BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengawasan
a) Pengertian Pengawasan
Perusahaan melakukan perekrutan, penempatan dan memperkerjakan karyawan maka selanjutnya adalah melakukan pengawasan. Ini penting bagi perusahaan agar kegiatan operasionalnya dapat terlaksana dengan baik.
Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan- penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.
Menurut Harahap (2001 : 14) Pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Maringan (2004 : 61) Pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan,kebijakan yang telah ditentukan. Sementara itu menurut Terry dalam Hasibuan (2001 : 242) pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai, yaitu standar, apa
yang harus dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Pengawasan yang efektif membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.
b) Fungsi Pengawasan
Menurut Ernie dan Saefulah (2005 : 12) fungsi pengawasan adalah : a. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai
dengan indikator yang di tetapkan.
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Maringan (2004 : 62) fungsi pengawasan adalah :
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab pekerja yang diserahi tugas dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Mendidik para pekerja agar melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan adalah mengevaluasi hasil dari aktifitas pekerjaan yang telah dilakukan dalam perusahaan dan melakukan tindakan koreksi bila diperlukan.
c) Langkah-Langkah dalam Pengawasan
Menurut Silalahi (2002: 396) langkah-langkah dalam pengawasan adalah sebagai berikut:
a. Tetapkan standar
Standar adalah kriteria dari hasil yang diinginkan atau peristiwa yang diharapkan dalam melaksanakan kegiatan, pelaksanaan dan hasil kerja atau perubahan yang terjadi dalam mencapai tujuan. Menetapkan suatu standar akan memberikan suatu nilai atau petujuk yang menjadi ukuran sehingga hasil-hasil yang nyata dapat dibandingkan. Ada dua tipe standar yang diakui yaitu : Standar keluaran dan standar masukan. Standar keluaran mengukur hasil kerja berupa kuantitas dan kualitas. Sedangkan standar masukan mengukur usaha-usaha kerja.
b. Monitor dan Ukur Kinerja
Agar pelaksanaan pengukuran kinerja berlangsung dengan tepat, maka perlu dikumpulkan data dan mendeteksi permasalahan. Untuk mengumpulkan data tentang kinerja dapat dilakukan dengan metode observasi, wawancara atau angket, pengamatan atas laporan, baik laporan lisan maupun laporan tertulis. Jika data atau informasi sudah dikumpulkan melalui individu, kelompok atau unit kerja yang dikontrol, harus diuji
validitasnya. Sebab ada kemungkinan karyawan akan memberikan data palsu dapat dihindarkan.
c. Bandingkan Hasil Aktual dengan Standar
Tahap ketiga dalam proses pengawasan ini ialah membandingkan hasil kinerja aktual dengan standar. Untuk itu dibutuhkan standar yang jelas dan pasti yang digunakn sebagai ukuran yang diperbandingkan. Perbandingan ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan dan ini menentukan kebutuhan untuk tindakan.
Hasil dari perbandinga kinerja aktual dan standar mengarah kepada dua kemungkinan yaitu secara sinifikan berbeda dengan standar. Tetapi ketika membandingkan hasil actual dengan standar perlu menentukan batas yang dapat diterima tentang derajad penyimpangan.
d. Ambil Tindakan Perbaikan
Tindakan korektif atau penyesuaian biasanya mengambil satu dari tiga bentuk, yaitu : Maintain Current Status jika hasil akhir konsisten dengan standar; make adjustment jika hasil menyimpang dari standar karena pelaksanaan tidak tepat; change the standard jika hasil secara signifikan menyimpang dari standar karena standar yang digunakan tidak tepat. Hasil kinerja yang sesuai dengan standar maka respon yang tepat dari manajer adalah mengakui kinerja dapat diterima dan memelihara status quo dan kemudian melakukan monitor dan mengukur pelaksanaan hasil kerja, namun jika hasil kinerja actual menyimpang dari, tidak sesuai dengan atau belum
mencapai standar yang ditentukan maka atasan melakukan tindakan perbaikan atau penyesuaian hingga mengubah standar yang digunakan.
d) Jenis-jenis Pengawasan
Menurut Maringan (2004 : 62) pengawasan terbagi 4 (empat) yaitu:
1) Pengawasan dari dalam perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh atasan untuk mengumpul data atau informasi yang diperlukan oleh perusahaan untuk menilai kemajuan dan kemunduran perusahaan
2) Pengawasan dari luar perusahaan
Pengawasan yang dilakukan oleh unit diluar perusahaan . Ini untuk kepentingan tertentu.
3) Pengawasan Preventif
Pengawasan dilakukan sebelum rencana itu dilaksakaan. Dengan tujuan untuk mengacah terjadinya kesalahan/kekeliruan dalam pelaksanaan kerja.
4) Pengawasan Represif
Pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Ernie dan Saefullah (2005 : 327) jenis pengawasan terbagi atas 3 (tiga) yaitu:
1) Pengawasan Awal
Pengawasan yang dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan pekerjaan. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan perkerjaan.
2) Pengawasan Proses
Pengawasan dilakukan pada saat sebuah proses pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan tengah berlangsung untuk memastikan apakah pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ang ditetapkan.
3) Pengawasan Akhir
Pengawasan yang dilakukan pada saat akhir proses pengerjaan pekerjaan.
e) Tujuan Pengawasan
Secara filosofis dikatakan bahwa pengawasan sangat penting karena manusia pada dasarnya mempunyai sifat salah atau khilaf, sehingga manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan untuk mencari kesalahannya kemudian menghukumnya tetapi untuk mendidik dan membimbingnya. Husnaini (2001:400) menyatakan bahwa tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
1) Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, dan hambatan
2) Mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan.
3) Meningkatkan kelancaran operasi perusahaan 4) Meningkatkan kinerja perusahaan.
5) Melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam pencapaian kinerja yang baik.
Menurut Maringan (2004:61) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut:
1) Mencegah dan memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan.
2) Agar pelaksanaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tujuan perusahaan dapat tercapai, jika fungsi pengawasan dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan-penyimpangan sehingga lebih bersifat mencegah (prefentive control).
Dibandingkan dengan tindakan-tindakan pengawasan sesudah terjadinya penyimpangan, maka tujuan pengawasan adalah menjaga hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana. Ketentuan-ketentuan dan infrastruktur yang telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan. Sebab pengawasan yang baik akan tercipta tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.
f) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan.
Fakor-faktor yang mempengaruhi pengawasan, berikut akan dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:
Reksohadiprojo (2000:152) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengawasan antara lain:
1) Perubahan yang selalu terjadi baik dari luar maupun dari dalam organisasi.
2) Kompleksitas organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya desentralisasi kekuasaan.
3) Kesalahan/Penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan.
g) Teknik-Teknik Pengawasan
Menurut Siagian (2003:112) proses pengawasan pada dasarnya dilakukan dengan mempergunakan 2 (dua) macam teknik yaitu:
1) Pengawasan Langsung
Yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan.
Pengawasan langsung dapat berbentuk:
- Inspeksi langsung
- On-the-Spot observatiton - On-the-spot report 2) Pengawasan tidak langsung
Pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis maupun lisan.
2.1.2 Evaluasi
Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi.
Dengan melakukan penilaian, dapat diketahui efektivitas setiap kegiatan organisasi serta dapat diketahui kelemahan dan kelebihan selama berlangsungnya proses administrasi. Kelemahan yang ada dapat ditanggulangi dan kelebihannya
dapat dipertahankan. Selain itu, dapat diketahui apakah rangkaian seluruh kegiatan dalam organisasi telah sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Penilaian atau yang biasa juga disebut dengan pengukuran adalah upaya sistematis mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menafsirkan data, fakta dan informasi (yang dapat dipertanggung jawabkan) dengan tujuan menyimpulkan nilai atau peringkat kompetensi seseorang dalam satu jenis atau bidang keahlian keprofesian berdasarkan norma kriteria tertentu, serta menggunakan kesimpulan tersebut dalam proses pengambilan keputusan kinerja yang direkomendasikan (Sagala : 2007).
Menurut Suharsimi Arikunto, mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, yang bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran relatif baik dan buruk, penilaian ini bersifat kualitatif. Lalu yang dikatakan mengadakan evaluasi adalah meliputi kedua langkah tersebut, yaitu mengukur dan menilai.
Penilaian merupakan metode yang digunakan untuk menilai kinerja individu atau kelompok atau program. Menurut Griffin dan Nix (1991), penilaian adalah suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.
Jadi secara sederhana dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
a) Tujuan Evaluasi
Dalam pelaksanaan evaluasi, bukan hanya sekadar melaksanakan tahapan akhir suatu proses atau kegiatan. Tetapi yang akan diketahui adalah tujuan dari pelaksanaan evaluasi tersebut, yaitu mengukur sejauh mana hasil pencapaian dari target tujuan organisasi tersebut. Yang tentunya hasil dari proses evaluasi tersebut yang sangat berguna bagi kemajuan atau peningkatan mutu suatu organisasi.
Penilaian sebaiknya dilakukan secara berkala dan menyeluruh sehingga dapat dijadikan landasan untuk melakukan perbaikan pada semua bidang.
Penilaian juga harus didukung oleh data-data yang dapat membawa ke arah perubahan yang positif serta memberikan cara terbaik untuk membuat keputusan.
Setiap tahapan proses hendaknya dilakukan penilaian agar untuk tahapan berikutnya sudah dapat memberikan kontribusi peningkatan efektivitas, efisiensi dan produktivitas.
Beberapa tahap dalam penilaian adalah menentukan aspek-aspek yang akan dinilai, menentukan kriteria penilaian, kemudian mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kriteria tersebut. Semua data yang terkumpul diakumulasikan sehingga diperoleh kesimpulan yang akhirnya dapat menjadi suatu keputusan. Pada umumnya akan ditemui tiga jenis hasil penilaian yaitu:
1) Hasil yang dicapai melebihi harapan dan target.
2) Hasil yang dicapai sama dengan harapan dan target.
3) Hasil yang dicapai kurang dari harapan dan target.
Tindak lanjut yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penilaian tersebut. Semua informasi yang diperoleh dari hasil evaluasi harus dijadikan umpan balik. Sehingga tercipta suatu sistem umpan balik yang harus melibatkan seluruh komponen organisasi, agar keberhasilan organisasi bisa terwujud dengan total, bukan parsial.
b) Sasaran Evaluasi
Secara sederhana sasaran evaluasi adalah pada masukan, proses dan keluaran. Semua proses kegiatan organisasi selalu melalui ketiga tahapan tersebut.
Dalam perusahaan yang termasuk obyek dari masukan adalah pekerja/pegawai dari perusahaan tersebut, yang merupakan bahan mentah sewaktu akan memasuki proses pekerjaan di kantor ataupun lapangan.
2.1.3 Efisiensi Kerja
1) Pengertian Efisiensi Kerja
Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupuan hasilnya.
Menurut Miraza (2004: 87) efisiensi adalah pemakaian biaya atau bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap aktivitas usaha yang berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu, dan tenaga kerja.
Sedangkan Menurut Siagian (2003: 113) efisiensi adalah perbandingan yang negatif antara input dan output. Negatif karena sumber, alat dan tenaga kerja yang dipergunakan lebih kecil dari hasil yang diperoleh.
Dan menurut Sedarmayanti (2001:112) efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupuan hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal.
Perbandingan ini dilihat dari:
a. Segi waktu,
Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila hasil kerja berdasarkan patokan ukuran yang diinginkan untuk memperoleh sesuatu yang baik dan maksimal.
b. Segi kinerja,
Yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Berdasarkan uraian diatas bahwa perbandingan terbaik antara usaha dan hasilnya dalam setiap pekerjaan terutama ditentukan oleh bagaimana pekerjaan itu dilakukan. Jika efisiensi kerja pada umunya merupakan hasil dari cara-cara kerja yang sesuai dengan prosedur kerja.Cara kerja yang efisien adalah cara yang tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak dicapai seperti : cara termudah, tercepat, termurah, teringan, dan terpendek.
2) Sumber-Sumber Efisiensi Kerja
Menurut Sudarmayanti (2001: 118) sumber utama efisiensi kerja adalah manusia, karena dengan akal, pikiran dan pengetahuan yang ada , manusia mampu
menciptakan cara kerja yang efisien. Unsur efisien yang melekat pada manusia adalah:
a. Kesadaran
Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan midal utama bagi keberhasilannya.Dalam hal ini efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna efisien sangat membantu usaha-usaha kearah efisiensi. Efisiensi sesungguhnya berkaitan erat dengan soal tingkah laku dan sikap hidup seseorang. Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup seseorang dapat mengarah perbuatan yang efisien atau sebaliknya. Adanya kesadaran mendorong orang untuk berkeinginan mambangkitkan semangat atau kehendak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan kesadarannya.
b. Keahlian
Sesuatu yang dikerjakan oleh orang yang ahli hasilnya akan lebih baik dan lebih cepat dari pada apabila sesuatu itu dikerjakan oleh orang yang bukan ahlinya. Unsur keahlian dalam efisiensi, melekat juga pada manusia. Keahlian manusia akan sesuatu perlu ditunjang dengan adanya peralatan, supaya efisiensi yang dicapai dapat lebih tinggi dari pada tanpa menggunakan alat. Sebab keahlian tanpa disertai dengan adanya fasilitas, tidak mungkin dapat diterapkan guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan selancar seperti kalau disertai dengan fasilitas. Dengan demikian keahlian merupakan unsur jaminan akan dapat hasil yang lebih efisien.
c. Disiplin
Kedua unsur termasuk belum akan menjamin hasil kerja yang baik, kalau tidak disertai dengan unsur disiplin. Oleh karena itu dalam efisiensi termasuk faktor waktu, sedangkan disiplin adalah satu unsur penting dalam efisiensi. Unsur disiplin sesungguhnya berkaitan erat dengan unsur kesadaran, sebab disiplin ini timbul juga dari kesadaran. Hanya bedanya kalau kesadaran timbulnya atau prosesnya dapat memakan waktu lama dan sulit dilaksanakan sedangkan disiplin dapat dipaksakan dengan menggunakan suatu aturan, apabila disiplin dapat diwujudkan dengan baik maka semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan hasil yang baik.
3) Syarat Dapat Dicapainya Efisiensi Kerja
Syarat dapat dicapainya hasil efisiensi kerja antara lain:
a. Berhasil guna atau efektif kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat, artinya target tercapai sesuai denganwaktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis usaha pencapaian tujuan yang efisien termasuk biaya, tenaga kerja, material, waktu, dan lain-lain.
c. Pelaksanaan kerja yang dapat di pertanggung jawabkan membuktikan bahwa didalam pelaksanaan kerja, sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan yg telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata. Berdasarkan pemikiran bahwa tidak mungkin manusia seorang diri mengerjakan segala macam pekerjaan dengan baik. Sebab bagaimanapun juga kemampuan setiap orang
berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja, dan waktu yg tersedia.
e. Prosedur kerja yang praktis pekerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan yang merupakan kegiatan operasional dapat dilaksanakan dengan lancar.
2.1.4 Hubungan Pengawasan Dengan Efisiensi Kerja
Banyak cara yang dapat dilakukan dan harus ditempuh untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam suatu perusahaan. Efisiensi dapat ditingkatkan dengan cara yang baik. Efisiensi dapat ditingkatkan melalui organisasi yang sederhana, efisiensi dapat tercapai apabila kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab dapat dicegah serta ada pendelegasian wewenang yang sistematis.
Efisiensi juga dapat dicapai melalui sistem pergerakan yang dapat merangsang para bawahan bekerja dengan ikhlas, jujur, loyal. Singkatnya efisiensi dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi organik dan fungsi pelengkap dengan setepat-tepatnya.
Salah satu sasaran pokok manajemen dalam menjalankan kegiatan- kegiatan dalam suatu organisasi ialah efisiensi yang semaksimal-maksimalnya.
Seperti halnya Siagian (2003:113) yang menyatakan bahwa fungsi organik pengawasan harus dilaksanakan dengan seefektif mungkin, karena pelaksanaa fungsi pengawasan dengan baik akan memberikan sumbangan yang besar pula dalam meningkatkan efisiensi.
2.2 Penelitian Terdahulu
a. Hasil penelitian Harahap (2005) tentang “Pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pada PT. Sunindo Varia Motor Gemilang Medan.
Menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja dengan koefisien determinasi sebesar 16,56%.
b. Hasil penelitian Rahman (2006) tentang ”Pengaruh pengawasan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT. Satuan Harapan. Hasil penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi linier sederhana dan menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan dengan koefisien determinasi 41,6%.
2.3 Kerangka Konseptual
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang menempati urutan paling bawah, tetapi bukan berarti bahwa fungsi ini kurang penting dari fungsi- fungsi lain karena pengawasan justru sudah ada sejak penetapan struktur perusahaan itu sendiri. Di dalam teknik atau cara pengawasan, terdapat dua bentuk yang tidak terpisahkan satu sama lain dalam mencapai efisiensi kerja karyawan didalam perusahaan yakni pengawasan secara langsung dan pengawasan secara tidak langsung (Siagian, 2003:114).
Pengawasan secara langsung yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan yang sedang dijalankan oleh bawahan. Pengawasan secara langsung dilakukan
Pengawasan dari jarak jauh. Di mana pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu tertulis mau pun lisan.
Perlu adanya pengawasan atasan langsung/pimpinan yang mendidik dan membimbing dan mengarahkan pencapaian hasil, agar pencapaian hasil bisa di dapat kan secara maksimal. Dalam memaksimalkan pengawasan, perlu ada nya diadakan evaluasi terhadap sub sub bagian pekerjaan tersebut, sehingga mendapat panel standarisasi dalam melakukan evaluasi.
Evaluasi adalah tempat belajar kejadian, pertanyaan yang perlu dijawab, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak akan ada dasar, tidak memiliki bahan baku untuk bekerja dengan, dan terbatas pada wilayah spekulasi oleh karena itu pengawasan dan evaluasi harus berjalan seiring. seperti pada sebuah program monitoring tidak boleh dirancang tanpa jelas mengetahui bagaimana data dan informasi akan dievaluasi dan tepat guna sebab ketidakmampuan dalam mengumpulkan dan menyimpan data yang akan digunakan.
Menurut Sedarmayanti (2001 : 112) efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu maupuan hasilnya yang meliputi pemakaian waktu yang optimal dan kualitas cara kerja yang maksimal. Jika suatu perusahaan melakukan pengawasan baik itu pengawasan langsung maupun tidak langsung dengan maksimal maka akan semakin tinggi pula tingkat efisiensi waktu dan juga kinerja karyawan pada perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Sumber: Siagian (2003:114) dan Sudarmayanti (2001 : 112) diolah.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis
Menurut Sumarsono (2004 : 30), hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, berdasarkan teori yang ada. Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Pengawasan dan Evaluasi berpengaruh positif terhadap Efisiensi kerja karyawan pada CV. Aulia Karya Utama Sibolga”.
Efisiensi Kerja (Y) Evaluasi (X2)
Pengawasan (X1)