• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PKC-KO DALAM MEMINIMALISIR SIKAP STEREOTIPE BUDAYA SISWA KELAS X SMA SWASTA YAYASAN PERGURUAN KELUARGA TAHUN AJARAN 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK PKC-KO DALAM MEMINIMALISIR SIKAP STEREOTIPE BUDAYA SISWA KELAS X SMA SWASTA YAYASAN PERGURUAN KELUARGA TAHUN AJARAN 2013/2014."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

KARTIKA PASARIBU. NIM. 1102151007. “Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik PKC-KO Dalam Meminimalisir Sikap Stereotipe Budaya Siswa Kelas X SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2014.

Masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO berpengaruh terhadap sikap stereotipe budaya siswa kelas X SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO terhadap sikap stereotipe budaya siswa kelas X SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Tahun Ajaran 2013/2014.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-Ms1 berjumlah 10 yang terdiri dari 4 orang yang memiliki masalah tingginya sikap stereotipe budaya siswa, 3 orang memiliki sikap stereotipe budaya sedang dan 3 orang yang memilki sikap stereotipe budaya yang rendah, yang ditentukan dari hasil pre-test. Instrumen yang digunakan adalah angket untuk menjaring data tentang sikap stereotipe budaya siswa yang sebelumnya diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Instrument diberikan sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO. Teknik analisis data menggunakan uji beda (uji t).

(7)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

1.1Pengertian Stereotipe ... 11

2.1Ciri-Ciri Stereotipe ... 12

3.1Cara Meminimalisir Stereotipe ... 14

2. Budaya ... 16

2.1Pengertian Budaya ... 16

2.2Ciri-ciri Budaya/Manusia Indonesia ... 17

2.3Macam-macam Budaya ... 20

3.1Pengertian Teknik PKC-KO ... 30

3.2 Sarana PKC-KO ... 30

1) Langkah-langkah Pelaksanaan PKC-KO ... 34

- Skema Kegiatan PKC-KO ... 35

4. Layanan Bimbingan Kelompok ... 36

4.1Pengertian Bimbingan Kelompok ... 36

4.2Tujuan Bimbingan Kelompok ... 37

4.3Asas-asas Bimbingan Kelompok ... 38

(8)

B. Kerangka Konseptual ... 41

C. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 43

A. Jenis Penelitian ... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

1. Populasi Penelitian ... 43

2. Sampel Penelitian ... 43

C. Defenisi Operasional ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3. Desain Penelitian ... 46

4. Langkah-langkah Penelitian ... 47

5. Instrumen Penelitian ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 50

6. Validitas dan Reliabilitas Data ... 50

F. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 53

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 54

a. Uji Validitas ... 55

b. Uji Reliabilitas ... 55

C. Analisis Data Penelitian ... 56

1. Pre-Test ... 56

2. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Teknik PKC-KO ... 57

3. Post-Test ... 57

D. Pengujian Hipotesis ... 58

E. Pembahasan Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kategori Skor ... 44

Tabel 1.2 Skala Likert ... 48

Tabel 1.3 Kisi-kisi Angket Uji Coba Sikap Stereotipe Budaya Siswa ... 49

Tabel 1.4 Kisi-kisi Angket Sikap Stereotipe Budaya ... 54

Tabel 2.1 Hasil Pre-Test Sebelum Diberi Layanan ... 56

Tabel 2.2 Hasil Post-Test Setelah Diberi Layanan ... 57

Tabel 2.3 Deskripsi Hasil Pre-Test dan Post-Test ... 58

Tabel. 1. Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Sikap Stereotipe Budaya Siswa ... 70

Tabel . 2. Perhitungan Reliabilitas Angket Sikap Stereotipe Budaya Siswa ... 74

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Coba Angket Sikap Stereotipe Budaya ... 65

Lampiran 2. Tabel Sebaran Data Perhitungan Uji Coba Angket Sikap Stereotipe Budaya ... 67

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Uji Validitas Sikap Stereotipe Budaya Siswa ... 68

Lampiran 4. Hasil Perhitungan Reliabilitas Angket Sikap Stereotipe Budaya ... 72

Lampiran 5. Angket Sikap Stereotipe Budaya ... 76

Lampiran 6. Hasil Pre-Test Angket (XA) ... 78

Lampiran 7. Hasil Post-Test Angket (XB) ... 79

Lampiran 8. Hasil Rata-rata (M), Dan Standart Deviasi (SD) Untuk Data Pre-Test ... 81

Lampiran 9. Hasil Rata-rata (M), Dan Standart Deviasi (SD) Untuk Data Post-Test ... 82

Lampiran 10. Hasil Uji Hipotesis ... 84

Lampiran 11. Hasil Penurunan Sikap Stereotipe Budaya ... 86

Lampiran 12. Rencana Program Layanan I ... 87

Lampiran 13. Daftar Hadir Siswa BKP I ... 92

Lampiran 14. Rencana Program Layanan II ... 94

Lampiran 15. Daftar Hadir Siswa II ... 100 Lampiran 21. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 22. Table Of r Product Moment Lampiran 23. Table Normal Curve Standart

Lampiran 24. Table Of Eritical Value To Test Liliefors Lampiran 25. Table Of t Distribution (Table t)

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan dijadikan pedoman masyarakat dan negara. Seandainya seluruh ideologi dan segala isinya dan peranannya diterapkan dengan sesungguhnya oleh manusia yang bermasyarakat dalam segala bidang maka keadaan masyarakat itu ideal.

Menurut Widjaja (1986:7) tujuan pembangunan nasional pada hakikatnya adalah “pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya”.

Pengembangan manusia dan masyarakat, tingkah laku manusia dan masyarakat dalam kenyataannya tidak atau belum sesuai dengan apa yang diharapkan, sesuai dengan ideologi yang telah disepakati. Masalah ini juga dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.Namun, stereotipe dapat berupa prasangka

(12)

tindakan diskriminatif. Sebagian orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang.

Berbagai disiplin ilmu memiliki pendapat yang berbeda mengenai asal mula stereotipe. Psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok. Sosiolog

menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial. Para humanis berorientasi psikoanalisis (mis. Sander Gilman) menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat, namun merupakan penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lain, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya. Walaupun jarang sekali stereotipe itu sepenuhnya akurat, namun beberapa penelitian statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus stereotipe sesuai dengan fakta terukur.

(13)

Maka stereotipe budaya adalah penilaian seseorang atau kelompok tertentu terhadap orang atau kelompok tertentu dimana penilaian tersebut hanya berdasarkan persepsi atau prasangka yang belum tentu benar tapi dianggap benar dan digeneralisasikan sebagai suatu hal yang mendasari pemikiran kognitif orang atau kelompok yang berstereotipe. Stereotipe budaya adalah seperangkat penilaian dari kelompok budaya tertentu yang berkaitan dengan suatu kategori manusia atau suatu generalisasi yang berlebihan tentang ciri-ciri suatu kelompok budaya tertentu yang membuat simbol-simbol atau kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki budaya tertentu yang bernilai negatif dari budaya lainnya.

Hal inilah yang sering menghambat kita dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan kita di masyarakat. Seringkali kita menilai suatu daerah karena apa yang pernah kita dengar dari orang lain atau karena pengalaman dengan orang lain yang berasal dari daerah tersebut juga. Hal ini sering disebut dengan stereotipe budaya. Secara lebih jelasnya, stereotipe budaya ialah menggeneralisasikan budaya-budaya berdasarkan sedikit informasi dan membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Bisa juga didefinisikan sebagai penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok dimana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe budaya adalah salah satu dari beberapa faktor yang dapat menghambat komunikasi lintas budaya.

(14)

adalah proses menempatkan orang-orang ke dalam kategori-kategori, atau penilaian mengenai orang-orang atau obyek-obyek berdasarkan kategori-kategori yang sesuai daripada berdasarkan karakteristik individual mereka.

Stereotipe menjadi salah satu dari beberapa faktor yang dapat menghambat komunikasi lintas budaya. Karena stereotipe tersebut dapat membuat kita terlalu cepat mengambil kesimpulan terhadap seseorang tanpa mengenal karakter orang tersebut secara individual. Misalnya, banyak orang yang mengangggap bahwa orang Padang itu pelit, padahal tidak semua orang Padang itu pelit. Ini merupakan salah satu contoh stereotipe negatif yang diberikan orang-orang kepada orang Padang. Contoh lainnya, orang Jawa digambarkan sebagai orang yang halus, menerima apa adanya, dan pemaaf. Bahkan ketika diinjak pun, mereka akan bilang, “Maaf, kaki Anda menginjak kaki saya”. Lain lagi dengan orang Batak

yang digambarkan sebagai pekerja keras, temperamen, dan lugas mengatakan sesuatu sejelas mungkin.

(15)

sirih sambil beraktivitas cenderung membuat orang-orang yang baru mengenal etnis ini akan merasa risih saat harus dihadapkan dengan etnis tersebut.

Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat memberikan gambaran bahwasanya manusia dalam menilai orang lain, terutama yang bukan bagian atau diluar komunitasnya, disadari atau tidak seringkali terjebak dalam stereotipe budaya. Inilah beberapa citra kesukuan yang seringkali menyebabkan terjadinya kekeliruan pemahaman dalam komunikasi. Dalam lingkup komunikasi global, kita sering menghakimi bahwasanya orang barat sebagai manusia yang kurang sopan hanya karena, misalnya ada perbedaan nilai kesopanan dalam penggunaan tangan kiri dan kanan. Karena dalam budaya Indonesia, penggunaan tangan kiri dianggap kurang sopan, hanya tangan kananlah yang dianjurkan dalam memberikan atau menunjuk sesuatu.

Hal inilah yang seringkali membuat kita terjebak dalam stereotipe dan overgeneralisasi budaya, yang seringkali menghambat komunikasi lintas budaya bahkan beresiko terjadinya ketersinggungan budaya. Karena orang tidak bisa begitu saja menerima saat budaya atau gaya hidupnya dikatakan tidak sopan atau kurang santun. Dengan kata lain, penilaian itu seringkali hanya dengan memakai kacamata budaya atau perilaku kita sendiri, untuk mengukur dan menilai budaya serta perilaku orang lain.

(16)

dilihat saat siswa melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada satu orang siswa yang seringkali menjadi bahan ejekan dan tertawaan siswa yang lain., kita sebut saja (siswa A). Misalnya, saat siswa A berbicara di depan kelas atau hanya mengemukakan pendapatnya di dalam kelas maka secara disengaja ataupun tidak siswa yang lain secara spontan mengejek, menertawakan serta menirukan logat bahasa yang disampaikan oleh siswa tersebut. Setelah peneliti mengamati dan mencari informasi mengenai siswa A tersebut maka peneliti mengetahui bahwa siswa A tersebut adalah suku Mandailing yang memang masih kental sekali logat daerah yang dimiliki oleh siswa A tersebut. Hal itulah yang menyebabkan siswa A tersebut sering dijadikan bahan tertawaan teman-teman sekelasnya.

(17)

Purba, 2012:1 Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, tentang sistem pendidikan, yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat. Di sekolah terdapat sejumlah bidang pelayanan sekolah seperti bidang administrasi dan supervisi yaitu kepala sekolah, bidang pengajaran yaitu guru bidang studi serta bidang bimbingan yaitu guru pembimbing. Semua bidang tersebut saling bekerja sama agar pendidikan di sekolah berjalan dengan baik sehingga tujuan sistem pendidikan dan tujuan sekolah tercapai. Maka konselor perlu memberikan bantuan atau bimbingan kepada siswa, karena guru pembimbing merupakan tenaga utama dan orang yang ahli dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Konselor dapat menggunakan teknik PKC-KO dalam menyampaikan layanan kepada siswa.

Teknik PKC-KO adalah teknik pembelajaran karakter-cerdas format kelompok. PKC-KO satu-satunya teknik bimbingan dan konseling yang mengaitkan segala pembahasan masalahnya ke dalam 45 butir wujud pengalaman Pancasila dalam suasana kelompok dengan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai karakter cerdas dalam wujud perilaku dan kehidupan pada umumnya.

(18)

kemampuan Berpikir, Merasa, Bersikap, Bertindak, dan Bertanggungjawab (BMB3).

Diharapkan dengan pemberian layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dalam meminimalisir sikap stereotipe budaya, siswa tidak lagi mencela, mengejek dan menertawakan temannya yang berasal dari daerah yang masih kental akan kebudayaan daerahnya dan masih butuh waktu untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan tempat ia bergaul sebagaimana mestinya. Karena Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tidak bisa dihilangkan dari karakteristik Indonesia yang terdiri dari suku yang bermacam-macam tetapi tetap satu. Dan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Atas dasar itulah, penulis merasa penting mengambil judul “Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik PKC-KO dalam

Meminimalisir Sikap Stereotipe Budaya Pada Siswa Kelas X SMA

Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya siswa yang mengejek, menertawakan serta meniru logat bahasa teman sekelasnya.

(19)

3. Siswa tidak mau bergaul dengan budaya yang berbeda dengan budaya dirinya.

4. Siswa tidak percaya diri dalam mengeluarkan pendapat saat berada dalam kelompok budaya yang tidak sama dengan budayanya.

5. Dibutuhkan bantuan untuk meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi sosial, antara lain dapat dilakukan dengan layanan orientasi, layanan informasi, layanan mediasi, layanan konseling kelompok, konseling individu, layanan konten, layanan penempatan dan penyaluran.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari timbulnya permasalahan dan penafsiran yang berbeda– beda, maka perlu ada pembatasan yang diteliti. Masalah yang akan dibahas adalah “Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Teknik

PKC-KO dalam Meminimalisir Sikap Stereotipe Budaya Pada Siswa Kelas X SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

(20)

3. Bagaimana stereotipe dalam kehidupan sehari-hari ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk memperoleh informasi

apakah ada pengaruh pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dalam meminimalisir sikap stereotipe budaya pada siswa kelas X SMA Perguruan Keluarga Pematangsiantar Tahun Ajaran 2013/2014”.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Manfaat Praktis

1. Bagi Siswa : setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO siswa memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan budaya lain.

2. Bagi Sekolah : dapat dijadikan model untuk memberikan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO kepada siswa. 3. Bagi Guru BK : dapat dijadikan landasan untuk melakukan layanan

bimbingan untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalahnya.

2. Manfaat Konseptual

(21)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO berpengaruh terhadap sikap stereotipe budaya siswa kelas X SMA Perguruan Keluarga Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini teruji dengan menggunakan uji t yang diperoleh dari perhitungan dengan hasil thitung = 4,184 > ttabel = 1,83, artinya hipotesis yang diajukan yang berbunyi

“Terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan layanan bimbingan

kelompok teknik PKC-KO terhadap sikap stereotipe budaya siswa kelas X SMA Perguruan Keluarga Tahun Ajaran 2013/2014, dapat diterima.

B. Saran-saran

1. Diharapkan guru BK sekolah dapat melaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO, khususnya bagi siswa yang memiliki sikap stereotipe budaya tinggi.

2. Diharapkan siswa dapat meminimalisir sikap stereotipe budaya yakni bertingkah laku sesuai dengan butir-butir Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan aturan sekolah yang berlaku.

3. Mengingat bahwa layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO dapat meminimalisir sikap stereotipe budaya siswa maka selayaknya layanan bimbingan kelompok teknik PKC-KO secara kontiniu tetap dilaksanakan. 4. Diharapkan guru BK di sekolah diberikan penataran tentang bimbingan

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Baron, Robert A. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.

Brown, Rupert. 2005. Prejudice Menangani “Prasangka” dari Perspektif

Psikologi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Damayanti, Nidya. 2012. Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska

Dewi, Rosmala. 2012. Penelitian Pendidikan (Desain Emperikal dan PTK). Medan: Pasca Sarjana Unimed

Fakultas Ilmu Pendidikan. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu

Pendidikan. Medan: Unimed

Fakultas Ilmu Pendidikan. 2012. Pembelajaran Karakter-Cerdas Format

Kelompok (PKC-KO). Padang: Universitas Negeri Padang

Hasibuan, Ernida. 2013. Pengaruh Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok

Teknik Diskusi Terhadap Penalaran Moral Siswa Kelas XI SMAN 1 Percut Sei Tuan T.A 2012/2013. Medan: Unimed

Koentjaraningrat. 2010. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: PT. Djambatan.

Lubis, M. 1988. Manusia Indonesia Sebuah Pertanggungjawaban. Jakarta: PT. Pertja.

Matsumoto 1996. Cara Mengurangi Stereotipe. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prayitno & Erman Amti.2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno & Afriva Khaidir. 2012. Butir-Butir Nilai Karakter-Cerdas dalam

Kandungan Pancasila serta Kehidupan yang Utuh dan Efektif. Padang:

UNP.

Purba, Kartina Sari. 2012. Pengaruh pemberian Layanan Informasi untuk

Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial Kelas X SMAN 1 Galang T.A 2012/2013. Medan: Unimed.

(23)

Sarwono, Sarlito W. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiadi, Elly M.dkk. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiono. 2009. Penelitian Tindakan Kelas dan Emperikal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukardi, Dewa Kentut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunarto, K. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tama,BayuA.dkk.11Juni2009.Pengertianstereoitpe.(Online),dalam(http://fkipuns surakarta.blogspot.com/2009/06/pengertian-stereotipe. html. diakses pada 15 Januari 2014)

Tanjung, Bahdin Nur. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal, Skripsi

dan Tesis) dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Karya Ilmiah.

Jakarta: Prenada Media Group.

Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( Berbasis

Integrasi ). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Jakarta: Unness Press.

Widjaja, A.W. 1986. Manusia Indonesia INDIVIDU KELUARGA DAN

MASYARAKAT. Jakarta: Akademika Pressindo.

Gambar

Tabel 1.1  Kategori Skor  ................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi

[r]

meイ セ gakui@ pentingnya pencegahe:n Illegal, Unreport&d dan Unreported (IUU) Fishing, yang selanjutnya disehut "IUU Fishing", dan memajukan

[r]

‐E g.pdf .TREATIE“‐XXVII.. ‐E

5.3 menunjukkan nilai bilangan kurva dan imperviousness pada tiap subDAS di DAS Ciliwung bagian hulu pada kondisi KAT I, II dan III. Dalam basin model , perlu disusun

Sumber daya manusia yang berkualitas bisa dilihat pada hasil kerjanya dalam kerangka profesionalisme kinerja yang baik adalah sebagaimana seorang karyawan mampu

[r]