• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi 9 Ekonomi Mikro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi 9 Ekonomi Mikro"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2017

Materi 9 Ekonomi Mikro

Pasar Monopoli

Dosen : Elistia, SE, MM

elistia@esaunggul.ac.id

Tujuan Pembelajaran :

Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pasar monopoli : - Faktor – faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli

- Permintaan dan Penerimaan Perusahaan Monopoli

- Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang - Daya Monopoli (Monopoly Power)

- Monopoli Alamiah (Natural Monopoly)

- Biaya Sosial Monopoli (Social Cost of Monopoly)

- Pengaturan Perusahaan Monopoli (Monopoly Regulation) dan Masalahnya - Aspek Positif Monopoly (Monopoly Benefits)

- UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

(2)

Materi 9. Pasar Monopoli 1 MATERI 7

Pasar Monopoli

A. Pendahuluan

Bentuk pasar Monopoli terbentuk pada suatu situasi dimana hanya terdapat penjual dan pembeli tunggal di dalam pasar. Sebagai definisi, kurva permintaan yang dihadapi perusahan monopolis dalam kurva permintaan industri adalah kurva menurun. Sehingga, perusahaan monopolis memiliki kekuatan besar dalam menentukan harga yang dikenakan yaitu sebagai penentu harga (price setter) dan bukannya pengikut harga (price taker). Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli (monopoly) bila hanya ada satu produsen atau penjual (single firm) tanpa pesaing langsung atau tidak langsung, baik nyata maupun potensial. Output yang dihasilkan tidak mempunyai substitusi (closed substitution).

A.1. Faktor – faktor Penyebab Terbentuknya Monopoli

Perusahaan tidak memiliki pesaing karena adanya hambatan (barriers to entry) bagi perusahaan lain untuk memasuki industri yang bersangkutan. Dilihat dari penyebabnya, hambatan masuk dikelompokkan menjadi hambatan teknis (technical barriers to entry) dan hambatan legalitas (legal barriers to entry).

a) Hambatan Teknis (Technical Barriers to Entry)

Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain sulit bersaing dengan perusahaan yang sudah ada (existing firm). Keunggulan secara teknis ini disebabkan oleh beberapa hal:

1. Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus (special knowledge) yang memungkinkan berproduksi sangat efisien.

2. Tingginya tingkat efisiensi memungkinkan perusahaan monopolis mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang menurun. Makin besar skala produksi, biaya marjinal makin menurun, sehingga biaya produksi per unit (AC) makin rendah (decreasing MC and AC).

3. Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi produksi. Kelompok konglomerat di Indonesia mempunyai kemampuan monopoli secara teknis, karena mampu mengontrol faktor produksi berupa bahan baku (misalnya batu kapur untuk pabrik semen). Selain bahan baku, faktor produksi yang dimonopoli konglomerat adalah SDM berkualitas, di mana tamatan-tamatan universitas top di Indonesia kebanyakan bekerja di perusahaan konglomerat, dibanding perusahaan kecil. Lokasi produksi yang khusus juga menyebabkan perusahaan memiliki kemampuan teknis (biaya transportasi sangat rendah) yang menyebabkan daya monopoli.

Perusahaan-perusahaan yang mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis disebut perusahaan monopolis alamiah (natural monopolist).

b) Hambatan Legalitas (Legal Barriers to Entry) 1. Undang-undang dan Hak Khusus

Tidak semua perusahaan mempunyai daya monopoli karena kemampuan teknis.

Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien tetapi memiliki daya monopoli. Hal itu dimungkinkan karena secara hukum mereka diberi hak monopoli (legal monoply). Di Indonesia, Badan-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) banyak yang memiliki daya monopoli karena undang-undang.

(3)

Materi 9. Pasar Monopoli 2 Berdasarkan undang-undang tersebut mereka memiliki hak khusus (special franchise) untuk mengelola industri tertentu.

2. Hak Paten (Patent Right) atau Hak Cipta

Tidak semua monopoli berdasarkan hukum (undang-undang) mengakibatkan inefisiensi. Hak paten (patent right) atau hak cipta adalah monopoli berdasarkan hukum karena pengetahuan-kemampuan khusus (special knowledge) yang menciptakan daya monopoli secara teknik. Seorang yang mempunyai kemampuan menulis yang baik, memiliki hak monopoli atas bukunya bila mengurus hak cipta.

Seseorang yang menemukan resep masakan atau ramuan Obat, memiliki hak monopoli atas penemuannya bila mengurus hak paten.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, industri penyediaan tenaga listrik (industri listrik) di Indonesia dikatakan berstruktur pasar monopoli, karena:

1. Hanya ada satu produsen, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)

2. Listrik yang dihasilkan PLN tidak mempunyai substitusi, walaupun sumber tenaga listriknya memiliki beberapa alternatif (diesel, tenaga air, tenaga uap, dan nuklir) 3. Perusahaan-perusahaan lain tidak dapat memasuki industri listrik karena ada

hambatan (barrier to entry), yaitu hak monopoli PLN berdasarkan Undang-Undang.

Namun PLN memiliki anak perusahaan dan vendor/supplier yang berasal dari perusahaan negeri dan swasta, seperti :

1. PT Indonesia Power 2. PT Indonesia Comnet Plus

3. PT Pelayanan Listrik Nasional Batam 4. PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan

5. PT Pengembangan Listrik Nasional Geothermal 6. PT PLN Batu Bara

7. PT Pembangkitan Jawa Bali

8. PT Prima Layanan Nasional Enjiniring 9. PT Pelayaran Bahtera Adhiguna 10. Majapahit Holding BV

11. PT Haleyora Power

Kondisi tersebut dapat dikategorikan sebagai Pasar Monopsoni, yaitu jenis pasar dimana hanya ada satu pembeli.

B. Permintaan dan Penerimaan Perusahaan Monopoli B.1. Permintaan

Dalam pasar monopoli, permintaan terhadap output perusahaan (firm’s demand) merupakan permintaan industri. Karena itu perusahaan mempunyai kemampuan untuk memengaruhi harga pasar dengan mengatur jumlah output. Posisi perusahaan monopolis adalah penentu harga (price atau price maker). Dengan demikian, kurva permintaan yang dihadapi monopolis adalah juga kurva permintaan pasar/industri.

(4)

Materi 9. Pasar Monopoli 3 B.2. Penerimaan Total dan Penerimaan Marjinal

Pada pasar persaingan sempurna penerimaan marjinal perusahaan sama dengan harga jual (MR

= AR = D = P). Tidak demikian halnya dengan perusahaan yang berada dalam pasar monopoli.

Penerimaan marjinal perusahaan monopoli lebih kecil dari harga jual (MR < P).

Penjelasan kurva diagram 9.1 :

1) Diagram 9.1 menunjukkan bahwa untuk meningkatkan output yang dijual (Q1 ke Q2) perusahaan harus menurunkan harga jual (P1 ke P2). Penurunan harga jual menyebabkan penerimaan total (TR) berkurang sebanyak luas daerah segi empat A.

2) Penambahan jumlah ouput menambah TR seluas daerah segi empat B. Dengan demikian MR = -A + B yang nilainya lebih kecil dari harga. Penjelasan yang sama dapat diterapkan bila perusahaan bergerak ke P3, P4, dan seterusnya. Karena itu kurva MR berada di bawah kurva harga (permintaan) seperti pada Diagram 9.1.b.

Dalam pasar persaingan sempurna kurva TR berbentuk garis lurus dimulai dari titik (0, 0). Dalam pasar monopoli besarnya TR sangat tergantung pada besarnya elastisitas harga. Hubungan antara besarnya TR dan MR digambarkan pada Diagram 9.2.

(5)

Materi 9. Pasar Monopoli 4 Penjelasan kurva diagram 9.2 :

a. Jika elastisitas harga lebih besar dari satu (elastis), untuk menambah output 1%, harga diturunkan lebih kecil dari 1%. Akibatnya TR naik yang berarti MR positif.

b. Jika elastisitas harga sama dengan satu, untuk menambah output 1%, harga harus diturunkan 1% juga. TR tidak bertambah, yang artinya MR = 0. Pada saat it-u nilai TR maksimum.

c. Jika elastisitas harga lebih kecil dari satu (inelastis), untuk menaikkan ouput 1%, harga harus diturunkan lebih dari 1%. Akibatnya TR turun, yang artinya MR < 0 (negatif).

C. Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Pendek

Sebagaimana halnya perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan monopoli juga harus menyamakan MR dengan MC agar mencapai laba maksimum, seperti yang digambarkan pada Diagram 9.3.

(6)

Materi 9. Pasar Monopoli 5 Penjelasan kurva diagram 9.3 :

1) Pada Diagram 9.3 laba maksimum tercapai pada output Q*, di mana MR = MC. Besar laba seluas bidang AP*BC.

2) Jika output lebih kecil dari Q*, misalnya Q1, laba perusahaan belum maksimum sebab MR >

MC.

3) Sebaliknya jika ouput lebih besar dari Q*, misalnya Q2, laba akan berkurang karena MR <

MC.

• Monopolis juga bisa menderita rugi. Namun, apabila rugi akan diusahakan agar kerugiannya adalah minimum (juga pada tingkat output di mana MR = MC).

• Tingkat outputnya adalah Q*, harga P*, TR = OP*CQ*, sedangkan TC = OABQ*, sehingga daerah kerugian adalah bidang P*ABC (kerugian yang minimum).

(7)

Materi 9. Pasar Monopoli 6 D. Keseimbangan Perusahaan Dalam Jangka Panjang

• Perusahaan monopoli tidak mempunyai masalah besar dengan keseirnbangan jangka panjang, selama dalam jangka pendek memperoleh laba maksimum.

• Dalam pasar persaingan sempuma, laba super normal akan menarik perusahaan lain untuk masuk ke dalam industri sehingga dalam jangka panjang perusahaan hanya menikmati laba normal saja. Hal tersebut tidak berlaku dalam pasar monopoli.

• Hambatan untuk masuk menyebabkan perusahaan monopoli mampu menikmati laba super normal, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

• Perusahaan monopoli hanya akan kehilangan laba super normal jangka panjang, bila tidak mampu mem pertahankan daya monopolinya.

• Hal tersebut dapat saja terjadi, terutama jika perusahaan lalai melakukan riset dan pengembangan untuk memperoleh teknologi yang meningkatkan efisiensi produksi.

• Akibatnya posisi perusahaan tergantikan oleh perusahaan lain yang mampu menghasilkan atau memanfaatkan teknologi produksi yang lebih efisien.

• Hal tersebut terjadi pada perusahaan-perusahaan jam tangan di negara Swiss. Karena menolak memanfaatkan teknologi digital, mereka kehilangan kemampuan monopolinya.

• Saat ini, daya monopoli pembuatan jam tangan dikuasai perusahaanperusahaan jam di Jepang, yang mau memanfaatkan teknologi digital. Keseimbangan dalam jangka panjang akan menjadi masalah bila dalam jangka pendek perusahaan mengalami kerugian.

Penjelasan kurva diagram 9.5 :

1) Diagram 9.5.a menunjukkan perusahaan monopolis yang mengalami kerugian dalam jangka pendek. Namun karena biaya rata-rata variabel masih lebih besar dari harga (AVC > P) untuk sementara perusahaan masih dapat beroperasi. Bila ingin mempertahankan eksistensinya dalam jangka panjang, perusahaan harus berupaya mencapai laba.

(8)

Materi 9. Pasar Monopoli 7 2) Cara lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan atau memperbesar permintaan.

Misalnya dengan menggiatkan promosi dan memasang iklan. Peningkatan permintaan (Dl D2) menyebabkan P > AC, yang artinya perusahaan memperoleh laba (Diagram 9.5.c). Tentu saja cara yang terbaik adalah melakukan peningkatan efisiensi sekaligus meningkatkan permintaan.

E. Daya Monopoli (Monopoly Power)

Dalam kenyataan jarang sekali struktur pasar tanpa persaingan. Umumnya yang ada adalah satu atau beberapa perusahaan lebih dominan dibanding perusahaan lainnya (oligopoli). Karenanya pengertian monopoli dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian awam (masyarakat umum) dalam kehidupan sehari-hari. Kaum awam membayangkan monopoli sebagai kemampuan melakukan apa saja untuk memperoleh laba sebesar-besarnya; Perusahaan monopoli yang memiliki kekuatan tanpa batas, sehingga mampu mengeruk laba tanpa batas pula.

Pengertian di atas adalah keliru. Daya monopoli (monopoly power) yaitu kemampuan perusahaan melakukan eksploitasi pasar dalarn rangka mencapai laba maksimum hanyalah sebatas kemampuan mengatur jumlah output dan harga. Daya monopoli dikatakan makin besar bila keputusan harga dan output perusahaan makin sulit dilawan oleh pasar. Lerner mengukur kemampuan perusahaan berlandaskan permintaan yang dihadapi perusahaan dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai indeks Lerner (Lerner Index).

Dari Persamaan di atas daya monopoli makin besar bila nilai L makin besar. Indeks Lerner mempunyai nilai antara 0 dan 1. Dalam pasar persaingan sempurna daya monopoli adalah nol (L = 0), karena dalam keseimbangan harga sama dengan biaya marjinal (P = MC). Besarnya nilai indeks Lerner dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Elastisitas Harga Permintaan (Elastisitas Harga)

Dalam pasar persaingan sempurna, elastisitas harga permintaan tak terhingga. Laba maksimum tercapai bila P = MC. Karena itu dalam pasar persaingan sempurna nilai L sama dengan nol. Perusahaan tidak memiliki daya monopoli (price taker). Makin inelastis permintaan, makin besar nilai L atau daya monopoli.

2. Jumlah Perusahaan Dalam Pasar

Makin sedikit jumlah perusahaan, daya monopoli makin besar. Dalam pasar persaingan sempurna, jumlah perusahaan banyak sekali, sehingga konsumen leluasa memilih produsen;

Permintaan elastis sempurna, sehingga L = 0 3. Interaksi Antar Perusahaan

Makin solid interaksi antarperusahaan, makin besar daya monopoli. Dalam pasar persaingan sempurna, karena jumlah perusahaan sangat banyak, amat sulit melakukan konsolidasi untuk mencapai kekuatan monopoli. Makin sedikit jumlah perusahaan, makin mudah melakukan konsolidasi (interaksi) Karena itu struktur pasar yang berpotensi besar untuk memiliki daya monopoli besar adalah oligopoli.

(9)

Materi 9. Pasar Monopoli 8 Indeks Lerner bukanlah indeks laba (pofit index). Sebab laba berkaitan dengan biaya rata-rata.

Walaupun memiliki daya monopoli yang besar (nilai L besar), tanpa efisiensi perusahaan bahkan akan mengalami kerugian.

F. Monopoli Alamiah (Natural Monopoly)

Perusahaan yang memiliki daya monopoli alamiah (natural mmoply) disebut monopolis alamiah.

Perusahaan ini mempunyai kurva biaya rata-rata (AC) jangka panjang yang menurun (negative slope).

Makin besar output yang dihasilkan makin rendah biaya rata-rata. Ini dimungkinkan karena perusahaan memiliki kurva biaya marjinal (MC) yang juga menurun dan berada di bawah kurva AC.

Perusahaan memiliki tingkat efisiensi yang makin tinggi, bila skala produksi diperbesar. Perusahaan seperti ini mampu melakukan eksploitasi pasar, dilihat dari makin besarnya selisih harga jual dengan biaya marjinal.

Diagram 9.6 menunjukkan hal tersebut, di mana titik perpotongan kurva MC dengan MR (titik A) jauh di bawah harga jual (titik B).

• Perusahaan hanya akan mampu memiliki daya seperti di atas bila dalam jangka panjang mampu meningkatkan efisiensi melalui pengembangan teknologi, manajemen, dan sumber daya manusia.

• Perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli alamiah, tidak selalu diawali kekuatan teknologi. Sebaliknya perusahaan yang pada awalnya memiliki kemampuan teknis, dapat kehilangan kemampuan monopoli dan tidak mampu menjadi monopolis alamiah (kasus industri jam tangan Swiss).

• Di Indonesia, salah satu perusahaan yang sangat kuat dalam bidang industri pengolahan makanan adalah Group Salim. Misalnya saja, perusahaan ini menguasai lebih dari 90%

produk makanan berbahan baku terigu (mie instant).

• Kemampuan monopoli natural Salim Goup pada awalnya bukanlah kemampuan teknis.

Sebab pemilik perusahaan (Sudono Salim) memulai usahanya sebagai pedagang, yang sekitar 30 tahun lalu memperoleh hak monopoli pengolahan terigu untuk seluruh wilayah Indonesia (melalui perusahaan pengolah tepung terigu, Bogasari). Hak monopoli tersebut adalah monopoli legalistis (legal monopoly).

(10)

Materi 9. Pasar Monopoli 9

• Laba yang diperoleh dari hak monopoli tersebut digunakan untuk membeli teknologi modern, membayar manajer dan SDM yang tangguh, sehingga akhirnya perusahaan memiliki kemampuan monopoli alamiah.

G. Biaya Sosial Monopoli (Social Cost of Monopoly)

Kekhawatiran akan dampak negatif dari monopoli ada benamya. Sebab ada beberapa kerugian yang dialami masyarakat (biaya sosial), antara lain:

1. Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen (dead weight loss).

2. Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja 3. Memburuknya kondisi makroekonomi nasional.

4. Memburuknya kondisi perekonomian internasional.

G.1. Hilang atau Berkurangnya Kesejahteraan Konsumen (Dead Weigth Loss)

Penjelasan kurva diagram 9.7 :

1) Diagram 9.7 menunjukkan dalam pasar monopoli keseimbangan perusahaan tercapai pada titik A.

2) Perusahaan hanya memproduksi sejumlah Qm dengan harga Pm. Padahal jika perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna, keseimbangan perusahaan tercapai di titik B (D = MR — AR = P = MC). Jumlah output adalah Qk yang lebih banyak dari Qm. Sedangkan harga jual adalah Pk yang lebih murah dari Pm.

3) Sikap yang diambil perusahaan menyebabkan konsumen kehilangan kesejahteraan sebesar luas segi tiga ACB. Sebab bila perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna, surplus konsumen besarnya seluas segi tiga PkEB. Tetapi karena monopoli, surplus konsumen tinggal sebesar luas segi tiga PmEA. Surplus konsumen sebesar luas segi empat PkPmAC dieksploitasi menjadi tambahan laba perusahaan.

(11)

Materi 9. Pasar Monopoli 10 4) Keputusan perusahaan juga menyebabkan perusahaan kehilangan surplus produsen sebesar luas segi tiga FCB, sehingga total kesejahteraan yang hilang (total deadweightloss) adalah sebesar luas segi tiga FAB yang sama dengan luas segi tiga CAB + FCB. Namun kehilangan surplus produsen lebih kecil daripada tambahan laba.

5) Tambahan laba bersih yang dinikmati perusahaan monopolis adalah sebesar luas segi empat PkPmAC dikurangi luas segi tiga FCB.

Sikap eksploitasi surplus konsumen yang menyebabkan daya monopoli disebut sikap eksploitasi keuntungan (rent seeking).

G.2. Menimbulkan Eksploitasi terhadap Konsumen dan Pekerja

Monopoli menimbulkan eksploitasi, baik terhadap konsumen maupun terhadap tenaga kerja.

Eksploitasi ini timbul karena monopolis selalu terproduksi (baik dalam keadaan memperoleh laba maupun menderita rugi) harga yang lebih tinggi dari biaya marjinalnya atau P > MC (lihat diagram 9.3 dan Diagram 9.4).

Bagi konsumen, eksploitasi timbul karena mereka harus membayar (harga) yang lebih tinggi dari biaya produksi unit terakhir output-nya (MC). Sedangkan dianggap juga menimbulkan eksploitasi bagi tenaga kerja karena mereka (sebagai bagian dari faktor produksi) dibayar (MC) yang lebih rendah dari jumlah yang diterima monopolis (yaitu harga jualnya).

Dalam hal ini pemilik faktor produksi tenaga kerja (buruh) dibayar upah yang lebih rendah daripada kontribusinya (dalam bentuk output) dari tenaga kerja tersebut, bila dinilai dengan harga pasar yang berlaku bagi output.

G.3. Memburuknya Kondisi Makroekonomi Nasional

• Jika di setiap industri muncul gejala monopoli, maka secara makro jumlah output (real output) akan lebih sedikit daripada kemampuan sebenarnya (potential output). Volume produksi dalam perusahaan monopoli memang lebih sedikit dari volume output yang optimum, yaitu yang dihasilkan pada AC yang minimum (sebagaimana yang terjadi pada perusahaan-perusahaan dalam pasar persaingan sempurna dalam jangka panjang);

• Monopolis selalu berproduksi pada tingkat output di mana AC-nya tidak minimum (selama kurva permintaannya berbentuk menurun, maka perusahaan akan selalu memilih tingkat output pada saat AC yang menurun).

• Keseimbangan makro terjadi di bawah keseimbangan ekonomi (under full-employment equillbrium) karena tidak seluruh faktor produksi terpakai sesuai dengan kapasitas produksi, sehingga menimbulkan pengangguran tenaga kerja (unemployment) maupun faktor-faktor produksi yang lain.

• Selanjutnya keadaan ini akan melemahkan daya beli, menciutkan pasar, yang memaksa perusahaan memproduksi lebih sedikit lagi. Begitu seterusnya sehingga perekonomian secara makro dapat mengalami keadaaan stagflasi (stagnansi dan inflasi), di mana pertumbuhan ekonomi mandek, pengangguran tinggi, tingkat inflasi juga tinggi.

G.4. Memburuknya Kondisi Perekonomian Internasional

Tuntutan perdagangan bebas diakui dapat meningkatkan efisiensi. Tetapi optimisme terhadap perdagangan bebas harus ditinjau ulang, karena fakta menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan yang besar (terutama MNC/Multinational company) telah menjadi perusahaan

(12)

Materi 9. Pasar Monopoli 11 monopoli alamiah. Karena sahamnya dimiliki pihak swasta, tujuan perusahaan ini adalah maksimalisasi laba. Karenanya jika dibiarkan bersaing bebas, MNC akan menggilas perusahaan- perusahaan yang ada di NSB (negara sedang berkembang).

Diagram 9.8 berikut ini memberikan penjelasan lebih lengkap.

Penjelasan kurva diagram 9.8 :

1. Diagram 9.8.b tersebut menunjukkan PT Telkom, yang karena mempunyai daya monopoli berdasarkan undang-undang memproduksi sebesar Qn dengan harga Pn per unit.

2. PT Telkom memperoleh laba super normal karena biaya rata-rata (OA) lebih kecil dari harga jual per unit.

3. Diagram 9.8.a menunjukkan struktur biaya perusahaan telekomunikasi yang berasal dari Jepang di mana output-nya sejenis (homogen) dengan output PT Telkom.

4. Dari kurva AC dan MC kita melihat perusahaan Jepang tersebut memiliki daya monopoli alamiah.

5. Karena skala pasar di Jepang begitu besar, keseimbangan perusahaan tersebut terjadi pada saat output Qj, harga jual Pj dan biaya produksi rata-rata ACj.

6. Walaupun harga ouputperusahaan Jepang lebih murah dari PT Telkom, namun karena belum adanya perdagangan bebas, PT Telkom terlindungi dan menikmati laba super normal sebesar luas segi empat APnBC.

7. Apa yang terjadi bila pasar Indonesia dipaksa dibuka akibat perdagangan bebas?

8. Jika perusahaan Jepang bermaksud mengambil pangsa pasar PT Telkom sebesar Qn, berarti skala produksi meningkat menjadi Qs yaitu Qj + Qn.

9. Dengan skala produksi tersebut biaya rata-rata perusahaan Jepang menjadi hanya Cs, yang sama dengan Pm, sehingga mampu melakukan kebijakan damping (dumping policy) dengan menjual harga output di Indonesia lebih murah daripada di Jepang.

10. Jika tujuannya adalah menghancurkan PT Telkom, mereka menjual seharga Pm per unit. Pada tingkat harga tersebut PT Telkom tidak mampu berproduksi, karena harga minimum untuk memproduksi adalah setingkat P1, dengan ouputminimum setingkat Q1.

(13)

Materi 9. Pasar Monopoli 12 11. Jika PT Telkom tidak mampu Iagi berproduksi, perusahaan Jepang tersebut akan berperilaku sebagai monopolis dalam pasar produk telekomunikasi di Indonesia. Hal ini dapat merugikan konsumen di Indonesia.

H. Pengaturan Perusahaan Monopoli (Monopoly Regulation) dan Masalahnya

• Uraian tentang biaya sosial monopoli, menuntut upaya pengaturan atau pembatasan perusahaan monopolis (monopoly regulation). Tujuan pengaturan tersebut bukan saja menekan biaya sosial monopoli, melainkan juga mengubah biaya sosial tersebut menjadi manfaat sosial (social benefits). Lewat pengaturan, monopoli dapat diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

• Ada banyak cara yang dapat ditempuh pemerintah dalam pengaturan monopoli. Misalnya dengan membuat undang-undang anti monopoli (anti-trust law), yang membatasi dan mengatur kemampuan perusahaan untuk memiliki daya monopoli yang besar.

• Kadang-kadang karena alasan ideologis, monopoli tidak terhindarkan. Untuk itu perusahaan- perusahaan yang diberi hak monopoli harus berada di bawah kontrol pemerintah, dengan cara menempatkan saham pemerintah sebagai bagian terbesar dari saham perusahaan.

• Di Indonesia hal tersebut dilakukan lewat penyertaan saham pemerintah untuk beberapa industri strategis dan menyangkut hajat hidup orang banyak (pasal 33 UU Dasar 1945) Pertamina, PT. Telkom, PLN, Perusahaan Air Minum dan perusahaan transportasi kereta api, adalah contoh dari beratus-ratus badan usaha milik pemerintah (pusat dan daerah) yang memiliki daya monopoli karena legalitas (legal monoplies).

• Dua cara lain yang akan dibahas agak rinci adalah pengaturan harga (price regulation) dan pengenaan pajak (taxation).

H.1. Pengaturan Harga (Price Regulation)

• Yang dimaksudkan dengan kebijakan pengaturan harga adalah kebijakan menetapkan tingkat harga maksimum/tertinggi (ceiling price) bagi perusahaan monopoli, yaitu pada P = MC nya.

Jika perusahaan monopoli menjual di bawah harga maksimum, tidak dikenakan sanksi.

• Tetapi jika menjual melebihi harga tertinggi, perusahaan dikenakan sanksi. Tujuan yang ingin dicapai dari pengaturan harga adalah membatasi perilaku eksploitasi keuntungan yang cenderung memproduksi dengan jumlah lebih sedikit dan menjual dengan harga yang lebih tinggi dibanding jika perusahaan beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.

• Dengan pengaturan harga ini, pemerintah memaksa perusahaan untuk berperilaku seolah- olah beroperasi dalam pasar persaingan sempuran (P = MC).

(14)

Materi 9. Pasar Monopoli 13 Penjelasan kurva diagram 9.9 :

1. Pada Diagram 9.9 keseimbangan perusahaan monopolis tercapai pada saat jumlah output Qm dan harga jual Pm per unit.

2. Telah kita ketahui bahwa jumlah ouput lebih sedikit dan harga lebih tinggi dibanding jika perusahaan bergerak dalam pasar persaingan sempurna. Agar perusahaan berperilaku sebagai penerima harga (price taker), pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi Pp, sehingga perusahaan memproduksi sejumlah Qp, seperti jika dalam persaingan sempurna.

3. Dengan kebijakan ini kesejahteraan masyarakat meningkat dilihat dari bertambahnya jumlah barang dan menurunnya harga jual.

4. Tampak juga bahwa kebijakan pengaturan harga ini sekaligus menghilangkan terjadinya eksploitasi kepada konsumen dan tenaga kerja, karena sumber terjadinya eksploitasi tersebut adalah monopolis selalu berproduksi pada P > MC.

5. Tetapi bagi perusahaan pengaturan harga menimbulkan masalah. Untuk memproduksi sejunmlah Qp perusahaan harus beroperasi tidak optimal, sebab pada saat MR = D = MC, perusahaan berproduksi bukan di titik AC terendah (bandingkan titik A dengan titik B).

Dilema pengaturan monopoli makin terasa jika perusahaan adalah monopolis alamiah, seperti pada Diagram 9.10.

(15)

Materi 9. Pasar Monopoli 14 Penjelasan kurva diagram 9.10 :

1. Agar berperilaku seperti dalam persaingan sempurna, pemerintah menetapkan harga tertinggi Pp dan perusahaan memproduksi sejurnlah Qp.

2. Bagi masyarakat kebijakan ini sangat menguntungkan, karena jumlah output jauh lebih banyak (QP > Qm) dan harga jauh lebih murah (Pp < Pm) dibanding tanpa pengaturan harga.

3. Namun karakter biaya monopolis alamiah di mana MC < AC menyebabkan pada saat output sejumlah Qp, perusahaan mengalami kerugian (Pc - Pp) per unit.

4. Total kerugian perusahaan adalah QP x (Pp-Pc). atau seluas segi empat PpPcAB. Dalam jangka panjang kerugian ini akan melemahkan perusahaan.

5. Bila perusahaan memproduksi barang strategis (listrik atau telekomunikasi), kesejahteraan masyarakat juga terancam.

6. Ada dua alternatif mengatasi hal di atas:

i. Pertama penetapan harga tertinggi diubah menjadi Pc di mana biaya rata-rata sama dengan harga jual (AC = P). Perusahaan menikrnati laba normal. Namun laba ini tidak cukup besar untuk membuat perusahaan mampu melakukan riset dan pengembangan untuk meningkatkan efisiensinya.

ii. Cara kedua adalah menetapkan dua tingkat harga (two tierpricing). Pada Diagram 9.10, sampai batas Qm, harga ditetapkan sebesar Pm, perusahaan menikmati laba super normal, sebesar (Pm-Pp) x (Qm) atau seluas daerah segi empat PpPmEF. Untuk jumlah output setelah Qm sampai dengan Qp, harga ditetapkan Pp, perusahaan mengalami kerugian sebesar (Pc-Pp) x (Qp-Qm) atau seluas daerah segi empat GFAB.

iii. Sebagian laba super normal digunakan untuk menyubsidi kerugian, sebagian lagi dapat digunakan sebagai dana riset dan pengembangan guna meningkatkan efisiensi perusahaan.

(16)

Materi 9. Pasar Monopoli 15 H.2. Pajak (Taxation)

Dalam pembahasan ini, kita mengasumsikan pajak yang diberlakukan adalah pajak nominal per unit (per unit tax) misalnya Pajak Penjualan. Misalnya untuk setiap unit output yang dijual dikenakan pajak sebesar T. Diagram 9.11 menunjukkan pajak menggeser kurva AC dan MC perusahaan monopolis ke atas (AC1 ke AC2 dan MC1 ke MC2). Pergeseran ini menurunkan output dari Q1 ke Q2 sedangkan harga jual meningkat dari P1 ke P2.

Penjelasan kurva diagram 9.11 :

1. Walaupun kenaikan harga tidak sebesar pajak (P2 – P1 < T), pajak telah mengurangi kemampuan masyarakat untuk membeli output.

2. Apakah berarti kebijaksanaan pajak tidak perlu diterapkan?

3. Kita harus ingat salah satu fungsi pajak adalah untuk mengarahkan alokasi sumber daya agar makin efisien.

4. Jika barang yang dikenakan pajak adalah barang mewah (mobil pribadi), maka pengenaan pajak mendesak masyarakat mengurangi pembelian mobil pribadi dan menggunakan uangnya untuk membeli barang atau jasa yang lebih penting bagi dirinya.

5. Sama halnya dengan pengaturan harga, pengenaan pajak terhadap monopolis alamiah juga menimbulkan dilema, sebab kenaikan harga barang lebih besar dari pajak per unit.

Artinya perusahaan masih mampu menarik laba dari pengenaan pajak.

(17)

Materi 9. Pasar Monopoli 16 Diagram 9.12 menunjukkan pengenaan pajak T per unit menggeser kurva MC ke atas (MC1 ke MC2), output berkurang dari Q1 ke Q2. Karenanya harga barang naik dari P1 ke P2 di mana kenaikannya lebih besar dari pajak per unit (P2 – P1 > T).

I. Aspek Positif Monopoly (Monopoly Benefits)

Monopoli memang dapat menimbulkan kerugian (biaya sosial), namun tidaklah selalu merugikan.

Setidak-tidaknya ada beberapa manfaat monopoli yang perlu dipertimbangkan.

1) Monopoli, Efisiensi, dan Pertumbuhan Ekonomi

• Dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak dalam pasar persaingan sempurna, perusahaan monopolis mempunyai kelebihan, yaitu mampu mengakumulasi laba super normal dalam jangka panjang.

• Kemampuan ini sangat dibutuhkan agar mampu membiayai riset dan pengembangan dalam rangka mendapatkan teknologi baru atau menyempurnakan teknologi yang sudah ada, guna meningkatkan efisiensi.

• Dengan peningkatan efisiensi, dari sejumlah faktor produksi yang sama dihasilkan outputyang lebih besar. Dengan kata lain, jika monopoli dikelola dengan baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

• Menurut Joseph Schumpeter: "Justru industri-industri yang bersifat monopolistislah yang ternyata menunjukkan suatu dinamika untuk berkembang lebih besar".

2) Monopoli dan Efisiensi Pengadaan Barang Publik

• Tidak semua barang dapat disediakan secara efisien lewat pasar. Barang itu umumnya dikenal sebagai barang publik (public goods). Harus diakui bahwa barang publik dapat menimbulkan ketidakefisienan pasar (market failure).

• Namun harus diakui juga bahwa barang publik dapat menimbulkan eksternalitas menguntungkan yang memacu kegiatan ekonomi terutama investasi. Adanya investasi

(18)

Materi 9. Pasar Monopoli 17 memungkinkan pertumbuhan ekonomi. Sayangnya pengadaan barang publik hanya efisien dalam skala sangat besar.

• Contohnya, pengadaan jalan raya, pelabuhan laut, transportasi, telekomunikasi dan air minum. Karena efisien jika dilakukan dalam skala besar, perusahaan harus mendapatkan hak monopoli Dalam jangka panjang diharapkan mampu menjadi monopolis alamiah yang memproduksi barang publik dengan harga murah.

3) Monopoli dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

• Perusahaan monopolis jika dibiarkan memang dapat merugikan karena mem-produksi barang lebih sedikit dan menjual lebih mahal.

• Namun dalam pembahasan tentang diskriminasi harga maupun kebijakan pengaturan harga dua tingkat (two tier pricing), monopoli dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

• Kebijakan diskriminasi harga memungkinkan masyarakat kelas bawah yang menganggap rekreasi merupakan barang mewah, menikmati rekreasi pada saat-saat tertentu dengan harga lebih murah. Kebijakan harga dua tingkat memungkinkan dilakukannya peningkatan output melalui subsidi silang.

Yang menarik adalah dengan menggunakan kedua kebijakan tersebut di atas, peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dilakukan tanpa merugikan perusahaan. Sebab perusahaan masih dapat menikmati laba super normal.

J. UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

Sejak 5 Maret 1999 Indonesia sudah memiliki Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (sering disebut sebagai (UU Anti Monopoli).

Guna mengawasi terjadinya praktik monopoli, pernerintah juga telah nernbentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1999.

Perjanjian yang Dilarang No. 5 Tahun 1999:

A. Oligopoli

1. Perjanjian yang Oligopolistik

Pelaku usaha dilarang membuat suatu perjanjian dengan pelaku usaha Iain secara bersama- sarna untuk menguasai produk atau pemasaran barang atau jasa tertentu yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat (Pasal 4 Ayat 1).

2. Dugaan Perjanjian yang Oligopolistik

Untuk mengetahui apakah melalui suatu perjanjian yang dibuat oleh para pelaku usaha akan menguasai produksi atau pemasaran barang atau jasa tertentu atau tidak, maka ditentukan apa yang disebut dugaan melakukan oligopoli, yakni apabila dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% pangsa pasar suatu jenis barang atau jasa tertentu (Pasal 4 Ayat 2).

B. Penetapan Harga

1. Penetapan harga yang dibuat secara bersama-sama oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya

(19)

Materi 9. Pasar Monopoli 18 Alasan pelarangan, dapat mengakibatkan konsumen atau pelanggan harus rnembayar harga ditetapkan untuk barang atau jasa tertentu (Pasal 5 Ayat 1).

2. Diskriminasi harga

Maksudnya penetapan harga yang berbeda-beda yang harus dibayar oleh para pembeli atas barang yang sama atau jasa yang sama (Pasal 6).

3. Penetapan harga di bawah harga pasar

Penetapan harga di bawah harga pasar dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat (Pasal 7).

4. Penjualan kembali barang atau lasa di bawah harga yang telah ditetapkan

Maksudnya penerima barang atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah daripada harga yang diperjanjikan. Ini berarti penerima barang harus menjual atau memasok kernbali barang atau jasa sesuai dengan harga yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha tersebut (Pasal 8).

C. Pembagian Wilayah Pemasaran

Misalnya perusahaan A hanya boleh memproduksi dan memasarkan barang di daerah X, dan perusahaan B hanya boleh memproduksi dan memasarkan di daerah Y (Pasal 9).

D. Pemboikotan

1. Menghalangi pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam pasar (Pasal 10 Ayat 1).

2. Menolak menjual barang atau jasa pelaku usaha lain (Pasal 10 Ayat 2).

E. Kartel

Perjanjian antara pelaku usaha dengan pelaku usaha pesaingnya dengan maksud untuk mengatur produksi dan pemasarannya atau untuk mengatur pelayanan jasa tertentu (Pasal 11).

F. Trust

Pembentukan suatu gabungan perusahaan baru. Pelaku-pelaku usaha yang membentuk suatu gabungan perusahaan tersebut tetap mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroannya, dengan maksud agar dapat mengontrol produksi dan pemasaran suatu barang atau jasa tertentu yang dapat mengakibatkan munculnya praktik monopoli.

G. Oligopsoni

1. Penguasaan pembelian atas barang atau jasa tertentu.

2. Dugaan penguasaan pembelian atas barang atau jasa tertentu.

H. Integrasi Vertikal

Yang dimaksud di sini adalah perjanjian integrasi vertikal yang dibuat oleh para pelaku usaha dengan maksud untuk menguasai proses pengusaha/proses produksi dari hulu sampai ke hilir.

I. Perjanjian Tertutup

1. Pembatasan pemasokan barang atau jasa tertentu.

2. Pembatasan pembelian barang atau jasa.

3. Pembatasan pembelian barang atau jasa karena adanya potongan harga atas barang atau jasa tertentu.

(20)

Materi 9. Pasar Monopoli 19 J. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri

Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri apabila isi perjanjian tersebut akan mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat misalnya dapat memunculkan praktik monopoli.

Namun, Jangan Sampai Terjadi:

1. Pembatasan penguasaan pasar menghambat pelaku usaha dalam mencapai target optimum dari bersaing di pasar global.

2. Penguasaan pasar yang relatif terbatas tidak atraktif lagi bagi para investor, utamanya investor asing.

3. Pemerintah kesulitan mengukur persentase pasar karena pasar yang sangat fluktuatif. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan.

4. Secara potensial konsumen dirugikan karena produk berkualitas dengan harga murah ketersediaannya di pasar relatif terbatas.

Sanksi Untuk Pelanggar:

A. Sanksi Administratif :

1. Penetapan pembatatan perjanjian 2. Perintah penghentian integrasi vertikal 3. Perintah penghentian praktik monopoli

4. Penetapan pembatasan penggabungan usaha

5. Penetapan pembayaran ganti rugi serendah-rendahnya Rp. 1 miliar dan setinggi-tingginya Rp 25 miliar

B. Pidana Pokok :

1. Pelanggaran terhadap Pasal 4, Pasal 9 sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan 19, Pasal 25, 27, dan Pasal 28 diancam pidana dengan serendah-rendahnya Rp25 miliar dan setinggi- tingginya Rp100 miliar, atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 6 bulan.

2. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal sampai dengan Pasal 8, Pasal 15. Pasal 20 sampai dengan Pasal 24 dan Pasal 26 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp 5 miliar dan setinggi- tingginya Rp 25 miliar atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 5 bulan.

3. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp 1 miliar dan stinggi-tingginya Rp 5 miliar atau pidana kurungan pengganti denda selama-lamanya 3 bulan.

C. Pidana Tambahan : 1. Pencabutan izin usaha.

2. Larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap UU ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 tahun dan selama- lamanya 5 tahun, atau

3. Penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian pada pihak Iain.

Gambar

Diagram 9.6 menunjukkan hal tersebut, di mana titik perpotongan kurva MC dengan MR (titik A)  jauh di bawah harga jual (titik B)
Diagram 9.8 berikut ini memberikan penjelasan lebih lengkap.

Referensi

Dokumen terkait

Pada sisi lain, de Broglie mengatakan bahwa benda yang bergerak memiliki momentum dan panjang gelombang yang dihubungkan oleh p = h/λ.. Momentum benda bergerak dihubungkan dengan

Total produk sertifikat ADS-I dari berbagai tingkat yang telah dilaksanakan UDC dari April-Oktober 2011 adalah 209 eksemplar dengan asal peserta pelatihan dan

Prakiraan tingkat kekeringan dan kebasahan dengan menggunakan indeks SPI, untuk akumulasi curah hujan tiga bulan Desember 2018 - Februari 2019 pada umumnya Normal...

Berdasarkan kenyataan bahwa pemberian tugas menulis dengan menggunakan alat bantu atau media berupa gambar berseri yang disertai dengan kata-kata kunci efektif untuk

Limbah sehingga sisa dari kegiatan penambangan emas yang mengandung merkuri. (Hg) dibuang ke sungai tanpa mengalami

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak pengelola Taman Harmoni di daerah keputih Surabaya yaitu Dinas Pariwisata kota

The File Management pop-up menu also lets you open the Design Notes dialog box (where you can document changes you make to files as you work) and quickly locate the current page

Bertentangan dengan hasil temuan Veronica dan Yanivi (2005), penelitian Abdullah (2010) memberikan bukti bahwa independensi dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang