• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara dimensi Leader-Member Exchange (LMX) dengan komitmen organisasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara dimensi Leader-Member Exchange (LMX) dengan komitmen organisasi."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI LEADER MEMBER EXCHANGE

(LMX) DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

Adella Putri Christian Lay

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi Leader member Exchange (LMX) dengan Komitmen Organisasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 158 karyawan dari PT B, PT. C, PT. D, dan PT. E yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu hanya karyawan yang bertemu di setiap hari kerja dengan pemimpinnya dan sudah bekerja di sebuah perusahaan selama minimal 1 tahun. Alat pengumpulan data berupa skala dimensi Leader Member Exchange (LMX), yaitu Afeksi

dengan reliabilias α = 0.918, Kontribusi α = 0.778, Loyalitas α = 0.851, dan Penghargaan Profesional α = 0.908 serta Komitmen Organisasi α = 0.936. Dikarenakan hasil penelitian pada dimensi variabel Leader Member Exchange tidak normal maka metode analisa yang digunakan adalah Spearman Rho dengan bantuan IBM SPSS versi 21. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensi Leader Member Exchange memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan Komitmen Organisasi. Dimensi Afeksi dan Komitmen Organisasi memiliki α = 0.475 dengan p = 0.000, Dimensi Kontribusi dan Komitmen Organisasi memiliki α = 0.514 dengan p = 0.000, Dimensi Loyalitas dan Komitmen Organisasi memiliki

α = 0.585 dengan p = 0.000, serta Dimensi Loyalitas dan Komitmen Organisasi memiliki α = 0.585 dengan p = 0.000.

(2)

CORRELATION BETWEEN DIMENSIONS OF LEADER-MEMBER

EXCHANGE (LMX) AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT

Adella Putri Christian Lay

ABSTRACT

This research aimed to find out the relationship between Leader Member Exchange (LMX) and Organizational Commitment. Subject of this study were included 158 employees of PT B, PT. C, PT. D, and PT. E and had been chosen by purposive sampling method, with employees who always met their leader on workdays and had worked for at least one year. Data collection tools used in this study were scale of dimension Leader Member Exchange, that are Affection with reliability α = 0.918, Contribution α = 0.778, Loyalty α = 0.851, and

α Professional Respect = 0.908 and Organizational α = 0.936. Because the result of Leader

Member Exchange’s Dimensions showed that the correlation was not normal, analysis

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI

LEADER-MEMBER

EXCHANGE

(LMX) DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Adella Putri Christian Lay NIM : 119114032

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

HUBUNGAN

EXCHANGE

(LM

Dosen Pembi

Dr. T. Priyo Widiyan

ii

SKRIPSI

GAN ANTARA DIMENSI

LEADER MEMBER

(LMX) DENGAN KOMITMEN ORGA

Disusun Oleh :

Adella Putri Christian Lay

NIM : 119114032

Telah Disetujui Oleh :

bimbing,

yanto, M.Si. Tanggal :

MEMBER

(5)
(6)

iv

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena

hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari

cukuplah untuk sehari.

Matius 6:34

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Yeremia 29:11

Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan

kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan

dibukakan bagimu.

Lukas 11:9

Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.

Lukas 1:37

I can do all things through Christ who strengthens me.

(7)

v

Proudly dedicated for,

My Savior Jesus

My Mom and Nancy

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 November 2015

Penulis,

(9)

vii

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI

LEADER-MEMBER

EXCHANGE

(LMX) DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

Adella Putri Christian Lay

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dimensi

Leader member Exchange (LMX) dengan Komitmen Organisasi. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 158 karyawan dari PT B, PT. C, PT. D, dan PT. E yang dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling,yaitu hanya karyawan yang bertemu di setiap hari kerja dengan pemimpinnya dan sudah bekerja di sebuah perusahaan selama minimal 1 tahun. Alat pengumpulan data berupa skala dimensi Leader Member Exchange (LMX), yaitu Afeksi dengan reliabilias α = 0.918, Kontribusiα= 0.778, Loyalitasα= 0.851, dan Penghargaan Profesionalα = 0.908 serta Komitmen Organisasiα= 0.936. Dikarenakan hasil penelitian pada dimensi variabel Leader Member Exchange tidak normal maka metode analisa yang digunakan adalah Spearman Rho dengan bantuan IBM SPSS versi 21. Hasil analisis menunjukkan bahwa dimensiLeader Member Exchange memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan Komitmen Organisasi. Dimensi Afeksi dan Komitmen Organisasi memilikiα= 0.475 dengan p = 0.000, Dimensi Kontribusi dan Komitmen Organisasi memilikiα= 0.514 dengan p = 0.000, Dimensi Loyalitas dan Komitmen Organisasi memiliki α= 0.585 dengan p = 0.000, serta Dimensi Loyalitas dan Komitmen Organisasi memiliki α= 0.585 dengan p = 0.000.

(10)

viii

CORELATION BETWEEN DIMENSIONS OF

LEADER-MEMBER EXCHANGE

(LMX) AND ORGANIZATIONAL

COMMITMENT

Adella Putri Christian Lay

ABSTRACT

This research aimed to find out the relationship between Leader Member Exchange (LMX) and Organizational Commitment. Subject of this study were included 158 employees of PT B, PT. C, PT. D, and PT. E and had been chosen by purposive sampling method, with employees who always met their leader on workdays and had worked for at least one year. Data collection tools used in this study were scale of dimension Leader Member Exchange, that are Affection with reliability α= 0.918, Contributionα = 0.778, Loyaltyα = 0.851, andα Professional Respect = 0.908 and Organizational α= 0.936. Because the result of Leader Member Exchange’s Dimensions showed that the correlation was not normal, analysis method used in this study was Spearman Rho Correlation Technique trough SPSS 21 software. The result showed that Leader Member Exchange’s dimensions had significant positive correlation with Organizational Commitment. The result showed that correlation between Affection Dimension and Organizational Commitment was α= 0.475 with p = 0.000, Contribution Dimension and Organizational Commitment was α= 0.514 with p = 0.000, Loyalty Dimension and Organizational Commitment was α= 0.585 with p = 0.000, and also Professional Respect Dimension and Organizational Commitmentα= 0.585 with p = 0.000.

(11)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang berdandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Adella Putri Christian Lay

NIM : 119114032

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA DIMENSI

LEADER-MEMBER

EXCHANGE

(LMX) DENGAN KOMITMEN ORGANISASI

beserta perangkat yang dibutuhkan (bila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta ijin

dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 23 November 2015

Yang menyatakan,

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas

segala berkat, bimbingan, dan penyertaanNya selama proses penulisan skripsi ini

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Maka, penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak T. Priyo W., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Ratri Sunar A., M.Si, selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Prof. A. Supratiknya selaku Dosen Pembimbing Akademik selama

penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta. Terima kasih atas motivasi dan bantuan Bapak selama saya

menyusun skripsi ini. Terima kasih karena sudah bersedia untuk selalu

direpotkan saat penulis merasa kebingungan dalam mengolah data

penelitian.

4. Bapak T.M Raditya Hernawa, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

(13)

xi

semangat, dan motivasi dalam penyusunan skripsi. Terima kasih karena

Bapak selalu membangkitkan rasa percaya diri saya ketika merasa cemas.

5. Ibu Dewi, Mbak Etta dan Bapak Landung yang selalu menerima dengan

baik dan terbukasaatsaya merasa bingung dengan penelitian saya. Terima

kasih sudah bersedia direpotkan meskipun saya bukan anak bimbingan Ibu

dan Bapak.

6. Segenap Dosen Psikologi yang telah mendidik, memberikan banyak ilmu

pengetahuan dan pengalamannya selama penulis menempuh pendidikan di

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

7. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma (Bu

Nanik, Mas Gandung, dan Mas Muji) yang selalu ramah, sabar dan telaten

dalam membantu dan memberikan berbagai informasi sehingga dapat

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

8. Romo Harto, atas seluruh doa dan kekuatan yang telah diberikan. Terima

kasih atas pembelajaran dan kasih yang selalu Romo bagikan pada saya!

9. Bapak Joko dan Stephanus Bayu yang sudah sangat membantu peneliti

dalam mencari dan menjadi perantara dengan perusahaan-perusahaan yang

bersedia untuk membantu penelitian ini sejak tryout sampai dengan pengambilan data.

10. (Alm) Ayah, Mama, dan Adek, terima kasih atas cinta, dukungan, dan

kekuatan yang selalu kalian berikan kepada saya dalam keadaan apa pun.

Terima kasih atas doa yang tak pernah putus dan tentunya dukungan materi

(14)

xii

bersyukur dapat menjadi bagian dari keluarga ini. Semoga saya dapat

menjadi kebanggan kalian semua!I love you!

11. Mama Iin, Papa Ni, Mami, Papi, Ellen, Bapak, Ibu, serta seluruh keluarga

besar yang selalu mendukung, terutama dalam doa.

12. Hilario Saktya Pratita, atas segala dukungan dan motivasi yang kamu

berikan, selalu mendengarkan keluh kesah dan ketakutanku, serta

keyakinanmu akan kemampuanku. Terima kasih karena kamu telah menjadi

“rival” yang selalu membuatku insecure sehingga semakin memotivasiku untuk segera menyelesaikan skripsi ini.See you on top, dear!

13. Melati Ayu, Yunika, Rara, dan Adhigor yang selalu memotivasi dan

menjadi teman yang setia dalam menyelesaikan skripsi ini. Acil, Ratna, dan

Sita yang juga selalu mendampingi dan menjadi sahabat yang menguatkan!

Terima kasih sudah mewarnai hari-hariku selama 4.5 tahun ini! See you when I see you!

14. Elita dan Indra yang selalu dengan terbuka dan sabar membantu saya dalam

mengolah data yang saya miliki, mulai dari tryout sampai dengan data penelitian ini meskipun secara jarak jauh. Saya tidak akan bisa

menyelesaikan penelitian ini dengan lebih tenang dan lancar tanpa bantuan

kalian.

15. Nathan, Netty dan Mas Nael, Elia, dan Anka atas segala kerendahan hatinya

(15)

xiii

16. Pika dan Budi, tanpa kalian skripsi ini tidak akan terselesaikan! Terima

kasih karena selalu membantu temanmu yang gaptek ini!

17. Imaculata, Debby, dan Mbak Tita atas segala semangat dan dorongannya

dalam penulis menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih karena selalu

mengajarkanku untuk tidak menunda-nunda pekerjaan dan menjadi

reminder yang sangat baik! Jarak yang kita miliki sekarang tidak akan mengubah kalian dari predikat saudara perempuanku! I love you, girls! See you on top!(ps: another holiday?)

18. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi 2011, terutama Tengger, terima

kasih karena telah memberi penulis kesempatan untuk berproses dan

berkembang bersama kalian, semoga kesuksesan selalu beserta kita!

19. Teman-teman DPMF periode 2013-2014, terima kasih atas pertanyaan

“kapan lulus” yang selalu kalian tanyakan setiap bertemu. Sungguh sangat

memotivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini! Thank you, guys!

20. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih

terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki karya

penulis ini. Terima kasih.

Yogyakarta, 23 November 2015

Penulis,

(16)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTACT ...viii

HALAM PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR SKEMA...xviii

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoretis ... 9

(17)

xv

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Leader Member Exchange(LMX)... 11

1. Definisi LMX ... 11

2. Kelompok LMX ... 14

3. Fase-fase Pembentukan Kepemimpinan LMX ... 19

4. DimensiLeader Member ExchangeLMX ... 23

5. Dampak LMX ... 26

B. Komitmen Organisasi ... 28

1. Definisi Komitmen Organisasi ... 28

2. Komponen Komitmen Organisasi... 30

3. Dampak Komitmen Organisasi... 32

C. Dinamika Hubungan Antara LMX dan Komitmen Organisasi ... 33

D. Kerangka Pemikiran... 37

E. Hipotesis ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

A. Jenis Penelitian... 42

B. Identifikasi Variabel Penelitian... 42

1. Variabel Bebas ... 42

2. Variabel Tergantung ... 43

C. Definisi Operasional ... 43

1. Leader Member Exchange(LMX)... 43

2. Komitmen Organisasi ... 43

(18)

xvi

E. Metode dan Alat Pengambilan Data ... 45

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 47

1. Validitas ... 47

2. Seleksi Item... 48

a. SkalaLeader Member Exchange(LMX) ... 49

b. Skala Komitmen Organisasi... 51

3. Reliabilitas ... 53

G. Metode Analisis Data... 54

1. Uji Asumsi ... 54

a. Uji Normalitas... 54

b. Uji Linearitas ... 54

2. Uji Hipotesis ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Pelaksanaan Penelitian ... 56

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 57

C. Deskripsi Data Penelitian ... 58

D. Hasil Analisis Data ... 61

1. Uji Asumsi Penelitian ... 61

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Linearitas ... 66

2. Uji Hipotesis ... 71

E. Pembahasan ... 76

(19)

xvii

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

1. Bagi Subjek... 85

2. Bagi Pemimpin ... 85

3. Bagi Perusahaan... 85

4. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(20)

xviii

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Hubungan antara Dimensi Afeksi dengan Variabel Komitmen Organisasi ...37

Skema 2. Hubungan antara Dimensi Kontribusi dengan Variabel Komitmen Organisasi ...38

Skema 3. Hubungan antara Dimensi Loyalitas dengan Variabel Komitmen Organisasi ...39

(21)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.The Vertical Dyad Linkage Model ...19

Tabel 2.Fase-Fase dalam Pembentukan Kepemimpinan LMX ...22

Tabel 3.Pemberian Skor Pada Skala LMX dan Komitmen Organisasi ...45

Tabel 4.Blue Print Skala LMX Sebelum Diujicobakan ...46

Tabel 5.Blue Print Skala Komitmen Organisasi Sebelum Diujicobakan ...47

Tabel 6.Koefisien Korelasi Item Total Dimensi LMX Sebelum Seleksi Item 50 Tabel 7.Koefisien Korelasi Item Total Dimensi LMX Setelah Seleksi Item 50 Tabel 8.Blue Print Skala LMX Setelah Diujicobakan ...51

Tabel 9.Blue Print Skala Komitmen Organisasi Setelah Diujicobakan...52

Tabel 10. Blue Print Skala Komitmen Organisasi Setelah Pengguguran Manual...52

Tabel 11.Koefisien Reliabilitas Dimensi LMX ...54

Tabel 12.Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ...57

Tabel 13.Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ...57

Tabel 14.Subjek Penelitian Berdasarkan Masa Kerja ...58

Tabel 15.Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel ...58

(22)

xx

Tabel 17.Hasil uji-t Dimensi Kontribusi ...59

Tabel 18.Hasil uji-t Dimensi Loyalitas ...60

Tabel 19.Hasil uji-t Dimensi Penghargaan Profesional ...60

Tabel 20.Hasil uji-t Komitmen Organisasi ...61

Tabel 21.Hasil Uji Normalitas ...62

Tabel 22. Hasil Uji Linearitas Pada Dimensi Afeksi Dengan Komitmen Organisasi ...66

Tabel 23. Hasil Uji Linearitas Pada Dimensi Kontribusi Dengan Komitmen Organisasi ...68

Tabel 24.Hasil Uji Linearitas Pada Dimensi Loyalitas Dengan Komitmen Organisasi ...69

Tabel 25. Hasil Uji Linearitas Pada Dimensi Penghargaan Profesional Dengan Komitmen Organisasi ...70

Tabel 26.Kriteria Koefisien Korelasi ...72

(23)

xxi

Tabel 28. Hasil Uji Hipotesis Dimensi Kontribusi Dengan Komitmen Organisasi ...73

Tabel 29. Hasil Uji Hipotesis Dimensi Loyalitas Dengan Komitmen Organisasi ...74

Tabel 30. Hasil Uji Hipotesis Dimensi Penghargaan ProfesionalDengan

(24)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Kurva Dimensi Afeksi ...63

Gambar 2.Kurva Dimensi Kontribusi ...63

Gambar 3.Kurva Dimensi Loyalitas ...64

Gambar 4.Kurva Dimensi Penghargaan Profesional ...65

Gambar 5.Kurva Komitmen Organisasi ...65

Gambar 6.Scatter Plot Dimensi Afeksi Dengan Komitmen Organisasi ...67

Gambar 7.Scatter Plot Dimensi Kontribusi Dengan Komitmen Organisasi .68

Gambar 8.Scatter Plot Dimensi Loyalitas Dengan Komitmen Organisasi 70

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, perusahaan sedang menghadapi perubahan besar di

lingkungan bisnis karena adanya pengaruh globalisasi. Perubahan dan

perkembangan dalam mengolah informasi, komunikasi, dan industri logistik

menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi. Perubahan dan perkembangan

tersebut mendorong perusahaan untuk lebih peka terhadap kesempatan yang

ada demi meraih keunggulan dari perusahaan lain (Keskes, 2014).

Perubahan yang ada mendorong perusahaan untuk terus mencari

karyawan yang berkomitmen dalam mempertahankan keunggulannya di pasar

yang kompetitif. Banyak peneliti yang menemukan bahwa salah satu hal yang

menentukan kesuksesan perusahaan adalah tingginya tingkat komitmen

organisasi yang dimiliki oleh karyawannya (Keskes, 2014). Porter, Crampon,

dan Smith (dalam Suseno dan Sugiyanto, 2010) menyatakan bahwa

perusahaan membutuhkan karyawan yang berkualitas dan memiliki komitmen

yang tinggi untuk dapat bertahan di dunia bisnis yang persaingannya sangat

ketat. Katz dan Kahn (dalam Suseno dan Sugiyanto, 2010) juga menyatakan

bahwa komitmen yang tinggi akan mendorong karyawan untuk menjadi lebih

kreatif dan inovatif. Komitmen organisasi merupakan salah satu faktor utama

yang menentukan efektivitas dan kinerja organisasi (Lok dan Crawford dalam

(26)

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja organisasi. Komitmen yang tinggi

cenderung akan mendorong karyawan untuk memiliki produktivitas kerja

yang tinggi pula (Minner dalam Periantalo dan Mansoer 2008). Periantalo dan

Mansoer (2008) juga menambahkan bahwa karyawan yang memiliki

komitmen tinggi terhadap organisasi cenderung akan memberikan pemikiran

dan tenaganya pada organisasi.

The Towers Watson 2014 Talent Management and Rewards Study, sebuah survei global pada 1637 perusahaan termasuk 30 perusahaan di

Indonesia, mengungkapkan bahwa terdapat lebih dari 70% perusahaan di

Indonesia yang sedang berjuang untuk mempertahankan karyawannya yang

memiliki kinerja baik. Johannes Eckold, seorang konsultan senior untuk

survei Organization & Insights di Towers Watson menambahkan bahwa cukup banyak responden dari Indonesia yang menyatakan bahwa mereka

sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan perusahaan mereka saat ini.

Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan karyawan untuk tidak

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi atau komitmen organisasi

yang rendah merupakan tren yang mengkhawatirkan bagi perusahaan di

Indonesia (http://towerswatson.com).

Periantalo dan Mansoer (2008) menyatakan bahwa komitmen

organisasi adalah identifikasi individu terhadap organisasi dan keinginan

untuk tetap berada dalam organisasi. Komitmen organisasi merupakan ikatan

psikis individu terhadap organisasi yang mencakup keterlibatan kerja,

(27)

Neal dan Noertheraft (dalam Sopiah 2008) menambahkan bahwa komitmen

organisasi merupakan sikap individu terhadap organisasi agar tercapainya

tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Mayer dan Allen (1997) membagi komitmen organisasi menjadi tiga

komponen yaitu, afektif, normatif dan kontinum. Afektif merupakan ikatan

secara emosional yang dimiliki oleh karyawan terhadap sebuah organisasi

sehingga memunculkan keinginan untuk terlibat. Komponen normatif adalah

sebuah komitmen yang muncul dikarenakan adanya tanggung jawab moral

yang dimiliki karyawan terhadap organisasi. Berbeda dengan afektif dan

normatif, komponen kontinum merupakan sebuah komitmen yang dipicu oleh

untung rugi yang didapatkan oleh karyawan sehingga muncul rasa butuh akan

organisasi.

Istilah komponen digunakan karena hubungan antara karyawan

dengan organisasinya dapat bervariasi dalam ketiga komponen tersebut.

Misalnya, seorang karyawan dapat secara bersamaan memiliki keterikatan

dengan organisasi serta merasa wajib untuk bertahan dalam organisasi. Di sisi

lain, terdapat karyawan yang menikmati pekerjaannya sekaligus menyadari

bahwa ia lebih baik bertahan di organisasi tersebut dikarenakan situasi

ekonomi yang tidak menentu. Dengan demikian, pengukuran komitmen

organisasi juga seharusnya merefleksikan ketiga komponen komitmen yaitu

komponen afektif, normatif, dan kontinum. Konsekuensinya, peneliti harus

melihat kekuatan ketiga komponen secara bersamaan daripada

(28)

pemahaman yang jelas mengenai hubungan karyawan dengan organisasi

(Mayer dan Allen, 1997). Berdasarkan pernyataan tokoh Mayer dan Allen

tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti ketiga komponen komitmen secara

bersamaan untuk melihat komitmen organisasi secara lebih jelas. Hal tersebut

dikarenakan sebagian besar penelitian yang telah dilakukan cenderung

mengklasifikasikannya secara terpisah seperti yang telah dilakukan oleh

Majorsy (2007) pada staf pengajar di Universitas Gunadarma dan Arishanti

(2007) pada PT.X di kawasan Jakarta Selatan.

Mowday, Porter, dan Steers (dalam Keskes 2014) menyatakan

bahwasalah satu faktor organisasi yang dianggap sebagai penentu utama dari

terbentuknya komitmen organisasi adalah kepemimpinan. Pemimpin

merupakan faktor utama dari terbentuknya komitmen organisasi karena ia

merupakan pembentuk lingkungan kerja dan persepsi karyawan mengenai

pekerjaan dan perusahaan tempat mereka bekerja (Rafferty dan Griffin,

2004).Semakin positif persepsi karyawan terhadap peran pemimpin maka

akan semakin tinggi pula komitmen organisasi yang dimiliki sehingga dapat

berimplementasi terhadap meningkatnya kinerja karyawan (Robbins, 1996).

Komitmen dan perilaku karyawan yang menguntungkan bagi perusahaan

didukung oleh seberapa kuat keterikatan yang dimiliki oleh karyawan

terhadap team atau terlebih dengan pemimpin (Mayer dan Allen, 1997).

(29)

(http://towerswatson.com). Awaldi, Direktur dariTalent and Reward, Tower Watson juga menambahkan bahwa organisasi-organisasi yang ada di

Indonesia perlu untuk meningkatkan keterikatan karyawan dengan organisasi

melalui manajer dan supervisor yang mereka miliki untuk meningkatkan hasil

bisnis secara positif (http://towerswatson.com). Kepemimpinan yang kuat

merupakan salah satu hal yang berperan penting dalam mencapai kefektifan

organisasi secara optimal (Suwarto, 1999). Covey (dalam Anggriawan 2012)

juga menyatakan bahwa pemimpin yang bekerja secara efektif akan mampu

mendorong bawahannya untuk memajukan perusahaan dan mencapai tujuan

dengan baik.

Kepemimpinan dipandang sebagai sebuah proses sosial sehingga

pemimpin dan bawahan akan mempengaruhi satu sama lain sebagai hasil dari

interaksi yang terjadi di antara keduanya (Smither, 1994). Kepemimpinan

adalah proses mempengaruhi sebuah kelompok yang dilakukan oleh

seseorang untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2013). Gibson (dalam

Suwarto 1999) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu upaya

mempengaruhi dan memotivasi seseorang melalui komunikasi untuk

mencapai tujuan tertentu tanpa adanya paksaan. Kepemimpinan digambarkan

sebagai sebuah proses yang menimbulkan gerakan yang dinamis dari posisi

kita berada ke suatu tempat di masa mendatang dengan kondisi yang berbeda.

Kepemimpinan juga menyangkut intensionalitas, dalam artian bahwa

perubahan yang ada bukanlah perubahan yang asal-asalan, melainkan menuju

(30)

Sebagian besar teori kepemimpinan yang banyak dipelajari

mengasumsikan bahwa pemimpin memperlakukan semua pengikut mereka

dengan cara yang sama. Dalam kenyataannya, pemimpin bisa bertindak

dengan sangat berbeda kepada karyawan yang satu dengan lainnya (Wibowo

dan Susanto, 2013). Hal tersebut dikarenakan pemimpin cenderung tidak

memperlakukan bawahannya secara seragam (Dansereau, Graen, dan Haga

dalam Spector, 2008). Pemimpin mengembangkan hubungan yang bervariasi

dengan tiap bawahannya (Liden, Sparrowe, dan Wayne, 1997). Pemimpin

cenderung tidak menjalankan perannya secara merata pada bawahannya

dalam mengelola organisasi (Wijayanto dan Susanto, 2013). Hughes, Ginnett,

dan Curphy (2012) menyatakan bahwa pemimpin justru membentuk

hubungan yang khusus dan unik dengan masing-masing bawahan. Dengan

kata lain, pemimpin cenderung memiliki orang-orang kepercayaan dalam

suatu organisasi. Inilah yang kemudian menjadi dasar teori Leader Member Exchange (LMX) (Wibowo dan Susanto, 2013). Leader Member Exchange

(LMX) menjadi salah satu pendekatan yang digunakan untuk mempelajari

hubungan antara proses kepemimpinan dengan kesuksesan sebuah organisasi

(Gerstner dan Day, 1997).

Leader Member Exchange (LMX) adalah sebuah teori kepemimpinan yang berfokus pada hubungan yang terjadi antara pemimpin dengan

(31)

dengan berjalannya waktu (Robbins dan Judge, 2008). Pola

kepemimpinannya dikembangkan berdasarkan kualitas hubungan yang

dimiliki oleh pemimpin dengan bawahannya (Dansereau, Graen, dan Haga

dalam Landy dan Conte, 2010).

Leader Member Exchange (LMX) melihat keefektifan sebuah kepemimpinan dari kualitas interaksi yang dimiliki oleh pemimpin dengan

bawahan yang tergabung dalam tim (Dansereau, Graen, dan Haga dalam

Riggio, 2003). Hubungan yang terjalin antara pemimpin dengan bawahan

memiliki karakteristik, yaitu melibatkan usaha secara fisik maupun mental,

serta dukungan secara materi, informasi, maupun emosi (Liden, Sparrowe,

dan Wayne, 1997).Pada proses tersebut anggota kelompok memberikan

kontribusi dengan berkorban atau memberikan sesuatu pada kelompok dan

menerima imbalan sesuai dengan apa yang telah ia berikan (Robbins, 2006).

Pertukaran yang berhasil dibentuk cenderung akan mendorong anggota

kelompok untuk mengembangkan hubungan baik dan mencapai kesuksesan

bersama (Burgess dan Huston dalam Maslyn dan Uhl-Bien, 2001).

Leader Member Exchange (LMX) memiliki sebuah fenomena yang kontroversial. Leader Member Exchange(LMX) belum memiliki status yang jelas yaitu, unidimensi atau multidimensi. Pada awalnya konseptualisasi

Leader Member Exchange (LMX) dipandang sebagai sebuah konstruk yang unidimensional (Dienesch dan Liden dalam Harris 2004). Dalam

perkembangannya, Dienesch dan Liden (dalam Harris, 2004) kemudian

(32)

(Affection), Kontribusi (Contribution), Loyalitas (Loyalty), dan Penghargaan Profesional (Professional Respect). Berdasarkan perkembangan teori tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Leader Member Exchange(LMX) secara multidimensional.

Imen Keskes dalam penelitiannya yang berjudul Transformational Leadership and Organizatinal Commitment: Mediating Role of Leader Member Exchange menyatakan bahwa perlu untuk dilakukan penelitian mengenai dimensi Leader Member Exchange(LMX)dengan Komitmen Organisasi secara langsung. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan

data yang lebih mendetail mengenai hubungan yang dimiliki oleh dimensi

Leader Member Exchange (LMX) dengan Komitmen Organisasi. Pemimpin perlu untuk mengetahui seberapa jauh sikap dan pertukaran yang ia miliki

dengan bawahan dalam mempengaruhi persepsi bawahannya mengenai

Leader Member Exchange (LMX) dan dalam memprediksi munculnya Komitmen Organisasi. Selain itu, pemimpin juga perlu untuk mendapatkan

informasi mengenai cara yang paling tepat untuk dapat meningkatkan

komitmen yang dimiliki karyawan terhadap organisasi dari sudut pandang

kepemimpinan (Keskes, 2014). Berdasarkan saran yang diberikan dalam

penelitian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan

(33)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian adalah “apakah terdapat hubungan

antara dimensi Leader-Member Exchange (LMX)dengan komitmen organisasi pada karyawan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara

dimensi Leader-Member Exchange(LMX)dengan komitmen organisasi pada karyawan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran pada bidang Psikologi Industri dan Kepemimpinan Organisasi,

khususnya mengenai hubungan antara dimensiLeader-Member Exchange

(LMX) dengan komitmen organisasi.

2. Manfaat Praktis

2.1 Bagi Subjek

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu subjek dalam

memberikan gambaran dalam memahami komitmen organisasi yang

(34)

2.2 Bagi Pemimpin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemimpin dalam

memberikan gambaran dalam memahami kualitas hubungan yang ia

miliki dengan bawahannya.

Jika terbukti adanya hubungan yang positif dan signifikan antara

Leader Member Exchange(LMX) dengan komitmen organisasi, maka diharapkan pemimpin perusahaan dapat semakin meningkatkan

kualitas hubungan yang positif dengan setiap bawahan yang dimiliki.

Meningkatnya kualitas hubungan antara pemimpin dengan bawahan

diharapkan dapat meningkatkan persepsi positif terhadap kualitas

hubunganLeader Member Exchange(LMX) yang ada sehingga dapat menimbulkan komitmen organisasi pada karyawan.

2.3Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan terutama

divisi HRD untuk lebih memahami tingkat komitmen organisasi serta

(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Leader Member Exchange(LMX)

1. DefinisiLeader Member Exchange(LMX)

Leader Member Exchange (LMX) merupakan sebuah pendekatan kepemimpinan yang unik. Leader Member Exchange (LMX) adalah pendekatan kepemimpinan yang melihat hubungan yang dimiliki antara

pemimpin dengan bawahan sebagai pusat dari sebuah proses kepemimpinan

(Northouse, 2013). Leader Member Exchange (LMX) memandang bahwa pemimpin cenderung mengembangkan hubungan yang berbeda-beda dengan

bawahannya ketika bekerja dalam tim (Liden, Sparrowe, dan Wayne, 1997).

Leader Member Exchange (LMX) menjelaskan mengenai hubungan khusus yang dimiliki oleh pemimpin dengan masing-masing bawahannya. Teori ini

menggarisbawahi bahwa sebuah kepemimpinan yang efektif dipengaruhi oleh

pertukaran antara pemimpin dengan bawahan yang efektif pula (Northouse,

2013).

Leader Member Exchange (LMX) merupakan sebuah teori kepemimpinan yang berfokus pada hubungan yang terjadi antara pemimpin

dengan bawahannya (Dansereau, Graen, dan Haga dalam Spector, 2008).

Teori ini difokuskan pada penilaian yang dilakukan pemimpin dan bawahan

mengenai hubungan dan interaksi yang terjadi di antara keduanya

(Truckenbrodt dalam Hasdiabsar, 2011).Northouse (2013) menyatakan bahwa

(36)

Leader Member Exchange (LMX) tidak melihat kepemimpinan dari sudut pandang pemimpin maupun bawahan seperti teori kepemimpinan pada

umumnya, melainkan dari proses yang terpusat pada interaksi yang terjadi

antara pemimpin dengan masing-masing bawahannya. Leader Member Exchange (LMX) merupakan hubungan khusus yang dibangun oleh seorang pemimpin dengan sekelompok kecil bawahan dan terjalin seiring dengan

berjalannya waktu (Robbins dan Judge, 2008).

Leader Member Exchange (LMX) merupakan sebuah teori yang menjelaskan kepemimpinan secara berbeda jika dibandingkan dengan teori

kepemimpinan lainnya. Leader Member Exchange(LMX) dipandang sebagai sebuah teori yang membahas keunikan kepemimpinan dari sudut pandang

proses serta hasil yang didapatkan (Harris, 2004). Leader Member Exchange

(LMX) melihat keefektifan sebuah kepemimpinan dari kualitas interaksi

yang dimiliki oleh pemimpin dengan bawahan yang tergabung dalam tim

(Dansereau, Graen, dan Haga dalam Riggio, 2003). Graen dan Uhl-Bien

(dalam Gerstner dan Day 1997) memandang Leader Member Exchange

(LMX) sebagai sebuah teori yang menjelaskan mengenai proses pembuatan

peran antara seorang pemimpin dengan karyawan, selain itu, teori tersebut

juga menggambarkan bagaimana hubungan pemimpin dengan karyawan

dikembangkan secara berbeda-beda antara karyawan satu dengan lainnya.

Pola kepemimpinannya dikembangkan dari waktu ke waktu berdasarkan

kualitas hubungan yang dimiliki oleh pemimpin dengan bawahannya

(37)

Robbins (2006) memandang Leader-Member Exchange (LMX) sebagai sebuah teori yang didasari oleh asumsi bahwa interaksi sosial

menggambarkan suatu bentuk tukar menukar. Pada proses tersebut anggota

kelompok memberikan kontribusi dengan berkorban atau memberikan

sesuatu pada kelompok dan menerima imbalan sesuai dengan apa yang telah

ia berikan. Northouse (2013) menambahkan bahwasejumlah bawahan yang

berkontribusi lebih banyak akan menerima keuntungan lebih, sedangkan yang

sedikit berkontribusi akan menerima keuntungan yang lebih sedikit. Secara umum, Leader Member Exchange (LMX) diasumsikan dengan pemimpin yang memiliki kebebasan untuk memilih bawahan yang mereka sukai atau

anggap memiliki performa yang baik untuk menjalankan peran yang lebih

penting dalam organisasi begitu pula sebaliknya (Harris, 2004). Karakter

yang dimiliki oleh hubungan tersebut adalah adanya usaha dan dukungan

secara materi, informasi, serta emosional yang terjalin di antara pemimpin

dengan bawahannya (Liden, Sparrowe, dan Wayne, 1997).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijabarkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa Leader Member Exchange (LMX) merupakan sebuah pertukaran secara materi, informasi, serta emosional yang dimiliki antara

pemimpin dengan masing-masing bawahannya, di mana bawahan yang

berkontribusi lebih banyak akan menerima keuntungan lebih (in group), sedangkan yang sedikit berkontribusi akan menerima keuntungan yang

(38)

2. KelompokLeader Member Exchange(LMX)

Pengelompokkan dalam Leader Member Exchange (LMX) didasari oleh seberapa baik kualitas hubungan yang dimiliki oleh bawahan

dengan pemimpin, begitu juga sebaliknya. Keterlibatan bawahan dalam

tanggung jawab yang dimiliki oleh tim dan pemimpin juga menjadi tolak

ukur lain dalam proses pengelompokkan bawahan (Northouse, 2008).

Robbins dan Judge (2008) menyatakan bahwaLeader Member Exchange

(LMX) terbagi menjadi dua kelompok karyawan, yaitu:

a. In group

Bawahan yang memiliki ketertarikan untuk menegosiasikan

beberapa hal yang ingin mereka lakukan untuk kelompok kepada

pemimpin merupakan bawahan yang tergabung dalam in group. Negosiasi yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan tersebut

melibatkan sebuah proses pertukaran. Bawahan dalam in group

memiliki kesediaan untuk melakukan lebih banyak hal dari yang ada

dalam deskripsi pekerjaan yang mereka miliki sehingga cenderung

mencari cara yang inovatif untuk tercapainya tujuan tim. Apabila

seorang bawahan melakukan sejumlah aktivitas yang melebihi

deskripsi pekerjaan mereka, maka pemimpin juga akan melakukan

lebih banyak hal positif terhadap mereka.

Pemimpin cenderung memiliki hubungan yang khusus dengan

sejumlah bawahan yang melakukan banyak hal bagi tujuan tim.

(39)

hubungan kerja yang ditetapkan secara hierarki. Pemimpin dan

bawahan cenderung mengembangkan hubungan yang berkualitas

tinggi, efektif, dan berdampak positif bagi diri mereka sendiri maupun

organisasi (Northouse, 2008). Pemimpin dan bawahan yang memiliki

kualitas hubungan yang tinggi cenderung memiliki level kepuasan dan

keefektifan yang tinggi, lebih terbukan dan jujur dalam berkomunikasi,

memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya, serta

berperilaku “ekstra” atau di luar kontrak kerja yang dimiliki. (Gerstner

dan Day dalam Maslyn dan Uhl-Bien, 2001).

Karakter hubungan yang dimiliki oleh bawahan dengan status in group dengan pemimpin cenderung penuh dengan kepercayaan dan dukungan secara emosional dari pemimpin (Dienesch dan Liden dalam

Harris, 2004). Pemimpin dan bawahan yang tergabung dalamin group

memiliki rasa percaya yang tinggi, sikap saling menghormati dan

menghargai yang tinggi, serta adanya rasa ketergantungan satu sama

lain. Hal tersebut yang kemudian memicu timbulnya pengaruh dan

tingkatan timbal baik yang tinggi antara keduanya (Northouse, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Schriesheim, Castro, Zhou, dan

Yammarino (dalam Northouse, 2008) mendapati bahwa kualitas

hubungan yang tinggi bersifat lebih demokratis, terkontrol, serta

memberikan pengaruh yang seimbang antara pemimpin dengan

bawahan. Pemimpin dan bawahan juga dapat saling mengandalkan

(40)

yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Upaya dan dedikasi ekstra

yang diberikan oleh bawahan juga direspon dengan tanggung jawab

dan peluang lebih yang diberikan oleh pemimpin.

Bawahan akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain,

penghargaan secara formal maupun informal, dukungan, akses yang

lebih mudah, serta komunikasi yang lebih intens dengan pemimpin

(Dienesch dan Liden dalam Harris 2004). Bawahan dalam in group

juga mendapatkan perhatian, penilaian kinerja yang lebih tinggi,

kepuasan kerja yang lebih baik, serta kemungkinan besar untuk

menerima hak istimewa tertentu dibandingkan dengan bawahan dalam

out group(Robbins dan Judge, 2008). Waktu dan dukungan yang lebih merupakan keuntungan lain yang bisa didapatkan oleh bawahan dalam

in group (Northouse, 2013). Bawahan yang berstatus in group pun mendapatkan keuntungan lain seperti sponsor dalam jaringan sosial

serta mentoring.

Pemimpin cenderung memiliki kemungkinan untuk menyelesaikan

lebih banyak tanggung jawab dengan cara yang lebih efektif daripada

yang dapat ia capai sendirian (Northouse, 2013). Hal tersebut yang

memicu pemimpin untuk membentuk hubungan pertukaran yang

berkualitas tinggi dengan bawahan yang berstatusin group melampaui hubungan formal yang ada.Kualitas hubungan yang tinggi tersebut

merupakan pertukaran yang sesungguhnya karena kedua belah pihak

(41)

b. Out group

Bawahan yang tidak memiliki ketertarikan untuk menerima

beberapa tanggung jawab yang baru dan berbeda merupakan ciri-ciri

bawahan yang tergabung dalamout group.Bawahan tersebut biasanya memiliki ketidakcocokan atau hubungan yang kurang dekat dengan

pemimpin sehingga cenderung melakukan pekerjaannya sebatas

deskripsi kerja yang mereka miliki saja (Northouse, 2008). Bawahan

out groupmemiliki kualitas hubungan pertukaran yang rendah sehingga memiliki interaksi yang sebagian besar hanya terjadi sebatas

pemenuhan kewajiban kontraktual (Hughes, Ginnett, dan Curphy,

2012).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan cenderung membawa

dampak yang kurang baik ketika keduanya tidak memiliki usaha untuk

mengembangkan kualitas hubungan yang baik (Blau dalam Maslyn

dan Uhl-Bien, 2001). Hubungan yang terjalin antara pemimpin dengan

bawahan dalam out group cenderung dibatasi oleh aturan dan sangat mengandalkan hubungan kerja yang ada. Mereka saling berhubungan

hanya sebatas dalam peran organisasi yang dimiliki oleh

masing-masing pihak. Kepatuhan yang dimiliki oleh bawahan terhadap

pemimpin terjadi secara formal, statusnya sebatas hierarkis, dan

sekedar untuk meraih imbalan secara ekonomi yang dikendalikan oleh

(42)

cenderung mengarah pada kepentingan pribadi, bukan demi

kepentingan tim (Graen dan Uhl- Bien dalam Northouse, 2008)

Bawahan yang tergabung dalamout groupmemiliki dukungan dari pemimpin dan manfaat di luar pekerjaan mereka dengan kadar yang

cenderung rendah (Harris dalam Northouse, 2008). Karakter hubungan

yang dimiliki oleh bawahan dengan statusout groupdengan pemimpin cenderung memberikan kepercayaan, dukungan sosial, dan keuntungan

yang rendah (Dansereau, Graen, dan Haga dalam Harris 2004).

Kualitas hubungan yang rendah akan memberikan beberapa kerugian,

terutama dalam hal memperoleh manfaat pekerjaan serta kemajuan

karir (Vecchio dalam Maslyn dan Uhl-Bien, 2001). Bawahan dengan

statusout groupakan memperoleh sedikit kepercayaan, penilaian baik, kepuasan kerja, waktu dan perhatian dari pemimpin (Robbins dan

Judge, 2008).

Berdasarkan pengelompokkan yang telah dijabarkan di atas, maka

(43)
[image:43.595.100.519.129.582.2]

Tabel 1

TheVertical Dyad Linkage Model (Steers, 1991)

Distant relationship Strong relationship

3. Fase-fase Pembentukan Kepemimpinan Leader Member Exchange

(LMX)

Graen dan Uhl-Bien (dalam Northouse, 2013) menyatakan bahwa sebuah

kepemimpinan Leader Member Exchange (LMX) dapat berkembang dengan cepat dalam tiga fase yaitu:

a. Fase 1 (orang asing)

Pada fase ini, interaksi yang terjadi dalam hubungan dua pihak

antara pemimpin dengan bawahan pada umumnya dibatasi oleh

peraturan. Pemimpin dan bawahan saling mengandalkan dalam

hubungan kerja sehingga keduanya cenderung berhubungan di dalam

peran organisasi yang telah ditetapkan. Pemimpin dan bawahan

memiliki kualitas hubungan pertukaran yang rendah pada fase ini.

Bawahan akan patuh pada pemimpin resmi yang memiliki status

hirarkis demi mendapatkan imbalan secara ekonomi yang dikontrol oleh

pemimpin. Motif yang dimiliki oleh bawahan pada fase ini mengarah Leader

Subordinate 1, Subordinate 2, Subordinate 3

(44)

pada kepentingan diri bukan untuk kepentingan kelompok (Graen dan

Uhl-Bien dalam Northouse, 2013).

b. Fase 2 (perkenalan)

Fase 2 atau fase perkenalan, dimulai dengan adanya tawaran yang

diberikan oleh pemimpin atau bawahan untuk meningkatkan

pertukaran sosial yang berorientasi pada karir. Pertukaran yang terjadi

termasuk membagi lebih banyak sumber daya dan informasi pribadi

atau informasi yang terkait dengan pekerjaan. Fase ini merupakan

sebuah periode pengujian bagi pemimpin dan bawahan dalam menilai

ketertarikan bawahan untuk mengambil lebih banyak peran dan

tanggung jawab dalam tim. Fase ini juga berguna untuk menilai

kesediaan pemimpin untuk memberikan tantangan baru bagi

bawahannya. Selama masa ini, hubungan yang terjadi antara dua

pihak berubah dari interaksi yang dengan ketat diatur oleh deskripsi

jabatan menjadi penetapan peran dan bergerak menuju cara baru

dalam berelasi. Kualitas pertukaran pada fase ini telah meningkat

menjadi kualitas menengah. Pada fase ini mulai mengembangkan

kepercayaan dan penghargaan yang lebih besar untuk masing-masing

pihak. Pemimpin dan bawahan cenderung tidak terlalu berfokus pada

kepentingan diri sendiri melainkan lebih pada tujuan serta kegunaan

(45)

c. Fase 3 (hubungan pertemanan yang matang)

Fase 3, hubungan pertemanan yang matang, ditandai dengan

pertukaran antara pemimpin dengan bawahan yang berkualitas tinggi.

Orang-orang yang telah maju pada tahap ini akan memiliki rasa saling

percaya, sikap saling menghormati, dan saling menghargai yang

tinggi. Hubungan yang terjadi antara pemimpin dan bawahan telah

teruji dan keduanya mendapati bahwa mereka dapat saling

bergantung. Dalam hubungan pertemanan yang matang, ada tingkatan

timbal balik yang tinggi antara pemimpin dengan bawahan.

Masing-masing pihak akan saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak

lain. Keduanya juga dapat saling mengandalkan untuk bantuan dan

dukungan khusus. Contoh, pemimpin dapat mengandalkan

bawahannya untuk melakukan tugas tambahan, dan bawahan dapat

mengandalkan pada pemimpin untuk dukungan atau dorongan yang

diperlukan. Intinya, pemimpin dan bawahan saling terikat secara

produktif yang melebihi hubungan kerja yang ditetapkan oleh hirarki.

Keduanya akan mengembangkan hubungan yang sangat efektif dan

memberikan hasil yang positif bagi diri mereka dan organisasi

(46)
[image:46.595.100.517.172.624.2]

Tabel 2

Fase-Fase dalam Pembentukan Kepemimpinan LMX (Northouse, 2013)

Fase 1 Fase 2 Fase 3 Orang Asing Perkenalan Pertemanan Peran Tertulis Diuji Dinegosiasikan

Pengaruh Satu arah Campuran Timbal balik

Pertukaran Kualitas rendah Kualitas sedang Kualitas tinggi

Minat Diri sendiri Diri sendiri Kelompok & orang lain

Waktu

Hughes, Ginnett, dan Curphy (2012) membagi perkembangan

hubunganLeader-Member Exchange(LMX)menjadi 3 fase, yaitu: a. Role-Taking

Role-Taking merupakan tahap perkembangan yang terjadi di awal pengalaman kerja karyawan. Pada tahap ini, pemimpin menawarkan

kesempatan untuk melakukan tanggung jawab tertentu serta

mengevaluasi kinerja dan potensi mereka.

b. Role-Making

(47)

didapati tidak seirama akan dimasukkan ke dalamout group sedangkan yang seirama diin group.

c. Routinization

Routinization, merupakan sebuah tahap di mana hubungan yang semakin kuat terbentuk. Pada tahap ini, perbedaan sikap yang diberikan

antara kelompok dalam dengan kelompok luar semakin terbentuk.

Berdasarkan fase-fase pembentuk kepemimpinan yang telah

dijabarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Leader Member Exchange (LMX) memiliki tiga fase pembentuk kepemimpinan yaitufase orang asing (fase 1), fase perkenalan (fase 2), dan fase hubungan

pertemanan yang matang (fase 3).

4. DimensiLeader Member Exchange(LMX)

Dienesch dan Liden (dalam Harris, 2004) membagi Leader-Member Exchange(LMX) menjadi 4 dimensi, yaitu :

a. Afeksi (Affection)

Afeksi merupakan sebuah kondisi saling mempengaruhi antara

pemimpin dengan bawahannya berdasarkan daya tarik interpersonal

yang tidak hanya berasal dari nilai professional kerja sehingga terjalin

hubungan pribadi yang bermanfaat bagi kedua belah pihak (misalnya

persahabatan) (Hasdiabsar, 2011). Afeksi yang dimiliki antara

pemimpin dengan bawahan pada umumnya berdasarkan interaksi secara

(48)

saling menyukai atau afeksi yang dimiliki oleh pemimpin dan bawahan

merupakan salah satu dimensi yang penting dalam sebuah relasi

(Dienesch dan Liden dalam Harris, 2004). Pemimpin dan bawahan yang

memiliki kualitas hubungan yang tinggi bisanya juga memiliki afeksi

yang tinggi (Dienesch dan Liden dalam Harris, 2004). Afeksi yang

tinggi bukanlah menjadi satu-satunya patokan dari tingginya Leader Member Exchange (LMX) atau kualitas hubungan yang dimiliki oleh pemimpin dan bawahan.Leader Member Exchange(LMX) yang tinggi juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dimensi lain (Liden dan Maslyn

dalam Harris, 2004).

b. Kontribusi (Contribution)

Kontribusi merupakan sebuah persepsi mengenai jumlah, arahan

dan kualitas pekerjaan yang diperjuangkan oleh pemimpin dan bawahan

dalam mencapai tujuan utama dari tim secara langsung maupun tidak

(Dienesch dan Liden dalam Harris, 2004). Sejauh mana bawahan

menangani dan menyelesaikan tanggung jawab yang melampaui

kontrak kerja serta seberapa besar dukungan yang diberikan pemimpin

dalam hal sumber daya dan peluang merupakan bagian yang sangat

penting dalam mengevaluasi dimensi ini (Hasdiabsar, 2011). Secara

eksplisit kontribusi bukanlah bagian dari dimensi yang dimiliki oleh

(49)

yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan. Penelitian tersebut

menyatakan bahwa pekerjaan mempengaruhi perilaku karyawan

sehingga dapat mempengaruhi kualitas hubungan dari Leader Member Exchange (LMX) (Graen dalam Harris, 2004). Seringkali keterkaitan antara pekerjaan dengan perilaku karyawan disebut sebagai performansi

atau perilaku ekstrakontraktual, namun gagasan mengenai kontribusi

mulai dikenal sejak awal dari munculnya konseptualisasi mengenai

Leader Member Exchange(LMX) (Harris, 2004). c. Loyalitas (Loyalty)

Loyalitas merupakan tingkat kesetiaan yang dimiliki antara

pemimpin dan bawahan yang ditentukan oleh seberapa besar dukungan

yang diberikan baik secara langsung melalui tindakan maupun tidak

antara satu sama lain (Dienesch dan Liden dalam Harris, 2004). Pada

dimensi ini, kesetiaan yang dimiliki oleh karyawan cenderung konsisten

dari waktu ke waktu (Hasdiabsar, 2011). Meskipun loyalitas terhadap

pemimpin dapat dilihat sebagai hasil dari kualitas hubungan Leader Member Exchange (LMX) yang tinggi, namun Dienesch dan Liden menyatakan bahwa akan lebih baik jika dikonseptualisasikan sebagai

sebuah dimensi. Pernyataan Diensch dan Liden tersebut juga didukung

oleh penelitian secara empiris (Liden dan Maslyn dalam Harris, 2004).

d. Penghargaan Profesional (Proffesional Respect)

Penghargaan profesionalmerupakan persepsi yang dimiliki oleh

(50)

luar organisasi yang ditunjukkan dengan memberikan yang terbaik

dalam setiap pekerjaannya (Liden dan Maslyn dalam Harris,

2004).Persepsi ini cenderung berdasarkan data historis yang dimiliki

oleh seorang karyawan seperti: pengalaman berinteraksi, komentar yang

diberikan oleh orang lain terhadap individu baik di dalam maupun di

luar organisasi, serta penghargaan secara professional yang pernah

dicapai. Hal tersebut yang kemudian memunculkan kemungkinan

bahwa persepsi mengenai rasa hormat terhadap seseorang dapat

terbentuk sebelum bekerja atau bertemu dengan pihak yang

bersangkutan (Hasdiabsar, 2011).

Berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dijabarkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa Leader Member Exchange (LMX) memiliki empat dimensi yaituafeksi (affection), kontribusi (contribution), loyalitas (loyalty), dan penghargaan professional (professional respect).

5. DampakLeader Member Exchange

Leader Member Exchange (LMX) mempengaruhi keefektifan dari sebuah organisasi. Kualitas hubungan yang terjalin antara pemimpin dan

bawahan dalam Leader Member Exchange (LMX) memiliki keterkaitan dengan hasil positif yang diberikan oleh pemimpin, pengikut, tim, dan

organisasi secara umum (Graen dan Uhl- Bien dalam Northouse, 2008).

(51)

bawahan memiliki kualitas hubungan yang tinggi maka hal tersebut dapat

berdampak positif terkait dengan energi yang ada dalam diri karyawan.

Hal tersebut yang kemudian memunculkan keterlibatan yang lebih besar

dalam tanggung jawab yang membutuhkan kreatifitas. Leader Member Exchange (LMX) tidak memiliki hubungan secara langsung dengan kreatifitas, namun berfungsi untuk memupuk perasaan bawahan terhadap

organisasi, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kreatifitas

mereka (Northouse, 2008)

Semakin baik kualitas hubungan yang dimiliki oleh pemimpin

dengan bawahannya, maka bawahan akan memiliki energi yang positif dan

lebih berprestasi sehingga berdampak positif pula terhadap kesejahteraan

sebuah organisasi (Northouse, 2008). Tingginya kualitas hubungan yang

dimiliki oleh pemimpin dengan bawahannya mengarahkan karyawan

untuk memiliki sikap dan performansi yang baik, serta tingginya tingkat

Organizational Citizenship Behavior (OCB)(Spector, 2007). Selain itu, kualitas hubungan yang tinggi juga memiliki hubungan dengan tingginya

kualitas motivasi, performansi, serta kepuasan yang dimiliki oleh

karyawan (Gerstner dan Day dalam Landy dan Conte 2010). Hal ini

didukung oleh pernyataan Robbins (2006) bahwa dampak yang dihasilkan

dari out group memiliki indikasi yang mirip dengan karyawan yang memiliki kepuasan yang rendah sedangkan pada in group mirip dengan karyawan yang memiliki kepuasan yang tinggi. Kulitas pertukaran yang

(52)

turnover(Spector, 2007).Interaksi dan negosiasi positif yang terjadi antara pemimpin dengan bawahan akan mendorong keduanya untuk bergerak

melebihi kepentingan pribadi untuk mencapai tujuan organisasi.

(Northouse, 2008).

B. Komitmen organisasi

1. Definisi Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah sebuah keinginan karyawan untuk

mempertahankan keanggotaannya serta keberpihakannya terhadap

tujuan-tujuan yang dimiliki dalam sebuah organisasi (Robbin, 2006). Komitmen

organisasi merupakan penerimaan dan internalisasi dari nilai dan tujuan

organisasi yang ditunjukkan dengan kontribusi serta peran yang dilakukan

oleh karyawan demi tercapainya nilai dan tujuan tersebut (de Citiis dan

Summer dalam Jans, 1989). Mathis dan Jackson (dalam Sopiah 2008)

mengungkapkan bahwa komitmen organisasi merupakan sebuah derajat

yang mengukur rasa percaya yang dimiliki oleh karyawan dan penerimaan

terhadap tujuan-tujuan organisasi serta keinginan untuk tetap tinggal. Neal

dan Noertheraft (dalam Sopiah 2008) menambahkan bahwa komitmen

organisasi merupakan sikap individu yang diberikan kepada organisasi

agar tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Kuntjoro

(2002) juga mengungkapkan bahwa komitmen organisasi merupakan

(53)

Meyer dan Allen (1997) mendefinisikankomitmen organisasi

sebagai kondisi psikologis yang menunjukkan adanya hubungan antara

karyawan dengan organisasi sehingga mempengaruhi keputusan karyawan

untuk mempertahankan keanggotaannya di dalam organisasi

tersebut.Yuwono, Purwanto, dan Kurniawan (dalam Wijayanto dan

Susanto, 2013) memandang bahwa komitmen organisasi menjelaskan

hubungan yang dimiliki oleh karyawan dengan sebuah organisasi secara

aktif. Individu yang berkomitmen mempunyai keyakinan diri terhadap

nilai-nilai dan tujuan organisasi, kerelaan untuk menggunakan usahanya

dengan sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi, serta keinginan

yang kuat untuk mempertahankan keanggotaannya. O’Reilly (dalam

Sopiah, 2008) menyebutkan bahwa komitmen organisasi merupakan

sebuah ikatan psikologis karyawan terhadap sebuah organisasi yang

mencakup keterlibatan kerja, loyalitas, dan rasa percaya terhadap

nilai-nilai organisasi.

Berdasarkan definisi komitmen organisasi yang telah dijabarkan di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi merupakan

kondisi psikologis karyawan yang ditandai oleh adanya rasa percaya dan

keinginan untuk bersungguh-sunggung dalam melaksanakan tanggung

jawab serta mempertahakan keanggotaannya sebagai bentuk keberpihakan

(54)

2. KomponenKomitmen organisasi

Mayer dan Ellen (1997) membedakan komitmen organisasi menjadi 3

komponen, yaitu:

a. Komponen Afektif

Komitmen afektif merupakan ikatan secara emosional yang

dimiliki oleh karyawan terhadap organisasi yang ia ikuti sehingga

memunculkan keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi (Mayer

dan Ellen, 1997).Komponenafektif menunjukkan kelekatan emosional

karyawan, mengidentifikasikandirinya dan menunjukkan

keterlibatannya di dalam organisasi tersebut. Komitmen afektif dapat

muncul dikarenakan adanya pengaruh dari kondisi dan harapan

karyawan mengenai pekerjaan yang ia miliki (Spector, 2007).

Karyawan yang memiliki komponen afektif yang tinggi akan

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Mereka memiliki

keinginan untuk tetap berada di dalam organisasi (Mayer dan Ellen,

1997). Komitmen afektif yang dimiliki oleh karyawan dapat ditujukan

pada teman kerja, customer, serta profesi yang ia miliki (McShane dan Von Glinow, 2005).

b. Komponen Normatif

Komponen normatif merupakan komitmen yang muncul

dikarenakan adanyatanggung jawab moral karyawan secara individu

terhadap organisasi sehingga timbul kesadaran bahwa komitmen

(55)

dan Ellen, 1997).Komitmen normatif dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

dimiliki secara personal oleh karyawan serta rasa tanggung jawab yang

dimiliki terhadap pemimpin maupun organisasi tempat ia bekerja. Rasa

tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawan dapat muncul apabila

organisasi pernah melakukan suatu hal yang berharga baginya seperti,

membiayai karyawan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang

yang lebih tinggi (Spector, 2007). Pekerja dengan komponen normatif

yang tinggi akan cenderung merasa bahwa merekaharus tetap berada di

organisasi (Mayer dan Ellen, 1997).

c. Komponen Kontinum

Komponen kontinum berkaitan dengan

pertimbangan-pertimbangan yang dimiliki oleh karyawan mengenai untung ruginya

ketika bergabung di sebuah organisasi sehingga muncul rasa butuh

akan organisasi (Mayer dan Ellen, 1997).Selain itu, komitmen

kontinum ini dapat muncul dikarenakan adanya keuntungan yang

dirasakan oleh karyawan ketika bekerja pada sebuah organisasi serta

tidak adanya alternatif pekerjaan yang lebih baik dari yang ia miliki

(Spector, 2007). Dengan kata lain, komitmen yang dimiliki terbentuk

oleh ikatan yang terjalin antara karyawan dengan organisasi yang

bukan hanya sebatas kelekatan secara emosional. Hal tersebut yang

kemudian memicu karyawan untuk tidak meninggalkan organisasi

karena memiliki pikiran bahwa dirinya akan merasa rugi (McShane

(56)

Berdasarkan komponen-komponen yang telah dijabarkan di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen yang dimiliki

oleh komitmen organisasi, yaitu afektif, normatif, dan kontinum.

3. Dampak Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi yang kuat akan membawa dampak positif,

antara lain: peningkatan prestasi kerja, motivasi kerja, masa kerja,

produktivitas kerja, dan rendahnya tingkat absensi yang dimiliki oleh

karyawan sehingga menurunkan tingkat turnover pada perusahaan (Steers dalam Oktorita, Rosyid, dan Lestari, 2001). Komitmen organisasi juga

meningkatkan performansi kerja serta Organizational Citizenship Behavior(OCB) (McShane dan Von Glinow, 2005). Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap keberadaan karyawan, seperti tingkat absen

dan turnover, serta sikap karyawan terhadap pekerjaannya dan organisasi (Riggio, 2008). Selain itu, komitmen organisasi memiliki korelasi yang

positif dengan usia, pendidikan, serta seberapa lama seorang karyawan

telah bekerja pada sebuah organisasi. Semakin tua, berpendidikan, dan

lamanya seseorang telah bergabung dalam sebuah organisasi maka

semakin tinggi pula komitmen yang dimiliki, begitu pula sebaliknya

(Becker dalam Riggio, 2008).

Komitmen juga memiliki keterkaitan dengan stress kerja serta

keadilan organisasi. Karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang

(57)

merasakan keadilan dalam organisasi, begitu pula sebaliknya (Spector,

2007) Selain itu, komitmen organisasi yang dimiliki oleh karyawan dapat

meningkatkan kepuasan klien karena karyawan yang memiliki komitmen

akan cenderung memiliki pengetahuan dan sikap yang lebih baik dalam

melayani klien. Namun di sisi lain, organisasi yang karyawannya memiliki

komitmen organisasi yang tinggi akan membuat organisasi memiliki

kesempatan yang terbatas untuk mempekerjakan karyawan baru yang

memilki pengetahuan dan ide yang segar (McShane dan Von Glinow,

2005).

C. Dinamika Hubungan Antara Leader Member Exchange (LMX) dan Komitmen Organisasi

Teori kepemimpinan yang banyak dipelajari sebagian besar

mengasumsikan bahwa pemimpin memperlakukan semua pengikut mereka

dengan cara yang sama. Dalam kenyataannya, pemimpin bisa bertindak

dengan sangat berbeda kepada karyawan yang satu dengan lainnya (Wibowo

dan Susanto, 2013). Dansereau, Graen, dan Haga (dalam Spector, 2007)

menyatakan bahwa asumsi bahwa setiap pemimpin membentuk hubungan

yang sama dengan setiap bawahannya merupakan kelemahan dari sebagian

besar penelitian mengenai kepemimpinan.

Kepemimpinan dipandang sebagai sebuah proses sosial sehingga

pemimpin dan bawahan akan mempengaruhi satu sama lain sebagai hasil dari

(58)

pemimpin dengan bawahan dapat terjalin secara berbeda-beda (Riggio, 2003).

Pemimpin membangun hubungan pemimpin-bawahan yang beragam pada

masing-masing bawahannya (Yulk, 1994). Hal tersebut dikarenakan pemimpin

cenderung tidak memperlakukan bawahannya secara seragam (Dansereau,

Graen, dan Haga dalam Spector, 2008).

Pemimpin cenderung tidak menjalankan perannya secara merata pada

bawahannya dalam mengelola organisasi (Wijayanto dan Susanto, 2013).

Hughes, Ginnett, dan Curphy (2012) menyatakan bahwa pemimpin justru

membentuk hubungan yang khusus dan unik dengan masing-masing bawahan.

Dengan kata lain, pemimpin cenderung memiliki orang-orang kepercayaan

dalam suatu organisasi. Inilah yang kemudian menjadi dasar teori Leader-Member Exchange (LMX) (Wibowo dan Susanto, 2013). Leader Member Exchange(LMX) berfokus pada pentingnya hubungan secara individual yang terjadi antara pemimpin dengan masing-masing bawahannya (Spector, 2007).

Leader-Member Exchange (LMX) yang dikembangkan memiliki empat dimensi, yaitu afeksi (affection), kontribusi (contribution), loyalitas (loyalty), dan penghargaan profesional (professional respect) (Harris, 2011).

Afeksi (affection) merupakan sebuah perasaan yang dirasakan oleh pemimpin maupun bawahan yang berdasar pada interaksi secara interpersonal

dan bukan hanya sekedar pekerjaan atau nilai-nilai profesional (Liden,

1997).Karyawan yang memiliki persepsi positif dengan menikmati

kebersamaan yang terjalin di antara mereka akan tergabung dalam in group

(59)

seperti persahabatan. Persahabatan yang terjalin mendorong karyawan untuk

memiliki kualitas hubungan yang cenderung positif sehingga karyawan

tersebut memiliki komitmen terhadap organisasi, begitu pula sebaliknya.

Kontribusi (contribution) berhubungan dengan cara yang digunakan dalam menyelesaikan pekerjaan serta seberapa besar upaya yang dilakukan oleh

pemimpin dan bawahan dalam mencapai tujuan bersama (Liden, 1997).

Karyawan yang mempersepsikan hal tersebut secara positif akan akan

tergabung dalam in group dan cenderung memiliki keinginan lebih untuk berkontribusi di luar deskripsi pekerjaan yang dimilikinya. Kondisi tersebut

yang kemudian akan menimbulkan munculnya kualitas hubungan yang tinggi

antara pemimpin dengan bawahannya sehingga karyawan pun memiliki

komitmen terhadap organisasi, begitu pula sebaliknya.

Loyalitas (loyalty) merupakan suatu tingkatan dimana pemimpin dan bawahan memilki kesetiaan satu sama lain dan secara formal dapat dilihat dari

tindakan dan sikap satu sama lain di hadapan umum (Liden, 1997). Karyawan

yang memiliki persepsi positif akan akan tergabung dalam in group dan cenderung setia sehingga akan memiliki sikap saling dukung dengan

pemimpinnya. Hal tersebut yang menunjukkan bahwa karyawan memiliki

kualitas hubungan yang tinggi sehingga karyawan pun memiliki komitmen

terhadap organisasi, begitu pula sebaliknya.

Penghargaan professional (professional respect) merupakan sebuah persepsi terhadap satu sama lain (pemimpin dan bawahan) dalam membangun

(60)

menunjukkan keunggulan dalam bekerja. (Liden, 1997). Karyawan yang

mempersepsikan hal tersebut secara positif akan akan tergabung dalam in group dan cenderung memiliki rasa hormat dan pengakuansecara profesional. Kondisi tersebut yang kemudian memicu munculnya kualitas hubungan yang

tinggi antara pemimpin dengan bawahannya sehingga karyawan pun memiliki

(61)

D. Kerangka Pemikiran Skema 1

Hubungan antara Dimensi Afeksi dengan Variabel Komitmen Organisasi

Pemimpin menjalin hubungan yang unik dengan

masing-masing bawahan (LMX)

Dipersepsi positif oleh

karyawan

Dipersepsi negatif oleh

karyawan

In Group

Afeksi

Komitmentinggi

Komitmenrendah

Pemimpin dan bawahan

tidak bersahabat

Pemimpin dan bawahan

bersahabat

(62)

Skema 2

Hubungan antara Dimensi Kontribusi dengan Variabel Komitmen Organisasi

Pemimpin menjalin hubungan yang unik dengan

masing-masing bawahan (LMX)

Dipersepsi positif oleh

karyawan

Dipersepsi negatif oleh

karyawan

Memiliki keinginan lebih

untuk berkontribusi di

luar deskripsi pekerjaan

yang dimiliki

Kontribusi

Komitmentinggi

Komitmenrendah

Hanya berkontribusi

sebatas deskripsi

pekerjaan yang dimiliki

(63)

Skema 3

Hubungan antara Dimensi Loyalitas dengan Variabel Komitmen Organisasi

Pemimpin menjalin hubungan yang unik dengan

masing-masing bawahan (LMX)

Dipersepsi positif oleh

karyawan

Dipersepsi negatif oleh

karyawan

Setia dan saling dukung

Loyalitas

Komitmentinggi

Komitmenrendah

Tidak setia dan saling

dukung

In Group

(64)

Gambar

Tabel 30. Hasil Uji Hipotesis Dimensi Penghargaan Profesional Dengan
Gambar 2. Kurva Dimensi Kontribusi ..........................................................
Tabel 1TheVertical
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembuatan kompon karet selain bahan baku karet alam dan karet sintetis perlu ditambahkan beberapa jenis bahan kimia, tujuannya adalah untuk memperbaiki

Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan responden yang menjadi nasabah pada Bank Sumut, BCA, BNI, BRI dan Bank Mandiri menyatakan unsur keamanan dan pelayanan sudah cukup baik..

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi

Penggunaan benzil adenin dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan dikombinasikan dengan asam naftalen asetat akan merarangsang regenerasi tunas dengan frekuensi yang lebih

Peran orang tua dalam hal ini sangat mempengaruhi apakah anak remaja berperilaku seks pranikah atau tidak, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Tipe Estimasi Kapan Dilakukan Mengapa Dilakukan Akurasi ROM (Rough of Magnitude) 3-5 tahun sebelum proyek dikerjakan Untuk memberikan estimasi biaya dalam rangka seleksi proyek -25%

memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan. Sistem ini merupakan serangkaian sistem yang diciptakan untuk membantu