• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 672009187 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 672009187 BAB III"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

33

Bab 3

Metode dan Perancangan Sistem

Pada bab ini, berisikan tentang perancangan IDS Snort dan

metode yang digunakan dalam melakukan proses investigasi

serangan. Metode yang digunakan adalah model proses forensik

(The Forensic Process Model).

Gambar 3.1 The Forensic Process Model

Berikut ini merupakan tahapan dalam The Forensic Process Model yang menjadi dasar penelitan:

1. Tahap Collection

Pada tahap ini yang dilakukan adalah mencari bukti-bukti,

pengenalan terhadap bukti-bukti penyusupan dan pengumpulan

bukti-bukti. IDS Snort digunakan untuk mendeteksi adanya aktifitas

(2)

34

log Snort dan file access log pada Squid. Pada Snort terdapat

signature atau rule yang mengekstrak ciri dari paket data yang melewati jaringan, sehingga jika ada paket data yang mencurigakan

dan sesuai dengan signature atau rule pada Snort, maka Snort engine

akan meng-capture dan mengirimkan pesan alert untuk disimpan ke dalam file log.

2. Tahap Examination

Pada tahap ini meliputi pemeriksaan dan pencarian

informasi-informasi yang tersembunyi pada file log Snort dan file access log

yang sebelumnya telah dikumpulkan pada tahap collection. File log Snort akan dipilah-pilah berdasarkan karakteristik dari sebuah

serangan. Adapun file access log akan dipilah-pilah berdasarkan elemen-elemen penyusunnya.

3. Tahap Analysis

Pada tahap ini akan terlihat hasil pemeriksaan dan penelitian

yang dilakukan pada file log Snort dan access log sebagai pembuktian adanya penyusupan. Tahap analysis ini, dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan investigasi forensik yaitu

serangan apa yang terjadi, IP siapa yang melakukan serangan, kapan

serangan itu terjadi, dimana serangan itu terjadi.

4. Tahap Reporting

Tahapan ini meliputi penulisan laporan dari tahap awal sampai

tahap akhir dalam suatu penelitian. Dimulai dari proses

pengumpulan bukti-bukti, pemeriksaan dan analisis data yang

diperoleh dari semua penyelidikan. Dari hasil analisis bukti-bukti

(3)

35

3.1

Perencanaan Topologi Jaringan

Pada tahap ini dilakukan perancangan topologi jaringan sesuai

dengan rancangan penelitian yang akan dilakukan. Perancangan

dimulai dengan melakukan skenario penyerangan terhadap sistem

IDS yang akan dibuat. Skenario penyerangan dibagi menjadi dua,

yaitu:

1. Skenario serangan SQL Injection.

2. Skenario serangan Cross Site Scripting (XSS).

Langkah selanjutnya yaitu menentukan desain topologi

jaringan. Pada Gambar 3.2 merupakan gambar rancangan jaringan

yang akan digunakan menggunakan aplikasi Edraw Max. Perangkat jaringan yang digunakan terdiri dari sebuah PC yang akan

difungsikan sebagai Intrusion Detection System (IDS) berbasis Snort, sebuah Router Mikrotik yang digunakan untuk menghubungkan setiap segmen interface yang berbeda dan sebuah laptop pada jaringan lokal yang berfungsi sebagai attacker. Router Mikrotik ini nantinya akan dikonfigurasi port mirroring. Port mirroring

(4)

36

Gambar 3.2 Topologi Jaringan IDS

Gambar 3.2 menunjukkan desain topologi jaringan yang ada

dalam penelitian. Gambar 3.2 juga menjelaskan tentang skenario

penyerangan yang akan dilakukan dalam penelitian. Attacker akan melakukan serangan SQL Injection dan Cross Site Scripting (XSS) melalui sebuah laptop pada jaringan lokal. Selanjutnya IDS Snort

akan mendeteksi serangan tersebut sesuai dengan signature atau rule

(5)

37 3.1.1Alur Kerja IDS

Gambar 3.3 Alur Kerja IDS

Gambar 3.3 merupakan alur kerja IDS. Dimulai dari paket data

yang memasuki interface jaringan yang sudah dikonfigurasi dalam Snort. Paket data tersebut akan dibaca oleh Snort engine untuk kemudian dicocokkan dengan signature yang ada dalam rules Snort. Jika paket data tersebut sesuai dengan signature yang ada pada rules

Snort, maka Snort akan mengangap itu sebagai sebuah intruisi dan Snort akan menyimpan alert tersebut ke file log. Namun jika paket data tersebut bukan merupakan intruisi, maka paket data akan

(6)

38

3.2

Kebutuhan Sistem

Tahap selanjutnya yaitu menentukan apa saja kebutuhan yang

diperlukan untuk membangun sistem ini. Analisis kebutuhan

dilakukan untuk menganalisa apa saja yang harus diperlukan dalam

membangun sistem tersebut supaya sistem yang dibangun sesuai

dengan yang diharapkan sehingga sistem dapat memberikan layanan

terbaik dalam mendeteksi serangan pada jaringan.

3.2.1Spesfikasi Sistem

Pada penelitian yang dilakukan ini, membutuhkan beberapa

aspek kebutuhan yang harus dipenuhi untuk implementasi sistem.

Kebutuhan yang utama yaitu kebutuhan dari perangkat keras dan

perangkat lunak.

a) Kebutuhan Hardware

Untuk membangun sistem yang akan diimplementasikan dalam

penelitian ini, spesifikasi perangkat keras yang dibutuhkan meliputi:

1. Dua buah laptop yang akan difungsikan sebagai attacker dan

Intrusion Detection System (IDS) berbasis Snort dengan spesifikasi sebagai berikut:

a) Laptop (IDS Snort)

Processor Intel dual Core 1.8 Ghz Ram 2GB

Hard disk 500 GB

(7)

39 Hard disk 500 GB

2. Sebuah router Mikrotik RB750 dengan konfigurasi port mirroring yang memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Processor AR7241 400MHz RAM 32 MB

Main Storage 64 MB LAN Ports 5

Operating System RouterOS

3. Kabel UTP untuk menghubungkan perangkat jaringan.

b) Kebutuhan Software

Disamping kebutuhan terhadap hardware, terdapat pula

software yang tentunya diperlukan dalam mendukung perancangan jaringan dalam penelitian ini. Software yang diperlukan antara lain. 1. Operating System (OS)

Sistem operasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Linux Ubuntu 12.04 LTS untuk IDS Snort, Windows 7 untuk

laptop penyerang dan Mikrotik RouterOS. 2. Winbox

Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan konfigurasi

pada mikrotik.

3. Wireshark

(8)

40

4. Edraw Max

Perangkat lunak yang akan digunakan untuk mendesain

topologi jaringan dalam penelitian ini.

3.3

Konfigurasi Sistem

Pada tahapan ini akan dilakukan alur kerja sesuai dengan

persiapan sistem yang sudah dirancang dan dipersiapkan

sebelumnya untuk kemudian akan direalisasikan dalam suatu sistem

jaringan yang nyata sesuai dengan desain yang telah dibuat.

Konfigurasi sistem ini bertujuan untuk melakukan pengecekan

apabila terdapat permasalahan dalam sistem sebelum sistem

diterapkan secara nyata.

3.3.1Konfigurasi IDS Snort

Pada tahap awal yaitu melakukan instalasi dan konfigurasi

pada mesin IDS yang akan dibuat. Tahap awal dimulai dengan

menginstal paket-paket yang dibutuhkan oleh sistem IDS. Setelah itu

dilakukan instalasi paket Snort. Selanjutnya dilakukan konfigurasi pada Snort engine. Snort engine akan dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi jaringan yang akan dipindai oleh Snort.

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba Snort engine, jika berhasil maka Snort engine siap digunakan untuk mendeteksi serangan, tetapi jika gagal kembali lagi ke proses konfigurasi Snort

engine.

Pada mesin IDS ini juga dilengkapi dengan Squid access log

(9)

41

paket-paket lain yang dibutuhkan. Setelah itu konfigurasi file pada

squid.conf sesuai dengan kondisi jaringan yang ada dalam penelitian.

3.3.2Konfigurasi Dasar Router Mikrotik

Untuk membangun jaringan IDS Snort, akan dilakukan

konfigurasi pada router Mikrotik. Router Mikrotik RB750 mempunyai lima buah interfacelist, yang mana lima buah interface

tersebut mampu berdiri sendiri dengan membentuk lima segment network yang berbeda. Sesuai topologi yang dibuat dalam penelitian, tiga buah interface Mikrotik akan dibutuhkan, pertama menuju modem ADSL (internet), kedua menuju IDS Snort, dan yang ketiga menuju interface jaringan lokal. Selanjutnya akan dilakukan penandaan pada interface dengan mengganti nama default ketiga

interface agar mudah dikenali.

Gambar 3.4 Interface List

Pada Gambar 3.4 terlihat pengaturan nama interface dimana hanya tiga buah interface Mikrotik saja yang akan digunakan. Pemberian nama interface ini memiliki penjelasan sebagai berikut:  Interface 1 dengan nama ether1-toINT yang berarti interface

(10)

42

Interface 2 dengan nama ether2-toSnort yang berarti interface

tersebut menuju ke IDS Snort.

Interface 3 dengan nama ether3-toLAN yang berarti interface

tersebut menuju ke jaringan lokal.

Setelah pemberian nama pada setiap interface selesai, selanjutnya dilakukan pemberian IP jaringan dengan segmen

berbeda pada setiap interface sesuai dengan fungsi masing-masing.

Gambar 3.5 Address List

Pada Gambar 3.5 merupakan konfigurasi pemberian IP

address sesuai dengan fungsi masing-masing dari setiap interface

yang berbeda. Interface ether1-toINT mempunyai IP address

192.168.1.100/24 karena mengikuti network dari modem speedy

menuju ke jaringan public. Interface ether2-toSnort yang menuju IDS Snort memiliki IP 192.168.2.1/24. Sedangkan jaringan lokal

yang diwakili ether3-toLokal dengan IP address 192.168.0.1/24. Selanjutnya konfigurasi default gateway dengan IP address

192.168.1.1 yang merupakan segment network pada modem ISP

speedy yang terhubung pada interface ether1-toINT Mikrotik. Konfigurasi dapat dilihat pada Gambar 3.6 baris pertama. Pada

(11)

43

Gambar 3.6 Route List

Konfigurasi firewall NAT dilakukan agar semua segmen

interface pada jaringan dapat mengakses internet. Konfigurasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Konfigurasi NAT

Pada gambar 3.7 baris pertama dan kedua menjelaskan

konfigurasi dari firewall NAT menggunakan mode masquerade

dengan ether1-toINT sebagai gateway menuju internet. Artinya semua paket data yang berasal dari source address 192.168.2.2 dan 192.168.0.0/24 dapat mengkases internet. Selanjutnya pada baris

(12)

44

(redirect) semua trafik HTTP yang menuju internet ke Squid Proxy

dengan IP address 192.168.2.2 melalui port 3128.

Hal terakhir yang dilakukan adalah konfigurasi port mirroring

pada Mikrotik. Konfigurasi port mirroring ini berfungsi untuk melakukan sniffing trafik dalam jaringan yaitu dengan melakukan

copy trafik dari interface asli (Mirror-Source) kemudian mengarahkan trafik tersebut ke port lain (Mirror-Target).

Gambar 3.8 Konfigurasi Port Mirroring

Pada Gambar 3.8 dapat dilihat konfigurasi port mirroring.

Semua trafik dari ether3-to-LAN akan di-mirrorkan ke ether2-to-Snort, dimana ether2-to-Snort sudah terhubung dan terpasang alat

Gambar

Gambar 3.1 The Forensic Process Model
Gambar 3.2 Topologi Jaringan IDS
Gambar 3.3 Alur Kerja IDS
Gambar 3.4 Interface List
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

jaringan IPv4. Perlunya praktikan mengetahui proses VTP pada suatu jaringan IPv4. Perlunya praktikan mengetahui langkah – langkah security pada switch. Alur pembelajaran

Packet marking digunakan untuk menemukan jalur serangan dari paket yang diterima.. PPM dikonfigurasi manual pada masing- masing router , sehingga paket yang

Berdasarkan Gambar 3.1, metode yang digunakan dalam proses penelitan dilakukan dengan mempersiapkan teknologi jaringan yang akan dibangun, merencanakan seperti apa jaringan yang akan

Unsur dalam hubungan hukum sewa menyewa dalam telekomunikasi adalah suatu perjanjian ( a contract ), jaringan telekomunikasi, tarif sewa jaringan, dan jangka waktu

Memasuki bulan kesembilan penulis melakukan persiapan sesuai konsep acara dan membentuk panitia yang akan terlibat didalam resital yaitu ketua panitia,

Encoded video stream kemudian dibaca oleh Video Sender (VS) untuk meng- generate sebuah file trace, yang berisi informasi seperti tipe frame, ukuran frame, jumlah paket,

IDS yang berbasis pada signature akan melakukan pengawasan terhadap paket-paket dalam jaringan dan melakukan pembandingan terhadap paket-paket tersebut dengan basis

Pada saat komputer client akan menghubungkan diri dengan jaringan maka server radius akan meminta identitas user (username dan password) untuk kemudian dicocokkan