• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Sebelumnya perlu Dari perhitungan tabel 4.14 di atas, curah hujan periode ulang yang akan digunakan dalam perhitungan distribusi curah hujan daerah adalah curah hujan dengan periode ulang 100 tahunan yaitu sebesar 151,38 mm.

di ketahui distribusi hujan yang sering terjadi di Indonesia dengan hujan terpusat 5 jam dan koefisien pengaliran sebesar 0,75 karena termasuk kategori pegunungan tersier.

Tabel 4.16 Perhitungan Distribusi Hujan Periode

Ulang 100 Tahun

Periode

Ulang: 100

Rt RT' R 24 maks

(mm) 151.38

Jam ke (mm) (mm) Rt=Rt*R24

(mm) RT=RT'*R24

(mm)

1 0.585 0.585 88.559 88.559

2 0.368 0.152 55.709 23.010

3 0.281 0.107 42.539 16.198

4 0.232 0.085 35.121 12.868

5 0.2 0.072 30.277 10.900

Sumber: Hasil Perhitungan

Contoh Perhitungan Distribusi hujan Periode Ulang 100 Tahun :

Jam 2 : Rt = Rt x R24 Re = RT x c = 0,368 x 151,38 = 23,010 x 0,75

= 55,709 mm = 18,408 RT = RT x R24

= 0,152 x 151,38 = 23,010 mm

Tabel 4.17 Perhitungan Distribusi Hujan Efektif Periode Ulang 100 Tahun

Periode

Ulang: 100

RT Koeff.Pengaliran

R 24 maks

(mm) 151.38

Jam ke (mm) C RT (mm) Re=RT*C

(mm)

1 0.585 0.75 88.559 66.419

2 0.152 0.75 23.010 17.258

3 0.107 0.75 16.198 12.149

4 0.085 0.75 12.868 9.651

5 0.072 0.75 10.900 8.175

Sumber: Hasil Perhitungan

Perhitungan Distribusi Hujan dari hasil perhitungan tabel 4.17 nantinya akan di pakai untuk perhitungan debit hidrograf satuan Nakayasu.

4.5 Perhitungan Unit hidrogaph Satuan

Unit Hidrograph atau Hidrograft satuan untuk perhitungan banjir yang akan terjadi dilakukan dengan perhitungan pada perumusan Nakayasu, yaitu :

Perhitungan hidrograf banjir menggunakan metode Nakayasu.

Diketahui karakteristik DAS :

1. Luas DAS = 37,531 km2 2. Panjang Sungai ( L ) = 11,276 3. km ( daerah pengaliran biasa ) = 2 4. L < 15 km tg=0,21×L0,70 =

1,14 jam

5. tr = 1,00 jam

6. t0,3 =α.tg = 2 × 1,14 = 2,28 7. jam tp=tg+0,8×tr = 1,94

jam

8. Ro = 1,00 mm 9. 3,60 (0,3A TpRo T0,3)

Qp × +

= × =3,63

m3 / det

Perhitungan Parameter Unit Hidrograf satuan dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

4.6 Perhitungan Debit

Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.22 :

Tabel 4.22. Perhitungan hidrograf banjir 100 tahun

t ( jam ) Q Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 1 Jam ke-5 Q Total ( m³/dt ) 66.419 17.258 12.149 9.651 8.175 ( m³/dt )

0.0 0.000 0.000 0.000

0.5 0.139 9.253 0.000 9.253

1.0 0.735 48.835 12.689 0.000 61.524

1.5 1.946 129.227 33.577 23.636 0.000 186.440

2.0 3.525 234.112 60.829 42.821 34.016 0.000 371.778 2.5 2.710 179.986 46.766 32.920 26.152 22.152 307.976 t ( jam ) Q Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 1 Jam ke-5 Q Total ( m³/dt ) 66.419 17.258 12.149 9.651 8.175 ( m³/dt )

3.0 2.083 138.373 35.953 25.309 20.106 17.031 236.772

3.5 1.602 106.381 27.641 19.458 15.457 13.093 182.030

4.0 0.992 65.874 17.116 12.049 9.571 8.108 112.718

4.5 0.832 55.283 14.364 10.112 8.033 6.804 94.595

5.0 0.699 46.394 12.055 8.486 6.741 5.710 79.386

5.5 0.586 38.935 10.116 7.121 5.657 4.792 66.622

6.0 0.492 32.675 8.490 5.976 4.748 4.022 55.911

6.5 0.413 27.422 7.125 5.016 3.984 3.375 46.921

7.0 0.346 23.013 5.979 4.209 3.344 2.832 39.377

7.5 0.107 7.134 1.854 1.305 1.037 0.878 12.207

8.0 0.088 5.871 1.525 1.074 0.853 0.723 10.046

8.5 0.073 4.832 1.255 0.884 0.702 0.595 8.267

9.0 0.060 3.976 1.033 0.727 0.578 0.489 6.804

9.5 0.049 3.272 0.850 0.599 0.475 0.403 5.599

10.0 0.041 2.693 0.700 0.493 0.391 0.331 4.608

10.5 0.033 2.216 0.576 0.405 0.322 0.273 3.792

11.0 0.027 1.824 0.474 0.334 0.265 0.224 3.121

11.5 0.023 1.501 0.390 0.275 0.218 0.185 2.568

12.0 0.019 1.235 0.321 0.226 0.179 0.152 2.114

12.5 0.015 1.017 0.264 0.186 0.148 0.125 1.739

(2)

t ( jam ) Q Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 1 Jam ke-5 Q Total ( m³/dt ) 66.419 17.258 12.149 9.651 8.175 ( m³/dt )

13.0 0.013 0.837 0.217 0.153 0.122 0.103 1.431

13.5 0.035 2.357 0.612 0.431 0.342 0.290 4.033

14.0 0.030 1.978 0.514 0.362 0.287 0.243 3.385

14.5 0.025 1.660 0.431 0.304 0.241 0.204 2.840

15.0 0.021 1.393 0.362 0.255 0.202 0.171 2.384

15.5 0.018 1.169 0.304 0.214 0.170 0.144 2.000

16.0 0.015 0.981 0.255 0.179 0.143 0.121 1.679

16.5 0.012 0.823 0.214 0.151 0.120 0.101 1.409

17.0 0.010 0.691 0.180 0.126 0.100 0.085 1.182

17.5 0.009 0.580 0.151 0.106 0.084 0.071 0.992

18.0 0.007 0.487 0.126 0.089 0.071 0.060 0.833

18.5 0.006 0.408 0.106 0.075 0.059 0.050 0.699

19.0 0.005 0.343 0.089 0.063 0.050 0.042 0.587

19.5 0.004 0.288 0.075 0.053 0.042 0.035 0.492

20.0 0.004 0.241 0.063 0.044 0.035 0.030 0.413

20.5 0.003 0.203 0.053 0.037 0.029 0.025 0.347

21.0 0.003 0.170 0.044 0.031 0.025 0.021 0.291

21.5 0.002 0.143 0.037 0.026 0.021 0.018 0.244

22.0 0.002 0.120 0.031 0.022 0.017 0.015 0.205

22.5 0.002 0.100 0.026 0.018 0.015 0.012 0.172

23.0 0.001 0.084 0.022 0.015 0.012 0.010 0.144

23.5 0.001 0.071 0.018 0.013 0.010 0.009 0.121

t ( jam ) Q Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 1 Jam ke-5 Q Total ( m³/dt ) 66.419 17.258 12.149 9.651 8.175 ( m³/dt )

24.0 0.001 0.059 0.015 0.011 0.009 0.007 0.102

24.5 0.001 0.050 0.013 0.009 0.007 0.006 0.085

25.0 0.001 0.042 0.011 0.008 0.006 0.005 0.072

25.5 0.001 0.035 0.009 0.006 0.005 0.004 0.060

26.0 0.000 0.029 0.008 0.005 0.004 0.004 0.050

26.5 0.000 0.025 0.006 0.005 0.004 0.003 0.042

27.0 0.000 0.021 0.005 0.004 0.003 0.003 0.036

27.5 0.000 0.017 0.005 0.003 0.003 0.002 0.030

28.0 0.000 0.015 0.004 0.003 0.002 0.002 0.025

28.5 0.000 0.012 0.003 0.002 0.002 0.002 0.021

29.0 0.000 0.010 0.003 0.002 0.001 0.001 0.018

29.5 0.000 0.009 0.002 0.002 0.001 0.001 0.015

30.0 0.000 0.007 0.002 0.001 0.001 0.001 0.012

30.5 0.000 0.006 0.002 0.001 0.001 0.001 0.010

31.0 0.000 0.005 0.001 0.001 0.001 0.001 0.009

31.5 0.000 0.004 0.001 0.001 0.001 0.001 0.007

32.0 0.000 0.004 0.001 0.001 0.001 0.000 0.006

32.5 0.000 0.003 0.001 0.001 0.000 0.000 0.005

33.0 0.000 0.003 0.001 0.000 0.000 0.000 0.004

33.5 0.000 0.002 0.001 0.000 0.000 0.000 0.004

34.0 0.000 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003

34.5 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.003

35.0 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002

35.5 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002

36.0 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.002

36.5 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001

37.0 0.000 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.001

37.5 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

38.0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Sumber : Hasil perhitungan

Dari analisa perhitungan hydrograph periode ulang 100 tahun metode Nakayasu, didapatkan harga debit maksimum sebesar 371,778 m³/detik.

-30-20 -101020304050607080900 100110 120130 140150 160170 180190 200210 220230 240250 260270 280290 300310 320330 340350 360370 380390 400

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 Waktu ( jam )

Debit ( m3/dt )

Debit Q ( m3/dt )jam ke 1

jam ke 2 jam ke 3 jam ke 4 jam ke 5

Gambar 4.3. Grafik Hidrograf banjir 100 tahun

(3)

4.7 Perhitungan Reservoir Routing

Penelusuran banjir ini bertujuan untuk mengetahui berapa tinggi air di atas bangunan pelimpah dari suatu bendungan dengan lebar yang telah ditentukan.

Kemudian dari tinggi air ini dapat dicari tebal air yang melewati bangunan pelimpah tersebut.

Pada perhitungan desain flood routing dengan metode Goodrich (Subramanya,hal. 277), digunakan hydrograph inflow metode Nakayasu dengan periode ulang 100 tahun. Elevasi puncak spillway direncanakan pada elevasi + 14,50 meter.

Perhitungan reservoir routing dengan lebar spillway 22 meter

t = 720 dtk b = 22 meter Dimana,

S0 : volume tampungan

S : volume tampungan diatas elevasi puncak pelimpah

O : debit outflow menggunakan rumus (2.25)

C : koefisien limpasan, menggunakan rumus iwasaki

9900 , 0

P 0416 H , 0 200 , 2

C= − ×

Dari tabel diatas, didapatkan grafik hubungan elevasi dengan

∆t S

2 , O

t S

2 +

∆ , O

t S

2 −

∆ ,

dan grafik rating curve.

Hubungan elevasi dengan tampungan

14.50 15.00 15.50 16.00 16.50 17.00 17.50 18.00

0 200 400 600

Elevasi (m)

(2S/ t) (2S/ t) + O (2S/ t) - O

Gambar 4.4. Grafik hubungan elevasi dengan

∆t

S

2 , O

t S

2 +

, O

t S

2 −

Rating curve

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00

0 50 100 150 200

Outflow (m3/dtk)

h (m)

Gambar 4.5. Grafik Rating Curve

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 t (jam)

Debit (m3/dtk)

inflow outflow

Gambar 4.6. Grafik hubungan inflow dengan outflow reduksi banjir

BAB V

ANALISA TUBUH BENDUNGAN

5.1. Perhitungan Analisa Tubuh Bendungan

Analisa tubuh bendungan meliputi perencanaan tinggi bendungan, lebar mercu bendungan dan kemiringan lereng bendungan.

5.2. Penentuan Tinggi Puncak Bendungan

Elevasi puncak bendungan diperoleh dari penjumlahan tinggi air maksimum di atas pelimpah dengan tinggi jagaan. Menurut JANCOLD (The Japanese National Committee On Large Dams) tinggi jagaan untuk bendungan urugan kurang dari 50 meter dipakai tinggi jagaan sebesar 2 meter.

Elevasi puncak pelimpah : + 14.50 Elevasi dasar waduk : + 6.00 Tinggi jagaan : 2,00 m Tinggi air maksimum : 3.682 m Elevasi puncak bendung

:(+14.50)+(3.682)+2,00 = +20,182 Tinggi bendungan

: (+20.00) – (+ 6.00) = 14 m

Tabel 5.1

.

Perhitungan Tinggi Bendungan Berdasarkan Lebar Spillway

Lebar Outflow Tinggi

air. Elv. puncak Tinggi spillway max. max bendungan bendungan

(m) (m3/dtk) (m) (m)

22,00 332,233 3,682 +20,182 14

5.3. Perhitungan Lebar Mercu Bendungan

Penentuan lebar mercu bendungan didasarkan pada ketinggian bendung maksimum yang didapat dari hasil perhitungan flood routing pada lebar spillway 22 meter.

Contoh perhitungan lebar mercu

95

(4)

Dari perhitungan sebelumnya di dapatkan tinggi bendungan (H) = 11 m

Maka, dengan persamaan (2.35) dapat di hitung lebar mercu bendungan sbb:

b = 3,6×H1/3 −3,0

= 3,6×

( )

111/3 −3,0 = 5,006 m 5 m Jadi untuk lebar mercu bendung adalah 5 meter.

5.4. Kemiringan Lereng Bendung

Penentuan kemiringan lereng bendungan didasarkan pada data – data tanah yang akan digunakan sebagai bahan urugan, yaitu dari bahan sirtu dengan spesifikasi yaitu :

Berat volume jenuh ( sat) = 1,800 ton / m3

Kohesi tanah (C) = 0 ton / m3 Sudut geser dalam ( ) = 30 0

Untuk angka keamanan dalam perencanaan stabilitas lereng bendungan dipakai SF = 1,5. Intensitas seismis kabupaten madura dalam peta zona gempa termasuk zone 2 dengan angka intensitas seismis gempa sebesar 0,103 g.

Perhitungan kemiringan lereng bendung untuk bagian hulu dan hilir adalah sebagai berikut :

a). Kemiringan lereng bagian hulu :

SF =

( )

(

k Tanm

)

k m

×

× +

×

×

' 1

' γ

φ γ

1,5 =

( ( ) )

(

Tanm

)

m

×

× +

×

×

800 , 1 1 , 0 1

30 800

, 1 103 , 0

1,5 =

1

+m

( 0

, 180 0 , 104

×m

)

m = 2,3 digunakan kemiringan 2,5

b). Kemiringan lereng bagian hilir :

SF =

( )

(

kTann

)

k n

× +

×

1

φ

1,5 =

( ( ) )

(

Tann

)

n

× +

×

1 , 0 1

30 103

, 0

n = 1,9 digunakan 2,5

Jadi untuk kemiringan lereng pada bagian hulu maupun hilir direncanakan kemiringan dengan perbandingan 1 : 2,5.

5.5. Perencanaan Dimensi Spillway

Bangunan pelimpah merupakan suatu bangunan yang harus mampu melimpahkan kelebihan air dari debit banjir yang akan dibuang sehingga kapasitas bendungan dapat dipertahankan sampai batas maksimum.

Kelebihan air akibat debit banjir yang tidak terbuang akan mengakibatkan melimpahnya air banjir melalui mercu bendungan. Hal ini sangat tidak diharapkan terutama pada bendungan tipe urugan.

Tipe bangunan pelimpah / spillway pada bendungan direncanakan memakai tipe spillway yang biasa digunakan pada bendungan tipe urugan yaitu pelimpah bebas mercu ogee dengan kemiringan hulu vertikal. Persamaan yang digunakan untuk menentukan bentuk penampang hilir dari titik tertinggi mercu pelimpah adalah dengan persamaan sebagai berikut :

ho Y =

n

ho X K

1

Berikut ini contoh perhitungan bentuk pelimpah bebas mercu ogee dengan lebar 22m dengan elevasi ambang pelimpah + 14,50

Dari perhitungan sebelumnya didapat : Q = 332,233 m3/dtk

hd = 3,682 meter L = 22,00 meter P = 2,00 meter

Perhitungan puncak pelimpah :

Profil bagian hulu dapat diperoleh dengan persamaan:

X1 = 0,282 × hd X2 = 0,175 × hd R1 = 0,500 × hd R2 = 0,200 × hd

Dengan hd = 3,682 meter sehingga bentuk mercu pelimpah bagian hulu adalah sebagai berikut :

X1 = 0,282 × hd = 0,282 × 3,682 = 1,038 meter

X2 = 0,175 × hd = 0,175 × 3,682 = 0,644 meter

R1 = 0,500 × hd = 0,500 × 3,682 = 1,841 meter

R2 = 0,200 × hd = 0,200 × 3,682 = 0,736 meter

Dari tabel 2.7 didapatkan harga K dan n, untuk kemiringan permukaan hilir vertikal didapatkan :

K = 2,00 n = 1,85

Persamaan lengkung bagian downstream spillway bendungan tipe ogee adalah : hd

Y =

n

hd

X K

1

682 , 3

Y =

85 , 1

682 , 3 00 ,

2 1 × X

Y = 0,165 X1,85

Tabel 5.2. Koordinat Lengkung Down

Stream untuk Spillway Tipe Ogee

X Y = 0,165X1,85

Titik (m) (m)

1 0 0.00

2 0.5 0.05

3 1 0.17

4 1.5 0.35

5 2 0.59

6 2.5 0.90

7 3 1.26

8 3.5 2.67

9 3.6 2.76

10 3.7 2.86

11 3.8 2.95

12 3.85 3.00

13 3.87 3.02

(5)

Dari hasil perhitungan di atas dapat di gambarkan bagian upstream spillway seperti gambar 5.1.

berikut :

V

Gambar 5.2 Sket Penampang Saluran Pengarah

5.6.1 Saluran Pengatur Diketahui

Q100 = 332,233 m3/dtk B = 22 m

V1 = 2,65 m/dtk hm = 0,5 m q = V1

.d

1

65 1

, 22 2

233 ,

332 = d

d1 = 5,69 m

(

H Z

)

g

V2 =

2 . 1 2 .

+

( 1 2 3 , 682 0 )

8 , 9 .

2 =

2

+

V

dtk m V2 =

6 , 00 /

Dan untuk persamaan kedalaman aliran digunakan persamaan Bernoulli :

g V K V g d V g d V

hm

. 2

2 2

2 2 1 2

2 2 2 1 1

+ − +

= + +

8 , 9 . 2

00 , 6 65 , . 2 2 , 8 0 , 9 . 2

00 , 6 8

, 9 . 2

65 , 69 2 , 5 5 ,

0

+ + 2 =d2 + 2 + 22

541 , 1 548

,

6

= d2 + d2 = 5,007 m

Gambar 5.3

Sket Penampang Saluran Pengatur

5.6.2 Saluran Peluncur

diketahui

Q = 332,233m3/dtk

V2 = 6,00 m/dtk d2 =5,007 m

maka untuk menentukan kecepatan dititik 3 digunakan persamaan kontinuitas aliran

3

2 Q

Q =

3 3 2

2

.

A V

.

A

V =

h B V h B

V2

. .

= 3

. .

007 , 5 . 22 . 007 , 5 . 22 . 00 ,

6

=V3

660,924= V3 .110,154 V3 = 6,00 m/dtk

(

H Z

)

g

V4 =

2 . 1 2 .

+

( 1 2 . 5 , 007 3 )

8 , 9 .

4 =

2

+

V

dtk m

V4 =

10 , 38 /

4 4

.d

V q=

. 4

38 , 22 10

233 ,

332 = d

d4 = 1,454 m

( )

0,075

40 50 . 8 50 .

11 − =

∆ =

= L So h

Dengan menganggap bidang 4 sebagai titik permulaan, maka didapat :

hl g d

l V So g d

V32 + 3 + ∆ = 42 + 4 +

. 2

2

+hl +

= +

+

1 , 45

8 , 9 . 2

38 , 40 10 . 075 , 0 007 , 8 5 , 9 . 2

00 ,

6

2 2

+hl

= 9516, 84

, 9

hl = 2,89 m l S hl= .∆

40 . 89 , 2 =S S = 0,07

V2d2=d3

L

V4 d4 V22g

V42g hl

So S Garis Energi

Gambar 5.4 Sket Penampang Saluran Peluncur

5.6.3 Peredam Energi

Didalam menentukan jenis kolam olakan terlebih dahulu harus dihitung bilangan Froude sebagai berikut :

75 , 45 2 , 1 . 8 , 9

38 , 10 . 4

4 = =

= gd Fr V

Sedangkan untuk menentukan panjang kolam olakan datar dapat ditentukan dengan persamaan dibawah ini :

1 8

1 2 .

1

2

4

5 = + Fr

D D

(6)

( )

+

= . 1 8 2,75 1 2

.1 45 ,

1 2

D5

= 3,94 m

Sehingga muka air dihilir kolam olak = 3,94 m.

Direncanakan tipe kolam olakan type I dengan Fr = 2,75

Dari grafik 2.9 diperoleh =5,4 D

L

4 , 94 5 , 3

L =

L = 3,94 x 5,4 = 21,29 m 21 m.

Maka panjang kolam olakan 21 m.

5.7 Perhitungan Stabilitas

Dalam perhitungan stabilitas spillway ditinjau pada dua kondisi paling kritis, yaitu : pada saat kondisi muka airsetinggi puncak spillway (mercu) dan pada saat kondisi air setinggi debit rencana.

5.7.1 Perhitungan Stabilitas Pada Saat Muka Air Setinggi Puncak Spillway

Sebelum menghitung stabilitas konstruksi, terlebih dahulu dihitung besarnya gaya – gaya yang bekerja pada saat kondisi muka air setinggi mercu. Perhitungan gaya tekan keatas (up lift) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

L H H L

Ux = xx

.

C H L

L

L= v+

1

3 H >∆

.

Dimana :

Ux : gaya tekanan keatas dititik X (kg/m2) Hx : tinggi muka air dihulu Lx : (m) jarak sepanjang

bidang kontak (creep line) dari hulu sampai titik x (m)

L : panjang total bidang kontak (m)

H : beda tinggi muka air hulu dan hilir (m) Lv : panjang bidang

vertical (m) Lh : panjang bidang

horizontal (m) C : koefisien rembesan

yang besarnya tergantung jenis material

Pada Air rendah ( muka air dianggap setinggi mercu ).

H = (+14,50) – (+8,50) = 6 m Dari tabel 5.3 diperoleh

Lv = 14,00 m Lh = 86,90

L = Lv + Lh

= 14,00 m + .86,90 m = 42,97 m

H.C = 6x3= 18 m (C=koef.rembesan

untuk lempung lunak=3)

Jadi L > H.C…………(OK)

Kontrol Stabilitas :

a. Titik Tangkap Gaya : Arah vertikal :

V y= Mv y =

1 , 833

m

92 , 24

68 ,

45

=

Arah horizontal :

H x = MH x =

1 , 548

m

92 , 24

59 ,

38

=

Jadi jarak titik tangkap gaya adalah (1,548 : 1,833) dari titik O.

Jarak titik tangkap gaya terhadap titik tengah spillway (eksentrisitas):

B B e

V M

e Mv H

6 1

2 → ≤

Σ −

= −

( ) 4 , 64

6 1 2

64 , 4 16

, 78

36 , 12 16 ,

78

− − ≤

= e

0,84 > 0,77 ...tidak OK b. Kontrol Guling

M SF M

H

V

( )

(

12,84,26 190,.321

)

1,5

58 ≥

+ + 6,32 > 1,5 ....Ok c. Kontrol Geser

H SF V

f

5 , 36 1 , 12

16 , 78 75 ,

0

x

5 , 36 1 , 12

62 ,

58

4,74 > 1,5...OK

5.7.2 Perhitungan Stabilitas Pada Saat Muka Air Setinggi Debit Banjir Rencana

Kontrol Stabilitas : a. Titik Tangkap Gaya :

Jarak titik tangkap gaya terhadap titik tengah spillway (eksentrisitas):

B B e

V M

e MV H

6 1

2 → ≤

Σ −

= −

64 , 6 4 1 2

64 , 4 96

, 60

18 , 17 96 ,

60

− − ≤

= e

1,60 > 0,8 ...tidak OK b. Kontrol Guling

M SF M

H

V

5 , 18 1 , 17

96 ,

60

3,55 > 1,5 .... Ok

(7)

c. Kontrol Geser H SF

V

f

5 , 572 1 , 42

49 , 113 75 ,

0

x

5 , 18 1 , 17

1175 ,

85

4,95 > 1,5 ... OK

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil analisa kebutuhan air diketahui kebutuhan air baku penduduk = 40 lt/org/hari, jumlah penduduk = 6380 jiwa.

Dengan menggunakan metode geometrik diperoleh jumlah proyeksi penduduk pada tahun 2026 = 11083,65jiwa dan diperoleh besarnya kebutuhan air baku yang diperlukan penduduk sekitar Waduk sebesar 5,644lt/dt. Dan untuk volume kebutuhan air baku selama kurun waktu 1 tahun sebesar 17798,92 m3

2. Kapasitas tampungan Waduk Braji sebesar 83498,68 m3. Dari analisa kapasitas tampungan dapat diketahui tampungan di dalam waduk mampu memenuhi kebutuhan air baku penduduk desa Braji

3. Curah hujan yang terjadi di daerah aliran sungai diambil dari 1 stasiun hujan yang mempengaruhi. Selanjutnya untuk mendapatkan probabilitas hujan rencana digunakan metode Pearson tipe III dan metode log normal dan yang kemudian dilakukan uji distribusi dengan metode chi- kuadrat dan metode Smirnov-kolmogorov.

Dari hasil uji tersebut, dapat disimpulkan distribusi hujan rencana dapat diterima dengan menghasilkan curah hujan rata-rata sebesar 151,38 mm.

4. Dari analisa debit banjir rencana yang dihitung dengan menggunakan metode Nakayasu, diperoleh debit banjir rencana dengan periode ulang 100 tahun sebesar 371,778m3/dt

5. Dimensi bangunan pelimpah (spillway) adalah sebagai berikut :

Tipe spillway= mercu ogee Tinggi spillway= 2 meter Lebar spillway= 22 meter

Elevasi Puncak spillway= + 14,50 Tinggi jagaan= 2 meter

Tipe peredam energi = kolam olak datar tipe I.

Panjang Kolam olakan= 21 meter

6.2 Saran

Saran untuk perbaikan perencanaan spillway pada waduk Braji di desa Braji kecamatan Gapura kabupaten Sumenep Madura agar lebih baik lagi yaitu perlunya pencatatan debit yang dilakukan secara

embung di masa yang akan datang akan lebih baik dari perencanaan sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedibyo.1988. Teknik Bendungan. Jakarta : Pradnya Paramita

2. Soemarto,CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta : Penerbit Erlangga

3. Soewarno, 1995. Hidrologi. Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data. Bandung : Penerbit Nova

4. Sholeh M. 1998. Hidrologi I. Diktat Kuliah.

Surabaya : FTSP-ITS

5. Sub Directorat Perencanaan Teknis, Direktorat Irigasi I, Direktorat Jendral Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.1986. Standart Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan -02. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum

6. Sub Directorat Perencanaan Teknis, Direktorat Irigasi I, Direktorat Jendral Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum.1986. Standart Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan -06. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum

7. Subramanya K, 1994, “Engineering Hydrology” , Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi.

8. Takeda, Kensaku dan Sosrodarsono, Suyono, 2002. “Bendungan Type Urugan”. Jakarta:

Pradnya Paramita

Referensi

Dokumen terkait

Adanya lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin yang menyebabkan hiperglikemia &amp;tingginya kadar gula atau gluk#sa dalam darah' yang dapat berpengaruh negati7

bersih dan air minum yang memenuhi baku mutu • Meningkatkan kapasitas PDAM dalam pengelolaan keuangan dan skema KPBU • Meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat dan

Atika Jauharia Hatta H, SE., M.Si.. Anita Lestari,

Tingkat profitabilitas bank syariah mandiri cenderung berfluktuatif dari tahun ketahun, dan diperoleh rata-rata ROA untuk periode 2004-2013 sebesar 1,64% atau &gt;1,5%

Dalam kedua contoh tadi, Raja Ludwig dan musik meru- pakan pelengkap bagi verba menyukai; atau lebih tepat: Pelengkap itu merupakan pelengkap akusatif yang mutlak perlu dan

Untuk semakin memperkuat dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana penjara terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian, maka Hakim juga

Efek salting out, salting out dapat dinyatakan sebagai keadaan dimana ion akan larut, beberapa air akan menjadi tidak bisa larut yang kemudian akan mengaram

Setelah desain dari sistem yang akan dibuat sudah disetujui baik itu oleh pengguna dan analis, maka pada tahap ini programmer mengembangkan desain menjadi suatu program.