Pendaluan
Mikoriza Vaskular Arbuskular (MVA) adalah salah satu jenis cendawan tanah, yang keberadaannya dalam tanah sangat mempun-yai manfaat. Hal ini disebabkan karena MVA dapat meningkatkan ketersediaan dan pen-gambilan unsur fosfor, air, dan nutrisi lain-nya, serta untuk pengendalian penyakit yang disebabkan oleh patogen tular tanah.
Pada awalnya cendawan MVA kurang mendapat perhatian, karena cendawan ini tidak membentuk unit alamiah yang nyata juga tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi pada akar yang terinfeksi, sehingga tidakmudah dikenali.
MVA tergolong kedalam ordo glo-males yang bersifat obligat parasit, sehingga tidak dapat diinokulasi dengan tehnik mikro-biologi, akan tetapi dapat ditumbuhkan pada akar tanaman hidup (Moose, 1981). Apabila
Status Cendawan Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA)
pada Tanaman
Haris Talanca
Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan
Abstract
Cendawan MVA (Mikoriza Vesikular Arbuskular) adalah jenis cendawan yang masuk dalam genus Glomales, dan bersifat obligat parasit, sehingga tidak dapat diinokulasi dengan tehnik mikrobi-ologi, hanya tumbuh pada akar tunbuhan hidup. Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yaitu Mykes yang artinya cendawan dan Rhiza artinya akar, sehingga secara harfiah berarti cendawan akar. Cen-dawan ini dibagi dalam dua golongan yaitu: 1). Ektotropik mikoriza, cenCen-dawan ini berassosiasi diluar sel akar tumbuhan, yang selubung cendawannya membungkus permukaan akar.Umumnya cendawan ektomikoriza biasanya ditemukan pada tanaman kehutanan. 2). Endotropik mikoriza, cendawan ini berassosiasi didalam akar sel tumbuhan,yang umumnya ditemukan pada tanaman perkebunan. Mor-fologi cendawan MVA merupakan struktur yang terdiri dari hifa eksternal, hifa internal, hifa gelung, arbuskula, dan vesikula. Hifa ini tidak bersekat, dan tumbuh diantara sel-sel korteks dan didalamnya bercabang-cabang. Didalam sel yang terinfeksi dibentuk hifa yang bergelembung, dan hifa bercabang -cabang disebut arbuskula yang berperan sebagai pemindah unsur hara. Cendawan MVA adalah me-rupakan jenis mikroba tanah yang mempunyai kontribusi penting dalam kesuburan tanah dengan jalan meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara seperti fosfat, air, dan nu-trisi lainnya. Akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur p dari larutan tanah pada konsentrasi dimana akar tanaman tidak bermikoriza, karena akar tersebut tidak dapat menjangkaunya. Hal ini disebabkan karena akar yang terifeksi mikoriza mempunyai metabolisme energi lebih besar, se-hingga aktif dalam pengambilan p pada konsentrasi 10-7-10-6 didalam larutan tanah hingga menjadi
10-3-10-2 didalam akar tanaman. Akar tanaman inang yang terinfeksi MVA mempunyai eksudat akar
yang berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi MVA. Perubahan eksudat akar tanaman inang mempengaruhi perubahan dalam rhizosfer yang mengakibatkan meningkatnya ketahanan tanaman, sehingga terhindar dari serangan patogen. Ketahanan ini lebih meningkat karena adanya produksi antibiotik dari MVA. Hal ini dapat terjadi pada cendawan patogen tanah (soil borne) yang menyerang akar seperti cendawan Phytopthora, Phytium, Fusarium, dan Rhizoctonia dapat terhindar karena adanya infeksi cendawan MVA pada akar tanaman inang.
cendawan MVA menginfeksi akar tanaman inang, maka tidak ada bedanya dengan akar-akar yang tidak terinfeksi yaitu tidak terjadi perubahan bentuk, dan tetap mempunyai rambut akar.
Mikoriza sesunguhnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Mykes yang artinya cen-dawan, dan Rhiza artinya akar, sehingga se-cara harfiah berarti cendawan akar. Cen-dawan MVA pertama kali ditemukan oleh botanis Jerman yaitu Frank tahun 1855 pada akar pepohonan hutan yang menunjukkan adanya assosiasi simbiotik.
Cendawan ini apabila menginfeksi tanaman inang, maka pada tanaman tersebut tidak menimbulkan kerusakan. Bahkan pada beberapa tanaman yang mempunyai nilai ekonomi seperti tanaman family gramineae dan leguminosa umumnya mempunyai cen-dawan mikoriza. Pada tanaman pinus per-tumbuhannya sangat ditentukan oleh adanya cendawan MVA.
Menurut Gunawan (1994) istilah Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) diguna-kan karena semua cendawan dari jenis cen-dawan ordo glomales dapat membentuk struktur arbuskular dalam assosiasinya den-gan akar dan hanya sebagian saja yang dapat membentuk vesicular.
Morfologi Cendawan MVA
Cendawan Mikoriza Vesikular arbus-kular (MVA) dibagi dalam dua golongan yaitu : 1). Ektotropik mikoriza atau Ek-tomikoriza, dimana cendawan ini berassosi-asi diluar sel akar tanaman,yang selubung cendawannya membungkus permukaan akar, sehingga cendawan ini umumnya ditemukan
dawan ini berassosiasi dalam akar sel man yang umumnya ditemukan pada tana-man perkebunan.
MVA mempunyai struktur yang ter-diri dari hifa eksternal, internal, gelung, ve-sicular dan arbuskular. Hifanya tidak berse-kat, dan tumbuh diantara sel-sel korteks dan didalamnya bercabang-cabang. Hifa MVA ti-dak masuk sampai jaringan stele, dan didalam sel yang terinfeksi terbentuk hifa yang berge-lembung dan apabila bercabang-cabang maka disebut arbuskular. Arbuskular inilah yang diduga sebagai alat pemindah unsur hara.
Pada struktur yang menggelembung dibentuk secara apikal dan sering kali terda-pat pada hifa-hifa utama sehingga struktur ini disebut vesicular. Vesikular kadang-kadang ukurannya sangat besar dan berdiding tebal serta mengandung banyak lipid, terutama berfungsi sebagai organ simpan. Apabila kor-teks mengelupas, beberapa vesicular keluar dari jaringan akar dan berada dalam tanah serta dapat berkecambah dan bertindak seba-gai propagul infektif.
Spora yang dihasilkan oleh cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) terben-tuk diatas eksternatikal hifa yang melewati permukaan akar. Spora ini dapat terbentuk dan bersatu di dalam tanah dalam bentuk kelompok-kelompok spora yang bebas atau dalam bentuk kumpulan sporakarp. Spora cendawan MVA bermacam-macam dalam warna dan ukuran, ada yang berdiameter 10-400 um, tetapi kebanyakan antara 40-200 um (Fitler 1989).
Ada sembilan genus Vesikular Ar-buskular yang masuk dalam family Endogona-ceae yaitu: 1). Endogone, 2). Gigaspora, 3).
9). Complekxipes. Untuk membedakan genus-nya berdasarkan pada cara pembentukan spora dan cara spora muncul diatas hifa. Se-dangkan jenis spesisnya berdasarkan ukuran spora,warna, ketebalan diding, jumlah dan tipe lapisan.
MVA dalam penyerapan unsur hara
Cendawan MVA adalah salah satu jenis mikroba tanah yang mempunyai kontri-busi penting dalam kesuburan tanah dengan jalan meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara seperti fosfat, air, dan nutrisi lainnya. Menurut Aldeman dan Morton, (1986) bahwa infeksi MVA dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kemampuannya memanfaatkan nutrisi teru-tama unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg.
Hal ini disebabkan karena kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dapat memper-luas bidang serapan akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang me-lalui bulu akar. Selanjutnya miselia cendawan MVA dapat tumbuh dan menyebar keluar akar sekitar lebih 9 cm, dengan total panjang hifanya dapat mencapai 26-54 m/g tanah.
Menurut Hayman (1983) dalam Suciatmih (1996) akar yang bermikoriza da-pat menyerap p dari larutan tanah pada kon-sentrasi dimana akar tanaman tidak ber-mikoriza, tidak dapat menjangkaunya. Hal ini disebabkan karena akar yang terifeksi miko-riza mempunyai metabolisme energi lebih besar, sehingga aktif dalam pengambilan p pada konsentrasi 10-7-10-6 didalam larutan
tanah hingga menjadi 10-3-10-2 didalam akar
tanaman.
Selain itu diameter hifa cendawan MVA sangat kecil yaitu 2-5 um, sehingga den-gan mudah menembus pori-pori tanah yang tidak bisa ditembus oleh akar tanaman yang berdiameter 10-20 um.
Pada tanah ada sekitar 95-99% unsur P dijumpai tidak larut, sehingga tidak tersedia atau susah diserap oleh akar tanaman (Hay-man, 1983). Infeksi MVA pada akar tanaman menyebabkan tanaman mampu memanfaat-kan unsur-unsur P yang tidak tersedia terse-but menjadi tersedia.
Fakta ini menunjukkan bahwa pada tanaman yang terinfeksi cendawan MVA memperlihatkan pertumbuhan tanaman yang baik bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak terinfeksi mikoriza, karena MVA juga menghasilkan hormon seperti auksin, sito-kinin, dan giberlin.
Menurut Suciatmih (1996), assosiasi mikoriza menyebabkan tanaman mampu me-manfaatkan unsur-unsur P yang tidak ter-sedia menjadi terter-sedia. Hal ini dapat dilihat pada tanaman cow pea, ketela pohon, jeruk, jambu biji, dan kedelai, dapat bertahan atau toleran pada kondisi tanah mineral asam seperti tanah oxisol dan ultisol. Keadaan ini diduga cendawan MVA dapat melakukan pe-rubahan PH rhizosfer menjadi 6,3.
Tanaman akasia mangium yang terin-feksi cendawan MVA, maka mampu menghe-mat penggunaan unsur P 180 kr/ha/tahun. MVA dapat pula meningkatkan kandungan khlorofil tanaman, dan zat perangsang tum-buh dengan diproduksinya substansi zat per-angsang tumbuh, sehingga tanaman dapat lebih toleran terhadap sifat shok atau stress saat dipindahkan.
MVA dalam pengendalian patogen
Beberapa hasil penelitian menunjuk-kan bahwa MVA mempunyai peranan dalam pengendalian penyakit tanaman. Linderman dalam Talanca (2005) menduga bahwa mekanisme perlindungan MVA terhadap pa-togen berlangsung sbb: 1). Cendawan MVA memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar sebelum dikeluarkan dalam bentuk ek-sudat akar, sehingga patogen tidak dapat berkembang. 2). Terbentuknya substansi yang bersifat antibiotik yang disekresikan untuk menghambat perkembangan patogen. 3). Memacu perkembangan mikroba saprofit disekitar perakaran (rhizosfer).
Cendawan MVA dapat pula bersim-biose dengan akar tanaman inang, dan mem-punyai pengaruh yang luas terhadap mikro-organisme yang bersifat patogen. Akar tana-man inang yang terinfeksi MVA mempunyai eksudat akar yang berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi MVA. Perubahan eksudat akar tanaman inang mempengaruhi perubahan dalam rhizosfer yang mengakibat-kan meningkatnya ketahanannya, sehingga terhindar dari serangan patogen. Ketahanan ini lebih meningkat karena adanya produksi antibiotik dari MVA.
Cendawan patogen ini perkemban-gannya dapat ditekan dengan MVA apabila telah terjadi simbiotik antara tanaman inang terlebih dahulu. Jika patogen menginfeksi tanaman sebelum infeksi cendawan MVA, maka MVA tidak dapat berkembang dan ber-fungsi sebagai penekan dalam perkembangan cendawan patogen pada tanaman inang.
Infeksi MVA pada akar tanaman kede-lai akan merangsang terbentuknya senyawa
koriza, yang mengakibatkan meningkatnya ketahanan tanaman dari serangan cendawan patogen dan nematode. Selanjutnya Setiadi, (2000) melaporkan bahwa assosiasi mikoriza berpengaruh terhadap perkembangan dan reproduksi nematode Meloidogyne sp.
Selanjutnya pada tanaman jagung yang terinfeksi cendawan MVA kandungan asam aminonya meningkat 3-10 kali lipat le-bih besar dibandingkan dengan tanaman jagung yang tidak terinfeksi MVA. Menurut Soenartiningsih dalam Talanca (2001) ap-likasi cendawan MVA saat tanam jagung pada tanah podsolik (sangat masam), dan diinoku-lasi cendawan patogen Rhizoctonia solani 2 mst., maka persentase serangan hanya 40%, dibandingkan dengan tanpa pemberian MVA mencapai 86,66%. Hal ini dapat dilihat pada cendawan patogen tanah (soil borne disease) yang menyerang akar seperti cendawan Phy-topthora, Phytium, Fusarium, dan Rhizoctonia dapat terhindar karena adanya MVA.
Kesimpulan
Cendawan MVA (Mikoriza Vesikula-
Arbuskula) merupakan struktur yang terdiri dari hifa eksternal, hifa internal, hifa gelung, arbuskula, dan vesikula. Cendawan ini masuk dalam genus Glomales, dan bersifat obligat, sehingga tidak dapat diinokulasi dengan tehnik mikrobiologi, tetapi hanya dapat di-tumbuhkan pada akar tunbuhan hidup.
Cendawan MVA merupakan jenis mikroba tanah yang mempunyai kontribusi penting dalam kesuburan tanah dengan jalan meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan unsur hara seperti fosfat, air, nu-trisi lainnya, dan meningkatkan kandungan
Akar tanaman inang yang terinfeksi MVA mempunyai eksudat akar yang berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi MVA. Perubahan eksudat akar tanaman inang mempengaruhi perubahan dalam rhizosfer yang mengakibatkan meningkatnya ketahanan tanaman. Infeksi MVA pada akar tanaman kedelai akan merangsang terben-tuknya senyawa isoflavonoid, sehingga mem-bentuk endomikoriza, yang mengakibatkan meningkatnya ketahanan tanaman dari ser-angan cendawan patogen dan nematode. Assosiasi mikoriza berpengaruh terhadap perkembangan dan reproduksi nematode Meloidogyne sp.
Daftar Pustaka
Aldeman, J.M., and J.B. Morton. 1986. Invek-tivity of vesicular-arbuscular my-corrhizal fungi influence host soil dilu-ents combination on MPN estimates and percentage colonization. Soil Biol-chen. 8(1):77-83.
Fitler, A.H. 1989 The role and ecological sig-nificance of vesicular-arbuscular my-corrhizal in temperature ecosystems and environment. 29:137-151. El-seiver science publishers B.V., Amster-dam.
Gunawan, A.W. 1994. Mikoriza. Makalah pen-gajaran kursus singkat biologi cen-dawan.Institut Pertanian Bogor. Hlm. 17-26.
Hayman, D.S. 1983. The physiology of vesicu-lar-arbuscular endomycorrhizal sym-biosis. J. Bot. 61:944-963.
Moose,B. 1981. Vesicular-arbuscular my-corrhizae research for tropical agri-culture. Res. Bull. 82p.
Setiadi, Y. 2000. Pemanfaatan mikroorgan-isme dalam kehutanan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi,IPB.
Suciatmih. 1996. Bagaimana Jamur Mikoriza Vesikular-arbuskular meningkatkan ketersediaan dan Pengambilan Fosfor. Warta Biotek, tahun X, No.4. Hlm.4-7. Talanca, A.H., Soenartiningsih, S. Rahamma,
dan W. Wakman. 2001. Penggunaan Jamur Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA) untuk Pengendalian Penyakit Hawar Upih Daun Jagung
(Rhizoctonia solani). Risalah Peneli-tian Jagung dan Serealia Badan Lit-bang Pertanian. Vol. 5. Hlm. 47-52. Talanca, A.H., dan A.M. Adnan. 2005. Mikoriza
dan Manfaatnya pada Tanaman. Prosiding Perhimpunan Entomologi dan Fitopatologi Indonesia. Hlm.311-315.