• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO2 TERDADAH NITROGEN MELALUI METODE HIDROTERMAL DENGAN VARIASI SUHU DAN KALSINASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO2 TERDADAH NITROGEN MELALUI METODE HIDROTERMAL DENGAN VARIASI SUHU DAN KALSINASI."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO2 TERDADAH NITROGEN MELALUI METODE HIDROTERMAL DENGAN VARIASI

SUHU DAN KALSINASI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Mememenuhi

Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Sarjana Sains Bidang Kimia

Oleh:

Purdiana Susilowati

12307141038

PROGRAM STUDI KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)
(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk…

Bapak Tugiyo dan Ibu Murharyani

yang selama ini telah mencurahkan segala usaha, doa dan kasih sayangnya untukku

Kakak-kakakku dan adikku

terimakasih atas segala dukungan kalian

Sahabat-sahabatku Fitri, Vina, Asri, Ratna, Elsa

terimakasih untuk waktu kalian selama ini

Teman-teman Kimia Subsidi 2012

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi yang berjudul “Sintesis dan Karakterisasi TiO2 Terdadah Nitrogen Melalui Metode Hidrotermal dengan Variasi Suhu dan Kalsinasi”. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini telah mendapat bimbingan, bantuan, arahan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Bapak Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Hari Sutrisno dan Bapak M. Pranjoto Utomo, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan guna memperbaiki penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Vina, Asri, Fitri, Ratna, Elsa yang selalu membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman satu kelompok penelitian Hary, Saiful, Muhaimin, Eti, Fia, Yuza yang membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

(7)

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan secara moral maupun material dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, 29 September 2016

(8)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 6

1. Semikonduktor TiO2 ... 6

2. TiO2 Terdadah Nitrogen (N-TiO2) ... 8

3. Sintesis N-TiO2 dengan Metode Hidrotermal ... 10

4. Metode X-Ray Diffraction (XRD) ... 12

5. Metode FTIR ... 13

6. Metode UV-Vis ... 14

7. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi N2 ... 15

B. Penelitian yang Relevan ... 17

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian ... 20

1. Alat-alat Penelitian ... 20

2. Bahan-bahan`Penelitian ... 20

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 20

1. Subjek Penelitian ... 20

2. Objek Penenlitian ... 20

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

D. Prosedur Penelitian ... 21

1. Sintesis nanopartikel N-TiO2 dengan Metode Hidrotermal ... 21

2. Karakterisasi dan Analisis ... 22

3. Bagan Penelitian ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sintesis N-TiO2 dengan Metode Hidrotermal ... 26

B. Karakterisasi N-TiO2 Hasil Sintesis dengan Metode Hidrotermal ... 27

1. Karakterisasi Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) ... 27

2. Karakterisasi Menggunakan FTIR ... 33

3. Kakaterisasi N-TiO2 dengan UV-Vis ... 34

4. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 44  

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Hasil XRD Sampel N-TiO2 Setelah Dikalsinasi ... 29

Tabel 2 Hasil Perbandingan Fraksi Rutile dan Anatase ... 31

Tabel 3 Ukuran Kristalit N-TiO2 Setelah Dikalsinasi ... 31

Tabel 3 Hasil U-Fit Parameter Kisi Sampel Setelah Dikalsinasi ... 32

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Kristal Anatase, Rutile dan Broockite ... 7

Gambar 2 Bagian Autoclave, Baja dan Tabung Teflon ... 11

Gambar 3 Ilustrasi Hukum Bragg ... 13

Gambar 4 Klasifikasi Isoterm Adsorpsi Desorpsi ... 16

Gambar 5 Klasifikasi Alur Histeresis ... 17

Gambar 6 Skema Kerja Penelitian ... 25

Gambar 7 Difraktogram XRD Senyawa N-TiO2 pada Temperatur Hidrotermal 110°C, 120°C dan 150°C Sebelum Dikalsinasi ... 28

Gambar 8 Difraktogram XRD Senyawa N-TiO2 yang Disintesis pada Temperatur Hidrotermal 110°C, 120°C dan 150°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam... 30

Gambar 9 Spektra FTIR Sampel N-TiO2 yang Disintesis pada Temperatur 110°C Sebelum Kalsinasi dan Sesudah Kalsinasi Selama 3 Jam pada Temperatur 450°C ... 33

Gambar 10 Spektra UV Senyawa N-TiO2 dengan Variasi Temperatur Hidrotermal Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam ... 34

Gambar 11 Grafik Energi Celah Pita Senyawa N-TiO2 pada Suhu Hidrotermal 110°C, 120°C, 150°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam ... 35

Gambar 12 Isoterm Adsorpsi Desorpsi Senyawa N-TiO2 Temperatur Hidrotermal 110°C dan 120°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam ... 36

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Difraktogram XRD ... 44

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Ukuran Partikel N-TiO2 ... 50

Lampiran 3 Perhitungan Rasio Fasa Rutile:Anatase ... 55

Lampiran 4 Perhitungan Parameter Kisi dengan U-Fit ... 56

Lampiran 5 Spektra FTIR N-TiO2 yang Disintesis pada Suhu 110°C ... 61

Lampiran 6 Spektra Absorbansi dan Reflektansi ... 64

Lampiran 7 Grafik Perhitungan Energi Celah Pita ... 70

Lampiran 8 Proses Sintesis dan Hasil Sintesis ... 72

(13)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO2 TERDADAH NITROGEN MELALUI METODE HIDROTERMAL DENGAN

VARIASI SUHU DAN KALSINASI

Oleh:

Purdiana Susilowati 12307141038

Pembimbing:

Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis nanopartikel N-TiO2 melalui metode hidrotermal dengan variasi temperatur untuk mengetahui pengaruh temperatur hidrotermal diikuti dengan kalsinasi terhadap struktur, ukuran partikel, karakter elektronik dan porositas N-TiO2.

Nanopartikel N-TiO2 disintesis dengan cara mencampurkan akuades dengan HCl 36% dan diaduk selam 10 menit, kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan dodesilamin sambil dilakukan pengadukan selama 30 menit hingga diperoleh larutan homogen. Setelah itu, ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit larutan TiCl4 sambil dilakukan pengadukan selama 30 menit. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tablung teflondan dioven selama 12 jam pada temperatur 110°C, 120°C dan 150°C. Hasil dari pengovenan tersebut kemudian digerus dan dikalsinasi selama 3 jam pada temperatur 450°C. Karakterisasi sampel dilakukan menggunakan X-Ray

Diffraction (XRD), FTIR, UV-Vis dan analisa isoterm adsorpsi-desorpsi

menggunakan alat Quantachrome NovaWin2

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan temperatur hidrotermal yang diikuti dengan kalsinasi pada temperatur 450°C mempengaruhi ukuran partikel N-TiO2 antara lain adanya peningkatan ukuran partikel pada fase rutile dan adanya penurunan ukuran partikel pada fase anatase. Selain itu, kenaikan temperatur hidrotermal juga menyebabkan perubahan rasio fase anatase dan

rutile. Rasio fase rutile mengalami penurunan pada sintesis dengan temperatur

(14)

SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF NITROGEN-DOPED TiO2 THROUGH HYDROTHERMAL METHOD WITH TEMPERATURE

VARIATION AND CALCINATION 

By:

Purdiana Susilowati 12307141038

Advisor:

Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si

ABSTRACT

This research aims to synthesize N-TiO2 nanoparticles through hydrothermal method with temperature variations and calcination to determine the influence of hydrothermal temperature on the structure, size of particles, electronic character and porosity N-TiO2.

N-TiO2 nanoparticlessynthesized by mixing distilled water with HCl 36% and stirred 10 minutes, then dodesylamine is added to the solution while stirring for 30 minutes to obtain a homogeneous solution. Thereafter, to the solution was added TiCl4 while stirring for 30 minutes. The solution is then inserted into teflon tube and oven for 12 hours at 110°C, 120°C and 150°C. Results of the oven was then crushed and calcined for 3 hours at a temperature of 450°C. Characterization of the samples was performed using X-Ray Diffraction (XRD), FTIR, UV-Vis and analysis of isotherm adsorption-desorption using a Quantachrome NovaWin2. 

The results of this study indicate that the rise in temperature hydrothermal followed by calcination at a temperature of 450°C affect the particle size of the N-TiO2, among others, the increase in the size of particles in rutile phase and a decrease in particle size on the anatase phase. In addition, the increase in temperature hydrothermal also cause changes in the ratio of anatase and rutile phase. Ratio of rutile phase decreased in the hydrothermal synthesis temperature of 120°C but an increase in the hydrothermal synthesis temperature of 150°C, while the ratio of anatase phase decreases with increasing temperature hydrothermal. Rising hydrothermal temperatures also cause lattice parameter tends to rise, the energy band gap tends to decrease, becoming more uniform pore size, and specific surface area increases.

 

(15)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

Bapak Tugiyo dan Ibu Murharyani

yang selama ini telah mencurahkan segala usaha, doa dan kasih sayangnya untukku

Kakak-kakakku dan adikku terimakasih atas segala dukungan kalian

Sahabat-sahabatku Fitri, Vina, Asri, Ratna, Elsa terimakasih untuk waktu kalian selama ini

Teman-teman Kimia Subsidi 2012

(16)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

karunia, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi yang

berjudul “Sintesis dan Karakterisasi TiO2 Terdadah Nitrogen Melalui Metode

Hidrotermal dengan Variasi Suhu dan Kalsinasi”.Penulis menyadari bahwa dalam

menyelesaikan penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini telah mendapat

bimbingan, bantuan, arahan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D selaku dosen pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan masukan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta masukan dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Hari Sutrisno dan Bapak M. Pranjoto Utomo, M.Si selaku dosen

penguji yang telah memberikan saran dan masukan guna memperbaiki

penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam

penulisan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku Vina, Asri, Fitri, Ratna, Elsa yang selalu membantu dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman satu kelompok penelitian Hary, Saiful, Muhaimin, Eti, Fia, Yuza

yang membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

(17)

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan secara moral

maupun material dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi kita semua. Amin.

Yogyakarta, 29 September 2016

(18)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...3

C. Pembatasan Masalah ...3

D. Perumusan Masalah ...4

E. Tujuan Penelitian...4

F. Manfaat Penelitian ...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori...6

1. Semikonduktor TiO2...6

2. TiO2Terdadah Nitrogen (N-TiO2) ...8

3. Sintesis N-TiO2dengan Metode Hidrotermal ...10

4. Metode X-Ray Diffraction (XRD) ...12

5. Metode FTIR ...13

6. Metode UV-Vis ...14

7. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi N2...15

B. Penelitian yang Relevan ...17

(19)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian...20

1. Alat-alat Penelitian ...20

2. Bahan-bahan`Penelitian...20

B. Subjek dan Objek Penelitian ...20

1. Subjek Penelitian ...20

2. Objek Penenlitian ...20

C. Waktu dan Tempat Penelitian ...21

D. Prosedur Penelitian ...21

1. Sintesis nanopartikel N-TiO2dengan Metode Hidrotermal...21

2. Karakterisasi dan Analisis ...22

3. Bagan Penelitian ...25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sintesis N-TiO2dengan Metode Hidrotermal ...26

B. Karakterisasi N-TiO2Hasil Sintesis dengan Metode Hidrotermal...27

1. Karakterisasi Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) ...27

2. Karakterisasi Menggunakan FTIR ...33

3. Kakaterisasi N-TiO2dengan UV-Vis ...34

4. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi ...35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...38

B. Saran ...39

DAFTAR PUSTAKA ...40

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Hasil XRD Sampel N-TiO2Setelah Dikalsinasi ...29

Tabel 2 Hasil Perbandingan Fraksi Rutile dan Anatase...31

Tabel 3 Ukuran Kristalit N-TiO2Setelah Dikalsinasi ...31

Tabel 3 Hasil U-Fit Parameter Kisi Sampel Setelah Dikalsinasi...32

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Kristal Anatase, Rutile dan Broockite ...7

Gambar 2 Bagian Autoclave, Baja dan Tabung Teflon...11

Gambar 3 Ilustrasi Hukum Bragg ...13

Gambar 4 Klasifikasi Isoterm Adsorpsi Desorpsi ...16

Gambar 5 Klasifikasi Alur Histeresis...17

Gambar 6 Skema Kerja Penelitian ...25

Gambar 7 Difraktogram XRD Senyawa N-TiO2 pada Temperatur Hidrotermal 110°C, 120°C dan 150°C Sebelum Dikalsinasi ...28

Gambar 8 Difraktogram XRD Senyawa N-TiO2yang Disintesis pada Temperatur Hidrotermal 110°C, 120°C dan 150°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam ...30

Gambar 9 Spektra FTIR Sampel N-TiO2yang Disintesis pada Temperatur 110°C Sebelum Kalsinasi dan Sesudah Kalsinasi Selama 3 Jam pada Temperatur 450°C ...33

Gambar 10 Spektra UV Senyawa N-TiO2dengan Variasi Temperatur Hidrotermal Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam...34

Gambar 11 Grafik Energi Celah Pita Senyawa N-TiO2 pada Suhu Hidrotermal 110°C, 120°C, 150°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam...35

Gambar 12 Isoterm Adsorpsi Desorpsi Senyawa N-TiO2Temperatur Hidrotermal 110°C dan 120°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam...36

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Difraktogram XRD...44

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Ukuran Partikel N-TiO2...50

Lampiran 3 Perhitungan Rasio Fasa Rutile:Anatase...55

Lampiran 4 Perhitungan Parameter Kisi dengan U-Fit...56

Lampiran 5 Spektra FTIR N-TiO2yang Disintesis pada Suhu 110°C...61

Lampiran 6 Spektra Absorbansi dan Reflektansi...64

Lampiran 7 Grafik Perhitungan Energi Celah Pita ...70

Lampiran 8 Proses Sintesis dan Hasil Sintesis...72

(23)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI TiO2TERDADAH NITROGEN

MELALUI METODE HIDROTERMAL DENGAN VARIASI SUHU DAN KALSINASI

Oleh:

Purdiana Susilowati 12307141038

Pembimbing:

Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis nanopartikel N-TiO2 melalui

metode hidrotermal dengan variasi temperatur untuk mengetahui pengaruh temperatur hidrotermal diikuti dengan kalsinasi terhadap struktur, ukuran partikel,

karakter elektronik dan porositas N-TiO2.

Nanopartikel N-TiO2disintesis dengan cara mencampurkan akuades dengan

HCl 36% dan diaduk selam 10 menit, kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan dodesilamin sambil dilakukan pengadukan selama 30 menit hingga diperoleh larutan homogen. Setelah itu, ke dalam larutan tersebut

ditambahkan sedikit demi sedikit larutan TiCl4 sambil dilakukan pengadukan

selama 30 menit. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tablung teflondan dioven selama 12 jam pada temperatur 110°C, 120°C dan 150°C. Hasil dari pengovenan tersebut kemudian digerus dan dikalsinasi selama 3 jam pada

temperatur 450°C. Karakterisasi sampel dilakukan menggunakan X-Ray

Diffraction (XRD), FTIR, UV-Vis dan analisa isoterm adsorpsi-desorpsi

menggunakan alat Quantachrome NovaWin2

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan temperatur hidrotermal

yang diikuti dengan kalsinasi pada temperatur 450°C mempengaruhi ukuran

partikel N-TiO2antara lain adanya peningkatan ukuran partikel pada fase rutile dan

adanya penurunan ukuran partikel pada fase anatase. Selain itu, kenaikan temperatur hidrotermal juga menyebabkan perubahan rasio fase anatase dan rutile. Rasio fase rutile mengalami penurunan pada sintesis dengan temperatur

hidrotermal 120°C namun mengalami kenaikan pada sistesis dengan temperatur

hidrotermal 150°C, sedangkan rasio fase anatase menurun seriring dengan naiknya

(24)

SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF NITROGEN-DOPED TiO2

THROUGH HYDROTHERMAL METHOD WITH TEMPERATURE VARIATION AND CALCINATION

By:

Purdiana Susilowati 12307141038

Advisor:

Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D Dr. Cahyorini Kusumawardani, M.Si

ABSTRACT

This research aims to synthesize N-TiO2 nanoparticles through

hydrothermal method with temperature variations and calcination to determine the influence of hydrothermal temperature on the structure, size of particles, electronic

character and porosity N-TiO2.

N-TiO2nanoparticles synthesized by mixing distilled water with HCl 36%

and stirred 10 minutes, then dodesylamine is added to the solution while stirring for 30 minutes to obtain a homogeneous solution. Thereafter, to the solution was added

TiCl4 while stirring for 30 minutes. The solution is then inserted into teflon tube

and oven for 12 hours at 110°C, 120°C and 150°C. Results of the oven was then crushed and calcined for 3 hours at a temperature of 450°C. Characterization of the samples was performed using X-Ray Diffraction (XRD), FTIR, UV-Vis and analysis of isotherm adsorption-desorption using a Quantachrome NovaWin2.

The results of this study indicate that the rise in temperature hydrothermal followed by calcination at a temperature of 450°C affect the particle size of the

N-TiO2, among others, the increase in the size of particles in rutile phase and a

decrease in particle size on the anatase phase. In addition, the increase in temperature hydrothermal also cause changes in the ratio of anatase and rutile phase. Ratio of rutile phase decreased in the hydrothermal synthesis temperature of 120°C but an increase in the hydrothermal synthesis temperature of 150°C, while the ratio of anatase phase decreases with increasing temperature hydrothermal. Rising hydrothermal temperatures also cause lattice parameter tends to rise, the energy band gap tends to decrease, becoming more uniform pore size, and specific surface area increases.

(25)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan energi sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia,

sebagian besar kebutuhan energi masih bergantung pada energi fosil, terutama

energi minyak dan gas bumi. Kebutuhan sumber energi semakin hari semakin

meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan meningkatnya populasi

manusia. Harga energi fosil dari hari ke hari juga semakin mahal seiring dengan

semakin menipisnya cadangan energi fosil. Hal tersebut mendorong banyak ahli

berusaha mengembangkan sumber energi alternatif baru yang murah dan ramah

lingkungan. Salah satu bentuk pengembangan energi terbarukan yang murah dan

ramah lingkungan adalah sel surya.

Energi surya merupakan sumber energi terbesar yang tidak akan pernah

habis ketersediaanya. Energi surya dapat dikonversi menjadi energi listrik

menggunakan sel surya dan dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif untuk

memenuhi kebutuhan manusia di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Sel surya mampu beroperasi dengan baik hampir di seluruh belahan bumi yang

tersinari matahari tanpa menghasilkan polusi sehingga lebih ramah lingkungan.

Mekanisme prinsip kerja sel surya berdasarkan efek fotovoltaik, yaitu foton dari

radiasi diserap kemudian dikonversi menjadi energi listrik. Efek fotovoltaik

adalah suatu peristiwa terciptanya muatan listrik di dalam bahan sebagai akibat

(26)

Material berbasis titanium dioksida (TiO2) mulai banyak dikembangkan

untuk aplikasi di bidang fotovoltaik dan fotokatalis sejak kristal tunggal TiO2

digunakan sebagai fotoanoda sel fotoelektrokimia oleh Fujishima dan Honda

(1972). TiO2 memiliki energi celah pita yang cukup lebar, tidak beracun, mudah

disintesis, mempunyai kemampuan fotoaktivitas tinggi, luas permukaan tinggi dan

dapat diregenerasi (Wade, 2005). TiO2mempunyai energi celah pita yang berkisar

antara 3-3,2 eV yang menjadikan TiO2 hanya aktif di daerah sinar ultraviolet

(200-400 nm). Hal ini tentunya menjadi masalah karena hanya 3-5% dari sinar

matahari yang teremisi pada daerah ultraviolet (Mikhalow et al., 2009).

Usaha-usaha untuk meningkatkan respon TiO2terhadap sinar tampak banyak dilakukan,

diantaranya dengan penggunaan sensitizer, pendadahan logam, pendadahan non

logam, modifikasi struktur dan lain-lain.

TiO2 dapat disintesis dengan beberapa metode, antara lain seperti metode

sol-gel (Manseki et al., 2003), teknik sputtering (Asahi et al., 2001), kalsinasi

suhu tinggi pada atmosfer yang mengandung nitrogen (Nakamura et al., 2004) dan

metode hidrotermal. Metode hidrotermal merupakan metode yang lebih

menguntungkan jika dibandingkan dengan proses lainnya karena proses ini lebih

sederhana dan biayanya pun cukup murah. Selain itu, hasil dari metode hidrotemal

lebih homogen karena prosesnya terjadi secara perlahan-lahan (Yanagisawa &

Ovenstone, 1999).

Peningkatan kemampuan fotoaktivitas TiO2 dapat ditingkatkan dengan

cara melakukan pendadahan. Salah satu pendadah yang paling efektif adalah

(27)

tampak. Pada penelitian ini, sumber nitrogen yang digunakan berasal dari

surfaktan yang bersifat netral, yaitu dodesilamin. Dodesilamin selain berfungsi

sebagai sumber nitrogen juga berfungsi sebagai pencetak pori. Sintesis material

TiO2 yang terdadah nitrogen dengan metode hidrotermal ini nantinya diharapkan

dapat meningkatkan respon TiO2di daerah sinar tampak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Metode yang digunakan dalam preparasi TiO2terdadah nitrogen (N-TiO2).

2. Sumber Ti yang digunakan.

3. Sumber N yang digunakan.

4. Temperatur yang digunakan untuk mensintesis nanopartikel N-TiO2.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan, dapat ditentukan batasan

masalah sebagai berikut.

1. Metode yang digunakan dalam preparasi TiO2 terdadah nitrogen adalah

metode hidrotermal.

2. Sumber Ti yang digunakan adalah TiCl4.

3. Sumber N yang digunakan adalah dodesilamin.

(28)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, perumusan masalah penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh variasi temperatur hidrotermal yang diikuti dengan

kalsinasi pada temperatur 450°C terhadap struktur dan ukuran partikel

N-TiO2?

2. Bagaimana pengaruh variasi temperatur hidrotermal yang diikuti dengan

kalsinasi pada temperatur 450°C terhadap karakter elektronik N-TiO2?

3. Bagaimana pengaruh variasi temperatur hidrotermal yang diikuti dengan

kalsinasi pada temperatur 450°C terhadap porositas N-TiO2?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh variasi temperatur hidrotermal yang diikuti dengan

kalsinasi pada temperatur 450°C terhadap struktur dan ukuran partikel N-TiO2.

2. Mengetahui pengaruh temperatur hidrotermal terhadap yang diikuti dengan

kalsinasi pada temperatur 450°C karakter elektronik N-TiO2.

3. Mengetahui pengaruh variasi temperatur hidrotermal yang diikuti dengan

(29)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang peningkatan fotorespon N-TiO2.

2. Menambah wawasan dalam upaya pengembangan energi baru terbarukan

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Semikonduktor TiO2

Titanium dioksida (TiO2) merupakan salah satu bahan semikonduktor

yang mempunyai sifat stabil terhadap fotokorosi dan korosi oleh bahan kimia,

inert, dan merupakan senyawa semikonduktor yang bersifat fotokatalis. TiO2

berupa padatan ionik yang terdiri dari Ti4+dan O2-dalam konfigurasi oktahedron.

Padatan ini memiliki 11 bentuk polimorf, dan dari sebelas polimorf tersebut tiga

diantaranya terdapat di alam dan bersifat stabil yaitu anatase, rutile dan broockite

(Sutrisno, 2009).

Rutile merupakan salah satu bentuk polimorf TiO2yang cenderung lebih stabil

pada suhu tinggi sehingga polimorf ini sering ditemukan dalam batuan igneous

(beku karena pengapian). Rutile mempunyai sistem kristal tetragonal dan

memiliki energi celah pita 3,0 eV (Grant., 1959).

Anatase merupakan bentuk polimorf TiO2 yang cenderung lebih stabil pada

suhu rendah. Bentuk kristal anatase terjadi pada pemanasan TiO2 serbuk mulai

dari temperatur 120-500°C (Ollis & Elkabi, 1991). Struktur anatase memiliki

eneri celah pita sebesar 3,2 eV yang setara dengan energi gelombang sinar UV

dengan panjang gelombang 388 nm. Anatase mempunyai sistem kristal tetragonal

(Asahi et al., 2001).

Broockite sangat sulit diamati karena tidak stabil dan umumnya hanya terdapat

dalam mineral. Broockite memiliki struktur kristal orthorombik dan memiliki

(31)

Struktur dari ketiga tipe kristal TiO2tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kristal (a) Anatase, (b) Rutile dan (c) Broockite

Secara umum, anatase dan rutile merupakan fasa kristal dari TiO2 yang

banyak diaplikasikan dalam proses fotokatalis, sel fotovoltaik, fotoinduksi

superhidrofilik dan pemurnian lingkungan seperti pemurnian udara dan air (Shifu

& Gengyu, 2005). Fase anatase memiliki fotoaktivitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan rutile (Yates et al., 1995). Menurut Su et al. (2004)

fotoaktivitas TiO2 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain seperti luas

permukaan spesifik, ukuran kristalit, distribusi ukuran pori dan metode preparasi.

TiO2 yang berukuran nano dengan stuktur mesopori mempunyai fotoaktivitas

yang paling optimal. Kartini (2004) juga menyatakan aplikasi TiO2 sebagai

semikonduktor pada sistem DSSC dimana TiO2mesopori dengan luas permukaan

yang tinggi dan domain fase kristal anatase dapat meningkatkan efisiensi sel

surya. Luas permukaan yang tinggi mengakibatkan adsorpsi senyawa sensitiser

yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan penyerapan sinar, dan domain fase

anatase menyebabkan efisiensi perpindahan elektron yang lebih tinggi.

a b

(32)

2. TiO2terdadah Nitrogen (N-TiO2)

Pemanfaatan TiO2 sebagai semikonduktor fotokimia diawali dengan

penemuan sel fotoelektrokimia pertama untuk dekomposisi air dengan

menggunakan elektroda TiO2 yang dilapisi Pt oleh Fujishima & Honda (1972).

Sejak saat itu, penelitian di bidang fotokatalis didominasi studi fotokatalitik

oksidasi berbasis TiO2. Gratzel & O’Regan (1991) menggunakan TiO2 sebagai

semikonduktor fotoanoda pada dye-sensitized solar cells/DSSC. DSSC

mengundang banyak perhatian karena menghasilkan efisiensi konversi yang tinggi

dengan biaya produksi yang rendah. DSSC mampu menghasilkan konversi energi

sinar menjadi energi listrik sekitar 11% (Gratzel dan Zakeeruddin, 2008).

TiO2merupakan semikonduktor yang mempunyai energi celah pita (Eg)

3-3,2 eV dan bersifat transparan di daerah sinar tampak. Dengan harga Eg pada

kisaran tersebut, TiO2mengadsorpsi energi foton pada daerah ultraviolet dengan

kisaran panjang gelombang 290-400 nm (Gratzel dan Gerfin, 1997). Oleh karena

itu TiO2 hanya memiliki respon optis aktif di daerah sinar ultraviolet. Dengan

demikian dapat dikatakan TiO2tidak mempunyai respon di daerah sinar tampak

karena absorpsi energi foton pada daerah visibel dengan kisaran panjang

gelombang 400-900 nm kurang efektif untuk proses transisi elektron dari pita

valensi ke pita konduksi TiO2. Respon TiO2 terhadap cahaya matahari sangat

rendah karena hanya 5% dari cahaya matahari yang dipancarkan pada daerah

ultraviolet (Yates et al., 1995).

Salah satu usaha yang cukup efektif untuk meningkatkan fotoaktivitas TiO2

(33)

logam yang paling efektif adalah nitrogen, karena memiliki ukuran yang hampir

sama dengan oksigen dan memiliki energi ionisasi yang kecil (Park et al., 2002).

TiO2yang terdadah nitrogen menghasilkan aktivitas fotokatalik yang lebih tinggi

jika dibandingkan dengan TiO2murni pada reaksi dekomposisi senyawa organik.

Peningkatan fotoaktivitas TiO2 tersebut juga dipengaruhi oleh karakter

fisikokimia material TiO2 seperti ukuran partikel, kristalinitas dan porositas

(Wade, 2005). Aplikasi TiO2 terdadah nitrogen pada sistem DSSC juga

memberikan efisiensi sel surya dengan kestabilan yang tiggi jika dibandingkan

dengan TiO2murni. Efisiensi yang dihasilkan pada DSSC berbasis N-TiO2adalah

sekitar 8% dengan kestabilan selama 2000 jam, sedangkan pada TiO2 murni

efisiensi yang dihasilkan adalah 3,8% dengan kestabilan selama 680 jam (Ma et

al., 2005).

Pendadahan nitrogen pada permukaan TiO2bertujuan untuk menghasilkan

material yang aktif pada daerah sinar tampak. Penerapan pendadahan pada

semikonduktor berarti penambahan pengotor pada material semikonduktor dengan

tujuan untuk memodifikasi karakteristik elektroniknya sehingga dapat

menurunkan energi celah pita.

Sintesis N-TiO2 telah dilakukan oleh Sato (1986) dengan cara melakukan

kalsinasi Ti(OH)4 yang dihasilkan dari proses hidrolisis TiCl4 dengan adanya

NH4Cl. Proses kalsinasi dilakukan pada temperatur 400°C dan menghasilkan

material N-TiO2 yang menunjukkan peningkatan fotoaktivitas pada daerah sinar

(34)

kecepatan dekomposisi pada gas asetaldehida lima kali lebih cepat jika

dibandingkan dengan TiO2 murni. Sintesis dengan metode sol-gel pernah

dilakukan oleh Burda et al. (2003) untuk menghasilkan material N-TiO2mesopori.

Dodesilamin digunakan sebagai pencetak pori dan sumber nitrogen. Nitrogen

yang terdadah pada TiO2memberikan peningkatan respon di daerah sinar tampak

yang ditunjukkan dengan adanya pergeseran serapan pada panjang gelombang 600

nm.

3. Sintesis N-TiO2dengan Metode Hidrotermal

Sintesis dengan metode hidrotermal merupakan metode yang melibatkan

penggunaan air pada suhu dan tekanan yang tinggi dengan tujuan untuk merubah

stuktur kristal dan juga membentuk material nanostruktur. Metode hidrotermal

merupakan metode preparasi material mikropori yang telah dikembangkan oleh

Rouxel dari Universite de Nantes Perancis yaitu dengan menggunakan air sebagai

media pelarut. Metode ini dilakukan dengan menggunakan tekanan uap dan suhu

di atas titik didih normal yang bertujuan untuk mempercepat reaksi antar zat

padat. Metode hidrotermal dapat digunakan untuk pembentukan/pertumbuhan

kristal tunggal (West, 1984).

Metode hidrotermal lebih menguntungkan dibandingkan dengan proses

lainnya, antara lain menghemat enegi, proses sederhana, bebas polusi (karena

dilakukan pada sistem tertutup), biaya cukup efisien, tingkat dispersi lebih tinggi,

kontrol nukleasi yang lebih baik, tingkat reaksi yang tinggi, dan temperatur

(35)

mengontrol bentuk (Pujianto, 2009). Material hasil sintesis melalui metode

hidrotermal juga lebih homogen karena prosesnya terjadi secara perlahan lahan

(Yanagisawa & Ovenstone, 1999). Teknik ini juga memudahkan fabrikasi, bahkan

pada material kompleks dengan sifat fisik maupun kimia yang ekstrim.

Pertumbuhan kristal dengan metode hidrotermal terjadi dalam sebuah alat

yang terbuat dari tabung baja yang disebut autoclave. Pada umumnya, alat ini

berbentuk tabung silinder yang berdinding tebal yang memiliki hermetic seal yang

bertujuan agar tahan terhadap suhu tinggi dan tekanan dalam periode tertentu.

Autoclave ini harus inert terhadap larutan untuk mencegah terjadinya reaksi antara

dinding dan bagian yang dimasukkan ke dalamnya. Selain itu juga harus

diperhatikan apabila zat yang dimasukkan bersifat korosi. Untuk mencegah

terjadinya korosi, pada umumnya autoclave diberi tambahan berupa protective

insert. Bagian ini dapat terbuat dari tembaga, emas, perak, titanium, kaca, kuarsa

atau teflon tergantung temperatur yang akan digunakan (Akhmad et al., 2004).

Bagian dari autoclave, baja dan tabung teflon dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagian Autoclave, Baja dan Tabung Teflon Lapisan Teflon

Tutup tabung baja

(36)

4. Metode X-Ray Diffraction (XRD)

Spektroskopi X-Ray Diffraction atau XRD merupakan salah satu metode

karakterisasi material kristalin untuk menentukan parameter kisi dan struktur

kristal (Handayani & Haryadi, 1998). Difraktogram XRD dapat digunakan untuk

melakukan identifikasi dan analisis struktur kristal berdasarkan puncak-puncak

difraksi yang muncul. Fase kristal dapat diidentifikasi berdasarkan jarak antar

bidang (dhkl) atau sudut refleksi puncak (2 ) yang berhubungan. Pola difraksi

standar yang umumnya digunakan adalah JCPDS file (Join Commite on Powder

Diffraction Standard) atau ASTM (American Society for Testing Materials).

Cara kerja XRD yaitu cahaya monokromatik sinar-X ttembakkan pada

kristal, satu pantulan atau difraksi dari variasi sudut sinar-X akan menunjukkan

sinar mula-mula, jika seberkas sinar-X menumbuk partikel berukuran atom maka

sinar tersebut akan dipantulkan oleh partikel atomik yang ditumbuknya. Bragg

menunjukkan bahwa lebih mudah untuk memperhatikan sinar-X yang direfleksi

dari setumpuk bidang dalam kristal karena hanya bergantung pada sudut tertentu

yang ditentukan oleh panjang gelombang sinar-X dan ruang antar bidang dalam

kristal itu. Variabel ini dapat dihubungkan melalui persamaan Bragg (Smallman,

1991) pada Persamaan 1.

…...(1)

Dimana, n = orde

λ = panjang gelombang sinar monokromatis

d = jarak antar bidang kristal

(37)

Gambar 3. Ilustrasi Hukum Bragg

5. Metode FTIR

Spektroskopi infra merah merupakan metode analisis yang dapat

digunakan untuk mengidentifikasi gugus organik maupun gugus anorganik.

Analisis FTIR digunakan untuk analisis kualitatif gugus fungsional suatu material.

Spektrum serapan infra merah suatu senyawa bersifat khas, artinya senyawa yang

berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda pula. Serapan infra merah

berkaitan dengan vibrasi molekul atau atom, dan hanya radiasi dengan frekuensi

yang sama dengan frekuensi vibrasi tersebut akan diserap. Atom dan molekul

dalam suatu senyawa berisolasi atau bervibrasi dengan frekuensi sekitar 1013-1014

hitungan per detik (hpd). Vibrasi molekul atau atom menyebabkan jarak antar

atom berubah karena pergerakan atom menyebabkan atom-atom mengalami

pergantian berkala satu sama lain. Sampel analisis FTIR padat dapat berupa

kristal, gel, amorf, serbuk dan lain-lain. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk

mencatat spektra bentuk padatan antara lain metode pellet KBr, metode mull dan

bentuk film/lapis tipis (Sastrohamidjojo, 2007). Analisis FTIR pada penelitian ini

(38)

6. Metode Uv-Vis

Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk mengukur panjang gelombang dan

intensitas penyerapan sinar UV dan sinar tampak. Analisis yang digunakan pada

spektroskopi ini didasarkan pada interaksi antara molekul dengan sinar. Nilai

energi celah pita dapat ditentukan dengan menggunakan teknik Kubelka Munk

(Morales & Pena, 2007) dengan cara menghubungkan energi celah pita (Eg)

dengan nilai reflektansi dari sampel. Nilai energi celah pita dapat digunakan untuk

mengetahui perubahan sifat elektronik dari material hasil sintesis.

Energi celah pita N-TiO2 dapat ditentukan energi celah pita yang

dihasilkan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis Diffuse

Reflectance. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas UV-Vis yang

direfleksikan oleh sampel. Reflektansi yang terukur dinyatakan dalam persmaan

berikut (Morales & Pena, 2007):

…...(2)

Nilai ini akan digunakan untuk mengetahui persamaan Kubelka Munk:

…...(3)

Persamaan ini memiliki hubungan dengan parameter k (koefisien absorbansi) dan

s (koefisien hamburan reflektansi difusi), F(R’∞)=k/s , sehingga persamaan

selanjutnya dapat ditulis:

(39)

Dimana k= A (E-Eg)γ dengan A adalah tetapan dan nilai γ = 2 adat ½, sehingga

persamaan tersebut kemudian dapat dijabarkan lagi menjadi Persamaan 5:

…...(5)

…...(6)

Dimana E= hv maka dengan metode ini energi celah pita diperoleh dari grafik

hubungan antara hv (eV) vs (F(R’∞)hv) . Energi celah pita semikonduktor adalah

besarnya hv pada saat (F(R’∞) hv) =0, yang diperoleh dari persamaan regresi

linier kurva tersebut.

7. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi N2

Isoterm adsorpsi-desorpsi N2digunakan untuk mengkarakterisasi porositas

material. Jika suatu padatan dilewati gas dengan tekanan tertentu, gas akan

mengalami penetrasi ke dalam pori padatan. Grafik jumlah gas yang teradsorp (V)

versus tekanan (P) saat proses adsorpsi pada temperatur konstan disebut isoterm

adsorpsi. Proses adsorpsi diklasifikasikan dalam dua kategori: adsorpsi fisika dan

adsorpsi kimia. Adsorsi fisika yang sering juga disebut adsorpsi Van der Waals

dihasilkan dari interaksi molekuler, sedangkan adsorpsi kimia dihasilkan dari

interaksi-interaksi kimia yang spesifik antara adsorbat dengan adsorben dengan

energi yang menyertai terjadinya ikatan kimia.

Isoterm adsorpsi menurut klasifikasi Brunair-Deming-Teller (BDDT)

(40)

Gambar 4. Klasifikasi Isoterm Adsorpsi Desorpsi

Isoterm adsorpsi tipe I dihasilkan dari adsorpsi mikropori. Isoterm adsorpsi tipe II

dihasilkan dari isoterm adsorpsi padatan non pori atau makropori yang heterogen,

adsorpsinya bersifat reversibel. Isoterm adsorpsi tipe III terjadi karena interaksi

adsorben-adsorbat yang lemah. Isoterm adsorpsi tipe IV memiliki histeresis loop

atau peristiwa dimana kurva proses isoterm adsorpsi dan isoterm desorpsi tidak

berimpit/sudut kontak adsorben-adsorbat pada proses adsorpsi biasanya lebih

besar daripada sudut kontak pada proses desorpsi karena jalan isoterm adsorpsi

berbeda dengan isoterm desorpsi sampai tekanan relatif P/P0 mendekati 0,4.

Histeresis ini disebabkan oleh adanya retakan kapiler pada adsorben dan

karakteristik pada material mesopori. Isoterm adsorpsi tipe V dihasilkan dari

interaksi adsorben-adsorbat yang lemah seperti halnya isoterm adsorpsi tipe III.

Jalan isoterm adsorpsi berbeda dengan jalan isoterm desorpsi seperti pada tipe IV.

Isoterm adsorpsi tipe VI karakteristik untuk multilayer adsorpsi pada material non

pori yang seragam (Allen, 1997).

Alur histeresis pada isoterm adsorpsi desorpsi menunjukkan adanya

kondensasi kapiler dalam mesopori. Menurut IUPAC alur histeresis

(41)

diklasifikasikan dalam empat tipe (Gambar 5) yang masing-masing berkaitan

dengan bentuk dan struktur porositas dalam mesopori. Alur histeresis tipe H1

merupakan karakteristik untuk material mesopori yang mengalami aglomerasi

dengan ukuran yang seragam (distribusi pori sempit). Tipe H2 menunjukkan

adanya pori yang berbentuk leher sempit dengan ruang yang luas di dalamnya.

Tipe H3 menunjukkan pori dengan bentuk slit-like, dan tipe H4 menunjukkan

karakter mikropori yang dominan (Allen, 1997).

Gambar 5. Klasifikasi Alur Histeresis

B. Penelitian yang Relevan

Azmi (2014) menggunakan teknik basah untuk preparasi N-TiO2 dengan

mencampur TTIP, etilendiamin, akuades dan etanol. Sensitisasi senyawa N-TiO2

menggunakan CdS dengan metode SILAR (Succesive Layer Adsorption) dapat

menurunkan energi celah pita N-TiO2 menjadi 1,95 eV pada 50x pencelupan

dengan CdS. Pencelupan yang semakin banyak menghasilkan pergeseran absorpsi

ke arah visibel pada spektra UV-Vis.

(42)

2000) tetapi TiO2 terdadah logam tidak stabil secara termal. Usaha baru yang

intensif juga dilakukan untuk memperoleh TiO2aktif di daerah sinar tampak yaitu

dengan subtitusi unsur non logam seperti N, C, S, P dan B terhadap sisi oksigen

pada kisi TiO2 (Asahi et al., 2001; Gole et al., 2003). Menurut Xie et al. (2000)

diantara beberapa unsur non logam tersebut yang paling efektif digunakan sebagai

pendadah untuk meningkatkan respon TiO2 di daerah sinar tampak adalah

nitrogen.

Pendadahan nitrogen sebagai bahan pencetak pori betujuan untuk

menghasilkan nanopartikel TiO2 mesopori. Seperti yang telah dilaporkan oleh

Gratzel (2005), nanopartikel TiO2 mesopori memiliki kelebihan sifat seperti luas

permukaan yang tinggi dan perpindahan muatan karena induksi foton yang lebih

mudah terjadi.

Metode hidrotermal konvensional digunakan untuk mensintesis TiO2

dengan waktu yang cukup singkat jika dibandingkan dengan metode sol-gel.

Seperti yang telah dilakukan oleh Manseki et al. (2003) yang menggunakan

metode hidrotermal dengan bantuan gelombang mikro untuk mensintesis

nanopartikel TiO2 dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan metode

hidrotermal konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Titanium oksida (TiO2) merupakan bahan semikonduktor yang memiliki

kemampuan fotoaktivitas di daerah sinar ultraviolet, sedangkan intensitas sinar

(43)

modifikasi TiO2agar memiliki respon di daerah sinar tampak untuk meningkatkan

efektivitas pemanfaatan energi matahari. Salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan aktivitas TiO2 di daerah sinar tampak antara lain modifikasi

permukaan TiO2 dengan pendadahan, salah satunya dengan pendadahan nitrogen.

Sintesis TiO2 terdadah nitrogen dapat dilakukan melalui metode hidrotermal.

Sumber nitrogen didapatkan dari dodesilamin. Selain sebagai sumber nitrogen

dodesilamin juga digunakan sebagai templat pencetak pori. Sintesis dengan

metode hidrotermal diharapkan dapat menghasilkan N- TiO2dengan lebih cepat.

Kristal dari hasil sintesis ini diharapkan dapat menghasilkan energi celah pita

yang aktif di daerah sinar tampak sehingga dapat digunakan untuk aplikasi sel

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat-alat Penelitian

Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian meliputi alat-alat gelas

untuk proses sintesis, stirrer dan magnetic stirrer, tabung teflon, oven, muffle

furnace, dan alat-alat instrumentasi analisis karakter senyawa seperti XRD Rigaku

Multiflex dengan radiasi Cu Kα (λ =1,5405981 Å), UV 1700 Pharmaspec UV-Vis

Spectrophotometer Specular Reflectance, Fourrier Transform Infra-Red (FTIR)

dan Quantachrome NovaWin2.

2. Bahan-bahan Penelitian

Bahan-bahan utama yang digunakan meliputi TiCl4 (Aldrich), HCl 36%

dan etanol (Merck), akuades (General), dan dodesilamin (Aldrich).

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah senyawa nanopartikel N-TiO2.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah gugus fungsional, fase kristal, ukuran partikel,

parameter kisi, energi celah pita dan luas permukaan dari senyawa nanopartikel

(45)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Waktu penelitian: 3 bulan

2. Tempat penelitian

Tempat penelitian: Laboratorium penelitian kimia FMIPA UNY

D. Prosedur Penelitian

1. Sintesis nanopartikel N-TiO2dengan metode hidrotermal

a. Sebanyak 4 mL akuades ditambahkan pada 4 mL larutan HCl (36%),

kemudian diaduk dengan pengaduk magnet selama 10 menit sampai larutan

homogen.

b. Ke dalam larutan 1.a, ditambahkan 2 mL dodesilamin dan diaduk dengan

pengaduk magnet selama 30 menit hingga terbentuk struktur misel.

c. Ke dalam larutan 1.b, ditambahkan 4 mL TiCl4dan diaduk selama 30 menit

dengan menggunakan pengaduk magnet sampai larutan homogen.

d. Larutan yang telah homogen dimasukkan ke dalam tabung teflon dan ditutup

dengan rapat.

e. Tabung teflon yang berisi larutan dipanaskan selama 12 jam pada temperatur

110°C.

f. Padatan yang berada dalam tabung teflon dikeluarkan dan dikalsinasi selama 3

jam pada temperatur 450°C.

(46)

2. Karakterisasi dan Analisis

a. Difraksi Sinar-X Serbuk (Powder X-Ray Diffraction/XRD)

Analisis XRD dilakukan untuk menentukan struktur kristal, ukuran

partikel, dan parameter kisi. Pola difraksi standar yang digunakan adalah JCPDS

file (Join Commite on Powder Diffraction Standard). Analisis dilakukan pada

kondisi 2 = 20-90º dengan kecepatan scanning 2º/detik. Instrumen XRD

menggunakan sumber radiasi sinar X dari CuKα (λ = 1,54060 Å). Fase kristal

diidentifikasi berdasarkan jarak antar bidang (dhkl) atau sudut refleksi puncak (2 )

yang berhubungan. Perhitungan ukuran partikel dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan Debye-Scherrer (Sutanding, 2008):

…...(9)

Perbandingan rasio fase anatase (A) terhadap fase rutile (R) dihitung secara relatif

dengan membandingkan intensitas puncak difraksi kedua bidang tersebut dengan

persamaan (Gonzales, 1996):

…...(10)

Dengan I101 adalah intensitas refleksi bidang anatase dan I110 adalah intensitas

bidang rutile. Perhitungan parameter kisi kristal dilakukan dengan menggunakan

progam Universal Filter (U-Fit).

b. Spektroskopi Infra Merah

Analisis FTIR dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan

(47)

Sampel N-TiO2 berupa serbuk, serbuk dari sampel dicampur dengan KBr dan

ditekan untuk menghasilkan pelet. Pelet kemudian discan pada kisaran panjang

gelombang 4000-400 cm-1menggunakan FTIR Termo Nicolet Avatar 360 IR. KBr

murni digunakan sebagai standar untuk setiap analisis.

c. Spektroskopi UV-Vis

Analisis UV-Vis dilakukan untuk karakterisasi absorpsi sampel untuk

menentukan jenis transisi elektronik dari sampel N-TiO2. Analisis UV-Vis juga

digunakan untuk menentukan energi celah pita (Eg) dari sampel N-TiO2.

Karakterisasi dilakukan dengan UV Pharmaspec UV-Vis Spectrophotometer

Specular Refectance dengan sumber sinar halogen. Pada penelitian ini analisis

dilakukan terhadap lapis tipis pada kaca substrat dengan standar kaca substrat.

Karakter absorpsi dilakukan pada kisaran 200-800 nm dengan kecepatan scanning

2 nm/detik.

Energi celah pita N-TiO2 dapat ditentukan dengan menggunakan metode

spektrofotometri UV-Vis Diffuse Reflectance. Data spektrum UV-Vis Diffuse

Reflectance berupa kurva hubungan antara reflektansi (R) dengan panjang

gelombang (λ ) atau absorbansi (A) dengan panjang gelombang (λ ). Energi celah

pita dapat ditentukan dengan menggunakan grafik hubungan antara energi foton

(hv) dengan (F(R’∞)hv)1/2yang terdapat pada Persamaan 6. Grafik yang diperoleh

disinggunggkan dengan garis linier untuk mengetahui besar energi celah pita.

(48)

d. Isoterm Adsorpsi Desorpsi

Analisis luas permukaan dan distribusi ukuran pori dilakukan dengan

Quantachrome NovaWin2 terhadap sampel serbuk dengan berat sekitar 0,1 gram.

Sebelum dilakukan analisis, sampel di-degassing pada 180°C dengan kondisi

vakum selama 3 jam. Luas permukaan spesifik ditentukan menggunakan metode

Brunauer-Emmet-Teller (BET) pada P/Po 0-0,3. Pada penentuan luas permukaan

spesifik menggunakan BET adsorbat yang digunakan adalah gas nitrogen dan

proses adsorpsi isotermisnya berlangsung pada suhu 77 K dengan tekanan relative

dibatasi pada rentang 0,005-0,350. Sedangkan distribusi ukuran pori ditentukan

(49)

3. Bagan Penelitian

Akuades 4 mL HCL (36%) 4 mL

Aduk 10 menit

Campuran

homogen 1 Dodesilamin 2 mL

Aduk 30 menit

Campuran

homogen 2 TiCl44 mL

Campuran homogen 3

Aduk 30 menit

Dimasukkan teflon

Oven 12 jam (110°, 120°dan 150° C)

Kalsinasi 3 jam pada temperatur 450°C

Karakterisasi

• XRD

• FTIR

• UV-Vis

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sintesis N-TiO2dengan metode hidrotermal

Pada penelitian ini nanopartikel TiO2 yang terdadah nitrogen disintesis.

Pendadahan nitrogen diharapkan mampu meningkatkan aktivitas fotokatalik TiO2

dengan penurunan energi celah pita, sehingga elektron mampu pindah ke pita

konduksi dengan lebih mudah. Sintesis dilakukan dengan metode hidrotermal

menggunakan dodesilamin sebagai sumber nitrogen, TiCl4 sebagai sumber Ti,

akuades sebagai pelarut dan HCl sebagai pengarah struktur untuk mendapatkan

nanosferis TiO2. Reaksi hidrotermal (penggunaan air sebagai pelarut di atas titik

didihnya) harus dilakukan pada sistem tertutup, hal ini dilakukan untuk mencegah

hilangnya pelarut saat proses pemanasan.

Pada proses hidrotermal yang pertama dilakukan adalah mencampurkan 4

mL akuades dengan 4 mL HCl 36% dan diaduk selama 10 menit. Setelah itu, ke

dalam larutan tersebut ditambahkan larutan dodesilamin 2 mL tetes demi tetes

sambil dilakukan pengadukan selama 30 menit hingga diperoleh larutan homogen.

Pada proses ini akan terjadi pembentukan misel dodesilamin. Setelah itu, ke dalam

larutan tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit larutan TiCl4 sambil dilakukan

pengadukan selama 30 menit. Penambahan ini dimaksudkan untuk menghindari

terjadinya penggumpalan partikel. Campuran dari semua larutan tersebut

merupakan larutan prekursor. Larutan prekursor tersebut kemudian dimasukkan

ke dalam tablung teflon. Teflon ditutup dengan rapat agar ketika dilakukan

(51)

jam pada temperatur 110°C, 120°C dan 150°C. Hasil dari perlakuan tersebut

berupa gumpalan berwarna putih. Gumpalan tersebut kemudian digerus dan

dikalsinasi selama 3 jam pada temperatur 450°C. Karakterisasi sampel dilakukan

menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) untuk menentukan struktur kristal,

ukuran partikel dan parameter kisi. Selain itu juga dilakukan karakterisasi dengan

menggunakan spektroskopi infra merah untuk mempelajari perubahan gugus

fungsional dan efektivitas kalsinasi pada N-TiO2, spektroskopi UV-Vis untuk

menganalisis besarnya energi celah pita (Eg), dan analisa isoterm

adsorpsi-desorpsi untuk menentukan luas permukaan spesifik dan distribusi ukuran pori.

B. Karakterisasi N-TiO2Hasil Sintesis dengan Metode Hidrotermal

1. Karakterisasi Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)

Analisis struktur dan parameter kisi kristal dari nanopartikel N-TiO2

dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dengan sumber radiasi

Cu-Kα (λ =1,5406 Å), pada kisaran 20-90°. Pola difraksi XRD sampel N-TiO2

(Gambar 7) menunjukkan bahwa senyawa N-TiO2yang disintesis pada temperatur

110°C, 120°C dan 150°C sebelum dikalsinasi menunjukkan adanya fase rutile

pada ketiga sampel dan fase anatase pada sampel yang disintesis pada temperatur

120°C dan 150°C. Selain terdapat fase rutile dan anatase juga muncul

puncak-puncak yang berasal dari fase organik dari dodesilamin. Hail dari XRD ini

(52)

Meas. data:213-xrd-2016/Data 1

Gambar 7. Difraktogram XRD Senyawa N-TiO2pada Temperatur Hidrotermal

110°C (a), 120°C (b) dan 150°C (c) Sebelum Dikalsinasi

Analisis XRD yang dilakukan terhadap N-TiO2 hasil kalsinasi disajikan

pada Gambar 8. Difraktogram pada Gambar 8 menunjukkan posisi puncak utama

fase kristal rutile dari senyawa N-TiO2 yang disintesis secara berurutan pada

temperatur 110°C, 120°C dan 150°C setelah kalsinasi pada temperature 450°C

(53)

selama 3 jam sebesar 27,259°, 27,158° dan 27,141°. Puncak utama dari fase

kristal anatase senyawa N-TiO2 yang disintesis pada temperatur 120°C dan

temperatur 150°C setelah dikalsinasi muncul pada 2 sebesar 25,002° dan

25,070°. Hasil analisis XRD juga menunjukkan bahwa perlakuan kalsinasi selama

3 jam pada temperatur 450°C menghasilkan nanokristal N-TiO2.

Tabel 1. Data Hasil XRD Sampel N-TiO2Setelah Kalsinasi

Temperatur 110°C Temperatur 120°C Temperatur 150°C

25,002 99 (101) 25,070 30 (101)

27,259 100 (110) 27,158 100 (110) 27,141 100 (110)

35,896 52 (101) 35,818 55 (101) 35,784 50 (101)

36,660 4 (103)

37,512 17 (004) 37,474 7 (004)

39,010 4 (200) 38,94 5 (200)(112)

41,069 23 (111) 40,994 27 (111) 40,991 25 (111)

43,870 7 (210) 43,692 8 (210)(113) 43,687 7 (210)

47,756 30 (005) 47,76 8 (005)

54,140 49 (211) 54,033 56 (211)

54,722 16 (105) 54,032 50 (105)

56,451 15 (220) 56,320 19 (220)(203) 56,374 15 (220)(203)

62,580 9 (002) 62,450 18 (002)(204) 62,47 12 (002)(204)

63,883 5 (310) 63,720 6 (310)(106) 63,68 5 (310)(106)

68,820 12 (112) 68,765 17 (112)(116) 68,75 14 (112)(116)

69,600 8 (311) 69,530 11 (007) 69,53 9 (007)

(54)
(55)

dikalsinasi pada temperatur 450°C selama 3 jam dengan menggunakan Persamaan

10.

Hasil perbandingan fase rutile dan anatase disajikan dalam Tabel 2.

Perubahan rasio fase rutile dan anatase terjadi karena perlakuan sintesis secara

hidrotermal pada temperatur yang berbeda.

Tabel 2. Hasil Perbandingan Fase Rutile dan Anatase

Sampel (Setelah Kalsinasi) Rutile (%) Anatase (%)

N-TiO2110°C 100,0 0,00

N-TiO2120°C 52,0 48,0

N-TiO2150°C 81,3 18,7

Ukuran kristalit dari sampel yang telah dikalsinasi dihitung berdasarkan

full width at a half of the maximum height (FWHM) dengan formula

Debye-Scherrer (Persamaan 9) menunjukkan ukuran kristalit N-TiO2(Tabel 3):

Tabel 3. Ukuran Kristalit N-TiO2Setelah Dikalsinasi

Sampel Rutile (nm) Anatase (nm)

N-TiO2110°C 35,79

-N-TiO2120°C 33,94 28,35

N-TiO2150°C 31,02 29,34

Ukuran kristal sampel N-TiO2 yang dihitung berdasarkan puncak bidang

anatase dan rutile pada difraktogram XRD menyatakan bahwa ukuran kristal

rutile mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya temperatur

hidrotermal, berbeda dengan ukuran kristal fase anatase yang meningkat seiring

dengan peningkatan temperatur hidrotermal.

(56)

dengan menggunakan program Universal Filter (U-Fit). Adapun parameter kisi

N-TiO2dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil U-Fit Parameter Kisi Sampel Setelah Dikalsinasi

Sampel Rutile Anatase

N-TiO2110°C a= 4,5943

c= 2,9598

z= -0,1687 D= 0,0061 R= 0,0008

-N-TiO2120°C a= 4,6156

c= 3,0005

N-TiO2150°C a= 4,6395

c= 3,0019

Perhitungan parameter kisi kristal dihitung dengan formula yang

menghubungkan jarak antar bidang dhkl dengan konstanta kisi a, b, dan c, nilai

parameter kisi fraksi rutile berdasarkan standar JCPDS No. 01-076-0322 untuk

konstanta kisi a= 4,6344 Å dan c= 2,9919 Å sedangkan untuk fraksi anatase

konstanta kisi a= 3,7850 Å dan c= 9,5100 Å (JCPDS No.01-083-2243). Perbedaan

parameter kisi a dan c terhadap JCPDS menunjukkan bahwa peningkatan

temperatur hidrotermal dalam sintesis TiO2 menyebabkan terjadinya ekspansi

pada sumbu a dan sumbu c, sehingga mengakibatkan parameter kisi dari sampel

(57)

2. Karakterisasi menggunakan FTIR

Pengaruh perlakuan kalsinasi terhadap karakter N-TiO2 diamati dengan

analisis FTIR. Perubahan gugus fungsional yang terjadi selama proses kalsinasi

dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan analisis FTIR terlihat bahwa perlakuan

kalsinasi cukup efektif untuk menghilangkan molekul dodesilamin yang ditandai

dengan hilangnya gugus-gugus organik residu dari molekul dodesilamin.

Gambar 9. Spektra FTIR Sampel N-TiO2yang Disintesis pada Temperatur 110°C

Sebelum Kalsinasi dan Sesudah Kalsinasi Selama 3 Jam pada Temperatur 450°C

Gugus-gugus organik terlepas dari N-TiO2 yang ditunjukkan dengan

menghilangnya pita vibrasi C-H dari dodesilamin pada daerah sekitar ~1390 cm-1,

~2849 cm-1 dan ~2917 cm-1. Pita lebar pada ~3438 cm-1 yang timbul dari

rentangan O-H dan serapan C-O di daerah 1300-1000 cm-1tidak lagi muncul. Hal

ini menunjukkan bahwa gugus-gugus organik dari molekul dodesilamin sudah

hilang dari material hasil sintesis. Meskipun demikian masih terdapat serapan kuat

(58)

3. Kakaterisasi N-TiO2dengan UV-Vis

Material hasil sintesis kemudian dikarakterisasi menggunakan UV 1700

Pharmaspec Uv-Vis Spectrophotometer Specular Reflectance untuk mengetahui

aktivitas absorbsi lapis tipis N-TiO2yang disintesis pada temperatur 110°C, 120°C

dan 150°C. Spektra absorbsi N-TiO2dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Spektra UV Senyawa N-TiO2dengan Variasi Temperatur

Hidrotermal Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam

Dari Gambar 10 terlihat bahwa terjadi perubahan transisi elektronik di

daerah ultraviolet. N-TiO2 disintesis pada temperatur 110°C, 120°C dan 150°C

dan dikalsinasi selama 3 jam pada temperatur 450°C memberikan nilai λ maks330

nm dan 333 nm yang merupakan transisi metal to ligand transfer (MLCT) yang

bertumpang tindih dengan transisi d-d.

Besar energi celah pita yang terdapat pada senyawa N-TiO2 dapat

ditentukan dengan menggunakan Persamaan 6. Berdasarkan persamaan tersebut,

dapat diperoleh grafik hubungan antara hv (eV) vs (F ( )hv)1/2. Gambar 11

menunjukkan cara perhitungan energi celah pita dari N-TiO2. Sedangkan besarnya

(59)

Tabel 5. Nilai Energi Celah Pita Sampel N-TiO2Setelah Dikalsinasi

Temperatur Hidrotermal Eg

110°C 3,34 eV

120°C 3,02 eV

150°C 3,06 eV

Gambar 11. Grafik Energi Celah Pita Senyawa N-TiO2pada Temperatur

Hidrotermal (a) 110°C, (b) 120°C dan (c) 150°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam

Berdasarkan hasil pada Tabel 5 telihat bahwa kenaikan temperatur

hidrotermal yang digunakan saat sintesis menyebabkan nilai energi celah pita

cenderung menurun. Namun pada saat sampel disintesis pada temperatur 150°C

terjadi sedikit kenaikan nilai energi celah pita yaitu 3,06 eV.

4. Isoterm Adsorpsi-Desorpsi

Analisis adsorpsi desorpsi isotermis N dilakukan untuk mengkarakterisasi

Eg(eV)

(60)

disintesis pada temperatur 110°C dan temperatur 120°C ditunjukkan pada Gambar

12. Dari kedua kurva tersebut terlihat bahwa adsorpsi desorpsi yang terjadi pada

material hasil sintesis termasuk dalam tipe III. Isoterm adsorpsi tipe III terjadi

karena interaksi antara adsorben dan adsorbat yang lemah. Kurva tersebut juga

menunjukkan alur histeresis yang berdasarkan klasifikasi dari IUPAC material

hasil sintesis tersebut termasuk dalam alur histeresis tipe H3. Alur histeresis tipe

H3 ini mengindikasikan pori yang berbentuk slit-like (Allen, 1997). Gambar 12

juga menunjukkan bahwa material N-TiO2 yang disintesis pada temperatur 120°C

menyerap gas N2 dengan volum yang lebih banyak yaitu ~77cc/g jika

dibandingkan dengan material N-TiO2 yang disintesis pada temperatur 110°C

yaitu ~41cc/g. Penyerapan gas N2 tersebut dipengaruhi oleh luas permukaan

spesifik masing-masing material. Material N-TiO2yang disintesis pada temperatur

temperatur 120°C memiliki luas permukaan spesifik yang lebih tinggi yaitu 17

m2/g sedangkan material N-TiO2 yang disintesis pada temperatur temperatur

110°C memiliki luas permukaan spesifik 8 m2/g.

Gambar 12. Isoterm Adsorpsi Desorpsi Senyawa N-TiO2pada Temperatur

Hidrotermal (a) 110°C dan (b) 120°C Setelah Dikalsinasi pada Temperatur 450°C Selama 3 Jam

(61)

Distribusi ukuran pori rata-rata dari material N-TiO2 yang disintesis pada

temperatur 110°C dan 120°C dihitung berdasarkan metode

Barrett-Joyner-Halenda (BJH) yang hasilnya ditampilkan pada Gambar 13. Material N-TiO2yang

disintesis pada temperatur 120°C mempunyai distribusi pori yang lebih seragam

jika dibandingkan dengan material yang disintesis pada temperatur 110°C, hal ini

menunjukkan bahwa variasi suhu yang lebih tinggi mengakibatkan adanya

penataan struktur menjadi lebih teratur sehingga kristal yang dihasilkan memiliki

ukuran pori yang lebih seragam. Distribusi ukuran pori untuk material yang

disintesis pada temperatur 110°C dan 120°C secara berurut-turut 1,7038 nm dan

1,5295 nm.

Gambar 13. Distribusi Ukuran Pori N-TiO2Temperatur Hidrotermal 110°C dan

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kenaikan temperatur hidrotermal yang diikuti dengan kalsinasi pada

temperatur 450°C mempengaruhi ukuran partikel N-TiO2 antara lain adanya

peningkatan ukuran partikel pada fase rutile dan adanya penurunan ukuran

partikel pada fase anatase. Selain itu, kenaikan temperatur hidrotermal yang

diikuti dengan kalsinasi pada temperatur 450°C juga menyebabkan perubahan

rasio fase anatase dan rutile. Rasio fase rutile mengalami penurunan pada

sintesis dengan temperatur hidrotermal 120°C namun mengalami kenaikan

pada sistesis dengan temperatur hidrotermal 150°C, sedangkan rasio fase

anatase menurun seriring dengan naiknya temperature hidrotermal. Kenaikan

temperatur hidrotemal yang diikuti dengan proses kalsinasi pada temperatur

450°C juga menyebabkan parameter kisi cenderung naik.

2. Kenaikan temperatur hidrotermal yang diikuti dengan kalsinasi pada

temperatur 450°C menyebabkan energi celah pita cenderung menurun.

3. Kenaikan temperatur hidrotermal yang diikuti dengan kalsinasi pada

temperatur 450°C menyebabkan ukuran pori menjadi lebih seragam, selain itu

kenaikan temperatur hidrotermal juga menyebabkan luas permukaan spesifik

(63)

B. Saran

Penelitian ini masih berada dalam lingkup ruang sederhana dan masih

membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Untuk itu peneliti mengajukan saran,

yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari sintesis senyawa

Gambar

Gambar 1. Struktur Kristal (a) Anatase, (b) Rutile dan (c) Broockite
Gambar 2. Bagian Autoclave, Baja dan Tabung Teflon
Gambar 3. Ilustrasi Hukum Bragg
Gambar 4. Klasifikasi Isoterm Adsorpsi Desorpsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.3 Tujuan Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter hasil sintesis zeolit Y dari lumpur Lapindo dengan variasi suhu hidrotermal menggunakan metode sol-gel...

Hal ini dapat di simpulkan bahwa Semakin tinggi temperatur kalsinasi maka semakin tinggi ukuran kristal yang diikuti oleh naiknya ukuran butir berakibat pada menurunkan

Memberikan informasi tentang sintesis zeolit dari abu dasar batubara menggunakan variasi waktu kalsinasi dengan Metode Hidrotermal dan uji adsorpsi terhadap logam

Secara teoritis dapat memberikan informasi mengenai sintesis zeolit dari abu dasar batubara menggunakan variasi waktu kalsinasi abu dasar dengan metode Peleburan Hidrotermal

Hal ini dapat di simpulkan bahwa Semakin tinggi temperatur kalsinasi maka semakin tinggi ukuran kristal yang diikuti oleh naiknya ukuran butir berakibat pada menurunkan

Hal ini dapat di simpulkan bahwa Semakin tinggi temperatur kalsinasi maka semakin tinggi ukuran kristal yang diikuti oleh naiknya ukuran butir berakibat pada menurunkan

bahwa dengan meningkatnya suhu kalsinasi tingkat kristalinitas semakin baik serta ukuran kristal yang didapatkan lebih besar sehingga pertumbuhan kristal

Gambar pola SAED (Selected Area Electron Diffraction) pada Gambar 3 juga memperlihatkan bahwa partikel nanosperik TiO 2 yang terbentuk memiliki tingkat. kristalinitas yang