• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen PROGRAM UMUM Bimbingan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dokumen PROGRAM UMUM Bimbingan Konseling"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Rasional

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengembangan kurikulum menjadi Kurikulum 2013. Salah satu barometer yang dijadikan alasan pentingnya perubahan kurikulum itu dilakukan adalah survey “Trends in International Math and Science” oleh Global Institute pada tahun 2007, dimana berdasarkan survey tersebut hanya 5 persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal berkategori tinggi yang memerlukan penalaran. Sedangkan peserta didik Korea sanggup mengerjakannya mencapai 71 persen. Indikator lain adalah Programme for International Student Assessment(PISA) pada tahun 2009 menempatkan Indonesia di peringkat 10 besar terakhir dari 65 negara peserta PISA. Kriteria penilaiannya adalah kemampuan kognitif dan keahlian membaca, matematika, dan sains. Penguasaan peserta didik Indonesia hanya sampai level 3 sementara negara lain sampai level 4, 5 dan 6. Kedua survey ini menunjukkan prestasi peserta didik Indonesia masih perlu ditingkatkan. Pengembangan kurikulum 2013 dirancang untuk mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.

Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan

(2)

dan tamatan SMA/MA dan SMK yang memasuki perguruan tinggi belum semuanya didasarkan atas peminatan peserta didik yang didukung oleh potensi dan kondisi diri secara memadai sebagai modal pengembangan potensi secara optimal, seperti kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat dan kondisi fisik serta sosial budaya dan minat karir mereka. Akibatnya perkembangan mereka kurang optimal, tidak seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu, pengarahan lebih awal dalam peminatan, khususnya dalam penyiapan penempatan dan penyaluran untuk kelanjutan studi yang sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada pada diri peserta didik serta lingkungannya perlu segera dilakukan. Dalam rangka peminatan peserta didik sejak SD/MI dan SMP/MTs, sampai dengan SMA/MA dan SMK diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan konseling secara profesional.

(3)

Implementasi Kurikulum tahun 2013 menekankan penilaian berbasis proses dan hasil, dan tidak menyederhanakan upaya pendidikan sebagai pencapaian target-target kuantitatif berupa angka-angka hasil ujian sejumlah mata pelajaran akademik saja, tanpa penilaian proses atau upaya yang dilakukan oleh peserta didik. Kejujuran, kerja keras dan disiplin adalah hal yang integral pada penilaian proses. Hasil penilaian juga harus serasi dengan perkembangan akhlak dan karakter peserta didik sebagai makhluk individu, sosial, warga negara dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Pengembangan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan didalamnya terdapat perubahan program yang berkaitan langsung dengan layanan bimbingan dan konseling adalah peminatan peserta didik.Pelayanan peminatan peserta didik merupakan bagian dari upaya advokasi dan fasilitasi perkembangan peserta didik agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (arahan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) sehingga mencapai perkembangan optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimilikinya, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya. Dengan kondisi tersebut diharapkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggung jawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.

(4)

keputusannya secara bertanggung jawab. Bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal dan kemandirian dalam kehidupannya serta menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Di samping itu juga membantu individu dalam memilih, meraih dan mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan.

Program bimbingan dan konseling terkait peminatan peserta didik sepenuhnya berada di bawah tanggung jawab Guru BK/Konselor dengan bekerja sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, kepala tata usaha dan/atau orang tua di setiap satuan pendidikan. Guru BK/Konselor melalui pelayanan BK membantu peserta didik memilih dan menetapkan peminatan peserta didik, baik kelompok mata pelajaran peminatan, pilihan kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat berdasarkan kekuatan dan kemungkinan keberhasilannya. Oleh karena itu Guru BK/Konselor harus dapat membantu peserta didik untuk menemukan kekuatannya, yang berupa kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, kemampuan akademik, minat, dan kecenderungan peserta didik, serta dukungan moral dari orang tua. Sedangkan pelayanan pendalaman minat bagi peserta didik sepenuhnya tanggung jawab Guru Mata Pelajaran terkait dengan bidang studinya atau mata pelajaran yang diampunya.

(5)

Bimbingan dan Konseling. Dengan demikian para guru Bimbingan dan Konseling diharapkan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling sesuai dengan Kompetensinya sebagai Konselor diantaranya Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Profesional yang berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 27 tahun 2008 dan sebagai bagian tak terpisahkan dalam struktur kurikulum sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006.

B. Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Pameungpeuk Visi bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk adalah berupaya mengembangkan potensi seluruh peserta didik secara optimal agar peserta didik menjadi siswa yang memiliki kehidupan yang religius, unggul dalam prestasi yang dilandasi oleh iman dan taqwa, memiliki rasa setia kawan yang tinggi, dan berdaya dalam lingkungan masyarakat.

Misi bimbingan dan konseling adalah

1. Memfasilitasi perkembangan siswa agar dapat mengembangkan potensi dan kepribadiannya seoptimal mungkin dengan menginternalisasi nilai-nilai budaya dan karakter bangsa,

2. Meningkatkan profesionalisme guru pembimbing atau konselor melalui seminar, lokakarya, pelatihan, dan atau peningkatan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

3. Meningkatkan kolaborasi dan konsultasi dengan para guru mata pelajaran, instansi terkait, MGBK, ABKIN, dan lain-lain, dan

4. Memperbaiki dan melengkapi sarana dan prasaranan yang diperlukan.

C. Landasan Hukum

(6)

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Undang-Undang Republik IndonesiaI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

3. Undang-undang Republik IndonesiaI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1992 tentang

Tenaga Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

6. Inpres Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional 2010;

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2019 tentang Standar Nasional Pendidikan;

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor;

10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

(7)

12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

D. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan layanan bimbingan ialah agar konseli dapat (1) merencanakan kegiatan penyelesaian study, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang, (2) mengembangkan seluruh potensi dan kemampuannya seoptimal mungkin, (3)menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungankerja, (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam study, penyesuaian dengan lingkunngan pendidikan, masyarakat maupun lingkunngan kerja.

Adapun, tujuan peminatan peserta didik secara umum adalah membantu peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK menanamkan minat mata pelajaran, memantapkan minat mata pelajaran, serta memilih dan menetapkan minat kelompok mata pelajaran peminatan, lintas kelompok peminatan dan/atau pendalaman minat yang diikuti pada satuan pendidikan yang sedang ditempuh, pilihan karir dan/atau pilihan studi lanjutan sampai ke perguruan tinggi.

Secara khusus tujuan peminatan peserta didik adalah:

1. Mengarahkan peserta didik SD/MI untuk

memahami bahwa pendidikan di SD/MI merupakan pendidikan wajib yang harus dikuti oleh seluruh warga negara Indonesia dan setamatnya dari SD/MI harus dilanjutkan ke studi di SMP/MTs, dan oleh karenanya peserta didik perlu belajar dengan sungguh-sungguh dan meminati semua mata pelajaran.

2. Mengarahkan peserta didik SMP/MTs untuk memahami dan mempersiapkan diri bahwa:

(8)

b. Peserta didik SMP/MTs perlu memantapkanminat pada semua mata pelajaran, meminati studi lanjutan yang menjadi pilihan SMA/MAatau SMK sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat,dan kecenderungan pilihan masing-masing peserta didik, memahami berbagai jenis pekerjaan/karir dan mulai mengarahkan diri untuk pekerjaan/karir tertentu.

c. Setamat dari SMP/MTs peserta didik dapat melanjutkan pelajaran ke SMA/MA atau SMK, untuk selanjutnya bila sudah tamat dapat bekerja atau melanjutkan pelajaran ke perguruan tinggi.Peminatan di SMP/MTs adalah mempersiapkan peserta didik untuk menentukan pilihan kelompok mata pelajaran dan pilihan lintas minat atau pendalaman minat di SMA/MA/SMK. Jadi peserta didik perlu mendapatkan informasi tentang kelompok mata pelajaran peminatan, pilihan kelompok lintas peminatan dan/atau pendalaman minat: keuntungan dan keterbatasannya.

E. Fungsi-Fungsi Bimbingan dan Konseling

1. Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secera optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

3. Fungsi penyesuaian, membantu konseli agardapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

(9)

5. Fungsi adaptasi, yaitufungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah, konselor dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat dan kemampuan serta kebutuhan konseli.

6. Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

7. Fungsi perbaikan, yaitu membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melekukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola fikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat bertindak secara produktif dan normatif.

8. Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh konseli baik masalah pribadi, sosial belajar maupun karir.

9. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif konseli dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

F. Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli, baik yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah, pria maupuan wanita, anak-anak, remaja maupun dewasa.dalam hal ini teknik bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan daripada penyembuhan (kuratif) dan lebih diutamakan teknik kelompok daripada perseorangan (individual).

2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli unik (berbeda satu dengan yang lainnya) bimbingan membantu memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut, meskipun menggunakan teknik kelompok.

(10)

untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan dan peluang untuk berkembang.

4. Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama. Bukan hanya tugas konselor tapi tugas guru-guru dan kepala sekolah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing sebagai teamwork.

5. Pengambilan keputusan merupakan hal yang essensial dalam bimbingan dan konseling. Kemampuan mengambil keputusan bukan kemampuan bawaan melainkan kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

6. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian bimbingan tidak hanya berlangsung di lingkungan sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga pemerintah/swasta dan masyarakat pada umumnya.

G. Azas-azas Bimbingan dan Konseling 1. Azas kerahasiaan

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memiliki dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.

2. Azas kesukarelaan

yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengkehendaki adanya kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik (klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

3. Azas keterbukaan

(11)

keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura

4. Azas kegiatan,

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran berpatrisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini Guru Pembimbing perlu mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya. 5. Asas kemandirian,

yaitu azas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu : peserta didik (klien)diharapkan menjadi individu-individu yagn mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.

6. Asas kekinian,

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar obyek permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan ”masa depan atau kondisi masa lampaupun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.

7. Asas kedinamisan,

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. 8. Asas keterpaduan,

(12)

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

10. Asas keahlian,

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas alih tangan,

yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik dan ahli-ahli lain.

12. Asas tut wuri handayani,

(13)

H. Jenis Layanan Konseling

1. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

2. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.

3. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.

4. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

5. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

6. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

7. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.

8. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. 9. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan

permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

I. Kegiatan Pendukung

1. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

2. Himpunan Data,yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.

(14)

memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.

4. Kunjungan Rumah,yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.

5. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan.

6. Alih Tangan Kasus,yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

J. Bentuk Kegiatan

1. Individual, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani peserta didik secara perorangan.

2. Kelompok, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.

3. Klasikal, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani sejumlah peserta didik dalam satu kelas.

4. Lapangan, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

5. Pendekatan Khusus, yaitu bentuk kegiatan konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.

K. Program Pelayanan a. Jenis Program

1) Program Tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.

(15)

3) Program Bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

4) Program Mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.

5) Program Harian,yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan atau satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.

b. Penyusunan Program

1) Program pelayanan konseling disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi.

2) Substansi program pelayanan konseling meliputi keempat bidang, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor (guru BK)

BAB II

KOMPONEN PROGRAM SERTA PENGELOLAAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling

Program Bimbingan dan Konseling Perkembangan bagi siswa SMP Negeri 1 Pameungpeuk memiliki empat komponen, yaitu :

(16)

Layanan Dasar Bimbingan merupakan inti dari pendekatan perkembangan yaitu layanan bantuan bagi seluruh siswa (for all student) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas yang disajikan secara sistematis dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki moral yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya.

Tujuan layanan ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya membantu semua siswa agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan agama), (2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasikan tanggung jawab seperangkat tingkah laku tepat (pemadai) bagi penyesuaian dirinya dengan lingkungan, (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahannya, dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.

2. Layanan Responsif (Responsive Service)

Layanan Responsif adalah layanan bantuan bagi siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera (immediate needs and concerns). Layanan ini bertujuan untuk membantu para siswa dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan siswa untuk menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah (malajusment).

3. Layanan Perencanaan Individual

Layanan Perencaan individal dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.

(17)

pribadinya. Membantu siswa memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencana itu sesuai pemantauan dan pemahamannya. Dapat juga dikemukakan bahwa layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa agar (1) memiliki kemampuan untuk memutuskan tujuan perencanaan atau pengelolaan terhadap pengembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier, (2) dapat belajar membantu dan memahami perkembangan dirinya, dan (3) dapat melakukan kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah dirumuskan secara proaktif.

4. Dukungan Sistem

Komponen Dukungan Sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan bimbingan konseling secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian, dan pengembangan.

Tiga komponen program di atas, merupakan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling kepada para siswa secara langsung, sedangkan dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Program ini memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam rangka memperlancar penyelenggaraan ketiga program layanan tersebut.

Strategi peluncuran bagi masing-masing komponen tersebut sebagai berikut :

1) Strategi Layanan Dasar

(18)

b. Bimbingan Kelompok, Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kcil. Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan kinat para siswa.

c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran, Konselor berkolaborasi dengan guru dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik (prestasi dan pribadinya), dan mengidentifikasikan aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.

d. Kerja sama dengan Orang Tua, Hal ini dilakukan untuk saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antara konselor dengan orang tua dalam upaya mengembangan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. 2) Strategi Layanan Responsif

a. Konsultasi, Konselor memberikan layanan konsultasi pada guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.

b. Konseling Individu atau Kelompok, Kegiatan ini dilakukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan, hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangnnya.

c. Konseling Krisis, Kegiatan ini diberikan kepada para siswa dan keluarga yang menghadapi situasi atau masalah yang kritis (darurat). Konselor memberikan intervensi agar peserta didik atau keluarga memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan segera.

d. Referal, Hal ini dilakukan apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah Klien.

(19)

nonakademik. Di samping itu, dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan dan konseling.

3) Strategi Layanan Perencaan Indvidual a. Penilaian Individual atau Kelompok b. Individual or Small-group advisement 4) Strategi Dukungan Sistem

a. Pengembangan Profesional

b. Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi c. Manajemen Program

(20)

B. Pengelolaan Layanan BK

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling didukung oleh adanya organisasi, personil pelaksana, sarana dan prasarana, serta pengawasan pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Untuk menangani kegiatan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk dilakukan secara terorganisasi yang mengacu para Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang diperbanyak oleh Proyek Peningkatan Mutu SMP (induk) Jawa Barat, meliputi :

1. Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

(21)

Komite sekolah Kepala Sekolah Tenaga Ahli Instansi lain

Tatalaksana

Wali Kelas / Guru Pembimbing GuruMata Pelajaran

Guru Pembimbing / Pelatih

S I S W A

Garis Komando Garis Koordinasi Garis Konsultasi Keterangan :

a. Kepala Sekolah adalah penanggung jawab pelaksanaan teknis Bimbingan dan Konseling

b. Koordinator BK/Guru Pembimbing adalah pelaksana utama yang mengoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah

c. Guru Mata Pelajaran/Pelatih adalah pelaksana pengajar dan pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi siswa untuk kepentingan Bimbingan dan Konseling

d. Wali Kelas/Guru Pembina adalah guru yang diberi tugas khusus di samping mengajar untuk mengelola satu kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah

e. Siswa adalah peserta didik yang berhak menerima pengajaran, latihan, dan pelayanan Bimbingan dan Konseling

f. Tatalaksana adalah pembantu Kepala Sekolah dalam penyelenggaraan administrasi, ketatalaksanaan sekolah, dan pelaksanaan administrasi Bimbingan dan Konseling

g. Komite Sekolah adalah organisasi di sekolah yang bersangkutan yang berkewajiban membantu menyelengarakan pendidikan termasuk pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

(22)

Personil yang terlibat dan atau diberi tugas dalam menangani Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk adalah sebagai berikut

Kepala Sekolah / Penanggung jawab BK : Drs. H. Rusmana, M.Pd Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor :

1. Kelas VII : Desi Nurul Khasanah, S.Pd. 2. Kelas VIII : Ernawati, S.Pd.

3. Kelas IX : Winny Indriyani Kurniawan, S.Pd.

Di samping itu ditambah sebanyak 29 orang wali kelas.

3. Rincian / Uraian Tugas a. Kepala Sekolah

1. Mengoordinasikan segenap kegiatan yang diprogramkan di sekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis, dan dinamis.

2. Menyediakan prasarana, tenaga, sarana, dan berbagai kemudahan bagi terlaksananya pelayanan bimbingan yang efektif dan efisien (mangkus dan sangkil).

3. Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, penilaian, dan upaya tindak lanjut pelayanan bimbingan.

4. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan bimbngan di sekolah kepada Kanwil / Kandep yang menjadi atasannya.

b. Koordinator Bimbingan dan Konseling

1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada segenap warga sekolah, orang tua siswa, dan masyarakat.

2. Menyusun Program Bimbingan. 3. Melaksanakan Program Bimbingan.

4. Mengadministrasikan Pelayanan Bimbingan. 5. Menilai program dan pelaksanaan bimbingan

6. Memberikan tindak lanjut terhadap hasil penilaian bimbingan

c. Guru Pembimbing / Konselor

1. Memasyarakatkan pelayanan bimbingan. 2. Merencanakan Program Bimbingan.

(23)

5. Menilai proses dan hasil pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukungnya.

6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.

7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakannya.

8. Mempertangungjawabkan tugas dan kegiatannya dalam pelayanan bimbingan kepada Koordinator Bimbingan dan Kepala Sekolah.

d. Guru Mata Pelajaran dan Pelatih

1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan kepada siswa. 2. Membantu guru pembimbing / konselor mengidentifikasi siswa yang

memerlukan layanan bimbingan.

3. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan kepada guru pembimbing / konselor.

4. Menerima siswa alih tangan dari pembimbing / konselor yaitu siswa yang menurut guru pembimbing / konselor memerlukan layanan pengajaran khusus (seperti pengajaran perbaikan / proram pengayaan materi pelajaran).

5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan.

6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan kegiatan bimbingan atau kegiatan yang dimaksudkan.

7. Berpartisifasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti Konferensi Kasus.

8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan upaya tindak lanjutnya.

e. Wali Kelas

1. Membantu guru pembimbing / konselor melaksanakan tugas-tugas khususnya di dalam kelas yang menjadi tanggun jawabnya.

(24)

3. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti atau menjalani layanan dan atau kegiatan lainya.

4. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berpedoman kepada Struktur Organisasi yang digunakan. Penanganan kegiatan Bimbingan dan Konseling oleh petugas bekerja sama dengan wali kelas. Hasil dari kegiatannya dilaporkan kepada Koordinator yang selanjutnya dibahas secara bersama.

Seluruh Kegiatan Bimbingan dan Konseling selanjutnya dilaporkan oleh Koordinator kepada Kepala Sekolah baik secara insidental aupun secara berkala. Kebijakan lebih lanjut ditetapkan oleh Kepala Sekolah melalui Koordinator Bimbingan dan Konseling. Bagan mekaniske kerja Bimbingan dan Konseling sebagai berikut:

Guru Mata Pelajaran Wali Kelas Bimbingan dan Konseling Kepala Sekolah

1 2 3 4

Nilai siswa

1. Kognisi 2. Psikomotor 3. Afeksi

Himpunan nilai Himpunan data

1. Buku data/peta siswa

2. Prediksi keberhasilan kognisi 3. Hasil psikotes 4. Hasil konseling

individu

Aplikasi instrumentasi bimbingan

1. Tes (IQ, bakat, kreatifitas, kepribadian) 2. Non tes/angket,dll

Pengadaan sarana (Wakasek Sarpras) Menemukan kasus/permasalahan siswa

1) di dalam kelas  kehadiran mengikuti pelajaran  sikap menolak/tidak interest (misal: sering mengantuk, pasif, keluar masuk kelas, mengganggu PBM, dsb) Menerima informasi kasus/permasalahan siswa; diinventaris

dan ditangani/di selesaikan

(25)

2) di luar kelas  hubungan teman

sebaya : konflik/perkela hian, dsb)

Catatan :

1) Anekdot/kejadian 2) Siswa yang

memerlukan remidial

Bersama guru BK /konselor menemui OT siswa

1) hadir disekolah untuk keperluan konsultasi 2) kunjun gan rumah 3) konfer ensi kasus Catatan : 1)

agenda harian kegiatan (L. konseling

individu/mengamati afeksi siswa) (satuan layanan untuk kunjungan rumah, konferensi kasus. Alih tangan kasus) 2)

laporan konseling 3)

laporan bulanan dan

semesteran (program BK semesteran, rekapitulasi presensi kehadiran, konseling, konsultasi OT/layanan dan kegiatan pendukung

4)

laporan tahunan (program bimbingan dan konseling)

Mengetahui

5. Pembagian siswa asuh dan beban tugas

Pada dasarnya seluruh peserta didik yang ada di sekolah menjadi siswa semua guru BK/konselor sekolah termasuk kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang berasal dari guru BK.

(26)
(27)

BAB III

STRATEGI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. ASSESMENT

Menghadapi tuntutan kehidupan yang selalu berkembang dengan nilai-nilai yang bergeser menjadikan peserta didik (siswa) sebagai anak bangsa memiliki masalah dan persoalannya sendiri. Di sekolah siswa dituntut untuk dapat berkembang dengan optimal, perkembangan yang diharapkan adalah perkembangan utuh kompetensi yang dimiliki. Melihat hal tersebut bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian di sekolah yang turut mengoptimalkan kompetensi yang ada pada siswa tersebut harus memiliki program dan strategi baru. Program dan strategi dimaksud harus dapat membantu siswa untuk dapat berkembang dan mandiri. Untuk itu kebutuhan haruslah datang dari siswa yang diawali dengan needs assesment.

Needs sama dengan kebutuhan yang berarti ketidaksesuaian antara apa yang ada dan seharusnya ada (Posavac & Carey,1997). Ketidaksesuaian ada di antara keadaan aktual dan (a) cita-cita, (b) norma, (c) minimum, (d) keadaan yang diinginkan atau (e) keadaan yang diharapkan (Roth, 1990). Assessment adalah alat untuk memperoleh informasi dalam membuat keputusan tentang individu, kelompok, program atau proses. Tujuan assessment meliputi kemampuan, prestasi, variabel kepribadian, kompetensi, sikap, prioritas/pilihan, minat, nilai, demografis dan karakteristik lainnya.

(28)

siswa. Bagi Myrick (1990), bahwa tujuan sederhana dari sebuah evaluasi adalah

1. mengidentifikasi kebutuhan siswa

2. mengidentifikasi apa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut

3. menentukan perbedaan, jika ada intervensi konselor.

Berdasarkan hasil dari needs assessment ini disusun komponen program bimbingan dan konseling.

B. PERENCANAAN KEGIATAN

Perencanaan kegiatan pelayanan konseling mengacu pada program tahunan yang telah dijabarkan ke dalam program semesteran, bulanan serta mingguan.

1. Perencanaan kegiatan pelayanan konseling harian yang merupakan jabaran dari program mingguan disusun dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG yang masing-masing memuat:

a. Sasaran layanan/kegiatan pendukung b. Substansi layanan/kegiatan pendukung

c. Jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan d. Pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang

terlibat

e. Waktu dan tempat

2. Rencana kegiatan pelayanan konseling mingguan meliputi kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas untuk masing-masing kelas peserta didik yang menjadi tanggung jawab konselor (guru BK).

3. Satu kali kegiatan layanan atau kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pembelajaran.

4. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling dalam satu minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas wajib konselor (guru BK) di sekolah.

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

(29)

2. Program pelayanan konseling yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Konseling

a. Di dalam jam pembelajaran sekolah :

1) Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.

2) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal 3) Kegiatan tidak tatap muka dengan peserta

didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan, dan alih tangan kasus.

b. Di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah:

1) Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan,, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.

2) Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.

3) Kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah.

(30)

5. Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di dalam kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan sekolah/madrasah

5. Program pelayanan konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/ madrasah.

D. PENILAIAN KEGIATAN

1. Penilaian hasil kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui:

a. Penilaian segera (LAISEG), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung konseling untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.

b. Penilaian jangka pendek (LAIJAPEN), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan) setelah satu jenis layanan dan atau kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui dampak layanan/kegiatan terhadap peserta didik.

c. Penilaian jangka panjang (LAIJAPANG), yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik.

2. Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukan melalui analisis terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam SATLAN dan SATKUNG, untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kegiatan.

(31)

E. PELAKSANA KEGIATAN

1. Pelaksana kegiatan pelayanan konseling adalah konselor (guru BK). 2. Konselor (guru BK) pelaksana kegiatan pelayanan konseling di sekolah

wajib:

a. Menguasai spektrum pelayanan pada umumnya, khususnya pelayanan profesional konseling.

b. Merumuskan dan menjelaskan peran profesionalkonselor kepada pihak-pihak terkait, terutama peserta didik, pimpinan sekolah/ madrasah, sejawat pendidik, dan orang tua.

c. Melaksanakan tugas pelayanan profesionalkonseling yang setiap kali dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan sekolah/madrasah, orang tua, dan peserta didik.

d. Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan pelayanan profesionalkonseling.

e. Mengembangkan kemampuan profesionalkonseling secara berkelanjutan.

3. Beban tugas wajib konselor (guru BK) ekuivalen dengan beban tugas wajib pendidik lainnya di sekolah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Pelaksana pelayanan konseling

Pada satu SMP/MTs/SMPLB, dapat diangkat sejumlah konselor dengan rasio seorang konselor untuk 150orang peserta didik.

F. PENGAWASAN KEGIATAN

1. Kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah dipantau, dievaluasi, dan dibina melalui kegiatan pengawasan.

2. Pengawasan kegiatan pelayanan konseling dilakukan secara: a. interen, oleh kepala sekolah/madrasah.

b. eksteren, oleh pengawas sekolah/madrasah bidang konseling.

3. Fokus pengawasan adalah kemampuan profesional konselor dan implementasi kegiatan pelayanan konseling yang menjadi kewajiban dan tugas konselor di sekolah/madrasah.

(32)

5. Hasil pengawasan didokumentasikan, dianalisis, dan ditindaklanjuti untuk peningkatan mutu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan konseling di sekolah/madrasah.

G. JADWAL KEGIATAN

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuktidak melakukan jam tatap muka di kelas dengan siswa secara rutin terjadwal, tetapi guru pembimbing dilibatkan dalam piket KBM. Adapun pelaksanaan layanan konseling individual dan kelompok serta kegiatan pendukung lainnya disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi sekolah. Adapun jadwal kehadiran guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk, sebagai berikut:

Nama Guru BK Kelas Senin Selasa RabuKehadiran Kamis Jumat Sabtu Desi Nurul Khasanah, S.Pd. VII

Ernawati, S.Pd. VIII Winny Indriyani K, S.Pd. IX

H. PEMBIAYAAN

Kebutuhan untuk melengkapai fasilitas dan perlengkapan bimbingan dan konseling SMP Negeri 1 Pameungpeuk sudah dimasukkan dalam RAPBS tahunan. Dalam pelaksanaannya koordinator BK mengajukan proposal mengenai perlengkapan yang diperlukan, kepala sekolah menyetujui berdasarkan anggaran yang tersedia. Meskipun saat ini keperluan sarana bimbingan dan konseling masih terbatas namun koordinator dan staf bk bekerja seoptimal mungkin memberikan layanan bimbingan kepada siswa. Pembiayaan yang berkaitan dengan kegiatan psikotest dibebankan kepada orang tua siswa dengan persetujuan pihak komite sekolah.

I. SARANA/PRASARANA

a. Sarana

Dalam penyediaan sarana kelengkapan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Pameungpeuk masih perlu dilengkapi, seperti buku-buku sumber yang berkaitan dengan upaya pengembangan diri siswa, alat test psikologis, alat perekam konseling, dan lain-lain

(33)

Fasilitas ruangan yang terdapat dalam ruang BK adalah ; ruang tamu, ruang konseling individual, ruang konseling kelompok, ruang penyimpanan data dan ruang kerja staf BK,sedangkan fasilitas yang dibutuhkan : lemari/loker penyimpan data, kursi tamu, kursi dan meja untuk konseling individual dan kelompok, meja kerja staf BK, dan papan informasi.

Sebagai gambaran keperluan fasilitas ruang bimbingan konseling antara lain sbb

 Perlengkapan kerja : Meja dan kursi kerja, meja dan kursi tamu, lemari, rak buku, lemari file, filing cabinet, papan data,dsb.

 Berbentuk format-format antara lain : isian peta siswa, pedoman observasi, angket siswa dan orang tua, angket penjurusan, format laporan absensi, dsb.

 Alat penyimpan data Berbentuk : map administrasi siswa, agenda kegiatan,catatan konsultasi, catatan konseling, dsb.

 Perlengkapan Teknis. Berbentuk : Buku Pedoman, Buku sumber (pribadi, sosial, belajar,karier, pendidikan), alat tulis, ICT, dsb

 Ruang bimbingan diusahakan memenuhi standar layanan bimbingan konseling, yang terdiri dari ruang konsultasi, ruang administrasi, ruang penyimpanan file, ruang konseling, ruang bimbingan kelompok/diskusi, dsb.

J. PROBLEMA UMUM SISWA SMP NEGARI I PAMEUNGPEUK

(34)

a. Masalah Pribadi, seperti pemahaman dan penerimaan diri (kekurangan dan kelebihan), citra diri/konsep diri negatif, pencarian bakat dan minat, kurang percaya diri dan lain-lain

b. Masalah Sosial/pergaulan, seperti penyesuaian dengan teman sebaya,guru dan lingkungan,genk/klik, mulai tertarik pada lawan jenis, pengaruh media/teknologi.

c. Masalah Belajar, seperti motivasi rendah, kesulitan belajar, nilai kurang, kurang konsentrasi, cara belajar yang kurang efektif, cara mengatur waktu belajar, belajar kelompok.

d. Masalah Karir, seperti kelanjutan studi, cita-cita dan pemahaman dunia kerja.

e. Masalah Pengisian Waktu Luang, seperti penyaluran bakat, kegiatan ektra kurikuler, dan kegiatan di lingkungan masyarakat.

f. Masalah Sosial Ekonomi Orang Tua,seperti kesulitan memenuhi kebutuhan/fasilitas belajar, ongkos sehari-hari, dan lain-lain.

BAB IV

PENILAIAN, ANALISIS DAN TINDAK LANJUT

A. Penilaian Program Bimbingan dan Konseling

(35)

1. Penilaian Hasil Layanan

a. Untuk mengetahui keberhasilan layanan dilakukan penilaian. Dengan penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif terhadap siswa yang mendapatkan layanan. b. Penilaian ditujukan kepada perolehan siswa yang menjalani layanan.

Perolehan ini diorientasikan pada :

Pengentasan masalah siswa :sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi pengentasan masalahnya ? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang terbinanya tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan permasalahan dan perkembangan diri siswa.

Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi, kebiasaan, keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemam-puan berkomunikasi, kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral.

c. Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya:

Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan.

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

Semua fokus penilaian itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas mengacu kepada kompetensi yang diaplikasikan siswa untuk pengentasan permasalahan yang dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih efektif.

d. Penilaian dapat dilakukan melalui :

• format individual, kelompok, dan/atau klasikal

(36)

• penggunaan panduan dan/atau instrumen baku dan/atau yang disusun sendiri oleh guru pembimbing.

e. Tahap-tahap penilaian meliputi :

Penilaian segera (laiseg), merupakan penilaian tahap awal, yang dilakukan segera setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang dimaksud.

Penilaian jangka pendek (laijapen), merupakan penilaian lanjutan yang dilakukan setelah satu (atau lebih) jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling lama satu bulan.

Penilaian jangka panjang (laijapang), merupakan penilaian lebih menyeluruh setelah dilaksanakannya layanan dengan selang satu unit waktu tertentu, seperti satu semester.

2. Penilaian Proses Kegiatan

a. Penilaian dalam Bimbingan dan Konseling dilakukan juga terhadap proses kegiatan dan pengelolaannya, yaitu terhadap :

• kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling

• kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling

• mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam kegiatan

• pengelolaan dan administrasi kegiatan

b. Hasil penilaian proses digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan Bimbingan dan Konseling secara menyeluruh.

3. Penilaian Satuan Pendukung

Khusus untuk kesatuan kegiatan pendukung, evaluasi dilakukan dengan cara berikut :

(37)

2. Mengungkapkan komitmen pihak-pihak yang terkait dalam penanganan masalah peserta didik (butir ini terutama untuk kegiatan konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus), dan

3. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan pendukung.

Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka atau skor maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi (yaitu partisipasi aktivitas dan pemahaman peserta didik; perolehan peserta didik dari layanan, minat peserta didik terhadap layanan lebih lanjut, dan perkembangan peseta didik dari waktu ke waktu). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh mana proses penyelenggaraan layanan pendukung memberikan suatu yang berharga bagi kemajuan dan memberikan bahan atau kemudahan untuk kegiatan layanan terhadap peserta didik.

Penilaian di tingkat sekolah di bawah tanggung jawab kepala sekolah yang di bantu oleh pembimbing khusus dan personil sekolah lainya. Di samping itu, penilaian kegiatan bimbingan dilakukan oleh penjabat yang berwenang dari instansi yang lebih tinggi di wilayah tersebut dalam hal ini Kabupaten Bandung.

Sumber informasi untuk keperluan penilaian ini, antara lain peserta didik, kepala sekolah, para wali kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para pejabat Depdiknas, organisasi profesi bimbingan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja peserta didik, dan sebagainya.

B. Analisis Hasil Evaluasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling

(38)

tempat dan lingkungan. Hasil analisis ini dituangkan dalam form Analisis Hasil Evaluasi

C. Tindak Lanjut

Bila hasil evaluasi dari layanan Bimbingan dan Konseling tidak memberikan peningkatan, maka sesuai dengan analisis akan diadakan perbaikan program dan perbaikan proses untuk program di masa mendatang, yaitu program yang tidak perlu dicoret dengan menggantinya dengan yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan siswa dan mengenai pelaksanaannya akan sangat memperhatikan waktu, suasana, tempat, dan lingkungan dan kegiatan ini dituangkan dalam Tindak Lanjut Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

D. Pelaporan

Sebagai bukti fisik kegiatan pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling, guru Bimbingan dan Konseling dituangkan dalam Laporan Agenda Harian.

E. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Program Kerja Tahunan BK

2. Program Kegiatan Layanan BK per Semester

3. Program Kerja Bulanan

4. Program Kerja Mingguan

5. Silabus Layanan BK

6. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan

7. Data Kerawanan

8. Angket Sosiometri

9. Format Rekapitulasi Presensi

(39)

Mengetahui Pameungpeuk, Juli 2014 Kepala SMP Negeri 1 Pameungpeuk, Guru Bimbingan dan Konselor,

Drs. H. Rusmana, M.Pd Winny Indriyani K., S.Pd.

Referensi

Dokumen terkait

Layanan Bimbingan Kelompok , yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan

Dengan kata lain, evaluasi pelaksanaan bimbingan dan koseling merupakan upaya menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah pada khususnya dan

Paradigma program Bimbingan dan Konseling (BK) perkembangan merupakan layanan bimbingan dan konseling sebagai layanan spesifik yang memfasilitasi perkembangan setiap siswa agar

Teknik modeling simbolis merupakan suatu teknik yang bisa digunakan guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk

Asas Alih Tangan Kasus adalah asas yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas

Yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta

PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling merupakan keahliaan pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagaian pengguna sesuai

Makalah Asas Bimbingan Konseling