• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

8

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT (RPW) PADA PRODUK K25-6101

DI PT. BANSHU ELECTIC INDONESIA

Edi Susanto

1

, Asep Hermawan

1

, Andriana

1,*

1 Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Texmaco, Jl. Raya Cipeundeuy – Pabuaran Km. 3,5 Cipeundeuy Subang, Jawa Barat 41272.

E-mail : Andrianakill@gmail.com*

ABSTRACT

PT,Banshu Electric Indonesia is one of companies manufacturing wiring harness for motorcycle body cables, in manufacturing the wiring harness with the maximal quality and applying efficiency and effectiveness, to increase a line efficiency, minimize idle time and waitting time in production the wirng harness by using balance of line in line production. The result of research shows that the balance line by using Ranked Positional Weight methode becomes in accordance with increasing, minimizing idle time, deducting number of work stations, and increasing production line. Where the beginning condition in housing department there is 13 work stations with line efficiency is 86,80 %, produktivity is 0,21 %, balance delay is 13,2 % and Idle time is 89,7 second. Where as the improvement suggestion in housing department is 12 work stations, line efficiency is 94,4 %, produktivity is 0,23 %, balance delay is 5,6 %, and idle time is 37,4 second. Where as the beginning condition in assembling department there is 14 work station with efficiency of work station is 87,61%, produktivity is 0,20 %, balance delay is 12,38 %, and idle time is 91,9 second. The improvement suggestion for assembling department is 13 work stations, line efficiency is 94,35 %, produktivity is 0,21 %, balance delay is 5,65 %, and idle time is 38,9 second.

Keywords: Line Balancing, Ranked Positional Weight method, Productivity

ABSTRAK

PT,Banshu Electric Indonesia adalah salahsatu perusahaan yang memproduksi wiring harness untuk kabel body motor, dalam memproduksi wiring harness dengan kualitas yang maksimal dan menerapkan efisiensi dan efektifitas, untuk meningkatkan efisiensi lini, meminimalkan waktu menganggur dan waktu menunggu dalam produksi wirng harness dengan menggunakan keseimbangan lintasan pada lini produksi. Hasil penelitian menunjukan bahwa lini keseimbangan dengan menggunakan metode Ranked Positional Weight sejalan dengan peningkatan, meminimalkan waktu menganggur, mengurangi jumlah stasiun kerja, meningkatkan efisiensi lini dan produktivitas kerja. Dimana kondisi awal di departement housing terdapat 13 stasiun kerja dengan efisiensi lini sebesar 86,80 %, produktivitas sebesar 0,21 %, waktu menunggu sebesar 13,2 %, dan waktu menganggur sebesar 89,7 detik. Sedangkan usulan perbaikan di departement housing adalah 12 stasiun kerja, efisiensi lini sebesar 94,4 %, produktivitas sebesar 0,23

%, waktu menunggu sebesar 5,6 %, dan waktu menganggur sebesar 37,4 detik. Sedangkan kondisi awal di departement Assembling terdapat 14 stasiun kerja dengan efisiensi stasiun kerja sebesar 87,61%, produktivitas sebesar 0,20 detik, waktu menunggu sebesar 12,38 %, dan waktu menganggur sebesar 91,9 detik. Usulan perbaikan untuk departement Assembling adalah 13 stasiun kerja, efisiensi lini 94,35 %, produktivitas sebesar 0,21 %, waktu menunggu 5,65 %, dan waktu menunggu sebesar 38,9 detik.

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap kegiatan proses produksi terdapat salah satu assy yang mengalami bottleneck yaitu assy K25-6101. Yang dimana di assy tersebut terdapat beberapa permasalahan yang terjadi diantaranya banyaknya penumpukan atau bottleneck yang menyebabkan tidak seimbangnya alur produksi yang terjadi di line tersebut dan berkurangnya produktivitas di line tersebut.

(2)

9

Gasperz (1998), Line Balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work stations dan meminimumkan banyaknya harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan.

Tidak seimbangnya lintasan produksi di assy K25-6101 menyebabkan terjadinya Balance Delay, idle time yang secara otomatis juga menyebabkan rendahnya nilai efisiensi dan produktivitas pada lintasan produksi di Departemen tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengurangi nilai balance delay dan idle time yang terjadi sehingga secara otomatis akan mengakibatkan meningkatnya nilai produktivitas dan efisiensi lini pada departement tersebut.

Adapun rumus untuk meenjawab atau menyelesaiakan permasalahan yang ada dalam rumusan masalah adalah sebagai berikut :

Efisiensi lini X 100%

(1)

x 100% (2)

(3)

2. METODE 2.1. Mengidentifikasi Masalah

Pada tahapan ini peneliti melakukan atau mengidentifikasi rumusan masalah yang akan menjadi landasan sebagai bahan penelitian. Dimana mengidentifikasi masalah ini hasil dari observasi lapangan serta masalah yang ada di perusahaan tersebut.

2.2 Merumuskan Masalah

Pada tahap ini peneliti melakukan perumusan masalah yang telah dilakukan pada tahap identifikasi masalah, yaitu untuk mengurangi balance delay dan idle time yang terjadi dan bagaimana cara meningkatkan produktivitas dan efisiensi lini di departement tersebut.

2.3 Mengumpulkan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan sebagai bahan penelitian. Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data serta cara mendapatkannya dilakukan dengan secara pengamatan dan mencari masalah yang berhubungan dengan keseimbangan lintasan (line balancing).

2.4 Pengolahan Data

Pada tahapan ini dilakukan pengolahan data dari hasil pengumpulan data yang didapatkan dari perusahaan, dimana pengolahan data ini diolah dengan beberapa metode line balancing yang dipakai untuk perbandingan dari metode itu, metode yang dipakai di pengolahan data ini adalah metode : Ranked Positional Weight. Dalam tahap pengolahan data ini akan dilakukan uji keseragaman data,dan uji kecukupan data serta menghitung produktivitas, efisiensi lini, balance delay, dan idle time di kondisi awal.

2.5 Melakukan keseimbangan lintasan

Pada tahap ini peneliti akan melakukan atau menginput data yang sudah diperoleh dan sudah diolah melalui uji keseragaman data, uji kecukupan data, ke dalam metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode Ranked Positional Weight.

(3)

10

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Efisiensi, Balance Delay dan Waktu Menganggur Pada Kondisi Awal di Departement Housing

Tabel 1. Pembebanan operasi dan efisiensi kondisi awal Stasiun

kerja

Pembebanan operasi

Waktu operasi stasiun kerja (detik)

Jumlah (detik) Efisiensi stasiun kerja ( %)

1 1 47,4 47,4 90,63

2 2 47,5 47,5 90,82

3 3 52,3 52,3 100

4 4 47,9 47,9 91,58

5 5 48,5 48,5 92,73

6 6 49,2 49,2 94,07

7 7 48,9 48,9 93,50

8 8 48,8 48,8 93,30

9 9 26,6 26,6 50,86

10 10 26,1 26,1 49,90

11 11 49,2 49,2 94,07

12 12 49 49 93,70

13 13 49,2 49,2 94,07

Maka efisiensi lini, balance delay dan total waktu menganggur pada kondisi awal di departement housing adalah sebagai berikut :

Efisiensi lini X 100%

x 100% = 86,80 %

Balance delay :

x 100%

x 100% = 13,2 % Idle Time ( Total waktu menganggur ) :

Total waktu menganggur = ( K.CTC ) – ∑Wb Total waktu menganggur = 679,9 – 590,2

= 89,7 detik

Produktivitas parsial

Produktivitas = = 0,21%

(4)

11

b. Efisiensi, Balance Delay dan Waktu Menganggur Pada Kondisi Awal di Departement Assembling

Tabel 2. Pembebanan operasi dan efisiensi kondisi awal Stasiun

kerja

Pembebanan operasi

Waktu operasi stasiun kerja (detik)

Jumlah (detik)

Efisiensi stasiun kerja ( %)

1 1 48,9 48,9 92,26

2 2 49,5 49,5 93,40

3 3 49,1 49,1 92,64

4 4 47,9 47,9 90,37

5 5 26,5 26,5 50

6 6 26,3 26,3 49,62

7 7 49,9 49,9 94,15

8 8 49,7 49,7 93,77

9 9 49,9 49,9 94,15

10 10 53 53 100

11 11 49,5 49,5 93,40

12 12 49,6 49,6 93,58

13 13 50,2 50,2 94,71

14 14 50,1 50,1 95,52

Maka efisiensi lini, balance delay total waktu menganggur pada kondisi awal di departement housing adalah sebagai berikut :

Efisiensi lini X 100%

x 100% = 87,61 % Balance delay :

x 100%

x 100% = 12,38 detik Idel time ( total waktu menganggur ) :

Total waktu menganggur = ( K.CT ) - ∑Wb Total waktu menganggur = 742 – 650,1

= 91,9

Produktivitas = = 0,20

c. Efisiensi, Balance Delay dan Waktu Menganggur di Departement Housing Setelah Dilakukan Keseimbangan Lintasan

Tabel 4. Pengalokasian Stasiun Kerja Deprtement Housing Stasiun kerja Operasi

pengelompokan

Waktu stasiun kerja

Idle time Effisien stasiun kerja

1 1 47,4 4,9 90,63

2 2 47,5 4,8 90,82

3 3 52,3 0 100

(5)

12

4 4 47,9 4,4 91,58

5 5 48,5 3,8 92,73

6 6 49,2 3,1 94,07

7 7 48,9 3,4 93,50

8 8 48,8 3,5 93,30

9 9 &10 52,3 0 100

10 10 49,2 3,1 94,07

11 11 49 3,3 93,70

12 12 49,2 3,1 94,07

Efisiensi lini X 100%

x 100% = 94,4 %

Balance delay = 100 % - efisiensi lini

= 100 % - 94,4 %

= 5,6 % Idle time ( total waktu menganggur ) :

Total waktu menganggur = ( K.CT ) - ∑Wb Total waktu menganggur = ( 12 x 52,3) – 590,2

= 627,6 – 590,2 = 37,4 deetik

Produktivitas = = 0,23%

d. Efisiensi, Balance Delay dan Waktu Menganggur di Departement Assembling Setelah Dilakukan Keseimbangan Lintasan

Tabel 5. Pengalokaian stasiun kerja Departement Assembling Stasiun

kerja

Operasi pengelompokan

Waktu stasiun kerja

Idle time Effisien stasiun kerja

1 1 48,9 4,1 92,26

2 2 49,5 3,5 93,40

3 3 49,1 3,9 92,64

4 4 47,9 5,1 90,37

5 5 & 6 52,8 0,2 99,62

6 6 49,6 3,4 93,58

(6)

13

7 7 49,5 3,5 93,40

8 8 53 0 100

9 9 49,9 3,1 94,15

10 10 49,7 3,3 93,77

11 11 49,9 3,1 94,15

12 12 50,2 2,8 94,71

13 13 50,1 2,9 94,52

Efisiensi lini X 100%

x 100% = 94,35 %

Balance delay = 100 % - efisiensi lini

= 100 % - 94,35 %

= 5,65 % Idle time ( total waktu menganggur ) :

Total waktu menganggur = ( K.CT ) - ∑Wb Total waktu menganggur = ( 13 x 53 ) – 650,1

= 689 – 650,1 = 38,9 detik

d). Produktivitas = = 0,21 %

e. Pembahasan Terhadap Jumlah Stasiun Dan Efisiensi Lini di Departement Housing.

Tabel 6. efisiensi lini pada kondisi awal dan usulan perbaikan

Stasiun kerja Efisiensi stasiun kerja

Kondisi Awal Usulan Perbaikan

1 90,63 90,63

2 90,82 90,82

3 100 100

4 91,58 91,58

5 92,73 92,73

6 94,07 94,07

(7)

14

7 93,50 93,50

8 93,30 93,30

9 50,86 100

10 49,90 94,07

11 94,07 93,70

12 93,70 94,07

13 94,07

Efisiensi Lini 86,80 % 94,4 %

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah stasiun pada kondisi awal adalah 13 stasiun dengan efisiensi lini sebesar 86,80%, sedangkan jumlah stasiun pada usulan perbaikan dengan metode Ranked Positional Weight adalah 12 stasiun dengan efisiensi meningkat menjadi 94,4 %. Dengan perbaikan ini, maka kita dapat mengurangi jumlah stasiun kerja dan mengurangi jumlah man power yang diperlukan untuk pembuatan wirirng harness di departement housing.

f. Pembahasan Terhadap Balance Delay dan Idle Time di Departement housing

Tabel 7. Balance delay dan idle time pada kondisi awal dan ususkan perbaikan Kondisi Balance delay ( % ) Idle time (detik )

Kondisi awal 13,2 89,7

Usulan perbaikan 5,6 37,4

g. Pembahasan Terhadap Produktivitas di Departement Housing

Dengan adanya pengurangan stasiun kerja dari 13 stasiun menjadi 12 stasiun kerja tentu juga mengakibatkan pengurangan jumlah operator, maka jumlah operator pada kondisi awal adalah 13 operator dan pada usulan perbaikan adalah 12 operator. Maka produktivitas pada kondisi awal dan usulan perbaikan adalah sebagai berikut.

Produktivitas = = 0,21

Produktivitas pada usulan perbaikan:

Produktivitas = = 0,23

h. Pembahasan Terhadap Jumlah Stasiun Dan Efisiensi Lini di Departement Assembling

Tabel 8. Efisiensi lini pada kondisi awal dan usulan perbaikan

Stasiun kerja Efisiensi stasiun kerja

Kondisi Awal Usulan Perbaikan

1 92,26 92,26

2 93,40 93,40

3 92,64 92,64

4 90,37 90,37

5 50 99,62

6 49,62 93,58

7 94,15 93,40

8 93,77 100

(8)

15

9 94,15 94,15

10 100 93,77

11 93,40 94,15

12 93,58 94,71

13 94,71 94,52

14 95,52

Efisiensi Lini 87,61% 94,35 %

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah stasiun pada kondisi awal adalah 14 stasiun dengan efisiensi lini sebesar 87,61%, sedangkan jumlah stasiun pada stasiun pada usulan perbaikan dengan metode Ranked Positional Weight adalah 13 stasiun dengan efisiensi meningkat menjadi 94,35 %. Dengan perbaikan ini, maka kita dapat mengurangi jumlah stasiun kerja dan mengurangi jumlah man power yang diperlukan untuk pembuatan wirirng harness di departement Assembling.

i. Pembahasan Terhadap Balance Delay dan Idle Time di Departement Assembling

Tabel 9. Balance delay dan idle time pada kondisi awal dan usulan perbaikan Kondisi Balance delay ( % ) Idle time (detik )

Kondisi awal 12,38 91,9

Usulan perbaikan 5,65 38,9

j. Pembahasan Terhadap Produktivitas di Departement Assembling

Dengan adanya pengurangan stasiun kerja dari 14 stasiun menjadi 13 stasiun kerja tentu juga mengakibatkan pengurangan jumlah operator, maka jumlah operator pada kondisi awal adalah 14 operator dan pada usulan perbaikan adalah 13 operator. Maka produktivitas pada kondisi awal dan usulan perbaikan adalah sebagai berikut :

Produktivitas = = 0,20

Produktivitas pada usulan perbaikan:

Produktivitas = = 0,21

4. KESIMPULAN

 Efisiensi lini di departement Housing di Assy K25-6101 di PT. Banshu Plant III pada .kondisi awal diperoleh sebesar 86,80 %, dan di departement Assembling sebesar 87,61%, setelah dilakukan perbaikan keseimbangan lintasan dengan pendektan metode Ranked Positional Weight di dapat efisiensi lini di departement Housing sebesar 94,4 %, dan di departement Assembling sebesar 94,35

%.

 Produktivitas pada kondisi awal di departement housing adalah sebesar 0,21 dan di departement assembling pada kondisi awal sebesar 0,20, setalah dilakukan perbaikan keseimbangan lintasan dengan pendekatan metode Ranked Positional Weight di dapat peningkatan produktivitas yang tidak signifikan yaitu pada departement housing menjadi sebesar 0,23, sedangkan di departement Assembling menjadi sebesar 0,21.

 Balance Delay pada kondisi awal di departement Housing sebesar 13,2 %, dan balance delay pada kondisi awal di departement Assembling sebesar 12,38. Setelah dilakukan pendekatan dengan menggunakan metode Ranked Positional Weight, ada penurunan balance delay, yaitu 5,6 % di departement Housing dan di departement Assembling didapat 5,65 % setelah dilakukan pendekatan dengan metode Ranked Positional Weight.

(9)

16

 Idle time pada kondisi awal di departement Housing sebesar 89,7 detik, sedangkan setelah dilakukan perbaikan dengan pendekatan metode Ranked Positional Weight ada penurunan idle time menjadi 37,4 detik. Sedangkan idle time pada .kondisi awal di departement Assembling sebesar 91,9 detik, dan berkurang menjadi 38,9 detik setalah ada pendekatan perbaikan.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

2. Halim, A.H. 2003. TI-3122 Perencanaan dan Pengendalian Produksi: Keseimbangan Lintasan.

Institut Teknologi Bandung http://lspitb.org (diakses tanggal 4 Januari 2015)

3. Kadarusman, Indra ( 2007 ), Analisa Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay Guna Meningkatkan out put Produksi. ITATS.

4. Nasution , Arman H. 2003 . Perencanaan dan pengendalian produksi. Edisi Pertama. Surabaya : Guna widya

5. Purnomo, Hari. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2004.

6. Vincent Gaspersz, Dr, D.Sc., CFPIM, CIQA, 1998. Production Planning And Inventory Control:

Berdasarkan Pendekatan Sistem Teritegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

7. Saptanti, dyah. “perbandingan metode ranked positional weight dan killbrige wester pada permasalahan keseimbangan lintasan produksi berbasis single model”. Bandung : ITB.

8. Sumber : Motion and time study design and measurement of work, seventh Edition, Ralph M.

Barnes )

Gambar

Tabel 1. Pembebanan operasi dan efisiensi kondisi awal  Stasiun

Referensi

Dokumen terkait

Biodiesel memiliki potensi untuk dijadikan energi alternatif karena biodiesel bersumber dari lemak nabati dan hewani yang ketersediaannya dapat diperbaharui, dan

Oleh karena itu, aku bekerja di rumah sakit untuk orang yang sudah tua selama pengalaman kerja saya.. Ruman sakit itu terletak dua puluh kilometer

Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu. Seseorang memiliki minat dari pembawaannya dan memperoleh

Pada gambar 8 (A) aliran annular, saat air mengalir pada dinding dalam pipa, dan ada udara bergerak keatas pada debit kecil (B) Jika kecepatan udara terus

Kerapatan relatif (Dr) pada tanah pasir berpengaruh terhadap perilaku keruntuhan fondasi yaitu perilaku keruntuhan geser pada pasir yang mempunyai kerapatan relatif (Dr)

Pelaksanaan media pembelajaran Bahasa Inggris di SMA N 1 Putri hijau sudah berjalan sesuai prosedur. Melalui pelaksanaan media pembelajaran Bahasa Inggris secara garis besar

Harga disekitar Resist (R1 atau R2) merupakan level untuk mengambil profit. Jika harga bergerak dibawah pivot, maka kecenderungan harga akan melemah dulu. Jika ada rekomendasi BUY,

Dari hasil perancangan layanan maka diperoleh sebuah layanan informasi baru dengan mengunakan NFC yaitu sebuah Implementasi Smart Poster menggunakan NFC sebagai