PERANCANGAN TEMPAT TI DUR BALITA
DENGAN PENDEKATAN SECARA ERGONOMI
PROPOSAL
OLEH :
YOANDA DWI PRASETYO
0932010010
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
PERANCANGAN TEMPAT TIDUR BALITA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI
Disusun Oleh :
YOANDA DWI PRASETYO NPM : 0932010010
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usa n Teknik Industr i Fa kultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur Pada Tanggal 25 Oktober 2012
Dosen Penguji Dosen Pembimbing
1. 1.
Ir . Ha r i Pur woadi, MM. Enny Ar iyani, ST., MT.
NIP. 19480828 198403 1 001 NPY. 3700 9950 0411
2. 2.
Ir . Budi Santoso, MMT. Ir Er lina Pur namawaty, MT. NIP. 19561205 198703 1 001 NIP. 19580828 198903 2 001
3.
Enny Ar iyani, ST., MT. NPY. 3700 9950 0411
Sur abaya, 30 Oktober 2012 Dekan Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alikum Wr. Wb.
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikan Tugas Akhir/Skripsi
dengan judul “Perancangan Tempat Tidur Balita Dengan Pendekatan Ergonomi”
Tugas Akhir/Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
oleh mahasiswa jenjang pendidikan Strata-1 (Sarjana) Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur guna meraih gelar kesarjanaan.
Dalam penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini penulis ingin mengucapkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. R. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak DR. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Pailan, MPd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Indutri
UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Enny Ariyani, ST, MT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.
6. Ibu Ir. Elina Purnamawaty, MT selaku Dosen Pembimbing II Skripsi.
7. Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT dan Bapak Drs. Sartin. Mpd selaku Dosen
ii
8. Ibu Ir. Sumiati, MT dan Bapak Ir. Handoyo, MT selaku Dosen Penguji
Seminar II.
9. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
10. Seluruh Keluargaku (Papa, Mama, Kakak, dan Kekasih) Makasi banyak atas Doa,
Semangat, dan Support yang uda diberikan buat aku.
11. Teman-temanku (Robby, Yoanda, Mira, Mita, dan Angga), terima kasih
banyak.
12. Pihak – pihak terkait yang membantu dalam penyelesaian Tugas
Akhir/Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
banyak.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir/Skripsi ini terdapat
kesalahan dan kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu sebagai penulis,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan Tugas Akhir/Skripsi ini. Akhir kata, semoga Tugas Akhir/Skripsi
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 23 Oktober 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR TABEL ...
ABSTRAKSI ...
BAB I PENDAHULUAN. ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Batasan Masalah ... 2
1.5 Asumsi-asumsi ... 3
1.6 Manfaat Penelitian ... 3
1.7 Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk ... 6
2.1.1 Perancangan Produk ... 6
2.1.2 Pengembangan Produk... 7
2.1.3 Inovasi Produk ... 8
2.2 Ergonomi ... 9
2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ... 9
2.2.2 Definisi Ergonomi ... 11
2.3 Anthropometri ... 13
2.3.1 Definisi Anthropometri ... 13
2.3.2 Data Anthropometri ... 13
2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data Anthropometri ... 23
2.4 Tempat Tidur Balita ... 26
2.4.1 Ukuran Balita ... 27
2.5 Pengujian Data ... 28
2.5.1 Uji Keseragaman Data ... 28
2.5.2 Uji Kecukupan Data ... 29
2.5.3 Penelitian Terdahulu ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
3.2 Identifikasi Variabel ... 33
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
4.1 Pengumpulan Data ... 40
4.1.1 Data Anthropometri Pengguna ... 40
4.2 Pengolahan Data ... 42
4.2.1 Desain Tempat Tidur Balita Awal ... 42
4.2.2 Desain Tempat Tidur Balita Usulan ... 43
4.2.2.1 Uji Keseragaman Data ... 43
4.2.2.2 Uji Kecukupan Data ... 50
4.2.2.3 Menentukan Persentil ... 54
4.2.2.4 Perancangan Desain Tempat Tidur Balita Usulan . 58
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
4.2.2.5 Uji Coba PemakaianTempat Tidur Balita Usulan . 59
4.2.2.6 Perbandingan Desain Tempat Tidur Balita Awal dan
Usulan ... 60
4.3 Hasil dan Pembahasan ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAKSI
Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang dibalutnya.
Tempat tidur balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, bahkan harus repot untuk berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu pengaman dari sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari segi ketinggiannya. Tempat tidur balita pada saat ini tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian balitanya juga.
Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana, sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang tempat tidur balita yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Adapun ukuran tempat tidur balita awal adalah panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan tinggi pelindung samping 25 cm. Tempat tidur balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, selain itu pengaman dari sisi-sisinya tempat tidur balita kurang meninjau dari segi ketinggiannya, serta tidak menyediakan tempat menyimpan pakaian balitanya juga. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil kuisioner tempat tidur awal, bahwa cukup sebanyak 6 jawaban, tidak sesuai sebanyak 114 jawaban, sangat tidak sesuai sebanyak 80 jawaban yang ditinjau dari kelima variabelnya. Sedangkan tempat tidur balita usulan mempunyai ukuran panjang adalah 100 cm, lebar adalah 63, tinggi pelindung samping adalah 62 cm, lebar dudukan kursi adalah 63 cm, panjang dudukan kursi adalah 44 cm, tinggi dudukan kursi adalah 40 cm, tinggi sandaran dudukan kursi adalah 44 cm. Tempat tidur balita usulan saat ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu luas tempat tidurnya yang lebih besar, mempunyai tempat duduk untuk ibu balita saat menyusui, mempunyai pelindung samping lebih tinggi untuk safety balita, dan mempunyai laci untuk tempat menyimpan pakaian dari balitanya. Hal tersebut juga di perkuat oleh hasil kuisioner tempat tidur usulan sangat sesuai sebanyak 123 jawaban, sesuai sebanyak 75 jawaban, cukup sebanyak 2 jawaban yang ditinjau dari kelima variabelnya. Maka berdasarkan perbandingan kriteria hasil responden di atas, desain tempat tidur usulan mempunyai kriteria sangat sesuai dan sesuai paling banyak, jadi dapat disimpulkan bahwa desain tempat tidur usulan adalah tempat tidur yang ergonomis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kenyamanan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang
sangat dicari dan dioptimalkan oleh setiap creator maupun innovator di bidang
human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun
peralatan yang menunjang sebuah nilai keamanan pada diri manusia, seperti
halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang
dibalutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang
desaigner sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan
daya persuasive.
Tempat tidur balita merupakan salah satu alat penunjang balita yang
digunakan setelah ibu balita melahirkan. Tempat tidur balita pada umumnya
hanya digunakan sampai 2 tahun, karena 2 tahun itu merupakan usia produktif
bayi untuk menerima asi dari sang ibu, namun biasanya tempat tidur balita tidak
bisa digunakan untuk balita yang berusia lebih dari 2 tahun. Selain itu tempat tidur
balita yang ada pada saat ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya,
hal ini sangat membuat ibu balitanya sedikit kerepotan dan terlalu lelah untuk
memindahkan bayinya untuk menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya,
bahkan harus repot untuk berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu
pengaman dari sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau
dari segi ketinggiannya, yang menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat
tidurnya. Tempat tidur balita pada saat ini kurang melihat dari segi ekonomis
produknya, dimana tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian
balitanya, yang menyebabkan orang tua harus menyediakan lemari khusus lagi
untuk balitanya.
Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di
masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana,
sehingga dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang tempat tidur balita
yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis sesuai dengan kebutuhan
konsumen sehingga memberi kenyamanan pada penggunanya dan memberikan
kelebihan terhadap tempat tidur balita yang sudah ada dengan menambah fungsi
tempat duduk bagi penggunanya serta menambah laci pada tempat tidur balitanya
sebagai tempat pakaian balitanya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi, yaitu :
“ Bagaimana merancang tempat tidur balita yang ergonomis ?”
1.3 Tujuan Penelitian
Melakukan perancangan dan pembuatan tempat tidur balita yang
ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam penggunaannya.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya permasalahan maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Data antrophometri untuk desain tempat tidur balita adalah ibu dan balita
masing-masing sebanyak 40 orang (40 ibu dan 40 balita).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
2. Persentil yang digunakan adalah persentil 50, dan 95.
3. Penelitian dilakukan pada tempat tidur balita yang ada pada klinik-klinik dan
masyarakat pengguna tempat tidur balita.
4. Tidak dilakukannya perhitungan biaya.
5. Tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.
6. Desain tempat tidur balita hanya untuk satu ibu dan satu balita Indonesia.
7. Desain tempat tidur balita digunakan pada balita usia 0-2 tahun dan 2-5 tahun.
1.5 Asumsi-asumsi
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu:
1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.
2. Desain disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan kebutuhan pengguna.
3. Tidak terdapat kelalaian dalam melakukan pengukuran data anthropometri.
4. Jumlah pengguna yang diukur dapat mewakili semua pengguna tempat tidur
balita tersebut.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam
permasalahan nyata.
b. Bagi Pengguna (penguna tempat tidur balita)
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi penggunanya
tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk
mengembangkan sebuah produk.
2. Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi
beberapa faktor dominan tersebut.
3. Dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor
konsumen dalam pengembangan produk dengan pendekatan ergonomi.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis
dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap
perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
1.7 Sistematika Penelitian
Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat
diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas
mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang
dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang
lingkup sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai desain perancangan produk tempat tidur balita dan
pendekatan ergonomi.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan lokasi penelitian ,metode pengumpulan data dan
langkah pemecahan masalah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan tempat tidur balita
yang ergonomis dan inovatif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk.
2.1.1 Perancangan Pr oduk.
Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang
tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan
dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan
jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli
teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan
mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia
karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk
dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak
merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.
Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar
dari kegiatan teknik yang ada. Perancangan adalah kegiatan awal dari suatu
rangkaian kegiatan dalam proses pembuatan produk. Dalam tahap perancangan
tersebut dibuat keputusan-keputusan penting yang mempengaruhi
kegiatan-kegiatan lain yang menyusulnya. Diantara keputusan penting tersebut, termasuk
keputusan yang membawa akibat apakah industri dalam negeri dapat
berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek.
Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah
produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup
sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.
2.1.2 Pengembangan Pr oduk.
Pengembangan produk merupakan usaha meningkatkan mutu dari barang
atau jasa dan penemuan barang atau jasa baru yang akan menambah kepuasan
konsumen. Dari pengertian pengembangan produk tersebut tampak sekali bahwa
segala bentuk barang dan jasa yang dihasilkan selalu berkaitan dengan kepuasan
konsumen. Agar proses pengembangan produk dapat berjalan secara tepat dan
akurat yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam menunjang kelancaran
usaha pada perusahaan maka diperlukan suatu biaya yang maksimal, sehingga ada
pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume
penjualan.
Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat
memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan
dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk
dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada
(modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara:
perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif.
Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
2.1.3 Inovasi Pr oduk.
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna
‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai
penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau
invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah
ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua
Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru
ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi
adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya
teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk,
metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa
hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil
produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan
menuju proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi,
secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak
diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong
terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang
2.2 Ergonomi
2.2.1Sejar ah dan Per kembangan Ergonomi
Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas
yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:
1. C.T. Thackrah, England., 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris/England yang meneruskan
pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzuu, dalam serangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan
oleh para operator ditempat kerjanya. la mengamati postur tubuh pada saat
bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah
mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi,
meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak
ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera
penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada
lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang
panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).
2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan
metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu
pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen
3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam
bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan
bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem
meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board),
England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik
amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output
setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang menurun.
Disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus optimum untuk sistem
kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan
rotasi pekerjaan.
5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,Chicago.
Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik
seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor
efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang
secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah
perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu
adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang,
efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena
terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang
terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research
Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang
telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal
(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada Nopember 1957.
Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics
Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di
Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa
Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun
1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia
dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
2.2.2Definisi Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics (bahasa inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata
Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan
demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari
manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer
digunakan oleh beberapa Negara Eropa barat. Di Amerika istilah ini biasa disebut
dengan human factors engineering atau human engineering. Demikian pula ada
Biomechanis.Bio-technology, Engineering Psychology atau Arbeltswissensschaft
(Jerman). Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dari
kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk
buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas
kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan
dengan keadaan lingkungan system kerjanya yang berupaperangkat keras (mesin,
peralatan kerja dll) dan atau perangkat lunak (metode kerja, system dan prosedur,
dll). Dengan demikian terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang
multidisplin, karena disini akan mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu
kehayatan (kedokteran, biologi) ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan
(sosiologi). Pada prinsipnya disiplin ergonomi akan mempelajari apa akibat-akibat
jasmani, kejiwaan dan sosial dari teknologi dan produk-produknya terhadap
manusia melalui pengetahuan-pengetahuan tersebut pada jenjang mikro maupun
makro. Karena yang dipelajari adalahdampak dari teknologi dan
produk-produknya, makapengetahuan yang khusus dipelajari berkaitan engan
Biomekanika, Anthropometri teknik, Teknologi produksi, Lingkungan fisik
(temperature, pencahayaan, dsb) dan lain-lain.
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi ialah untuk mendapatkan suatu
pengetahuanyang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia
dengan teknologi dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu
rancangan system manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian
disiplin ergonomic melihat permasalahan interaksi tersebut sebagai suatu system
dengan pemecahan-pemecahan masalahnya melalui proses pendekatan system
Human engineering atau sering pula disebut ergonomi didefinisikan sebagai
perancangan “man-machine interface” sehingga pekerja dan mesin (ataupun
produk lainnya) bisa berfungsi lebih efektif dan efisien sebagai
sistemmanusia-mesin yang terpadu. Disiplin ini akan mencoba membawa ke arah proses
perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih
canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut.
Tujuan pokoknya adalah terciptanya desain system manusia-mesin yang terpadu
sehingga efektifitas dan efisiensi kerja bisa tercapai secara optimal.
2.3 Anthropometri
2.3.1Definisi Anthropometri
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri
berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran.
Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai
pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain)
produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia. Data
antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).
2. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer
dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk
yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk
tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu
mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan
produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % -
95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk
haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
2.3.2Data Anthropometr i dan Cara Pengukurannya
Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi
ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh
manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :
1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan
umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian ysng dilakukan oleh A. F.
Roche dan G. H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki
akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun, sedangkan
wanita 17,3 tahun. Meskipun ada 10 % yang masih terus bertambah tinggi
sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita). Setelah itu, tidak
pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40
tahunan (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).
2. Jenis kelamin (sex)
dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,
dan sebagainya.
3. Suku bangsa (etnic)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara
Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi
tubuh suku bangsa negara Timur.
4. Keacakan / Random
Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok
populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia
dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.
5. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan. Misalnya, buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
6. Pakaian
Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan
pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu
tempat dengan tempat yang lainnya.
7. Faktor Kehamilan
Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya
bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap
produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.
8. Tubuh Cacat
Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak
terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.
9. Posisi tubuh (posture)
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei
pengukuran.
Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).
Disini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap
tegak sempurna). Dimensi tubuh yang diukur meliputi berat badan, tinggi
tubuh, dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang
lutut, pada saat berdiri/duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
gambar 2.1.
Gambar 2.1. Antropometri untuk Perancangan Produk Sumber: Sritomo Wignjosoebroto, 2003
Gambar 2.2. Antropometri Tinggi Badan Berdiri dan Duduk Sumber : Sritomo Wignjosoebroto, 2003
Keterangan gambar 2.1. di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan dalam
gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
Tabel 2.1. Perkiraan Antrophometri Untuk Masyarakat Hongkong, Dewasa, Dapat Diekivalensikan Sementara Untuk Masyarakat Indonesia (Kesamaan Etnis Asia)
(mm)
No. Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D 1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak 1.585 1.680 1.775 58 1.455 1.555 1.655 60 12 Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 26 385 435 485 29
13 Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27 14 Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal) 365 405 445 25 325 375 425 29
23 Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri 1.480 1.635 1.790 95 1.350 1.480 1.610 80 24
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
1.835 1.970 2.105 83 1.685 1.825 1.965 86
25
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
Tabel 2.2. Antrophometri Masyarakat Indonesia Yang Didapat Dari Interpolasi Masyarakat British Dan Hongkong (Phesant, 1286) Terhadap Masyarakat
Indonesia (mm)
No. Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 105% X 195% S.D 1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri
Tegak 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60 12 Jarak dari Lipat Lutut
(Popliteal) ke Pantat 405 450 495 27 488 537 586 30
13 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27 14 Tinggi Lipat Lutut
(Popliteal) 361 403 445 26 337 382 428 28
23 Jarak Bentang dari Ujung
Jari tangan Kanan ke Kiri 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75 24
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
1.795 1.923 2.051 78 1.712 1.841 1.969 79
25
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi tangan Vertikal ke atas & duduk
Tabel 2.3. Anthropometri Telapak Tangan Orang Indonesia (mm) 12 Lebar Telapak Tangan
(metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3
13 Lebar Telapak Tangan
(sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4 14 Lebar Telapak Tangan
(minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3
15 Tebal Telapak Tangan
(metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1
16 Tebal Telapak Tangan
(sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2 17 Diameter Genggaman
(maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 1
18 Lebar Maksimum (ibu jari
ke jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9 19
Lebar Fungsional
2.3.3 Aplikasi Distribusi Nor mal dan Per sentil Dalam Penetapan Data
Anthropometri
Data anthropometri diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Adanya variansi ukuran sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana
kita mampu merancang produk yang memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu
suai” dengan suatu ukuran tertentu. Pada penetapan data anthropometri,
pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga ratarata dan simpangan standarnya dari data
yang ada. Berdasarkan nilai yang ada tersebut, maka persentil (nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi
yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai
batas-batasnya (Sritomo Wignjosoebroto, 1995).
Disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data
anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diduga dan diperkirakan
seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui
grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya
berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk
lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sediki
saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.
Secara statistik sudah diperlihatkan bahwa data hasil pengukuran tubuh
manusia pada berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa
sehingga data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian
tengah grafik. Sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan yang ekstrim akan
terletak pada ujung-ujung grafik. Telah disebutkan pula bahwa merancang untuk
kepentingan keseluruhan populasi sekaligus merupakan hal yang tidak praktis.
Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang
berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis
untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan
hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.
Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan
SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan
bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan
atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu
kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama
dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki
ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu
diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap
invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat
dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5,
untuk keseluruhan dimensi tubuhnya.
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan
data anthropometri, ditunjukan dalam tabel 2.4.
Tabel 2.4. Macam Persentil Dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Percentile Perhitungan
1-st X −2,235σx
2,5-th X −1,96σx
5-th X −1,645σx
10-th X −1,28σx
50-th X
90-th X +1,28σx
95-th X +1,645σx 97,5-th X +1,96σx
99-th X +2,235σx
Keterangan tabel 2.4. di atas, yaitu:
x = mean data
σ = standar deviasi dari data x
Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data
anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan
dimensi dari perancangan fasilitas kerja.
Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan
dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini
berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik,
2003).
Perhitungan nilai persentil 5 dan persentil 95 dari setiap jenis data yang
diperoleh, dilanjutkan dengan perhitungan untuk penentuan ukuran rancangan dan
pembuatan rancangan berdasarkan ukuran hasil rancangan. Menurut Sritomo
Wignjosoebroto (1995), untuk menghitung persentil 5 dan persentil 95
menggunakan rumus pehitungan yang terdapat pada tabel 2.1. sebelumnya.
P5 = x - 1,645 σ x
P50 = x
P95 = x + 1,645 σ x
2.4 Tempat Tidur Balita
Tempat tidur balita merupakan salah satu alat penunjang balita yang
digunakan setelah ibu balita melahirkan. Tempat tidur balita yang ada pada saat
ini tidak menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, hal ini sangat membuat
untuk menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya, selain itu pengaman dari
sisi-sisi tempat tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari segi
ketinggiannya, yang menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat tidurnya.
Tempat tidur balita saat ini kurang melihat dari segi ekonomis produknya, dimana
tidak menyediakan laci sebagai tempat menyimpan pakaian balitanya, yang
menyebabkan orang tua harus menyediakan lemari khusus lagi untuk balitanya.
2.4.1Ukuran Balita
Berapa berat dan tinggi ideal anak Anda? Berikut adalah tabel berat dan
tinggi badan rata-Rata untuk anak berumur 0 - 5 tahun
Tabel 2.5 Berat & Tinggi Badan Rata-Rata untuk anak berumur 0 - 5 tahun
Umur Ber at (Gr am) Tinggi (Cm)
2.5 Pengujian Data
2.5.1Uji Keseragaman Data
Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan
cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya
mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data
ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang
dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang
jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama
dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil
pengamatan, dengan persamaan berikut :
x = n
xi
∑
Dimana:
x = Rata-rata data hasil pengamatan.
x = Data hasil pengukuran.
Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar berikut:
Dimana:
σ = Standar deviasi dari populasi.
n = Banyaknya jumlah pengamatan.
Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas
kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim
berikut :
BKA = X + kσ
BKB = X - kσ
Dimana:
X = Rata-rata data hasil pengamatan. σ = Standar deviasi dari populasi.
k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.
Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.
2.5.2Uji Kecukupan Data
Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila
N’ ≤ N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan
pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang
sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji
kecukupan data adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.
Tingkat ketelitian menunjukan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen.
keyakinan atau kepercayaan pengukuran bahwa hasil yang diperoleh memenuhi
syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 5% dan
tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata
hasil pengukuranya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan
kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata lain
berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu yang
diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.
2. Pengujian Kecukupan Data.
Dimana:
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan.
x = Data hasil pengukuran.
s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal).
k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:
Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1.
Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2.
Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.
Setelah mendapatkan nilai N’ maka dapat diambil kesimpulan apabila N’≤ N
maka data dianggap cukup dan tidak perlu dilakukan pengambilan data kembali,
tetapi apabila N’ > N maka data belum mencukupi dan perlu dilakukan
2.6 Penelitian Terdahulu
Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :
1. ”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk” oleh : Sritomo
Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian
tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah
satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan
tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan
tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan
pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas
akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.
2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan
Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil
produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta
praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100
cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk
analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA diperoleh beban
maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000 Newton.
3. ”Perancangan Ulang Fasilitas Kerja Alat Pembuat Gerabah Dengan
Mempertimbangkan Aspek Ergonomi” oleh : Muhammad Hanafi, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa alat
perancangan kerja diperlukan penambahan spesifikasi antara lain : Pada
sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan keinginan, pada
disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D max, diharapkan
alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh
para pekerja.
4. “Penerapan Prototype Meja Bangku Ergonomis Untuk Murid Sekolah Dasar
Kelas Satu Dan Dua di Malang” oleh : Muhammad Lukman, Universitas
Muhammadiyah Malang, 2007. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa meja
tersebut dilakukan perancangan dengan posisi alas tulis miring 30o dari
horizontal, sehingga posisi tulang leher, tulang belakang dan kaki disertai
lengan relative lebih nyaman jika dibandingkan dengan meja konvensional.
5. “Perancangan Meja dan Kursi Restoran Cepat Saji dengan Pendekatan
Ergonomis di Café GajahMada Mojokerto” oleh : Atim Puji Lesmono,
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada ibu dan balita sebagai pengguna tempat tidur
balita di klinik-klinik dan masyarakat penggunanya, yang dimulai pada bulan
Agustus 2012 sampai data yang diperlukan terpenuhi.
3.2 Identifikasi Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi
dalam penelitian. Jenis variabel dalam penelitian ada dua yaitu:
1. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas, dalam hal ini varabel terikatnya adalah tempat tidur balita yang
ergonomis.
2. Variabel Bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada
variabel yang lain. Adapun variabel bebas yang berpengaruh dalam penelitian
ini adalah :
Data Anthropometri
• Balita
a. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai
sampai dengan ujung kepala (Tbt)
b. Lebar bahu usia 5 tahun : di ukur dari bahu kiri sampai dengan bahu
kanan (Lb)
c. Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai sampai
• Ibu
a. Lebar pinggul atau pantat (Lp).
b. Panjang popliteal : diukur dari pantat sampai dengan lipat lutut (Pp).
c. Tinggi popliteal : diukur dari lantai sampai dengan lipat lutut (Tpl).
d. Tinggi bahu dalam posisi duduk : diukur dari pantat sampai bahu (Tbd)
3.3 Langkah – langkah Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan suatu masalah dalam penelitian, maka perlu adanya
langkah-langkah penelitian sebagai pegangan dalam menyelesaikan masalah yang
ada tersebut mulai dari awal hingga akhir penyelesaiannya.
Langkah-langkah pemecahan masalah ini berguna untuk mempermudah bagi
peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada, karena sudah adanya alur yang
jelas mengenai bagaimana dan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum
mengerjakan tahapan penelitian yang lain.
Selain itu langkah-langkah dalam pemecahan masalah ditetapkan dengan
tujuan untuk memberikan arahan dan tahapan-tahapan bagi penelitian untuk
melaksanakan penelitian.
Secara sistematis langkah-langkah pemecahan masalah ini berisi tentang
studi lapangan, studi pustaka, perumusan masalah, tujuan penelitian, identifikasi
variabel, pengumpulan data, pengolahan data, Hasil dan pembahasan serta
kesimpulan dan saran.
Adapun langkah-langkah pemecahan masalah tersebut secara singkat dapat
digambarkan dalam kerangka atau bagan seperti yang digambarkan pada gambar
Pengumpulan data: Data anthropometri • Balita
d. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun
e. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan balita usia 5 tahun f. Tinggi bahu dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun
• Ibu
a. Lebar pinggul c. Tinggi popliteal b. Tinggi bahu posisi duduk d. Panjang popliteal
Desain tempat tidur balita awal
Gambar desain tempat tidur balita
awal
Desain tempat tidur balita usulan Pengumpulan data:
Data anthropometri • Balita
a. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun
b. Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan balita usia 5 tahun c. Tinggi bahu dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun
• Ibu
B A
Perancangan desain meja dan kursi usulan
Gambar desain meja dan kursi usulan
Pembuatan meja dan kursi usulan
Simulasi/ uji coba pemakaian meja dan kursi usulan
Membandingkan desain meja dan kursi yang telah ada dengan desain meja dan kursi usulan
Desain Ergonomis?
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
Selesai Ya
Tidak
Gambar 3.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Perancangan desain tempat tidur balita Usulan
Gambar desain tempat tidur balita Usulan
Pembuatan tempat tidur balita Usulan
Simulasi/ uji coba pemakaian tempat tidur
balita Usulan
Membandingkan desain tempat tidur balita awal dengan desain tempat tidur balita usulan
Penjelasan langkah – langkah pemecahan masalah :
1. Mulai
2. Studi Lapangan
Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu diklinik-klinik dan
masyarakat penggunanya.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menambah bobot dan menunjang hasil
penelitian
4. Perumusan Masalah
Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi pustaka
5. Penetapan Tujuan
Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir
6. Identifikasi Variabel
Selanjutnya menentukan identifikasi variabel dari tugas akhir
7. Pengumpulan Data Anthropometri
Melakukan pengumpulan terhadap obyek (manusia) untuk mendapatkan
ukuran dari dimensi tubuh yang diperlukan untuk desain dari tempat tidur
balita. Disini tubuh manusia diukur dalam keadaan diam atau statis (Static
Anthropometri)
8. Desain Tempat Tidur Balita
Mengamati desain dari tempat tidur balita beserta dengan pengukuran untuk
9. Gambar Desain Tempat Tidur Balita yang telah ada
Dari ukuran yang diperoleh desain tempat tidur balita digambar beserta
dengan ukurannya dilihat dari beberapa sudut pandang yang telah ada
10. Desain Tempat Tidur Balita Usulan
11. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data dilakukan untuk menetapkan data yang seragam. Untuk
mengaplikasikannya dapat digunakan peta kontrol, melalui peta kontrol dapat
terlihat apakah data seragam atau tidak, ada atau tidak data ekstrim. Data
ekstrim adalah data yang menyimpang atau melebihi dari batas kontrol yang
selanjutnya data itu harus dibuang
12. Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah data yang
diambil telah mencukupi untuk kemudian data tersebut dapat dilanjutkan
pengolahannya. Apabila data tidak mencukupi (N>N’) maka harus dilakukan
pendataan (pengukuran) ulang sampai data mencukupi
13. Menentukan Persentil
Dari data yang ada selanjutnya dihitung nilai persentilnya yang meliputi P5,
P50 dan P95, dari nilai persentil ini nantinya akan digunakan untuk
menentukan ukuran desain tempat tidur balita
14. Perancangan Desain Tempat Tidur Balita Usulan
Merancang desain tempat tidur balita dengan memperhatikan hasil
15. Gambar Desain Tempat Tidur Balita Usulan
Dari perancangan desain tempat tidur balita yang usulan dapat digambar
beserta ukurannya dari beberapa pandangan
16. Pembuatan Tempat Tidur Balita Usulan
Dari gambar yang dihasilkan maka dilakukan proses pembuatan tempat tidur
balita usulan
17. Simulasi/ Uji Coba Pemakaian Tempat Tidur Balita Usulan
Setelah tempat tidur balita jadi harus dilakukan proses uji coba pemakaian
18. Membandingkan Desain Tempat Tidur Balita yang Telah Ada dengan Desain
Tempat Tidur Balita Usulan
Desain lama beserta ukurannya dengan desain usulan beserta ukurannya
dibandingkan agar dapat diketahui perbedaan dan perubahan yang terjadi.
Pengaturan tempat tidur balita lama dibandingkan dengan pengaturan tempat
tidur balita usulan
19. Ergonomis
Mengetahui apakah tempat tidur balita yang baru sudah berada dalam
pendekatan secara ergonomi atau tidak dengan cara menyebar kuisioner
kepada pengguna
20. Hasil dan Pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Data Antr opometr i Pengguna
Ukuran untuk perancangan tempat tidur balita yang baru ini diambil dari
data antropometri pengguna produk tersebut yaitu dimensi tubuh ibu dan balita
usia 0-5 tahun sebanyak masing-masing 40 orang. Dalam pengukuran tempat tidur
balita ini juga memperhatikan aspek-aspek ergonomis dan dimensi tubuh yang
sesuai dengan alat kerja yang akan di rancang.
Adapun dimensi tubuh yang diukur adalah sebagai berikut:
• Balita
1. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai
sampai dengan ujung kepala (Tbt)
2. Lebar bahu usia 5 tahun : di ukur dari bahu kiri sampai dengan bahu kanan
(Lb)
3. Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun : diukur dari lantai sampai
dengan bahu (Tbb)
• Ibu
a. Lebar pinggul atau pantat (Lp)
b. Panjang popliteal : diukur dari pantat sampai dengan lipat lutut (Pp)
c. Tinggi popliteal : diukur dari lantai sampai dengan lipat lutut (Tpl)
Tabel 4.1 Tabel Pengukuran Dimensi Tubuh
Orang Ke
Dimensi Tubuh Ibu dan Balita (cm)
Keterangan :
a. Tbt = Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun
b. Lb = Lebar bahu usia 5 tahun
c. Tbb = Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun
d. Lp = Lebar pinggul atau pantat
e. Pp = Panjang popliteal
f. Tpl = Tinggi popliteal
g. Tbd = Tinggi bahu dalam posisi duduk
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Desain Tempat Tidur Balita Awal
Gambar tempat tidur balita awal dapat di lihat pada Gambar 4.1 dibawah
ini:
Kondisi tempat tidur balita di atas hanya digunakan sampai 2 tahun,
karena 2 tahun itu merupakan usia produktif bayi untuk menerima asi dari sang
ibu, namun biasanya tempat tidur balita tidak bisa digunakan untuk balita yang
berusia sampai dengan 5 tahun. Selain itu tempat tidur balita di atas tidak
menyediakan tempat duduk bagi ibu balitanya, hal ini sangat membuat ibu
balitanya sedikit kerepotan dan terlalu lelah untuk memindahkan bayinya untuk
menyusui karena terlalu jauh dari tempat tidurnya, bahkan harus repot untuk
berpindah mencari tempat duduk lagi, selain itu pengaman dari sisi-sisi tempat
tidur balita yang ada pada saat ini kurang meninjau dari segi ketinggiannya, yang
menyebabkan balita bisa terjatuh dari tempat tidurnya. Tempat tidur balita di atas
juga kurang melihat dari segi ekonomis produknya, dimana tidak menyediakan
laci sebagai tempat menyimpan pakaian balitanya, yang menyebabkan orang tua
harus menyediakan lemari khusus lagi untuk balitanya.
4.2.2 Desain Tempat Tidur Balita Usulan
4.2.2.1 Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data digunakan untuk pengendalian proses bagian data
yang ditolak atau tudak seragam karena tidak memenuhi spesifikasi.
a. Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbt)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2
tahun (Tbt) untuk mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:
=
=
87,42 cmUji keseragaman data tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun
(Tbt) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:
BKA = + k. σx
BKA = 87,42 + (2) 1,24 = 89,905
BKB = - k. σx
BKB = 87,42 - (2) 1,24 = 84,945
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi tubuh dalam posisi
berdiri balita usia 2 tahun (Tbt) sebagai berikut:
Gambar 4.2 Uji Keseragaman Tinggi Tubuh Dalam Posisi Berdiri Balita Usia 2 Tahun (Tbt)
b. Lebar bahu usia 5 tahun (Lb)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai lebar bahu usia 5 tahun untuk mencari nilai dan
Uji keseragaman data lebar bahu usia 5 tahun (Lb) dengan tingkat kepercayaan
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman lebar bahu usia 5 tahun
(Lb) sebagai berikut:
Gambar 4.3 Uji Keseragaman Lebar Bahu Usia 5 Tahun (Lb)
c. Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun untuk
mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:
=
=
59,75 cmσx = ( , ) ( , ) ( , ) = 1,10
Uji keseragaman data tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb)
BKA = + k. σx
BKA = 59,75 + (2) 1,10 = 61,95
BKB = - k. σx
BKB = 59,75 - (2) 1,10 = 57,55
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi bahu posisi berdiri
balita usia 2 tahun (Tbb) sebagai berikut:
Gambar 4.4 Uji Keseragaman Tinggi Bahu Posisi Berdiri Balita Usia 2 Tahun (Tbb)
d. Lebar pinggul atau pantat (Lp)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai lebar pinggul atau pantat (Lp) untuk mencari nilai
dan σx adalah sebagai berikut:
=
=
33,87 cmσx = ( , ) ( , ) ( , ) = 1,04
Uji keseragaman data lebar pinggul atau pantat (Lp) dengan tingkat
BKA = + k. σx
Gambar 4.5 Uji Keseragaman Lebar Pinggul Atau Pantat (Lp)
e. Panjang popliteal (Pp)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai panjang popliteal (Pp) untuk mencari nilai dan
σx adalah sebagai berikut:
=
=
43,97 cmσx = ( , ) ( , ) ( , ) = 0,80
Uji keseragaman data panjang popliteal (Pp) dengan tingkat kepercayaan yang
BKB = - k. σx
BKB = 43,97 - (2) 0,80 = 42.37
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman panjang popliteal (Pp)
sebagai berikut:
Gambar 4.6 Uji Keseragaman Panjang Popliteal (Pp)
f. Tinggi popliteal (Tpl)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi popliteal (Tpl) untuk mencari nilai dan
σx adalah sebagai berikut:
=
=
39,05 cmσx = ( , ) ( , ) ( , ) = 0,87
Uji keseragaman data tinggi popliteal (Tpl) dengan tingkat kepercayaan yang
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi popliteal (Tpl)
sebagai berikut:
Gambar 4.7 Uji Keseragaman Tinggi Popliteal (Tpl)
g. Tinggi bahu dalam posisi duduk (Tbd)
Dari tabel 4.1 diperoleh nilai tinggi bahu dalam posisi duduk (Tbd) untuk
mencari nilai dan σx adalah sebagai berikut:
=
=
43,97 cmσx = ( , ) ( , ) ( , ) = 0,80
Uji keseragaman data tinggi bahu dalam posisi duduk (Tbd) dengan tingkat
kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = 2, yaitu:
Dari data diatas dapat dibuat tabel uji keseragaman tinggi bahu dalam posisi
duduk (Tbd) sebagai berikut:
Gambar 4.8 Uji Keseragaman Tinggi Bahu Dalam Posisi Duduk (Tbd)
Berdasarkan grafik uji keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh ibu
dan balita, diperoleh tabel 4.2 hasil uji keseragaman data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Keseragaman Data
Dimensi
4.2.2.2 Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran
apakah sudah representative, dimana tujuannya membuktikan bahwa data sampel
Untuk uji kecukupan data digunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat
kelayakan 95% maka rumus uji kecukupan data adalah:
N’= ∑ (∑ ) ∑
Nilai k = 2 dan nilai s = 0,05
Jika, N’ ≤ N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan
N’ > N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.
• Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbt)
Data Tinggi tubuh dalam posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbt) dari Tabel 4.1
diperoleh nilai:
∑ X = 3.497
∑ X2 = 305.785
Maka : N’= , ( . ) ( .
)
.
=
0,31Kesimpulan:
N’ = 0,31 ≤ N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
• Lebar bahu usia 5 tahun (Lb)
Data lebar bahu usia 5 tahun (Lb) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai:
∑ X = 1.398
∑ X2 = 49.056
Maka : N’= ,
( . ) ( . )
Kesimpulan:
N’ = 3,87 ≤ N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
• Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb)
Data Tinggi bahu posisi berdiri balita usia 2 tahun (Tbb) dari Tabel 4.1
diperoleh nilai:
∑ X = 2.390
∑ X2 = 142.850
Maka : N’= ,
(142.850) ( . )
.
=
0,53Kesimpulan:
N’ = 0,53 ≤ N = 40
Maka data hasil pengukuran yang dilakukan sudah cukup untuk melakukan
perancangan.
• Lebar pinggul atau pantat (Lp)
Data Lebar pinggul atau pantat (Lp) dari Tabel 4.1 diperoleh nilai:
∑ X = 1.355
∑ X2 = 45.943
Maka : N’= ,
(45.943) ( . )
.
=
1,47Kesimpulan: