• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Bakterisidal Ekstrak Etanol rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Staphylocuccus aureus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Bakterisidal Ekstrak Etanol rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Staphylocuccus aureus."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Efek Bakterisidal Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (

Curcuma

xanthorrhiza

Roxb.) terhadap

Staphylococcus aureus

secara

in vitro

Janette Andriani, 2013; Pembimbing : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah tanaman yang mempunyai arti penting dalam dunia obat-obatan tradisional Indonesia yang dikenal sebagai perangsang nafsu makan. Staphylococcus aureus adalah bakteri komensal kulit dan mukosa, tetapi dapat menyebabkan penyakit bila ada jalur masuk misalnya melalui fisura kulit atau operasi, contohnya dermatitis, abses, infeksi sendi, endokarditis, bisul, pneumonia dan bakteriemia, keracunan makanan, dan toxic shock syndrome. Cara mengobati infeksi adalah dengan antibiotik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol rimpang temulawak (EERT)berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

Desain penelitian bersifat eksperimental murni secara in vitro di laboratorium. Menggunakan Müeller Hinton Agardengan metode difusi, dengan mengamati diameter zona inhibisi yang dibentuk oleh EERT dalam satuan milimeter, dan kontrol negatif air ditambah alkohol dan kontrol positif gentamisin. Data yang diperoleh diolah dengan anava dengan alfa sama dengan 5%, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.

Pada hasil penelitian didapatkan zona inhibisi terbesar terbentuk pada konsentrasi EERT 12,5% terhadap Staphylococcus aureus dengan diameter 10,3825 mm, sedangkan zona inhibisi terkecil didapatkan pada konsentrasi 1,5625% dengan diameter 8,3688 mm, data diuji dengan anava didapatkan hasil yang signifikan dengan p <0,01. Dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD. Rerata temulawak dan kontrol negatif (0,0000 mm) mempunyai berbandingan yang signifikan dengan p <0,01 yang berarti temulawak mempunyai efek bakterisidal. Jika rata-rata temulawak dibandingkan dengan kontrol positif (24,45 mm), didapatkan hasil yang signifikan dengan diameter zona inhibisi temulawak lebih kecil daripada kontrol positif, hal ini membuktikan kekuatan temulawak masih dibawah kontrol negatif.

Kesimpulan dari percobaan ini adalah ekstrak etanol rimpang temulawak berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

(2)

! v!

ABSTRACT

Bactericidal Effects of Extract Ethanol of Curcuma xanthorrhiza

Roxb

. Rhizome Extract Against Staphylococcus aureus in vitro

Janette Andriani, 2013; Tutor : dr. Ellya Rosa Delima, M. Kes.

Curcuma xanthorrhiza Roxb. is a plant that has important meaning in traditional herbal medicine in Indoneisa. Curcuma xanthorrhiza Roxb. is known for appetite stimulant. Staphylococcus aureus as a normal microflora usually found in the mucosa and the skin, if Staphylococcus aureus has port of entry, for example fissure on the skin or surgery, it can cause a disease, for example dermatitis, abscess or arthritis, endocarditis, carbuncle, pneumonia, bacteriemia, food poisoning, and toxic shock syndrome. Antibiotics is used to heal infection. The aim of this study is to determine whether extract ethanol of Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome (EECR) have bactericidal effect against Staphylococcus aureus.

Design of this study was true experimental design. This study used Müeller Hinton Agar with diffusion method by observing the inhibition zone diameter formed by EECR to Staphylococcus aureus with negative control (water and alcohol) and positive control (gentamicin). The data was analyse with avana, alpha equal to 5% and continued with multiple comparisons Fisher’s LSD.

The results of this study found that greatest inhibition zones formed by 12.5% concentration of EECR against Staphylococcus aureus with diameter zone 10.3825 mm, the smallest diameter zone is 8.3688 mm formed by 1.5625% concentration of EECR. The data was tested with anava, the result was significant with p<0.01. The test was continued with multiple comparisons fisher’s LSD. The result is significant between EECR and control negative with diameter zone of EECR is bigger than negative control, so the EECR have bactericidal effect against Staphylococcus aureus. If EECR compared with positive control, the result of analyses is significant with p<0.01, and diameter zone of EECR was smaller than positive control, this prove that the power of EECR is lower than positive control.

The conclusion is Curcuma xanthorrhiza Roxb. have bactericidal effect against Staphylococcus aureus.

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran ... 2

1.6 Hipotesis ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)... 3

2.1.1 Taksonomi ... 3

2.1.2 Morfologi Tanaman ... 3

2.1.3 Penyebaran dan Pertumbuhan ... 4

2.1.4 Kandugungan Kimia Temulawak ... 5

(4)

! ix!

2.1.4.3 Xanthorrhizol ... 7 2.1.4.1 Curcumin

2.1.4.4 Beta-curcumene... 8

2.1.4.5 Alpha-curcumene... 8 2.1.4.1 Curcumin 2.1.4.6 D-camphor... 9

2.1.4.7 Beta-mycrene ... 10 2.1.4.1 Curcumin 2.1.4.8 Alpha-Phellandren... 10

2.1.4.9 Alpha-pinene... 11

2.1.4.10 Beta-pinene ... 11

2.1.5 Manfaat Temulawak ... 12

2.2 Staphylococcus aureus ... 12

2.2.1 Taksonomi Staphylococcus aureus ... 12

2.2.2 Morfologi Staphylococcus aureus ... 13

2.2.3 Mengidentifikasi Staphylococcus aureus ... 13

2.2.4 Struktur antigen Staphylococcus aureus... 15

2.3 Antibakteri ... 16

2.3.1 Antibakteri secara Umum ... 16

2.3.2 Gentamisin ... 18

BAB III ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 21

3.1.1 Bahan Penelitian ... 21

3.1.2 Alat Penelitian ... 21

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 22

3.3 Metode Penelitian ... 22

3.3.1 Desain Penelitian ... 22

3.3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 23

3.3.2.1 Definisi Variabel ... 23

3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 23

3.3.3 Prosedur Kerja ... 23

(5)

3.3.3.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Penelitian ... 24

A. Sterilisasi Alat dilakukan pada Hari I... 24

B. Persiapan Media Agar pada Hari II ... 24

C. Persiapan Mikroorganisme Uji Dilakukan pada Hari III. 25 D. Identifikasi Mikroorganisme Uji dan Pengujian Aktivitas Mikroba Dilakukan pada Hari IV ... 26

E. Pengukuran zona inhibisi pada hari V ... 32

3.4 Analisis Data ... 32

3.5 Uji Pendahuluan ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.1.1 Identifikasi Mikroorganisme... 33

4.1.1.1 Pengamatan Makroskopis Koloni Bakteri ... 33

4.1.1.2 Pengamatan Mikroskopis Bakteri ... 33

4.1.1.3 Pengamatan secara Biokimiawi ... 33

4.1.2 Hasil Rerata Uji Aktivitas Antimikroba Temulawak (Curcuma xanthorrihiza Roxb.)... 34

4.1.3 Analisis Statistik Data... 34

4.2 Uji Hipotesis ... 36

4.3 Pembahasan ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 44

(6)

! xi!

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Pendahuluan Ekstrak Temulawak terhadap S. aureus ... 32

Tabel 4.1 Rata-Rata Hasil Penelitian... 34

Tabel 4.2 Hasil Test of Homogeneity of Variances... 34

Tabel 4.3 Tabel ANAVA ... 34

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tumbuhan temulawak ... 4

Gambar 2.2 Struktur Bangun curcumin ... 6

Gambar 2.3 Struktur Bangun demetoksikurkumin ... 7

Gambar 2.4 Struktur Bangun xanthorrhizol ... 7

Gambar 2.5 Struktur Bangun b-curcumene ... 8

Gambar 2.6 Struktur Bangun !-curcumene ... 9

Gambar 2.7 Struktur Bangun d-champor... 9

Gambar 2.8 Struktur Bangun "-mycrene ... 10

Gambar 2.9 Struktur Bangun !-phellandrene ... 11

Gambar 2.10 Struktur Bangun !-pinene ... 11

Gambar 2.11 Struktur Bangun "-pinene ... 12

Gambar 2.12 Kultur Staphylococcus aureus pada agar darah ... 14

Gambar 2.13 Kultur Staphylococcus aureus pada Mannitol Salt Agar ... 14

Gambar 2.14 Tempat Aktivitas Enzim ... 19

Gambar 3.1 Penanaman Metode Streak Plate... 26

Gambar 3.2 Persiapan Pembuatan Preparat Pewarnaan ... 28

Gambar 3.3 Pembuatan Pewarnaan Gram ... 29

(8)

! xiii!

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Prosedur Penelitian ... 44

Lampiran 2 Prosedur Pengenceran ... 46

Lampiran 3 Foto Hasil Penelitian ... 47

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah sejenis tanaman yang

mempunyai arti penting dalam dunia obat-obatan tradisional Indonesia.

Temulawak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai perangsang nafsu makan.

Temulawak juga telah lama digunakan sebagai pewarna makanan, bumbu

masakan, menjaga kesegaran badan, mengobati hepatitis, radang empedu, radang

ginjal, batu empedu, mengatasi diare, melancarkan ASI, dan sebagai penurun

kolesterol oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Temulawak juga sudah banyak

diteliti dan dari penelitian tersebut diklaim bahwa temulawak mempunyai efek

antikolesterol, antikanker, antioksidan, antibakteri, antiradang, dan mengatasi

pembengkakan kulit (Utami, 2012; Yuliani & Satuhu, 2012).

Staphylococcus aureus adalah bakteri komensal pada kulit dan mukosa, tetapi

Staphylococcus aureus dapat juga menyebabkan penyakit bila ada kesempatan

untuk memasuki tubuh misalnya melalui fisura kulit atau dari operasi medik. Jika

sudah masuk ke tubuh, penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini bisa saja ringan

tetapi dapat juga mengancam jiwa, contohnya adalah dermatitits yang terinfeksi,

abses atau infeksi sendi, endokarditis, bisul, pneumonia, bakteriemia, keracunan

makanan, dan toxic shock syndrome (Harley & Prescott, 2002).

Staphylococcus aureus dapat diobati dengan antibiotik, tetapi antibiotik dapat

menimbulkan efek samping yaitu: diare, nyeri perut, alergi, mual dan muntah, dan

tidak nafsu makan. Oleh karena itu, perlu dicari pengobatan tradisional yang

mampu mengeradikasi Staphylococcus aureus dan sedikit menimbulkan efek

(10)

!

!

2

1.2Identifikasi Masalah

Apakah ekstrak etanol rimpang temulawak berefek bakterisidal terhadap

Staphylococcus aureus.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol rimpang temulawak berefek

bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat akademis penelitian ini adalah memperluas wawasan ilmiah mengenai

tanaman obat, khususnya temulawak sebagai bakterisidal terhadap

Staphylococcus aureus.

Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk untuk menilai potensi rimpang

temulawak sebagai bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

1.5Kerangka Pemikiran

Akar rimpang temulawak mengandung xanthorrhizol, curcuminoid, phenolic,

terphenoid, yang dapat merusak dinding sel Staphylococcus aureus. Dinding sel

yang rusak akan menyebabkan perubahan keseimbangan osmotik. Perubahan

kesimbangan osmotik ini dapat menyebabkan perubahan kondisi fiologis bakteri

dan pada akhirnya bakteri mati (Husien, Parhusip, & Romasi, 2009;

Mangunwardoyo, Deasywaty, & Usia, 2012; Hwang, 2004).

1.6Hipotesis

Ekstrak etanol rimpang temulawak berefek bakterisidal terhadap

(11)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berefek

bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran sebagai

berikut :

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek bakterisidal ekstrak

etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb.) terhadap bakteri

lainnya.

- Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek bakterisidal rimpang

temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada hewan coba.

- Perlu dilakukan penelitian tentang efek bakterisidal ekstrak temulawak

yang diolah dengan pelarut selain etanol 70%, misalnya metanol.

- Perlu dilakukan penelitian tentang efek bakterisidal zat–zat aktif dari

(12)

! !

! !

48

RIWAYAT HIDUP

Nama : Janette Andriani

NRP : 1010139

Tempat Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 12 Juli 1993

Agama : Katolik

Alamat : Jalan Proklamator Lingkungan I Rt 1 Rw 1,

Kelurahan Bandarjaya Timur, Kecamatan Terbanggi

Besar Kabupaten Lampung Tengah

Riwayat Pendidikan :

1996-1998 TK Parmedisiwi, Bandarjaya

1998-2004 SD Kristen No 3, Bandarjaya

2004-2007 SMP Xaverius, Terbanggi Besar, Lampung Tengah

2007-2010 SMA Stella Duce 1, Yogyakarta

2010-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,

(13)

Efek Bakterisidal Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak

(

Curcuma xanthorrhiza Roxb.

) terhadap

Staphylococcus aureus

Janette Andriani

1

, Ellya Rosa Delima

2

1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2 Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) adalah tanaman yang mempunyai arti penting dalam dunia obat-obatan tradisional Indonesia yang dikenal sebagai perangsang nafsu makan.

Staphylococcus aureus adalah bakteri komensal kulit dan mukosa, tetapi dapat menyebabkan

penyakit bila ada jalur masuk misalnya melalui fisura kulit atau operasi, contohnya dermatitis, abses, infeksi sendi, endokarditis, bisul, pneumonia dan bakteriemia, keracunan makanan, dan

toxic shock syndrome. Cara mengobati infeksi adalah dengan antibiotik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol rimpang temulawak (EERT)berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

Desain penelitian bersifat eksperimental murni secara in vitro di laboratorium. Menggunakan

Müeller Hinton Agar dengan metode difusi, dengan mengamati diamter zona inhibisi yang

dibentuk oleh EERT, dan kontrol negatif air ditambah alkohol dan kontrol positif gentamisin. Data yang diperoleh diolah dengan anava dengan alfa sama dengan 5%, dilanjutkan dengan multiple comparisons Fisher’s LSD.

Pada hasil penelitian didapatkan zona inhibisi terbesar terbentuk pada konsentrasi EERT 12,5% terhadap Staphylococcus aureus dengan diameter 10,3825 mm, sedangkan zona inhibisi terkecil didapatkan pada konsentrasi 1,5625% dengan diameter 8,3688 mm, data diuji dengan anava didapatkan hasil yang signifikan dengan p<0,01. Dilanjutkan dengan multiple comparisons

Fisher’s LSD. Rerata temulawak dan kontrol negatif (0,0000 mm) mempunyai berbandingan yang

signifikan dengan p<0,01 yang berarti temulawak mempunyai efek bakterisidal. Jika rerata temulawak dibandingkan dengan kontrol positif (24,45 mm), didapatkan hasil yang signifikan dengan diameter zona inhibisi temulawak lebih kecil daripada kontrol positif, hal ini membuktikan kekuatan temulawak masih dibawah kontrol negatif.

Kesimpulan dari percobaan ini adalah ekstrak etanol rimpang temulawak berefek bakterisidal terhadap Staphylococcus aureus.

Kata kunci : ekstrak etanol rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, zona inhibisi

ABSTRACT

Curcuma xanthorrhiza Roxb. is a plant that has important meaning in traditional herbal

medicine in Indoneisa. Curcuma xanthorrhiza Roxb. is known for appetite stimulant.

Staphylococcus aureus as a normal microflora usually found in the mucosa and the skin, if Staphylococcus aureus has port of entry, for example fissure on the skin or surgery, it can cause a disease, for example dermatitis, abscess or arthritis, endocarditis, carbuncle, pneumonia, bacteriemia, food poisoning, and toxic shock syndrome. Antibiotics is used to heal infection.

The aim of this study is to determine whether extract ethanol of Curcuma xanthorrhiza Roxb.

rhizome (EECR) have bactericidal effect against Staphylococcus aureus.

Design of this study was true experimental design. This study used Müeller Hinton Agar with diffusion method by observing the inhibition zone diameter formed by EECR to Staphylococcus

aureus with negative control (water and alcohol) and positive control (gentamicin). The data was

(14)

LSD. The result is significant between EECR and control negative with diameter zone of EECR is bigger than negative control, so the EECR have bactericidal effect against Staphylococcus aureus. If EECR compared with positive control, the result of analyses is significant with p<0.01, and diameter zone of EECR was smaller than positive control, this prove that the power of EECR is lower than positive control.

The conclusion is Curcuma xanthorrhiza Roxb. have bactericidal effect against Staphylococcus

aureus.

Keywords : ethanol extract of Curcuma xanthorrhiza Roxb. rhizome, Staphylococcus

(15)

PENDAHULUAN

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) adalah sejenis tanaman yang mempunyai arti penting dalam dunia

obat-obatan tradisional Indonesia.

Temulawak dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai perangsang nafsu makan. Temulawak juga telah lama digunakan sebagai pewarna makanan, bumbu masakan, menjaga kesegaran badan, mengobati hepatitis, radang empedu, radang ginjal, batu empedu, mengatasi diare, melancarkan ASI, dan sebagai penurun kolesterol oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Temulawak juga sudah banyak diteliti dan dari

penelitian tersebut diklaim bahwa

temulawak mempunyai efek

antikolesterol, antikanker, antioksidan, antibakteri, antiradang, dan mengatasi pembengkakan kulit1,2.

Staphylococcus aureus adalah bakteri komensal pada kulit dan mukosa, tetapi

Staphylococcus aureus dapat juga

menyebabkan penyakit bila ada

kesempatan untuk memasuki tubuh misalnya melalui fisura kulit atau dari operasi medik. Jika sudah masuk ke tubuh, penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini bisa saja ringan tetapi dapat juga mengancam jiwa, contohnya adalah dermatitits yang terinfeksi, abses atau

infeksi sendi, endokarditis, bisul,

pneumonia, bakteriemia, keracunan

makanan, dan toxic shock syndrome3.

Staphylococcus aureus dapat diobati dengan antibiotik, tetapi antibiotik dapat menimbulkan efek samping yaitu: diare, nyeri perut, alergi, mual dan muntah, dan tidak nafsu makan. Oleh karena itu, perlu dicari pengobatan tradisional yang

mampu mengeradikasi Staphylococcus

aureus dan sedikit menimbulkan efek samping 4.

Tujuan penelitian adalah untuk

mengetahui apakah ekstrak etanol

rimpang temulawak berefek bakterisidal

terhadap Staphylococcus aureus.

Bahan dan Cara

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan mengamati diameter zona

inhibisi yang terbentuk dari

Staphylococcus aureus yang ada pada

Muller Hinton agar (MHA). Kontrol positifnya adalah gentamisin, kontrol negatifnya adalah cakram steril yang ditetesi alkohol dan air.

a. Ekstraksi

Rimpang temulawak yang kering didapatkan dari pasar “B”. Rimpang dihaluskan. Rimpang yang telah halus di ekstrasi dengan perlarut etanol 70%. Ekstrasi dilakukan di Laboratorium Kimia Jurusan MIPA UNPAD.

b. Media Agar

Media agar yang digunakan adalah

Muller Hinton agar (MHA)., agar

darah, mannitol salt agar (MSA)

c. Persiapan Mikroorganisme

Mikroorganisme yang digunakan

adalah Staphylococcus aureus yang

diambil dari Laboratorium

Mikrobiologi Unversitas Kristen Maranatha. Mikroba uji ditanam

pada agar darah dan mannitol salt

agar (MSA) untuk pembiakan dan identifikasi.

d. Pengenceran ekstrak etanol rimpang

temulawak

Ekstrak etanol rimpang temulawak

yang ada diencerkan dengan

menggunakan akuades dan alkohol. Akuades yang digunakan sebanyak 20 mL dicampur dengan alkohol

sebanyak 10 mL. Diencerkan

dengna perbandigngan berat per berat.

e. Uji Antibakterial

Koloni mikroba uji yang ditanam pada agar darah diambil dan dibuat suspensinya dengan pembanding

standar 0,5 McFarland. Lalu

ditanam pada MHA dengan metode

(16)

yang digunakan adalah cakram yang steril dan ditetesi oleh konsentrasi ekstrak etanol rimpang temulawak

yang dengan konsentrasi yang

diinginkan. Dibuat juga kontrol negatif dan kontrol positifnya. Kontrol negatif yang digunakan adalah cakram gentamisin. Kontrol

positif yang digunakan adalah

cakram steril yang ditetesi dengan akuades dan alkohol.

f. Pengukuran diameter zona inhibisi

Pengkuran diameter zona inhibisi dilakukan secara visual dengan menggunakan jangka sorong. Satuan yang digunakan adalah millimeter.

g. Pengujian data

Pengujian data hasil percobaan dengan anava dengan alfa sama

dengna 5%. Pengujian data

dilanjutkan dengan multiple

comparisons Fisher’s LSD.

Dilakukan pengulangan sebanyak 4x.

Hasil

Tabel 1 Rerata Hasil Penelitian

N Rerata Simpangan Baku

Positive Control 4 23,4500 1,75882

Negative Control 4 0,0000 0,0000

Total 28 9,8186 6,61660

Tabel 4.2 Hasil Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df1 Sig.

Between Groups 1154,098 6 192,350

Within Groups 27,946 21 1,331

144,540 ,000

(17)

Tabel 4.4 Tabel Multiple Comparisons Fisher’s LSD

(I) Consentration (J) Consentration Sig.

12.5% 6.25% 0,388

3.125% 0,022*

1.5625% 0,020*

0.78125% 0,34*

Kontrol Positif 0,000**

Kontrol Negatif 0,000**

6.25% 3.125% 0,127

1.5625% 0,119

0.78125% 0,178

Kontrol Positif 0,000**

Kontrol Negatif 0,000**

3.125% 1.5625% 0,970

0.78125% 0,848

Kontrol Positif 0,000**

Kontrol Negatif 0,000**

1.5625% 0.78125% 0,818

Kontrol Positif 0,000**

Kontrol Negatif 0,000**

Kontrol Positif 12.5% 0,000**

6.25% 0,000**

3.125% 0,000**

1.5625% 0,000**

0.78125% 0,000**

Kontrol Negatif 0,000**

Kontrol Negatif 12.5% 0,000**

6.25% 0,000**

3.125% 0,000**

1.5625% 0,000**

0.78125% 0,000**

Kontrol Positif 0,000**

(18)

Pembahasan

Penghambatan terhadap Staphylococcus

aureus atau bakteri gram positif karena

komponen fenol dari ekstraksi

menghambat pertumbuhan dari mikroba. Fenol yang masuk ke sel dapat

menyebabkan membran lisis.

Mekanisme penghambatan ini terjadi karena ikatan hidrogen antara kelompok

hydorxyl yang ada di dalam komponen fenol dengan membran sel, yang menyebabkan cairan intrasel keluar, dan menyebabkan permeabilitas membran

meningkat. Mekanisme ini

menyebabkan komponen yang penting di dalam sel keluar dan menyebabkan kematian sel5. Selain itu, dari Hwang

(2004) disebutkan bahwa xanthorrhizol

dapat membunuh bakteri dengan cara

yang sama dengan phenol yang

disebutkan oleh Mangunwardayo

(2012).

Simpulan

Ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) berefek

bakterisidal terhadap Staphylococcus

aureus.

Saran

- Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang efek bakterisidal

ekstrak etanol rimpang

temulawak (Curcuma

xanthorhiza Roxb.) terhadap bakteri lainnya.

- Perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut tentang efek bakterisidal

trimpang temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.) pada

hewan coba.

- Perlu dilakukan penelitian

tentang efek bakterisidal ekstrak temulawak yang diolah dengan

pelarut selain etanol 70%,

misalnya metanol.

- Perlu dilakukan penelitian

tentang efek bakterisidal minyak

dari temulawak terhadap

berbagai jenis bakteri.

1. Utami, Prapti. Antibiotik Alami untuk

Mengatasi Aneka Penyakit. 1. Jakarta : Argo Media Pustaka, 2012. pp. 33-38. 979006397.

2. Yuliani, Sri and Satuhu, Suyanti.

Panduan Lengkap Minyak Atsiri. 1. Jakarta : Penebar Swadaya, 2012. pp. 141-143.

3. Harley, P John and Prescott, Lansing M. Laboratory Excercise in

Microbiology. 5. New York : The McGraw-Hill Companies, 2002.

4. Anderson, Leigh. Common Side Effects, Allergies and Reactions to

Antibiotics . www.drugs.com. [Online]

12 28, 2012. [Cited: 1 22, 20131.]

Roxb. February 2012, International

(19)

40

DAFTAR PUSTAKA

A, D. K., & TAIR. 12 Februari 2010. MetaCyc Compound: demethoxycurcumin.

Dalam Metacyc:

http://biocyc.org/META/NEW-IMAGE?type=COMPOUND&object=CPD-12187. Diunduh tanggal 1 Mei 2013.

Anderson, L. 28 Desember 2012. Common Side Effects, Allergies and Reactions to

Antibiotics. Dalam www.drugs.com:

http://www.drugs.com/article/antibiotic-sideeffects-allergies-reactions.html. Diunduh tanggal 22 Januari 2013.

!

Brunton, L. L., Lazo, J. S., & Parker, K. L. 2006. Goodman& Gilman's The

Pharmacological Basis of Therapeutics (11th ed.). New York, United State

of America: McGraw-Hill Professional.

Chemical Book. 2010. Mycrene. Dalam Chemspider:

http://www.chemspider.com/Chemical-Structure.28993.html. Diunduh

tanggal 02 Mei 2013. !

Chemspider. (n.d.). a-phellandrene. Dalam Chemspider:

http://www.chemspider.com/7180. Diunduh tanggal 03 Mei 2013. !

Chemspider. (n.d.). Mycrene. Dalam Chemspider:

http://www.chemspider.com/Chemical-Structure.28993.html. Diunduh

tanggal 02 Mei 2013. !

Food and Agriculture Organization of United State. (n.d.). Online Edition:

"Specifications for Flavourings". Dalam FAO:

http://www.fao.org/ag/agn/jecfa-flav/details.html?flavId=4547. Diunduh

tanggal 03 Mei 2013.

Gruenwald, J., Brendler, T., & Jaenicke, C. 2000. PDR for Herbal Medicines.

Montvale: Medical Economics Company. !

Harley, P. J., & Prescott, L. M. 2002. Laboratory Excercise in Microbiology (5 ed.).

New York: The McGraw-Hill Companies. !

Hernani, & Rahardjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan (1 ed.). Jakarta,

(20)

! "#

Husien, S., Parhusip, A., & Romasi, E. F. 2009. Study on Antibacterial Activity from "Temulawak" (Cucurma xanthorrhiza Roxb.) Rhizomes against Pathogenics

Microbes Cell Destruction. Journal of Applied and Industrial Biotechnology

in Tropical Region, 2, 1-4.

!

Hwang, J. K. 24 February 2004. Antibacterial composition having xanthorrizol.

Dalam United States Patent and Trademark Office:

http://patft.uspto.gov/netahtml/PTO/index.html. Diunduh tanggal 03 Mei 03.

Jantan, I., Saputri, F. C., Qaisar, M. N., & Buang, F. 2012. Correlation between Chemical Composition of Curcuma domestica and Curcuma xanthorrhiza and Their Antioxidant Effect on HUman Low-Density Lipoprotein

Oxidation. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2012.

!

Mangunwardoyo, W., Deasywaty, & Usia, T. 2012. Antimicrobial and Identification

of Active Compund Curcuma xanthorrhiza Roxb. International Journal of

Basic & Applied Sciences IJBAS-IJENS, 12, 69-78.

!

MCNamara, P. J., Syverson, R. E., Myhre, K. M., Frovola, O., Schroeder, S., Kidder,

J., et al. 2009. Surfactants, Aromatic and Isoprenoid Compounds, and Fatty

Acid Biosynthesis Inhibitors Suppress Staphylococcus aureus Production of

Toxic Shock Syndrome Toxin 1. Antimiciobial Agents dan Chemotherapy ,

53, 1898-1906.

!

Metacyc. (n.d.). MetaCyc Compound: curcumin. Dalam Metacyc:

http://biocyc.org/META/NEW-IMAGE?type=COMPOUND&object=CPD-6602. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

!

$%&'%()! *+,-.! /001)! 2.&&3! *'4,! 245%6! 78+,&9%! :;/<=>)! Dalam neogen:

http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7268_PI.pdf. Diunduh

tanggal 13 Januari 2013. !

Phytochemicals. (n.d.). Phytochemical. Dalam http://www.phytochemicals.info/:

http://www.phytochemicals.info/phytochemicals/curcumin.php. Diunduh

tanggal 17 Januari 2013.

Plantamor. (n.d.). Temu Lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Dalam Plantamor:

http://www.plantamor.com/index.php?plant=427. Diunduh tanggal 15

Januari 2013. !

(21)

! "/

Pubchem Compound NCBI. 09 Februari 2007. (-)-beta-curcumene - Compound

Summary (CID 14014430). Dalam Pubchem Compound NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=14014430&loc =ec_rcs#x400. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

!

Pubchem Compound NCBI. 24 Juni 2005. (-)-beta-Pinene - Compound Summary

(CID 440967). Dalam Pubchem Compound NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=440967&loc=e c_rcs#x291. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

Pubchem compound NCBI. 16 Agustus 2004. Curcumin - Compound Summary (CID

969516). Dalam Pubchem compound NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=969516&loc=e c_rcs. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

!

Pubchem Compound NCBI. 16 Agustus 2004. D-CAMPHOR - Compound Summary

(CID 159055). Dalam Pubchem Compound NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?q=all&cid=159055 #ec. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

Pubchem Compound NCBI. 08 Agustus 2005. xanthorrhizol - Compound Summary

(CID 93135). Dalam Pubchem Compound NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?q=all&cid=93135# ec. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

Pubchem Compund NCBI. 26 Maret 2005. alpha phellandrene - Compound

Summary (CID 7460). Dalam Pubchem Compund NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=7460#ec. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

Pubchem compund NCBI. 27 Maret 2005. alpha-curcumene - Compound Summary

(CID 92139). Dalam Pubchem Compund NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=7460#ec. Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

Pubchem NCBI. 16 Agustus 2004. alpha-pinene - Compound Summary (CID 6654).

Dalam Pubchem NCBI:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?q=all&cid=6654#ec . Diunduh tanggal 03 Mei 2013.

(22)

! "?

Reiner, K. 11 November 2010. Catalase Test Protocol. Dalam American Society for

Microbiology (ASM) MicrobeLibrary:

http://www.microbelibrary.org/index.php/library/laboratory-test/3226-catalase-test-protocol. Diunduh tanggal 13 Januari 2013.

Ryan, K. J., & Ray, C. G. 2010. Sherris Medical Microbiology (5 ed.). United State

of America: McGraw-Hill.

Santa Cruz Biotechnology. (n.d.). Xanthorrhizol (CAS 30199-26-9). Dalam Santa

Cruz Biotechnology:

http://www.scbt.com/datasheet-202855-xanthorrhizol.html. Diunduh tanggal 01 Mei 2013.

Shields, P., & Tsang, A. Y. 09 October 2006. Mannitol Salt Afar Plates Protocol. Dalam American Society for Microbiology (ASM) MicobeLibrary : http://www.microbelibrary.org/component/resource/laboratory-test/3034-mannitol-salt-agar-plates-protocols. Diunduh tanggal 13 Januari 2013.

Staphylococcus aureus. (n.d.). Dalam eol.org: http://eol.org/pages/2486313/names.

Diunduh tanggal 13 Januari 2013.

Sudarsono. 2004. Kamfora, Salah Satu Komponen Minyak Atsiri Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dari Kebun Tanaman Obat PT.

Nyonya Meneer, Karangjati. Majalah Farmasi Indonesia, 15, 194-200.

Supriadi, E. A. 2001). Tumbuhan Obat Indonesia: Penggunaan dan Khasiatnya (1

ed.). Jakarta, Indonesia: Pustaka Populer Obor.

Tortora, G. J., Frunke, B. R., & Case, C. L. 2010. Microbiology An Introduction (10th

ed.). San Francisco: Pearson Education, Inc. !

Utami, P. 2012. Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit (1st ed.). Jakarta,

Jakarta, Indonesia: Argo Media Pustaka. !

Windholz, M., Budavari, S., Blumetti, R. F., & Otterbein, E. S. 1983. The Merck

Index: An Encyclopedia of Chemical, Drugs, and Biologicals (10th ed.).

Rahway, New Jersey, USA: Merck & CO., INC. !

Gambar

Tabel 4.3 Tabel ANAVA
Tabel 4.4 Tabel Multiple Comparisons Fisher’s LSD

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas instrumen yang digunakan adalah validitas kontruk ( contruct validity ), dengan cara uji validitas oleh para ahli (expert judgment). Uji coba instrumen

Disini peneliti akan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini akan memberikan gambaran akan Pola Komunikasi yang dilakukan oleh Komunitas

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang termasuk dalam kawasan wisata yang terkenal dengan aset wisata alam, wisata budaya

KAPOLTABES ingin mengetahui perbedaan proporsi masyarakat SOLO dan masyarakat KUDUS yang terlambat membayar pajak kendaraan bermotor.. Di SOLO dari 300 wajib pajak, terdapat

Pulau Gaya, Kota Kinabalu; (ii) untuk mengenalpasti strategi kelangsungan hidup nelayan bandar dalam menghadapi ketidaktentuan fizikal dan sosial dalam aktiviti

Pemanfaatan Tulang Ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) sebagai Pengganti Gelatin dan Karakteristik Sifat Fisika Kimianya.. Di bawah bimbingan WIRANTI SRI RAHAYU dan

Siklus biner sendiri merupakan siklus pembangkitan listrik yang dalam prosesnya menggunakan bantuan fluida sekunder atau fluida kerja bertitik didih rendah untuk mengoptimalkan

Pada saat ini, kawasan ekosistem mangrove Belawan diperkirakan telah mengalami penurunan luasan akibat adanya pengkonversian hutan mangrovemenjadi peruntukan lain