• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN BERMAIN LOMPAT TALI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR KELOMPOK A TK TUNAS GAMA SCHOOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN BERMAIN LOMPAT TALI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR KELOMPOK A TK TUNAS GAMA SCHOOL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN BERMAIN LOMPAT TALI UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MOTORIK KASAR KELOMPOK A TK

TUNAS GAMA SCHOOL

Gusti Ayu Dwi Padmaswari

1

, I Nyoman Wirya

2

, Mutiara Magta

3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: yudebelonk@yahoo.co.id

1

, nyomanwirya@undiksha.ac.id

2

,

m_magta@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diterapkan metode bermain melalui kegiatan lompat tali pada anak kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak TK pada kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Data penelitian tentang kemampuan motorik kasar dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan motorik kasar dengan penerapan metode bermain melalui kegiatan lompat tali pada siklus I sebesar 67,87% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88.75% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan metode bermain melalui kegiatan lompat tali sebesar 20,88%.

Kata-kata kunci: Metode bermain, lompat tali, motorik kasar

Abstract

This study aims to determine the increase in gross motor skills after the applied method of playing through a jump rope activity in children in group A at TK Tunas Gianyar Gama School Academic Year 2015 / 2016.Jenis this research is classroom action research conducted in two cycles. The subjects were 15 kindergarten children in group A at TK Tunas Gianyar Gama School Academic Year 2015/2016. The research data on gross motor skills were collected by observation with instruments such as observation sheet. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The result showed that there was an increase in gross motor skills with the application of a method of playing through jumping rope on the first cycle of 67.87% were in middle category had experienced an increase in the second cycle into 88.75% were classified in the high category. Thus, there is an increase in gross motor skills of children after the applied method of playing through a jump rope activity of 20.88%.

(2)

PENDAHULUAN

Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, baik pendidikan secara formal di sekolah maupun secara nonformal. Pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui pemberian pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal. Hampir semua orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak dan anak merupakan investasi yang tak ternilai harganya. Pendidikan usia dini merupakan pendidikan awal anak sebelum mesuk ke jenjang berikutnya yaitu di sekolah dasar.

Masa lima tahun pertama

pertumbuhan dan perkembangan anak keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang pesat. Salah satu kemampuan anak usia dini yang berkembang pesat adalah kemampuan motoriknya. Perkembangan motorik kasar yang baik tidak hanya didukung melalui pertumbuhan gizi saja, akan tetapi didukung juga oleh stimulasi yang diberikan. Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut Laura E.Berk (dalam

Suyadi,2010:68) “Semakin anak

bertambah dewasa dan kuat tubuhnya, maka gaya geraknya semakin sempurna. Hal ini mengakibatkan tumbuh kembang otot semakin membesar dan menguat, dengan membesar dan menguatnya otot

tersebut keterampilan baru selalu

bermunculan dan semakin bertambah kompleks”. Pada awal-awal tahun pascakelahiran, gerak motorik kasar anak sudah kompleks dan selalu muncul yang baru walaupun masih sangat kaku. Pada usia 2 tahun seiring dengan menguatnya otot-otot badan gerak motoriknya mulai

menunjukkan kelenturan atau elastisitas serta ritmenya mulai kelihatan teratur,

anak akan mulai bisa berlari-lari,

melompat dan meloncat.

Pada usia 1-2 tahun atau sebelum anak bisa berlari-lari kecil, melompat dan meloncat, anak telah mampu duduk,berdiri merambat, berdiri dengan satu kaki, bahkan pada usia itu anak telah mampu naik dan turun tangga”. Tentu semua itu pada awalnya memerlukan stimulasi dari orang tua atau pengasuh. Setelah anak menginjak usia 2 tahun anak akan mampu melakukan gerakan motorik kasar. Ketika anak telah menunjukkan gerak lentur badannya, maka gerakan kaki, tangan, dan bahunya semakin bebas dengan

eksperimen keterampilan-keterampilan

baru, seperti melemper dan menangkap bola, naik sepeda roda tiga, dan bermain simplai. Hingga usia 5-6 tahun anak telah mampu bergerak secara simultan dengan

mengombinasikan secara terorganisir

semua organ tubuhnya. Menurut Piaget (dalam Madyawati,2016:144) “Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang demi kesenangan”.

Menurut Elliot (dalam Latif, 2013:77) “Bermain arti yang lebih tepat ialah setiap

kegiatan yang dilakukan untuk

kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajibannya”. Di TK Tunas Gama School Gianyar kemampuan motorik kasar anak belum berkembang dengan optimal.

Penyebab belum berkembangnya

kemampuan motorik kasar pada anak

adalah dikarenakan media yang

digunakan membuat anak cepat bosan, sehingga pembelajaran yang diberikan oleh guru masih kurang bervariasi dan monoton serta membuat anak merasa kurang tertarik terhadap kegiatan yang

diberikan oleh guru. Hal tersebut

menyebabkan anak kurang berminat dan kurang termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil Observasi di TK Tunas Gama School dengan yaitu adanya

anak yang kurang menjaga

keseimbangannya karena anak masi malu-malu untuk melakukan kegiatan.

(3)

Anak merasa malu sehingga ketika diajak bermain anak hanya selalu diam, dan saat melakukan kegiatan anak menjadi tidak

bisa menjaga keseimbangan saat

melakukan kegiatan tersebut. Terlihat dari 15 anak, ada 9 anak yang kategori rendah

atau belum berkembang dalam

kemampuan motorik kasarnya (mendapat bintang «), Sedangkan 4 orang anak

dapat mulai berkembang dalam

kemampuan motorik kasarnya dan mendapat bintang (««), dan 2 anak dalam kemampuan motorik kasarnya

berkembang sesuai harapan dalam

kategori mendapat bintang («««). Berdasarkan hasil Wawancara Di TK Tunas Gama School Gianyar guru kelas A yan bernama juli menyatakan bahwa anak masih belum mampu melakukan gerak melompat dengan seimbang, anak masih merasa ragu (kurang percaya diri), sehingga hasil loncatan kurang maksimal, anak masih kurang seimbang dan kurang lincah, ataupun anak belum mampu melampaui rintangan tali dengan gerakan meloncat satu kaki maupun dua kaki, ataupun melalui aktivitas berlari dan meloncat pada batas ketinggian yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak diberikan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan melalui penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Metode Bermain

Melalui Kegiatan LompatTali Untuk

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok A Di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran

2015/2016”. Mengembangkan

kemampuan motorik sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara opimal. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan gerakan motorik kasar juga memerlukan gerakan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat dan berlari. Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Hadis (dalam Sujiono, dkk, 2008;12.13) “dapat dilakukan dengan

melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras, bersiul,membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian, dan sebagainya”.

Perkembangan fisik motorik kasar menurut Soemiarti Padmonodewo (dalam Lestari 2014) “adalah koordinasi sebagian besar otot tubuh manusia”. Tulang dan

otot mereka semakin kuat dan

memungkinkan mereka untuk berlari, melompat dan memanjat lebih cepat, lebih jauh, dan lebih baik. Siti Aisyah (dalam Lestari, 2014) ” motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh tubuh yangdipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri”. Motorik kasar dapat distimulasi dengan kegiatan berjalan, berlari, melompat, meloncat, melempar, memantulkan, merangkak, dan sebagainya. Ada banyak kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan motorik kasar anak antara lain: melompat tali, berjalan zig-zag, memantulkan bola besar, renang, senam fantasi dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dan dapat juga memberikan rasa senang pada diri anak. Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan motorik kasar adalah gerak seluruh tubuh yang memungkinkan anak untuk berlari, memanjat, melompat dan berayun. Karena gerak motorik kasar sangat penting untuk melatih otot-otot anak agar kemampuan anak dalam melakukan kegiatan motorik berkembang dengan optimal.

Pada dasarnya kemampuan motorik

kasar anak yang dihasilkan

daripembelajaran motorik di sekolah

berbeda-beda, tergantung pada

banyaknya pengalaman gerakan dan unsur-unsur pokok yang dikuasai oleh anak. Di sinilah guru harus benar-benar

memperhatikan unsur-unsur pokok

pembelajarn motorik agar anak dapat

mencapai kemampuan keterampilan

gerakan fisik motorik, sesuai dengan target yang diharapkan Richard Decaprio

(dalam lestari,2014), yaitu : 1)

Keseimbangan, Menurut Satya (dalam Lestari, 2014). “keseimbangan adalah

halyang berhubungan dengan

(4)

suatu posisi atau sikap tubuh yang efisien ketika tubuh dalam keadaan diam atau sedang bergerak”.2)Kekuatan, Kekuatan mnurut Sujiono (dalam Lestari, 2014) “Kekuatan merupakan hasil kerja otot

yang berupa kemampuan untuk,

mengangkat, menjinjing, menahan,

mendorong atau menarik beban”. Semakin besar kemampuan otot yang dikeluarkan maka akan semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan dari kerja otot tersebut, sebaliknya semakin kecil kemampuan otot yang dikeluarkan maka semakin kecil pula kekuatan yang dihasilkan. Latihan-latihan

yang secara langsung mendukung

peningkatan kekuatan otot seperti gerakan

menahan beban tubuh dengan

merentangkan tangan ke dinding, dan latihan dengan mengangkat beban dan jalan dengan kaki jinjit. 3)Kelincahan, Menurut Satya (Lestari, 2014) “kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan secara bersama-sama dengan gerakan lainnya”. Untuk mengukur kelincahan

seseorang disamping mengukur

kemampuan kecepatan gerak juga perlu memperhatikan seberapa cepat dapat melakukan perubahan posisi tubuh untuk melakukan gerakan lain yang berbeda.

Lompat adalah suatu gerakan

mengangkat tubuh dari satu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat

dengan kaki/anggota tubuh lainnya

dengan keseimbangan yang baik. Alat yang digunakan dalam pembelajaran

lompat dapat berupa tali yang

direntangkan untuk dilompati. Sujiono, dkk (dalam Kumalasari, 2015) “ Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dengan mendarat dengan kaki atau

anggota tubuh lainnya dengan

keseimbangan yang baik”. Lompat

merupakan salah satu pengembangan dari kegiatan melompat. Salah satu variasi dari gerakan melompat adalah permainan lompat tali, dimana dalam permaian tersebut dimainkan scara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak.

Dalam bermain alat yang digunakan dalam permainan lompat tali berupa tali

gelang karet yang dironce yang

direntangkan melintang untuk dilompati. Kegiatan lompat tali merupakan kegiatan motorik kasar yang dilakukan oleh anak berkaitan dengan kemampuan atau keterampilan kaki dalam melompati seutas tali dengan ketinggian tertentu. Tali yang dimaksud adalah berupa untaian karet gelang yang dirangkai menjadi panjang atau dengan ukuran tertentu. Tali yang digunakan rangkaian karet, karena aman untuk Lompat tali yang dilakukan anak adalah anak melakukan lompatan dengan satu kaki kemudian melompati tali tanpa menyentuh tali tersebut.

Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang. Permainan ini sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahrag Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di sekitar kita. Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun yang memungkinkan lalu.

Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan lompat tali merupakan suatu kegiatan bermain yang baik bagi tubuh. lompat merupakan gerakan yang dapat dilakukan menggunakan satu kaki atau dua kaki. Gerakan melompat dapat divariasi dengan menggunakan rintangan atau jarak sesuai dengan kemampuan anak. Permainan ini dapat dilakukan dengan cara berlari sambil melompat untuk melatih kekuatan dan kseimbangan otot-otot anak.

Metode Bermain adalah “kegiatan yang memberikan kesenangan atau kepuasan pada anak melalui aktivitas langsung” Suratno (dalam Ariani, 2015). Moeslichatoen R (dalam Prayuanti 2014) bahwa Metode Bermain merupakan

sarana yang dapat memberikan

(5)

meningkatkan kemampuan bekerjasama.

Menurut Piaget (dalam Madyawati,

2016:144) “Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi

kesenangan”. Sedangkan Metode

bermain, menurut Montalalu (dalam Srianis, 2014) menyatakan “metode Bermain dalam pembelajaran di TK adalah suatu teknik penyampaian informasi yang

ditujukan pada anak melalui alat

permainan/kegiatan yang dapat

memberikan kenyamanan dan

kesenangan pada anak.

Hurlock (dalam Djuniartiningsih,

2012) berpendapat bahwa bermain

penting bagi anak karena setiap anak

dalam perkembangannya biasanya

mendapatkan dari lingkungan hidupnya, baik dari lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih dekat. Sedangkan menurut Freeman dalam Madyawati

(2016:144)” mendefinisikan bermain

sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, fisisk, intelektual, sosial, moral dan emosional”. Konsep bermain menurut Hurlock dalam Madyawati (2016:144) “adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir”.

Sedangkan Karl Buhker (dalam

Djuniartiningsih, 2012) berpendapat

bahwa Bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan, dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi pelaku lainnya. Ketika anak mulai mampu berbicara dan berfantasi meluas menjadi

kenikmatan berkreasi. Bermain

merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh

pengetahuan yang dapat

mengembangkan kemampuan dirinya”. Bermain merupakan suatu aktivitas yang sangat khas dan sangat berbeda dari aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.

Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjang hari, bermain adalah kehidupan dan kehidupan adalah bermain. Tedjasaputra (dalam ariani;2015) bermain adalah“kegiatan yang mempunyai nilai praktis yang artinya, bermain

digunakan sebagai media untuk

meningkatkan keterampilan dan

kemampuan tertentu pada anak”.

Kemampuan dan keterampilan yang inginditingkatkan dalam kegiatan bermain ini adalah kemampuan motorik kasar yang meliputi kemampuan anak dalam kegiatan

berlari, merangkak, memanjat, dan

melompat.

Dari teori-teori diatas dapat

disimpulkan metode bermain merupakan suatu kegiatan bermain yang bisa dilakukan berulang-ulang dengan bermain anak akan bahagia, karena bermain dilakukan sepanjang hari. Bermain dapat

mengmbangkan perkembangan anak

secara optimal. Menurut catron dan allen (dalam Sujiono2011:145). “Tujuan metode bermain dalam pendidikan anak usia dini merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, peranan dan diskusi”. Pada dasarnya bermain juga memiliki tujuan utama yakni

memelihara perkembangan atau

pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif.

Penekanan dari bermain adalah

perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.

METODE

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran

2015/2016. Tempat pelaksanaan

penelitian ini dilaksanakan pada kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar dalam kegiatan pembelajaran. Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah anak kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang dengan 9 anak perempuan dan 6 orang anak laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan motorik kasar pada anak A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun

Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini

tergolong jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Elliot dalam Sanjaya (2009:25) menyatakan bahwa “ penelitian tindakan

(6)

adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,

dan mempelajari pengaruh yang

ditumbulkannya”. Hasley dalam Sanjaya (2009:24) menyatakan bahwa” Penelitian tindakan adalah intervensi dalam dunia

nyata serta pemeriksaan terhadap

pengaruh yang ditimbulkan dari intervensi tersebut”. Pendapat lain tentang penelitian tindakan dikemukakan oleh Burn dalam Sanjaya (2009:25) yang menyatakan

bahwa “penelitian tindakan adalah

penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi

sosial untuk meningkatkan kualitas

tindakan yang dilakukan dengan

melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi”. Berdasarkan definisi di atas, dapat di simpulkan

bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan

suatu tindakan yang dimunculkan di

kelas untuk memperbaiki praktik

pembelajaran

guna

meningkatkan

mutu

pembelajaran.

Variabel

merupakan suatu konsep sangat

penting di dalam penelitian. Menurut

kerlinger (dalam Agung, 2014:39)

“Variabel sebagai sebuah konsep”.

Sugiyono,

(Agung,

2014:40)

“menyatakan, variabel adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga

memperoleh

informasi

tentang hal tersebut”. Bermain

digunakan sebagai media untuk

meningkatkan

keterampilan

dan

kemampuan tertentu pada anak.

Kegiatan lompat tali merupakan

kegiatan motorik kasar yang dilakukan

oleh

anak

berkaitan

dengan

kemampuan atau keterampilan kaki

dalam melompati seutas tali dengan

ketinggian tertentu. Secara fisik anak

jadi lebih terampil, karena bisa belajar

cara dan teknik melompat yang dalam

permainan ini memang memerlukan

keterampilan sendiri. Kemampuan dan

keterampilan yang inginditingkatkan

dalam kegiatan bermain iniadalah

kemampuan

motorik

kasar

yangmeliputi kemampuan anak dalam

kegiatanberlari, merangkak, memanjat,

dan melompat. Sebuah penelitian

variabel yang digunakan harus jelas.

Menurut Kerlinger (dalam Agung,

2012:41)

menyatakan

“variabel

sebagai sebuah konsep seperti halnya

laki-laki dalam jenis kelamin, insaf

dalam konsep kesadaran”. Variabel

penelitian

juga

sering

dikatakan

sebagai faktor-faktor yang berperan

dalam peristiwa atau gejala yang akan

di teliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa

variabel merupakan segala sesuatu

atau sebuah konsep yang akan

menjadi objek pengamatan dalam

sebuah

penelitian.

Kemampuan

motorik kasar adalah skor yang

didapat dari hasil observasi pada anak

dengan memperhitungkan beberapa

aspek seperti berlari meloncat, dan

melompat. Penelitian dengan skala

1,2,3,4.

Penlitian

ini

merupakan

penelitian tindakan kelas. Menurut

Kemmis

(sanjaya.

2009:24)

menyatakan

“penelitian

tindakan

adalah suatu bentuk penelitian reflektif

dan kolektif yang dilakukan oleh

peneliti dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran praktik sosial

mereka”. Menurut Colen (Sanjaya,

2009:24) “penelitian tindakan adalan

intervensi dalam dunia nyata serta

pemeriksaan terhadap pengaruh yang

ditimbulkan dari intervensi tersebut”.

Dari

pendapat

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa,

penelitian

tindakan

kelas

adalah

suatu

pencermatan terhadap suatu kegiatan

dalam belajar yang berupa tindakan

mengumpulkan data dan mengolah

data sehingga menentukan tingkat

keberhasilannya, yang dilaksanakan

pembelajaran tersebut di dalam kelas.

Penelitian

tindakan

kelas

ini

disesuaikan dengan model rancangan

kemmis. Penelitian ini dilaksanakan

dalam

beberapa

siklus.

Adapun

(7)

tahapan dari penelitian tindakan kelas

(PTK ). Berikut adalah PTK menurut

Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 1. Model/desain penelitian

tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)

Tahapan-tahapan yang terdapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggert

(Arikunto dalam Deka, 2013:21)

diantaranya: Perencanaan, Dalam

penelitian ini rencana tindakan apa yang

akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun

perencanaan tindakan berdasarkan

identifikasi masalah pada obeservasi awal

sebelum penelitian dilaksanakan.

Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari

bahan ajar, rencana pembelajaran,

metode dan strategi pembelajaran,

pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana. Tindakan, Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan,

peningkatan atau perubahan yang

diinginkan. Pelaksanaan tindakan

disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya.

Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh

diharapkan dapat meningkatkan

kerjasama peneliti dengan subjek

penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas. Observasi, Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Refleksi, Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini,

peneliti bersama-sama guru dapat

melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa

yang perlu diperbaiki lagi dalam

pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data kemampuan motorik kasar anak pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Md) dan

Mean (M), grafik polygon dan

membandingkan rata-rata persen (M%)

dengan model PAP skala lima.

Berdasarkan hasil observasi yang telah

dilaksanakan pada saat penerapan

metode bermain melalui kegiatan lompat tali yang menggunakan 4 indikator yang muncul pada proses pembelajaran akan diberi bobot, yakni 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2

(mulai berkembang), 1 (belum

(8)

masing-masing anak dibagi dengan bobot maksimal dikali 100. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan

metode yang telah ditetapkan

sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 2. Data Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Kelompok A TK Tunas Gama School Gianyar pada Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan

grafik polygon di atas terlihat Mo < Md < M, (9 < 10 <10,86), sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebaran data

kemampuan motorik kasar anak pada Siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor Kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A di TK Tunas Gama

School Gianyar Tahun Pelajaran

2015/2016 cenderung sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan dan

temuan yang dilakukan selama

pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah Pada pertemuan awal,

kegiatan lompat tali (dengan

menggunakan karet) yang digunakan anak belum seimbang dalam melompat tali dengan dua kaki . karena anak belum terlatih dalam melakukan lompat tali

dengan dua kaki tersebut. Pada

pertemuan kedua, ditemukan anak yang belum seimbang dalam melompat tali dengan satu kaki karena anak kurang fokus pada saat melompat. Pada pertemuan ketiga, dalam bermain lompat tali dengan dua kaki kekuatan anak masih

kurang dalam melompat dan

mengayunkan tali. Karena anak belum terlatih melompat sambil mengayunkan tali tersebut. Pada pertemuan ke empat, anak masi belum lincah dalam bermain lompat

tali dari tumit sampai lutut dan kebanyakan anak yang melompat dengan dua kaki mengenai karet . karena anak belum terlatih dan diperlukan latihan untuk melompat tali agar anak mampu melompat tali dengan lincah.

Guru harus mendampingi anak dan memberikan contoh dalam melakukan kegiatan bermain lompat tali dengan dua kaki yang baik. Guru memberikan contoh dan melatih anak agar mampu melompat tali dengan satu kaki. Guru memberikan contoh terlebih dahulu dan guru mengawasi anak agar mampu bermain lompat tali dengan dua kaki . Melatih anak untuk menjaga kekuatan kakinya untuk bermain lompat tali dari tumit sampapi lutut agar anak mampu melompat dengan baik

Melalui perbaikan proses

pembelajaran pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperhatikan melalui peningkatan kemampuan motorik kasar. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

Gambar 3. Data Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Kelompok A TK Tunas Gama School Gianyar pada Siklus II

Secara umum proses

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah direncanakan, Anak sudah mampu dalam melompat tali dengan dua kaki dan melompat tali dengan satu kaki. Dalam bermain lompat tali dengan dua kaki anak sudah terlihat lincah melompat sambil mengayunkan tali, Dan anak sudah

0 1 2 3 4 5 9 10 11 12 13 fr ek u en si (f) Skor (X) 0 1 2 3 4 5 12 13 14 15 16 fr ek u en si (f) Skor (X)

(9)

mampu bermain lompat tali dari tumit sampai lutut karena sudah terlihat pada

saat anak melompat. Sehingga

peningkatan kemampuan motorik kasar anak yang diharapkan dapat tercapai. Hal ini terlihat dari jumlah anak yang mendapat perolehan bintang empat pada siklus II lebih banyak. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi

temuan-temuan di atas adalah sebagai

berikut.Dalam kemampuan motorik kasar

dengan lompat tali guru selalu

mendampingi anak pada saat melompat dan memberikan motivasi untuk anak agar anak melompat dnegan baik. Agar anak mampu melompat dengan baik guru mengulang kegitan yang diberikan sampai anak mampu melompat dengan baik.

Berdasarkan hasil analisis statistk deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif

diperoleh rata-rata persentase

kemampuan motorik kasar anak kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016 pada siklus I sebesar 67,87% dan rata-rata persentase kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A di TK TunasGama School Gianyar pada siklus II sebesar 88.75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan motorik kasar pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,88% dan berada pada kategori tinggi.

Penelitian ini dianggap berhasil di siklus II. Sehubungan dengan hal tersebut, penerapan metode bermain melalui kegiatan lompat tali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak hingga mencapai kriteria tinggi tetapi karena adanya keterbatasan waktu baik dari pihak peneliti maupun pihak sekolah maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya untuk mencapai kriteria sangat tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV

dapat disimpulkan bahwa terjadi

peningkatan kemampuan motorik kasar

setelah diterapkan metode bermain

melalui kagiatan lompat tali pada anak kelompok di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal

ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik kasar pada setiap siklus. Pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat diketahui pencapaian kemampuan motorik kasar sebesar 67,87% yang berada pada kategori sedang dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,75% yang berada pada

kategori tinggi. Dengan demikian

penerapan metode bermain melalui kegiatan Lompat tali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A di TK Tunas GamaSchool Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016.

Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada

Kepala Sekolah, disarankan agar

memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar untuk anak agar media yang digunakan

menajadi bervariasi. Kepada guru,

disarankan lebih kreatif untuk memilih media yang digunakan untuk mengajar, agar anak lebih semangat dalam proses pembelajaran dan membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.

Kepada peneliti lain, perlu

menyempurnakan penelitian ini, karena pencapaian kemampuan motorik asar anak dalam penelitian ini baru tercapai pada kriteria tinggi. Peneliti lain diharapkan memperhatikan kekurangan dalam penelitian ini. Selain itu diharapkan, kepada peneliti lain lebih membimbing dan memotivasi anak pada saat kegiatan

pembelajaran sehingga dapat

mengoptimalkan pembelajaran dalam

kemampuan motorik kasar dengan

menggunakan metode serta media

pembelajaran yang tepat agar tercapai hasil yang optimal. Kepada para pembaca, Peneliti merupakan peneliti permula yang masih jauh dari kata sempurna. penelitian ini hanya dilakukan sampai siklus II karena

keterbatasan wakt. karena peneliti

merupakan peneliti permula dan jauh dari kata sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

(10)

---. 2014. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Yogjakarta: Aditya

Media Publishing.

Ariani, Kadek Lia. 2015. “Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media

Kotak Berwarna Untuk

Menningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak “. Volume 3, Nomor 1 (hlm.3).

Djuartiningsih. 2012. Penerapan Metode Bermain Balok Dapat Meningkatan Kreativitas Anak Kelompok B di TK Merpati Pos. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Latif, Mukhtar. 2013. Pendidikan Anak

Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Lestari, Rohmani Budi. 2014.

Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar melalui Gerak Lokomotor pada Anak Kelompok B TK Aba

Gondang. Yogyakarta:Universitas

Negeri Yogyakarta.

Madyawati, Lilis. 2016. Strategi

Pengembangan Bahasa pada Anak.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nurjatmika, Yusep. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk TK. Jogjakarta: Diva Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan

Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional RI.

Prayuanti, Endah. 2014. Peningkatan Kemampuan Bekerjasama Melalui Metode Bermain Pada kelompok B Di TK PKK 54 Pucung Pendowoharjo

Sewon Bantul. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta. Puspitowati, Sri Prihatini. 2012. Upaya

Meningkatkan Motorik Kasar Anak

Melalui Permainan Tradisional

Lompat Tali Pada Kelompok B Di TK Pertiwi Sribit Delanggu Klaten Tahun

Ajaran 2012/2013. (hlm.3).

Surakarta: Universitas

Muhammadyah Surakarta.

Sanjaya, Wayan. 2009. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Srianis, Komang. 2014. Penerapan

Metode Bermain Puzzle Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitf Anak Dalam Mengenal

Bentuk. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha, Volume 2, Nomor 1 (hlm.3).

Sujiono, Bambang dkk. 2008. Metode

Pengembangan Fisik. Jakarta:

Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konep

Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Gambar

Gambar  1.  Model/desain  penelitian  tindakan  kelas  menurut  Kemmis  dan  Mc  Taggert  (Arikunto  dalam  Deka,  2013:21)
Gambar  3.  Data  Kemampuan  Motorik  Kasar  pada  Anak  Kelompok  A  TK Tunas Gama School Gianyar  pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

uji statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok senyawa O-(4- nitrobenzoil)piroksikam dengan kelompok pembanding (piroksikam), maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan sinbiotik sebagai aditif pakan ayam petelur tidak berpengaruh terhadap kandungan protein putih telur, lemak kuning telur, dan

Soaking process in white pepper processing is also one of the important factors to get good quality of pepper. I t need plenty of clean running water to get

In a context as the Italian one, where EH is rather weak, it is even more difficult to define the boundaries of IEH, separating it from other discipli- nes and subfields which have

Dari tabel 4.8 di atas menjelaskan besar nilai korelasi atau hubungan (R) yaitu sebesar -0,41 dan dijelaskan besarnya persentase pengaruh kompetensi sosial guru PAI terhadap

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara seperti dimaksud sesuai dengan bunyi Pembukaan UUD RI 1945 Alenia IV yang secara jelas menyatakan “Kemudian dari pada itu untuk

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu proses isolasi α -selulosa dari serbuk tandan kosong kelapa sawit, dan proses sintesis selulosa dengan penambahan

Melihat permasalahan yang terjadi, maka dalam penelitian ini dirancang sistem informasi manajemen keuangan rumah sakit berbasis web dengan harapan dapat memberikan