• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI EKSTRAKSI LIPID DARI MIKROALGA OSCILLATORIA KAWAMURAE SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "OPTIMASI EKSTRAKSI LIPID DARI MIKROALGA OSCILLATORIA KAWAMURAE SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN REPRESENTASI KIMIA SEKOLAH

BERBASIS INTERTEKSTUAL PADA SUBMATERI IKATAN

KOVALEN DALAM BENTUK MULTIMEDIA

PEMBELAJARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh:

ENGGAH KURNIAWAN

0700443

Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Pendidikan Indonesia

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Pengembangan Representasi Kimia Sekolah Berbasis Intertekstual pada Submateri Ikatan Kovalen dalam Bentuk Multimedia Pembelajaran” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan dan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kaidah keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas

penyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adanya klaim dari pihak lain atas karya saya ini.

Bandung, Desember 2011 Yang membuat pernyataan,

(3)

PENGEMBANGAN REPRESENTASI KIMIA SEKOLAH BERBASIS INTERTEKSTUAL PADA SUBMATERI IKATAN KOVALEN DALAM

BENTUK MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

Oleh:

Enggah Kurniawan 0700443

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dra. Sri Mulyani, M.Si. NIP. 196111151986012001

Pembimbing II

H. Budiman Anwar, S.Si.,M.Si. NIP. 197003131997031004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(4)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk multimedia pembelajaran. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian dan pengembangan (Research and Development), dengan menggunakan metode deskriptif dan evaluatif. Objek penelitian ini adalah submateri ikatan kovalen yang dispesifikkan pada proses pembentukan ikatan kovalen. Indikator untuk submateri ikatan kovalen adalah menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Dari hasil kajian level representasi untuk submateri ikatan kovalen dari tujuh bahan ajar kimia SMA kelas X diketahui bahwa semua bahan ajar yang dianalisis tidak menyertakan representasi pada level makroskopis. Dari hasil analisis tiga multimedia yang telah ada diketahui bahwa ketiga multimedia tersebut tidak menampilkan representasi pada level makroskopis, tidak semua prinsip pengembangan multimedia diterapkan dan ada beberapa aspek teori belajar discovery learning yang tidak diterapkan. Multimedia dikembangkan berdasarkan script dan storyboard yang telah divalidasi. Aspek yang divalidasi meliputi aspek konten dan pedagogik yang dilakukan oleh dosen kimia dengan cara presentasi terbuka. Cara penyajian dalam multimedia meliputi cara penyajian enaktif, ikonik dan simbolik. Skor rata-rata sebesar 82% dari hasil validasi aspek multimedia bermakna bahwa pakar multimedia menilai multimedia sudah valid. Skor rata-rata 85,64% hasil pengolahan angket tanggapan guru kimia terhadap multimedia dan skor rata-rata sebesar 85,73% hasil pengolahan angket tanggapan siswa terhadap multimedia bermakna bahwa guru kimia dan siswa menganggap multimedia bisa digunakan dalam pembelajaran.

(5)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This research was aimed to develop chemical representation based in intertextuality in covalent bond concept in the form of learning media. This research was part of research and development, which used descriptive and evaluative method. The object of this research was the concept of covalent bond which was specified into the process of how covalent bond is formed. The indicator of the concept is “to explain the process of formation of single, double and triple covalent bond”. The overview of representation level from seven textbooks showed that all textbooks do not show the representation at macroscopic level. The overview of three learning media showed that all multimedia do not show the representation at macroscopic level, some of multimedia principle were not applied and some aspects of discovery learning were not applied too. The media was created based on script and storyboard that had been validated. Content and pedagogic aspects were validated by lectures at open presentation. The media was using iconic, enactive and symbolic presentation. The score of 82% of multimedia aspect means that the media experts judged this media has been valid. Meanwhile, the score of 85.64% in teacher’s review and 85.73% in student’s review means that according to students and teachers this media can be used in teaching-learning activity.

(6)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR GAMBAR ……….. vi

DAFTAR TABEL ……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan Masalah ………. 5

C. Tujuan Penelitian ……….. 6

D. Manfaat Penelitian ……… 6

E. Pembatasan Masalah ……… 6

F. Definisi Operasional ……… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Representasi Kimia dan Intertekstual ………... 9

B. Teori Belajar Konstruktivisme ………... 12

C. Teori Belajar Penemuan ……….. 14

D. Multimedia dalam Pembelajaran ………. 17

(7)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ……… 30

B. Prosedur Penelitian ……….. 31

C. Objek Penelitian ……….. 36

D. Instrumen Penelitian ……… 36

E. Teknik Pengumpulan Data ………. 37

F. Teknik Pengolahan Data ………. 38

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ………... 41

B. Kajian Level Representasi pada Bahan Ajar Kimia SMA kelas X ... 45

C. Analisa Multimedia yang telah ada ………. 51

D. Pembuatan Script ………. 75

E. Pembuatan Storyboard ……….. 91

F. Pembuatan Multimedia ……… 95

G. Validasi dan Tanggapan terhadap Multimedia ……… 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 116

(8)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ……… 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT PENULIS 144

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Level Representasi Kimia (Johnstone, 2000 dalam Chittleborough, et al., 2004)

10

Gambar 2.2 Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran (Mayer dan Moreno, 2003)

19

Gambar 2.3 Proses pembentukan ikatan Kovalen pada molekul H2 (Mc Monagle, 2006).

23

Gambar 2.4 Hubungan antara Jarak antar Atom dengan Energi Potensial (Whitten, 2008)

24

Gambar 2.5 Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada H2O (McMonagle, 2006)

25

Gambar 2.6 Struktur Lewis dari BF3 (a), BeF2 (b) dan PF5 (c) 28

Gambar 3.1 Alur Penelitian 31

Gambar 4.1 Ilustrasi Ikatan Kovalen pada Bahan Ajar 7. (Hermawan et al.,2009)

45

Gambar 4.2 Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada Bahan Ajar 5 (Utami et al., 2009)

48

Gambar 4.3 Struktur Lewis dari Ikatan Kovalen pada HCl (Sunarya dan Setiabudi, 2009)

(9)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.4 Hubungan antara Jarak antar Atom dengan Energi Potensial (Whitten et al., 2008)

50

Gambar 4.5 Tampilan representasi pembentukan H2 pada multimedia pertama yang dianalisis

52

Gambar 4.6 Tampilan pembentukan N2 (a) dan O2 (b) pada multimedia pertama yang dianalisis.

52

Gambar 4.7 Proses Pembentukan Ikatan Kovalen H2 pada Multimedia Kedua Saat atom-atom H berjauhan (b) Saat atom-atom H pada jarak optimal (c) saat jarak atom-atom H terlalu dekat.

61

Gambar 4.8 Proses Pembentukan Ikatan ion dari NaCl pada Multimedia Kedua.

62

Gambar 4.9 Percobaan untuk Melihat Perbedaan Titik Leleh Gula dan Garam pada Multimedia Kedua.

64

Gambar 4.10 Penggambaran Atom H pada Multimedia Kedua. 64

Gambar 4.11 Proses Pembentukan Ikatan Kovalen dari H2 pada Multimedia Ketiga

71

Gambar 4.12 Tahapan Representasi Kimia Sekolah Berbasis Intertekstual pada Konsep Pembentukan Ikatan Kovalen

75

Gambar 4.13 Pembentukan Ikatan pada Senyawa H2O Kovalen dengan Menggunakan Pendekatan Teori Atom Bohr

78

Gambar 4.14 Gaya tarik menarik antara elektron pada atom H dengan inti atom O dan gaya tarik menarik inti atom O terhadap elektron pada atom H

79

Gambar 4.15 (a) Gaya tolak menolak antara inti atom H dengan yang lain inti atom O. (b) gaya tolakan antara elektron pada atom H elektron pada atom O.

79

Gambar 4.16 Atom O dan H yang saling mendekat akibat gaya tarik menarik yang jauh lebih kuat dibandingkan gaya tolak menolak.

(10)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 4.17 Gaya tolak menolak inti yang makin kuat apabila

atom terlalu dekat.

81

Gambar 4.18 Penggambaran hubungan energi potensial dengan jarak antar atom (Mc Murry, 2005)

82

Gambar 4.19 Penggambaran grafik energi pada multimedia yang akan dikembangkan (a) Sebelum atom-atom

berikatan; (b) setelah atom-atom berikatan

83

Gambar 4.20 Pemakaian bersama masing-masing sepasang elektron antara atom H dan O pada air.

84

Gambar 4.21 Gambar untuk membantu siswa menentukan

konfigurasi elektron atom H dan O setelah berikatan. 85

Gambar 4.22 Jumlah elektron yang dipakai bersama pada molekul O2 (a) dan N2 (b)

86

Gambar 4.23 Tampilan multimedia saat menampilkan daya hantar listrik lelehan NaCl.

104

Gambar 4.24 Tampilan multimedia saat menampilkan proses pembentukan ikatan kovalen pada H2O

104

Gambar 4.25 Tampilan animasi pada multimedia berkenaan dengan pasangan elektron yang dipakai bersama dalam ikatan kovalen.

105

Gambar 4.26 Tampilan multimedia yang mendapatkan komentar timming dari pakar media.

(11)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konfigurasi Elektron Atom H dan O Sebelum dan Sesudah Berikatan Membentuk H2O

26

Tabel 3.1 Tanggapan dalam Angket Validasi Multimedia oleh Pakar Multimedia serta Tanggapan Guru dan Siswa

38

Tabel 3.2 Batas-batas untuk Kategori Skor untuk Angket Validasi Multimedia oleh Pakar Multimedia dan Angket Tanggapan guru dan Siswa

40

Tabel 4.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang Berkaitan dengan Submateri Ikatan Kovalen

42

Tabel 4.2 Indikator untuk SK dan KD yang Berkaitan dengan Submateri Ikatan Kovalen.

44

Tabel 4.4 Tabel Hasil Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Pengembangan Multimedia pada Multimedia Pertama

56

Tabel 4.5 Hasil analisis penerapan teori belajar discovery learning multimedia pertama

(12)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.6 Tabel Hasil Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip

Pengembangan Multimedia pada Multimedia Kedua 66

Tabel 4.7 Hasil Analisis Penerapan Teori Belajar Discovery Learning Multimedia Kedua

68

Tabel 4.8 Hasil Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Multimedia Mayer pada Multimedia Ketiga.

72

Tabel 4.9 Hasil Analisis Penerapan Teori Belajar Discovery Learning Multimedia Ketiga

73

Tabel 4.10 Storyboard multimedia yang dikembangkan 91

Tabel 4.11 Gambar-gambar pada Multimedia yang Digunakan dalam Multimedia

96

Tabel 4.12 Tabel hasil pengolahan angket untuk validasi aspek tulisan pada multimedia

106

Tabel 4.13 Tabel hasil pengolahan angket untuk validasi aspek video pada multimedia

107

Tabel 4.14 Tabel hasil pengolahan angket untuk validasi aspek gambar pada multimedia

108

Tabel 4.15 Tabel hasil pengolahan angket untuk validasi aspek video pada multimedia

109

Tabel 4.16 Tabel hasil pengolahan angket untuk validasi aspek navigasi pada multimedia oleh pakar media

110

Tabel 4.17 Tabel hasil pengolahan seluruh aspek pada multimedia

111

Tabel 4.18 Tabel hasil pengolahan angket untuk tanggapan guru terhadap multimedia

112

Tabel 4.19 Tabel hasil pengolahan angket untuk tanggapan siswa terhadap multimedia

(13)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

(14)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Gabel (Chittleborough et al., 2002) yang menyebutkan bahwa kimia adalah sebuah pelajaran yang abstrak dan sulit untuk dipelajari sehingga guru perlu menggunakan bukti-bukti dan alat-alat visual seperti diagram, deskripsi verbal dan oral, representasi simbol dan model fisik untuk membantu menyampaikan bentuk dan konsep baru.

Berdasarkan fakta yang telah disebutkan di atas, maka siswa akan memerlukan tenaga ekstra untuk memahami kimia. Kozma dan Russell (Chandrasegaran et al., 2007) menyebutkan bahwa untuk memahami kimia, paling tidak siswa harus memiliki kemampuan representasional. Kemampuan representasional yang dimaksud adalah kemampuan untuk memvisualkan hal-hal tidak bisa dilihat mata dan sesuatu yang tidak bisa disentuh (Kozma dan Russell, 1997).

(15)

2

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupa fenomena riil dan dapat dilihat, seperti fenomena kimia yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam laboratorium yang dapat diamati langsung. Level submikroskopik adalah level representasi berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel mikroskopik yang tidak dapat dilihat secara langsung. Level simbolik adalah level representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer.

Para peneliti telah melaporkan bahwa hubungan antara level makroskopik, submikroskopik dan simbolik dalam kimia adalah sumber kesulitan bagi banyak siswa yang mempelajari kimia (Dhinda dan Treagust, 2009). Laporan ini didukung oleh studi empiris yang menunjukkan bahwa memahami representasi pada level submikroskopik dan simbolik adalah hal yang dianggap sulit oleh siswa karena representasi pada level ini tidak bisa dilihat mata. Hal tersebut diperparah dengan adanya fakta bahwa siswa masih memiliki ketergantungan untuk menggunakan informasi-informasi sensori (Ben-Zvi et al., 1987 dalam Wu et al., 2001).

(16)

3

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

submikroskopik dan simbolik. Pendekatan instruksional yang dimaksud adalah menerapkan strategi pembelajaran berdasarkan conceptual change model, menghubungkan kegiatan laboratorium dengan pembelajaran di kelas, penggunaan model konkrit dan menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran. Russell et al. (Treagust et al., 2003) menambahkan selain dari empat jenis pendekatan instruksional di atas, pembelajaran yang dilakukan harus secara simultan menggunakan representasi level makroskopik, submikroskopik dan simbolik.

Taber dan Coll (Dhindsa dan Treagust, 2009) telah mengkaji beberapa konsep abstrak yang perlu menekankan hubungan level makroskopik submikroskopik dan simbolik dalam proses pembelajaran. Salah satu konsep tersebut adalah ikatan kimia. Apabila kita kembali merujuk pada pernyataan bahwa mempertautkan level-level representasi merupakan sumber kesulitan dalam memahami konsep kimia, maka siswa sangat mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep mengenai ikatan kimia. Tan dan Treagust (1999) juga menyatakan bahwa ikatan kimia memang merupakan konsep yang abstrak yang jauh dari pengalaman sehari-hari siswa. Siswa tidak bisa melihat atom dan proses bagaimana atom-atom tersebut berikatan satu sama lain. Oleh karena itu siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep mengenai ikatan kimia dan siswa sering mengalami miskonsepsi dalam mempelajari konsep tersebut.

(17)

4

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk. Merujuk pada KD tersebut, maka materi ikatan kimia yang mencakup submateri ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi dan ikatan logam merupakan materi yang sangat penting untuk dipelajari oleh siswa. Konsep ikatan kimia merupakan konsep dasar yang bisa membantu siswa untuk memahami konsep-konsep lain seperti kepolaran senyawa, bentuk molekul dan gaya antaraksi antar molekul. Apabila siswa tidak memahami konsep mengenai ikatan kovalen maka siswa juga akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep lain yang berkaitan dengan konsep ikatan kovalen.

(18)

5

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hubungan ketiga level representasi mampu membuat siswa untuk memvisualkan interaksi-interaksi molekuler dan membantu siswa untuk memahami konsep kimia terkait.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen yang disajikan dalam bentuk multimedia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana mengembangkan

representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk multimedia pembelajaran?”

Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk lebih mengarahkan penelitian ini adalah:

1. Apakah indikator pembelajaran yang berhubungan dengan submateri ikatan kovalen?

2. Bagaimana representasi untuk materi ikatan kovelan pada bahan ajar kimia SMA kelas X?

3. Bagaimana aspek representasi, konten dan penerapan prinsip pengembangan multimedia Mayer pada multimedia yang sudah ada?

(19)

6

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk multimedia pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk multimedia pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bisa dijadikan alternatif rujukan bagi peneliti dan pengembang multimedia dalam mengembangkan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual khususnya dalam submateri ikatan kovalen.

E. Pembatasan Masalah

1. Representasi kimia sekolah berbasis intertekstual yang dikembangkan dalam bentuk multimedia pembelajaran pada submateri ikatan kovalen difokuskan pada proses pembentukan ikatan kovalen di SMA kelas X. 2. Multimedia yang dikembangkan berpedoman pada prinsip-prinsip

(20)

7

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Intertekstual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertautan antara level makroskopik, submikroskopik dan simbolik.

4. Representasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah representasi level makroskopik, submikroskopik dan simbolik.

F. Definisi Operasional 1. Representasi kimia

Representasi kimia adalah metafor, model dan gagasan teoritis dari hasil interpretasi berdasarkan sifat dasar alam dan kenyataan (Hoffman dan Laszlo, 1991 dalam Wu, 2001).

Tiga level representasi dalam ilmu kimia adalah representasi level makroskopik, submikroskopik dan simbolik (Johnstone, 2000 dalam Chillteborough et al., 2004).

2. Level Makroskopik

Level makroskopik adalah representasi berupa hal nyata, bukti nyata yang dapat diperbandingkan dan hal-hal kimia lain yang teramati yang boleh jadi merupakan pengalaman sehari-hari dari siswa (Johnstone, 2000 dalam Chittleborough et al., 2004).

(21)

8

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Level submikroskopik adalah representasi berdasarkan observasi riil tetapi masih memerlukan teori untuk menjelaskan apa yang terjadi pada level molekuler dan menggunakan representasi model teoritis, seperti partikel mikroskopik yang tidak dapat dilihat secara langsung (Johnstone, 2000 dalam Chittleborough et al., 2004).

4. Level simbolik

Level simbolik adalah representasi dari suatu kenyataan, seperti representasi simbol dari atom, molekul, dan senyawa, baik dalam bentuk gambar, aljabar, maupun bentuk-bentuk hasil pengolahan komputer. (Johnstone, 2000 dalam Chittleborough et al., 2004).

5. Intertekstual

Intertekstual adalah penjajaran atau pertautan dari multirepresentation (representasi level makroskopik, submikroskopik and simbolik) (Johnstone, 1982 dalam Treagust dan Chittleborough, 2007).

6. Multimedia Pembelajaran

(22)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian dan pengembangan (research and developement). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan atau menyempurnakan produk baru yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008).

Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, terdapat beberapa metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Namun pada penelitian ini, metode yang digunakan dibatasi hanya metode deskriptif dan evaluatif.

(23)

31

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Prosedur Penelitian

Alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tahap 1

Tahap 3

Kajian Level Representasi pada Bahan Ajar Kimia SMA Kelas X

Analisis Multimedia yang telah ada

Pembuatan Script Multimedia

Pembuatan Storyboard Multimedia

Validasi Aspek Konten dan Pedagogik

Pembuatan Multimedia

Validasi Aspek Multimedia oleh Pakar Multimedia

Revisi Multimedia

Pengumpulan Data Tanggapan Guru Kimia dan Siswa

Angket untuk Guru Kimia dan Siswa Revisi

Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan konten yang akan dikembangkan

(24)

32

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan alur penelitian (Gambar 3.1) tahapan penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap 1 meliputi:

a. Analisis standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan konten yang akan dikembangkan.

Analisis ini bertujuan agar multimedia yang dikembangkan dapat digunakan untuk membantu pencapaian SK dan KD. Analisis dilakukan terhadap SK dan KD yang terdapat dalam standar isi mata pelajaran kimia dari BNSP (2006). Dari hasil analisis ini diturunkan indikator-indikator yang untuk selanjutnya dipilihlah satu indikator yang digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan multimedia pembelajaran. Alasan pemilihan satu indikator adalah supaya multimedia lebih fokus untuk membahas proses pembentukan ikatan kovalen.

b. Kajian Level Representasi pada Bahan Ajar Kimia SMA Kelas X. Kajian level representasi pada bahan ajar kimia SMA Kelas X dilakukan dengan cara menganalisis bagaimana level makroskopik, submikroskopik dan simbolik dari submateri ikatan kovalen disajikan serta bagaimana pertautan diantara ketiga level representasi tersebut.

Kesimpulan

(25)

33

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran bagaimana representasi dalam materi ikatan kovalen untuk siswa SMA kelas X disajikan dalam bahan ajar tersebut yang selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan representasi kimia sekolah dalam materi ikatan kovalen dalam bentuk multimedia pembelajaran. c. Analisis multimedia yang telah ada.

Analisis multimedia yang telah ada dilakukan dengan cara menganalisis bagaimana aspek konten, aspek pedagogik dan aspek penerapan prinsip-prinsip pengembangan multimedia Mayer diterapkan dalam multimedia yang telah ada. Analisis multimedia ini berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan multimedia.

d. Pembuatan script multimedia

Script merupakan deskripsi dari multimedia yang akan dikembangkan.

Script berfungsi sebagai gambaran awal dalam mengembangkan

multimedia. Tujuan dari pembuatan script ini adalah agar multimedia yang dikembangkan lebih terencana dan terstruktur.

e. Pembuatan storyboard multimedia

Storyboard merupakan gambaran yang lebih spesifik dibandingkan

(26)

34

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tulisan, narasi, animasi serta video yang akan ditampilkan dalam multimedia pembelajaran.

f. Validasi aspek konten dan pedagogik dari script dan storyboard

Validasi aspek konten dan pedagogik dari multimedia dilakukan dengan cara presentasi terbuka di depan dosen kimia. Hal ini dilakukan supaya peneliti mengetahui apakah rancangan multimedia yang targambar dalam script dan storyboard telah valid secara konten dan aspek pedagogis atau tidak.

g. Pembuatan multimedia

Pembuatan multimedia merupakan realisasi dari apa yang tercantum dari script dan storyboard. Pembuatan multimedia ini bertujuan untuk menghasilkan multimedia pembelajaran yang menampilkan dan mempertautkan level representasi makroskopik, submikroskopik dan simbolik dalam submateri ikatan kovalen.

2. Tahap 2 meliputi:

a. Validasi aspek multimedia oleh pakar multimedia.

(27)

35

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Validasi aspek multimedia ini dilakukan dengan cara menunjukkan multimedia yang telah dikembangkan kepada pakar multimedia dan meminta mereka untuk mengisi angket yang berisi pernyataan-pernyataan seputar aspek-aspek multimedia. Angket untuk pakar multimedia terlampir pada Lampiran.

b. Revisi multimedia

Revisi multimedia dilakukan sebagai tindak lanjut dari validasi aspek multimedia. Saran dan komentar yang tertampung dalam angket validasi aspek multimedia yang diberikan pada pakar multimedia dikaji dan dianalisis sebagai bahan untuk merevisi multimedia.

c. Pengumpulan data tanggapan guru kimia dan siswa

Setelah multimedia direvisi sesuai dengan saran dan komentar dari pakar multimedia maka, langkah selanjutnya adalah menunjukkan multimedia tersebut pada guru dan siswa dan meminta mereka untuk mengisi angket tanggapan terhadap multimedia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan dari guru dan siswa terhadap multimedia yang dikembangkan. Saran dan komentar siswa dan guru ini digunakan untuk lebih menyempurnakan lagi multimedia yang dikembangkan.

(28)

36

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan mengolah hasil angket dari pakar multimedia serta tanggapan guru dan siswa. Hasil angket dari pakar multimedia serta tanggapan guru dan siswa terhadap multimedia diolah sedemikian rupa sehingga dapat dijabarkan bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap multimedia yang dikembangkan.

b. Penarikan kesimpulan

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah submateri ikatan kovalen yang difokuskan pada proses pembentukan ikatan kovalen.

D. Instrumen Penelitian

1. Angket validasi aspek multimedia.

(29)

37

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek animasi terdiri dari: warna pada animasi, kemenarikan animasi, narasi pada animasi dan penempatan animasi. Aspek navigasi terdiri dari: warna pada tombol, kejelasan tombol, penempatan tombol dan kemudahan menggunakan tombol.

2. Angket tanggapan guru kimia terhadap multimedia

Angket ini berfungsi untuk mengetahui bagaimana tanggapan guru terhadap multimedia yang telah dibuat. Indikator-indikator yang ada pada angket meliputi aspek konten, aspek kejelasan dan keterbacaan dan aspek kegunaan. Aspek konten terdiri dari: kesesuaian materi pada multimedia, kecocokan materi untuk pencapaian indikator, kesesuaian video, kesesuaian narasi, kesesuaian animasi, kesesuaian gambar. Aspek kejelasan dan keterbacaan terdiri dari: kejelasan narasi dalam video dan animasi serta kejelasan tulisan. Aspek kegunaan terdiri dari: kepraktisan multimedia dalam mengajar, kemudahan mempergunakan multimedia. 3. Angket tanggapan siswa terhadap multimedia

(30)

38

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terdiri dari: kemudahan penggunaan tombol dan kemudahan menggunakan multimedia.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tiga jenis angket yaitu angket untuk pakar media, angket untuk guru dan angket untuk siswa.

1. Untuk mengetahui validitas dari multimedia dilakukan validasi oleh pakar media. Jumlah pakar media yang memvalidasi adalah empat orang validator.

2. Untuk mengetahui tanggapan guru maka angket dibagikan dan diisi oleh tiga orang guru. Guru-guru yang mengisi angket adalah guru-guru dari dua SMA berbeda yang ada di Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa, maka angket dibagikan pada siswa-siswi SMA yang telah mempelajari ikatan kovalen. Siswa-siswi yang dipilih adalah siswa-siswi SMA kelas XI yang bersekolah di salah satu sekolah di kota Bandung.

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan memberikan analisis deskriptif pada: 1. Pengolahan data angket validasi aspek multimedia oleh pakar

(31)

39

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket adalah pernyataan-pernyataan positif yang akan ditanggapi oleh responden (Pakar Multimedia, Guru dan Siswa). Tanggapan-tanggapan yang akan diberikan adalah:

Tabel 3.1 Tanggapan dalam Angket Validasi Multimedia oleh Pakar Multimedia serta Tanggapan Guru dan Siswa

Tanggapan Keterangan

SS Sangat Setuju

S Setuju

R Ragu

TS Tidak Setuju

STS Sangat Tidak Setuju

Dalam skala Likert pemberian skor untuk pernyataan positif adalah SS=5; S= 4; R= 3; TS= 2; STS=1 (Firman, 2000).

b. Pengolahan skor

1) Penentuan % skor maksimal

Skor maksimal = bobot maksimal × jumlah responden 2) Penentuan % skor minimal.

Skor minimal = bobot minimal × jumlah responden 3) Penentuan nilai tengah (Q2)

Median = (% Nilai Maksimal + % Nilai Minimal)

4) Penentuan kuartil 1 (Q1)

Q1 = (% Nilai Minimal + % Median)

(32)

40

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Q3 = (% Maksimal + % Median)

6) Membuat skala skor

7) Menentukan batas-batas skor untuk masing-masing kategori. Tabel 3.2 Batas-batas untuk Kategori Skor untuk Angket

Validasi Multimedia oleh Pakar Multimedia dan Angket Tanggapan guru dan Siswa

Dimana x = skor tiap-tiap pernyataan (Lutviana, 2011).

c. Mendeskripsikan hasil pengolahan skor kedalam bentuk narasi.

Kategori Batas skor

Sikap sangat negatif Skor min ≤ x < Q1 Sikap negatif Q1 ≤ x < Median Sikap positif Median ≤ x < Q3 Sikap sangat positif Q3 ≤ x < Skor Maks

(33)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam mengembangkan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk multimedia indikator yang diturunkan dari SK dan KD yang sesuai dengan ikatan kovalen adalah menjelaskan proses terbentuknya ikatan kovalen tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga.

2. Dari hasil kajian representasi pada bahan ajar kimia SMA kelas X ditemukan bahwa bahan ajar yang dikaji tidak menampilkan level representasi makroskopik, sehingga pertautan antara level representasi menjadi tidak terlihat.

(34)

117

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Representasi kimia sekolah berbasis intertekekstual dikembangkan dengan cara menampilkan representasi pada level makroskopik, submikroskopik dan simbolik. Level makroskopik ditampilkan dengan cara memeperlihatkan video perbedaan daya hantar listrik lelehan NaCl dan air, reaksi pembentukan H2O dan gambar-gambar senyawa kovalen. Level submikroskopik disajikan dengan menggunakan narasi dan level simbolik disajikan dengan menggunakan animasi dan gambar.

5. Validasi dari representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri pembentukan ikatan kovalen dalam bentuk multimedia memiliki rata-rata skor sebesar 82,00%. Skor ini bermakna bahwa multimedia sudah valid.

6. Siswa dan guru memberikan sikap sangat positif terhadap multimedia. Skor rata-rata untuk tanggapan siswa dan guru masing-masing adalah sebesar 85,73% dan 85,64%. Skor ini bermakna bahwa menurut siswa dan guru multimedia sudah bisa digunakan dalam proses pembelajaran.

B. Saran

(35)

118

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(36)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Chandrasegaran, A.L. Treagust, D.F. dan Mocerino, M. (2007). “An Evaluation of a Teaching Intervention to Promote Students’ Ability to Use Multiple Levels of Representation When Describing and Explaining Chemical Reactions”

Research Sciece Education. 38, 237–248.

Chittleborough, G.D. (2004). “The Role of Teaching Models and Chemical Representations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena”. Thesis. Science and Mathematics Education Centre.

Chittleborough, G.D. Treagust, D. F. dan Mocerino, M.J. (2002). “Constrainst to the development of first year university chemistry students mental model

ofshemical phenomena”. [online]. Tersedia:

http://www.ecu.edu.au./conferences/ tlf/ 2002/ pub/ does/ chittelborough. Pdf. [25 April 2011].

Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Devetak, I. et al. (2009). Comparing Slovenian year 8 and year 9 elementary school

pupils’ knowledge of electrolyte chemistry and their intrinsic motivation. [online]. Tersedia: http://www.rsc.org/cerp. [23 April 2011].

Dhindsa & Treagust, D.F. (2009). “Conceptual Understanding of Bruneian Tertiary Students: Chemical Bonding and Structure”. Brunei Int.J. of Sci. & Math. Edu., 2009, 1(1), 33-51.

Direktorat Jendral Manajemen Sekolah Dasar dan Menengah. (2008). Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(37)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hermawan. Sutarjawinata, P. dan Pratomo, H. (2009). Aktif Belajar Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Khamidinal. Wahyuningsing, T. dan Premono, S. (2009). SMA Kelas X Kimia. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Kozma, R.B. dan Russell, J. (1997). “Multimedia and Understanding: Expert and Novice Responses to Different Representations of Chemical Phenomena”. Journal of Research in Science Teaching. 34 (9), 949–968.

Mayer, R. E. dan Moreno, R. (2003). “Nine Ways to Reduce Cognitive Load in Multimedia Learning”. Educational Psychologist, 38 (1), 43–45.

Mc Monagle, D. (2006). Chemistry: An Illustrated Guide to Science. Chelsea House: New York.

Murry, J. dan Fay, R. (2005). Chemistry 4th Edition. USA: Wiley.

Permana, I. (2009). Memahami Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rahayu, I. (2009). Praktis Belajar Kimia. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Reddi, U.V. Mishra, S. (2003). Educational Multimedia A Handbook for Teacher-Developers. New Delhi : Graphic Shield.

Setyawati, A. (2009). Kimia Mengkaji Fenomena Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Depertemen Pendidikan Nasional.

Siroj, R. A, (2004). Pemerolehan Pengetahuan Menurut Pandangan Konstruktivistik. [online]. Tersedia: http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm [25 April 2011].

Sukmadinata, N.S. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(38)

Enggah Kurniawan, 2014

Pengembangan representasi kimia sekolah berbasis intertekstual pada submateri ikatan kovalen dalam bentuk media pembelajaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Treagust, D.F. Chittleborough, G. and Mamiala, T. (2003). “The Role of Submicroscopic and Symbolic Representation in Chemical Explanations”. International Journal of Science Education. 25, (11), 1353-1368.

Treagust, D.F. dan Kearney, M. (2001). “Constructivism as a referent in the design and development ofa computer program using interactive digital video to enhancelearning in physics”. Australian Journal of Educational Technology. 17(1), 64-79.

Utami, B. et al.(2009). Kimia untuk SMA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Whiten. et al. (2008). General Chemistry 7th Edition. USA: Wiley.

Wu, H.K. (2002). “Linking the Microscopic View of Chemistry to Real-Lif Experiences: Intertextuality in a High-School Science Classroom”. Science Education. 87, 868-891.

Gambar

Tabel 3.1 Tanggapan dalam Angket Validasi Multimedia oleh Pakar Multimedia serta Tanggapan Guru dan Siswa
Tabel 3.2 Batas-batas untuk Kategori Skor untuk Angket Validasi Multimedia oleh Pakar Multimedia dan Angket Tanggapan guru dan Siswa

Referensi

Dokumen terkait

However, although the electric charge characteristics of biofilm polymer are important not only to accumulate ions inside the biofilms, but also to stabilize

Pengaruh Olahraga Tradisional Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu.. Giriwijoyo, S

[r]

(2) Khusus untuk pekerjaan konstruksi tidak sederhana, yaitu pekerjaan

Pengaruh Guru Profesional Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Sma Negeri Di Kabupaten Asmat Provinsi Papua.. Universitas Pendidikan Indonesia

Informasi tersebut dapat mencakup rincian pertanyaan atau permintaan yang Anda buat, produk dan layanan yang diberikan, rincian pengiriman, nomor rekening bank, rincian kartu

Pada saat yang sama, larutan atau campuran yang diaduk secara sempurna tersebut dikuras dari tangki dengan laju alir yang sama. Suatu tangki mengandung 50 kilogram NaCl yang

Hal ini berbeda dengan pajak subjektif , seperti Pajak Penghasilan (PPh), yang kondisi subjektif pihak yang memikul beban pajak menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan