusan, diambil nilai korelasi dari salah satu variabel bebas yang paling besar nilai korelasinya (Sembiring, 2003).

Nilai korelasi antara panjang badan dengan persentase karkas sebesar 0,443. Hubungan antara panjang badan dengan persentase karkas yang dilakukan peneliti termasuk kedalam kategori sedang. Nilai korelasi yang termasuk kedalam kategori sedang yaitu nilai korelasinya sebesar 0,4 – 0,599 (Sugiono, 2007).

Penelitian hubungan panjang badan dengan bobot karkas dilakukan oleh Febriyanti (2006) pada Sapi Pesisir. Menurutnya terdapat hubungan positif antara panjang badan dengan bobot karkas. Kenaikan panjang 1 cm akan mengakibatkan peningkatan bobot karkas sebesar 1.009,3 gram. Penelitian untuk menduga persentase karkas berdasarkan panjang badan pada Sapi Simental Peranakan Ongole dilakukan oleh Prabowo (2012). Korelasi antara panjang badan berpengaruh positif terhadap bobot badan sebesar 0,808 dan bobot karkas sebesar 0,838.

(7)

dan Prabowo (2012) disimpulkan bahwa panjang badan berpengaruh terhadap persentase karkas. Hal ini disebabkan karena panjang badan merupakan panjang pertulangan tempat melekatnya otot memiliki koefisien korelasi yang sangat tinggi terhadap bobot potong dan bobot karkas (Bugiwati dan Rahim, 2009). Semakin berat bobot potong maka semakin berat juga bobot karkas yang dihasilkan (Soeparno, 2005). Bobot potong ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin dan bangsa (Philips, 2001).

Umur sapi jantan pada saat tercapainya pubertas bervariasi diantara bangsa-bangsa sapi dengan kisaran umur antara 8- 18 bulan dan bobot badan 350-450kg. Sapi berumur lebih dari 4 tahun merupakan umur yang telah melewati kedewasaan tubuh dan memiliki pertumbuhan tulang dan otot yang cenderung tetap (Blakely dan Blade, 1992).

Umur ternak sangat berperan penting dalam perubahan dimensi tubuh dan hasil karkas yang dihasilkan. Ternak yang mendapatkan perlakuan dan manajemaen pemeliharaan yang baik dari usia muda maka perubahan dan pertambahan dimensi tubuhnya akan bagus (Siregar, 2008). Berat tubuh akan berhubungan dengan umur, pertumbuhan komponen karkas dimulai dari tulang, otot, dan lemak dan ketiga komponen tersebut dipengaruhi oleh umur ternak. Semakin tua umur ternak maka pertumbuhan lemak akan semakin tinggi, sedangkan pertumbuhan otot dan tulang akan berhenti saat ternak mencapai dewasa kelamin (Aberle dkk., 2011)

Pendugaan Model Terbaik dalam Penentuan Persentase Karkas Sapi Bali

Pendugaan model terbaik bertujuan untuk melihat kemampuan model persamaan yang dibangun dalam hal menjelaskan variasi variabel terikat (dependent) terhadap variabel bebas (independent). Berdasarkan hasil analisis regresi linier pada panjang badan dan panjang kelangkang terhadap persentase karkas dengaan menggunakan perangkat lunak SPSS diperoleh model pendugaan yang terbaik dalam menentukan persentase karkas adalah dengan menggunakan panjang badan. Model pendugaan terbaik panjang badan terhadap persentase karkas adalah Y = 43,615 + 0,071X1. Koefisien determinasi yang dihasilkan sebesar 0,189. Hal ini menunjukkan bahwa panjang badan memberikan pengaruh terhadap persentase karkas

(8)

sebesar 18,9%, dan selebihnya sebesar 81,1% persentase karkas dipengaruhi oleh variabel ukuran-ukuran tubuh lain yang tidak termasuk kedalam pengukuran.

Model persamaan panjang badan dipilih sebagai model persamaan terbaik karena panjang badan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap persentase karkas dibandingkan dengan panjang kelangkang. Pendugaan persentase karkas dengan menggunakan panjang badan bisa digunakan, akan tetapi hanya berpengaruh sebesar 18,9% terhadap persentase karkas dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Penelitian hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan persentase karkas pada domba Zaraibi dilakukan oleh Mamdouh (2014) menunjukan nilai koefisien deterninasi sebesar 0,08. Hal tersebut menunjukkan bahwa panjang badan hanya berpengaruh terhadap persentase karkas sebesar 8%. Hal itu diperkuat oleh penelitian Apriliyani (2007) yang menyatakan bahwa panjang badan, lingkar dada, dan lingkar pinggul paling efektif digunakan untuk menduga bobot badan dengan persamaan regresi linier berganda.

KESIMPULAN

1. Koefisien korelasi antara panjang badan dengan persentase karkas sebesar 0,443 dan koefisien korelasi antara panjang kelangkang dengan persentase karkas sebesar 0,284. 2. Terdapat hubungan positif antara panjang badan dengan persentase karkas, dimana

setiap penurunan atau kenaikan panjang badan sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan persentase karkas sebesar 0,071.

3. Model penduga terbaik persentase karkas adalah menggunakan panjang badan dengan persamaan Y = 43,615 + 0,071X1.

SARAN

1. Panjang badan dapat digunakan sebagai salah satu variabel pengukuran untuk menduga persentase karkas dilapangan.

2. Panjang badan memiliki koefisien determinasi (R2) sebesar 0,189 terhadap persentase karkas. Hal itu berarti panjang badan hanya memiliki kontribusi sebesar 18,9% dalam menduga persentase karkas sehingga disarankan untuk menggunakan ukuran-ukuran tubuh lainnya yang memiliki (R2) lebih dari 0,189.

(9)

Terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga, civitas akademika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, rekan penelitian dan perkuliahan, serta seluruh pihak yang telah membantu penelitian penulis dari awal hingga akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Aberle, E.D., J.C. Forrest, D.E. Gerrard, and E.W. Mills. 2001. Principles of Meat Science. Fourth Edition. Hunt Publishing Company. USA. Hal: 54-57, 59-60.

Apriliyani, I.N. 2007. Penampilan Produksi dan Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan

Ukuran-Ukuran Linier Tubuh Sapi Lokal dan Sapi Persilangan. Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor.

Blakely, J dan Bade D.H. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Terjemahan B. Srigandono. UGM-Press. Yogyakarta.

Bugiwati, S. R. A dan Rahim, L. 2009. Penggunaan Lebar Kelangkang, Lebar Punggung,

Lebar Tulang Tapis dan Panjang Kelangkang untuk Menduga Bobot Badan Sapi Bali.

J. Sains dan Teknologi

Febriyanti, M. 2006. Hubungan Antara Panjang Badan dan Lingkar Dada dengan Bobot

Karkas Sapi Pesisir. Universitas Andalas. Padang.

Field, T. G. 2007. Beef Production and Management Decisions. Fifth Edition. Prentice Hall, New Jersey. Hal: 581-610.

Handiwirawan, E dan Subandriyo. 2004. Potensi dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi

Bali. Lokakarya Nasional Sapi Potong.

Mamdouh, S.A. 2014. A Comparative Study on Body Measurments and Carcass

Characteristics in Egyptian Sheep and Goats. Asian Journal of Animal and Veterinary

Advances. 9:292-301.

Moran, J.B. 1979. Growth and Carcass Development of Indonesian Beef Breeds. Prosiding Seminar Peneliian dan Penunjang Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan Bogor.

Payne, W.J.A. and D.H.L. Rollinson. 1973. Bali Cattle. World Annual Review. 7:13-21. Philips, C. J. C. 2001. Principles of Cattle Production. Biddles Ltd, Guilford and Kings Lynn.

England.

Prabowo, S., Rusman, dan Panjoro. 2012. Variabel Penduga Bobot Karkas Sapi Simental

Peranakan Ongole Jantan Hidup. Buletin Peternakan Vol 36 (2).

Santosa, U. 2008. Mengelola Peternakan Sapi Secara Profesional. Cetakan II. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal: 152-165.

(10)

Sembiring, R.K. 2003. Analisis Regresi. Edisi ke II. ITB, Bandung.

Siregar, S. 2008. Jenis Sapi Perah, Tehnis Pemeliharaan dan Analisis Usaha.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Tekhnologi Daging. Cetakan keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sudjana. 2005. Metode statistika. Edisi ke enam. Penerbit Tarsito. Bandung. Hal: 67, 93, 101,174, 310, 369, 380.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian untuk menurunkan kadar besi dalam arang sekam padi dapat digunakan sebagai alternatif media filtrasi dalam pengolahan air. KESIMPULAN DAN SARAN

Senam hamil merupakan suatu metode yang penting untuk mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan fisik terhadap calon ibu / merupakan suatu usaha untuk mencapai

Dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan.. wawancara, peneliti bertindak sebagai pengamat

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi scaffolding dalam model pembelajaran SiMaYang pada kelas eksperimen berpengaruh dalam meningkatkan motivasi belajar dan

Hasil ANACOVA faktorial 2×2 menunjukkan bahwa pada pengaruh interaktif antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap pemahaman konsep IPA tampak

Throughout my analysis, I find nine data of flouting a maxim, which happens because the speakers fail to observe the maxims and because the speakers want

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian yang pernah dilakukan untuk menemukan reaksi-reaksi variabel ekonomi pada volatilitas harga BBM namun menitik beratkan pada

Berdasarkan argumen di atas dapat dikatakan bahwa sangatlah berisiko bagi masyarakat (terutama yang sangat miskin) apabila perbaikan teknologi pertanian atau