• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Kepolisian terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor di Bawah Umur: studi kasus di Satuan Lalu Lintas Polres Salatiga T1 312013712 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Kepolisian terhadap Pengendara Kendaraan Bermotor di Bawah Umur: studi kasus di Satuan Lalu Lintas Polres Salatiga T1 312013712 BAB I"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas telah disebutkan

didalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu di dalam Pasal 1 ayat (3)

yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”.1

Artinya

penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum, kekuasaan

menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum dan bertujuan untuk

menjalankan ketertiban hukum. Indonesia sebagai negara berkembang terus

menerus meningkatkan pembangunan diberbagai bidang. Pembangunan tersebut

tentunya didukung dengan berbagai infrastuktur yang memadai salah satunya

adalah pembangunan jalan. Namun yang perlu diperhatikan pemerintah sebagai

penyelenggara negara adalah mengatasi permasalahan yang mungkin timbul

sehubungan dengan segala aspek mengenai pembangunan jalan tersebut berkaitan

dengan lalu lintas. Oleh karena itu dibentuklah Undang-Undang Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam

mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya

memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sistem transportasi merupakan kebutuhan

pokok bagi semua masyarakat Indonesia hal ini bertujuan untuk memperlancar

1

(2)

proses kehidupan masyarakat, namun banyak sekali dijumpai permasalahan yang

berkaitan dengan pelanggaran hukum, mulai dari yang ringan hingga yang berat.2

Misalnya pelanggaran lalu lintas yang ringan yaitu banyak pengendara yang tidak

memakai helm, tidak memiliki surat-surat berkendara, melanggar rambu-rambu

lalu lintas dan lain-lain. Pentingnya peranan transportasi tersebut haruslah

diimbangi dengan aturan mengenai pengendara.

Peningkatan pengendara lalu lintas secara langsung dapat meningkatkan

frekuensi kecelakaan lalu lintas. Faktor manusia merupakan kecenderungan

penyebab terbesarnya terjadi kecelakaan lalu lintas. Secara garis besar kecelakaan

lalu lintas cenderung disebabkan oleh 4 (empat) faktor yakni faktor manusia,

faktor kendaraan, faktor lingkungan alam dan faktor lingkungan sosial.3 Salah

satu penyebabnya adalah ketidakdisplinan pengendara sebagai pengguna jalan hal

ini disebabkan kebiasaan pengendara yang tidak taat pada aturan yang berlaku

dalam berlalu lintas. Seperti halnya menerobos lampu merah, pelanggaran lalu

lintas sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat pengguna jalan.

Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak dan pertumbuhan jumlah

kendaraan bermotor dari tahun ke tahun terus meningkat. Diperkirakan ada sekitar

85.601.351 unit kendaraan bermotor yang ada di Indonesia. Hal ini tentunya

berdampak bagi perkembangan lalu lintas di Indonesia.4

2

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Penerbit Refika Aditama, Bandung, 2003, h. 20.

3

Soerjono Sukanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI Press, Jakarta, 1986, h. 27. 4

Badan Pusat Statistik. http:// www.bps.go.id/ dikunjungi pada Tanggal 12 Maret 2014

(3)

Meningkatnya kebutuhan dalam bidang transportasi menghalalkan segala

cara untuk memudahkan seseorang untuk memenuhi apa yang menjadi

kebutuhannya. Pengendara roda dua maupun pengendara roda empat bukan saja

digunakan oleh orang yang sudah dapat mengemudikan kendaraan tersebut.

Namun juga anak-anak di bawah umur yang belum layak untuk mengendara

namun sudah dapat dengan bebas mengendarai kendaraannya. Contohnya orang

tua yang tidak sempat mengantarkan anaknya ke sekolah pada akhirnya menyuruh

anaknya untuk membawa kendaraan sendiri ke sekolah. Kasus–kasus seperti ini

sering sekali di jumpai apalagi pelanggaran lalu lintas banyak dilakukan oleh anak

di bawah umur. Pelanggaran yang dilakukan oleh anak di bawah umur sebagai

pengendara lalu lintas bukan hanya persoalan kecil dan akibat yang ditimbulkan

juga besar dalam kecelakaan lalu lintas.

Penulis sepaham dengan Soerjono Soekanto yang berpendapat :

“Perlu adanya perhatian yang serius dari berbagai pihak tidak

saja aparat penegak hukum, tapi juga pemakai jalan yakni masyarakat, sehingga angka kecelakaan lalu lintas dapat dikurangi seminimal mungkin. Sering terjadinya pelanggaran lalu lintas mungkin disebabkan karena sanksi yang dijatuhkan kepada para pelaku pelanggaran lalu lintas terlalu ringan, maka tidak heran jika kian hari kian banyak terjadi peristiwa

pelanggaran lalu lintas”.5

Perkembangan lalu lintas yang semakin meningkat pesat, menunjukkan

bahwa masih banyak ditemui anak-anak di bawah umur khususnya mereka yang

masih duduk dibangku sekolah (SMP dan SMA) telah begitu bebas dan leluasa

mengendarai kendaraan bermotor dijalan raya, padahal telah dijelaskan bahwa

5

(4)

anak di bawah umur belum bisa mengendarai kendaraan baik itu roda dua maupun

roda empat karena mereka belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) dari

kepolisian karena dalam aturan bahwa yang berhak memiliki SIM adalah mereka

yang telah berusia 17 Tahun.

Kasus-kasus yang terjadi dalam pelanggaran lalu lintas sebagaimana yang

dikemukakan di atas sangat perlu diperhatikan dan ditindaklanjuti ialah

bagaimanakah aturan hukum itu harus bisa diterapkan dalam mengantisipasi

maupun memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat

pengguna sekaligus ancaman hukuman bagi siapapun yang melakukan

pelanggaran lalu lintas. Hal ini merupakan tugas berat bagi aparat kepolisian lalu

lintas untuk memberikan pemahaman dan sosialisasi kepada anak-anak di bawah

umur bahwa mereka belum diperbolehkan mengendarai roda dua karena akan

mengakibatkan kecelakaan dan kerugian bagi mereka sendiri.

Penulis juga melakukan wawancara dengan pihak Kepolisian Satuan Lalu

Lintas Kota Salatiga, yaitu dengan Ajun Inspektur Polisi Dua (AIPDA) Sutopo. Ia

mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan banyaknya anak di bawah

umur yang sudah mengendarai kendaraan bermotor misalnya dengan membawa

kendaraan sendiri ke sekolah. Hal tersebut juga dijelaskan bahwa adanya peran

orang tua yang memberikan izin anaknya ke sekolah merupakan salah satu

faktornya. Namun disisi lain akibat tingginya gengsi di lingkungan anak sekarang

sehingga anak-anak sekolah yang belum memiliki kelengkapan surat izin

mengemudi tetap berani membawa kendaraan ke sekolah. Ia juga mengatakan

kebanyakan pelajar ini memang menggunakan motor untuk pergi dan pulang

(5)

kendaraan bermotor yang sangat besar ditambah lagi orang tua yang membiarkan

anak-anaknya membawa kendaraan ke sekolah. AIPDA Sutopo juga menyebutkan

bahwa pihak kepolisian satuan lalu lintas Kota Salatiga sesungguhnya telah

melakukan berbagai cara untuk menanggulangi masalah ini, salah satu caranya

yaitu dengan mengadakan sosialisasi ke setiap sekolah-sekolah yang berada di

kota Salatiga. Namun permasalahan ini tidak bisa dengan begitu cepat teratasi

terbukti di tahun 2013 banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

anak dibawah umur dalam hal tidak memiliki kelengkapan surat mengemudi.6

Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak di bawah umur di Kota

Salatiga yaitu pada tahun 2013 adalah sebesar 454 orang. Anak di bawah umur

yang melakukan pelanggaran lalu lintas.7 Dan Semua pelanggaran tersebut

diteruskan ke Pengadilan Negeri Salatiga untuk diproses.

Penulis juga melakukan wawancara dengan seorang siswi berusia 15 tahun

yang menggunakan sepeda motor ke sekolah. Siswi tersebut adalah siswi dari

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kristen Kota Salatiga, penulis juga

mewawancarai orang tua dari siswi tersebut. Siswi tersebut yang berinisial MA,

mengatakan bahwa dia mulai mengenderai motor sendiri ke sekolah sejak kelas 1

SMK. Alasan MA adalah orang tuanya tidak bisa mengantarkan dia ke sekolah

selain itu juga MA mengatakan teman-teman disekolahnya semua sudah

membawa kendaraan masing-masing. Orang tua MA juga membelikan motor dan

mengizinkan MA untuk ke Sekolah membawa motor sendiri karena orang tua MA

6

Wawancara dengan AIPDA Sutopo, Satuan Lalu Lintas Kota Salatiga. Pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 10.00

7

(6)

mempunyai kesibukan. Penulis juga menanyakan mengenai kelengkapan

surat-surat, MA mengatakan bahwa dia tidak memiliki SIM karena usianya belum

cukup. Kemudian penulis menanyakan mengenai izin yang diberikan orang tua

MA, orang tua MA mengatakan bahwa memang mengetahui anaknya belum

memiliki SIM namun anaknya sudah besar gengsi kalau diantar dan jemput di

sekolah. Dan soal kepemilikan SIM nanti akan dibuat ketika MA telah cukup

usianya.8

Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) sebagai pencegah dan juga

sebagai penindak harus juga melakukan fungsi regeling (misalnya, pengaturan

tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi dengan

segitiga pengaman) dan fungsi bestuur dalam hal perizinan atau begunstiging

(misalnya, mengeluarkan Surat Izin Mengemudi).9 Terlepas dari peran orang tua

dalam mengawasi anaknya, aparatur negara seperti halnya kepolisian harus ikut

mengambil andil dalam penertiban lalu lintas terutama terhadap pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh anak di bawah umur. Pengertian polisi lalu lintas

adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian

mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, identifikasi

pengemudi/kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan

hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas.10

8

Wawancara dengan Siswi dan Orang Tua Siswi SMK Kristen Kota Salatiga, Salatiga, 3 April 2014.

9

Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah – Masalah Sosial, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 1989, h. 58.

10

(7)

Seringkali pelanggaran-pelanggaran lalu lintas bukan hanya dilakukan

oleh orang dewasa namun juga banyak dilakukan oleh anak di bawah umur.

Padahal jelas diatur didalam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun

2009 yaitu ; Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 77, setiap orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif,

kesehatan, dan lulus ujian. Ayat (2) Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) di tentukan paling rendah sebagai berikut : (a) Usia 17 ( tujuh belas ) tahun

untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surat Izin

Mengemudi D ; (b) Usia 20 ( dua puluh ) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B I;

dan (c) Usia 21 ( dua puluh satu ) tahun untuk Surat Izin Mengemudi B II.11 Pasal

81 Ayat (1) dan ayat (2) dalam pasal ini sudah sangat jelas mengatur syarat usia

untuk seseorang mendapatkan surat izin mengemudi yang artinya apabila telah

memiliki surat izin mengemudi, sudah dapat mengemudikan kendaraan bermotor

di jalan. Namun bagaimana dengan anak di bawah umur yang dapat dengan bebas

mengemudikan kendaraan bermotor padahal persyaratan usia mulai dari 17 tahun.

Ketika setiap orang melanggar ketentuan Pasal 77 Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 maka sanksi terhadap pelanggaran Pasal 77 tersebut termuat

dalam Pasal 281 yaitu perbuatan pengendara kendaraan bermotor roda dua atau

lebih yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi atau sering disebut SIM

sebagaimana dimaksud dalam pasal 77 ayat (1) dapat dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000

11

(8)

satu juta rupiah).12 Seiring dengan pemberian sanksi pidana dan denda terhadap

pelanggaran dari Pasal 77 ayat (1) merupakan bagian dari penegakan hukum.

Menurut Soerjono Soekanto, “penegakan hukum adalah kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah atau

pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan sikap tindak sebagai

rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup”. Penegakan hukum secara konkret

adalah berlakunya hukum positif dalam praktek sebagaimana seharusnya patut

dipatuhi. Oleh karena itu, memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti

memutuskan hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin di

taatinya hukum materiil dengan menggunakan cara procedural yang ditetapkan

oleh hukum formal.13

Bagian terpenting dari suatu sistem pemidanaan adalah menetapkan

sanksi, keberadannya akan memberikan arah dan pertimbangan mengenai apa

yang seharusnya dijadikan sanksi dalam suatu tindak pidana untuk menegakan

berlakunya norma.14 Namun tidak sedikit anak yang berperilaku menyimpang

melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran

hukum. Jenis dan karakteristik perbuatan tersebut tidak ada bedanya dengan

tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.15 Banyak pelanggaran yang

dilakukan oleh anak bukan hanya disebabkan oleh satu faktor saja namun banyak

12

Pasal 281 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

13

Aizawaangela020791.blogspot.com./2011/01/penegakan-hukum.html, dikunjungi pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 13.30

14

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Deskriminalisasi, Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. h. 82.

15

(9)

faktor yang dapat mempengaruhi kondisi anak. Menurut Mustofo,

pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh anak dalam periode usianya yang masih mudah

disebut sebagai kenakalan, karena dianggap tindakan pelanggaran tersebut

dilakukan dengan tanpa adanya kesadaran penuh bahwa tindakan tersebut salah.16

Banyak hal-hal yang akan berdampak pada anak tersebut apabila hanya karena

sebuah pelanggaran anak tersebut harus merasakan pemidanaan.

Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengangkatnya sebagai

skripsi dengan judul : TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP PENGENDARA

KENDARAAN BERMOTOR DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS DI SATUAN

LALU LINTAS POLRES SALATIGA)kemudian alasan penulis mengangkat judul

skripsi ini akibat banyaknya fakta yang menunjukkan bahwa pengendara

kendaraan bermotor di bawah umur yang melakukan pelanggaran lalu lintas di

kota Salatiga sangat banyak, sehingga penulis ingin mengamati bagaimana

penegakan hukum terhadap kenyataan banyaknya pelanggaran lalu lintas yang

dilakukan oleh anak di bawah umur. Berikut ini adalah Perbandingan Skripsi

yang pernah ditulis sebelumnya oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Kristen Satya Wacana.

16

(10)

PERBANDINGAN SKRIPSI

Tabel 1.0

NAMA Penulis Vita Yusnita Chandra Danang Januardi Teguh Budi Pranowo

NIM 312013712 312004022 3198048 3198333

JUDUL TINDAKAN KEPOLISIAN pelanggaran lalu lintas jalan raya di Rembang ? berkaitan dengan pelaku dan pelanggarannya pada tahun 2002 ?

2. Bagaimanakah bentuk

penyelesaian perkara

pelanggaran lalu lintas yang ditangani oleh Pengedilan Negeri Salatiga tahun 2002 ?

1. Bagaimana karakteristik pelanggaran lalu lintas yang terjadi di wilayah hukum

pelanggaran lalu lintas yang ditangani Pengadilan Negeri

(11)

I. 2 RUMUSAN MASALAH

Dengan didasarkan pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk

membahas permasalahan, sebagai berikut :

1. Apa faktor penyebab anak sebagai pengendara kendaraan bermotor tanpa

memiliki Surat Izin Mengemudi ?

2. Bagaimana tindakan Kepolisian Satuan Lalu Lintas kota Salatiga terhadap

anak di bawah umur sebagai pengendara kendaraan bermotor di Kota

Salatiga ?

3. Apa faktor yang mempengaruhi tindakan Kepolisian Satuan Lalu Lintas

Kota Salatiga terhadap anak di bawah umur sebagai pengendara kendaraan

bermotor?

I. 3 TUJUAN PENELITIAN

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan, lebih-lebih penelitian dalam

rangka penulisan suatu karya ilmiah khususnya skripsi. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana seperti apa

yang diberikan kepada anak di bawah umur yang melakukan pelanggaran lalu

lintas. Dan sejauh ini pertanggungjawaban seperti apa yang diberikan oleh Polres

kota Salatiga kepada anak di bawah umur yang melakukan pelanggaran lalu lintas

(12)

I. 4 MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi

ilmu pengetahuan hukum khususnya pada hukum pidana anak, pada umumnya

dalam pengembangan hukum pidana.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas tanggungjawab pidana

seperti apa yang diberikan kepada anak dalam kasus pelanggaran lalu lintas.

I. 5 METODE PENELITIAN

Dalam rangka penulisan skripsi ini sebagai upaya untuk mendapatkan

hasil yang bersifat objektif maka diperlukan adanya data dan informasi yang valid

dan relevan serta berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Sebagai upaya

dalam perolehan data yang valid, penulis mempergunakan metode penelitian yang

berfungsi sebagai sarana dan pedoman dalam perolehan data serta untuk

mengoperasionalkan tujuan penelitian, meliputi :

1. Pendekatan Yang Digunakan

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian skripsi ini adalah sosio

legal. Sosio legal yaitu analitis yang berusaha memberikan gambaran secara

menyeluruh, sistematis dan mendalam tentang sesuatu keadaan atau gejala

penelitian.17 Berkaitan dengan hal tersebut penulis ingin menggambarkan tentang

17

(13)

penegakan hukum terhadap pengemudi kendaraan bermotor oleh anak dibawah

umur yang melanggar lalu lintas.

2. Jenis Penelitian Yang Digunakan

Jenis penelitian adalah eksploratif artinya Penelitian

eksploratif merupakan salah satu jenis penelitian sosial yang tujuannya untuk

memberikan definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan

dalam penelitian.18

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara yaitu wawancara dilakukan kepada pihak Satuan Lalu Lintas Polres

Salatiga.

b. Wawancara dengan pengendara kendaraan bermotor yaitu anak di bawah umur.

c. Wawancara dengan orang tua dari anak di bawah umur yaitu sebagi pengendara

kendaraan bermotor.

d. Wawancara dengan Kepolisian Satuan Lalu Lintas Kota Salatiga.

e. Studi dokumen atau bahan bacaan yaitu peraturan perundang-undangan,

buku-buku, makalah, dan internet.

f. Observasi atau pengamatan.

18

(14)

4. Unit Amatan

Unit amatan adalah dari mana data dan informasi yang diperlukan untuk

menjawab masalah yang diteliti diperoleh, dalam penelitian ini unit amatannya

adalah Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan dalam mengatur mengenai syarat usia pengendara sepeda

motor, pihak Kepolisian Satuan Lalu Lintas Kota Salatiga dalam penegakkan

hukum terhadap pengendara kendaraan bermotor oleh anak di bawah umur, serta

anak sebagai pengendara kendaraan bermotor dan orang tua dari anak tersebut.

5. Unit Analisa

Unit analisa adalah kepada siapa kesimpulan suatu penelitian dilakukan,

dalam penelitian ini unit analisanya adalah tindakan hukum dari kepolisian lalu

lintas kota Salatiga terhadap pengendara kendaraan bermotor di bawah umur.

1. 6 SISTEMATIKA PENULISAN

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan, Manfaat, Metode Peneltian, Sistematika Penulisan dan Daftar Bacaan.

2. BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini membahas dan menjawab permasalahan yang telah

(15)

UU No.22 Tahun 2009, apa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

tersebut.

3. BAB III PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi

Referensi

Dokumen terkait

Tesis ini penulis susun untuk memenuhi salah satu persyaratan akhir menempuh pendidikan kedokteran keluarga di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS)..

sumber data peneliti adalah subyek dari mana data dapat

YANG HADIR 1) En. Rahim ) ( Daryati Binti Samsudin ) Setiausaha Sukan & Permainan Badminton, Penolong Kanan Kokurikulum, SK Jaya Baru, Kinabatangan. SK Jaya Baru,

Faktor-faktor yang menghambat aparat penegak hukum yaitu sangat kurangnya ilmu pengetahuan penyidik tentang sidik jari akan menghambat proses penyidikan hal

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan gedung ini sebagai acuan dasar untuk menentukan

Solusi yang berhubungan dengan siswa kelas VIII MTs Rohmaniyyah Solusi apa yang telah dilakukan berkaitan dengan problematika pembelajaran Fiqih yang berhubungan dengan

Proses fitoremediasi ini menggunakan sistem batch yang dimana cara kerja penelitian ini yaitu mendiamkan tanaman bambu air yang telah diatur pada reaktor yang berisi air

Hal ini mungkin karena kupu-kupu jenis tersebut merupakan jenis kupu-kupu pemakan buah sehingga jenis ini banyak ditemui mengunjungi bunga semangka, karena pada