PENERAPAN BERMAIN LOMPAT TALI UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK KASAR KELOMPOK A TK
TUNAS GAMA SCHOOL
Gusti Ayu Dwi Padmaswari
1, I Nyoman Wirya
2, Mutiara Magta
3Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: yudebelonk@yahoo.co.id
1, nyomanwirya@undiksha.ac.id
2,
m_magta@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diterapkan metode bermain melalui kegiatan lompat tali pada anak kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak TK pada kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Data penelitian tentang kemampuan motorik kasar dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan motorik kasar dengan penerapan metode bermain melalui kegiatan lompat tali pada siklus I sebesar 67,87% yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88.75% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi, terdapat peningkatan kemampuan motorik kasar anak setelah diterapkan metode bermain melalui kegiatan lompat tali sebesar 20,88%.
Kata-kata kunci: Metode bermain, lompat tali, motorik kasar
Abstract
This study aims to determine the increase in gross motor skills after the applied method of playing through a jump rope activity in children in group A at TK Tunas Gianyar Gama School Academic Year 2015 / 2016.Jenis this research is classroom action research conducted in two cycles. The subjects were 15 kindergarten children in group A at TK Tunas Gianyar Gama School Academic Year 2015/2016. The research data on gross motor skills were collected by observation with instruments such as observation sheet. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The result showed that there was an increase in gross motor skills with the application of a method of playing through jumping rope on the first cycle of 67.87% were in middle category had experienced an increase in the second cycle into 88.75% were classified in the high category. Thus, there is an increase in gross motor skills of children after the applied method of playing through a jump rope activity of 20.88%.
PENDAHULUAN
Pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, baik pendidikan secara formal di sekolah maupun secara nonformal. Pendidikan anak usia dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi tumbuh kembang anak secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat. Pendidikan tersebut dilakukan melalui pemberian pengalaman dan rangsangan yang kaya dan maksimal. Hampir semua orang tua menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak dan anak merupakan investasi yang tak ternilai harganya. Pendidikan usia dini merupakan pendidikan awal anak sebelum mesuk ke jenjang berikutnya yaitu di sekolah dasar.
Masa lima tahun pertama
pertumbuhan dan perkembangan anak keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang berkembang pesat. Salah satu kemampuan anak usia dini yang berkembang pesat adalah kemampuan motoriknya. Perkembangan motorik kasar yang baik tidak hanya didukung melalui pertumbuhan gizi saja, akan tetapi didukung juga oleh stimulasi yang diberikan. Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut Laura E.Berk (dalam
Suyadi,2010:68) “Semakin anak
bertambah dewasa dan kuat tubuhnya, maka gaya geraknya semakin sempurna. Hal ini mengakibatkan tumbuh kembang otot semakin membesar dan menguat, dengan membesar dan menguatnya otot
tersebut keterampilan baru selalu
bermunculan dan semakin bertambah kompleks”. Pada awal-awal tahun pascakelahiran, gerak motorik kasar anak sudah kompleks dan selalu muncul yang baru walaupun masih sangat kaku. Pada usia 2 tahun seiring dengan menguatnya otot-otot badan gerak motoriknya mulai
menunjukkan kelenturan atau elastisitas serta ritmenya mulai kelihatan teratur,
anak akan mulai bisa berlari-lari,
melompat dan meloncat.
Pada usia 1-2 tahun atau sebelum anak bisa berlari-lari kecil, melompat dan meloncat, anak telah mampu duduk,berdiri merambat, berdiri dengan satu kaki, bahkan pada usia itu anak telah mampu naik dan turun tangga”. Tentu semua itu pada awalnya memerlukan stimulasi dari orang tua atau pengasuh. Setelah anak menginjak usia 2 tahun anak akan mampu melakukan gerakan motorik kasar. Ketika anak telah menunjukkan gerak lentur badannya, maka gerakan kaki, tangan, dan bahunya semakin bebas dengan
eksperimen keterampilan-keterampilan
baru, seperti melemper dan menangkap bola, naik sepeda roda tiga, dan bermain simplai. Hingga usia 5-6 tahun anak telah mampu bergerak secara simultan dengan
mengombinasikan secara terorganisir
semua organ tubuhnya. Menurut Piaget (dalam Madyawati,2016:144) “Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang demi kesenangan”.
Menurut Elliot (dalam Latif, 2013:77) “Bermain arti yang lebih tepat ialah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya, dan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajibannya”. Di TK Tunas Gama School Gianyar kemampuan motorik kasar anak belum berkembang dengan optimal.
Penyebab belum berkembangnya
kemampuan motorik kasar pada anak
adalah dikarenakan media yang
digunakan membuat anak cepat bosan, sehingga pembelajaran yang diberikan oleh guru masih kurang bervariasi dan monoton serta membuat anak merasa kurang tertarik terhadap kegiatan yang
diberikan oleh guru. Hal tersebut
menyebabkan anak kurang berminat dan kurang termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil Observasi di TK Tunas Gama School dengan yaitu adanya
anak yang kurang menjaga
keseimbangannya karena anak masi malu-malu untuk melakukan kegiatan.
Anak merasa malu sehingga ketika diajak bermain anak hanya selalu diam, dan saat melakukan kegiatan anak menjadi tidak
bisa menjaga keseimbangan saat
melakukan kegiatan tersebut. Terlihat dari 15 anak, ada 9 anak yang kategori rendah
atau belum berkembang dalam
kemampuan motorik kasarnya (mendapat bintang «), Sedangkan 4 orang anak
dapat mulai berkembang dalam
kemampuan motorik kasarnya dan mendapat bintang (««), dan 2 anak dalam kemampuan motorik kasarnya
berkembang sesuai harapan dalam
kategori mendapat bintang («««). Berdasarkan hasil Wawancara Di TK Tunas Gama School Gianyar guru kelas A yan bernama juli menyatakan bahwa anak masih belum mampu melakukan gerak melompat dengan seimbang, anak masih merasa ragu (kurang percaya diri), sehingga hasil loncatan kurang maksimal, anak masih kurang seimbang dan kurang lincah, ataupun anak belum mampu melampaui rintangan tali dengan gerakan meloncat satu kaki maupun dua kaki, ataupun melalui aktivitas berlari dan meloncat pada batas ketinggian yang telah ditentukan. Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak diberikan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan melalui penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Metode Bermain
Melalui Kegiatan LompatTali Untuk
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Anak Kelompok A Di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran
2015/2016”. Mengembangkan
kemampuan motorik sangat diperlukan anak agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara opimal. Gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan gerakan motorik kasar juga memerlukan gerakan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat dan berlari. Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Hadis (dalam Sujiono, dkk, 2008;12.13) “dapat dilakukan dengan
melatih anak untuk meloncat, memanjat, memeras, bersiul,membuat ekspresi muka senang, sedih, gembira, berlari, berjinjit, berdiri di atas satu kaki, berjalan di titian, dan sebagainya”.
Perkembangan fisik motorik kasar menurut Soemiarti Padmonodewo (dalam Lestari 2014) “adalah koordinasi sebagian besar otot tubuh manusia”. Tulang dan
otot mereka semakin kuat dan
memungkinkan mereka untuk berlari, melompat dan memanjat lebih cepat, lebih jauh, dan lebih baik. Siti Aisyah (dalam Lestari, 2014) ” motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh tubuh yangdipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri”. Motorik kasar dapat distimulasi dengan kegiatan berjalan, berlari, melompat, meloncat, melempar, memantulkan, merangkak, dan sebagainya. Ada banyak kegiatan yang dapat menstimulasi kemampuan motorik kasar anak antara lain: melompat tali, berjalan zig-zag, memantulkan bola besar, renang, senam fantasi dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dan dapat juga memberikan rasa senang pada diri anak. Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan motorik kasar adalah gerak seluruh tubuh yang memungkinkan anak untuk berlari, memanjat, melompat dan berayun. Karena gerak motorik kasar sangat penting untuk melatih otot-otot anak agar kemampuan anak dalam melakukan kegiatan motorik berkembang dengan optimal.
Pada dasarnya kemampuan motorik
kasar anak yang dihasilkan
daripembelajaran motorik di sekolah
berbeda-beda, tergantung pada
banyaknya pengalaman gerakan dan unsur-unsur pokok yang dikuasai oleh anak. Di sinilah guru harus benar-benar
memperhatikan unsur-unsur pokok
pembelajarn motorik agar anak dapat
mencapai kemampuan keterampilan
gerakan fisik motorik, sesuai dengan target yang diharapkan Richard Decaprio
(dalam lestari,2014), yaitu : 1)
Keseimbangan, Menurut Satya (dalam Lestari, 2014). “keseimbangan adalah
halyang berhubungan dengan
suatu posisi atau sikap tubuh yang efisien ketika tubuh dalam keadaan diam atau sedang bergerak”.2)Kekuatan, Kekuatan mnurut Sujiono (dalam Lestari, 2014) “Kekuatan merupakan hasil kerja otot
yang berupa kemampuan untuk,
mengangkat, menjinjing, menahan,
mendorong atau menarik beban”. Semakin besar kemampuan otot yang dikeluarkan maka akan semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan dari kerja otot tersebut, sebaliknya semakin kecil kemampuan otot yang dikeluarkan maka semakin kecil pula kekuatan yang dihasilkan. Latihan-latihan
yang secara langsung mendukung
peningkatan kekuatan otot seperti gerakan
menahan beban tubuh dengan
merentangkan tangan ke dinding, dan latihan dengan mengangkat beban dan jalan dengan kaki jinjit. 3)Kelincahan, Menurut Satya (Lestari, 2014) “kelincahan adalah kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh dengan cepat yang dilakukan secara bersama-sama dengan gerakan lainnya”. Untuk mengukur kelincahan
seseorang disamping mengukur
kemampuan kecepatan gerak juga perlu memperhatikan seberapa cepat dapat melakukan perubahan posisi tubuh untuk melakukan gerakan lain yang berbeda.
Lompat adalah suatu gerakan
mengangkat tubuh dari satu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat
dengan kaki/anggota tubuh lainnya
dengan keseimbangan yang baik. Alat yang digunakan dalam pembelajaran
lompat dapat berupa tali yang
direntangkan untuk dilompati. Sujiono, dkk (dalam Kumalasari, 2015) “ Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dengan mendarat dengan kaki atau
anggota tubuh lainnya dengan
keseimbangan yang baik”. Lompat
merupakan salah satu pengembangan dari kegiatan melompat. Salah satu variasi dari gerakan melompat adalah permainan lompat tali, dimana dalam permaian tersebut dimainkan scara bersama-sama oleh 3 hingga 10 anak.
Dalam bermain alat yang digunakan dalam permainan lompat tali berupa tali
gelang karet yang dironce yang
direntangkan melintang untuk dilompati. Kegiatan lompat tali merupakan kegiatan motorik kasar yang dilakukan oleh anak berkaitan dengan kemampuan atau keterampilan kaki dalam melompati seutas tali dengan ketinggian tertentu. Tali yang dimaksud adalah berupa untaian karet gelang yang dirangkai menjadi panjang atau dengan ukuran tertentu. Tali yang digunakan rangkaian karet, karena aman untuk Lompat tali yang dilakukan anak adalah anak melakukan lompatan dengan satu kaki kemudian melompati tali tanpa menyentuh tali tersebut.
Main lompat tali merupakan suatu kegiatan yang baik bagi tubuh. Secara fisik anak jadi lebih terampil, karena bisa belajar cara dan teknik melompat yang dalam permainan ini memang memerlukan keterampilan sendiri. Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang. Permainan ini sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahrag Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di sekitar kita. Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun yang memungkinkan lalu.
Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan lompat tali merupakan suatu kegiatan bermain yang baik bagi tubuh. lompat merupakan gerakan yang dapat dilakukan menggunakan satu kaki atau dua kaki. Gerakan melompat dapat divariasi dengan menggunakan rintangan atau jarak sesuai dengan kemampuan anak. Permainan ini dapat dilakukan dengan cara berlari sambil melompat untuk melatih kekuatan dan kseimbangan otot-otot anak.
Metode Bermain adalah “kegiatan yang memberikan kesenangan atau kepuasan pada anak melalui aktivitas langsung” Suratno (dalam Ariani, 2015). Moeslichatoen R (dalam Prayuanti 2014) bahwa Metode Bermain merupakan
sarana yang dapat memberikan
meningkatkan kemampuan bekerjasama.
Menurut Piaget (dalam Madyawati,
2016:144) “Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi
kesenangan”. Sedangkan Metode
bermain, menurut Montalalu (dalam Srianis, 2014) menyatakan “metode Bermain dalam pembelajaran di TK adalah suatu teknik penyampaian informasi yang
ditujukan pada anak melalui alat
permainan/kegiatan yang dapat
memberikan kenyamanan dan
kesenangan pada anak.
Hurlock (dalam Djuniartiningsih,
2012) berpendapat bahwa bermain
penting bagi anak karena setiap anak
dalam perkembangannya biasanya
mendapatkan dari lingkungan hidupnya, baik dari lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih dekat. Sedangkan menurut Freeman dalam Madyawati
(2016:144)” mendefinisikan bermain
sebagai suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, fisisk, intelektual, sosial, moral dan emosional”. Konsep bermain menurut Hurlock dalam Madyawati (2016:144) “adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir”.
Sedangkan Karl Buhker (dalam
Djuniartiningsih, 2012) berpendapat
bahwa Bermain adalah kegiatan yang menimbulkan kenikmatan, dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi pelaku lainnya. Ketika anak mulai mampu berbicara dan berfantasi meluas menjadi
kenikmatan berkreasi. Bermain
merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh
pengetahuan yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya”. Bermain merupakan suatu aktivitas yang sangat khas dan sangat berbeda dari aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.
Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjang hari, bermain adalah kehidupan dan kehidupan adalah bermain. Tedjasaputra (dalam ariani;2015) bermain adalah“kegiatan yang mempunyai nilai praktis yang artinya, bermain
digunakan sebagai media untuk
meningkatkan keterampilan dan
kemampuan tertentu pada anak”.
Kemampuan dan keterampilan yang inginditingkatkan dalam kegiatan bermain ini adalah kemampuan motorik kasar yang meliputi kemampuan anak dalam kegiatan
berlari, merangkak, memanjat, dan
melompat.
Dari teori-teori diatas dapat
disimpulkan metode bermain merupakan suatu kegiatan bermain yang bisa dilakukan berulang-ulang dengan bermain anak akan bahagia, karena bermain dilakukan sepanjang hari. Bermain dapat
mengmbangkan perkembangan anak
secara optimal. Menurut catron dan allen (dalam Sujiono2011:145). “Tujuan metode bermain dalam pendidikan anak usia dini merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, peranan dan diskusi”. Pada dasarnya bermain juga memiliki tujuan utama yakni
memelihara perkembangan atau
pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif.
Penekanan dari bermain adalah
perkembangan kreativitas dari anak-anak. Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan kreativitas sangat individual dan bervariasi antar anak yang satu dengan anak lainnya.
METODE
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2015/2016. Tempat pelaksanaan
penelitian ini dilaksanakan pada kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar dalam kegiatan pembelajaran. Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah anak kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 15 orang dengan 9 anak perempuan dan 6 orang anak laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan motorik kasar pada anak A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun
Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini
tergolong jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Elliot dalam Sanjaya (2009:25) menyatakan bahwa “ penelitian tindakan
adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
dan mempelajari pengaruh yang
ditumbulkannya”. Hasley dalam Sanjaya (2009:24) menyatakan bahwa” Penelitian tindakan adalah intervensi dalam dunia
nyata serta pemeriksaan terhadap
pengaruh yang ditimbulkan dari intervensi tersebut”. Pendapat lain tentang penelitian tindakan dikemukakan oleh Burn dalam Sanjaya (2009:25) yang menyatakan
bahwa “penelitian tindakan adalah
penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi
sosial untuk meningkatkan kualitas
tindakan yang dilakukan dengan
melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi”. Berdasarkan definisi di atas, dapat di simpulkan
bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan
suatu tindakan yang dimunculkan di
kelas untuk memperbaiki praktik
pembelajaran
guna
meningkatkan
mutu
pembelajaran.
Variabel
merupakan suatu konsep sangat
penting di dalam penelitian. Menurut
kerlinger (dalam Agung, 2014:39)
“Variabel sebagai sebuah konsep”.
Sugiyono,
(Agung,
2014:40)
“menyatakan, variabel adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga
memperoleh
informasi
tentang hal tersebut”. Bermain
digunakan sebagai media untuk
meningkatkan
keterampilan
dan
kemampuan tertentu pada anak.
Kegiatan lompat tali merupakan
kegiatan motorik kasar yang dilakukan
oleh
anak
berkaitan
dengan
kemampuan atau keterampilan kaki
dalam melompati seutas tali dengan
ketinggian tertentu. Secara fisik anak
jadi lebih terampil, karena bisa belajar
cara dan teknik melompat yang dalam
permainan ini memang memerlukan
keterampilan sendiri. Kemampuan dan
keterampilan yang inginditingkatkan
dalam kegiatan bermain iniadalah
kemampuan
motorik
kasar
yangmeliputi kemampuan anak dalam
kegiatanberlari, merangkak, memanjat,
dan melompat. Sebuah penelitian
variabel yang digunakan harus jelas.
Menurut Kerlinger (dalam Agung,
2012:41)
menyatakan
“variabel
sebagai sebuah konsep seperti halnya
laki-laki dalam jenis kelamin, insaf
dalam konsep kesadaran”. Variabel
penelitian
juga
sering
dikatakan
sebagai faktor-faktor yang berperan
dalam peristiwa atau gejala yang akan
di teliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa
variabel merupakan segala sesuatu
atau sebuah konsep yang akan
menjadi objek pengamatan dalam
sebuah
penelitian.
Kemampuan
motorik kasar adalah skor yang
didapat dari hasil observasi pada anak
dengan memperhitungkan beberapa
aspek seperti berlari meloncat, dan
melompat. Penelitian dengan skala
1,2,3,4.
Penlitian
ini
merupakan
penelitian tindakan kelas. Menurut
Kemmis
(sanjaya.
2009:24)
menyatakan
“penelitian
tindakan
adalah suatu bentuk penelitian reflektif
dan kolektif yang dilakukan oleh
peneliti dalam situasi sosial untuk
meningkatkan penalaran praktik sosial
mereka”. Menurut Colen (Sanjaya,
2009:24) “penelitian tindakan adalan
intervensi dalam dunia nyata serta
pemeriksaan terhadap pengaruh yang
ditimbulkan dari intervensi tersebut”.
Dari
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa,
penelitian
tindakan
kelas
adalah
suatu
pencermatan terhadap suatu kegiatan
dalam belajar yang berupa tindakan
mengumpulkan data dan mengolah
data sehingga menentukan tingkat
keberhasilannya, yang dilaksanakan
pembelajaran tersebut di dalam kelas.
Penelitian
tindakan
kelas
ini
disesuaikan dengan model rancangan
kemmis. Penelitian ini dilaksanakan
dalam
beberapa
siklus.
Adapun
tahapan dari penelitian tindakan kelas
(PTK ). Berikut adalah PTK menurut
Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar 1. Model/desain penelitian
tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)
Tahapan-tahapan yang terdapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggert
(Arikunto dalam Deka, 2013:21)
diantaranya: Perencanaan, Dalam
penelitian ini rencana tindakan apa yang
akan dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun
perencanaan tindakan berdasarkan
identifikasi masalah pada obeservasi awal
sebelum penelitian dilaksanakan.
Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan peneliti tindakan kelas dipersiapkan mulai dari
bahan ajar, rencana pembelajaran,
metode dan strategi pembelajaran,
pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi disesuaikan dengan rencana. Tindakan, Apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan,
peningkatan atau perubahan yang
diinginkan. Pelaksanaan tindakan
disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumya.
Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasil yang diperoleh
diharapkan dapat meningkatkan
kerjasama peneliti dengan subjek
penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas. Observasi, Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Refleksi, Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Berdasarhan hasil refleksi ini,
peneliti bersama-sama guru dapat
melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, serta apa yang belum dicapai, serta apa
yang perlu diperbaiki lagi dalam
pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan direnungkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dan siswa, metode, alat peraga maupun evaluasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data kemampuan motorik kasar anak pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Md) dan
Mean (M), grafik polygon dan
membandingkan rata-rata persen (M%)
dengan model PAP skala lima.
Berdasarkan hasil observasi yang telah
dilaksanakan pada saat penerapan
metode bermain melalui kegiatan lompat tali yang menggunakan 4 indikator yang muncul pada proses pembelajaran akan diberi bobot, yakni 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2
(mulai berkembang), 1 (belum
masing-masing anak dibagi dengan bobot maksimal dikali 100. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan
metode yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 2. Data Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Kelompok A TK Tunas Gama School Gianyar pada Siklus I
Berdasarkan perhitungan dan
grafik polygon di atas terlihat Mo < Md < M, (9 < 10 <10,86), sehingga dapat
disimpulkan bahwa sebaran data
kemampuan motorik kasar anak pada Siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor Kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A di TK Tunas Gama
School Gianyar Tahun Pelajaran
2015/2016 cenderung sedang.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
temuan yang dilakukan selama
pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah Pada pertemuan awal,
kegiatan lompat tali (dengan
menggunakan karet) yang digunakan anak belum seimbang dalam melompat tali dengan dua kaki . karena anak belum terlatih dalam melakukan lompat tali
dengan dua kaki tersebut. Pada
pertemuan kedua, ditemukan anak yang belum seimbang dalam melompat tali dengan satu kaki karena anak kurang fokus pada saat melompat. Pada pertemuan ketiga, dalam bermain lompat tali dengan dua kaki kekuatan anak masih
kurang dalam melompat dan
mengayunkan tali. Karena anak belum terlatih melompat sambil mengayunkan tali tersebut. Pada pertemuan ke empat, anak masi belum lincah dalam bermain lompat
tali dari tumit sampai lutut dan kebanyakan anak yang melompat dengan dua kaki mengenai karet . karena anak belum terlatih dan diperlukan latihan untuk melompat tali agar anak mampu melompat tali dengan lincah.
Guru harus mendampingi anak dan memberikan contoh dalam melakukan kegiatan bermain lompat tali dengan dua kaki yang baik. Guru memberikan contoh dan melatih anak agar mampu melompat tali dengan satu kaki. Guru memberikan contoh terlebih dahulu dan guru mengawasi anak agar mampu bermain lompat tali dengan dua kaki . Melatih anak untuk menjaga kekuatan kakinya untuk bermain lompat tali dari tumit sampapi lutut agar anak mampu melompat dengan baik
Melalui perbaikan proses
pembelajaran pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperhatikan melalui peningkatan kemampuan motorik kasar. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil analisisnya dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 3. Data Kemampuan Motorik Kasar pada Anak Kelompok A TK Tunas Gama School Gianyar pada Siklus II
Secara umum proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang telah direncanakan, Anak sudah mampu dalam melompat tali dengan dua kaki dan melompat tali dengan satu kaki. Dalam bermain lompat tali dengan dua kaki anak sudah terlihat lincah melompat sambil mengayunkan tali, Dan anak sudah
0 1 2 3 4 5 9 10 11 12 13 fr ek u en si (f) Skor (X) 0 1 2 3 4 5 12 13 14 15 16 fr ek u en si (f) Skor (X)
mampu bermain lompat tali dari tumit sampai lutut karena sudah terlihat pada
saat anak melompat. Sehingga
peningkatan kemampuan motorik kasar anak yang diharapkan dapat tercapai. Hal ini terlihat dari jumlah anak yang mendapat perolehan bintang empat pada siklus II lebih banyak. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi
temuan-temuan di atas adalah sebagai
berikut.Dalam kemampuan motorik kasar
dengan lompat tali guru selalu
mendampingi anak pada saat melompat dan memberikan motivasi untuk anak agar anak melompat dnegan baik. Agar anak mampu melompat dengan baik guru mengulang kegitan yang diberikan sampai anak mampu melompat dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis statistk deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
diperoleh rata-rata persentase
kemampuan motorik kasar anak kelompok A di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016 pada siklus I sebesar 67,87% dan rata-rata persentase kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A di TK TunasGama School Gianyar pada siklus II sebesar 88.75%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase kemampuan motorik kasar pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 20,88% dan berada pada kategori tinggi.
Penelitian ini dianggap berhasil di siklus II. Sehubungan dengan hal tersebut, penerapan metode bermain melalui kegiatan lompat tali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak hingga mencapai kriteria tinggi tetapi karena adanya keterbatasan waktu baik dari pihak peneliti maupun pihak sekolah maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya untuk mencapai kriteria sangat tinggi.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV
dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kemampuan motorik kasar
setelah diterapkan metode bermain
melalui kagiatan lompat tali pada anak kelompok di TK Tunas Gama School Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal
ini dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik kasar pada setiap siklus. Pelaksanaan pembelajaran siklus I dapat diketahui pencapaian kemampuan motorik kasar sebesar 67,87% yang berada pada kategori sedang dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,75% yang berada pada
kategori tinggi. Dengan demikian
penerapan metode bermain melalui kegiatan Lompat tali dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok A di TK Tunas GamaSchool Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada
Kepala Sekolah, disarankan agar
memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media belajar untuk anak agar media yang digunakan
menajadi bervariasi. Kepada guru,
disarankan lebih kreatif untuk memilih media yang digunakan untuk mengajar, agar anak lebih semangat dalam proses pembelajaran dan membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.
Kepada peneliti lain, perlu
menyempurnakan penelitian ini, karena pencapaian kemampuan motorik asar anak dalam penelitian ini baru tercapai pada kriteria tinggi. Peneliti lain diharapkan memperhatikan kekurangan dalam penelitian ini. Selain itu diharapkan, kepada peneliti lain lebih membimbing dan memotivasi anak pada saat kegiatan
pembelajaran sehingga dapat
mengoptimalkan pembelajaran dalam
kemampuan motorik kasar dengan
menggunakan metode serta media
pembelajaran yang tepat agar tercapai hasil yang optimal. Kepada para pembaca, Peneliti merupakan peneliti permula yang masih jauh dari kata sempurna. penelitian ini hanya dilakukan sampai siklus II karena
keterbatasan wakt. karena peneliti
merupakan peneliti permula dan jauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
---. 2014. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Yogjakarta: Aditya
Media Publishing.
Ariani, Kadek Lia. 2015. “Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media
Kotak Berwarna Untuk
Menningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak “. Volume 3, Nomor 1 (hlm.3).
Djuartiningsih. 2012. Penerapan Metode Bermain Balok Dapat Meningkatan Kreativitas Anak Kelompok B di TK Merpati Pos. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Latif, Mukhtar. 2013. Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Lestari, Rohmani Budi. 2014.
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar melalui Gerak Lokomotor pada Anak Kelompok B TK Aba
Gondang. Yogyakarta:Universitas
Negeri Yogyakarta.
Madyawati, Lilis. 2016. Strategi
Pengembangan Bahasa pada Anak.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurjatmika, Yusep. 2012. Ragam Aktivitas Harian Untuk TK. Jogjakarta: Diva Press.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional RI.
Prayuanti, Endah. 2014. Peningkatan Kemampuan Bekerjasama Melalui Metode Bermain Pada kelompok B Di TK PKK 54 Pucung Pendowoharjo
Sewon Bantul. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta. Puspitowati, Sri Prihatini. 2012. Upaya
Meningkatkan Motorik Kasar Anak
Melalui Permainan Tradisional
Lompat Tali Pada Kelompok B Di TK Pertiwi Sribit Delanggu Klaten Tahun
Ajaran 2012/2013. (hlm.3).
Surakarta: Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Sanjaya, Wayan. 2009. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Srianis, Komang. 2014. Penerapan
Metode Bermain Puzzle Geometri Untuk Meningkatkan Perkembangan Kognitf Anak Dalam Mengenal
Bentuk. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha, Volume 2, Nomor 1 (hlm.3).
Sujiono, Bambang dkk. 2008. Metode
Pengembangan Fisik. Jakarta:
Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.