• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas Xi SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas Xi SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

Viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Lidia Lina Susanti

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komunikasi interpersonal siswa SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap. Subjek penelitian berjumlah 60 orang.

Intrumen penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 52 item yang disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh Maulana & Gumelar (2013) yaitu: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan. Teknis analisis data dalam penelitian ini berpedoman kategorisasi Azwar (2009). Komunikasi interpersonal siswa kelas XI di golongkan dalam 5 kategori, yaitu: “sangat baik”, “cukup baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.

(2)

ix

ABSTRACT

The Description Students’ Inteperasonal Communication of Grade XI Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ Implication Toward

Proposed Classical Guidance Topics.

Lidia Lina Susanti

Sanata Dharma University

2015

This study aims to quantitavely students’ imterpersonal communication of Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ implication toward proposed classical guidance topics. The data are collected from grade XI students of Yos Sudarso Senior High School

Cilacap. There are 60 participants.

The research instrument is questionnaire which contists of 52 items based on Maulana

&Gumelar (2013) aspects: (1) openness, (2) empathy, (3) supporting act, (4) positive attitude,

(5) equality. The data are analysed base on Azwar’s categorization (2009). There are “excellent”, “every good”, “good”, “fair”, and “poor”.

The result of analysis are as follows (1) 41 student (63,34%) have excellent interpersonal

communication, (2)16 students (26,67%) have good interpersonal communation, (3) 3 students

(3)

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPESONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Lidia Lina Susanti

NIM: 101114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPESONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Lidia Lina Susanti

NIM: 101114009

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

Viii

ABSTRAK

DESKRIPSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS XI SMA YOS SUDARSO CILACAP TAHUN AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL

Lidia Lina Susanti

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komunikasi interpersonal siswa SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap. Subjek penelitian berjumlah 60 orang.

Intrumen penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 52 item yang disusun berdasarkan aspek komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh Maulana & Gumelar (2013) yaitu: (1) Keterbukaan, (2) empati, (3) sikap mendukung, (4) sikap positif, (5) kesetaraan. Teknis analisis data dalam penelitian ini berpedoman kategorisasi Azwar (2009). Komunikasi interpersonal siswa kelas XI di golongkan dalam 5 kategori, yaitu: “sangat baik”, “cukup baik”, “baik”, “kurang baik”, dan “tidak baik”.

(10)

ix

ABSTRACT

The Description Students’ Inteperasonal Communication of Grade XI Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ Implication Toward

Proposed Classical Guidance Topics.

Lidia Lina Susanti

Sanata Dharma University

2015

This study aims to quantitavely students’ imterpersonal communication of Yos Sudarso Senior High School Cilacap 2015/2016 and its’ implication toward proposed classical guidance topics. The data are collected from grade XI students of Yos Sudarso Senior High School

Cilacap. There are 60 participants.

The research instrument is questionnaire which contists of 52 items based on Maulana

&Gumelar (2013) aspects: (1) openness, (2) empathy, (3) supporting act, (4) positive attitude,

(5) equality. The data are analysed base on Azwar’s categorization (2009). There are “excellent”, “every good”, “good”, “fair”, and “poor”.

The result of analysis are as follows (1) 41 student (63,34%) have excellent interpersonal

communication, (2)16 students (26,67%) have good interpersonal communation, (3) 3 students

(11)
(12)
(13)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

MOTTO ... iv

PEMBAHASAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

• Latar belakang Masalah ... 1

• Rumusan Masalah ... 8

• Tujuan Penelitian ... 8

• Manfaat Penelitian ... 9

• Definisi Operasional Variabel ... 9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 11

(14)

xiii

• Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal... 17

• Aspek-aspek Komonikasi Interpersonal... 20

• Elemen-elemen Komunikasi Interpersonal... 23

• Komunikasi Interpersonal Remaja... 26

• Pengertian Remaja ... 26

• Tugas Perkembangan Remaja ... 28

• Bimbingan Pribadi-Sosial ... 32

BAB III: METODE PENELITIAN ... 35

• Jenis Penelitian ... 35

• Variabel Penelitian ... 35

• Subjek Penelitian ... 36

• Alat Pengumpulan Data ... 36

• Validitas dan Realibitas ... 40

• Validitas ... 40

• Realibitas ... 44

• Pengumpulan Data ... 45

• Teknik Analisis Data Penelitian ... 45

• Penentuan Skor pada Item Kuesioner ... 46

• Ktegorisasi ... 46

BAB IV: HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK KOMUNIKASI INTERPERSONAL ... 50

• Hasil Penelitian ... 50

(15)

xiv

• Kesimpulan ... 61

• Saran-saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(16)

xiv

Tabel 2: Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal... 38

Tabel 3: Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal... 39

Tabel 4: Validitas Kuesioner Komunikasi Interpersonal... 42

Tabel 5: Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)... 43

Tabel 6: Kriteria Guilford... 45

Tabel 7: Norma Kategorisasi... 47

Tabel 8: Hasil Analisis Data Skor Subjek... 48

Tabel 9: Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Komunikasi Interpersonal... 49

Tabel 10: Kategorisasi Tingkat Komunikasi interpersonal antar siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016... 50

Tabel 11: Hasil Analisis Skor Item Pengukuran Komunikasi Interpersonal... 54

Tabel 12: Butir Item Kuesioner Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap... 57

(17)

xv

kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap

tahun ajaran 2015/2016... 53

Grafik 2: Tingkat Komunikiasi Interpersonal

Siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016 berdasarkan

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan definisi operasional dari istilah-istilah pokok yang digunakan

dalam penelitian ini.

A. Latar Belakang Masalah

Siahaan (2000) menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang

bermasyarakat dan hidup secara berkelompok. Pada setiap diri manusia

mempunyai keinginan untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain,

hal ini membuktikan adanya keinginan berkelompok dan sudah menjadi

kebutuhan, sifat, serta identitas manusia. Proses interaksi sosial manusia

membutuhkan adanya komunikasi dan relasi dengan orang lain agar

manusia saling mengerti, saling menolong, dan saling menghargai.

Komunikasi adalah sarana untuk mengerti diri sendiri, untuk mengerti

orang lain, memahami apa yang dibutuhkannya dan apa yang dibutuhkan

orang lain. Komunikasi dapat diterima jika kita mengerti satu sama lain

(Siahaan, 2000). Melalui komunikasi ini individu menemukan dirinya,

mengembangkan konsep diri menetapkan hubungan dengan dunia sekitar.

Hubungan individu dengan orang lain menentukan kualitas hidup.

Komunikasi juga ditunjukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang

baik dengan orang lain. Menurut Davis yang di kutip oleh Jalaluddin

Rakhmat (2008) ahli-ahli sosial telah berkali-kali mengungkapkan bahwa

(19)

jadinya jika seorang siswa tidak memiliki komunikasi yang baik terhadap

siswa lainya, hal ini pastilah akan berdampak pada kepribadian siswa. Pola

komunikasi antar siswa adalah komunikasi antar pribadi atau Interpersonal

Communication, hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh R.

Wayne Pace yang dikutip oleh Hafied Cangara (2005) bahwa

interpersonal communication is communication involving two or more

people in a face to face setting”. Berawal dari sini komunikasi sangat

penting untuk dipahami dan dikuasai oleh siswa. Apa jadinya jika, seorang

siswa tidak memiliki komunikasi interpersonal yang baik. Pasti jalinan

komunikasi interpersonal antar siswa menjadi tidak baik sehingga

berdampak menghambat pengiriman pesan atau informasi yang di

sampaikan orang lain.

Siswa SMA mengalami kesulitan dalam menjalin komunikasi

yang baik antar siswa disekolah khususnya dalam komunikasi

interpersonal. Siswa cenderung mengikuti pola komunikasi yang kurang

tepat, Contohnya, siswa yang sering menonton film remaja di televisi.

Film remaja kususnya di Indonesia hampir sebagian tidak mendidik dalam

verbal maupun nonverbal. Ketika siswa yang satu dengan yang lain

berkomunikasi, mereka memakai pola komunikasi interpersonal yang

salah, menggunakan bahasa tidak baku, menggunakan bahasa yang kurang

pantas. Hal ini membuat lawan bicaranya menjadi tidak suka atau tidak

(20)

akan bertindak kasar terhadap lawan bicaranya seperti memukul,

menendang, menampar, dan mumusuhinya.

Siswa yang menggunakan pola komunikasi interpersonal kurang

baik dari film tersebut, misalnya artis A mengatakan “Eh, loe tuh bego

banget udah tahu makan loe diambil masih aja loe diam?” artis B “sial,

bukan gitu, gue kasihan aja liat tuh anak.” artis A “kalau begitu sekalian

aja loe kasih semua tuh makanan ke orang-orang!!” artis B “Anjrit!!!

Ngajak ribut loe!!!”. Siswa ini mengalami pola komunikasi interpersonal

yang salah, sehingga mereka menjadi salah paham satu sama lain. Mereka

yang tidak bisa menerima itu akan melawan dan membuat gaduh bahkan

membuat perselisihan diantara mereka. Apabila hal ini di lihat dan

didengar oleh Siswa SMA, mereka akan mengikuti pola komunikasi

interpersonal yang salah. Pada masanya siswa SMA masih mencari jadi

diri mereka, sehingga mereka cenderung mengikuti pola komunikasi yang

diikuti idolanya dan teman-temannya. Menurut Ali & Asrori (2011)

menyatakan bahwa karakter remaja secara umum meliputi kegelisahan,

pertentangan, menghayal, aktivitas berkelompok, dan keinginan mencoba

segala sesuatu.

Pola komunikasi interpersonal yang kurang baik, tidak hanya

melihat dari gaya bahasa yang salah tetapi juga melihat dari kurangnya

keterbukaan dengan siswa lainnya. Kurangnya keterbukaan memicu

perselisihan terhadap siswa yang satu dengan siswa lainnya yang

(21)

terbuka kepada sahabatnya sendiri. Siswa kurang memahami satu sama

lain, seringkali siswa mengatakan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan

dan apa yang dirasakan sehingga hal ini akan membuat siswa berbohong

atau menyembunyikan sesuatu, jika hal ini diketahui temanya dan ia tidak

menerima itu maka akan terjadi perselisihan. Biasanya hal ini terjadi

karena dari dua siswa memiliki hunbungan interpersonal diantara dua

sahabat itu. kurangnya sikap saling mendukung satu sama lain, dan

kesetaraan juga memicu terjadinya perselisihan atar siswa.

Dari kasus pola komunikasi interpersonal yang kurang baik di atas,

film remaja Indonesia juga ada yang bersifat positif dalam berkomunikasi.

Film tersebut mengajarkan bagaimana cara menghargai lawan bicaranya

saat berkomunikasi. Kata-kata yang baik, dapat diterima, dapat dimengerti,

dan dapat dipahami membuat siswa merasa nyaman dengan lawan

bicaranya dia merasa lebih diterima dan dihargai oleh temannya.

McDavid & Harari (1991) mengungkapkan bahwa komunikasi

interpersonal suatu kemampuan komunikasi yang ber-setting pada

obyek-obyek sosial untuk mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa

informasi atau pesan. Pendapat lain dari DeVito (1989) menyatakan bahwa

komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan

penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan

berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik

(22)

Johnson (dalam Supratiknya, 1995) mengungkapkan komunikasi

antarpribadi (interpersonal) menunjukan peranan penting dalam rangka

menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Pertama, komunikasi

interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Kedua,

identitas atau jati diri terbentuk dalam komunikasi dengan orang lain.

Ketiga, komunikasi interpersonal membantu kita dalam rangka memahami

realitas di sekeliling serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian

yang kita miliki tentang dunia disekitar kita. Keempat, kesehatan mental

sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi.

Menurut DeVito (Maulana & Gumelar, 2013) menyatakan bahwa

komunikasi interpersonal memiliki sedikitnya lima tujuan. Tujuan tersebut

bukan berarti selalu kita sadari, bisa juga tanpa kita sadari, ataupun

disengaja. Tujuan komunikasi interpersonal tersebut yaitu proses belajar,

membangun suatu hubungan atau relasi, untuk mempengaruhi lawan

bicaranya, untuk bermain dengan lawan bicara, dan untuk menolong

sesama. Jika siswa memenuhi tujuan tersebut, maka komunikasi

interpersonal antar siswa dapat berjalan dengan baik.

Maulana & Gemular (2013) menyatakan bahwa dalam komunikasi

interpersonal mempunyai aspek-aspek yang mendukung komunikasi

interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif

dan kesetaraan, sehingga akan berdampak positif dalam menjalin

hubungan antar siswa atau teman sebaya. Hal ini menunjukkan bahwa

(23)

perkembangan potensi yang ada dalam dirinya. Komunikasi interpersonal

yang kurang baik akan berdampak pada siswa, sehingga siswa kurang

menghargai dan menghormati lawan bicaranya. Hal ini dikarenakan bahwa

siswa cenderung untuk menutup diri dan menyimpan hal-hal yang

seharusnya disampaikan tetapi takut untuk mengungkapkannya, sehingga

tidak dapat mengontrol emosi dalam diri, oleh karena itu siswa

mengungkapkan emosi dengan cara yang salah, bahkan sampai

berperilaku kasar terhadap temannya, contohnya: memukul, menendang,

dan memusuhinya.

Wood (2013) menyatakan bahwa ciri-ciri komunikasi interpersonal

adalah selektif, sistemis, unik, process, transaksional, individual,

pengetahuan personal, dan menciptakan makna. Jika siswa SMA

memenuhi ciri-ciri komunikasi interpersonal tersebut siswa mampu

merefleksikan dan mampu membangun pengetahuan bersama orang lain.

Komunikasi interpersonal juga bisa di pengaruhi oleh faktor-faktor

yang mempengaruhi komunikasi initerpersonal. Lunandi (1989)

menyatakan bahawa komunikasi interpersonal antar siswa di sekolah

banyak dipengaruhi beberapa faktor yaitu citra diri, citra pihak lain,

lingkungan fisik, lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh. Jika faktor

ini terpenuhi maka komunikasi interpersonal tersebut baik, siswa dapat

saling memahami, mengerti dan sepaham satu sama lain.

Tugas Guru Bimbingan dan Konseling yaitu memberikan

(24)

interpersonal yang baik terhadap siswa berdasarkan aspek-aspek

komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung,

sikap positif, kesetaraan dapat membantu menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan perkembangan anak, terutama upaya memberikan

bantuan dengan melihat kebutuhan siswa (Winkel & Hastuti, 2006).

Masalah-masalah yang terjadi di sekolah seperti berkata kotor, tidak baku,

dan kasar, akan mengakibatkan komunikasi interpersonal antar siswa

buruk karena tidak terjadi kesepahaman kesetaraan satu sama lain. Adanya

komunikasi interpersonal yang baik dapat mencegah terjadinya

komunikasi yang membuat perselisihan dan perkelahian antar siswa di

sekolah.

Hasil dari wawancara terhadap guru BK di SMA Yos Sudarso

Cilacap, peneliti mendapatkan banyak permasalahan yang terjadi seperti

berbicara kurang sopan, berperilaku kasar (menarik rambut, memukul, dan

menendang), kurangnya keterbukaan satu sama lain, dan kurangnya sikap

mendukung satu sama lain, dan kesetaraan siswa. Akibat dari sikap

tersebut akan terjadi suatu perselisihan dan perkelahian antar siswa. Hal

ini menyebabkan siswa merasa minder, kehadirannya tidak diakui dan

takut untuk ke sekolah. Siswa berpikir bahwa temannya itu mempengaruhi

teman-teman lainnya untuk memusuhi dan menjauhi dirinya, padahal

siswa tersebut hanya bermasalah dengan satu siswa, dan hal tersebut dapat

(25)

sekolah adalah siswa sering membolos sekolah karena merasa dirinya di

asingkan atau tidak diakui kehadirannya oleh teman-temannya.

Adanya permasalahan-permasalahan yang dijelaskan di atas

peneliti tertarik untuk mengkaji “Tingkat Komunikasi Interpersonal Siswa

XI SMA Yos Sudarso Cilacap dan Impilikasinya Terhadap Usulan

Topik-topik Bimbingan Pribadi Sosial”. Penelitian ini dapat membantu guru

Bimbingan dan Konseling untuk mengetahui topik-topik bimbingan

pribadi sosial yang sesuai dalam membimbing siswa sehingga mereka

dapat terbantu dalam memahami komunikasi interpersonal yang baik.

B. Rumusan Masalah

1. Seberapa baik kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI di

SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016?

2. Berdasarkan analisis item, item kemampuan komunikasi Interpersonal

yang mana terindifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik

bimbingan klasikal?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi interpersonal siswa kelas XI

SMA Yos Sudarso Cilacap tahun 2015/2016.

2. Mengindifikasi rendah butir item komunikasi interpersonal yang

(26)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada keilmuan

Bimbingan dan konseling khususnya mengenai komunikasi

interpersonal pada siswa XI SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran

2015/2016.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Yayasan SMA Yos Sudarso Cilacap

Penelitian ini diharapkan dapat membantu penyusunan dan

pengembangan program bimbingan klasikal tentang kemampuan

komunikasi interpersonal siswa.

b. Bagi Guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap

Penelitian ini diharapkan sebagai dasar penyusunan program

bimbingan klasikal untuk meningkatkan kualitan kemampuan

komunikasi interpersonal siswa.

c. Bagi Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap

Penelitian ini diharapkan siswa lebih mengembangkan kemampuan

komunikasi interpersonal siswa di sekolah.

E. Definisi Operasional

Kemampuan komunikasi interpersonal aadalah kemampuan menunjukkan

(27)

dalam berkomunikasi dengan orang lain seperti yang dimaksudkan dalam

(28)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memuat mengenai kajian pustaka yang relevan yang mendasari

bangunan konsepsual penelitian ini yang meliputi: (A) Hakikat Komunikasi

Interpesonal, (B) Komunikasi Interpersonal Remaja, (C) Bimbingan

Pribadi-sosial.

A. Hakikat Komunikasi Interpesonal

1. Pengertian Komunikasi Interpesonal

Secara etimologis komunikasi berasal dari Bahasa latin

Communicare, yang berarti berpartipasi atau memberitahukan (Liliweri,

1991: 3). Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk memberitahukan

sesuatu dari sumber informasi kepada penerima informasi. Komunikasi

menghasilkan reaksi umpan balik dari penerima informasi dapat dalam

bentuk verbal maupun nonvrtbal. Salah satu bentuk komunikasi yang

sering digunakan ialah komunikasi interpersonal.

Menurut McDavid & Harari (1999) komunikasi interpesonal

adalah proses komunikasi yang ber-setting pada obyek-obyek sosial untuk

mengetahui pemaknaan suatu stimulus yang berupa informasi atau pesan.

Devito (Maulana & Gumelar, 2013) mendefinisikan komunikasi

interpesonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan

pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

(29)

interpersonal memiliki sedikitnya lima tujuan. Tujuan ini tidak selalu kita

sadari, bisa juga tanpa disadari, ataupun disengaja. Kelima tujuan

komunikasi interpersonal yang dimaksudkan adalah:

Pertama, Proses Belajar, setiap seseorang berkomunikasi secara

interpesonal; seseorang belajar mengenai sesuatu yang terjadi di

lingkungan yang ada di sekitar. Hal ini akan membuat seseorang belajar

tentang orang lain dan diri sendiri. Komunikasi interpersonal dapat

membantu seseorang mengerti, memahami, dan merespon lingkungan di

sekitar, seperti peraturan, norma-norma dan etika yang berlaku. Melalui

komunikasi interpersonal, seseorang juga mengetahui bagaimana

pendapat orang lain mengenai suatu hal ataupun peristiwa, dan juga

mengetahui bagaimana orang lain menilai atau merespons diri dan

tingkah laku.

Kedua, Membangun suatu hubungan atau relasi; setiap orang ingin

membangun dan mempertahankan sebuah hubungan. Seseorang

menghabiskan banyak waktu untuk melakukan komunikasi interpersonal

untuk membangun dan mempertahankan hubungan sosial. Hubungan

sosial menghindarkan diri dari kesendirian dan depresi.

Ketiga, Mempengaruhi lawan bicara; dalam komunikasi

interpesonal, seseorang akan sering mencoba memengaruhi sikap dan

perilaku orang lain.

Keempat, Bermain dengan lawan bicara; berdiskusi tentang hobi,

(30)

menyeimbangkan hidup dan membuat pikiran seseorang beristirahat

sejenak dari hal-hal yang serius. Bermain meliputi segala hal yang dapat

kita nikmati.

Kelima, menolong sesama melalui komunikasi interpersonal

seseorang dapat menenangkan, menghibur dan memberi saran kepada

orang lain. Secara profesional atau bukan, keberhasilan untuk menolong

seseorang tergantung pada ketrampilan komunikasi interpersonal

seseorang.

Winkel (Suseno, 2012) menegaskan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan suatu proses komunikasi timbal balik yang

berlangsung antara dua atau lebih secara tatap muka, langsung dan

melalui kontak pribadi. Komunikasi interpersonal dilakukan secara tatap

muka, sehingga komunikator segera mendapatkan timbal balik/reaksi baik

verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal melibatkan kontak

pribadi pada para pelakunya, sehingga tercipta komunikasi yang

mendalam.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau

lebih. Timbal balik yang terjadi dalam komunikasi interpersonal bersifat

langsung sehingga komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dapat

segera mengetahui apakah pesan yang disampaikan, sudah dimengerti

(31)

2. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Wood (2013) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Selektif

Komunikasi interpersonal dicirikan sifat selektif karena pada dasarnya

setiap orang akan memilih dengan siapa dia akan berkomunikasi,

seseorang tidak ingin berkomunikasi secara intim dengan semua orang

yang ditemui, namun memilih-milih berdasarkan keinginan.

b. Sistemis

Komunikasi interpersonal dicirikan dengan sifat sistemis karena

terjadi sistem yang variasi. Komunikasi terjadi dalam konteks yang

mempengaruhi peristiwa dan makna yang melekat terhadapnya.

Terdapat banyak sistem yang melekat pada proses komunikasi

interpersonal. Setiap sistem mempengaruhi apa yang seeorang

harapkan dari orang lain. Sistem mempengaruhi makna yang muncul

dalam komunikasi.

c. Unik

Komunikasi interpersonal sangat unik. Pada interaksi yang

melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu

menjadi tidak tergantikan. Misalnya, kita dapat mengganti seseorang

dengan hubungan I-it (seorang office boy kantor dapat digantikan

orang lain) dan bahkan juga hubungan I-You (kita dapat mencari

(32)

menggantikan keakraban. Seseorang dapat menemukan sahabat baru,

atau pacar baru, tetapi mereka tidak dapat menggantikan keakraban

yang telah hilang dari pertemanan atau pasangan dahulu.

Setiap orang selalu unik, begitu pula dengan persahabatan.

Sekelompok sahabat pasti menciptakan pola unik sendiri dan bahkan

istilah-istilah yang hanya dimiliki oleh kelompok mereka sendiri

(Nicholson, 2006). Proses menjalin keakraban, seseorang dapat saja

bertindak di luar kebiasan mereka dalam interaksi sehari-hari. Hal ini

mungkin saja berbeda dengan peran sosial yang biasa mereka jalankan

(Duck, 2006; Wood, 2013a).

d. Process

Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan. Hal

ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih

personal dari masa ke masa. Hubungan persahabatan dan hubungan

romantis dapat tumbuh lebih dalam atau lebih renggang seiring

berjalannya waktu. Hubungan dalam lingkungan kerja juga dapat

berkembang dari masa ke masa.

e. Transaksional

Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah proses tansaksi

antara beberapa orang. Ketika bercerita sesuatu yang menarik pada

seorang teman, ia tertawa. Ketika atasan menjelaskan sebuah gagasan,

seseorang akan menganggukan kepala sebagai tanda dia paham.

(33)

menunduk menandakan dia bersalah. Hubungan sehari-hari semua

pihak berkomunikasi secara terus-menerus dalam waktu bersamaan.

f. Individual

Komunikasi I-Thou, seseorang memperlakukan orang lain (dan

sebalikanya) sebagai manusia seutuhnya, tanpa meletakannya pada

peran sosial. Komunikasi seperti ini hanya dapat terjadi jika seseorang

memahami diri sendiri sebagai manusia yang unik. Seseorang belajar

untuk memahami ketakutan dan harapan, masalah dan kegembiraan,

dan kemampuan dalam berinteraksi secara utuh bersama orang lain.

Ketika kepercayaan sudah terbangun dengan baik, seseorang bisa

berbagi informasi yang sifatnya privasi pada orang lain.

g. Pengetahuan Personal

Komunikasi interpersonal membantu perkembangan pengetahuan

personal dan wawasan seseorang terhadap interaksi manusia. Agar

dapat memahami keunikan individu, seseorang harus memahami

pikiran dan perasaan orang lain secara personal. Contohnya, seorang

pemuda kenal lebih dari 25 tahun dengan rekannya. Selama semasa

itu, dia paham apa yang selalu menjadi kecemasan dan apa yang

menjadi minatnya. Sesuatu yang tidak terjadi ketika mereka baru saja

kenalan. Orang yang sudah mengenal kita sejak lama akan banyak

memiliki kenangan bersama. Hal inilah yang membuat hubungan

antarmanusia menjadi semakin utuh dan relasi seperti ini tidak terjadi

(34)

h. Menciptakan Makna

Inti dari komunikasi Interpersonal adalah berbagai makna dan

informasi antara dua belah pihak (Duck, 19994a, 1994b). Seseorang

tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Lunandi (1989) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi antarpribadi, yaitu:

a. Citra Diri

Setiap manusia memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya

sendiri, status sosial, kelebihan, dan kekurangan. Gambaran itu

menjadi penentu bagi caranya berbicara, menjadi penyaring bagi apa

yang dilihatnya, penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di

sekitarnya. Citra diri menentukan persepsi dan ekspresi seseorang.

Citra diri yang lemah akan terlihat pada komunikasinya dengan orang

lain, misalnya sukar berbicara bebas, sulit menyatakan isi hati dan

pikiran.

Manusia belajar menciptakan citra diri yang dimiliki melalui

hubungan dengan orang lain, terutama lain yang penting bagi dirinya.

Melalui komunikasi tanpa kata dari orang lain seseorang mengetahui

apakah dirinya dicintai atau dibenci.

Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas

(35)

ia akan menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan dengan

orang lain sehingga komunikasi akan terasa lebih menyenangkan.

b. Citra Pihak Lain

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang

untuk berkomunikasi. Umumnya orang lain memiliki gambaran

tersendiri tentang diri seseorang dan dengan gambaran tersebut

mereka berkomunikasi. Citra diri dan citra pihak lain memiliki

perpaduan yang kuat untuk menentukan gaya dan ciri seseorang ketika

berkomunikasi. Misalnya, seorang ayah memiliki citra anaknya

sebagai manusia ingusan yang tidak tahu apa-apa, maka ia akan

cenderung bertingkah laku otoriter, mengatur, melarang,

mengharuskan.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain

setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus dihormati.

Lingkungan fisik memberikan batasan manusia untuk berperilaku.

Seseorang mungkin akan lebih banyak gaduh ketika berada di tempat

beribadah, lebih suka berteriak ketika berada di rumah sendiri.

d. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial ikut berperan menentukan tingkah laku dan cara

berkomunikasi seseorang. Pakaian yang digunakan seseorang ketika

berpesta di sebuah hotel berbintang akan berbeda dengan pakaian

(36)

Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki

kepekaan terhadap lingkungan dimana ia berada, membedakan

lingkungan yang satu dengan yang lainnya.

e. Kondisi

Orang tidak selamanya berada pada kondisi puncak. Secara fisik

orang kadang-kadang merasa letih, lesu, ketika seeorang berada pada

kondisi yang penuh semangat, ia akan punya kecenderungan untuk

cermat dalam memilih kata-kata, peka terhadap perasaan pihak lain

yang menerima komunikasi. Selain kondisi fisik, kondisi emosi juga

menjadi faktor penentu. Orang yang sedang marah cenderung

bersikap keras, ucapannya tajam, persepsinya cenderung negatif dan

kurang peduli pada maksud pihak lain.

f. Bahasa Tubuh

Komunikasi tidak hanya dikirimkan untuk mengirim atau terkirim

melalui medium kata-kata yang diucapkan. Badan manusia juga

merupakan medium komunikasi. Melalui gerakan tubuh, gerakan

mata, ekspresi wajah, kecepatan dan volume suara orang lain

menafsirkan pesan apa yang ingin dikirimkan lawan bicara. Agar

komuniksi yang dijalin menjadi lebih efektif. Maka harus diusahakan

pesan yang dikirimkan secara verbal haruslah diikuti gerakan

nonverbal yang tepat. Jika seseorang mengatakan bahwa ia senang

bertemu dengan teman lamanya. Tetapi ketika berbicara ia

(37)

sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain orang ini mengirim

pesan yang bertentangan.

Dari uraian di atas disampaikan bahwa faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpesonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan

fisik, lingkungan sosial, kondisi dan bahasa tubuh.

4. Aspek-aspek Komunikasi Interpesonal

Maulana & Gumelar (2013) menyatakan bahwa kemampuan

komunikasi interpesonal mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:

a. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari

komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang

efektif harus terbuka kepada orang diajaknya berinteraksi. Hal ini

tidak mengharuskan seseorang membuka semua wirayat hidupnya

kepada orang lain. Komunikasi interpersonal harus ada kesediaan

untuk membuka diri tanpa dipaksa orang lain agar komunikasi dapat

berjalan baik.

Aspek keterbukaan kedua mengacu pada kesediaan komunikator

untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang

yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan

peserta percakapan yang menjemukan. Seseorang ingin orang lain

(38)

Seseorang memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi

secara spontan terhadap orang lain, aspek ketiga menyangkut

“kepemilikian” perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974).

b. Empati

Henry Bachrach (1976) mendefinikan empati sabagai kemampuan

seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada

suatu saat tertentu. Bersimpati adalah merasakan bagi orang lain atau

merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan

perasaan yang sama dengan cara dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman

orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan

mereka untuk masa mendatang. Seseorang dapat mengkomunikasikan

empati baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal, kita

dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan: (1)

keterlibatan aktif dengan orang lain melalui ekspresi wajah dan

gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi kontak mata,

postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; (3) sentuhan

atau belaian yang sepantasnya.

c. Sikap Mendukung

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung (supportive). Maksudnya satu sama lainnya

saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.

(39)

defensive dalam komunikasi yang dapat terjadi karena faktor-faktor

personal seperti ketakutan, kecemasan, dan lain sebagainya yang

menyebabkan komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang

yang defensive akan melindungi diri sendiri dari ancaman yang

ditanggapi dalam komunikasi dibandingkan memahami orang lain.

d. Sikap Positif

Seseorang mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi

interpesonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif,

dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman

berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari

komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina

jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.

Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya

sangat penting untuk berinteraksi yang efektif. Tidak ada yang lebih

menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang

menikmati interaksi atau bereaksi secara menyenangkan terhadap

situasi atau suasana interaksi.

e. Kesetaraan

Setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang

mugkin lebih pandai berbicara dalam berkomunikasi, penggunakan

kata yang lebih baku, lebih cenderung membuat lelucuan dalam

komunikasi, dan lebih pintar daripada yang lain. Tidak pernah ada dua

(40)

ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila

suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan bahwa kedua pihak

sama-sama bernilai dan berharga. Masing-masing orang mempunyai

sesuatu yang terpenting untuk disumbangkan.

Suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan,

ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk

memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai upaya untuk

memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan

untuk menjauhkan pihak lain. Kesetaraan tidak mengharuskan kita

menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan

nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain,

atau menurut Carl Rogers, kesetaraan meminta seseorang untuk

memberikan “penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain.

5. Elemen-Elemen dalam Komunikasi Interpesonal

DeVito, (1990) proses komunikasi interpesonal akan terjadi dengan

memiliki syarat-syarat terpenuhinya unsur-unsur dalam komunikasi

interpesonal. Komunikasi interpersonal memiliki unsur-unsur tersebut

antara lain:

a. Pengirim dan penerima pesan

Komunikasi interpersonal sedikitnya melibatkan dua orang, setiap

orang merasakan dan mengirim pesan (fungsi pengiriman). Lalu

(41)

b. Pengkodean dan pemecahan kode

Pengkodean yaitu proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk

lambang atau disusun terlebih dahulu dengan mengunakan kata-kata.

Pengkodean adalah proses memproduksi pesan. Pemecahan kode

adalah proses dimana komunikasi menetapkan makna dan lambang

yang disampaikan komunikator adanya. Pemecahan kode adalah

tindakan menginterpretasikan kode.

Proses komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam

situasi interaksi, komunikator menjadi suatu pesan lalu

menyampaikan pada komunikan, dan komunikan mengawas sandi

pesan tersebut. Sampai disitu komunikator menjadi encoder dan

komunikan menjadi decoder. Jika komunikator sedang berbicara, ia

akan menjadi encoder dan yang sedang mendengarkan menjadi

decoder. Ketika komunikasi memberi tanggapan dan berbicara pada

komunikator, maka komunikasi ini akan menjadi encoder dan

komunikasi menjadi decoder. Tanggapan komunikasikan yang

disampaikan kepada komunikator itu dinamakan umpan balik atau

arus balik.

c. Pesan

Agar komunikasi interpesonal tetap ada, pesan yang

mengekspresikan pikiran dan perasaan seseorang harus dikirim dan

(42)

seseorang dapat berkomunikasi melalui gerakan, sentuhan sama

seperti komunikasi secara verbal.

Umpan balik memberi tahu komunikator efek apa yang

diberikannya kepada komunikan. Umpan balik dapat berasal dari diri

sendiri (sebagaimana dia mendengar apa yang sudah dia katakan) atau

orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Proses komunikasi

interpersonal umpan balik memiliki peran penting karena pengirim

dan penerima secara terus-menerus dan bergantian memberi umpan

balik dalam berbagai bentuk baik verbal maupun norverbal. Situasi

interpersonal umpan balik lebih sering diterima secara langsung

setelah pesan disampaikan.

d. Gangguan

Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu “kejernihan”

pesan dalam proses komunikasi, sehingga sering kali pesan yang

disampikan berbeda dengan pesan yang diterima.

e. Efek

Proses komunikasi selalu memiliki berbagai akibat, baik pada salah

satu pelaku atau keduanya. Efek dari kegiatan komunikasi mencakup

3 aspek yaitu; (1) aspek kognitif, menyangkut kesadaran dan

pengetahuan, misalnya memperoleh pengetahuan atau belajar bagaima

menganalisis. (2) aspek afektif, menyangkut sikap, kepercayaan,

(43)

konatif dan psikomotor, menyangkut perilaku atau tindakan berbuat

seperti apa yang disarankan.

f. Channel komunikasi

Channel komunikasi adalah media yang dilalui oleh pesan.

Channel berfungsi sebagai jembatan antara pengirim dan penerima

pesan. Contoh: berbicara dan mendengar, mencium, melihat,

mengeluarkan bau, dan bahkan menyentuh untuk berkomunikasi.

Hal-hal yang dapat dikatakan sebagai channel adalah tatap muka, telepon,

surat, dan lain-lain.

g. Konteks

Cara kita berkomunikasi setiap saat berbeda dipengaruhi oleh

konteks. Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan

kejadian. Tiga dimensi konteks komunikasi adalah fisik, sosial

psikologis, dan temporal. DeVito pada tahun 1995 menambahkan dua

elemen komunikasi interpesonal, yaitu: kompetensi dan etika.

B. Komunikasi Interpersonal Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal

dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan”. Pada zaman primitif dan pada zaman

(44)

dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah

dewasa apabila mampu mengadakan reproduksi.

Istilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini, mempunyai

arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan

fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget (dalam Hurlcok, 1991:

206) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah masa

usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di

mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih

tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai

aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.

Termasuk jugaperubahan intelektual yang mencolok. Transformasi

intektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk

mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang

kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode

perkembangan ini.

Menurut mappiare (Ali &Asrori, 2014) menyatakan bahwa masa

remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita

dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja

ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai

21/22 tahun adalah remaja akhir. Menurut hukum di Amerika serikat

saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18

(45)

1988). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah

menengah.

Berdasarkan penelitan para ahli psikologi dapat diketahui bahwa

remaja berasal dari kata adolescence yang artinya tumbuh dan

berkembang. Masa remaja merupakan masa puber, yang memasuki

masa remaja akhir, yaitu pada usia 12/13 tahun sampai dengan 21/22

tahun. Remaja merupakan masa peralihan seorang anak-anak menuju

kedewasaan yang ditandai dengan adanya perubahan dan

perkembanganfisik motorik, kognitif, sosio-emosional.

2. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Menurut Ali & Asrori (2011) menyatakan bahwa tugas

perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan

sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai

kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun

tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock, (1988) adalah:

a. Mampu menerima keadaaan fisiknya.

Sering sekali bagi para remaja untuk menerima keadaan

fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan

konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa

nantinya. Diperlukan waktu untuk mempelajari cara-cara

memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa

(46)

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

Menerima peran seks dewasa diakui masyarakat tidaklah

mempunyai banyak kesulitan bagi anak laki-laki; mereka telah

didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi

halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak,

mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan

peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran

feminim dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran

tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan

penyesuaian diri selama bertahun-tahun.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok

yang berlawan jenis.

Adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering

berkembang selama akhir masa kanank-kanak dan masa puber,

maka mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti

harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui ihwal

lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.

Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang

dengan teman sebayanya sesama jenis juga tidak mudah.

d. Mencapai kemandirian emosional

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha

untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang

(47)

Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian

perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan

membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan

emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini

menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelomok sebaya

hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.

e. Mencapai kemandirian ekonomi.

Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja

memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja kalau

remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan

yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian

ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa

nantinya. Secara ekonomis mereka masih harus tergantung

selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk

bekerja selesai dijalani.

f. Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan

ketrampilan intelektual dan konsep yang terpenting bagi

kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu

menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis.

(48)

menguasai praktik demikian namun mereka yang tidak aktif,

karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima

oleh teman-temannya tidak memperoleh kesempatan ini.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa

dan orangtua.

Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk

membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai dewasa;

orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun

bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman

sebaya, maka remaja harus memilih yang terakhir bila

mengharapkan dukungan kehidupan sosial mereka.

h. Mengembangkan Perilaku Tanggung Jawab Sosial Yang Di

Perlukan Untuk Memasuki Dunia Remaja.

Erat hubungan dengan masalah perkembangan nilai-nilai

yang selaras dengan dunia nilai orang dewasa yang akan

dimasuki, adalah tugas perkembangan perilaku yang

bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh

teman-teman sebaya, tetapi hal ini sering kali diperoleh dengan

perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung

(49)

C. Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2006) menyatakan bahwa

bimbingan pribadi-sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan

batinya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinya sendiri;

dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani,

pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta

bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di

berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

Kegunaan dari ragam bimbingan ini kiranya tidak perlu diuraikan

dengan panjang lebar, karena setiap manusia sudah mengetahui dari

pengalamannya sendiri apa akibatnya bila pergumulan batin tidak dapat

terselesaikan, dan tarif penderitaan batin dialami bila timbul problem

dalam pergaulan sosial yang pokok bukanlah, apakah timbul tantangan dan

kesulitan yang menyangkut dirinya sendiri, melainkan bagaimanakah

sikap dan tindakan dalam menghadapi kesulitan yang timbul.

Siswa remaja berhadapan dengan dirinya yang lain daripada

sebelumnya, misalnya timbul beberapa keinginan serta perasaan yang silih

berganti dari yang sangat sedih ke sangat gembira; ingin membangun

cita-cita, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Bagi mereka pergaulan dengan

anggota keluarga dapat menjadi problem; demikian pula pergaulan

dengan teman lain jenis.

Bimbingan pribadi-sosial yang diberikan dijenjang pendidikan

(50)

lagi melalui bimbingan individual, serta mengandung unsur-unsur sebagai

berikut:

1. Informasi tentang fase atau tahap perkembangan yang sedang dilalui

oleh siswa remaja, antata lain tentang konflik batin yang dapat timbul

dan tentang tata cara bergaul yang baik.

2. Penyadaran akan keadaan masyarakat dewasa ini, yang semakin

berkembang ke arah masyarakat modern, antara lain apa ciri-ciri

kehidupan modern, dan apa makna ilmu pengetahuan serta teknologi

bagi kehidupan manusia.

3. Pengaturan diskusi kelompok mengenai kesulitan yang dialami oleh

kebanyakan siswa, misalnya menghadapi orang tua yang taraf

pendidikannya lebih rendah daripada anak-ankanya, khususnya siswa

remaja dapat merasa lega, bila dia menyadari teman-temannya

mengalami kesulitan yang sama; dia lalu tidak memandang dirinya lagi

sebagai orang yang abnormal. Diskusi kelompok ini dapat mendorong

siswa untuk menghadapi ahli bimbingan, guna membicarakan suatu

masalah secara pribadi dalam wawancara konseling.

4. Pengumpulan data yang relevan untuk mengenal kepribadian siswa.

Kiranya tidak perlu lagi ditekankan, bahwa tenaga bimbingan yang

memberikan bimbingan ini membutuhkan pengetahuan dan

pemahaman psikologis yang cukup mendalam, serta harus memiliki

fleksibilitas yang tinggi dan kesabaran yang besar. Disatu pihak dia

(51)

dibimbing, namun dilain pihak dia harus membantu siswa

mmengambil manfaat dari semua pengalaman hidup, betapapun

pahitnya, dan mengarahkan pandangannya ke masa depan.

Memberikan ragam bimbingan ini menuntut kepekaan pembimbing,

yang dapat dikembangkan melalui studi literatur profesional dan

(52)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian jenis penelitian, variabel penelitian, subjek

penelitian, alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, pengumpulan data,

teknik analisis data penelitian, prosedur pengumpulan dan analisis data

penelitian.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut

Nawawi (1998), penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang

memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat

aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan

fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan

interpretasi yang rasional dan akurat. Penelitian ini akan menggambarkan

keadaan dari obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan menjelaskan

serta mencoba menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang

diperoleh.

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah Komunikasi

Interpersonal Antar Siswa SMA Yos Sudarso Cilacap kelas XI IPS, XI

IPA, dan XI IBS tahun 2015/2016. Variabel ini akan diuraikan secara

(53)

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Yos

Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016. Alasan peneliti memilih subjek

penelitian siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap yaitu dikarenakan

peneliti melihat fenomena atau kasus-kasus yang berkaitan dengan

komunikasi interpesonal antar siswa di sekolah. Peneliti menggunakan

seluruh populasi siswa yang ada di kelas XI. Sugiono (2011) populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun data siswa kelas

XI SMA Yos Sudarso Cilacap tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Data Siswa Kelas XI

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa

1.

XI IPS 8 12 20

2. XI IPA 14 17 31

3. XI BHS 4 5 9

TOTAL 60

D.Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Sugiono (2011) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat

(54)

Kuesioner yang disusun peneliti mengacu pada prinsip-prinsip skalalikert.

Sugiono (2011) mengatakan bahwa Skalalikert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentangfenomena sosial.

Item pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi

interpesonal terdiri dari pernyataan favorable (pernyataan positif) dan

pernyataan unfavorable (pernyataan negatif). Pernyataan favorable

mendukung variabel yang diukur sedangkan pernyataan unfavorable

merupakanpernyataan yang tidak mendukung variabel.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban.

Jawaban yang dimaksud adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak

Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden akan diminta

untuk menjawab pernyataan yang terdapat pada kuesioner komunikasi

interpersonal dengan memilih salah satu alternatif jawaban dengan

memberikan tanda centang (√) pada lembar jawaban. Demikian dapat

diketahui tingkat Komunikasi interpersonal pada responden penelitian.

Jika skor yang didapatkan tinggi, maka tinggi pula komunikasi

interpersonal dari responden, begitu juga sebaliknya.

Pada instrumen ini, peneliti tidak mencantumkan alternatif

jawaban ragu-ragu karena mengurangi kecenderungan responden

memberikan jawaban netral. Norma skoring yang digunakan dalam

(55)

Tabel 2

Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal

Alternatif Jawaban Skor Favorable Skor Unfavorable

Sangat Sesuai 4 1

Sesusai 3 2

Tidak Sesuai 2 3

Sangat Tidak sesuai 1 4

Penelitian ini menggunakan kisi-kisi kuesioner sebagai dasar

pembuatan kuesioner. Kisi-kisi kuesioner kemampuan Komunikasi

Interpersonal ini dibuat berdasarkan efektivitas komunikasi interpersonal.

Operasionalisasi objek penelitian ini dijabarkan dalam kisi-kisi seperti yang

(56)

Tabel 3

Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal

No Aspek Indikator Item 1. Bereaksi secara jujur terhadap

stimulus yang datang.

2, 15, 62 7, 11, 26

2. Mampu mengakui perasaan kepada orang lain.

3. Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain.

6, 55, 61 17,32, 21

3. Sikap

Mendukung

1. Mampu meminta informasi tentang suatu hal terhadap lawan bicaranya untuk mendukung berkomunikasi.

23, 56 64, 33

12 2. Mampu mendengarkan pandangan

yang berbeda dari orang lain

terhadap orang yang diajak bicara.

30,46,19 16, 41,44

10 2. Mampu mendukung orang secara

(57)

E. Validitas Dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Ary, Jacobs,

dan Razavieh (2007) validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu

alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh

alat tersebut. Azwar (2003) validitas menunjuk pada sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya.

Validitas alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini adalah

validitas isi. Validitas isi berkaitan dengan kemmpuan suatu instrumen

dalam mengukur isi (konsep) yang harus di ukur (Siregar, 2013).

Validitas isi dalam penelitian ini mengukur konsep komunikasi

interpersonal yang disusun dalam kuesioner.

Validitas kuesioner penelitian ini diuji dengan pengujian empirik

dengan mengkorelasikan skor setiap item instrumen terhadap

skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman’s rho menggunakan

aplikasi programkomputer SPSS korelasi Spearman’s rho adalah

(58)

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas > 0,30 (Azwar,

2007:103). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,30

maka item tersebut dinyatakan gugur.

Peneliti melakukan uji validitas kuesioner pada tanggal 14 Agustus 2015

pada kelas XI IPS, IPA, BHS di SMA Yos Sudarso Cilacap. Data yang di ambil

yaitu sebanyak 60 siswa. Bedasarkan hasil perhitungan program komputerisasi

SPSS, diperoleh hasil dari 52item terdapat 50 item valid dan 2 item unvalid.

Pada item-item yang unvalid, peneliti tidak melakukan perbaikan dan

hanya membuang item yang unvalid. Alasannya yaitu sudah terdapat item valid

yang telah mewakili isi dari beberap item yang valid dan unvalid terdapat pada

(59)

Tabel 4

Validitas Kuesioner Komunikasi Interpersonal

No Aspek-aspek

1. Keterbukaan 1. Mamputerbuka kepada orang

yang diajak berinteraksi

1,14,58 8,18,28 1,14,8,18 28

58

2. Bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.

2,15,62 7,11,26 2,15,62, 11

7, 26

3. Mampu mengakui perasaan

orang lain.

2. Mampu memahami perasaan

dan sikap orang lain.

3. Mampu berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain.

1. Mampu meminta informasi

tentang suatu hal terhadap

lawan bicaranya untuk

mendukung berkomunikasi.

23, 56 64, 33 23,56, 64 33

2. Mampu mendengarkan

pandangan yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu.

49, 40 59, 5 40, 59 49,5

3. Mampu menerima pendapat

orang lain.

secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.

53, 22 31, 27 53,22,31,

27

5. Kesetaraan 1. Mampu menerima bahwa setiap

pihak sama-sama bernilai dan berharga.

42, 29 34, 39 42,29, 39 34

2. Mampu menerima pihak lain dengan penghargaan positif tak bersyarat.

37, 66 65, 50 37,66,65,

50

TOTAL 52 14

Untuk mengambil data penelitian yang real, peneliti membuat kembali

(60)

hanya berisi item-item yang valid (yang sudah lolos uji validitasnya) dan item

yang unvalid peneliti buang/tidak digunakan untuk penelitian. Kisi-kisi kuesioner

kemampuan komunikasi interpersonal siswa dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas)

No Aspek Indikator Item Fav Item

Unfav

Jml

1. Keterbukaan 1.Mampu terbuka kepada orang

yang diajak berinteraksi

1,14 8,18,28 5

2.Bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang.

2,15,62 11 4

3.Mampu mengakui perasaan orang lain.

4,54 60 3

2. Empati 1.Mampu mengetahui pengalaman

orang lain.

43,9 24,57,48 5

2.Mampu memahami perasaan dan sikap orang lain.

3. Sikap mendukung 1.Mampu meminta informasi

tentang suatu hal terhadap lawan bicaranya untuk mendukung berkomunikasi.

23,56 64 3

2.Mampu mendengarkan pandangan yang berbeda dari orang lain terhadap sesuatu.

40 59 2

3.Mampu menerima pendapat orang lain.

3,35 45,12 4

4. Sikap Positif 1.Mampu menunjukan sikap positif terhadap orang yang diajak bicara.

30,46,19 41,44 5

2.Mampu mendukung orang secara baik dengan bersikap positif dalam berinteraksi.

53,22 31,27 4

5. Kesetaraan 1.Mampu menerima bahwa setiap

pihak sama-sama bernilai dan berharga.

42,29 39 3

2.Mampu menerima pihak lain dengan penghargaan positif tak bersyarat.

37,66 65,50 4

(61)

2. Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran

(Azwar, 2009). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu

yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai

reliabel (Azwar, 2007). Sukardi (2013) mengatakan bahwa pengukuran

yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai

reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil

yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini

adalah teknik alpha cronbach. Adapun rumus koefisien reliabilitas

alpha cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α = 2[1- ]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

Sx2 : varians skor skala

Hasil perhitungan indeks realibilitas dikonsulkan dengan kiteria

Guilford (Masidjo, 1995: 2009). Kriteria Guilford tersaji dalam tabel 5. 2

S 2 S + 2 S

(62)

Tabel 6 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1. 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi

2. 0,71 – 0,90 Tinggi

3. 0,41 – 0,70 Cukup

4. 0, 21 – 0,40 Rendah

5. Negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil uji realibiltas kuesioner yang peneliti lakukan

dengan mengunakan program SPSS16,0 for Windows, diperoleh hasil

0,866 dari 52 item dengan kategori tinggi. Dari hal tersebut, kuesioner ini

layak untuk dijadikan alat penelitian.

F. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data pada tanggal 14 Agusutus

2015 pada siswa SMA Yos Sudarso Cilacap dengan jumlah populasi

sebanyak 60 siswa.

G.Teknik Analisis Data Penelitian

Sugiyono (2011) mengatakan bahwa analisis data merupakan

kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

Gambar

Grafik 2: Tingkat Komunikiasi Interpersonal      Siswa kelas XI SMA Yos Sudarso Cilacap                  Tahun Ajaran 2015/2016 berdasarkan
Tabel 1 Data Siswa Kelas XI
Tabel 2 Skoring Kuesioner Komunikasi Interpesonal
Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Komunikasi Interpersonal
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pelayanan dukungan psikosial dan kesehatan jiwa diarahkan untuk tidak menyatakan upaya yang diberikan dapat "menyembuhkan trauma" hanya dengan aktivitas

membuat aplikasi dalam Android adalah Adobe Flash dengan. bahasa pemrograman Actionscript

Poket dengan kehilangan tulang keberadaan poket secara klinis ditandai dengan adanya perdarahan gingiva dengan probing atau spontan.

Beras hitam merupakan varietas lokal yang mengandung pigmen (terutama antosianin) paling baik, berbeda dengan beras putih atau beras warna lain.. Beras hitam memiliki rasa dan

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

dalam Pasal 6 ayat (2) tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, besaran pokok Bea

Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN,