I(OMPAS
o
Senin
123
17 18 19
-,,0
Jan0
Peb.
Selasa
4
5
20
o
Maro
Rabu
-6 7
21 22
OApr OMei
o
Kamis
0
Jumat
8 9 10
@
23
24
25
26
OJun OJul
.
Ags
OSilbtu
12
13
27
28
o
Sep0
Okto
Minggu14 15 16
29 30 31
ONov ) Des
Perempuan Hero di Keluarga
~----Oleh
SOEROSO
DASAR
IG
gum, penuh rasa hormatdan apres
.iasi.Itulahyang
penulis rasakan ketika membaca data
yangmemper-.
akan bahwa 13,8 persen kepalakeluarga di
Indo-nesia adalah per~mpuan. Bahkan data Survei Sosial Ekonomi
Nasional tahun 2007 menunjukkan, perempuan Indonesia
yangmenjadi kepala keluarga sudah mencapai 13,6persen.
Padahal, menurutsumberyangsama,
tahun 200ljumlahnya
barn 13,0 persen.
Artinya, di negeri ini teIjadi pe-ningkatan perempuan kepala ke-luarga sekitar 0,1persen setiap ta-hun. Peningkatan tersebut cukup signifikan, sesuai dengan dinami-ka perubahan yangpesat teIjadi, di mana peran perempuan tidak ha-nya mengurus pekeIjaan domes-tik. Di sisi lain mereka yang ter-maIjinalkan menjadi daya dorong perempuan untukkeluarrumah.
Secara nasional,.13,6persen se-tara dengan 6 juta rumah tangga atau 30 juta penduduk Indonesia. Dalam suatu kesempatan, data ini diamini Kepala Badan Koordinasi KeluargaBerencana Nasional Pro-vinsi Jawa Barat karena di Jabar perempuan kepala keluarga relatif tidak berbeda walaupun persenta-senya lebih rendah dari data nasio-nal.
Perempuan kepala keluarga ti-dak hanya menyelesaikan urusan domestik, tetapi sekaligusmencari natkah bagi keluarganya. Betapa kerns kehidupan mereka dan beta-pa besar tanggung jawab rangkap itu. Sebuah hadis Nabi Muham-mad SAWyang diriwayatkan Bu-khari Muslim mengatakan, "Seba-ik-baiknya perempuan di alam se-mesta ada empat, yaituAsyiah bin-ti Firaun, Maryam putri Imran, Khadijah binti Khuwailit, dan Fa-timah binti Muhammad."
PeIjuangan
keempa~p:.rempu-an itu tidak diragukkeempa~p:.rempu-an dkeempa~p:.rempu-an dicatat dalam lembaran sejarah. Namun, hari-hari ini, ketika kehidupan de-mikian kerns dan sulit, begitu ba-nyak perempuan yang berstatus ganda. Mereka beIjuang hidup dan mati demi menghidupi sebuah keluarga yang dicita-citakan. Me-reka berkeIja seperti hero, siang dan malam, tanpa pamrih, dan hampir tidak 1idawaktujeda tersi-sa.
Tindakannya merupakansum-bangsih besar dalam proses pem-bangunan keluarga di Indonesia. ~mbangunanbangsadimulaidari skala paling kecil, yakni keluarga. Apabila pembangunan keluarga hancur, hancurlah pembangunan bangsa. Tonggak serta nilai-nilai pendidikan, kearifan, budaya, reli-giositas,etika dan kesantunan, ke-benaran, keIja kerns, kedisiplinan, dan saling menghormati dibangun secara d\ni di keluarga. Peran ibu untuk mewujudkan itu besar seka-li.Apabilapilar-pilar ini roboh, su-lit sekali mengantarkan manusia Indonesia pada bangsa yang lebih beradab.
Kurang beruntung
Perempuan kepala keluarga pa-da umumnya mempunyai status kurang beruntung, seperti status mengambang karena ditinggal suami merantau tanpa
kabar,jan-da,lajangyang menanggung beban keluarga, istri yang mempunyai suami cacat permanen, atau istri dengan suami menganggur. Beta-pa berat tugas dan tanggungjawab perempuan kepala keluarga, yang dari data penulis rata-rata harus menghidupi lima orang dalam ru-mah tangganya.
Di tengah hiruk-pikuk peraya-an Hari Keluarga Nasional bulperaya-an lalu di republik ini, pernahkah kita melihat peran positif mereka da-lam proses pembangunan? Adalah bijak dan arif apabila sekelompok orang yang selama ini tidak diper-hitungkan itu diberi penghargaan dan apresiasi atas keIja kerns yang tulus agar tonggak kehidupan ke-luarga tetap berdiri tegak.
Dengan keIja kerns dan kete-kunan, mereka mengantarkan ke-luarga untuk tetap beIjuang mela-wan kejamnya kehidupan. Sebagai buruh tani, pedagangkaki lima,pe-gawai pabrik, pembantu rumah tangga, serta pekeIja kantor dan sektor informal lain, perempuan kepala keluarga hadir di tengah proses kehidupan kita.
Sangat tidak pantas kalaupeIju-angan dan pengorbanan mereka dicibir. Namun, sebaliknya, kita harus mengacungkan jempol dan berdecak kagum dengan langkah mereka. Nasib kurang beruntung mengantarkan mereka menjadi
--Kllplng
Humos
Unpod
-perempuan kepala rumah tangga. Akan tetapi, semua disikapi de-ngan baik dan benar sehingga ke-hadiran mereka bermanfaat untuk orang lain.
Bank Dunia memperkirakan, 25 persen rumah tangga di pedesa-an Pulau Jawa memiliki pedesa-anggota keluarga yang tidak tinggal bersa-ma di bawah satu atap. Walaupun terpisah, mereka tetap menjalin hubungan sosial ekonomi yang erat dengan keluarga inti di desa. Setiap kepala rumah tangga meng-gunakan uang yang diperoleh un-tuk makanan utama dan kiriman ke tempatlain.
Artinya, dari seperempat ru-mah tangga di pedesaan Jawa, ter-masuk Jawa Barat, posisi perem-puan semakin strategis. Mereka hidup tanpa lebih lama didam-pingi suami karena suami bekeIja di tempat lain. Sebuah tantangan bagi perempuan yang ditinggal suami bekeIja di tempat lain. Hal itu dilakukan karena laju pertum-buhan sektor pertanian di pedesa-an lebih rendah dari sektor ekono-mi lain.
Menurut Eddly Lee dalam
Changing Approaches to Rural Development, penyebabnya ada-lah pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi serta per-ubahan rasio tanah pertanian dan penduduk perdesaan. Di antara klasifikasiperempuan tersebut, ti-dak sedikityang hidup dengan sua-mi dan suasua-minya bekeIja, tetapi ia tetap membantu ekonomi keluar-ga.
Apakah bekeIja atau beIjualan, tujuan utamanya adalah agar roda kehidupan bisa lebih baik. Sung-guh mulia langkahyang merekaja-lankan. Jumlah kelompok ini di-perkirakan tidak sedikit. Mereka bertebaran dipedesaan dan perko-taan.
Pemandangan paradoks
Namun, sayans, di tengah decak kagum kita melihat peIjuangan perempuan kepala keluarga, di be-lahan lain teIjadi pemandangan yang paradoks. Terlihat di pojok-pojok sepi dan gelap penuh kehi-naan, tidak sedikit perempuan menjual diri. Berbagaialasan dike-mukakan, mulai dari kemiskinan, kesulitan mencari keIja, peng-khianatan oleh laki-laki,dan segu-dangalasan kliselain.
Bahkan tidak sedikit perempu-an yperempu-ang meninggalkperempu-an suami serta putra-putrinya ke luar negeri un-tuk bekeIja sebagai tenaga keIja wanita (TKW)di saat buah hatinya membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Apabila tindakannya menjadi TKW merupakan yang terbaik dan ikhtiar terakhir, tentu hal itu sangat bijak dan mulia. Na-mun, bila meninggalkan keluarga karena terbius hedonisme, betapa malangpilihan hidup seperti itu.
Betul apabila dikatakan dunia adalah perhiasan dan seindah-in-dahnya perhiasan adalah istri yang saleh. Begitu besar peran perem-puan dalam keluarga, tetapi sela-ma ini tertutup tirai kabut. Kita le-bih silau melihat perempuan-pe-rempuan di pentas hiburan de-ngan dunia gemerlap dan wangi. PeIjuangan perempuan kepala ke-luarga yang dilakukan dengan mengindahkan kodrat, rambu-rambu dan nilaibudaya, serta aga-maharuskitahormati.
BekeIjadengan tekun siang dan malam, baik pekeIjaan domestik maupun luar, benar-benar mutia-ra ibadah yang sempurna. Untuk itu, bukan zamannya lagi kita me-maIjinalkan peran perempuan.