Viii
ABSTRAK
DESKRIPSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Lidia Lina Susanti
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komunikasi interpersonal siswa SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap. Subjek penelitian berjumlah 60 orang.
Intrumen penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 52 item yang disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh Maulana & Gumelar (2013) yaitu: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan. Teknis analisis data dalam penelitian ini berpedoman kategorisasi Azwar (2009). Komunikasi interpersonal siswa kelas XI di golongkan dalam 5 kategori, yaitu: “sangat baik”, “cukup baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.
ix
ABSTRACT
The Description Students’ Inteperasonal Communication of Grade XI Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ Implication Toward
Proposed Classical Guidance Topics.
Lidia Lina Susanti
Sanata Dharma University
2015
This study aims to quantitavely students’ imterpersonal communication of Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ implication toward proposed classical guidance topics. The data are collected from grade XI students of Yos Sudarso Senior High School
Cilacap. There are 60 participants.
The research instrument is questionnaire which contists of 52 items based on Maulana
&Gumelar (2013) aspects: (1) openness, (2) empathy, (3) supporting act, (4) positive attitude,
(5) equality. The data are analysed base on Azwar’s categorization (2009). There are “excellent”, “every good”, “good”, “fair”, and “poor”.
The result of analysis are as follows (1) 41 student (63,34%) have excellent interpersonal
communication, (2)16 students (26,67%) have good interpersonal communation, (3) 3 students
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPESONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Lidia Lina Susanti
NIM: 101114009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPESONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh : Lidia Lina Susanti
NIM: 101114009
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Viii
ABSTRAK
DESKRIPSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Lidia Lina Susanti
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, 2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komunikasi interpersonal siswa SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap. Subjek penelitian berjumlah 60 orang.
Intrumen penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 52 item yang disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh Maulana & Gumelar (2013) yaitu: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan. Teknis analisis data dalam penelitian ini berpedoman kategorisasi Azwar (2009). Komunikasi interpersonal siswa kelas XI di golongkan dalam 5 kategori, yaitu: “sangat baik”, “cukup baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.
ix
ABSTRACT
The Description Students’ Inteperasonal Communication of Grade XI Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ Implication Toward
Proposed Classical Guidance Topics.
Lidia Lina Susanti
Sanata Dharma University
2015
This study aims to quantitavely students’ imterpersonal communication of Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ implication toward proposed classical guidance topics. The data are collected from grade XI students of Yos Sudarso Senior High School
Cilacap. There are 60 participants.
The research instrument is questionnaire which contists of 52 items based on Maulana
&Gumelar (2013) aspects: (1) openness, (2) empathy, (3) supporting act, (4) positive attitude,
(5) equality. The data are analysed base on Azwar’s categorization (2009). There are “excellent”, “every good”, “good”, “fair”, and “poor”.
The result of analysis are as follows (1) 41 student (63,34%) have excellent interpersonal
communication, (2)16 students (26,67%) have good interpersonal communation, (3) 3 students
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
MOTTO ... iv
PEMBAHASAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
• Latar belakang Masalah ... 1
• Rumusan Masalah ... 8
• Tujuan Penelitian ... 8
• Manfaat Penelitian ... 9
• Definisi Operasional Variabel ... 9
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 11
xiii
• Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal... 17
• Aspek-aspek Komonikasi Interpersonal... 20
• Elemen-elemen Komunikasi Interpersonal... 23
• Komunikasi Interpersonal Remaja... 26
• Pengertian Remaja ... 26
• Tugas Perkembangan Remaja ... 28
• Bimbingan Pribadi-Sosial ... 32
BAB III: METODE PENELITIAN ... 35
• Jenis Penelitian ... 35
• Variabel Penelitian ... 35
• Subjek Penelitian ... 36
• Alat Pengumpulan Data ... 36
• Validitas dan Realibitas ... 40
• Validitas ... 40
• Realibitas ... 44
• Pengumpulan Data ... 45
• Teknik Analisis Data Penelitian ... 45
• Penentuan Skor pada Item Kuesioner ... 46
• Ktegorisasi ... 46
BAB IV: HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL ... 50
• Hasil Penelitian ... 50
xiv
• Kesimpulan ... 61
• Saran-saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
xiv
Tabel 2: Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal... 38
Tabel 3: Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal... 39
Tabel 4: Validitas Kuesioner Komunikasi Interpersonal... 42
Tabel 5: Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)... 43
Tabel 6: Kriteria Guilford... 45
Tabel 7: Norma Kategorisasi... 47
Tabel 8: Hasil Analisis Data Skor Subjek... 48
Tabel 9: Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Komunikasi Interpersonal... 49
Tabel 10: Kategorisasi Tingkat Komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016... 50
Tabel 11: Hasil Analisis Skor Item Pengukuran Komunikasi Interpersonal... 54
Tabel 12: Butir Item Kuesioner Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap... 57
xv
kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap
tahun ajaran 2015/2016... 53
Grafik 2: Tingkat Komunikiasi Interpersonal
Siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016 berdasarkan
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan
dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang Masalah
Siahaan (2000) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang
bermasyarakat dan hidup secara berkelompok. Pada setiap diri manusia
mempunyai keinginan untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain,
hal ini membuktikan adanya keinginan berkelompok dan sudah menjadi
kebutuhan, sifat, serta identitas manusia. Proses interaksi sosial manusia
membutuhkan adanya komunikasi dan relasi dengan orang lain agar
manusia saling mengerti, saling menolong, dan saling menghargai.
Komunikasi adalah sarana untuk mengerti diri sendiri, untuk mengerti
orang lain, memahami apa yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan
orang lain. Komunikasi dapat diterima jika kita mengerti satu sama lain
(Siahaan, 2000). Melalui komunikasi ini individu menemukan dirinya,
mengembangkan konsep diri menetapkan hubungan dengan dunia sekitar.
Hubungan individu dengan orang lain menentukan kualitas hidup.
Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang
baik dengan orang lain. Menurut Davis yang di kutip oleh Jalaluddin
Rakhmat (2008) ahli-ahli sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa
jadinya jika seorang siswa tidak memiliki komunikasi yang baik terhadap
siswa lainya, hal ini pastilah akan berdampak pada kepribadian siswa. Pola
komunikasi antar siswa adalah komunikasi antar pribadi atau Interpersonal
Communication, hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh R.
Wayne Pace yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005) bahwa
”interpersonal communication is communication involving two or more
people in a face to face setting”. Berawal dari sini komunikasi sangat
penting untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa. Apa jadinya jika, seorang
siswa tidak memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Pasti jalinan
komunikasi interpersonal antar siswa menjadi tidak baik sehingga
berdampak menghambat pengiriman pesan atau informasi yang di
sampaikan orang lain.
Siswa SMA mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi
yang baik antar siswa disekolah khususnya dalam komunikasi
interpersonal. Siswa cenderung mengikuti pola komunikasi yang kurang
tepat, Contohnya, siswa yang sering menonton film remaja di televisi.
Film remaja kususnya di Indonesia hampir sebagian tidak mendidik dalam
verbal maupun nonverbal. Ketika siswa yang satu dengan yang lain
berkomunikasi, mereka memakai pola komunikasi interpersonal yang
salah, menggunakan bahasa tidak baku, menggunakan bahasa yang kurang
pantas. Hal ini membuat lawan bicaranya menjadi tidak suka atau tidak
akan bertindak kasar terhadap lawan bicaranya seperti memukul,
menendang, menampar, dan mumusuhinya.
Siswa yang menggunakan pola komunikasi interpersonal kurang
baik dari film tersebut, misalnya artis A mengatakan “Eh, loe tuh bego
banget udah tahu makan loe diambil masih aja loe diam?” artis B “sial,
bukan gitu, gue kasihan aja liat tuh anak.” artis A “kalau begitu sekalian
aja loe kasih semua tuh makanan ke orang-orang!!” artis B “Anjrit!!!
Ngajak ribut loe!!!”. Siswa ini mengalami pola komunikasi interpersonal
yang salah, sehingga mereka menjadi salah paham satu sama lain. Mereka
yang tidak bisa menerima itu akan melawan dan membuat gaduh bahkan
membuat perselisihan diantara mereka. Apabila hal ini di lihat dan
didengar oleh Siswa SMA, mereka akan mengikuti pola komunikasi
interpersonal yang salah. Pada masanya siswa SMA masih mencari jadi
diri mereka, sehingga mereka cenderung mengikuti pola komunikasi yang
diikuti idolanya dan teman-temannya. Menurut Ali & Asrori (2011)
menyatakan bahwa karakter remaja secara umum meliputi kegelisahan,
pertentangan, menghayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba
segala sesuatu.
Pola komunikasi interpersonal yang kurang baik, tidak hanya
melihat dari gaya bahasa yang salah tetapi juga melihat dari kurangnya
keterbukaan dengan siswa lainnya. Kurangnya keterbukaan memicu
perselisihan terhadap siswa yang satu dengan siswa lainnya yang
terbuka kepada sahabatnya sendiri. Siswa kurang memahami satu sama
lain, seringkali siswa mengatakan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan
dan apa yang dirasakan sehingga hal ini akan membuat siswa berbohong
atau menyembunyikan sesuatu, jika hal ini diketahui temanya dan ia tidak
menerima itu maka akan terjadi perselisihan. Biasanya hal ini terjadi
karena dari dua siswa memiliki hunbungan interpersonal diantara dua
sahabat itu. kurangnya sikap saling mendukung satu sama lain, dan
kesetaraan juga memicu terjadinya perselisihan atar siswa.
Dari kasus pola komunikasi interpersonal yang kurang baik di atas,
film remaja Indonesia juga ada yang bersifat positif dalam berkomunikasi.
Film tersebut mengajarkan bagaimana cara menghargai lawan bicaranya
saat berkomunikasi. Kata-kata yang baik, dapat diterima, dapat dimengerti,
dan dapat dipahami membuat siswa merasa nyaman dengan lawan
bicaranya dia merasa lebih diterima dan dihargai oleh temannya.
McDavid & Harari (1991) mengungkapkan bahwa komunikasi
interpersonal suatu kemampuan komunikasi yang ber-setting pada
obyek-obyek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa
informasi atau pesan. Pendapat lain dari DeVito (1989) menyatakan bahwa
komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mengungkapkan komunikasi
antarpribadi (interpersonal) menunjukan peranan penting dalam rangka
menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Pertama, komunikasi
interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Kedua,
identitas atau jati diri terbentuk dalam komunikasi dengan orang lain.
Ketiga, komunikasi interpersonal membantu kita dalam rangka memahami
realitas di sekeliling serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian
yang kita miliki tentang dunia disekitar kita. Keempat, kesehatan mental
sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi.
Menurut DeVito (Maulana & Gumelar, 2013) menyatakan bahwa
komunikasi interpersonal memiliki sedikitnya lima tujuan. Tujuan tersebut
bukan berarti selalu kita sadari, bisa juga tanpa kita sadari, ataupun
disengaja. Tujuan komunikasi interpersonal tersebut yaitu proses belajar,
membangun suatu hubungan atau relasi, untuk mempengaruhi lawan
bicaranya, untuk bermain dengan lawan bicara, dan untuk menolong
sesama. Jika siswa memenuhi tujuan tersebut, maka komunikasi
interpersonal antar siswa dapat berjalan dengan baik.
Maulana & Gemular (2013) menyatakan bahwa dalam komunikasi
interpersonal mempunyai aspek-aspek yang mendukung komunikasi
interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif
dan kesetaraan, sehingga akan berdampak positif dalam menjalin
hubungan antar siswa atau teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan potensi yang ada dalam dirinya. Komunikasi interpersonal
yang kurang baik akan berdampak pada siswa, sehingga siswa kurang
menghargai dan menghormati lawan bicaranya. Hal ini dikarenakan bahwa
siswa cenderung untuk menutup diri dan menyimpan hal-hal yang
seharusnya disampaikan tetapi takut untuk mengungkapkannya, sehingga
tidak dapat mengontrol emosi dalam diri, oleh karena itu siswa
mengungkapkan emosi dengan cara yang salah, bahkan sampai
berperilaku kasar terhadap temannya, contohnya: memukul, menendang,
dan memusuhinya.
Wood (2013) menyatakan bahwa ciri-ciri komunikasi interpersonal
adalah selektif, sistemis, unik, process, transaksional, individual,
pengetahuan personal, dan menciptakan makna. Jika siswa SMA
memenuhi ciri-ciri komunikasi interpersonal tersebut siswa mampu
merefleksikan dan mampu membangun pengetahuan bersama orang lain.
Komunikasi interpersonal juga bisa di pengaruhi oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi initerpersonal. Lunandi (1989)
menyatakan bahawa komunikasi interpersonal antar siswa di sekolah
banyak dipengaruhi beberapa faktor yaitu citra diri, citra pihak lain,
lingkungan fisik, lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh. Jika faktor
ini terpenuhi maka komunikasi interpersonal tersebut baik, siswa dapat
saling memahami, mengerti dan sepaham satu sama lain.
Tugas Guru Bimbingan dan Konseling yaitu memberikan
interpersonal yang baik terhadap siswa berdasarkan aspek-aspek
komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung,
sikap positif, kesetaraan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah
yang berkaitan dengan perkembangan anak, terutama upaya memberikan
bantuan dengan melihat kebutuhan siswa (Winkel & Hastuti, 2006).
Masalah-masalah yang terjadi di sekolah seperti berkata kotor, tidak baku,
dan kasar, akan mengakibatkan komunikasi interpersonal antar siswa
buruk karena tidak terjadi kesepahaman kesetaraan satu sama lain. Adanya
komunikasi interpersonal yang baik dapat mencegah terjadinya
komunikasi yang membuat perselisihan dan perkelahian antar siswa di
sekolah.
Hasil dari wawancara terhadap guru BK di SMA Yos Sudarso
Cilacap, peneliti mendapatkan banyak permasalahan yang terjadi seperti
berbicara kurang sopan, berperilaku kasar (menarik rambut, memukul, dan
menendang), kurangnya keterbukaan satu sama lain, dan kurangnya sikap
mendukung satu sama lain, dan kesetaraan siswa. Akibat dari sikap
tersebut akan terjadi suatu perselisihan dan perkelahian antar siswa. Hal
ini menyebabkan siswa merasa minder, kehadirannya tidak diakui dan
takut untuk ke sekolah. Siswa berpikir bahwa temannya itu mempengaruhi
teman-teman lainnya untuk memusuhi dan menjauhi dirinya, padahal
siswa tersebut hanya bermasalah dengan satu siswa, dan hal tersebut dapat
sekolah adalah siswa sering membolos sekolah karena merasa dirinya di
asingkan atau tidak diakui kehadirannya oleh teman-temannya.
Adanya permasalahan-permasalahan yang dijelaskan di atas
peneliti tertarik untuk mengkaji “Tingkat Komunikasi Interpersonal Siswa
XI SMA Yos Sudarso Cilacap dan Impilikasinya Terhadap Usulan
Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial”. Penelitian ini dapat membantu guru
Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui topik-topik bimbingan
pribadi sosial yang sesuai dalam membimbing siswa sehingga mereka
dapat terbantu dalam memahami komunikasi interpersonal yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa baik kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI di
SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016?
2. Berdasarkan analisis item, item kemampuan komunikasi Interpersonal
yang mana terindifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik
bimbingan klasikal?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI
SMA Yos Sudarso Cilacap tahun 2015/2016.
2. Mengindifikasi rendah butir item komunikasi interpersonal yang
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada keilmuan
Bimbingan dan konseling khususnya mengenai komunikasi
interpersonal pada siswa XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran
2015/2016.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Yayasan SMA Yos Sudarso Cilacap
Penelitian ini diharapkan dapat membantu penyusunan dan
pengembangan program bimbingan klasikal tentang kemampuan
komunikasi interpersonal siswa.
b. Bagi Guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap
Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penyusunan program
bimbingan klasikal untuk meningkatkan kualitan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa.
c. Bagi Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap
Penelitian ini diharapkan siswa lebih mengembangkan kemampuan
komunikasi interpersonal siswa di sekolah.
E. Definisi Operasional
Kemampuan komunikasi interpersonal aadalah kemampuan menunjukkan
dalam berkomunikasi dengan orang lain seperti yang dimaksudkan dalam
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memuat mengenai kajian pustaka yang relevan yang mendasari
bangunan konsepsual penelitian ini yang meliputi: (A) Hakikat Komunikasi
Interpesonal, (B) Komunikasi Interpersonal Remaja, (C) Bimbingan
Pribadi-sosial.
A. Hakikat Komunikasi Interpesonal
1. Pengertian Komunikasi Interpesonal
Secara etimologis komunikasi berasal dari Bahasa latin
Communicare, yang berarti berpartipasi atau memberitahukan (Liliweri,
1991: 3). Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk memberitahukan
sesuatu dari sumber informasi kepada penerima informasi. Komunikasi
menghasilkan reaksi umpan balik dari penerima informasi dapat dalam
bentuk verbal maupun nonvrtbal. Salah satu bentuk komunikasi yang
sering digunakan ialah komunikasi interpersonal.
Menurut McDavid & Harari (1999) komunikasi interpesonal
adalah proses komunikasi yang ber-setting pada obyek-obyek sosial untuk
mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau pesan.
Devito (Maulana & Gumelar, 2013) mendefinisikan komunikasi
interpesonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.
interpersonal memiliki sedikitnya lima tujuan. Tujuan ini tidak selalu kita
sadari, bisa juga tanpa disadari, ataupun disengaja. Kelima tujuan
komunikasi interpersonal yang dimaksudkan adalah:
Pertama, Proses Belajar, setiap seseorang berkomunikasi secara
interpesonal; seseorang belajar mengenai sesuatu yang terjadi di
lingkungan yang ada di sekitar. Hal ini akan membuat seseorang belajar
tentang orang lain dan diri sendiri. Komunikasi interpersonal dapat
membantu seseorang mengerti, memahami, dan merespon lingkungan di
sekitar, seperti peraturan, norma-norma dan etika yang berlaku. Melalui
komunikasi interpersonal, seseorang juga mengetahui bagaimana
pendapat orang lain mengenai suatu hal ataupun peristiwa, dan juga
mengetahui bagaimana orang lain menilai atau merespons diri dan
tingkah laku.
Kedua, Membangun suatu hubungan atau relasi; setiap orang ingin
membangun dan mempertahankan sebuah hubungan. Seseorang
menghabiskan banyak waktu untuk melakukan komunikasi interpersonal
untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Hubungan
sosial menghindarkan diri dari kesendirian dan depresi.
Ketiga, Mempengaruhi lawan bicara; dalam komunikasi
interpesonal, seseorang akan sering mencoba memengaruhi sikap dan
perilaku orang lain.
Keempat, Bermain dengan lawan bicara; berdiskusi tentang hobi,
menyeimbangkan hidup dan membuat pikiran seseorang beristirahat
sejenak dari hal-hal yang serius. Bermain meliputi segala hal yang dapat
kita nikmati.
Kelima, menolong sesama melalui komunikasi interpersonal
seseorang dapat menenangkan, menghibur dan memberi saran kepada
orang lain. Secara profesional atau bukan, keberhasilan untuk menolong
seseorang tergantung pada ketrampilan komunikasi interpersonal
seseorang.
Winkel (Suseno, 2012) menegaskan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses komunikasi timbal balik yang
berlangsung antara dua atau lebih secara tatap muka, langsung dan
melalui kontak pribadi. Komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap
muka, sehingga komunikator segera mendapatkan timbal balik/reaksi baik
verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal melibatkan kontak
pribadi pada para pelakunya, sehingga tercipta komunikasi yang
mendalam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih. Timbal balik yang terjadi dalam komunikasi interpersonal bersifat
langsung sehingga komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dapat
segera mengetahui apakah pesan yang disampaikan, sudah dimengerti
2. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal
Wood (2013) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Selektif
Komunikasi interpersonal dicirikan sifat selektif karena pada dasarnya
setiap orang akan memilih dengan siapa dia akan berkomunikasi,
seseorang tidak ingin berkomunikasi secara intim dengan semua orang
yang ditemui, namun memilih-milih berdasarkan keinginan.
b. Sistemis
Komunikasi interpersonal dicirikan dengan sifat sistemis karena
terjadi sistem yang variasi. Komunikasi terjadi dalam konteks yang
mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya.
Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi
interpersonal. Setiap sistem mempengaruhi apa yang seeorang
harapkan dari orang lain. Sistem mempengaruhi makna yang muncul
dalam komunikasi.
c. Unik
Komunikasi interpersonal sangat unik. Pada interaksi yang
melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu
menjadi tidak tergantikan. Misalnya, kita dapat mengganti seseorang
dengan hubungan I-it (seorang office boy kantor dapat digantikan
orang lain) dan bahkan juga hubungan I-You (kita dapat mencari
menggantikan keakraban. Seseorang dapat menemukan sahabat baru,
atau pacar baru, tetapi mereka tidak dapat menggantikan keakraban
yang telah hilang dari pertemanan atau pasangan dahulu.
Setiap orang selalu unik, begitu pula dengan persahabatan.
Sekelompok sahabat pasti menciptakan pola unik sendiri dan bahkan
istilah-istilah yang hanya dimiliki oleh kelompok mereka sendiri
(Nicholson, 2006). Proses menjalin keakraban, seseorang dapat saja
bertindak di luar kebiasan mereka dalam interaksi sehari-hari. Hal ini
mungkin saja berbeda dengan peran sosial yang biasa mereka jalankan
(Duck, 2006; Wood, 2013a).
d. Process
Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Hal
ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih
personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan
romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring
berjalannya waktu. Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat
berkembang dari masa ke masa.
e. Transaksional
Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah proses tansaksi
antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada
seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan menjelaskan sebuah gagasan,
seseorang akan menganggukan kepala sebagai tanda dia paham.
menunduk menandakan dia bersalah. Hubungan sehari-hari semua
pihak berkomunikasi secara terus-menerus dalam waktu bersamaan.
f. Individual
Komunikasi I-Thou, seseorang memperlakukan orang lain (dan
sebalikanya) sebagai manusia seutuhnya, tanpa meletakannya pada
peran sosial. Komunikasi seperti ini hanya dapat terjadi jika seseorang
memahami diri sendiri sebagai manusia yang unik. Seseorang belajar
untuk memahami ketakutan dan harapan, masalah dan kegembiraan,
dan kemampuan dalam berinteraksi secara utuh bersama orang lain.
Ketika kepercayaan sudah terbangun dengan baik, seseorang bisa
berbagi informasi yang sifatnya privasi pada orang lain.
g. Pengetahuan Personal
Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan
personal dan wawasan seseorang terhadap interaksi manusia. Agar
dapat memahami keunikan individu, seseorang harus memahami
pikiran dan perasaan orang lain secara personal. Contohnya, seorang
pemuda kenal lebih dari 25 tahun dengan rekannya. Selama semasa
itu, dia paham apa yang selalu menjadi kecemasan dan apa yang
menjadi minatnya. Sesuatu yang tidak terjadi ketika mereka baru saja
kenalan. Orang yang sudah mengenal kita sejak lama akan banyak
memiliki kenangan bersama. Hal inilah yang membuat hubungan
antarmanusia menjadi semakin utuh dan relasi seperti ini tidak terjadi
h. Menciptakan Makna
Inti dari komunikasi Interpersonal adalah berbagai makna dan
informasi antara dua belah pihak (Duck, 19994a, 1994b). Seseorang
tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Lunandi (1989) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Citra Diri
Setiap manusia memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya
sendiri, status sosial, kelebihan, dan kekurangan. Gambaran itu
menjadi penentu bagi caranya berbicara, menjadi penyaring bagi apa
yang dilihatnya, penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di
sekitarnya. Citra diri menentukan persepsi dan ekspresi seseorang.
Citra diri yang lemah akan terlihat pada komunikasinya dengan orang
lain, misalnya sukar berbicara bebas, sulit menyatakan isi hati dan
pikiran.
Manusia belajar menciptakan citra diri yang dimiliki melalui
hubungan dengan orang lain, terutama lain yang penting bagi dirinya.
Melalui komunikasi tanpa kata dari orang lain seseorang mengetahui
apakah dirinya dicintai atau dibenci.
Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas
ia akan menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan dengan
orang lain sehingga komunikasi akan terasa lebih menyenangkan.
b. Citra Pihak Lain
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang
untuk berkomunikasi. Umumnya orang lain memiliki gambaran
tersendiri tentang diri seseorang dan dengan gambaran tersebut
mereka berkomunikasi. Citra diri dan citra pihak lain memiliki
perpaduan yang kuat untuk menentukan gaya dan ciri seseorang ketika
berkomunikasi. Misalnya, seorang ayah memiliki citra anaknya
sebagai manusia ingusan yang tidak tahu apa-apa, maka ia akan
cenderung bertingkah laku otoriter, mengatur, melarang,
mengharuskan.
c. Lingkungan Fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain
setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus dihormati.
Lingkungan fisik memberikan batasan manusia untuk berperilaku.
Seseorang mungkin akan lebih banyak gaduh ketika berada di tempat
beribadah, lebih suka berteriak ketika berada di rumah sendiri.
d. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial ikut berperan menentukan tingkah laku dan cara
berkomunikasi seseorang. Pakaian yang digunakan seseorang ketika
berpesta di sebuah hotel berbintang akan berbeda dengan pakaian
Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki
kepekaan terhadap lingkungan dimana ia berada, membedakan
lingkungan yang satu dengan yang lainnya.
e. Kondisi
Orang tidak selamanya berada pada kondisi puncak. Secara fisik
orang kadang-kadang merasa letih, lesu, ketika seeorang berada pada
kondisi yang penuh semangat, ia akan punya kecenderungan untuk
cermat dalam memilih kata-kata, peka terhadap perasaan pihak lain
yang menerima komunikasi. Selain kondisi fisik, kondisi emosi juga
menjadi faktor penentu. Orang yang sedang marah cenderung
bersikap keras, ucapannya tajam, persepsinya cenderung negatif dan
kurang peduli pada maksud pihak lain.
f. Bahasa Tubuh
Komunikasi tidak hanya dikirimkan untuk mengirim atau terkirim
melalui medium kata-kata yang diucapkan. Badan manusia juga
merupakan medium komunikasi. Melalui gerakan tubuh, gerakan
mata, ekspresi wajah, kecepatan dan volume suara orang lain
menafsirkan pesan apa yang ingin dikirimkan lawan bicara. Agar
komuniksi yang dijalin menjadi lebih efektif. Maka harus diusahakan
pesan yang dikirimkan secara verbal haruslah diikuti gerakan
nonverbal yang tepat. Jika seseorang mengatakan bahwa ia senang
bertemu dengan teman lamanya. Tetapi ketika berbicara ia
sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain orang ini mengirim
pesan yang bertentangan.
Dari uraian di atas disampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpesonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan
fisik, lingkungan sosial, kondisi dan bahasa tubuh.
4. Aspek-aspek Komunikasi Interpesonal
Maulana & Gumelar (2013) menyatakan bahwa kemampuan
komunikasi interpesonal mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang
efektif harus terbuka kepada orang diajaknya berinteraksi. Hal ini
tidak mengharuskan seseorang membuka semua wirayat hidupnya
kepada orang lain. Komunikasi interpersonal harus ada kesediaan
untuk membuka diri tanpa dipaksa orang lain agar komunikasi dapat
berjalan baik.
Aspek keterbukaan kedua mengacu pada kesediaan komunikator
untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan
peserta percakapan yang menjemukan. Seseorang ingin orang lain
Seseorang memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi
secara spontan terhadap orang lain, aspek ketiga menyangkut
“kepemilikian” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974).
b. Empati
Henry Bachrach (1976) mendefinikan empati sabagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
suatu saat tertentu. Bersimpati adalah merasakan bagi orang lain atau
merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan
perasaan yang sama dengan cara dengan cara yang sama.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Seseorang dapat mengkomunikasikan
empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita
dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan: (1)
keterlibatan aktif dengan orang lain melalui ekspresi wajah dan
gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,
postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; (3) sentuhan
atau belaian yang sepantasnya.
c. Sikap Mendukung
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung (supportive). Maksudnya satu sama lainnya
saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.
defensive dalam komunikasi yang dapat terjadi karena faktor-faktor
personal seperti ketakutan, kecemasan, dan lain sebagainya yang
menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang
yang defensive akan melindungi diri sendiri dari ancaman yang
ditanggapi dalam komunikasi dibandingkan memahami orang lain.
d. Sikap Positif
Seseorang mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi
interpesonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif,
dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina
jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya
sangat penting untuk berinteraksi yang efektif. Tidak ada yang lebih
menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang
menikmati interaksi atau bereaksi secara menyenangkan terhadap
situasi atau suasana interaksi.
e. Kesetaraan
Setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang
mugkin lebih pandai berbicara dalam berkomunikasi, penggunakan
kata yang lebih baku, lebih cenderung membuat lelucuan dalam
komunikasi, dan lebih pintar daripada yang lain. Tidak pernah ada dua
ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan bahwa kedua pihak
sama-sama bernilai dan berharga. Masing-masing orang mempunyai
sesuatu yang terpenting untuk disumbangkan.
Suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,
ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk
memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai upaya untuk
memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan
untuk menjauhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita
menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan
nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain,
atau menurut Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk
memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.
5. Elemen-Elemen dalam Komunikasi Interpesonal
DeVito, (1990) proses komunikasi interpesonal akan terjadi dengan
memiliki syarat-syarat terpenuhinya unsur-unsur dalam komunikasi
interpesonal. Komunikasi interpersonal memiliki unsur-unsur tersebut
antara lain:
a. Pengirim dan penerima pesan
Komunikasi interpersonal sedikitnya melibatkan dua orang, setiap
orang merasakan dan mengirim pesan (fungsi pengiriman). Lalu
b. Pengkodean dan pemecahan kode
Pengkodean yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang atau disusun terlebih dahulu dengan mengunakan kata-kata.
Pengkodean adalah proses memproduksi pesan. Pemecahan kode
adalah proses dimana komunikasi menetapkan makna dan lambang
yang disampaikan komunikator adanya. Pemecahan kode adalah
tindakan menginterpretasikan kode.
Proses komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam
situasi interaksi, komunikator menjadi suatu pesan lalu
menyampaikan pada komunikan, dan komunikan mengawas sandi
pesan tersebut. Sampai disitu komunikator menjadi encoder dan
komunikan menjadi decoder. Jika komunikator sedang berbicara, ia
akan menjadi encoder dan yang sedang mendengarkan menjadi
decoder. Ketika komunikasi memberi tanggapan dan berbicara pada
komunikator, maka komunikasi ini akan menjadi encoder dan
komunikasi menjadi decoder. Tanggapan komunikasikan yang
disampaikan kepada komunikator itu dinamakan umpan balik atau
arus balik.
c. Pesan
Agar komunikasi interpesonal tetap ada, pesan yang
mengekspresikan pikiran dan perasaan seseorang harus dikirim dan
seseorang dapat berkomunikasi melalui gerakan, sentuhan sama
seperti komunikasi secara verbal.
Umpan balik memberi tahu komunikator efek apa yang
diberikannya kepada komunikan. Umpan balik dapat berasal dari diri
sendiri (sebagaimana dia mendengar apa yang sudah dia katakan) atau
orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Proses komunikasi
interpersonal umpan balik memiliki peran penting karena pengirim
dan penerima secara terus-menerus dan bergantian memberi umpan
balik dalam berbagai bentuk baik verbal maupun norverbal. Situasi
interpersonal umpan balik lebih sering diterima secara langsung
setelah pesan disampaikan.
d. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu “kejernihan”
pesan dalam proses komunikasi, sehingga sering kali pesan yang
disampikan berbeda dengan pesan yang diterima.
e. Efek
Proses komunikasi selalu memiliki berbagai akibat, baik pada salah
satu pelaku atau keduanya. Efek dari kegiatan komunikasi mencakup
3 aspek yaitu; (1) aspek kognitif, menyangkut kesadaran dan
pengetahuan, misalnya memperoleh pengetahuan atau belajar bagaima
menganalisis. (2) aspek afektif, menyangkut sikap, kepercayaan,
konatif dan psikomotor, menyangkut perilaku atau tindakan berbuat
seperti apa yang disarankan.
f. Channel komunikasi
Channel komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan.
Channel berfungsi sebagai jembatan antara pengirim dan penerima
pesan. Contoh: berbicara dan mendengar, mencium, melihat,
mengeluarkan bau, dan bahkan menyentuh untuk berkomunikasi.
Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai channel adalah tatap muka, telepon,
surat, dan lain-lain.
g. Konteks
Cara kita berkomunikasi setiap saat berbeda dipengaruhi oleh
konteks. Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan
kejadian. Tiga dimensi konteks komunikasi adalah fisik, sosial
psikologis, dan temporal. DeVito pada tahun 1995 menambahkan dua
elemen komunikasi interpesonal, yaitu: kompetensi dan etika.
B. Komunikasi Interpersonal Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan”. Pada zaman primitif dan pada zaman
dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah
dewasa apabila mampu mengadakan reproduksi.
Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai
arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget (dalam Hurlcok, 1991:
206) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah masa
usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di
mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih
tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai
aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk jugaperubahan intelektual yang mencolok. Transformasi
intektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk
mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini.
Menurut mappiare (Ali &Asrori, 2014) menyatakan bahwa masa
remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita
dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja
ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai
21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika serikat
saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18
1988). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah
menengah.
Berdasarkan penelitan para ahli psikologi dapat diketahui bahwa
remaja berasal dari kata adolescence yang artinya tumbuh dan
berkembang. Masa remaja merupakan masa puber, yang memasuki
masa remaja akhir, yaitu pada usia 12/13 tahun sampai dengan 21/22
tahun. Remaja merupakan masa peralihan seorang anak-anak menuju
kedewasaan yang ditandai dengan adanya perubahan dan
perkembanganfisik motorik, kognitif, sosio-emosional.
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Menurut Ali & Asrori (2011) menyatakan bahwa tugas
perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun
tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock, (1988) adalah:
a. Mampu menerima keadaaan fisiknya.
Sering sekali bagi para remaja untuk menerima keadaan
fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan
konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa
nantinya. Diperlukan waktu untuk mempelajari cara-cara
memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
Menerima peran seks dewasa diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki; mereka telah
didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi
halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak,
mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan
peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran
feminim dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran
tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan
penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok
yang berlawan jenis.
Adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering
berkembang selama akhir masa kanank-kanak dan masa puber,
maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti
harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui ihwal
lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebayanya sesama jenis juga tidak mudah.
d. Mencapai kemandirian emosional
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha
untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang
Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian
perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan
emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelomok sebaya
hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja
memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja kalau
remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan
yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian
ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa
nantinya. Secara ekonomis mereka masih harus tergantung
selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk
bekerja selesai dijalani.
f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat.
Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan
ketrampilan intelektual dan konsep yang terpenting bagi
kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu
menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis.
menguasai praktik demikian namun mereka yang tidak aktif,
karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima
oleh teman-temannya tidak memperoleh kesempatan ini.
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa
dan orangtua.
Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk
membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa;
orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun
bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman
sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila
mengharapkan dukungan kehidupan sosial mereka.
h. Mengembangkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Yang Di
Perlukan Untuk Memasuki Dunia Remaja.
Erat hubungan dengan masalah perkembangan nilai-nilai
yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan
dimasuki, adalah tugas perkembangan perilaku yang
bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh
teman-teman sebaya, tetapi hal ini sering kali diperoleh dengan
perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung
C. Bimbingan Pribadi-Sosial
Menurut Winkel & Sri Hastuti (2006) menyatakan bahwa
bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan
batinya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinya sendiri;
dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,
pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta
bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di
berbagai lingkungan (pergaulan sosial).
Kegunaan dari ragam bimbingan ini kiranya tidak perlu diuraikan
dengan panjang lebar, karena setiap manusia sudah mengetahui dari
pengalamannya sendiri apa akibatnya bila pergumulan batin tidak dapat
terselesaikan, dan tarif penderitaan batin dialami bila timbul problem
dalam pergaulan sosial yang pokok bukanlah, apakah timbul tantangan dan
kesulitan yang menyangkut dirinya sendiri, melainkan bagaimanakah
sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang timbul.
Siswa remaja berhadapan dengan dirinya yang lain daripada
sebelumnya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih
berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira; ingin membangun
cita-cita, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Bagi mereka pergaulan dengan
anggota keluarga dapat menjadi problem; demikian pula pergaulan
dengan teman lain jenis.
Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan dijenjang pendidikan
lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui
oleh siswa remaja, antata lain tentang konflik batin yang dapat timbul
dan tentang tata cara bergaul yang baik.
2. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin
berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri
kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi
bagi kehidupan manusia.
3. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh
kebanyakan siswa, misalnya menghadapi orang tua yang taraf
pendidikannya lebih rendah daripada anak-ankanya, khususnya siswa
remaja dapat merasa lega, bila dia menyadari teman-temannya
mengalami kesulitan yang sama; dia lalu tidak memandang dirinya lagi
sebagai orang yang abnormal. Diskusi kelompok ini dapat mendorong
siswa untuk menghadapi ahli bimbingan, guna membicarakan suatu
masalah secara pribadi dalam wawancara konseling.
4. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa.
Kiranya tidak perlu lagi ditekankan, bahwa tenaga bimbingan yang
memberikan bimbingan ini membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman psikologis yang cukup mendalam, serta harus memiliki
fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran yang besar. Disatu pihak dia
dibimbing, namun dilain pihak dia harus membantu siswa
mmengambil manfaat dari semua pengalaman hidup, betapapun
pahitnya, dan mengarahkan pandangannya ke masa depan.
Memberikan ragam bimbingan ini menuntut kepekaan pembimbing,
yang dapat dikembangkan melalui studi literatur profesional dan
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi uraian jenis penelitian, variabel penelitian, subjek
penelitian, alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, pengumpulan data,
teknik analisis data penelitian, prosedur pengumpulan dan analisis data
penelitian.
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut
Nawawi (1998), penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang
memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat
aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan
fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan
interpretasi yang rasional dan akurat. Penelitian ini akan menggambarkan
keadaan dari obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan menjelaskan
serta mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh.
B. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah Komunikasi
Interpersonal Antar Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap kelas XI IPS, XI
IPA, dan XI IBS tahun 2015/2016. Variabel ini akan diuraikan secara
C.Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Yos
Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016. Alasan peneliti memilih subjek
penelitian siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap yaitu dikarenakan
peneliti melihat fenomena atau kasus-kasus yang berkaitan dengan
komunikasi interpesonal antar siswa di sekolah. Peneliti menggunakan
seluruh populasi siswa yang ada di kelas XI. Sugiono (2011) populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun data siswa kelas
XI SMA Yos Sudarso Cilacap tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Data Siswa Kelas XI
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa
1.
XI IPS 8 12 20
2. XI IPA 14 17 31
3. XI BHS 4 5 9
TOTAL 60
D.Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Sugiono (2011) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat
Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada prinsip-prinsip skalalikert.
Sugiono (2011) mengatakan bahwa Skalalikert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentangfenomena sosial.
Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi
interpesonal terdiri dari pernyataan favorable (pernyataan positif) dan
pernyataan unfavorable (pernyataan negatif). Pernyataan favorable
mendukung variabel yang diukur sedangkan pernyataan unfavorable
merupakanpernyataan yang tidak mendukung variabel.
Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban.
Jawaban yang dimaksud adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden akan diminta
untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi
interpersonal dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan
memberikan tanda centang (√) pada lembar jawaban. Demikian dapat
diketahui tingkat Komunikasi interpersonal pada responden penelitian.
Jika skor yang didapatkan tinggi, maka tinggi pula komunikasi
interpersonal dari responden, begitu juga sebaliknya.
Pada instrumen ini, peneliti tidak mencantumkan alternatif
jawaban ragu-ragu karena mengurangi kecenderungan responden
memberikan jawaban netral. Norma skoring yang digunakan dalam
Tabel 2
Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal
Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesusai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak sesuai 1 4
Penelitian ini menggunakan kisi-kisi kuesioner sebagai dasar
pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner kemampuan Komunikasi
Interpersonal ini dibuat berdasarkan efektivitas komunikasi interpersonal.
Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan dalam kisi-kisi seperti yang
Tabel 3
Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal
No Aspek Indikator Item 1. Bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang.
2, 15, 62 7, 11, 26
2. Mampu mengakui perasaan kepada orang lain.
3. Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain.
6, 55, 61 17,32, 21
3. Sikap
Mendukung
1. Mampu meminta informasi tentang suatu hal terhadap lawan bicaranya untuk mendukung berkomunikasi.
23, 56 64, 33
12 2. Mampu mendengarkan pandangan
yang berbeda dari orang lain
terhadap orang yang diajak bicara.
30,46,19 16, 41,44
10 2. Mampu mendukung orang secara
E. Validitas Dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Ary, Jacobs,
dan Razavieh (2007) validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu
alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh
alat tersebut. Azwar (2003) validitas menunjuk pada sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya.
Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemmpuan suatu instrumen
dalam mengukur isi (konsep) yang harus di ukur (Siregar, 2013).
Validitas isi dalam penelitian ini mengukur konsep komunikasi
interpersonal yang disusun dalam kuesioner.
Validitas kuesioner penelitian ini diuji dengan pengujian empirik
dengan mengkorelasikan skor setiap item instrumen terhadap
skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman’s rho menggunakan
aplikasi programkomputer SPSS korelasi Spearman’s rho adalah
Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas > 0,30 (Azwar,
2007:103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30
maka item tersebut dinyatakan gugur.
Peneliti melakukan uji validitas kuesioner pada tanggal 14 Agustus 2015
pada kelas XI IPS, IPA, BHS di SMA Yos Sudarso Cilacap. Data yang di ambil
yaitu sebanyak 60 siswa. Bedasarkan hasil perhitungan program komputerisasi
SPSS, diperoleh hasil dari 52item terdapat 50 item valid dan 2 item unvalid.
Pada item-item yang unvalid, peneliti tidak melakukan perbaikan dan
hanya membuang item yang unvalid. Alasannya yaitu sudah terdapat item valid
yang telah mewakili isi dari beberap item yang valid dan unvalid terdapat pada
Tabel 4
Validitas Kuesioner Komunikasi Interpersonal
No Aspek-aspek
1. Keterbukaan 1. Mamputerbuka kepada orang
yang diajak berinteraksi
1,14,58 8,18,28 1,14,8,18 28
58
2. Bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
2,15,62 7,11,26 2,15,62, 11
7, 26
3. Mampu mengakui perasaan
orang lain.
2. Mampu memahami perasaan
dan sikap orang lain.
3. Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain.
1. Mampu meminta informasi
tentang suatu hal terhadap
lawan bicaranya untuk
mendukung berkomunikasi.
23, 56 64, 33 23,56, 64 33
2. Mampu mendengarkan
pandangan yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu.
49, 40 59, 5 40, 59 49,5
3. Mampu menerima pendapat
orang lain.
secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.
53, 22 31, 27 53,22,31,
27
5. Kesetaraan 1. Mampu menerima bahwa setiap
pihak sama-sama bernilai dan berharga.
42, 29 34, 39 42,29, 39 34
2. Mampu menerima pihak lain dengan penghargaan positif tak bersyarat.
37, 66 65, 50 37,66,65,
50
TOTAL 52 14
Untuk mengambil data penelitian yang real, peneliti membuat kembali
hanya berisi item-item yang valid (yang sudah lolos uji validitasnya) dan item
yang unvalid peneliti buang/tidak digunakan untuk penelitian. Kisi-kisi kuesioner
kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5
Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)
No Aspek Indikator Item Fav Item
Unfav
Jml
1. Keterbukaan 1.Mampu terbuka kepada orang
yang diajak berinteraksi
1,14 8,18,28 5
2.Bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.
2,15,62 11 4
3.Mampu mengakui perasaan orang lain.
4,54 60 3
2. Empati 1.Mampu mengetahui pengalaman
orang lain.
43,9 24,57,48 5
2.Mampu memahami perasaan dan sikap orang lain.
3. Sikap mendukung 1.Mampu meminta informasi
tentang suatu hal terhadap lawan bicaranya untuk mendukung berkomunikasi.
23,56 64 3
2.Mampu mendengarkan pandangan yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu.
40 59 2
3.Mampu menerima pendapat orang lain.
3,35 45,12 4
4. Sikap Positif 1.Mampu menunjukan sikap positif terhadap orang yang diajak bicara.
30,46,19 41,44 5
2.Mampu mendukung orang secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.
53,22 31,27 4
5. Kesetaraan 1.Mampu menerima bahwa setiap
pihak sama-sama bernilai dan berharga.
42,29 39 3
2.Mampu menerima pihak lain dengan penghargaan positif tak bersyarat.
37,66 65,50 4
2. Reliabilitas
Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran
(Azwar, 2009). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu
yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai
reliabel (Azwar, 2007). Sukardi (2013) mengatakan bahwa pengukuran
yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai
reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil
yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.
Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini
adalah teknik alpha cronbach. Adapun rumus koefisien reliabilitas
alpha cronbach (α) adalah sebagai berikut:
α = 2[1- ]
Keterangan rumus :
S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
Sx2 : varians skor skala
Hasil perhitungan indeks realibilitas dikonsulkan dengan kiteria
Guilford (Masidjo, 1995: 2009). Kriteria Guilford tersaji dalam tabel 5. 2
S 2 S + 2 S
Tabel 6 Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi
2. 0,71 – 0,90 Tinggi
3. 0,41 – 0,70 Cukup
4. 0, 21 – 0,40 Rendah
5. Negatif – 0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji realibiltas kuesioner yang peneliti lakukan
dengan mengunakan program SPSS16,0 for Windows, diperoleh hasil
0,866 dari 52 item dengan kategori tinggi. Dari hal tersebut, kuesioner ini
layak untuk dijadikan alat penelitian.
F. Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data pada tanggal 14 Agusutus
2015 pada siswa SMA Yos Sudarso Cilacap dengan jumlah populasi
sebanyak 60 siswa.
G.Teknik Analisis Data Penelitian
Sugiyono (2011) mengatakan bahwa analisis data merupakan
kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan