• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMI."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN TEMPAT TI DUR BALITA

DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMI

PROPOSAL

OLEH :

YOANDA DWI PRASETYO

0932010010

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

Disusun Oleh :

YOANDA DWI PRASETYO NPM : 0932010010

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usa n Teknik Industr i Fa kultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 25 Oktober 2012

Dosen Penguji Dosen Pembimbing

1. 1.

Ir . Ha r i Pur woadi, MM. Enny Ar iyani, ST., MT.

NIP. 19480828 198403 1 001 NPY. 3700 9950 0411

2. 2.

Ir . Budi Santoso, MMT. Ir Er lina Pur namawaty, MT. NIP. 19561205 198703 1 001 NIP. 19580828 198903 2 001

3.

Enny Ar iyani, ST., MT. NPY. 3700 9950 0411

Sur abaya, 30 Oktober 2012 Dekan Fakultas Teknologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(3)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir/Skripsi

dengan judul “Perancangan Tempat Tidur Balita Dengan Pendekatan Ergonomi”

Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh

oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri,

Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur guna meraih gelar kesarjanaan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini penulis ingin mengucapkan

rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri

UPN “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Enny Ariyani, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.

6. Ibu Ir. Elina Purnamawaty, MT selaku Dosen Pembimbing II Skripsi.

7. Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT dan Bapak Drs. Sartin. Mpd selaku Dosen

(4)

ii

8. Ibu Ir. Sumiati, MT dan Bapak Ir. Handoyo, MT selaku Dosen Penguji

Seminar II.

9. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama

masa perkuliahan.

10. Seluruh Keluargaku (Papa, Mama, Kakak, dan Kekasih) Makasi banyak atas Doa,

Semangat, dan Support yang uda diberikan buat aku.

11. Teman-temanku (Robby, Yoanda, Mira, Mita, dan Angga), terima kasih

banyak.

12. Pihak – pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian Tugas

Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih

banyak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini terdapat

kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,

kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

kesempurnaan Tugas Akhir/Skripsi ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir/Skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, 23 Oktober 2012

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ...

ABSTRAKSI ...

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 2

1.5 Asumsi-asumsi ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk ... 6

2.1.1 Perancangan Produk ... 6

2.1.2 Pengembangan Produk... 7

2.1.3 Inovasi Produk ... 8

2.2 Ergonomi ... 9

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ... 9

2.2.2 Definisi Ergonomi ... 11

2.3 Anthropometri ... 13

(6)

2.3.1 Definisi Anthropometri ... 13

2.3.2 Data Anthropometri ... 13

2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri ... 23

2.4 Tempat Tidur Balita ... 26

2.4.1 Ukuran Balita ... 27

2.5 Pengujian Data ... 28

2.5.1 Uji Keseragaman Data ... 28

2.5.2 Uji Kecukupan Data ... 29

2.5.3 Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2 Identifikasi Variabel ... 33

3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Pengumpulan Data ... 40

4.1.1 Data Anthropometri Pengguna ... 40

4.2 Pengolahan Data ... 42

4.2.1 Desain Tempat Tidur Balita Awal ... 42

4.2.2 Desain Tempat Tidur Balita Usulan ... 43

4.2.2.1 Uji Keseragaman Data ... 43

4.2.2.2 Uji Kecukupan Data ... 50

4.2.2.3 Menentukan Persentil ... 54

4.2.2.4 Perancangan Desain Tempat Tidur Balita Usulan . 58

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

4.2.2.5 Uji Coba PemakaianTempat Tidur Balita Usulan . 59

4.2.2.6 Perbandingan Desain Tempat Tidur Balita Awal dan

Usulan ... 60

4.3 Hasil dan Pembahasan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

ABSTRAKSI

Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang dibalutnya.

Tempat tidur balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, bahkan harus repot untuk berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu pengaman dari sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari segi ketinggiannya. Tempat tidur balita pada saat ini tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian balitanya juga.

Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana, sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang tempat tidur balita yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Adapun ukuran tempat tidur balita awal adalah panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan tinggi pelindung samping 25 cm. Tempat tidur balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, selain itu pengaman dari sisi-sisinya tempat tidur balita kurang meninjau dari segi ketinggiannya, serta tidak menyediakan tempat menyimpan pakaian balitanya juga. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil kuisioner tempat tidur awal, bahwa cukup sebanyak 6 jawaban, tidak sesuai sebanyak 114 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak 80 jawaban yang ditinjau dari kelima variabelnya. Sedangkan tempat tidur balita usulan mempunyai ukuran panjang adalah 100 cm, lebar adalah 63, tinggi pelindung samping adalah 62 cm, lebar dudukan kursi adalah 63 cm, panjang dudukan kursi adalah 44 cm, tinggi dudukan kursi adalah 40 cm, tinggi sandaran dudukan kursi adalah 44 cm. Tempat tidur balita usulan saat ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu luas tempat tidurnya yang lebih besar, mempunyai tempat duduk untuk ibu balita saat menyusui, mempunyai pelindung samping lebih tinggi untuk safety balita, dan mempunyai laci untuk tempat menyimpan pakaian dari balitanya. Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil kuisioner tempat tidur usulan sangat sesuai sebanyak 123 jawaban, sesuai sebanyak 75 jawaban, cukup sebanyak 2 jawaban yang ditinjau dari kelima variabelnya. Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas, desain tempat tidur usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain tempat tidur usulan adalah tempat tidur yang ergonomis.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang

sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang

human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun

peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti

halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang

dibalutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang

desaigner sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan

daya persuasive.

Tempat tidur balita merupakan salah satu alat penunjang balita yang

digunakan setelah ibu balita melahirkan. Tempat tidur balita pada umumnya

hanya digunakan sampai 2 tahun, karena 2 tahun itu merupakan usia produktif

bayi untuk menerima asi dari sang ibu, namun biasanya tempat tidur balita tidak

bisa digunakan untuk balita yang berusia lebih dari 2 tahun. Selain itu tempat tidur

balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya,

hal ini sangat membuat ibu balitanya sedikit kerepotan dan terlalu lelah untuk

memindahkan bayinya untuk menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya,

bahkan harus repot untuk berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu

pengaman dari sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau

dari segi ketinggiannya, yang menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat

tidurnya. Tempat tidur balita pada saat ini kurang melihat dari segi ekonomis

(10)

produknya, dimana tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian

balitanya, yang menyebabkan orang tua harus menyediakan lemari khusus lagi

untuk balitanya.

Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di

masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana,

sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang tempat tidur balita

yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan

konsumen sehingga memberi kenyamanan pada penggunanya dan memberikan

kelebihan terhadap tempat tidur balita yang sudah ada dengan menambah fungsi

tempat duduk bagi penggunanya serta menambah laci pada tempat tidur balitanya

sebagai tempat pakaian balitanya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang

dihadapi, yaitu :

“ Bagaimana merancang tempat tidur balita yang ergonomis ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Melakukan perancangan dan pembuatan tempat tidur balita yang

ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.4 Batasan Masalah

Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Data antrophometri untuk desain tempat tidur balita adalah ibu dan balita

masing-masing sebanyak 40 orang (40 ibu dan 40 balita).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

2. Persentil yang digunakan adalah persentil 50, dan 95.

3. Penelitian dilakukan pada tempat tidur balita yang ada pada klinik-klinik dan

masyarakat pengguna tempat tidur balita.

4. Tidak dilakukannya perhitungan biaya.

5. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.

6. Desain tempat tidur balita hanya untuk satu ibu dan satu balita Indonesia.

7. Desain tempat tidur balita digunakan pada balita usia 0-2 tahun dan 2-5 tahun.

1.5 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu:

1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.

2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan pengguna.

3. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.

4. Jumlah pengguna yang diukur dapat mewakili semua pengguna tempat tidur

balita tersebut.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :

a. Bagi Peneliti

Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam

permasalahan nyata.

b. Bagi Pengguna (penguna tempat tidur balita)

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi penggunanya

tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk

mengembangkan sebuah produk.

(12)

2. Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi

beberapa faktor dominan tersebut.

3. Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor

konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis

dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap

perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan

dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7 Sistematika Penelitian

Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat

diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat

seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas

mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang

dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang

lingkup sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori

mengenai desain perancangan produk tempat tidur balita dan

pendekatan ergonomi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan

langkah pemecahan masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan tempat tidur balita

yang ergonomis dan inovatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas

serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk.

2.1.1 Perancangan Pr oduk.

Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang

tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan

dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan

jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli

teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan

mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia

karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk

dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak

merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar

dari kegiatan teknik yang ada. Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu

rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan

tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi

kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya. Diantara keputusan penting tersebut, termasuk

keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat

berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah

(15)

produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup

sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.

2.1.2 Pengembangan Pr oduk.

Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang

atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan

konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa

segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan

konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan

akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran

usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada

pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume

penjualan.

Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat

memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan

dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk

dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada

(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:

perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.

Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

(16)

2.1.3 Inovasi Pr oduk.

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna

‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai

penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau

invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah

ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua

Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru

ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi

adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya

teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,

metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa

hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil

produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan

menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,

secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,

kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak

diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga

masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong

terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi

terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang

(17)

2.2 Ergonomi

2.2.1Sejar ah dan Per kembangan Ergonomi

Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas

yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.

Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

1. C.T. Thackrah, England., 1831.

Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan

yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan

oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat

bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah

mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,

meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak

ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera

penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada

lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang

panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).

2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan

metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu

pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen

(18)

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih

mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam

bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan

bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem

meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board),

England, 1918.

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik

amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output

setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.

Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem

kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan

rotasi pekerjaan.

5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu

Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago.

Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik

seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor

efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang

secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah

(19)

perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu

adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,

efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena

terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang

terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research

Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang

telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal

(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957.

Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di

Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa

Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun

1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia

dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).

2.2.2Definisi Ergonomi

Ergonomi atau ergonomics (bahasa inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata

Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan

demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari

manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer

digunakan oleh beberapa Negara Eropa barat. Di Amerika istilah ini biasa disebut

dengan human factors engineering atau human engineering. Demikian pula ada

(20)

Biomechanis.Bio-technology, Engineering Psychology atau Arbeltswissensschaft

(Jerman). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari

kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk

buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas

kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan

dengan keadaan lingkungan system kerjanya yang berupaperangkat keras (mesin,

peralatan kerja dll) dan atau perangkat lunak (metode kerja, system dan prosedur,

dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang

multidisplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu

kehayatan (kedokteran, biologi) ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan

(sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat

jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap

manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun

makro. Karena yang dipelajari adalahdampak dari teknologi dan

produk-produknya, makapengetahuan yang khusus dipelajari berkaitan engan

Biomekanika, Anthropometri teknik, Teknologi produksi, Lingkungan fisik

(temperature, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.

Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi ialah untuk mendapatkan suatu

pengetahuanyang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia

dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu

rancangan system manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian

disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu system

dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan system

(21)

Human engineering atau sering pula disebut ergonomi didefinisikan sebagai

perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin (ataupun

produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai

sistemmanusia-mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses

perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih

canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut.

Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain system manusia-mesin yang terpadu

sehingga efektifitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal.

2.3 Anthropometri

2.3.1Definisi Anthropometri

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri

berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.

Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan

dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan

memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu

dengan yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai

pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain)

produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia. Data

antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain

dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).

2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan

(22)

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer

dll.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan

menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk

tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % -

95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk

haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.3.2Data Anthropometr i dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi

ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh

manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :

1. Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan

umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F.

Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki

akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan

wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi

sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak

(23)

pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40

tahunan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).

2. Jenis kelamin (sex)

dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan

dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,

dan sebagainya.

3. Suku bangsa (etnic)

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara

Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi

tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Keacakan / Random

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok

populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia

dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang

relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

6. Pakaian

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan

(24)

pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu

tempat dengan tempat yang lainnya.

7. Faktor Kehamilan

Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya

bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap

produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

8. Tubuh Cacat

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak

terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

9. Posisi tubuh (posture)

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh

karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei

pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:

a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).

Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap

tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi

tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang

lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.

b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi

melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang

(25)

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada

gambar 2.1.

Gambar 2.1. Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Gambar 2.2. Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003

Keterangan gambar 2.1. di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

(26)

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam

gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

(27)

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

(28)

Tabel 2.1. Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)

(mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5% X 95% S.D 105% X 195% S.D 1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri

Tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60 12 Jarak dari Lipat Lutut

(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29

13 Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27 14 Tinggi Lipat Lutut

(Popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29

23 Jarak Bentang dari Ujung

Jari tangan Kanan ke Kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80 24

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86

25

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

(29)

Tabel 2.2. Antrophometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi Masyarakat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat

Indonesia (mm)

No. Dimensi Tubuh Pria Wanita

5% X 95% S.D 105% X 195% S.D 1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri

Tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60 12 Jarak dari Lipat Lutut

(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30

13 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27 14 Tinggi Lipat Lutut

(Popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28

23 Jarak Bentang dari Ujung

Jari tangan Kanan ke Kiri 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75 24

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

1.795 1.923 2.051 78 1.712 1.841 1.969 79

25

Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk

(30)

Tabel 2.3. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm) 12 Lebar Telapak Tangan

(metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3

13 Lebar Telapak Tangan

(sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4 14 Lebar Telapak Tangan

(minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3

15 Tebal Telapak Tangan

(metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1

16 Tebal Telapak Tangan

(sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2 17 Diameter Genggaman

(maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1

18 Lebar Maksimum (ibu jari

ke jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9 19

Lebar Fungsional

(31)

2.3.3 Aplikasi Distribusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data

Anthropometri

Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana

kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu

suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,

pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data

yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang

menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi

yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai

batas-batasnya (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).

(32)

Disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data

anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diduga dan diperkirakan

seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui

grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya

berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk

lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sediki

saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.

Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh

manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa

sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian

tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan

terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk

kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.

Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang

berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis

untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan

hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan

SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan

bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan

atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau

(33)

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu

kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama

dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki

ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu

diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap

invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat

dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,

untuk keseluruhan dimensi tubuhnya.

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan

data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.4.

Tabel 2.4. Macam Persentil Dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal

Percentile Perhitungan

1-st X 2,235σx

2,5-th X 1,96σx

5-th X 1,645σx

10-th X 1,28σx

50-th X

90-th X +1,28σx

95-th X +1,645σx 97,5-th X +1,96σx

99-th X +2,235σx

(34)

Keterangan tabel 2.4. di atas, yaitu:

x = mean data

σ = standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data

anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan

dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan

dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini

berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,

2003).

Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang

diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan

pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo

Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95

menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.1. sebelumnya.

P5 = x - 1,645 σ x

P50 = x

P95 = x + 1,645 σ x

2.4 Tempat Tidur Balita

Tempat tidur balita merupakan salah satu alat penunjang balita yang

digunakan setelah ibu balita melahirkan. Tempat tidur balita yang ada pada saat

ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, hal ini sangat membuat

(35)

untuk menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya, selain itu pengaman dari

sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari segi

ketinggiannya, yang menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat tidurnya.

Tempat tidur balita saat ini kurang melihat dari segi ekonomis produknya, dimana

tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian balitanya, yang

menyebabkan orang tua harus menyediakan lemari khusus lagi untuk balitanya.

2.4.1Ukuran Balita

Berapa berat dan tinggi ideal anak Anda? Berikut adalah tabel berat dan

tinggi badan rata-Rata untuk anak berumur 0 - 5 tahun

Tabel 2.5 Berat & Tinggi Badan Rata-Rata untuk anak berumur 0 - 5 tahun

Umur Ber at (Gr am) Tinggi (Cm)

(36)

2.5 Pengujian Data

2.5.1Uji Keseragaman Data

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan

cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya

mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data

ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang

dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang

jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama

dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil

pengamatan, dengan persamaan berikut :

x = n

xi

Dimana:

x = Rata-rata data hasil pengamatan.

x = Data hasil pengukuran.

Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar berikut:

Dimana:

σ = Standar deviasi dari populasi.

n = Banyaknya jumlah pengamatan.

(37)

Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas

kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim

berikut :

BKA = X + kσ

BKB = X - kσ

Dimana:

X = Rata-rata data hasil pengamatan. σ = Standar deviasi dari populasi.

k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.

Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.

Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

2.5.2Uji Kecukupan Data

Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah

data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila

N’ ≤ N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan

pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang

sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji

kecukupan data adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.

Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran

dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.

(38)

keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi

syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 5% dan

tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata

hasil pengukuranya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan

kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata lain

berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu yang

diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.

2. Pengujian Kecukupan Data.

Dimana:

N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan.

x = Data hasil pengukuran.

s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal).

k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.

Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.

Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’≤ N

maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data kembali,

tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan

(39)

2.6 Penelitian Terdahulu

Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :

1. ”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk” oleh : Sritomo

Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian

tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah

satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan

tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan

tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan

pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas

akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.

2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan

Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil

produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta

praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100

cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk

analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA diperoleh beban

maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000 Newton.

3. ”Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan

Mempertimbangkan Aspek Ergonomi” oleh : Muhammad Hanafi, Universitas

Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa alat

perancangan kerja diperlukan penambahan spesifikasi antara lain : Pada

sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan keinginan, pada

(40)

disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D max, diharapkan

alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh

para pekerja.

4. “Penerapan Prototype Meja Bangku Ergonomis Untuk Murid Sekolah Dasar

Kelas Satu Dan Dua di Malang” oleh : Muhammad Lukman, Universitas

Muhammadiyah Malang, 2007. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa meja

tersebut dilakukan perancangan dengan posisi alas tulis miring 30o dari

horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai

lengan relative lebih nyaman jika dibandingkan dengan meja konvensional.

5. “Perancangan Meja dan Kursi Restoran Cepat Saji dengan Pendekatan

Ergonomis di Café GajahMada Mojokerto” oleh : Atim Puji Lesmono,

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ibu dan balita sebagai pengguna tempat tidur

balita di klinik-klinik dan masyarakat penggunanya, yang dimulai pada bulan

Agustus 2012 sampai data yang diperlukan terpenuhi.

3.2 Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi

dalam penelitian. Jenis variabel dalam penelitian ada dua yaitu:

1. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

variabel bebas, dalam hal ini varabel terikatnya adalah tempat tidur balita yang

ergonomis.

2. Variabel Bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada

variabel yang lain. Adapun variabel bebas yang berpengaruh dalam penelitian

ini adalah :

Data Anthropometri

• Balita

a. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai

sampai dengan ujung kepala (Tbt)

b. Lebar bahu usia 5 tahun : di ukur dari bahu kiri sampai dengan bahu

kanan (Lb)

c. Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai sampai

(42)

• Ibu

a. Lebar pinggul atau pantat (Lp).

b. Panjang popliteal : diukur dari pantat sampai dengan lipat lutut (Pp).

c. Tinggi popliteal : diukur dari lantai sampai dengan lipat lutut (Tpl).

d. Tinggi bahu dalam posisi duduk : diukur dari pantat sampai bahu (Tbd)

3.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah

Dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian, maka perlu adanya

langkah-langkah penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang

ada tersebut mulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya.

Langkah-langkah pemecahan masalah ini berguna untuk mempermudah bagi

peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang

jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum

mengerjakan tahapan penelitian yang lain.

Selain itu langkah-langkah dalam pemecahan masalah ditetapkan dengan

tujuan untuk memberikan arahan dan tahapan-tahapan bagi penelitian untuk

melaksanakan penelitian.

Secara sistematis langkah-langkah pemecahan masalah ini berisi tentang

studi lapangan, studi pustaka, perumusan masalah, tujuan penelitian, identifikasi

variabel, pengumpulan data, pengolahan data, Hasil dan pembahasan serta

kesimpulan dan saran.

Adapun langkah-langkah pemecahan masalah tersebut secara singkat dapat

digambarkan dalam kerangka atau bagan seperti yang digambarkan pada gambar

(43)

Pengumpulan data: Data anthropometri • Balita

d. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun

e. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan balita usia 5 tahun f. Tinggi bahu dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun

• Ibu

a. Lebar pinggul c. Tinggi popliteal b. Tinggi bahu posisi duduk d. Panjang popliteal

Desain tempat tidur balita awal

Gambar desain tempat tidur balita

awal

Desain tempat tidur balita usulan Pengumpulan data:

Data anthropometri • Balita

a. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun

b. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan balita usia 5 tahun c. Tinggi bahu dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun

• Ibu

(44)

B A

Perancangan desain meja dan kursi usulan

Gambar desain meja dan kursi usulan

Pembuatan meja dan kursi usulan

Simulasi/ uji coba pemakaian meja dan kursi usulan

Membandingkan desain meja dan kursi yang telah ada dengan desain meja dan kursi usulan

Desain Ergonomis?

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai Ya

Tidak

Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Perancangan desain tempat tidur balita Usulan

Gambar desain tempat tidur balita Usulan

Pembuatan tempat tidur balita Usulan

Simulasi/ uji coba pemakaian tempat tidur

balita Usulan

Membandingkan desain tempat tidur balita awal dengan desain tempat tidur balita usulan

(45)

Penjelasan langkah – langkah pemecahan masalah :

1. Mulai

2. Studi Lapangan

Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu diklinik-klinik dan

masyarakat penggunanya.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk menambah bobot dan menunjang hasil

penelitian

4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi pustaka

5. Penetapan Tujuan

Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir

6. Identifikasi Variabel

Selanjutnya menentukan identifikasi variabel dari tugas akhir

7. Pengumpulan Data Anthropometri

Melakukan pengumpulan terhadap obyek (manusia) untuk mendapatkan

ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain dari tempat tidur

balita. Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau statis (Static

Anthropometri)

8. Desain Tempat Tidur Balita

Mengamati desain dari tempat tidur balita beserta dengan pengukuran untuk

(46)

9. Gambar Desain Tempat Tidur Balita yang telah ada

Dari ukuran yang diperoleh desain tempat tidur balita digambar beserta

dengan ukurannya dilihat dari beberapa sudut pandang yang telah ada

10. Desain Tempat Tidur Balita Usulan

11. Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam. Untuk

mengaplikasikannya dapat digunakan peta kontrol, melalui peta kontrol dapat

terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data ekstrim. Data

ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari batas kontrol yang

selanjutnya data itu harus dibuang

12. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang

diambil telah mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilanjutkan

pengolahannya. Apabila data tidak mencukupi (N>N’) maka harus dilakukan

pendataan (pengukuran) ulang sampai data mencukupi

13. Menentukan Persentil

Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi P5,

P50 dan P95, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk

menentukan ukuran desain tempat tidur balita

14. Perancangan Desain Tempat Tidur Balita Usulan

Merancang desain tempat tidur balita dengan memperhatikan hasil

(47)

15. Gambar Desain Tempat Tidur Balita Usulan

Dari perancangan desain tempat tidur balita yang usulan dapat digambar

beserta ukurannya dari beberapa pandangan

16. Pembuatan Tempat Tidur Balita Usulan

Dari gambar yang dihasilkan maka dilakukan proses pembuatan tempat tidur

balita usulan

17. Simulasi/ Uji Coba Pemakaian Tempat Tidur Balita Usulan

Setelah tempat tidur balita jadi harus dilakukan proses uji coba pemakaian

18. Membandingkan Desain Tempat Tidur Balita yang Telah Ada dengan Desain

Tempat Tidur Balita Usulan

Desain lama beserta ukurannya dengan desain usulan beserta ukurannya

dibandingkan agar dapat diketahui perbedaan dan perubahan yang terjadi.

Pengaturan tempat tidur balita lama dibandingkan dengan pengaturan tempat

tidur balita usulan

19. Ergonomis

Mengetahui apakah tempat tidur balita yang baru sudah berada dalam

pendekatan secara ergonomi atau tidak dengan cara menyebar kuisioner

kepada pengguna

20. Hasil dan Pembahasan

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Antr opometr i Pengguna

Ukuran untuk perancangan tempat tidur balita yang baru ini diambil dari

data antropometri pengguna produk tersebut yaitu dimensi tubuh ibu dan balita

usia 0-5 tahun sebanyak masing-masing 40 orang. Dalam pengukuran tempat tidur

balita ini juga memperhatikan aspek-aspek ergonomis dan dimensi tubuh yang

sesuai dengan alat kerja yang akan di rancang.

Adapun dimensi tubuh yang diukur adalah sebagai berikut:

• Balita

1. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai

sampai dengan ujung kepala (Tbt)

2. Lebar bahu usia 5 tahun : di ukur dari bahu kiri sampai dengan bahu kanan

(Lb)

3. Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai sampai

dengan bahu (Tbb)

• Ibu

a. Lebar pinggul atau pantat (Lp)

b. Panjang popliteal : diukur dari pantat sampai dengan lipat lutut (Pp)

c. Tinggi popliteal : diukur dari lantai sampai dengan lipat lutut (Tpl)

(49)

Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Dimensi Tubuh

Orang Ke

Dimensi Tubuh Ibu dan Balita (cm)

(50)

Keterangan :

a. Tbt = Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun

b. Lb = Lebar bahu usia 5 tahun

c. Tbb = Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun

d. Lp = Lebar pinggul atau pantat

e. Pp = Panjang popliteal

f. Tpl = Tinggi popliteal

g. Tbd = Tinggi bahu dalam posisi duduk

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Desain Tempat Tidur Balita Awal

Gambar tempat tidur balita awal dapat di lihat pada Gambar 4.1 dibawah

ini:

(51)

Kondisi tempat tidur balita di atas hanya digunakan sampai 2 tahun,

karena 2 tahun itu merupakan usia produktif bayi untuk menerima asi dari sang

ibu, namun biasanya tempat tidur balita tidak bisa digunakan untuk balita yang

berusia sampai dengan 5 tahun. Selain itu tempat tidur balita di atas tidak

menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, hal ini sangat membuat ibu

balitanya sedikit kerepotan dan terlalu lelah untuk memindahkan bayinya untuk

menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya, bahkan harus repot untuk

berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu pengaman dari sisi-sisi tempat

tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari segi ketinggiannya, yang

menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat tidurnya. Tempat tidur balita di atas

juga kurang melihat dari segi ekonomis produknya, dimana tidak menyediakan

laci sebagai tempat menyimpan pakaian balitanya, yang menyebabkan orang tua

harus menyediakan lemari khusus lagi untuk balitanya.

4.2.2 Desain Tempat Tidur Balita Usulan

4.2.2.1 Uji Keseragaman Data

Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data

yang ditolak atau tudak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi.

a. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbt)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2

tahun (Tbt) untuk mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:

=

=

87,42 cm

(52)

Uji keseragaman data tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun

(Tbt) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

BKA = + k. σx

BKA = 87,42 + (2) 1,24 = 89,905

BKB = - k. σx

BKB = 87,42 - (2) 1,24 = 84,945

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi tubuh dalam posisi

berdiri balita usia 2 tahun (Tbt) sebagai berikut:

Gambar 4.2 Uji Keseragaman Tinggi Tubuh Dalam Posisi Berdiri Balita Usia 2 Tahun (Tbt)

b. Lebar bahu usia 5 tahun (Lb)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai lebar bahu usia 5 tahun untuk mencari nilai dan

(53)

Uji keseragaman data lebar bahu usia 5 tahun (Lb) dengan tingkat kepercayaan

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman lebar bahu usia 5 tahun

(Lb) sebagai berikut:

Gambar 4.3 Uji Keseragaman Lebar Bahu Usia 5 Tahun (Lb)

c. Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun untuk

mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:

=

=

59,75 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 1,10

Uji keseragaman data tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb)

(54)

BKA = + k. σx

BKA = 59,75 + (2) 1,10 = 61,95

BKB = - k. σx

BKB = 59,75 - (2) 1,10 = 57,55

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi bahu posisi berdiri

balita usia 2 tahun (Tbb) sebagai berikut:

Gambar 4.4 Uji Keseragaman Tinggi Bahu Posisi Berdiri Balita Usia 2 Tahun (Tbb)

d. Lebar pinggul atau pantat (Lp)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai lebar pinggul atau pantat (Lp) untuk mencari nilai

dan σx adalah sebagai berikut:

=

=

33,87 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 1,04

Uji keseragaman data lebar pinggul atau pantat (Lp) dengan tingkat

(55)

BKA = + k. σx

Gambar 4.5 Uji Keseragaman Lebar Pinggul Atau Pantat (Lp)

e. Panjang popliteal (Pp)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai panjang popliteal (Pp) untuk mencari nilai dan

σx adalah sebagai berikut:

=

=

43,97 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 0,80

Uji keseragaman data panjang popliteal (Pp) dengan tingkat kepercayaan yang

(56)

BKB = - k. σx

BKB = 43,97 - (2) 0,80 = 42.37

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman panjang popliteal (Pp)

sebagai berikut:

Gambar 4.6 Uji Keseragaman Panjang Popliteal (Pp)

f. Tinggi popliteal (Tpl)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi popliteal (Tpl) untuk mencari nilai dan

σx adalah sebagai berikut:

=

=

39,05 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 0,87

Uji keseragaman data tinggi popliteal (Tpl) dengan tingkat kepercayaan yang

(57)

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi popliteal (Tpl)

sebagai berikut:

Gambar 4.7 Uji Keseragaman Tinggi Popliteal (Tpl)

g. Tinggi bahu dalam posisi duduk (Tbd)

Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi bahu dalam posisi duduk (Tbd) untuk

mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:

=

=

43,97 cm

σx = ( , ) ( , ) ( , ) = 0,80

Uji keseragaman data tinggi bahu dalam posisi duduk (Tbd) dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:

(58)

Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi bahu dalam posisi

duduk (Tbd) sebagai berikut:

Gambar 4.8 Uji Keseragaman Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk (Tbd)

Berdasarkan grafik uji keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh ibu

dan balita, diperoleh tabel 4.2 hasil uji keseragaman data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Hasil Uji Keseragaman Data

Dimensi

4.2.2.2 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran

apakah sudah representative, dimana tujuannya membuktikan bahwa data sampel

(59)

Untuk uji kecukupan data digunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat

kelayakan 95% maka rumus uji kecukupan data adalah:

N’= ∑ (∑ ) ∑

Nilai k = 2 dan nilai s = 0,05

Jika, N’ ≤ N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan

N’ > N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.

• Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbt)

Data Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbt) dari Tabel 4.1

diperoleh nilai:

∑ X = 3.497

∑ X2 = 305.785

Maka : N’= , ( . ) ( .

)

.

=

0,31

Kesimpulan:

N’ = 0,31 ≤ N = 40

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan

perancangan.

• Lebar bahu usia 5 tahun (Lb)

Data lebar bahu usia 5 tahun (Lb) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai:

∑ X = 1.398

∑ X2 = 49.056

Maka : N’= ,

( . ) ( . )

(60)

Kesimpulan:

N’ = 3,87 ≤ N = 40

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan

perancangan.

• Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb)

Data Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb) dari Tabel 4.1

diperoleh nilai:

∑ X = 2.390

∑ X2 = 142.850

Maka : N’= ,

(142.850) ( . )

.

=

0,53

Kesimpulan:

N’ = 0,53 ≤ N = 40

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan

perancangan.

• Lebar pinggul atau pantat (Lp)

Data Lebar pinggul atau pantat (Lp) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai:

∑ X = 1.355

∑ X2 = 45.943

Maka : N’= ,

(45.943) ( . )

.

=

1,47

Kesimpulan:

Gambar

Gambar 2.1. Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003
Tabel 2.1. Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia) (mm)
Tabel 2.2. Antrophometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi
Tabel 2.3. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dapat di ambil dari perhitungan data dimensi tubuh dan dari hasil uji kuisioner perancangan kursi santai awal dengan perancangan kursi santai yang dilengkapi tempat

Perbaikan meja komputer hidesk dengan menggunakan pendekatan anthropometri di atas didapatkan rancangan yang ergonomis yang aman dan nyaman bagi penggunanya. Meja komputer

Kopi Tunah Kolak Jaya terdapat sistem kerja yang kurang ergonomis, dimana pada bagian sortasi biji kopi para pekerja melakukan kegiatanya dengan postur

Konsep perancangan dan pengembangan produk inovasi sapu lantai multifungsi ini mengacu pada konsep ergonomis, dimana adanya modifikasi gagang sapu yang bisa

Sebagai solusi dari permasalahan yang banyak terdapat pada kondisi tempat pelelangan ikan di Indonesia salah satunya adalah di tempat pelelangan ikan desa kranji,

Proses produksi yang dilakukan tidak berada dalam satu lokasi yang terpusat, selama ini beberapa proses dilakukan di rumah-rumah pengrajin bukan di gedung khusus

Pembuatan furniture multifungsi untuk kamar kos dinilai sudah memenuhi kebutuhan, karena dengan permasalahan terbatasnya ruang kamar, perabot yang menyita tempat, dan barang berantakan

Konsep perancangan dan pengembangan produk inovasi sapu lantai multifungsi ini mengacu pada konsep ergonomis, dimana adanya modifikasi gagang sapu yang bisa diperpanjangpendekkan sesuai