• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puasa dan Idul Fitri Sebuah Revolusi Pemikiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Puasa dan Idul Fitri Sebuah Revolusi Pemikiran"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Puasa dan Idul Fitri

Sebuah Revolusi Pemikiran

Oleh: M. Tata Taufik

Pada bulan Ramadlan ummat Islam diwajibkan menjalankan puasa yang berarti menahan diri dari hal-hal atau perbuatan yang membatalkannya; seperti makan –minum, melakukan hubungan suami istri dari terbit pajar hingga terbenam mata hari. (QS.2:183-85). Kegiatan tersebut dilakukan pada bulan tertentu yakni Ramadlan, berlaku bagi semua kaum muslimin yang sehat, kuat melaksanakannya, tidak berhalangan bagi perempuan, dan bagi mereka yang sakit atau tidak bisa melaksanakan karena bepergian atau sebab lain, bisa diganti pada hari lain selain bulan Ramadlan. Demikian ketentuan yang digariskan dalam surat 2 ayat 184-185. Dan pada ayat berikutnya merupakan tata laksana penutupan akhir dari Ibadah puasa itu dengan mengagungkan nama Allah, sebagai ungkapan terima kasih atas petunjuk yang diberikan Allah kepada kita, dengan demikian diharapkan kita bisa bersyukur atas ni’mat hidayah tersebut.

Selanjutnya Allah menjelaskan kedekatan dan ke Maha Siapan-Nya dalam menjawab semua do’a dan permintaan hamba yang berdo’a pada Nya (186).

Ketentuan itu kemudian dijelaskan dengan tatacara puasa, pada ayat berikutnya (187) kemudian tema tersebut dipungkas dengan larangan untuk memakan harta orang lain secara bathil dengan memanfaatkan lembaga pengadilan untuk membenarkan /memenangkantindakan jahatmu’ (188)

(2)

Kalau diperhatikan secara rinci perintah puasa itu dijelaskan Allah dalam surat al-baqarah dari ayat 183-187 muali dari dasar atau alasan serta tujuan puasa, kemudian siapa-siapa yang wajib menjalanknnya, bagaimana cara menjalankannya, bagaiaman juga kegiatan yang dilakukan selama satu bulan tersebut lalu dijelaskan juga kedekatan dan kesiapan Allah untuk mengambulkan permohonan hamba-Nya. Setelah itu semua rampung dibahas, Allah menjelaskan tata cara saling membagi harta, dengan mengecam tindakan orang yang memakan harta orang lain dengan cara culas dan curang, di sinilah nampaknya rahasia kenapa diakhir Ramadlan diwajibkan untuk memberi dan membagi sesama dengan kewajiban zakat fitrah. Ini adlah suatu revolusi tradisi dan kebiasaan manusia yang senantiasa menilai perut adalah segala-galanya; senantiasa dijadikan alasan untuk mengejar dan mencari kebutuhan perut, alasan untuk makan, semua dilakukan tidak pedulihalal dan haram, tidak peduli aturan dan tatakrama, yang penting bisa makan.

Dalam hubungannya dengan tema ini ada dua aliran filsafat yang kuat dan sangat terkenal; pertama suatu aliran yang mengatakan bahwa manusia itu bertindak dan bergerak karena perutnya (karena alasan ekonomi) aliran ini mejadi terkenal dan melahirkan komunisme, dibangun oleh filsuf Karl Marx, nama alirannya marxisme, pemikirannya dinamakan materuialisme historis, karena menurut pengamatannya dalam sejarah bahwa pertikaian antara manusia selalu berdasarkan pada materi.

Alran kedua adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia bergerak atau bertindak untuk kepentingan sexualnya, aliran ini disebut aliran

(3)

psikoanalisa, dibangun oleh Sigmund Freud. Shingga semua manusia menurut aliran ini melakukan apapun karena untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang disebut Id atau kehendak kebinatangan. Jadi dari dua pendekatan ini nampak bahwa secara extrem manusia ada yang melihat dirinya dari dua kebutuhan asasi manusia yaitu kebutuhan akan makan dan kebutuhan sexual.

Kalau diperhatikan dalam kehidupannayata nampaknya kedua aliran ini banyak pengikutnya, wlaupun tidak secara jelas mengaku sebagai pengikut aliran tersebut. Dalam berbagai tayangan dan pemberitaan kriminal, gosip dan infotainment serta periklanan nampaknya aliran ini sangat dominan.

Dihubungkan dengan puasa, nampak bahwa Islam dengan ajarannya mencoba meluruskan filsafat pemikiran manusia, yang menatakan bahwa pemikiran gaya marxisme dan freudian itu adalah pemikiran yang keliru. Dalam Islam disebutnya sebagai pemikiran ala binatang (kal an’aam). Sebagai gantinya Islam menyatakan bahwa manusia harus bisa menundukkan kebutuhan perut dan kebutuhan sexualnya. Puasa adalah buktinya, buktinya kita bisa menahan lapar untuk tujuan yang lebih baik, supaya bertakwa: alasan kedekatan dan kepatuhan terhadap Allah-- demikian menurut al-Qur’an.

Melalui puasa ummat Islam telah membuktikan kegagalan teori-teori filsafat yang diciptakan manusia, yang hanya cenderung sepihak dan sempt serta hanya menyentuh satu sisi saja dari kehidupan dan kebutuhan manusia.

Untuk kepentingan ketaatan, kita buang bayangan, khayalan tentang kelezatan-kelezatan semu duniawi, di sini yang paling besar adalah menganggap harta segalanya, menganggap kesenangan manusia terletak pada harta dan

(4)

materi. Kita habiskan waktu, pikiran, tenaga hanya untuk kesenangan yang semu dan sesaat, sementara takwa (usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan selalu waspada dan senatiasa mengingat serta mempedomani ajaran Allah) menjanjikan keni’matan dunia akhirat yang hakiki.

Dikatakan dunia akhirat, karena janji Allah bahwa manusia yang takwa itu tidak akan pernah merasa gentar dan takut, tidak akan merasa sedih, ia akan selalu optimis dan ludeung dalam menghadapi tantangan hidup.

Secara mental dengan puasa juga orang tidak takut akan lapar untuk mencapai tujuan hidupnya, dan ini sangat penting dalam membina kepribadian diri kita, supaya kita selalu maju dan selalu berusaha untuk maju, terutama dalam hal ibadah kita, ukuran kemajuan dalam masalah ini dinyatakan dengan pengamalan akan ajaran-ajaran Allah dan rasul-Nya. Bukan dalam tinggi rendahnya pangkat dan gelar, para mufasir mengartikan kata ‘ilmu” adalah amal perbuatan, bukan pengetahuan, dengan alasan bahwa pengetahuan yang luas tanpa pengamalan sama dengan kebodohan yang paling nyata.

Seperti yang dapat disaksikan isu-isu sekitar kemiskinan dan ekonomi sering kali dijadikan dasar untuk menilai kemajuan suatu bangsa, sampai-sampai hampir semua kebijkan berdalihkan “pengetasan kemiskinan”, program-program dibuat untuk upaya pemerangan kemiskinan tersebut dengan ukuran keberhasilan material, padahal dalam prkateknya serig kali justru program-program tersebut menciptakan kemiskinan baru atau bahkan lebih menjurus pada pemiskinan masyarakat, selain miskin harta miskin hati pula. Menurut hemat penulis, yang diperlukan adalah program untuk membuat mental-mental

(5)

kaya, kaya hati, kaya ilmu, kaya amal, masalah kaya harta akan menyusul. Sering orang menjadi miskin hanya karena serakah dan takut miskin, namun tidak sedikit orang yang kaya hati bahkan justru menjadi kaya juga secara material/ekonomi.

Renungan kita dalam kesempatan puasa dan idul fitri ini adalah bagaimana kita bisa menjadi kaya dalam kondisi miskin—bukan sok kaya, bersikap kaya dalam kondisi fakir secara material.

Melalui puasa seperti telah diungkap, kita seorang muslim bisa membuktikan kesiapannya untuk berlapar dan berdahaga karena ketaatan kepada Allah, mereka tidak makan bukan karena tak ada yang bisa dimakan, mereka tidak minum bukan karena tak ada yang diminum, tapi karena ketaatan, karena keimanan. Inilah sikap yang harus dikembangkan, sikap lebih berorientasi kepada tujuan dari pada berorientasi kepada sarana. Makan minum adalah sarana untuk mecapai tujuan supaya sehat, kuat dan bisa lebih banyak beribadah lagi, lebih taat lagi, lebih berhai-hati lagi, hati-hati dalam memilih maknan, minuman, melihat cara mendapatkan makanan dan minuman itu, lebih luas cara mendapatkan harta atau benda jangan mengkuti kebanyakan orang yang menurut Qur’an surat 2 ayat 188 sebagai cara yang bathil.

Sikap-sikap inilah yang ingin dibina melalui puasa, kalau melihat rentetan ayat tersebut (teknis penyusunannya). Seakan ingin dikatakan begini: Puasalah kamu, toh orang dahulu juga berpuasa (menahan diri) ingat cerita Talut dan Jalut, untuk bisa memerangi lawan sang komandan menahan pasukannya untuk tidak minum terlalu banyak tatkala melintasi sungai, namun hanya sedikit yang

(6)

patuh, dan merekalah yang tangguh dan siap berperang, karena menahan diri (puasa). Dari sudut ini nampak sikap menahan diri yang bisa membawa kepada kemenangan, bukan sikap serakah dan mampamg-mumpung.

Kedua, puasa juga dikatakan sebagai petunjuk Tuhan yang harus disyukuri, ini mengandung arti bahwa banyak hikmah yang terkandung dalam kegiatan puasa itu, baik menurut kesehatan, maupun menurut psikologis yang tidak akan kami bahasa di sini.

Ketiga kesyukurannya itu dilakukan dengan berdo’a dan mengagungkan Sang Pencipta. Dengan bertakbir dan bertahmid serta tahlil. Dalam hal ini jangan takut tidak didengar oleh Tuhan, sebab Tuhan itu dekat dan mengabulkan permintaan hamba-Nya, dengan cara dan perhitungan-Nya. Itulah artinya Idul Fitri, suatu hari raya yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang beriman untuk bisa menghadapi hari esok dengan Takbir, artinya hanya Allah saja yang Maha Besar, masalah lapar, lapar masalah kecil, kesulitan apapun yang dihadapi manusia kecil, dengan semangat Allah Akbar, seorang muslim menjadi optimis dalam hidupnya, dan optimisme itu asset dari kehidupan seseorang.

Selanjutnya bertahlil, artinya suatu kesiapan untuk menghadapi hari esok dengan bermodalakan “hanya menuhankan Allah” hanya meyembah Allah saja, tidak menganggap kebutuhan pribadi sebagai tuhan, kebutuhan-kebutuhan dunia sebagai tuhan hingga seseorang lelah dibuatnya, dan akan sangat melelahkan, karena ketercapaian akan suatu kebutuhan akan melahirkan kebutuhan lain dan begitu seterusnya.

(7)

Atas apa yang telah dicapai, yang telah didapat, semuanya itu karena karunia dan pemberian serta hidayah dan pertolongan Allah, maka kita kembalikan kepada-Nya. Manusia sangat suka dipuji, tapi ingatlah pujian hakiki itu hanyalah milik Allah, segala puji hanya Allah saja yang berhak, itulah arti dari tahmid.

Lengkaplah sudah kesiapan untuk menjalani kehidupan hari esok, dengan berpusa (menahan diri karena ketaatan) ditambah berharap/berdo’a, ditambah optimisme dengan takbir, tidak musyrik terwujud melalui tahlil yang dikumandangkan, lalu jika mendapat kesuksesan jangan lupa Tuhan.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa rumus kehidupan: menahan diri, do’a, optimis, tidak muyrik dan tidak kufur atas ni’mat Allah, semuanya diwujudkan dalam semangat membagi dan memberi (zakat fitrah) walau dalam keadaan pas-pasan, itulah arti kaya dalam pengertian yang sebenranya. Wallah A’lam.

Referensi

Dokumen terkait

xx Tamil yang juga telah melalui pendidikan peringkat rendah selama 6 tahun, mempunyai pengetahuan pada tahap yang lemah dan sederhana untuk pembinaan ayat dalam mata

Selain itu, dukungan DPRK Aceh Tengah juga cukup baik, Bapak Bardan Sahidi wakil rakyat dari komisi pendidikan dan sebelumnya membidangi penganggaran menyatakan dukungannya

Dari hasil penelitian lansia yang jarang dan sering dikunjungi keluarga dapat digambarkan bahwa kunjungan keluarga merupakan salah satu hal yang penting karena

Dikatakan oleh Rosenberg dan Owens (dalam Mruk 2006), individu yang memiliki Self-esteem rendah teridentifikasi memiliki karakterisrik rendah diri, terutama apabila

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa potensi diagnostik berupa spesifisitas dari pemeriksaan rapid test cukup tinggi.(Agoritas K,2006, Gavin PJ,2003) Oleh karena

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kurangnya air bersih, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.Tidak seperti hepatitis B dan C,

Dalam hal ini terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi tidak berjalan dengan baik perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban incest yaitu

Analisis Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Instalasi Farmasi dengan Minat Pasien Menebus Kembali Resep Obat di Instalasi Farmasi RSUD